You are on page 1of 10

Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et.

al )

PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI DI SMK I NUSANTARA CIPUTAT


TAHUN 2012

Sexual Behaviour of Teenage Girls in SMK I Nusantara Ciputat in 2012

Novi Fardilla, Abdullah Syafei*, Raihana N Alkaff, Puspita Palupi

Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
*Email: abdullah_ph06@yahoo.com

Abstract
Background: Curiosity about sexuality in addition to the sexual desire often lead adolescents to engage in
sexual activities. This might result in some sexual behaviour problems, such as sexual violence, unwanted
pregnancies, abortion, and early marriage.
Objective: To explore the importance of sexuality, sexual behaviour, and types and sources of information
about sexual behaviour among senior high school students in Ciputat.
Methods: This was a qualitative study using the phenomenological research design. The study was
conducted from August to October 2012 in SMK I Nusantara Ciputat. Participants were five adolescents
aged 14 to 17 years. The selection of participants was based on the appropriateness and adequacy criteria.
Results: The results showed that students of SMK I Nusantara Ciputat could not correctly describe the
importance of sexuality. Adolescents tended to perceive sexuality as sexual intercourse experience between
a man and a woman. Some sexual behaviours reported done by students of SMK I Nusantara Ciputat were
holding hands, hugging, cheek kissing, lips kissing, hickey and “grepe” (oral sex).
Conclusions: The lack of information on sexuality and reproductive health among adolescents resulted in
adolescents' engagement in high risk behaviour. It is recommended to increase access to information and
conduct education activities about sexuality and reproductive health.

Keywords: Adolescents, sexual activity, sexual intercourse

Abstrak
Latar Belakang: Keingintahuan remaja tentang seksualitas dan dorongan seksual menyebabkan remaja
terlibat dalam aktivitas seksual, yang pada akhirnya menciptakan masalah pada remaja yang berhubungan
dengan perilaku seksual, seperti kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan
pernikahan dini.
Tujuan: Menggali makna seksualitas, perilaku seksual, jenis dan sumber informasi tentang perilaku
seksual remaja putri SMA di Ciputat.
Metode: Merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis yang dilakukan sejak Agustus
hingga Oktober 2012 di SMK I Nusantara Ciputat. Partisipan penelitian adalah remaja usia 14-17 tahun
sebanyak lima orang. Pemilihan partisipan dilakukan dengan prinsip kesesuain (appopriateness) dan
kecukupan (adequancy) sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi SMK Nusantara I Ciputat kurang benar dalam
menggambarkan makna seksualitas. Remaja cenderung memahami bahwa seksualitas adalah hubungan
seksual antara pria dan wanita. Beberapa perilaku seksual oleh remaja siswa I SMK Nusantara ciputat yaitu
berpegangan tangan, pelukan, ciuman di pipi, berciuman bibir, cupang, bahkan "grepe" (Oral seks).
Kesimpulan: Kurangnya informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi di kalangan remaja
membawa remaja kepada perilaku berisiko. Rekomendasi adalah untuk meningkatkan aksesibilitas
informasi dan untuk mendidik remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Kata kunci: Remaja, aktivitas seksual, hubungan seksual

Naskah masuk: 3 Oktober 2012, Review: 15 Oktober 2012, Disetujui terbit: 10 Desember 2012

PENDAHULUAN dewasa dengan kematangan fisik, kognitif,


sosial dan emosional yang cepat pada anak
Masa remaja merupakan suatu periode laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi
peralihan masa kanak-kanak menuju masa laki-laki dewasa dan anak perempuan untuk
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160

mempersiapkan diri menjadi perempuan menunjukkan 13,2 persen remaja telah


dewasa. Rentang usia remaja berkisar antara melakukan hubungan seksual sejak usia 15
12 sampai 18 tahun. Adapun batasan usia tahun dan tidak menggunakan alat
remaja antara 10 sampai 19 tahun dan belum kontrasepsi, sementara 82 persen lainnya
kawin.1 menggunakan alat kontrasepsi. Siswi sekolah
menengah pertama (SMP) dan sekolah
Populasi remaja di Indonesia sebesar 63,4
menengah atas (SMA) di Jawa Barat sebesar
juta jiwa dan berada pada jenjang sekolah
42,3 persen telah melakukan hubungan
menengah pertama hingga ke perguruan
seksual pertama kali saat di bangku sekolah.
tinggi. Masa remaja dikenal dengan masa
Studi lain menunjukkan 63 persen remaja di
pubertas yang sangat mempengaruhi keadaan
beberapa kota besar di Indonesia, seperti
fisiologis, psikologis maupun sosial remaja.2
Jakarta, telah melakukan hubungan seks
Masa pubertas ditandai dengan kematangan
pranikah. Namun, sebagian besar remaja
hormonal, organ-organ reproduksi yang
memiliki pengetahuan yang kurang, sehingga
mulai berfungsi dan tanda seks sekunder
mereka meyakini berhubungan seks satu kali
yang mulai muncul, sehingga mempengaruhi
tidak menyebabkan kehamilan.5
perubahan tubuh dan emosional.
Pengetahuan remaja mengenai seksual dan
Masa pubertas terbagi dalam tiga fase yaitu
dampak dari seks bebas masih sangat rendah.
prapubertas, pubertas dan pascapubertas.
Sumber informasi utama remaja diperoleh
Prapubertas merupakan periode sekitar dua
dari teman sebaya (65%), film porno (35%),
tahun sebelum pubertas yakni ketika remaja
sekolah (19%) dan orang tua (5%). Selain itu,
pertama kali mengalami perubahan fisik yang
remaja tersebut mengakui lebih nyaman
menandakan kematangan seksual. Pubertas
berbicara mengenai seksualitas dengan
merupakan titik pencapaian kematangan
teman.6
seksual, ditandai dengan adanya menstruasi
pada remaja perempuan. Pascapubertas Remaja sering tidak mendapatkan informasi
merupakan periode satu sampai dua tahun yang transparan tentang masalah seksual dan
setelah pubertas. Masa pubertas merupakan kesehatan reproduksi, sehingga mereka
periode yang sulit bagi remaja yang seringkali kurang siap dalam melakukan
mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis hubungan seksual atau kurang mampu
remaja, sehingga membutuhkan penyesuaian mencegah diri mereka dari kehamilan yang
diri yang baik.3 tidak diinginkan (KTD) dan penyakit
menular seksual (PMS).7 Selain itu, terdapat
Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi
dampak negatif lain yang dapat timbul akibat
individu yang terwujud di gerakan atau sikap
dari perilaku seksual, yaitu pernikahan dini,
dan ucapan. Perilaku seksual merupakan
kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi,
bentuk tingkah laku yang ditunjukan dengan
depresi, AIDS, dan penyakit menular
dorongan hasrat seksual, baik dilakukan
seksual.
dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam- Pernikahan dini di Indonesia dipengaruhi
macam, mulai dari perasaan tertarik, oleh faktor budaya dan agama. Selain itu,
berkencan, bercumbu, hingga bersenggama. dipengaruhi oleh undang-undang perkawinan
Selain itu, perilaku seksual juga mencakup yang menyebutkan bahwa perempuan yang
berdandan, merayu, mengoda, bersiul yang berusia enam belas tahun diperbolehkan
terkait dengan aktivitas dan hubungan untuk menikah. Pemaparan lainnya bahwa
seksual. Terdapat beberapa perilaku seksual 34,5 persen dari 2,5 juta pasangan hidup di
remaja ketika berpacaran yang telah Indonesia merupakan tindakan pernikahan
menjurus pada hubungan seks bebas, yaitu dini.
berpegangan tangan, berpelukan, mencium
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai
pipi. Perilaku yang sudah menjurus pada
masalah seksual, berpengaruh pada
hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium
meningkatnya angka kehamilan yang tidak
pipi, necking (mencium leher), meraba organ
diinginkan, yang seringkali berakhir dengan
seksual, petting, dan hubungan seksual.4
aborsi. Tidak semua kehamilan dapat
Survei kepada 33.943 remaja pada 24 negara diterima dengan baik kehadirannya. Dua
yang salah satunya Eropa Barat yang pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )

diinginkan di dunia berakhir dengan aborsi dibangku sekolah dasar. Aktivitas seksual
yang disengaja dan 20 juta diantaranya yang pernah mereka lakukan diantaranya
dilakukan secara tidak aman.8 Aborsi yang berpegangan tangan, merangkul, bercium
tidak aman sering menyebabkan kematian pipi dan bibir. Tindakan tersebut dilakukan
pada remaja. Aborsi tidak aman tanpa paksaan dari pasangan melainkan
berkontribusi sebesar 13 persen terhadap merupakan kesepakatan bersama kedua belah
seluruh kematian ibu di dunia.9 pihak.
Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Penelitian yang menggali tentang
dunia sebanyak 33,3 juta kasus dan di Asia pengalaman seksualitas pada remaja
sebanyak 4,9 juta kasus. Data lainnya perempuan belum banyak dilakukan. Oleh
menyebutkan bahwa 20 sampai 25 persen karena itu, peneliti ingin mengekplorasikan
dari seluruh infeksi HIV di dunia terjadi pada lebih dalam tentang bagaimana pengalaman
remaja dan perempuan lebih rentan untuk perilaku seksual remaja perempuan
tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki. berdasarkan ungkapan atau cerita langsung
Di Indonesia, penderita HIV-AIDS pada dari mereka.
tahun 2002 sebanyak 110 ribu, pada tahun
2006 sebanyak 193 ribu, dan pada tahun METODE
2007 hingga 2008 jumlah kasus terus
bertambah menjadi 270 ribu kasus.10 Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif, dengan desain penelitian
Terkait dengan perilaku seksual, berdasarkan fenomenologis. Penelitian ini dilakukan di
penelitian yang dilakukan di Jakarta, SMK I Nusantara Ciputat. Penelitian ini
Bandung, Surabaya, dan Medan, diketahui dilaksananakan pada bulan Agustus sampai
terdapat 44 persen dari 450 responden yang Oktober 2012.
mengaku sudah mempunyai pengalaman
seksual sejak usia 16 tahun sampai 18 tahun, Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja
sedangkan 16 persen mengaku pengalaman yang duduk di Sekolah Menengah Kejuruan
seksual sudah mereka dapatkan antara usia (SMK) dan dipilih secara langsung oleh
13 tahun sampai 15 tahun.11 peneliti tanpa ada orang yang mempengaruhi
peneliti. Pemilihan partisipan ini dilakukan
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan di dengan prinsip kesesuaian (appopriateness)
Jakarta menunjukkan hasil bahwa 14 persen dan kecukupan (adequancy). Partisipan
laki-laki dan 7 persen perempuan dari 3006 adalah remaja dengan rentang usia 14 sampai
responden usia 20 tahun sampai 34 tahun 17 tahun di SMA Nusantara Ciputat dengan
yang saat ini sedang berkencan, melakukan jumlah 5 orang, dengan kriteria dapat
hubungan seksual dengan pasangan mereka. berkomunikasi dengan baik, sehinga dapat
Mengenai konsepsi pranikah dan kelahiran menjawab pertanyaan dari peneliti, pernah
dalam perkawinan, hal ini juga ditegaskan berpacaran minimal satu kali. Sedangkan
bahwa dari 1.386 responden setidaknya partisipan pendukung adalah guru bimbingan
memiliki satu anak dan telah menikah dan penyuluh atau biasa disebut sebagai guru
setidaknya satu kali dan sebanyak 10 persen BP yang berjumlah 1 orang. Informasi yang
dari kelahiran adalah konsepsi pranikah.12 diperoleh dari informan pendukung akan
Media televisi seperti iklan, hiburan/musik, digunakan untuk mendapatkan informasi
dan film mempunyai kontribusi terhadap tambahan, cross check data serta untuk
perilaku seks dikalangan remaja. Media lain memperkaya data penelitian.
seperti majalah, buku, internet, dan video Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ternyata juga mempunyai andil yang besar ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
terhadap perubahan perilaku seksual data primer dan sekunder. Pengumpulan data
dikalangan remaja.13 dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang bulan September 2012 yang dilakukan oleh
dilakukan di SMA Nusantara pada partisipan peneliti melalui metode wawancara
yang berusia 17 tahun dan 18 tahun, mendalam (indepth interview) kepada
diperoleh hasil bahwa mereka telah terpapar partisipan dengan pedoman wawancara yang
dengan tindakan pacaran pada saat masih telah disiapkan sebelumnya.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160

Pengumpulan data menggunakan teknik mempengaruhi penjelasan untuk pertanyaan


snowball, yaitu dengan cara menghubungi selanjutnya.
siswi yang pernah menjadi partisipan pada
Dari penjelasan beberapa partisipan
saat studi pendahuluan, dan meminta
mengungkapkan bahwa yang dimaksud
rekomendasi satu orang temannya untuk
seksualitas merupakan suatu hubungan
dijadikan partisipan dan kemudian meminta
seksual atau hubungan intim, seperti
rekomendasi kembali kepada partisipan satu
ungkapan partisipan dibawah ini:
dan seterusnya.
“Seksualitas itu kaya berhubungan
HASIL intim, seksual itu yak kayak
berpasangan gitu, ya berbuat yang
Gambaran Umum Tempat Penelitian
enggak-enggak, ya berbuat intim, jaman
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekarang itu banyak yang kayak gitu, itu
Nusantara merupakan sekolah yang terbagi akibat dari hubungan seksual,..” (Nn.R)
atas dua SMK, yaitu SMK I Nusantara dan
Seksualitas itu kayak hubungan intim,
SMK II Nusantara. Kedua sekolah tersebut
terus yang saya tahu itu saja kak,..”
berada bersebelahan. Penelitian ini dilakukan
(Nn.RS)
di SMK I Nusantara Ciputat.
“Suatu hubungan intim antara laki-laki
SMK I Nusantara Ciputat terdiri dari dua
dan perempuan, seksual dikalangan
belas jurusan, setiap jurusan terdapat empat
remaja sih emang udah enggak gini lagi
hingga enam kelas. Jumlah siswa perempuan
sih, istilah kata budaya sehari hari
lebih banyak dari pada siswa laki-laki, dan
orang anak muda sekarang kalau tidak
diperkiraan sebanyak 70 persen siswa/siswi
pacaran pasti ujung-ujung nya mau nya
pernah melakukan tindakan pacaran.
seksual, mau nyoba-nyona gituan, kalau
Karakteristik Partisipan udah dicoba pasti ketagihan,..” (Tn.RA)

Dalam penelitian ini, informan dibagi “Suatu hubungan intim yang harus
menjadi dua yaitu informan utama dan dilakukan dengan cinta dan kasih
informan pendukung. Informan utama adalah sayang,..” (Tn. R)
remaja yang duduk di kelas X, XI, XII SMK Rangsangan
I Nusantara Ciputat, sebanyak lima orang.
Karakteristik dari informan utama yang Tema ini didapatkan dari kategori makna
diperoleh antara lain pernah berpacaran seksualitas remaja, selain para partisipan
minimal satu kali. Sedangkan untuk informan mengungkapkan makna seksualitas
pendukung yaitu seorang guru BP SMK I merupakan suatu hubungan intim, juga
Nusantara Ciputat. mengungkakan bahwa makna seksualitas
yang mereka ketahui merupakan suatu
Analisa Tematik rangsangan. Hal itu dinyatakan oleh
partisipan sebagai berikut:
Dari hasil analisis tematik dalam penelitian
ini ditemukan 6 tema, yaitu hubungan intim “Seksualitas itu sesuatu hal yang bikin
dan kasih sayang, rangsangan, touching, penasaran orang, kalau menurut saya,
kissing, media dan teman sebaya. Jadi tuh kaya sekedar hasrat atau
hormon ingin melakukan hal-hal yg
Hubungan Intim dan Kasih Sayang tidak disukai Allah, misalnya ciuman,
Tema ini didapatkan dari kategori makna dari berpegangan tangan, ya melakukan hal
seksualitas. Makna seksualitas yang yg seperti itu lah,..” (Tn.D)
diketahui oleh remaja di SMK I Nusantara
“Seksualitas itu rangsangan ” (Tn.R)
Ciputat umumnya tidak menjelaskan makna
seksualitas dengan benar. Oleh sebab “Seksualitas itu gimana ya, mungkin itu
itu,setelah peneliti mengetahui penjelasan salah satu nafsu manusia, yang bisa
dari setiap partisipan, peneliti memberikan memuaskan nafsu manusia,..” (Nn.S)
klarifikasi mengenai jawaban dari partisipan
mengenai seksualitas. Hal ini diperlukan Menurut hasil wawancara dengan informan
karena penjelasan yang kurang tepat akan pendukung, Guru BP SMK I Nusantara
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )

Ciputat mengungkapkan bahwa siswa/siswi dari ciuman bibir, bisa didada, dimana
jarang diberikan materi atau pembelajaran aja anggota tubuh laen, kemudian
mengenai seksualitas. Saya melakukan grepe, grepe itu
menyentuh dada perempuan, kemudian
“Kalau dari kami sih belum pernah
Saya melakukan spongan, spongan itu
memberikan pelajaran seperti itu, tapi
mengisap alat kelamin laki-laki,,,
ada beberapa pelajaran yang disisipin
(Tn.R)”
mengenai seksualitas, mungkin karena
banyak materi yang harus diberikan, Beberapa partisipan mengungkapkan
tapi dulu kayaknya pernah ada frekuensi banyaknya melakukan perilaku
workshop tentang seksualitas, itu yang seksual dengan pasangan mereka. Hal itu
mengadakan dari mahasiswa juga diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:
seperti kalian,..” (Ibu S)
“Pegangan tangan kak?, berapa kali
Touching ya? Terakhir sih tadi kak, pas acara
pensi, berapa kali nya sih enggak
Tema ini didapatkan dari kategori perilaku
kehitung kak, yah lebih dari lima lah
seksualitas remaja, kategori ini ditanyakan
kak”. (Nn.S)
kepada seluruh partisipan utama. Kategori ini
mendapatkan penjelasan dari partisipan “Yah kalau pegangan tangan sih kak
mengenai perilaku seksual yang pernah sering, istilahnya supaya pacar kita
remaja lakukan dengan pasangannya. Salah nggak diambil orang kak,” (Tn.RA)
satu tema dari kategori ini adalah touching.
“Ciuman? udah kak, Cuma sekali doang
Hal itu dinyatakan dari beberrapa partisipan
itu mah, pas SMP doang, sekarang sih
dibawah ini:
enggak kan, tobat..” (Tn.D)
“Alhamdulillah ya, kalo sekarang ni, ya
“Nggak inget kak, selama pacaran
masih ibarat kata baru pacar pertama
kurang lebih selama 2 bulanan...”
juga, jadi baru pegangan tangan, kalau
dibilang seperti itu kak,”(Nn.R) Media
“Paling cuma berpegangan tangan Tema ini didapatkan dari kategori sumber
doang, enggk ada yg laen, ya mungkin dan informasi seksualitas, yang didapatkan
pelukan, rangkulan gitulah kak,”(Nn.S) oleh remaja, kategori ini ditanyakan kepada
seluruh partisipan utama. Kategori ini
Kissing
mendapatkan penjelasan dari partisipan
Sedangkan partisipan lain mengungkapkan mengenai sumber dan inforamasi dari mana
perilaku seksual yang pernah mereka lakukan dan dari siapa informasi itu didapatkan.
dengan pasangan mereka adalah ciuman.
Hal itu dinyatakan dari beberapa partisipan
Hal-hal yang berupa pegangan tangan,
dibawah ini. Banyak sumber yang didapat
merangkul dan cium pipi merupakan hal
oleh remaja khususnya siswa/siswi SMK I
yang wajar mereka lakukan dengan pasangan
Nusantara Ciputat mengenai seksualitas.
mereka. Seperti yang diungkapkan oleh
Beberapa partisipan mengungkapkan sumber
partisipan berikut ini:
yang mereka dapat didapatkan dari berbagai
“Waktu saya masih SMP, melakukan media, seperti majalah, koran, internet dan
hal ciuman kak, yah klo pegangan televisi. Hal itu di nyatakan pada ungkapan
tangan, pelukan, merangkul sih udah partisipan sebagai berikut:
biasalah kak, tergantung tempat dan “Dari majalah, dari koran, dari internet
situasinya sih,..” (Tn.D) juga, pasti kan di Nusantara juga ada
“Ciuman palingan, udah enggak ada workshop tentang seks bebas itu kaya
lagi, pegangan tangan, ciuman pipi, gimana, nah itu dia”. (Nn.R)
udah gitu-gitu aja,..”(Tn.RA) “Dari apa ya? Emm.. internet, dari
masyarakat kayak sama ngobrol sama
“Hubungan seksual sih nggk pernah
teman atau tetangga gitu”. (Tn.R)
kak, tapi dibawah itu pernah Saya
melakukan hal-hal seperti cupang, “Kebanyakan dari internet kak,”
cupang itu melakukan ciuman, tapi lebih (Nn.RS)
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160

“Biasanya dari televisi, dari teman, bersentuhan dengan wilayah sosial yang
dapat informasinya sering, dari teman mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku
sering dapet video-video apa lah, kalau sosial dari masing-masing jenis kelamin.11
dari televisi mungkin cuma ciuman
Seksualitas merupakan suatu proses yang
doang,”(Tn.D)
terjadi sepanjang kehidupan manusia,
Teman Sebaya dimulai dari saat lahir sebagai bayi hingga
secara fisik menjadi mandiri, lepas dari
Tema ini didapatkan dari kategori sumber ibunya dan akan berakhir ketika seorang
dan informasi seksualitas yang remaja meninggal dunia.Ilmu yang mempelajari
dapatkan. Selain media yang didapatkan dari seksualitas adalah seksologi yang terdiri dari
kategori ini, partisipan lainnya aspek sosial budaya, biologis, klinis,
mengungkapkan bahwa sumber informasi psikososial, dan perilaku. Seksualitas
yang paling banyak didapatkan merupakan merupakan bagian dari kehidupan manusia,
dari teman sebaya pada saat mereka baik pria maupun perempuan.
berkumpul ataupun bersama. hal itu
diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut: Salah satu partisipan utama Tn RA (17
tahun/XII), menyatakan bahwa seksualitas
“Banyak, tapi banyak dari temen-temen, merupakan suatu hubungan intim antara laki-
banyak sih temen-temen yang melebihi laki dan wanita, seksualitas dikalangan
batas, kebanyakan dari mereka remaja dipengaruhi oleh budaya saat ini,
ngelakuin itu semua karena cinta, yang dengan melakukan tindakan pacaran dan
kedua dari mereka sendiri sih, tapi ada mencoba hal-hal yang mencakup perilaku
juga yang dipaksa. ari internet juga” seksual yang menyimpang.
(Nn.S)
Suatu pemahaman holistik tentang
Hasil wawancara dengan informan seksualitas merumuskan kembali seksualitas
pendukung, menyatakan bahwa sejalan sebagai suatu kekuatan hidup yang penting,
dengan berkembangnya teknologi yang yang bersifat organik dan melekat kepada
terpapar dengan remaja, banyak media yang totalitas pribadi seseorang, filsafat holistik
didapat untuk mengetahui pemahaman menegaskan bahwa pengungkapan sek-
seksualitas, seperti internet, majalah, televisi sualitas dapat dilakukan dengan berbagai
dan handphone. Hal itu dinyatakan oleh cara, tidak hanya melalui alat kelamin saja,
informan perdukung sebagai berikut: seksualitas juga dapat diungkapkan melalui
peran sosial, peran gender, dan peran
“Banyak yah, sekarang remaja-remaja
keluarga. Misalnya afeksi, kasih, dan
sudah pintar untuk mengakses media-
keakraban yang bersifat non-genital (bukan
media, terutama internet, apalagi
alat kelamin) memang diungkapkan juga
mengenai seksualitas yang notabene
secara erotis, sensual, dan genital.7 Hal ini
merupakan hal yang sangat remaja
sesuai dengan beberapa dimensi seksualitas
ingin diketahui” (Ibu.S)
yaitu, dimensi biologis, dimensi psikososial,
dimensi perilaku, dimensi sosial dan dimensi
PEMBAHASAN
kultural.
Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa Dimensi biologis yang berkaitan dengan
makna seksualitas bagi remaja merupakan reproduksi dan alat kelamin, termasuk
suatu hubungan intim. Partisipan utama (P3) bagaimana menjaga kesehatan dan
yang berusia 17 tahun dan sedang duduk memfungsikan secara optimal organ
dibangku kelas XII menyatakan bahwa reproduksi dan dorongan seksual. Dimensi
seksualitas merupakan suatu hubungan psikososial yang erat kaitannya dengan
seksual antara lawan jenis. bagaimana menjalankan fungsi sebagai
Seksualitas menurut mereka hanya mengarah makhluk seksual, identitas peran atau jenis
pada aspek biologis saja bukan mencakup yang meliputi faktor psikis yaitu emosi,
keseluruhan. Seksualitas memiliki makna pandangan, dan kepribadian, yang
yang lebih luas yang mencakup daya tarik berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu
seksual dan karakteristik yang bersifat bagaimana manusia berinteraksi dengan
biologis maupun sosial, seksualitas lingkungannya secara seksual.
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )

Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana peralihan, usia bermasalah, dan masa
seksualitas muncul dalam hubungan antar mencari identitas.5
manusia, bagaimana pengaruh lingkungan
Periode peralihan merupakan hal yang terjadi
dalam membentuk pandangan tentang
sebelumnya akan meninggalkan bekas pada
seksualitas yang akhirnya membentuk
apa yang terjadi sekarang dan yang akan
perilaku seksual. Dimensi perilaku yang
datang. Peralihan masa kanak-kanak ke masa
menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku
dewasa, anak-anak harus meninggalkan
seksual, yaitu perilaku yang muncul
sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan
berkaitan dengan dorongan atau hasrat
harus mempelajari pola perilaku dan sikap
seksual. Hal ini sesuai dengan pernyataan
baru dalam menuju keremajaan.
dari partisipan utama Tn D (17 tahun/XII),
mengungkapkan bahwa seksualitas itu hasrat Masa remaja merupakan masa bermasalah,
untuk melakukan tindakan seksual. sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-
Dimensi kultural menunjukan perilaku anak diselesaikan oleh orang tua ataupun
seksual menjadi budaya yang ada di guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
masyarakat dan menekankan pada konstruksi mempunyai pengalaman dalam mengatasi
kultural terhadap seksualitas yang masalah. Selain itu, remaja merasa mandiri,
menjadikan makna dan norma-norma sehingga mereka ingin mengatasi
seksualitas berbeda dari budaya yang satu masalahnya sendiri. Ketidakmampuan remaja
dengan budaya yang lain. Dimensi klinis mengatasi masalahnya sendiri, banyak
menangani persoalan-persoalan fisik seperti remaja yang akhirnya menemukan
penyakit, trauma dan masalah-masalah penyelesaian yang tidak sesuai. Masa
perasaan atau psikis, seperti kecemasan, rasa mencari identitas, bagaimana remaja dapat
bersalah, malu, depresi dan konflik, yang menempatkan dirinya diberbagai kelompok.
dapat mengganggu fungsi reproduksi dan Perilaku seksual yang dilakukan oleh
seksualitas.1 siswa/siswi sangat beragam, mulai dari
Pembelajaran atau materi tentang seksualitas berpegangan tangan sampai ketahap oral
yang diberikan oleh pihak sekolah kurang seks. Partisipan utama (P2) berusia 15 tahun
terealisasikan dengan baik, dikarenakan dan sedang duduk dibangku kelas XI,
penuhnya aktivitas pembelajaran disekolah. menyatakan bahwa perilaku seksual yang
Partisipan pendukung Ibu S (42 tahun) pernah dilakukan adalah berpegangan tangan,
menyatakan bahwa dari pihak guru belum berpelukan dan merangkul.
pernah memberikan materi tentang Hal-hal yang dasar seperti berpegangan
seksualitas, tapi ada beberapa guru tangan merupakan awal untuk melakukan
mensisipkan materi seksualitas. aktivitas yang lain. Hal itu sesuai dengan
Selain itu siswa/siswi pernah mendapatkan salah satu bentuk perilaku seksual menurut
workshop mengenai seksualitas, tapi tidak Sarwono (2011)3, yang menyatakan bahwa
rutin dilakukan. Hal ini tidak sesuai dengan berpegangan tangan merupakan aktivitas
manfaat pendidikan seksual menurut yang tidak terlalu menimbulkan rangsangan
Sarwono (2011),3 menyatakan bahwa seksual yang kuat namun biasanya muncul
pendidikan seksual yang diberikan keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma Selain itu remaja melakukan berbagai macam
atau peraturan yang berlaku di masyarakat, perilaku seksual yang beresiko yang terdiri
mencakup apa yang dilarang, apa yang atas tahapan-tahapan tertentu yang dimulai
dilazimkan dan bagaimana melakukannya dari berpegangan tangan.
tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku Perilaku yang sudah menjurus pada
di masyarakat.3 hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium
Kurangnya pendidikan dan pembelajaran pipi (9%), necking (mencium leher) (9%),
seksualitas siswa/siswi SMK I Nusantara meraba organ seksual (4%), petting (2 %)
Ciputat akan berdampak buruk bagi dan hubungan seksual (1%). Hal itu
perkembangan fisiologis maupun psikologis menunjukan bahwa berpegangan tangan
remaja. Ciri-ciri masa remaja yaitu periode merupakan perilaku seksual yang sering
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160

dilakukan oleh remaja dengan persentase perilaku seks bebas. Faktor lain yang dapat
16%. mempengaruhi seorang remaja melakukan
seks bebas karena didorong oleh rasa ingin
Salah satu partisipan utama yang berusia 17 tahu yang besar untuk mencoba segala hal
tahun dan sedang duduk di bangku kelas XII yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri
mengungkapkan bahwa pernah melakukan remaja pada umumnya. Remaja ingin
ciuman bibir sejak duduk dibangku Sekolah mengetahui banyak hal yang hanya dapat
Menengah Pertama, cupang (melakukan dipuaskan serta diwujudkannya melalui
ciuman, tapi lebih dari ciuman bibir, bisa pengalaman mereka sendiri. 3
didada, dimana saja pada anggota tubuh
lain), grepe (meraba-raba dada perempuan) Seksualitas remaja bukanlah suatu aktivitas,
dan spongan (mengisap alat kelamin laki- peristiwa atau perilaku. Sebaliknya,
laki/oral seks). Hal tersebut dilakukan atas seksualitas remaja adalah bidang kehidupan
kesepakatan bersama kedua belah pihak. yang luas, rumit, dan berpotensi memberi
kegembiraan. Seksualitas remaja bersifat
Perilaku seksual yang terjadi dipengaruhi spiritual, intelektual, emosional, religious,
oleh perilaku-perilaku teman sebayanya agar kulktural, dan juga biologis. Aktivitas
tidak merasa ditolak dan dibaikan oleh teman seksual sepantasnya tidak semata-mata
sebayanya. Hasil penelitian Soetjiningsih mencakup persetubuhan dan kontrasepsi.
(2004) memaparkan bahwa faktor-faktor Aktivitas seksual remaja mencakup hal
yang mempengaruhi perilaku seksual remaja berciuman, bercumbu-cumbuan, menyentuh,
adalah hubungan remaja dengan orang memegang, merangkul, mengkhayal, sen-
tuanya, tekanan negatif kelompok sebaya, sualitas (nafsu birahi), dan perilaku erotis. 11
pemahaman tingkat agama dan penerimaan
informasi dari berbagai media tentang Usaha yang dilakukan dari pihak sekolah
seksualitas yang mempengaruhi perilaku dalam mengurangi perilaku seksual yang
seksual. 12 menyimpang yang terjadi pada siswa/siswi
nya yaitu mengadakan keputrian bagi siswi
Salah satu aspek paling kritis dalam masa dan solat jumat berjamaah bagi siswa secara
remaja adalah menyangkut pergaulan, baik rutin dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
pergaulan sesama jenis maupun lawan jenis, meningkatkan keimanan siswa/siswi SMK I
jika tidak berhati-hati dalam bertindak, maka Nusantara Ciputat. Sesuai dengan penelitian
pergaulan remaja akan menjurus ke hal-hal Zulaikha (2010)14 yang memaparkan bahwa
yang negatif seperti perilaku seksual yang anda hubungan tingkat religious dengan
menyimpang. perilaku seksual, dimana semakin tinggi
Perilaku seks tidak terjadi dengan sendirinya tingkat religiusitas maka perilaku seksual
melainkan didorong atau dimotivasi oleh yang dilakukan semakin rendah, dan
faktor-faktor internal yang tidak dapat sebaliknya.
diamati secara langsung (tidak kasat mata), Remaja dalam mencari sumber informasi
sehingga individu tergerak untuk melakukan terkait dengan seksualitas cenderung
perilaku seks bebas. Motivasi merupakan didapatkan dari berbagai macam media,
penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan diantaranya media internet, majalah, koran,
mendorong seseorang untuk melakukan telepon genggan dan media televisi. Hal ini
perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, sesuai dengan pernyataan partisipan utama
perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh (P4) yang berusia 18 tahun dan sedang duduk
rasa sayang dan cinta dengan didominasi dibangku kelas XII, yang memaparkan
oleh perasaan kedekatan dan gairah yang bahwa sumber yang lebih sering dicari
tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai adalah dari media internet.
komitmen yang jelas (romantic love), atau
Paparan media massa, baik cetak maupun
karena pengaruh kelompok (konformitas).
elektronik mempunyai pengaruh terhadap
Remaja ingin menjadi bagian dari remaja untuk melakukan perilaku seksual
kelompoknya dengan mengikuti norma- yang menyimpang. Hal ini mengakibatkan
norma yang telah dianut oleh kelompoknya, remaja cenderung menggunakan media
dalam hal ini kelompoknya telah melakukan informasi elektronik secara negatif. 6
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Partisipan utama yang lain (P2) yang berusia
Elektronik pasal 4 menyebutkan bahwa 15 tahun dan sedang duduk di bangku kelas
informasi yang didapatkan bertujuan untuk, XII, memaparkan bahwa mendapatkan
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai sumber informasi mengenai seksualitas lebih
bagian dari masyarakat informasi dunia; banyak didapatkan dari teman sebayanya.
mengembangkan perdagangan dan
perekonomian nasional dalam rangka Pada saat remaja mendapatkan suatu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; pendapat atau saran tentang seks dari teman
meningkatkan efektivitas dan efisiensi sebayanya, remaja cenderung menerima,
pelayanan publik; membuka kesempatan karena remaja itu mempunyai ketakutan atau
seluas-luasnya kepada setiap orang untuk kecemasan bila tidak melakukannya akan di
memajukan pemikiran dan kemampuan di asingkan dalam suatu kelompok tersebut.
bidang penggunaan dan pemanfaatan Bila suatu kelompok remaja sudah menuntut
Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan hak bertindak kolektif yang membatasi
bertanggung jawab; dan memberikan rasa kebebasan individu, maka hilanglah
aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi kesempatan emansipasi dalam kelompok.
pengguna dan penyelenggara Teknologi Dalam kelompok-kelompok dengan kohesi
Informasi. yang kuat, berkembang norma-norma
kelompok tertentu, remaja akan lebih
Paparan informasi seksualitas dari media mementingkan perannya sebagai anggota
massa (baik cetak maupun elektronik) yang kelompok daripada mengembangkan pola
cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dirinya sendiri.11
dapat menjadi referensi yang tidak mendidik
bagi remaja, karena remaja yang sedang Informasi dan sumber yang didapatkan
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, semua partisipan tidak memaparkan bahwa
akan meniru yang dilihat dan didengarnya informasi yang mereka dapat berasal dari
dari media massa tersebut, maka dari itu orangtua. Padahal Bilamana orang tua
sumber yang lain baik dan bertanggung mampu memberikan pemahaman mengenai
jawab diperlukan oleh remaja, agar remaja perilaku seks kepada anak-anaknya, maka
tidak salah dalam mendapatkan informasi. anak-anaknya cenderung mengontrol
perilaku seksnya itu sesuai dengan
Orang yang memberikan informasi berup pemahaman yang diberikan orang tuanya.
video porno ke dalam media elektronik
internet merupakan tindakan yang tidak Hal ini terjadi karena pada dasarnya
boleh dilakukan, hal ini sesuai Undang- pendidikan seks yang terbaik adalah yang
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik diberikan oleh orang tua sendiri. Kesulitan
Pasal 27 ayat 1, yaitu setiap orang dengan yang timbul kemudian adalah apabila
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan pengetahuan orang tua kurang memadai
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat menyebabkan sikap kurang terbuka dan
dapat diaksesnya Informasi Elektronik cenderung tidak memberikan pemahaman
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki tentang masalah-masalah seks anak.
muatan yang melanggar kesusilaan. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks
yang tidak sehat. 3
Media televisi seperti iklan, infotainment,
hiburan/musik, dan film mempunyai Fungsi utama dari teman sebaya yaitu
kontribusi terhadap perilaku seks dikalangan memberikan sumber informasi dan
remaja. Media lain seperti majalah, buku, perbandingan tentang dunia di luar keluarga,
internet, dan VCD ternyata juga mempunyai sehingga hubungan dengan teman sebaya
andil yang besar terhadap perubahan perilaku yang baik dapat membawa anak ke perilaku
seksual dikalangan remaja. Disarankan yang baik dan begitu sebaliknya. Dampak
kepada orang tua dan pendidik (guru) negatif dari kelompok teman sebaya dan
kiranya, sejak dini memberikan bimbingan, media massa yaitu dapat membawa remaja
pengawasan dan pelajaran kepada anak- terlibat dalam kenakalan remaja seperti
anaknya dari pengaruh buruk media. Pemilik terlibat narkoba, free sex, tawuran serta
TV swasta hendaknya menyiarkan acara- ketidakmampuan untuk membina hubungan
acara yang memiliki nilai pendidikan.6 yang baik dengan orang lain.11
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160

Kurangnya waktu luang remaja untuk UCAPAN TERIMA KASIH


berinteraksi dengan lingkingannya dapat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
memberikan dampak negatif terhadap
pihak sekolah SMK 1 Nusantara Ciputat
perkembangan sosial dan kepribadian remaja
yang telah memberikan kesempatan kepada
karena kelompok teman sebaya akan
peneliti untuk melakukan penelitian. Ucapan
menciptakan lingkungan sosial yang
terima kasih juga penulis sampaikan kepada
mengajar dan mengasah tanggung jawab
siswa/siswi yang telah bersedia membantu
sosial. Interaksi yang positif dengan teman
demi terlaksananya penelitian ini.
sebaya dapat membantu remaja membangun
perasaan menjadi anak populer dan kemudian
berdampak pada tindakan prososial seperti DAFTAR PUSTAKA
kemampuan memecahkan masalah sosial, 1. PILAR PKBI. Lembaga Yang Peduli
membangun hubungan pertemanan, dan Terhadap Masalah Remaja. 2010. Jawa
memiliki perilaku sosial yang positif. 3 Tengah: PKBI
2. Manuaba, Ida Bagus Gede. Memahami
Informasi seksual yang benar dapat berfungsi Kesehatan Reproduksi Wanita Editor:
sebagai instrument pencegahan pernikahan Monica Ester. 1999. Jakarta
3. Sarwono, S,W. Psikologi Remaja. PT. 2011.
dini sekaligus berfungsi sebagai alat Jakarta: Raja Grafindo Persada
propaganda program keluarga berencana 4. Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan
(KB) yang murah, namun efektif. Sebagai Remaja Problem Dan Solusinya. 2010.
contoh, penjelasan tentang bahaya Jakarta: Salemba Medika
5. Notoatmodjo, S. Pendidikan Dan Perilaku
pernikahan dini atau kehamilan dini dan Kesehatan. 2003. Jakarta: PT. Rineka Cipta
penerangan tentang usia ideal untuk menikah 6. Irianto, K. Memahami Seksologi. 2010.
akan mendorong para remaja menunda Bandung: Sinar Baru Algensindo
pernikahan dini karena menyadari kekeliruan 7. Widayati, Danik. Hubungan antara
yang berpotensi mengancam kesehatan, baik pengetahuan terhadap sikap remaja tentang
hubungan seksual pranikah di SMA Negeri 1
bayi yang mereka lahirkan maupun mereka Semarang. 2006. Jawa Tengah
sebagai orang tua.15 8. Sulistianingrum. Hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja putri dengan
KESIMPULAN DAN SARAN perilaku seksual di Akademi Kebidanan
Kabupaten Kendal. 2009. Solo
Kesimpulan 9. Depkes. RI. Kesehatan Reproduksi. 2001.
Jakarta
Remaja cenderung memahami bahwa 10. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan
seksualitas itu merupakan suatu hubungan dan Ilmu Prelaku. 2007. Jakarta: Rineka
seksual antara laki-laki dan perempuan. Hal Cipta
11. Roumauli, Suryati. Kesehatan Reproduksi.
ini membuktikan bahwa kurang terpaparnya 2009. Yogyakarta: Nuha Medika
remaja terhadap makna seksualitas. Sumber 12. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak dan
dan jenis informasi yang didapat dan sering Remaja. 2004. Jakarta: Sagung Seto
dicari oleh remaja adalah media internet, 13. Winkjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan.
televisi, majalah dan handphone. 2006. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirihardjo
Saran 14. Zulaikha, Fatikah. Jurnal KTI tentang
Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Diperlukan peran aktif pihak sekolah dalam Reproduksi Remaja Putri terhadap Sikap
memberikan informasi serta pendidikan Menghadapi PMS di SMA N 05
Surakarta. 2010. Surakarta
tentang bagaimana berperilaku seksual yang 15. Taufik, M. Analisis Penyebab Perilaku
benar. Selain itu, diperlukan pendampingan Hubungan Seksual Pra Nikah Pada Remaja di
pada remaja dalam menerima informasi Kota Pontianak (Studi Kualitatif). 2010.
secara benar tentang pendidikan seksual. Depok: Universitas Indonesia

You might also like