You are on page 1of 8

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

VOLUME 3 Nomor 01 Maret 2012 Artikel Penelitian

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MASTURBASI


PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN INDRALAYA UTARA TAHUN 2010

FACTOR ASSOCIATED WITH ADOLESCENT MASTURBATION BEHAVIOR IN


SENIOR HIGH SCHOOL AT THE DISTRICT OF NORTH INDRALAYA 2010

Indah Eliyanti1, Nur Alam Fajar2, Najmah2


1
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

ABSTRACT
Background : Adolescent is a period of transition between child and adult stage known as puberty.
Developments in adolescents include physical, psychological and sexual maturation function.
Changes due to biological sexual maturity experienced by adolescents is one of the things that can lead to
confusion in the face of adolescent sex drive. One of the ways in which young people to channel their sexual
impulse is to masturbate. Therefore, this study aimed to analyze the factors associated with adolescent
masturbatory behavior in high school in the District of North Indralaya in 2010.
Method : This study used a cross sectional study. Sampling in this study conducted by proportional random
sampling technique that high school students who will be sampled in each school selected proportionally
based on the total desired sample as many as 84 students. Factors studied were variable attitudes, the role of
parents, the perception of control behavior and masturbatory behavior in adolescents. The data is processed
using a computerized system and then analyzed using univariate and bivariate statistical test Chi-Square.
Result : The results showed that 57,1% of respondents have a negative attitude, 44,0% of respondents have
parents who do not participate, 29,8% of respondents have a perception of bad behavior control and 27,4%
of respondents having masturbation abnormal behavior. From the results of Chi-Square test showed that
there was a significant correlation between attitude (p-value = 0,031, RP = 3,7; CI 95%: 1,2-11,3)), the
roles of parents (p-value = 0,031, RP = 3,3; CI 95%: 1,2-9,1)), and perception of behavioral control (p-
value = 0,013, RP = 4,0; CI 95%: 1,4-11,2)) with the behavior of masturbation in adolescents.
Conclusion : These three independent variables (attitudes, the role of parents, and perceptions of behavioral
control) were significantly associated with the dependent variable (the behavior of adolescent masturbation).
Keywords : behavioral masturbation, teen

ABSTRAK
Latar Belakang: Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang dikenal dengan istilah
pubertas. Perkembangan pada remaja meliputi perkembangan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual.
Perubahan akibat kematangan seksual secara biologis yang dialami oleh remaja merupakan salah satu hal
yang dapat menyebabkan remaja mengalami kebingungan dalam menghadapi dorongan seksualnya. Salah
satu cara yang dilakukan remaja untuk menyalurkan dorongan seksualnya adalah dengan melakukan
masturbasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku masturbasi pada remaja SMA di Kecamatan Indralaya Utara tahun 2010.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara teknik proportional random sampling yakni siswa SMA yang akan menjadi sampel di
setiap SMA dipilih secara proporsional berdasarkan jumlah total sampel yang diinginkan yaitu sebanyak 84
siswa. Faktor yang diteliti adalah variabel sikap, peran orang tua, persepsi atas kendali perilaku dan perilaku
masturbasi pada remaja. Data tersebut diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi kemudian dianalisis
secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa 57,1% responden mempunyai sikap negatif, 44,0% responden
mempunyai orang tua yang tidak berperan, 29,8% responden mempunyai persepsi atas kendali perilaku yang
tidak baik dan 27,4% responden mempunyai perilaku masturbasi abnormal. Dari hasil uji Chi-Square
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap (p value = 0,031; RP = 3,7; CI 95%: 1,2-
11,3), peran orang tua (p value = 0,031; RP = 3,3; CI 95%: 1,2-9,1), dan persepsi atas kendali perilaku (p
value = 0,013; RP = 4,0; CI 95%: 1,4-11,2) dengan perilaku masturbasi pada remaja.
Kesimpulan : Ketiga variabel independen (sikap, peran orang tua, dan persepsi atas kendali perilaku)
berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen (perilaku masturbasi remaja).

54
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kata kunci: Perilaku masturbasi, Remaja

PENDAHULUAN SIECUS (Sex Information and


Masa remaja pada dasarnya merupakan Education Council of the United States)
masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa, melaporkan bahwa 88% remaja laki–laki dan
meliputi semua perkembangan (baik fisik 62% remaja perempuan pada umur 16 tahun
maupun psikis) yang dialami sebagai telah melakukan masturbasi. Frekuensinya
persiapan memasuki masa dewasa. makin meningkat sampai pada masa sesudah
Perkembangan fisik remaja biasa dikenal pubertas. Masturbasi ini dilakukan sendiri–
dengan istilah masa pubertas, yaitu remaja sendiri dan juga dilakukan secara mutual
akan mengalami perubahan pada ciri-ciri fisik, dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi
seperti tumbuh rambut pada bagian tubuh sebagian dari mereka juga melakukan
tertentu. Sedangkan perubahan psikis masturbasi secara mutual dengan pacar. Hal
misalnya lebih memperhatikan penampilan ini juga didukung oleh sebuah survey yang
dirinya dengan cara dandan, berpacaran, dilaksanakan di 7 kota besar di Indonesia
mulai ingin mengetahui fungsi organ bahwa 93% pria dan 56% wanita melakukan
tubuhnya terutama fungsi reproduksi dan masturbasi pada awal masa pubertas.5,6
sebagainya.1 Penelitian dari Atmowiloto juga
Seiring dengan perubahan fisik dan memperkuat gambaran pada usia remaja telah
psikis, pada remaja juga terjadi perubahan banyak melakukan masturbasi. Temuan
sikap dan tingkah laku, seperti mulai tertarik tersebut mengindikasikan bahwa 59% pria
dengan lawan jenis, berusaha menarik dan 15% wanita usia 16-18 tahun telah
perhatian dan muncul perasaan cinta, yang melakukan masturbasi, sedangkan 12% pria
kemudian akan timbul dorongan seksual. dan 6% wanita sering melakukan masturbasi.
Dorongan atau hasrat seks selalu muncul jauh Selanjutnya hasil survei Perkumpulan
lebih awal daripada kesempatan untuk Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang
melakukannya secara bebas. Inilah yang dilakukan di 3 provinsi menunjukkan sekitar
terjadi pada para remaja dengan gejolak hasrat 18,2% remaja pada rentang usia 15-18 tahun
seksnya yang besar padahal mereka belum telah melakukan hubungan seksual.
menikah. Remaja harus menunggu bertahun- Sedangkan 81,8% sisanya tidak melakukan
tahun lagi sampai tiba waktunya untuk boleh hubungan seksual, tetapi sering melakukan
melakukan hubungan seks secara sah. Salah masturbasi (47%) dan melakukan petting pada
satu perilaku seksual remaja yang belum bisa saat pacaran (20%).7,8
melakukan hubungan seks secara sah adalah Masturbasi secara medis akan
dengan masturbasi.2,3 berbahaya apabila dilakukan dengan
Masturbasi atau onani adalah aktivitas menggunakan jari atau alat pada vagina, yang
merangsang dengan menyentuh atau meraba dapat membuat selaput dara (hymen) robek
organ seks sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh karena jarak selaput dara dengan bibir vagina
faktor perkembangan pertumbuhan organ- paling luar hanya 1-2 cm dan dikhawatirkan
organ reproduksi yang terjadi pada remaja. juga bila terjadi luka dan lecet yang
Selain itu, juga banyak dipengaruhi oleh menyebabkan infeksi di vagina hingga
faktor-faktor luar seperti majalah, film, dan mengalami Infeksi Saluran Reproduksi (ISR).
lain-lain yang berbau porno. Masturbasi bisa Sedangkan pada pria apabila terlalu sering
dilakukan dengan cepat, di mana saja asal ada melakukan masturbasi akan mempengaruhi
privasi, dan kapanpun remaja kualitas sperma, karena sperma yang di
4,3
menginginkannya. produksi oleh testis membutuhkan proses
pematangan. Begitupun dampak secara

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 01 Maret 2012 ● 55


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

psikologis yang banyak mengganggu para masturbasi. Di Sumatera Selatan khususnya


pecandu masturbasi. Misalnya rasa bersalah, wilayah Kecamatan Indralaya Utara
berdosa, dan rendah diri melakukan hal-hal Kabupaten Ogan Ilir belum pernah dilakukan
yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai penelitian mengenai masturbasi remaja. Oleh
budaya, serta kecemasan karena banyak mitos karena itu, menjadi salah satu alasan peneliti
yang beredar bahwa masturbasi akan untuk tertarik menganalisis faktor-faktor
membuat tulang keropos, mandul, dan kurus.1 meliputi sikap, peran orang tua dan persepsi
Ada banyak faktor yang berperan yang berhubungan dengan perilaku masturbasi
terhadap timbulnya perilaku masturbasi pada pada remaja SMA di Kecamatan Indralaya
remaja. Menurut Sarwono, salah satu faktor Utara.3
yang berperan terhadap timbulnya perilaku Tujuan penelitian ini adalah Untuk
masturbasi adalah meningkatnya penyebaran Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
informasi dan rangsangan seksual melalui dengan perilaku masturbasi pada remaja SMA
media massa, yaitu 45 siswa (39,9%) di Kecamatan Indralaya Utara tahun 2010.
menggunakan internet sebagai informasi
audiovisual media porno, 32 siswa (28,1%) BAHAN DAN CARA PENELITIAN
menggunakan phone sex sebagai media porno, Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
dan 57,9% bersama teman biasanya siswa dengan pendekatan cross sectional. Populasi
menonton media porno. Selain itu menurut dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA
Taufik dan Anganthi, kurangnya peran orang di Kecamatan Indralaya Utara yaitu SMAN 1
tua dalam memberikan pengetahuan mengenai Unggulan dan SMA PGRI, meliputi siswa
seksualitas juga termasuk faktor timbulnya pria dan wanita yang berusia 15-18 tahun
perilaku masturbasi pada remaja.7,9 dengan jumlah keseluruhan sebesar 367 siswa.
Penelitian-penelitian sebelumnya Besar sampel sebanyak 84 orang. Teknik
mengenai perilaku masturbasi pada remaja pengambilan sampel dilakukan dengan
telah banyak dilakukan, diantaranya studi menggunakan metode proportional sampling.
11,12
untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang masturbasi Data yang diperlukan dalam penelitian
dikalangan remaja Taiwan. Dari hasil ini adalah data primer mengenai variabel yang
penelitian diketahui bahwa ada tujuh ratus diteliti yakni meliputi variabel sikap, peran
delapan puluh remaja usia 17-18 di Kaohsiung orang tua, persepsi atas kendali perilaku, dan
(Taiwan Selatan) memiliki sikap yang positif perilaku masturbasi pada remaja yang
dan pengetahuan yang cukup tentang diperoleh melalui penyebaran angket
masturbasi. Penelitian ini juga berdasarkan daftar nama siswa dari sekolah
mengungkapkan 95,3% pria dan 30,3% yang bersangkutan yang sudah dipilih berupa
wanita mempunyai pengalaman pernah angket variabel, sikap, peran orang tua,
melakukan masturbasi. Namun penelitian ini persepsi atas kendali perilaku dan perilaku
bersifat deskriptif, hanya menjelaskan masturbasi pada remaja. Data sekunder pada
gambaran pengetahuan dan sikap remaja penelitian ini meliputi jumlah siswa-siswi
tentang masturbasi di Kaoshiung (Taiwan SMA dan gambaran umum masing-masing
Selatan).10 SMA diperoleh dari SMAN 1 Unggulan
Di Indonesia penelitian yang sama Indralaya Utara dan SMA PGRI Indralaya
pernah dilakukan oleh Pratiwi di Surakarta. Utara.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
tingkat religiusitas (p<0,01) dan pengetahuan
seksualitas (p<0,01) dengan intensitas

56 ● Eliyanti, Fajar, Najmah, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masturbasi pada Remaja
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

HASIL PENELITIAN Tidak pernah 44 52,4


10 3 3,6
Analisis Univariat 12 1 1,2
13 2 2,4
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat 14 12 14,3
dilihat pada tabel 1. diketahui bahwa dari 84 15 10 11,9
16 12 14,3
responden sebagian besar berjenis kelamin Frekuensi melakukan masturbasi
perempuan yaitu sebanyak 48 responden Tidak pernah 44 52,4
Hanya 1 kali 10 11,9
(57,1%). Sedangkan berdasarkan umur, 1-3 kali sebulan 3 3,6
1-3 kali seminggu 4 4,8
mayoritas responden berumur 16 tahun yaitu Hampir setiap hari 23 27,4
sebanyak 40 responden (47,6%). Dari semua Sehari lebih dari 1 kali 0 0
Sikap
responden terdapat 40 responden (47,6%) Negatif 48 57,1
yang pernah melakukan masturbasi dan lebih Positif 36 42,9
Peran Orang tua
dari setengah yang pernah melakukan Tidak berperan 37 44,0
masturbasi adalah responden laki-laki yakni Berperan 47 56,0
Persepsi atas kendali perilaku
30 responden (75,0%). Sedangkan frekuensi Tidak baik 25 29,8
responden menurut usia pertama kali baik 59 70,2
Perilaku Masturbasi
melakukan masturbasi yakni rata-rata pada Abnormal 23 27,4
usia 14-16 tahun dengan persentase 12 Normal 61 72,6
responden (14,3%) dan terdapat 23 responden
(27,4%) melakukan masturbasi hampir setiap Analisis Bivariat
hari. Berdasarkan sikap, sebagian besar Berdasarkan hasil penelitian yang dapat
responden memiliki sikap negatif yaitu dilihat pada tabel 2. diketahui bahwa ada
sebanyak 48 responden (57,1%). Sedangkan hubungan antara sikap dengan perilaku
berdasarkan peran orang tua, sebanyak 37 masturbasi pada remaja. Dapat disimpulkan
responden (44%) orang tuanya tidak berperan. pula bahwa responden yang memiliki sikap
Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa negatif berpeluang 3,7 kali lebih besar untuk
responden yang memiliki persepsi atas mempunyai perilaku masturbasi abnormal
kendali perilaku tidak baik sebanyak 25 dibandingkan responden yang memiliki sikap
responden (29,8%). Jumlah responden yang positif.
memiliki perilaku masturbasi abnormal yaitu Ada hubungan antara peran orang tua
sebanyak 23 responden (27,4%). responden dengan perilaku masturbasi pada
remaja. Dapat disimpulkan pula bahwa
Tabel 1. responden yang orang tuanya tidak berperan
Distribusi Responden Berdasarkan berpeluang 3,3 kali lebih besar untuk
Variabel yang diteliti secara univariat pada mempunyai perilaku masturbasi abnormal
Remaja SMA di Kecamatan Indralaya dibandingkan responden yang memiliki orang
Utara Tahun 2010 tuanya berperan.
Variabel n % Ada hubungan antara persepsi atas
Jenis Kelamin kendali perilaku responden perilaku
Laki-laki 36 42,9
Perempuan 48 57,1 masturbasi pada remaja. Dapat disimpulkan
Umur pula bahwa responden yang memiliki persepsi
15 22 26,2
16 40 47,6 atas kendali perilaku tidak baik berpeluang
17 19 22,6 4,0 kali lebih besar untuk mempunyai perilaku
18 3 3,6
Pengalaman melakukan masturbasi masturbasi abnormal dibandingkan responden
Pernah 40 47,6 yang memiliki persepsi atas kendali perilaku
Tidak pernah 44 52,4
Jenis kelamin melakukan masturbasi baik.
Laki-laki 30 75
Perempuan 10 25
Usia pertama kali melakukan masturbasi

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 01 Maret 2012 ● 57


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Tabel 2. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi


Hubungan Variabel-variabel Independen yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya
dengan Perilaku Masturbasi pada Remaja didasari oleh proses evaluasi dalam diri
SMA di Kecamatan Indralaya Utara individu yang memberi kesimpulan terhadap
Tahun 2010
stimulus dalam bentuk niat baik-buruk,
p- positif-negatif, menyenangkan-tidak
Variabel Kategori RP CI
value menyenangkan, yang kemudian mengkristal
Sikap Negatif 3,7 1,2-11,3 0,031
Positif sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.14
Peran Tidak 3,3 1,2-9,1 0,031 Teori tersebut menjadi dasar untuk
orang tua berperan menjelaskan remaja yang mempunyai sikap
Berperan
Persepsi Tidak baik 4,0 1,4-11,2 0,013
negatif tentang perilaku masturbasi cenderung
atas Baik lebih tinggi melakukan perilaku masturbasi
kendali yang abnormal dibandingkan remaja yang
perilaku
mempunyai sikap yang positif. Kondisi
PEMBAHASAN tersebut juga menunjukkan karena remaja
Sikap memiliki pemahaman yang rendah tentang
Terdapat hubungan yang bermakna pendidikan kesehatan khususnya seksualitas
pada remaja. Kurangnya pengetahuan
antara sikap dengan perilaku masturbasi (p
value < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku masturbasi serta dampak
diketahui bahwa terdapat 48 (57,1%) yang ditimbulkannya.
Sarwono mengemukakan bahwa sikap
responden mempunyai sikap negatif terhadap
akan memberikan pengaruh langsung pada
perilaku masturbasi, sedangkan sisanya
terdapat 36 (42,9%) responden mempunyai perilaku berikutnya. Kondisi apa, waktu apa,
dan situasi bagaimana saat individu tersebut
sikap positif terhadap perilaku masturbasi.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang harus mengekspresikan sikapnya merupakan
dilakukan Nursal juga menunjukkan adanya sebagian dari determinan yang sangat
berpengaruh terhadap konsistensi antar sikap
hubungan yang bermakna antara sikap dengan
dengan pernyataannya dan antara sikap dan
perilaku seksual remaja (p value < 0,05).13
Dari hasil penelitian juga diketahui perilaku.7
terdapat 18 (37,5%) responden dengan sikap
Peran Orang Tua
negatif mempunyai perilaku masturbasi
Terdapat hubungan yang bermakna
abnormal. Sedangkan 5 (13,9%) responden
antara peran orang tua dengan perilaku
diantaranya dengan sikap positif mempunyai
masturbasi (p value < 0,05). Berdasarkan hasil
perilaku masturbasi abnormal. Ada
penelitian diketahui bahwa terdapat 37
kecenderungan bahwa semakin negatif sikap
(44,0%) responden mempunyai orang tua
seseorang terhadap perilaku masturbasi
yang tidak berperan terhadap perilaku
semakin buruk perilaku masturbasi orang
masturbasi, sedangkan sisanya terdapat 47
tersebut. Sikap negatif melalui penilaian yang
(56%) responden mempunyai orang tua yang
ada dalam diri seseorang diartikan sebagai
berperan terhadap perilaku masturbasi. Hasil
sikap yang tidak baik, dengan demikian
penelitian ini didukung oleh penelitian yang
responden tersebut dalam hal ini mendukung
dilakukan Sestri juga menunjukkan adanya
perilaku masturbasi.
hubungan yang bermakna antara peran orang
Sikap dikatakan sebagai suatu respon
tua dengan perilaku seksual (p value < 0,05).
evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila
Namun, hasil penelitian didapatkan lebih dari
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
setengah (60%) responden mempunyai orang
menghendaki adanya reaksi individual.
tua kurang berperan terhadap perilaku seksual

58 ● Eliyanti, Fajar, Najmah, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masturbasi pada Remaja
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

anaknya, dan (44%) responden melakukan


perilaku seksual beresiko. Faktor hubungan Persepsi atas Kendali Perilaku
orang tua dan anak remajanya merupakan Terdapat hubungan yang bermakna
faktor yang paling penting untuk antara persepsi atas kendali perilaku dengan
mempengaruhi perilaku seksual terutama perilaku masturbasi (p value < 0,05).
terhadap perubahan dan perkembangan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
perilaku seksual anak. Penelitian lain yang diketahui bahwa sebagian besar responden
mendukung juga dilakukan oleh Yarber, et al. mempunyai persepsi atas kendali perilaku
Studi ini bersifat deskriptif dan hanya melihat yang baik yakni dengan jumlah 59 (70,2%),
peran orang tua terhadap perilaku seksual dibandingkan dengan responden yang
pada anaknya. Dari hasil penelitian ini mempunyai persepsi atas kendali perilaku
menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki yang tidak baik. Dari hasil penelitian juga
memiliki sikap negatif akan berdampak diketahui terdapat 12 (48,0%) responden
terhadap perilaku seksual anaknya, seperti dengan persepsi atas kendali perilaku yang
anak akan melakukan masturbasi jika orang tidak baik mempunyai perilaku masturbasi
tua tidak berperan dalam memberikan abnormal. Sedangkan 11 (18,6%) responden
penjelasan mengenai pendidikan diantaranya dengan persepsi yang baik
15,16
seksualitas. mempunyai perilaku masturbasi abnormal.
Berdasarkan hasil penelitian juga Hal ini menunjukkan bahwa responden yang
diketahui terdapat 15 (40,5%) responden yang mempunyai persepsi atas kendali perilaku
orang tuanya tidak berperan mempunyai yang tidak baik kemungkinan lebih tinggi
perilaku masturbasi abnormal. Sedangkan 8 untuk melakukan perilaku masturbasi yang
(17,%) responden diantaranya yang orang abnormal dibandingkan responden yang
tuanya berperan mempunyai perilaku mempunyai persepsi atas kendali perilaku
masturbasi yang abnormal. Dalam hal ini yang baik.
peran orang tua sangatlah penting terutama Penelitian ini mendukung teori Ajzen
dalam membangun komunikasi secara terbuka dalam Azwar bahwa ada hubungan yang
antara orang tua dan remaja mengenai signifikan antara persepsi atas kendali
masalah seputar seksualitas tertama perilaku perilaku atau kontrol perilaku seseorang
masturbasi pada remaja. Sehingga ada terhadap perilaku yang bersangkutan akan
kecenderungan bahwa semakin tidak dilakukan atau tidak. Menurut teori perilaku
berperannya orang tua semakin buruk perilaku terencana, diantara berbagai keyakinan yang
masturbasi pada anaknya. Remaja lebih akhirnya akan menentukan intensi dan
senang menyimpan dan memilih jalannya perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai
sendiri tanpa berani mengungkapkan kepada tersedia tidaknya kesempatan dan sumber
orang tua. Hal ini disebabkan karena yang diperlukan. Keyakinan ini dapat berasal
ketertutupan orang tua terhadap anak terutama dari pengalaman dengan perilaku yang
masalah seks yang dianggap tabu untuk bersangkutan di masa lalu, dapat juga
dibicarakan serta kurang terbukanya anak dipengaruhi oleh informasi tak langsung
terhadap orang tua karena anak merasa takut mengenai perilaku itu misalkan dengan
untuk bertanya. Selain itu menurut Sianipar, melihat pengalaman teman atau orang lain
orang tua belum mampu berkomunikasi untuk yang pernah melakukannya, dan dapat pula
membahas seks dengan anak remajanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
karena keterbatasan informasi atau mengurangi atau menambah kesan kesukaran
pengetahuannya serta budaya yang masih untuk melakukan perbuatan yang
14
menganggap tabu dan informasi tentang seks bersangkutan.
dapat mendorong hubungan seks.17

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 01 Maret 2012 ● 59


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Persepsi atas kendali perilaku individu variabel dependen (perilaku masturbasi


mengenai perilaku masturbasi misalnya, remaja) diperoleh hasil bahwa ketiga variabel
berarti bagaimana individu tersebut yakin independen berhubungan secara signifikan
bahwa tersedianya kesempatan dan sumber dengan variabel dependen.
yang diperlukan dapat memudahkan atau Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menambah sulit untuk melakukan perilaku ada hubungan yang bermakna antara antara
masturbasi. Menurut Agustian, aktivitas sikap (p value = 0,031; RP = 3,7; CI 95%:
remaja yang selalu terpapar dengan berbagi 1,2-11,3), peran orang tua (p value = 0,031;
produk kebudayaan yang tanpa filter seperti RP = 3,3; CI 95%: 1,2-9,1), dan persepsi atas
tayangan porno, film dan buku-buku bertema kendali perilaku (p value = 0,013; RP = 4,0;
sex ikut memberi kontribusi berkembangnya CI 95%: 1,4-11,2) dengan perilaku masturbasi
kebiasaan masturbasi pada remaja. Pada pada remaja.
beberapa kasus, kebiasaan masturbasi pada Adapun saran yang dapat diberikan
remaja diawali oleh rasa penasaran dan adalah sebagai berikut:
keingintahuan yang kuat bagaimana 1. Bagi Sekolah
melakukan masturbasi, mungkin karena Agar institusi pendidikan dengan segera
menapatkan cerita dari rekan sebayanya atau dapat mengambil kebijakan untuk
menapati temannya melakukan masturbasi. memberikan pelayanan Konseling,
Selain itu menurut Sarwono, salah satu faktor Informasi, dan Edukasi (KIE) seksualitas
yang berperan terhadap timbulnya perilaku dan kesehatan reproduksi kepada siswa-
masturbasi adalah meningkatnya penyebaran siswi.
informasi dan rangsangan seksual melalui 2. Bagi Siswa
media massa, yaitu 45 siswa (39,9%) Adanya upaya mengubah sikap remaja
menggunakan internet sebagai informasi terhadap masturbasi sehingga tidak akan
audiovisual media porno, 32 siswa (28,1%) melakukan masturbasi lagi.
menggunakan phone sex sebagai media porno, 3. Bagi Orang Tua
dan 57,9% bersama teman biasanya siswa Perlunya hubungan dialogis antara remaja
menonton media porno.18,7 dan orangtua untuk memahami masturbasi
sehingga nantinya remaja tidak melakukan
KESIMPULAN DAN SARAN masturbasi lagi.
Berdasarkan hasil penelitian dan 4. Bagi Peneliti Lain
pembahasan yang telah dilakukan dapat Dapat melakukan penelitian lebih lanjut
disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan tentang perilaku masturbasi dengan metode
dengan perilaku masturbasi pada remaja SMA penelitian yang bersifat kualitatif sehingga
di Kecamatan Indralaya Utara Tahun 2010 memperoleh informasi-informasi yang
adalah sikap, peran orang tua, dan persepsi lebih mendalam.
atas kendali perilaku. Dengan melakukan 5. Hubungan antara persepsi atas kendala
analisis terhadap data primer yang terdiri dari perilaku dan perilaku masturbasi,
variabel independen (sikap, peran orang tua, diperlukan perubahan persepsi.
dan persepsi atas kendali perilaku) dan

DAFTAR PUSTAKA 2. Imran, I. Modul 2 Perkembangan


Seksualitas Remaja. PKBI, IPPF,
1. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi BKKBN, UNFPA. Jakarta. 2000.
Remaja, edisi 9. PT Radja Grafindo 3. Pratiwi, Yuni Siswi. Hubungan antara
Persada. Jakarta. 2005. Tingkat Religiusitas dan Pengetahuan
Seksualitas dengan Intensitas Masturbasi

60 ● Eliyanti, Fajar, Najmah, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Masturbasi pada Remaja
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

pada Mahasiswa yang tinggal di Kos. 12. Gulo, W. Metodologi Penelitian. PT.
[Skripsi]. Fakultas Psikologi Universitas Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Muhammadiyah. Surakarta. 2009. 2002.
4. BKKBN. Remaja dan Kesehatan 13. Nursal, Dien. G.A. Faktor-faktor yang
Reproduksi. Pusat Pelatihan Pegawai dan berhubungan dengan perilaku seksual
Tenaga Program. BKKBN. Jakarta. 2005. murid SMU Negeri di Kota Padang
5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja Tahun 2007. [on line]. Dari
dan Permasalahannya. Cv. Sagung Seto. http://repository.unand.ac.id/. 2007. [16
Jakarta. 2004. April 2010].
6. Achmanto M. Pengaruh Masturbasi 14. Azwar, S. Sikap manusia, teori dan
Terhadap Kesehatan Jiwa. [on line]. Dari pengukurunnya. Edisi 2. Pustaka Belajar.
http://www.wordpress. 2008. [3 Mei Yogyakarta. 2003.
2010]. 15. Sestri, Y. Hubungan kterpaparan Erotika
7. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Media Massa dan Peran Orang Tua
Remaja, edisi 4. PT Radja Grafindo Terhadap Perilaku Seksual Siswa SMA
Persada. Jakarta. 2004. Negeri 1 Air Hangat Kabupaten Kerinci
8. Luthfie, R.E. Seksualitas Remaja. [on Tahun 2009. [Skripsi]. [on line]. Dari
line]. Dari http.//www.bkkbn.go.id. 2008. http://repository.unand.ac.id/. 2009. [16
[16 April 2010]. April 2010.
9. Taufik & Anganthi, Nisa R. N. 16. Yarber, W. L. & Greer, J. M. The
Seksualitas Remaja: Perbedaan antara Relationship Between the Sexual Attitudes
remaja yang tidak melakukan hubungan of Parents and their College Daughters'
seksual dan remaja yang melakukan or Sons' Sexual Attitudes and Sexual
hubungan seksual. Jurnal Penelitian Behavior. Journal of School Health,
Humaniora. Vol 6, No 2. [on line]. Dari 56: 68–72. [on line]. Dari
http://eprints.ums. ac.id/. 2005. [16 April http://onlinelibrary. wiley. com. 2009. [16
2010]. April 2010].
10. Rung, Wang. et al. A Study of 17. Sianipar, JJ. Orang tua dan Kesehatan
Masturbatory Knowledge and Attitudes Remaja. 2000. Interaksi : November 2000
and Related Factors Among Taiwan : 42-44.
Adolescents. [on line]. Dari: 18. Agustian, Eko Prasetyo. Pengaruh
http://journals.lww.com/jnr-twna/. 2007. Masturbasi Terhadap Kesehatan Mental.
[16 April 2010]. [on line]. Dari http://els.fk.umy.ac.id.
11. Lemeshow, S. et.al. Besar Sampel dalam 2008. [3 Mei 2010].
Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 1997.

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 3, Nomor 01 Maret 2012 ● 61

You might also like