Professional Documents
Culture Documents
al )
Abstract
Background: Curiosity about sexuality in addition to the sexual desire often lead adolescents to engage in
sexual activities. This might result in some sexual behaviour problems, such as sexual violence, unwanted
pregnancies, abortion, and early marriage.
Objective: To explore the importance of sexuality, sexual behaviour, and types and sources of information
about sexual behaviour among senior high school students in Ciputat.
Methods: This was a qualitative study using the phenomenological research design. The study was
conducted from August to October 2012 in SMK I Nusantara Ciputat. Participants were five adolescents
aged 14 to 17 years. The selection of participants was based on the appropriateness and adequacy criteria.
Results: The results showed that students of SMK I Nusantara Ciputat could not correctly describe the
importance of sexuality. Adolescents tended to perceive sexuality as sexual intercourse experience between
a man and a woman. Some sexual behaviours reported done by students of SMK I Nusantara Ciputat were
holding hands, hugging, cheek kissing, lips kissing, hickey and “grepe” (oral sex).
Conclusions: The lack of information on sexuality and reproductive health among adolescents resulted in
adolescents' engagement in high risk behaviour. It is recommended to increase access to information and
conduct education activities about sexuality and reproductive health.
Abstrak
Latar Belakang: Keingintahuan remaja tentang seksualitas dan dorongan seksual menyebabkan remaja
terlibat dalam aktivitas seksual, yang pada akhirnya menciptakan masalah pada remaja yang berhubungan
dengan perilaku seksual, seperti kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan
pernikahan dini.
Tujuan: Menggali makna seksualitas, perilaku seksual, jenis dan sumber informasi tentang perilaku
seksual remaja putri SMA di Ciputat.
Metode: Merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis yang dilakukan sejak Agustus
hingga Oktober 2012 di SMK I Nusantara Ciputat. Partisipan penelitian adalah remaja usia 14-17 tahun
sebanyak lima orang. Pemilihan partisipan dilakukan dengan prinsip kesesuain (appopriateness) dan
kecukupan (adequancy) sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi SMK Nusantara I Ciputat kurang benar dalam
menggambarkan makna seksualitas. Remaja cenderung memahami bahwa seksualitas adalah hubungan
seksual antara pria dan wanita. Beberapa perilaku seksual oleh remaja siswa I SMK Nusantara ciputat yaitu
berpegangan tangan, pelukan, ciuman di pipi, berciuman bibir, cupang, bahkan "grepe" (Oral seks).
Kesimpulan: Kurangnya informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi di kalangan remaja
membawa remaja kepada perilaku berisiko. Rekomendasi adalah untuk meningkatkan aksesibilitas
informasi dan untuk mendidik remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Naskah masuk: 3 Oktober 2012, Review: 15 Oktober 2012, Disetujui terbit: 10 Desember 2012
diinginkan di dunia berakhir dengan aborsi dibangku sekolah dasar. Aktivitas seksual
yang disengaja dan 20 juta diantaranya yang pernah mereka lakukan diantaranya
dilakukan secara tidak aman.8 Aborsi yang berpegangan tangan, merangkul, bercium
tidak aman sering menyebabkan kematian pipi dan bibir. Tindakan tersebut dilakukan
pada remaja. Aborsi tidak aman tanpa paksaan dari pasangan melainkan
berkontribusi sebesar 13 persen terhadap merupakan kesepakatan bersama kedua belah
seluruh kematian ibu di dunia.9 pihak.
Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Penelitian yang menggali tentang
dunia sebanyak 33,3 juta kasus dan di Asia pengalaman seksualitas pada remaja
sebanyak 4,9 juta kasus. Data lainnya perempuan belum banyak dilakukan. Oleh
menyebutkan bahwa 20 sampai 25 persen karena itu, peneliti ingin mengekplorasikan
dari seluruh infeksi HIV di dunia terjadi pada lebih dalam tentang bagaimana pengalaman
remaja dan perempuan lebih rentan untuk perilaku seksual remaja perempuan
tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki. berdasarkan ungkapan atau cerita langsung
Di Indonesia, penderita HIV-AIDS pada dari mereka.
tahun 2002 sebanyak 110 ribu, pada tahun
2006 sebanyak 193 ribu, dan pada tahun METODE
2007 hingga 2008 jumlah kasus terus
bertambah menjadi 270 ribu kasus.10 Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif, dengan desain penelitian
Terkait dengan perilaku seksual, berdasarkan fenomenologis. Penelitian ini dilakukan di
penelitian yang dilakukan di Jakarta, SMK I Nusantara Ciputat. Penelitian ini
Bandung, Surabaya, dan Medan, diketahui dilaksananakan pada bulan Agustus sampai
terdapat 44 persen dari 450 responden yang Oktober 2012.
mengaku sudah mempunyai pengalaman
seksual sejak usia 16 tahun sampai 18 tahun, Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja
sedangkan 16 persen mengaku pengalaman yang duduk di Sekolah Menengah Kejuruan
seksual sudah mereka dapatkan antara usia (SMK) dan dipilih secara langsung oleh
13 tahun sampai 15 tahun.11 peneliti tanpa ada orang yang mempengaruhi
peneliti. Pemilihan partisipan ini dilakukan
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan di dengan prinsip kesesuaian (appopriateness)
Jakarta menunjukkan hasil bahwa 14 persen dan kecukupan (adequancy). Partisipan
laki-laki dan 7 persen perempuan dari 3006 adalah remaja dengan rentang usia 14 sampai
responden usia 20 tahun sampai 34 tahun 17 tahun di SMA Nusantara Ciputat dengan
yang saat ini sedang berkencan, melakukan jumlah 5 orang, dengan kriteria dapat
hubungan seksual dengan pasangan mereka. berkomunikasi dengan baik, sehinga dapat
Mengenai konsepsi pranikah dan kelahiran menjawab pertanyaan dari peneliti, pernah
dalam perkawinan, hal ini juga ditegaskan berpacaran minimal satu kali. Sedangkan
bahwa dari 1.386 responden setidaknya partisipan pendukung adalah guru bimbingan
memiliki satu anak dan telah menikah dan penyuluh atau biasa disebut sebagai guru
setidaknya satu kali dan sebanyak 10 persen BP yang berjumlah 1 orang. Informasi yang
dari kelahiran adalah konsepsi pranikah.12 diperoleh dari informan pendukung akan
Media televisi seperti iklan, hiburan/musik, digunakan untuk mendapatkan informasi
dan film mempunyai kontribusi terhadap tambahan, cross check data serta untuk
perilaku seks dikalangan remaja. Media lain memperkaya data penelitian.
seperti majalah, buku, internet, dan video Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ternyata juga mempunyai andil yang besar ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
terhadap perubahan perilaku seksual data primer dan sekunder. Pengumpulan data
dikalangan remaja.13 dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang bulan September 2012 yang dilakukan oleh
dilakukan di SMA Nusantara pada partisipan peneliti melalui metode wawancara
yang berusia 17 tahun dan 18 tahun, mendalam (indepth interview) kepada
diperoleh hasil bahwa mereka telah terpapar partisipan dengan pedoman wawancara yang
dengan tindakan pacaran pada saat masih telah disiapkan sebelumnya.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160
Dalam penelitian ini, informan dibagi “Suatu hubungan intim yang harus
menjadi dua yaitu informan utama dan dilakukan dengan cinta dan kasih
informan pendukung. Informan utama adalah sayang,..” (Tn. R)
remaja yang duduk di kelas X, XI, XII SMK Rangsangan
I Nusantara Ciputat, sebanyak lima orang.
Karakteristik dari informan utama yang Tema ini didapatkan dari kategori makna
diperoleh antara lain pernah berpacaran seksualitas remaja, selain para partisipan
minimal satu kali. Sedangkan untuk informan mengungkapkan makna seksualitas
pendukung yaitu seorang guru BP SMK I merupakan suatu hubungan intim, juga
Nusantara Ciputat. mengungkakan bahwa makna seksualitas
yang mereka ketahui merupakan suatu
Analisa Tematik rangsangan. Hal itu dinyatakan oleh
partisipan sebagai berikut:
Dari hasil analisis tematik dalam penelitian
ini ditemukan 6 tema, yaitu hubungan intim “Seksualitas itu sesuatu hal yang bikin
dan kasih sayang, rangsangan, touching, penasaran orang, kalau menurut saya,
kissing, media dan teman sebaya. Jadi tuh kaya sekedar hasrat atau
hormon ingin melakukan hal-hal yg
Hubungan Intim dan Kasih Sayang tidak disukai Allah, misalnya ciuman,
Tema ini didapatkan dari kategori makna dari berpegangan tangan, ya melakukan hal
seksualitas. Makna seksualitas yang yg seperti itu lah,..” (Tn.D)
diketahui oleh remaja di SMK I Nusantara
“Seksualitas itu rangsangan ” (Tn.R)
Ciputat umumnya tidak menjelaskan makna
seksualitas dengan benar. Oleh sebab “Seksualitas itu gimana ya, mungkin itu
itu,setelah peneliti mengetahui penjelasan salah satu nafsu manusia, yang bisa
dari setiap partisipan, peneliti memberikan memuaskan nafsu manusia,..” (Nn.S)
klarifikasi mengenai jawaban dari partisipan
mengenai seksualitas. Hal ini diperlukan Menurut hasil wawancara dengan informan
karena penjelasan yang kurang tepat akan pendukung, Guru BP SMK I Nusantara
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )
Ciputat mengungkapkan bahwa siswa/siswi dari ciuman bibir, bisa didada, dimana
jarang diberikan materi atau pembelajaran aja anggota tubuh laen, kemudian
mengenai seksualitas. Saya melakukan grepe, grepe itu
menyentuh dada perempuan, kemudian
“Kalau dari kami sih belum pernah
Saya melakukan spongan, spongan itu
memberikan pelajaran seperti itu, tapi
mengisap alat kelamin laki-laki,,,
ada beberapa pelajaran yang disisipin
(Tn.R)”
mengenai seksualitas, mungkin karena
banyak materi yang harus diberikan, Beberapa partisipan mengungkapkan
tapi dulu kayaknya pernah ada frekuensi banyaknya melakukan perilaku
workshop tentang seksualitas, itu yang seksual dengan pasangan mereka. Hal itu
mengadakan dari mahasiswa juga diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:
seperti kalian,..” (Ibu S)
“Pegangan tangan kak?, berapa kali
Touching ya? Terakhir sih tadi kak, pas acara
pensi, berapa kali nya sih enggak
Tema ini didapatkan dari kategori perilaku
kehitung kak, yah lebih dari lima lah
seksualitas remaja, kategori ini ditanyakan
kak”. (Nn.S)
kepada seluruh partisipan utama. Kategori ini
mendapatkan penjelasan dari partisipan “Yah kalau pegangan tangan sih kak
mengenai perilaku seksual yang pernah sering, istilahnya supaya pacar kita
remaja lakukan dengan pasangannya. Salah nggak diambil orang kak,” (Tn.RA)
satu tema dari kategori ini adalah touching.
“Ciuman? udah kak, Cuma sekali doang
Hal itu dinyatakan dari beberrapa partisipan
itu mah, pas SMP doang, sekarang sih
dibawah ini:
enggak kan, tobat..” (Tn.D)
“Alhamdulillah ya, kalo sekarang ni, ya
“Nggak inget kak, selama pacaran
masih ibarat kata baru pacar pertama
kurang lebih selama 2 bulanan...”
juga, jadi baru pegangan tangan, kalau
dibilang seperti itu kak,”(Nn.R) Media
“Paling cuma berpegangan tangan Tema ini didapatkan dari kategori sumber
doang, enggk ada yg laen, ya mungkin dan informasi seksualitas, yang didapatkan
pelukan, rangkulan gitulah kak,”(Nn.S) oleh remaja, kategori ini ditanyakan kepada
seluruh partisipan utama. Kategori ini
Kissing
mendapatkan penjelasan dari partisipan
Sedangkan partisipan lain mengungkapkan mengenai sumber dan inforamasi dari mana
perilaku seksual yang pernah mereka lakukan dan dari siapa informasi itu didapatkan.
dengan pasangan mereka adalah ciuman.
Hal itu dinyatakan dari beberapa partisipan
Hal-hal yang berupa pegangan tangan,
dibawah ini. Banyak sumber yang didapat
merangkul dan cium pipi merupakan hal
oleh remaja khususnya siswa/siswi SMK I
yang wajar mereka lakukan dengan pasangan
Nusantara Ciputat mengenai seksualitas.
mereka. Seperti yang diungkapkan oleh
Beberapa partisipan mengungkapkan sumber
partisipan berikut ini:
yang mereka dapat didapatkan dari berbagai
“Waktu saya masih SMP, melakukan media, seperti majalah, koran, internet dan
hal ciuman kak, yah klo pegangan televisi. Hal itu di nyatakan pada ungkapan
tangan, pelukan, merangkul sih udah partisipan sebagai berikut:
biasalah kak, tergantung tempat dan “Dari majalah, dari koran, dari internet
situasinya sih,..” (Tn.D) juga, pasti kan di Nusantara juga ada
“Ciuman palingan, udah enggak ada workshop tentang seks bebas itu kaya
lagi, pegangan tangan, ciuman pipi, gimana, nah itu dia”. (Nn.R)
udah gitu-gitu aja,..”(Tn.RA) “Dari apa ya? Emm.. internet, dari
masyarakat kayak sama ngobrol sama
“Hubungan seksual sih nggk pernah
teman atau tetangga gitu”. (Tn.R)
kak, tapi dibawah itu pernah Saya
melakukan hal-hal seperti cupang, “Kebanyakan dari internet kak,”
cupang itu melakukan ciuman, tapi lebih (Nn.RS)
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160
“Biasanya dari televisi, dari teman, bersentuhan dengan wilayah sosial yang
dapat informasinya sering, dari teman mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku
sering dapet video-video apa lah, kalau sosial dari masing-masing jenis kelamin.11
dari televisi mungkin cuma ciuman
Seksualitas merupakan suatu proses yang
doang,”(Tn.D)
terjadi sepanjang kehidupan manusia,
Teman Sebaya dimulai dari saat lahir sebagai bayi hingga
secara fisik menjadi mandiri, lepas dari
Tema ini didapatkan dari kategori sumber ibunya dan akan berakhir ketika seorang
dan informasi seksualitas yang remaja meninggal dunia.Ilmu yang mempelajari
dapatkan. Selain media yang didapatkan dari seksualitas adalah seksologi yang terdiri dari
kategori ini, partisipan lainnya aspek sosial budaya, biologis, klinis,
mengungkapkan bahwa sumber informasi psikososial, dan perilaku. Seksualitas
yang paling banyak didapatkan merupakan merupakan bagian dari kehidupan manusia,
dari teman sebaya pada saat mereka baik pria maupun perempuan.
berkumpul ataupun bersama. hal itu
diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut: Salah satu partisipan utama Tn RA (17
tahun/XII), menyatakan bahwa seksualitas
“Banyak, tapi banyak dari temen-temen, merupakan suatu hubungan intim antara laki-
banyak sih temen-temen yang melebihi laki dan wanita, seksualitas dikalangan
batas, kebanyakan dari mereka remaja dipengaruhi oleh budaya saat ini,
ngelakuin itu semua karena cinta, yang dengan melakukan tindakan pacaran dan
kedua dari mereka sendiri sih, tapi ada mencoba hal-hal yang mencakup perilaku
juga yang dipaksa. ari internet juga” seksual yang menyimpang.
(Nn.S)
Suatu pemahaman holistik tentang
Hasil wawancara dengan informan seksualitas merumuskan kembali seksualitas
pendukung, menyatakan bahwa sejalan sebagai suatu kekuatan hidup yang penting,
dengan berkembangnya teknologi yang yang bersifat organik dan melekat kepada
terpapar dengan remaja, banyak media yang totalitas pribadi seseorang, filsafat holistik
didapat untuk mengetahui pemahaman menegaskan bahwa pengungkapan sek-
seksualitas, seperti internet, majalah, televisi sualitas dapat dilakukan dengan berbagai
dan handphone. Hal itu dinyatakan oleh cara, tidak hanya melalui alat kelamin saja,
informan perdukung sebagai berikut: seksualitas juga dapat diungkapkan melalui
peran sosial, peran gender, dan peran
“Banyak yah, sekarang remaja-remaja
keluarga. Misalnya afeksi, kasih, dan
sudah pintar untuk mengakses media-
keakraban yang bersifat non-genital (bukan
media, terutama internet, apalagi
alat kelamin) memang diungkapkan juga
mengenai seksualitas yang notabene
secara erotis, sensual, dan genital.7 Hal ini
merupakan hal yang sangat remaja
sesuai dengan beberapa dimensi seksualitas
ingin diketahui” (Ibu.S)
yaitu, dimensi biologis, dimensi psikososial,
dimensi perilaku, dimensi sosial dan dimensi
PEMBAHASAN
kultural.
Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa Dimensi biologis yang berkaitan dengan
makna seksualitas bagi remaja merupakan reproduksi dan alat kelamin, termasuk
suatu hubungan intim. Partisipan utama (P3) bagaimana menjaga kesehatan dan
yang berusia 17 tahun dan sedang duduk memfungsikan secara optimal organ
dibangku kelas XII menyatakan bahwa reproduksi dan dorongan seksual. Dimensi
seksualitas merupakan suatu hubungan psikososial yang erat kaitannya dengan
seksual antara lawan jenis. bagaimana menjalankan fungsi sebagai
Seksualitas menurut mereka hanya mengarah makhluk seksual, identitas peran atau jenis
pada aspek biologis saja bukan mencakup yang meliputi faktor psikis yaitu emosi,
keseluruhan. Seksualitas memiliki makna pandangan, dan kepribadian, yang
yang lebih luas yang mencakup daya tarik berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu
seksual dan karakteristik yang bersifat bagaimana manusia berinteraksi dengan
biologis maupun sosial, seksualitas lingkungannya secara seksual.
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )
Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana peralihan, usia bermasalah, dan masa
seksualitas muncul dalam hubungan antar mencari identitas.5
manusia, bagaimana pengaruh lingkungan
Periode peralihan merupakan hal yang terjadi
dalam membentuk pandangan tentang
sebelumnya akan meninggalkan bekas pada
seksualitas yang akhirnya membentuk
apa yang terjadi sekarang dan yang akan
perilaku seksual. Dimensi perilaku yang
datang. Peralihan masa kanak-kanak ke masa
menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku
dewasa, anak-anak harus meninggalkan
seksual, yaitu perilaku yang muncul
sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan
berkaitan dengan dorongan atau hasrat
harus mempelajari pola perilaku dan sikap
seksual. Hal ini sesuai dengan pernyataan
baru dalam menuju keremajaan.
dari partisipan utama Tn D (17 tahun/XII),
mengungkapkan bahwa seksualitas itu hasrat Masa remaja merupakan masa bermasalah,
untuk melakukan tindakan seksual. sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-
Dimensi kultural menunjukan perilaku anak diselesaikan oleh orang tua ataupun
seksual menjadi budaya yang ada di guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
masyarakat dan menekankan pada konstruksi mempunyai pengalaman dalam mengatasi
kultural terhadap seksualitas yang masalah. Selain itu, remaja merasa mandiri,
menjadikan makna dan norma-norma sehingga mereka ingin mengatasi
seksualitas berbeda dari budaya yang satu masalahnya sendiri. Ketidakmampuan remaja
dengan budaya yang lain. Dimensi klinis mengatasi masalahnya sendiri, banyak
menangani persoalan-persoalan fisik seperti remaja yang akhirnya menemukan
penyakit, trauma dan masalah-masalah penyelesaian yang tidak sesuai. Masa
perasaan atau psikis, seperti kecemasan, rasa mencari identitas, bagaimana remaja dapat
bersalah, malu, depresi dan konflik, yang menempatkan dirinya diberbagai kelompok.
dapat mengganggu fungsi reproduksi dan Perilaku seksual yang dilakukan oleh
seksualitas.1 siswa/siswi sangat beragam, mulai dari
Pembelajaran atau materi tentang seksualitas berpegangan tangan sampai ketahap oral
yang diberikan oleh pihak sekolah kurang seks. Partisipan utama (P2) berusia 15 tahun
terealisasikan dengan baik, dikarenakan dan sedang duduk dibangku kelas XI,
penuhnya aktivitas pembelajaran disekolah. menyatakan bahwa perilaku seksual yang
Partisipan pendukung Ibu S (42 tahun) pernah dilakukan adalah berpegangan tangan,
menyatakan bahwa dari pihak guru belum berpelukan dan merangkul.
pernah memberikan materi tentang Hal-hal yang dasar seperti berpegangan
seksualitas, tapi ada beberapa guru tangan merupakan awal untuk melakukan
mensisipkan materi seksualitas. aktivitas yang lain. Hal itu sesuai dengan
Selain itu siswa/siswi pernah mendapatkan salah satu bentuk perilaku seksual menurut
workshop mengenai seksualitas, tapi tidak Sarwono (2011)3, yang menyatakan bahwa
rutin dilakukan. Hal ini tidak sesuai dengan berpegangan tangan merupakan aktivitas
manfaat pendidikan seksual menurut yang tidak terlalu menimbulkan rangsangan
Sarwono (2011),3 menyatakan bahwa seksual yang kuat namun biasanya muncul
pendidikan seksual yang diberikan keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma Selain itu remaja melakukan berbagai macam
atau peraturan yang berlaku di masyarakat, perilaku seksual yang beresiko yang terdiri
mencakup apa yang dilarang, apa yang atas tahapan-tahapan tertentu yang dimulai
dilazimkan dan bagaimana melakukannya dari berpegangan tangan.
tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku Perilaku yang sudah menjurus pada
di masyarakat.3 hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium
Kurangnya pendidikan dan pembelajaran pipi (9%), necking (mencium leher) (9%),
seksualitas siswa/siswi SMK I Nusantara meraba organ seksual (4%), petting (2 %)
Ciputat akan berdampak buruk bagi dan hubungan seksual (1%). Hal itu
perkembangan fisiologis maupun psikologis menunjukan bahwa berpegangan tangan
remaja. Ciri-ciri masa remaja yaitu periode merupakan perilaku seksual yang sering
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160
dilakukan oleh remaja dengan persentase perilaku seks bebas. Faktor lain yang dapat
16%. mempengaruhi seorang remaja melakukan
seks bebas karena didorong oleh rasa ingin
Salah satu partisipan utama yang berusia 17 tahu yang besar untuk mencoba segala hal
tahun dan sedang duduk di bangku kelas XII yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri
mengungkapkan bahwa pernah melakukan remaja pada umumnya. Remaja ingin
ciuman bibir sejak duduk dibangku Sekolah mengetahui banyak hal yang hanya dapat
Menengah Pertama, cupang (melakukan dipuaskan serta diwujudkannya melalui
ciuman, tapi lebih dari ciuman bibir, bisa pengalaman mereka sendiri. 3
didada, dimana saja pada anggota tubuh
lain), grepe (meraba-raba dada perempuan) Seksualitas remaja bukanlah suatu aktivitas,
dan spongan (mengisap alat kelamin laki- peristiwa atau perilaku. Sebaliknya,
laki/oral seks). Hal tersebut dilakukan atas seksualitas remaja adalah bidang kehidupan
kesepakatan bersama kedua belah pihak. yang luas, rumit, dan berpotensi memberi
kegembiraan. Seksualitas remaja bersifat
Perilaku seksual yang terjadi dipengaruhi spiritual, intelektual, emosional, religious,
oleh perilaku-perilaku teman sebayanya agar kulktural, dan juga biologis. Aktivitas
tidak merasa ditolak dan dibaikan oleh teman seksual sepantasnya tidak semata-mata
sebayanya. Hasil penelitian Soetjiningsih mencakup persetubuhan dan kontrasepsi.
(2004) memaparkan bahwa faktor-faktor Aktivitas seksual remaja mencakup hal
yang mempengaruhi perilaku seksual remaja berciuman, bercumbu-cumbuan, menyentuh,
adalah hubungan remaja dengan orang memegang, merangkul, mengkhayal, sen-
tuanya, tekanan negatif kelompok sebaya, sualitas (nafsu birahi), dan perilaku erotis. 11
pemahaman tingkat agama dan penerimaan
informasi dari berbagai media tentang Usaha yang dilakukan dari pihak sekolah
seksualitas yang mempengaruhi perilaku dalam mengurangi perilaku seksual yang
seksual. 12 menyimpang yang terjadi pada siswa/siswi
nya yaitu mengadakan keputrian bagi siswi
Salah satu aspek paling kritis dalam masa dan solat jumat berjamaah bagi siswa secara
remaja adalah menyangkut pergaulan, baik rutin dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
pergaulan sesama jenis maupun lawan jenis, meningkatkan keimanan siswa/siswi SMK I
jika tidak berhati-hati dalam bertindak, maka Nusantara Ciputat. Sesuai dengan penelitian
pergaulan remaja akan menjurus ke hal-hal Zulaikha (2010)14 yang memaparkan bahwa
yang negatif seperti perilaku seksual yang anda hubungan tingkat religious dengan
menyimpang. perilaku seksual, dimana semakin tinggi
Perilaku seks tidak terjadi dengan sendirinya tingkat religiusitas maka perilaku seksual
melainkan didorong atau dimotivasi oleh yang dilakukan semakin rendah, dan
faktor-faktor internal yang tidak dapat sebaliknya.
diamati secara langsung (tidak kasat mata), Remaja dalam mencari sumber informasi
sehingga individu tergerak untuk melakukan terkait dengan seksualitas cenderung
perilaku seks bebas. Motivasi merupakan didapatkan dari berbagai macam media,
penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan diantaranya media internet, majalah, koran,
mendorong seseorang untuk melakukan telepon genggan dan media televisi. Hal ini
perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, sesuai dengan pernyataan partisipan utama
perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh (P4) yang berusia 18 tahun dan sedang duduk
rasa sayang dan cinta dengan didominasi dibangku kelas XII, yang memaparkan
oleh perasaan kedekatan dan gairah yang bahwa sumber yang lebih sering dicari
tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai adalah dari media internet.
komitmen yang jelas (romantic love), atau
Paparan media massa, baik cetak maupun
karena pengaruh kelompok (konformitas).
elektronik mempunyai pengaruh terhadap
Remaja ingin menjadi bagian dari remaja untuk melakukan perilaku seksual
kelompoknya dengan mengikuti norma- yang menyimpang. Hal ini mengakibatkan
norma yang telah dianut oleh kelompoknya, remaja cenderung menggunakan media
dalam hal ini kelompoknya telah melakukan informasi elektronik secara negatif. 6
Perilaku Seksual Remaja Putri…( Novi et. al )
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Partisipan utama yang lain (P2) yang berusia
Elektronik pasal 4 menyebutkan bahwa 15 tahun dan sedang duduk di bangku kelas
informasi yang didapatkan bertujuan untuk, XII, memaparkan bahwa mendapatkan
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai sumber informasi mengenai seksualitas lebih
bagian dari masyarakat informasi dunia; banyak didapatkan dari teman sebayanya.
mengembangkan perdagangan dan
perekonomian nasional dalam rangka Pada saat remaja mendapatkan suatu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; pendapat atau saran tentang seks dari teman
meningkatkan efektivitas dan efisiensi sebayanya, remaja cenderung menerima,
pelayanan publik; membuka kesempatan karena remaja itu mempunyai ketakutan atau
seluas-luasnya kepada setiap orang untuk kecemasan bila tidak melakukannya akan di
memajukan pemikiran dan kemampuan di asingkan dalam suatu kelompok tersebut.
bidang penggunaan dan pemanfaatan Bila suatu kelompok remaja sudah menuntut
Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan hak bertindak kolektif yang membatasi
bertanggung jawab; dan memberikan rasa kebebasan individu, maka hilanglah
aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi kesempatan emansipasi dalam kelompok.
pengguna dan penyelenggara Teknologi Dalam kelompok-kelompok dengan kohesi
Informasi. yang kuat, berkembang norma-norma
kelompok tertentu, remaja akan lebih
Paparan informasi seksualitas dari media mementingkan perannya sebagai anggota
massa (baik cetak maupun elektronik) yang kelompok daripada mengembangkan pola
cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dirinya sendiri.11
dapat menjadi referensi yang tidak mendidik
bagi remaja, karena remaja yang sedang Informasi dan sumber yang didapatkan
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, semua partisipan tidak memaparkan bahwa
akan meniru yang dilihat dan didengarnya informasi yang mereka dapat berasal dari
dari media massa tersebut, maka dari itu orangtua. Padahal Bilamana orang tua
sumber yang lain baik dan bertanggung mampu memberikan pemahaman mengenai
jawab diperlukan oleh remaja, agar remaja perilaku seks kepada anak-anaknya, maka
tidak salah dalam mendapatkan informasi. anak-anaknya cenderung mengontrol
perilaku seksnya itu sesuai dengan
Orang yang memberikan informasi berup pemahaman yang diberikan orang tuanya.
video porno ke dalam media elektronik
internet merupakan tindakan yang tidak Hal ini terjadi karena pada dasarnya
boleh dilakukan, hal ini sesuai Undang- pendidikan seks yang terbaik adalah yang
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik diberikan oleh orang tua sendiri. Kesulitan
Pasal 27 ayat 1, yaitu setiap orang dengan yang timbul kemudian adalah apabila
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan pengetahuan orang tua kurang memadai
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat menyebabkan sikap kurang terbuka dan
dapat diaksesnya Informasi Elektronik cenderung tidak memberikan pemahaman
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki tentang masalah-masalah seks anak.
muatan yang melanggar kesusilaan. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks
yang tidak sehat. 3
Media televisi seperti iklan, infotainment,
hiburan/musik, dan film mempunyai Fungsi utama dari teman sebaya yaitu
kontribusi terhadap perilaku seks dikalangan memberikan sumber informasi dan
remaja. Media lain seperti majalah, buku, perbandingan tentang dunia di luar keluarga,
internet, dan VCD ternyata juga mempunyai sehingga hubungan dengan teman sebaya
andil yang besar terhadap perubahan perilaku yang baik dapat membawa anak ke perilaku
seksual dikalangan remaja. Disarankan yang baik dan begitu sebaliknya. Dampak
kepada orang tua dan pendidik (guru) negatif dari kelompok teman sebaya dan
kiranya, sejak dini memberikan bimbingan, media massa yaitu dapat membawa remaja
pengawasan dan pelajaran kepada anak- terlibat dalam kenakalan remaja seperti
anaknya dari pengaruh buruk media. Pemilik terlibat narkoba, free sex, tawuran serta
TV swasta hendaknya menyiarkan acara- ketidakmampuan untuk membina hubungan
acara yang memiliki nilai pendidikan.6 yang baik dengan orang lain.11
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 151 – 160