You are on page 1of 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN

LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI DESA NGEMPON


KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

Elmi Noviana
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Background: Life expectancy and the number of elderly people have increased by 22.5% annually.
The Posyandu for elderly is only active in the early establishment. The elderly people who visit
Posyandu are degreasing. factors associated with the decline in visits to the elderly elderly
neighborhood health center include: knowledge of the elderly, the distance between home and
neighborhood health center location, facilities and infrastructure, lack of information about posyandu
elderly, economic and income, lack of family support and any other facilities provided by the
government.
Destination: determine the factors associated with the decline in visits to the elderly elderly posyandu.
Method: This research uses analytic obsevatinal research with cross sectional approach. This study
used a questionnaire. The sample of this study included 65 elderly people in the village Ngempon
using purposive sampling. Analysis of the data used is the analysis of the data used is the chi-square
test.
Results: The results of the study most of the less knowledgeable respondents (50,0%) who did not
regularly make visits to elderly .responden posyandu neighborhood health center with the distance
away also greater (65,8%) who did not regularly perform kunjungan.Responden with unsupportive
family support also greater (81,1%) and irregular visits to the neighborhood health center. Based on
the bivariate analysis of the three variables, namely knowledge (p = 0.001), the distance (p = 0.41),
family support (p = 0.001) concluded that there is a relationship factors associated with decreased
visits to the elderly elderly posyandu.
Suggestion: It is expected that the community, especially the elderly should further enhance their
knowledge through active follow posyandu activities

Keywords: Knowledge, Distance homes, Family Support, visit the Elderly

PENDAHULUAN persen), Kepulauan Riau (3,78 persen),


Kalimantan Timur (4,53 persen), dan Riau
Menurut Subagio (2008), suatu wilayah (4,86 persen).
disebut berstruktur tua jika persentase lanjut Badan kesehatan dunia WHO bahwa
usianya lebih dari 7 persen. Dari seluruh penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
provinsi di Indonesia, ada 11 provinsi yang mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau
penduduk lansianya sudah lebih dari 7%, yaitu tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9%
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, terbesar di dunia. Sedangkan menurut Badan
Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah lansia
Tenggara Barat, Jawa Barat dan Nusa Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa pada
Tenggara Timur. Sedangkan lima provinsi tahun 2012 dari yang hanya 19 juta jiwa pada
dengan persentase lansia terendah adalah: tahun 2006. Hasil rekapitulasi data Dinas
Papua (2,15 persen); Papua Barat (2,92 Kesehatan Jawa tengah mencatat 3 juta jiwa

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 1
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
lansia terdapat di Jawa tengah. Angka ini pencernaan, penyakit sistem urogenital,
menunjukkan peningkatan jumlah lansia penyakit sistem metabolik/endokrin, penyakit
sebesar 22,5% dari 2.323.541 pada tahun 2010 persendian pada tulang, penyakit-penyakit
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012). yang disebabkan oleh keganasan. ( Azizah,
Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan 2011).
sosial bagi warga usia lanjut secara umum Peningkatan populasi lansia mendorong
boleh dikatakan masih merupakan hal yang pemerintah untuk merumuskan berbagai
baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang kebijakan dan pelayanan kesehatan usia lanjut,
diberikan pada populasi usia lanjut yang baru ditujukan untuk meningkatkan derajat
saja mulai diperhatikan. Dibanding Negara kesehatan dan mutu kehidupan lansia dalam
maju, misalnya Amerika dan Australia, mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna
Indonesia sangat tertinggal dalam hal dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
pemberian kesejahteraan bagi lansia ini sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud
(Martono, 2009). nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada
Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah
adalah proses pemberian bantuan yang mencanangkan pelayanan pada lansia melalui
dilaksanakan secara terencana dan beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia,
lanjut usia, sehingga yang bersangkutan pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan
(Depkes, 2007). tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Salah satu bentuk pelayanan sosial lanjut (Ismawati, 2010).
usia yaitu posyandu lansia. Posyandu lansia Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut
merupakan pos pelayanan terpadu terhadap usia meliputi pemeriksaan aktfitas kegiatan
lansia di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kerja masing-masing puskesmas. Adapun kehidupan sehari-hari seperti
tujuan dari pembentukan posyandu lansia yaitu makan,minum,berjalan,mandi, berpakaian,
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu naik-turun tempat tidur, buang air besar atau
pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, air kecil dan sebagainya, pemeriksaan status
untuk mencapai masa tua yang bahagia dan mental, pemeriksaan status gizi melalui
berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan penimbangan berat badan dan tinggi badan,
peran serta masyarakat dalam pelayanan pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh
kesehatan dan komunikasi antara masyarakat (IMT), pengukuran tekanan darah, perhitungan
usia lanjut (Ismawati, 2010). denyut nadi, pemeriksaan gula darah,
Penyakit yang sering dijumpai pada lansia pelaksaan rujukan kepuskesmas bila ada
dikemukakan ada empat penyakit yang sangat rujukan, penyuluhan, kunjungan rumah oleh
erat hubungannya dengan proses menua,yakni kader didampingi puskesmas bagi lansia yang
gangguan sirkulasi darah,seperti : hipertensi, tidak hadir diposyandu, pemberian makanan
kelainan pembuluh darah, ginjal, gangguan tambahan (PMT) dan kegiatan olahraga seperti
metabolisme hormonal seperti : diabetes senam lanjut usia dan jalan santai. (Azizah,
melitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan 2011).
tiroid, gangguan pada persendian seperti : Menurut Budiawan (2004) faktor-faktor
osteoartritis. Menurut The National Old yang berhubungan dengan penurunan
Peoples Welfare Council di Inggris kunjungan lansia ke posyandu lansia antara
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan lain : pengetahuan lansia, jarak rumah dengan
umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni : lokasi posyandu, sarana dan prasarana,
Depresi mental, gangguan pendengaran, kurangnya informasi tentang posyandu lansia,
bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap ekonomi dan penghasilan, kurangnya
berjalan,gangguan pada koksa/sendi panggul, dukungan keluarga dan adanya fasilitas lain
anemia, demensia, gangguan penglihatan, yang diberikan pemerintah. Pengetahuan
kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi
melitus, gangguan pada defekasi. Sedangkan setelah orang melakukan pengindaraan
penyakit lanjut usia di Indonesia ada 7 macam terhadap suatu objek tertentu. Supriyatno
yakni : penyakit sistem pernapasan, penyakit (2005), mengemukakan bahwa pengetahuan
kardiovaskuler dan pembuluh darah, penyakit yang salah tentang tujuan dan manfaat

2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi Kegiatan Posyandu Lansia yang berjalan
yang akhirnya kunjungan lansia ke Posyandu dengan baik akan memberikan kemudahan
rendah. Bila pengetahuan lebih dapat bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan
dipahami, maka timbul suatu sikap dan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup
perilaku untuk berpartisipasi. Selain itu tingkat masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan
pengetahuan seseorang juga mempengaruhi baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan
perilaku individu, yang mana makin tinggi program Posyandu Lansia tersebut sangat baik
pengetahuan seseorang maka makin tinggi dan banyak memberikan manfaat bagi para
kesadaran untuk perperan serta, dalam hal ini orang tua di wilayahnya. Seharusnya para
adalah melakukan kunjungan ke Posyandu lansia berupaya memanfaatkan adanya
lansia. Posyandu Lansia tersebut sebaik mungkin,
Jarak adalah ruang sela (panjang atau agar kesehatan para lansia dapat terpelihara
jauh) anatara dua benda atau tempat yaitu dan terpantau secara optimal. ( Rahayu, 2008 ).
anatara jarak eumah dengan posayndu. Fenomena di lapangan menunjukan fakta
Jangkauan pelayanan Posyandu dapat yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya
ditingkatkan dengan bantuan pendekatan ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya
maupun pemantauan melalui kegiatan lansia yang memanfaatkan Posyandu semakin
Posyandu (Budioro, 2002). Posyandu berkurang terutama dikelurahan ngempon.
sebaiknya berada pada tempat yang mudah Berdasarkan data yang didapatkan dari bidan
dijangkau oleh masyarakat dan ditentukan oleh desa Ngempon jumlah lansia yang ada di
masyarakat sendiri, Posyandu dapat kelurahan ngempon sejumlah 259 orang.
dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, Jumlah lansia yang aktif melakukan kunjungan
rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau di ke posyandu dari 3 posyandu sejumlah 45
tempat khusus yang dibangun masyarakat orang, 32 orang jarang melakukan kunjungan
(Effendy, 2008). dan 98 orang tidak pernah berkunjung ke
Dukungan keluarga adalah posyandu disebabkan karena kesibukan lansia
dorongan/motivasi yang diberikan oleh bekerja dan 79 lansia malas berkunjung ke
keluarga untuk membantu lansia ikut berperan Posyandu serta 5 orang lansia menderita sakit
dalam kegiatan posyandu. Untuk memenuhi berat dianataranya 3 orang menderita penyakit
pelayanan secara holistik dibutuhkan TBC, 1 orang stroke dan 1 orang menderita
dukungan dari keluarga. Di Indonesia penyakit diabetes melitus (DM).
kebanyakan para lansia tinggal bersama Berdasarkan uraian latar belakang di atas
keluarganya (anak). Keluarga menghendaki peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lansia tinggal bersama agar dapat dirawat oleh tentang faktor-faktor yang berhubungan
keluarga, hal ini memberi manfaat bagi kedua dengan penurunan Kunjungan lansia ke
belah pihak sehingga lansia dapat merasakan posyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan
kedamaian berada di tengah-tengah keluarga. Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014.
Sedangkan keluarga dapat memetik manfaat
kepuasan batin dalam memberikan METODOLOGI PENELITIAN
pengabdian, balas budi dan membahagiakan
orang tua. Cara ini sesuai dengan agama, Desain Penelitian
maupun budaya yang mengikat mereka. Desain penelitian merupakan metode atau
Permasalahan bagi lansia adalah permasalahan cara mengadakan penelitian sehingga
kesehatan, oleh karena itu peran keluarga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap
sangat diperlukan sebagai bentuk dukungan pertanyaan penelitian (Arikunto, 2010). Desain
bagi lansia terutama dalam memeriksakan penelitian ini bersifat observational analitik.
kesehatan secara rutin ke Posyandu Lansia. Dari segi waktu penelitian bersifat cross
Dukungan keluarga mempunyai pengaruh sectional. Yaitu suatu penelitian untuk
yang besar dalam kehidupan lansia, karena mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
merasa memperoleh dukungan keluarga, secara faktor resiko dengan efek, dengan cara
emosional karena merasa diperhatikan, pendekatan observasi, atau pengumpulan data
mendapat saran atau kesan yang sekaligus pada suatu saat (point time
menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu approach) artinya tiap subjek penelitian di
kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati amati pada waktu yang sama. (Notoamodmojo,
maupun tidak. ( Rahayu, 2008 ). 2010)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 3
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Tempat dan Waktu Penelitian Kabupaten Semarang diperoleh dari buku
Penelitian ini dilakukan pada bulan profil.
Agustus 2014 Desa Ngempon Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang
Populasi dan Sampel digunakan adalah dengan kuesioner. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang
Populasi dilakukan dengan cara memberi seperangkat
Populasi dalam penelitian ini adalah pertanyaan atau peryataan tertulis kepada
semua lansia yang ada di Desa Ngempon responden untuk dijawab. (Sugiyono, 2010).
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
sebanyak 259 lansia. Analisis Data

Sampel Analisa Univariat


Teknik pengambilan sampel dilakukan Analisis univariat dalam penelitian ini
dengan menggunakan Teknik Purposive dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah mempengaruhi penurunan kunjungan lansia
pengambilan sampel secara purposive terhadap posyandu lansia.
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri, ciri atau sifat- Analisis bivariat
sifat populasi yang sudah diketahui Analisis bivariat digunakan untuk melihat
sebelumnya pelaksanaan pengambilan sampel hubungan antara variabel independen (variabel
secara purposive (Notoatmodjo, 2010). Dalam bebas) dan variabel dependen (variabel
penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak terikat). Untuk mengetahui hubungan kedua
65 lansia. variabel tersebut dilakukan dengan uji statistik,
Adapun kriteria responden dalam uji statistik yang digunakan uji Chi-Square.
penelitian ini adalah memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. HASIL PENELITIAN
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu : 1)
Lansia yang bisa baca tulis; 2) Lansia yang Analisis Univariat
memiliki kemampuan mendengar dengan baik;
3) Lansia yang berusia 60 sampai 74 tahun; 4) Pengetahuan
Lansia yang bersedia menjadi responden. Tabel 1.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini Distribusi Frekuensi dan Presentasi
adalah lansia yang sedang sakit parah dan yang Responden Berdasarkan Tingkat
tidak bersedia menjadi responden. Pengetahuan Lansia Dengan Kunjungan
Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa
Pengumpulan Data Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang
Data Primer Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Dalam memperoleh data primer, peneliti Baik 18 27,7
melakukan wawancara pada responden. Cukup 19 29,2
Dalam penelitian ini yaitu data tentang Kurang 28 43,1
kunjungan lansia, tingkat pengetahuan lansia, Total 65 100,0
jarak rumah dengan posyandu dan dukungan
keluarga di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan
Kabupaten Semarang dikumpulkan dengan bahwa sebagian besar responden
menggunakan alat bantu kuesioner. berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang
(43,1%) dan sebagian kecil berpengetahuan
Data Sekunder baik sebanyak 18 orang (27,7%).
Data skunder didapatkan tidak langsung
dari subyek penelitian. (Riyanto, 2011). Dalam
penelitian ini yaitu data tentang gambaran
umum Desa Ngempon Kecamatan Bergas

4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Jarak Rumah
Tabel 2. Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan
Distribusi Frekuensi dan Presentasi bahwa sebagian besar responden tidak
Responden tentang Jarak Rumah Lansia mendapat dukungan dari keluraga (52,3%) dan
Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu sebagian kecil mendapat dukungan dari
Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas keluarga (47,7%).
Kabupaten Semarang
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Kunjungan Lansia
Jauh 35 53,8 Tabel 4.
Dekat 30 46,2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi
Total 65 100,0 Responden tentang Dukungan Keluarga
Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas
bahwa sebagian besar jarak rumah responden Kabupaten Semarang
Jauh (53,8%) dan sebagian kecil jarak rumah Kunjungan Frekuensi Persentase (%)
dekat (46,2%). Teratur 27 41,5
Tidak 38 58,5
Dukungan Keluarga teratur
Tabel 3. Total 65 100,0
Distribusi Frekuensi dan Presentasi
Responden tentang Dukungan Keluarga Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan
Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu bahwa sebagian besar responden tidak teratur
Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas melakukan kunjungan (58,5%) dan sebagian
Kabupaten Semarang kecil teratur melakukan kunjunan (41,5%).
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
Mendukung 31 47,7
Tidak 34 52,3
Mendukung
Total 65 100,0

Analisis Bivariat

Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas.
Tabel 5.
Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Kunjungan Lansia
Total
Pengetahuan Tidak teratur teratur p-value
f % F % F %
Baik 4 10,5 14 51,9 18 27,7 0,001
Cukup 15 39,5 4 14,8 19 29,2
Kurang 19 50,0 9 33,3 28 43,1
Total 38 100 27 100 65 100

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan hanya (14,8%) yang teratur melakukan


sebagian besar responden berpengetahuan posyandu. Reponden yang berpengetahuan
kurang (50,0%) yang tidak teratur melakukan baik (51,9%) teratur melakukan kunjungan ke
kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan posyandu dan hanya (10,5%) yang tidak teratur
responden yang teratur melakukan kunjungan melakukan kunjungan ke posyandu.
ke posyandu (33,3%). Responden yang Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
berpengetahuan Cukup yaitu (39,5%) tidak p value (0,001), karena p value < 0,05 maka
teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 5
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
yang signifikan antara pengetahuan dengan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Semarang.

Hubungan Jarak Rumah dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas
Tabel 6.
Tabulasi Silang Jarak Rumah Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Kunjungan Lansia
Total
Jarak Tidak teratur teratur p-value
f % F % F %
Jauh 25 65,8 10 37,0 35 53,8 0,041
Dekat 13 34,2 17 63,0 30 46,2
Total 38 100 27 100 65 100

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan teratut melakukan kunjungan ke posyandu


persentase responden dengan jarak rumah jauh (46,2%).
lebih besar yaitu (65,8) yang tidak teratur Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
melakukan kunjungan ke posyandu p value (0,041), karena p value < 0,05 maka
dibandingkan dengan yang teratur melakukan dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan
ke posyandu (37,0%). Persentase responden yang signifikan antara pengetahuan dengan
yang jarak rumah dekat juga lebih besar yaitu kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa
(63,0%) yang teratur melakukan kunjungan Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten
keposyandu dibandingkan dengan yang tidak Semarang.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas
Tabel 7.
Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Kunjungan Lansia
Total
Dukungan keluarga Tidak teratur Teratur p-value
f % F % F %
Tidak Mendukung 31 81,1 3 11,1 34 52,3 0,001
Mendukung 7 18,4 24 88,9 31 47,7
Total 38 100 27 100 65 100

Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten


persentase responden dengan keluarga yang Semarang.
tidak mendukung lebih besar yaitu (81,1) yang
tidak teratur melakukan kunjungan ke PEMBAHASAN
posyandu dibandingkan dengan yang teratur
melakukan ke posyandu (11,1%). Persentase Analisis Univariat
responden dengan keluarga yang mendukung
juga lebih besar yaitu (88,9%) yang teratur Pengetahuan
melakukan kunjungan keposyandu Hasil penelitian yang telah dilakukan di
dibandingkan dengan yang tidak teratur Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
melakukan kunjungan ke posyandu (18,%) Semarang diketahui bahwa sebagian besar
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan reponden yang diteliti memiliki pengetahuan
p value (0,001), karena p value < 0,05 maka kurang sebanyak 28 orang (43,1%) dan
dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak
yang signifikan antara pengetahuan dengan 18 orang (27,7%).
penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan

6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
merupakan salah satu indikasi yang dapat orang (12,3%). Dalam penelitiannya tersebut
mengubah sikap dan prilaku seseorang. menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan
Semakin kurang tingkat pengetahuan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh
seseorang maka semakin rendah pula banyaknya informasi yang didapatkan oleh
kunjungannya Ke Posyandu Lansia. Hal ini seseorang. Semakin banyak informasi yang
sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti didapatkan, maka semakin tinggi tingkat
lakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas pengetahuan yang dimilikinya.
Kabupaten Semarang, dimana sebagian besar
responden yang diteliti memiliki tingkat Jarak Rumah
pengetahuan yang kurang. Hal ini Hasil penelitian yang telah dilakukan di
menunjukkan bahwa kurangnya tingkat Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
pengetahuan responden menjadi salah satu Semarang diketahui bahwa lebih banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya responden yang jarak rumah jauh dari
kunjungan lansia ke Posyandu, karena posyandu lansia sebanyak 35 orang (53,8%)
kurangnya informasi yang didapatkan oleh dibandingkan dengan jarak rumah dekat
responden baik dari tempat pelayanan sebanyak 30 orang (46,2%).
kesehatan maupun dari berbagai media tentang Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
pentingnya lansia melakukan kunjungan maka dapat dijelaskan bahwa jarak rumah
posyandu lansia. Oleh karena itu, perlu menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh
diadakan bimbingan konseling, penyuluhan responden untuk datang ke tempat pelayanan
dan pengarahan terhadap lansia agar kesehatan. Pada umumnya, semakin jauh jarak
kunjungan ke posyandu lansia dapat rumah yang harus ditempuh oleh responden ke
ditingkatkan. posyandu lansia, maka semakin rendah pula
Hal ini sesuai dengan teori yang tingkat kunjungannya ke posyandu lansia.
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan Rendahnya kunjungan lansia ke posyandu
hasil tahu dari manusia setelah orang lansia dipengaruhi oleh berbagai macam
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek faktor, dari hasil penelitian yang dilakukan
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca ditemukan bahwa masih banyaknya responden
indera manusia, yakni indera penglihatan, yang jarak rumahnya jauh mengalami
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. penurunan kunjungan lansia ke posyandu
Sebagian besar manusia diperoleh melalui lansia disebabkan karena banyak faktor . salah
mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif satu diantaranya disebabkan karena faktor
merupakan dominan yang sangat penting untuk biaya, jauhnya jarak rumah yang harus
terbentuknya tindakan seseorang. Notoadmojo ditempuh oleh responden ke posyandu lansia
(2003). membuat responden harus mengeluarkan biaya
Menurut Fallen (2010), bahwa untuk datang ke posyandu lansia tersebut.
pengetahuan lansia yang rendah tentang Karena responden tidak memiliki cukup biaya
manfaat posyandu merupakan salah satu untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan
kendala lansia dalam mengikuti kegiatan sehingga kunjungan ke posyandu lansia
posyandu. Dimana pengetahuan lansia akan menjadi rendah. Hal ini sangat berpengaruh
manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari terhadap perilaku penggunaan dan
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari- pemanfaatan pelayanan kesehatan. Oleh karena
harinya. Dengan pengalaman ini, pengetahuan itu, disarankan kepada pemerintah setempat
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar untuk menyediakan tempat pelayanan
pembentukan sikap dan dapat mendorong kesehatan yang mudah di jangkau oleh
minat atau motivasi mereka untuk selalu responden agar derajat kesehatannya dapat
mengikuti kegiatan posyandu lansia. ditingkatkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hal ini sesuai dengan teori yang
penelitiannya Astuti (2010) dari hasil menyatakan bahwa posyandu sebaiknya berada
penelitiannya ditemukan bahwa sebagian besar pada tempat yang mudah dijangkau oleh
responden yang diteliti memiliki pengetahuan masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat
yang kurang tentang kunjungan posyandu sendiri, posyandu dapat dilaksanakan di pos
lansia sebanyak 45 orang (61,6%) dari 73 pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk,
responden yang diteliti dan sebagian kecil balai desa, balai RT, atau di tempat khusus
memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 9 yang dibangun masyarakat (Effendy, 2008).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 7
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Jarak adalah ruang sela (panjang atau Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang
jauh) anatara dua benda atau tempat yaitu menyatakan bahwa dukungan keluarga
antara jarak rumah dengan posayndu. merupakan suatu upaya yang diberikan kepada
Jangkauan pelayanan Posyandu dapat orang lain meliputi moral dan material agar
ditingkatkan dengan bantuan pendekatan orang yang diberikan dukungan menjadi
maupun pemantauan melalui kegiatan termotivasi dalam melakukan kegiatan
Posyandu (Budioro, 2002). (Sarwono, 2003).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dukungan keluarga mempunyai pengaruh
penelitiannya Fitri Mega Tari (2011) dari hasil yang besar dalam kehidupan lansia, karena
penelitiannya diketahui bahwa sebagian besar merasa memperoleh dukungan keluarga, secara
responden yang diteliti memiliki jarak rumah emosional karena merasa diperhatikan,
yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan mendapat saran atau kesan yang
sebanyak 33 orang (60,0%) dan sebagian kecil menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu
jarak rumahnya dekat sebanyak 22 orang kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati
(40,0%) dari 55 responden yang diteliti. Dalam maupun tidak. ( Rahayu, 2008 ).
penelitiannya menyebutkan bahwa jarak rumah Hasil penelitian ini sejalan dengan
dari tempat pelayanan kesehatan menjadi salah penelitiannya Rahma (2012) dari hasil
satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penelitiannya tersebut diketahui bahwa
kunjungan lansia ke posyandu lansia. sebagian besar responden yang diteliti tidak
mendapatkan dukungan dari keluarga
Dukungan Keluarga sebanyak 65 orang (89,0%) dari 73 responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan di yang diteliti.
Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang diketahui bahwa sebagian besar Kunjungan Lansia
responden tidak mendapatkan dukungan dari Hasil penelitian yang telah dilakukan di
keluraga untuk datang ke posyandu lansia Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
sebanyak 34 orang (52,3%) dan sebagian kecil Semarang diketahui bahwa sebagian besar
mendapat dukungan dari keluarga sebanyak 31 responden tidak tidak teratur melakukan
(47,7%). kunjungan ke posyandu sebanyak 38 orang
Berdasarkan hasil penelitian tersebut (58,8%) dan sebagian kecil responden teratur
dapat diterangkan bahwa dukungan keluarga melakukan kunjungan sebanyak 27 orang
sangat berperan penting dalam mendorong (41,5%).
minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian
kegiatan Posyandu Lansia. Keluarga bisa responden tidak teratur melakukan kunjungan
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila ke posyandu di sebabkan karena faktor
selalu menyediakan diri untuk mendampingi pengetahuan responden tentang posyandu
atau mengantar lansia ke posyandu, lansia rendah sehingga minat responden untuk
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu datang ke posyandu itu kurang. Faktor jarak
dan berusaha membantu mengatasi segala rumah dengan lokasi posyandu jauh juga
permasalahan bersama lansia. Namun dalam sangat mempengaruhi kunjungan responden ke
hal ini, sebagian besar responden yang diteliti posyandu karena membutuhkan biaya untuk
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga datang ke posyandu. Faktor dukungan keluarga
untuk datang ke posyandu lansia. Hal inilah juga sangat mempengaruhi kunjungan
yang menjadi salah satu faktor pemicu responden ke posyandu,karena dengan adanya
rendahnya kunjungan lansia ke posyandu dukungan dari keluarga sangat berperan
lansia. Masih banyaknya lansia yang tidak penting dalam mendorong minat dan kesediaan
mendapatkan dukungan dari keluarga untuk lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu
datang ke posyandu lansia disebabkan karena Lansia disamping itu lansia juga menjadi
sebagian besar keluarga responden termotivasi dalam melakukan kunjungan ke
menginginkan keluarganya di rawat di rumah. posyandu.
Selain itu juga, ada yang disebabkan karena Hal ini sesuai denga teori mengatakan
kurangnya perhatian keluarga terhadap lansia. faktor yang berhubungan dengan kunjungan
Beberapa faktor di ataslah yang menjadi faktor lansia ke posyandu lansia adalah
penyebab rendahnya kunjungan lansia ke pengetahuan,jarak rumah dengan lokasi
posyandu lansia. posyandu, sarana dan prasarana, kurangnya

8 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
informasi tentang posyandu lansia, ekonomi responden yang tingkat pengetahuannya baik,
dan penghasilan,kurangnya dukungan dari namun tidak teratur dalam melakukan
keluarga dan adanya fasilitas lain yang di kunjungan posyandu diakibatkan karena
berikan oleh pemeintah. (Budiawan, 2004). kurangnya kemauan untuk datang ke posyandu
lansia.
Analisis Bivariat Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
Hubungan Pengetahuan Lansia dengan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di seperti : umur, pendidikan, pengalaman,
Desa Ngempon Kecamatan Bergas. lingkungan, sosial budaya dan informasi yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan (Notoatmodjo, 2003)
sebagian besar responden berpengetahuan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kurang sebesar (50,0%) yang tidak teratur penelitiannya Astuti (2010) dari hasil
melakukan kunjungan ke posyandu dan penelitiannya ditemukan bahwa sebagian besar
responden yang teratur melakukan kunjungan responden yang diteliti memiliki pengetahuan
ke posyandu sebesar (11,1%). Responden yang yang kurang tentang kunjungan posyandu
berpengetahuan Cukup sebesar (39,5%) tidak lansia sebanyak 45 orang (61,6%) dari 73
teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan responden yang diteliti dan sebagian kecil
hanya (14,8%) yang teratur melakukan memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 9
posyandu. Sebagian besar responden yang orang (12,3%). Dalam penelitiannya tersebut
berpengetahuan baik (51,9%) teratur menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan
melakukan kunjungan ke posyandu dan hanya seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh
(10,5%) yang tidak teratur melakukan banyaknya informasi yang didapatkan oleh
kunjungan ke posyandu. seseorang. Semakin banyak informasi yang
Sedangkan dari hasil analisis diperoleh p didapatkan, maka semakin tinggi tingkat
value sebesar 0,001, karena p value < 0,05 pengetahuan yang dimilikinya.
maka dikatakan Ho ditolak berarti ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan Hubungan Jarak Rumah dengan Kunjungan
dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Kecamatan Bergas
Semarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa persentase responden
maka dapat dijelaskan bahwa pengetahuan dengan jarak rumah jauh lebih besar yaitu
sangat berpengaruh terhadap kunjungan yang (65,8%) yang tidak teratur melakukan
dilakukan oleh lansia. Masih banyaknya kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan
responden yang pengetahuannya kurang tidak yang teratur melakukan ke posyandu (37,0%).
teratur dalam melakukan kunjungan lansia ke Persentase responden yang jarak rumah dekat
posyandu disebabkan karena kurangnya juga lebih besar yaitu (34,2%) yang teratur
informasi yang didapatkan oleh responden melakukan kunjungan keposyandu
tentang pentingnya melakukan kunjungan ke dibandingkan dengan yang tidak teratut
posyandu lansia. Informasi yang didapatkan melakukan kunjungan ke posyandu (63,0%).
menjadi salah satu faktor penting bagi Sedangkan dari hasil uji statistik diperoleh
responden untuk meningkatkan kunjungan ke nilai p value (0,041), sehingga ditemukan
posyandu lansia. Kemudian masih banyaknya adanya hubungan antara pengetahuan dengan
responden yang pengetahuannya cukup tidak penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia
teratur dalam melakukan kunjungan lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas
diakibatkan karena masih kurangnya tingkat Kabupaten Semarang.
kesadaran lansia tentang pentingnya Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
melakukan kunjungan ke posyandu lansia dan dapat dijelaskan bahwa jarak rumah yang
kesibukan lansia untuk bekerja sebagai petani, terlalu jauh menjadi salah satu kendala yang
walaupun lansia memiliki tingkat pengetahuan harus dilalui oleh responden untuk datang ke
yang cukup, namun tanpa dibarengi oleh tempat pelayanan kesehatan. Karena jarak
tingkat kesadaran yang tinggi maka rumah yang terlalu jauh dari tempat pelayanan
kunjungannya ke posyandu lansia akan kesehatan membuat responden merasa enggan
semakin menurun. Sedangkan masih adanya untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 9
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
disamping itu juga responden harus Apabila dukungan dari keluarga tidak
mengeluarkan biaya sehingga responden didapatkan oleh responden, maka akan
enggan untuk datang berkunjung ke posyandu. berpengaruh terhadap kunjungan ke posyandu
Posyandu sebaiknya berada pada tempat lansia. Namun jika dilihat dari hasil penelitian
yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan bahwa masih adanya responden yang tidak
ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk
dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia
sudah ada, rumah penduduk, balai desa, balai diakibatkan karena kurangnya perhatianya
RT, atau di tempat khusus yang dibangun keluarga terhadap lansia. Akan tetapi, ada juga
masyarakat (Effendy, 2008). yang tidak mendapatkan dukungan dari
Hubungan jarak posyandu dengan keluarga karena keluarga responden
rendahnya kunjungan lansia ke posyandu, menginginkannya di rawat di rumah saja dan
jarak posyandu yang dekat akan membuat sebagian keluarga responden menitipkan
lansia mudah menjangkau posyandu tanpa anaknya untuk dijaga oleh responden
harus mengalalmi kelelahan atau kecelakaan sementara keluarga bekerja. Hal inilah yang
fisik karena penurunan daya tahan atau menjadi faktor rendahnya kunjungan lansia ke
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam posyandu lansia.
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan Hal ini sesuai dengan teori yang
dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi menyatakan bahwa pemberian dukungan oleh
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu faktor eksternal yang keduanya saling
tanpa harus menimbulkan kelelahan atau berhubungan. Faktor internal berasal dari
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat individu itu sendiri meliputi faktor tahap
mendorong minat atau motivasi lansia untuk perkembangan yaitu pemahaman dan respon
mengikuti kegiatan posyandu dengan demikian terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-
keamanan ini merupakan faktor eksternal dari beda pada setiap rentang usia (bayilansia).
terbentuknya motivasi untuk menghadiri Selanjutnya adalah faktor pendidikan atau
posyandu lansia. tingkat pengetahuan. Dalam hal ini
kemampuan kognitif yang membentuk cara
Hubungan Dukungan Keluarga dengan berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di memahami faktorfaktor yang berhubungan
Desa Ngempon Kecamatan Bergas dengan penyakit dalam upaya menjaga
Hasil penelitian yang telah dilakukan kesehatan dirinya. Kemudian, faktor emosi
menunjukkan bahwa persenatase responden yang mempengaruhi keyakinan terhadap
dengan keluarga yang tidak mendukung lebih adanya dukungan dan cara melaksanakan
besar yaitu (81,6%) yang tidak teratur sesuatu. Respon emosi yang baik akan
melakukan kunjungan ke posyandu memberikan antisipasi penanganan yang baik
dibandingkan dengan yang teratur melakukan terhadap berbagai tanda sakit namun jika
ke posyandu (11,1%). Persentase responden respon emosinya buruk kemungkinan besar
dengan keluarga yang mendukung juga lebih akan terjadi penyangkalan terhadap gejala
besar yaitu (88,9%) yang teratur melakukan penyakit yang ada (Rahayu, 2008).
kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan
yang tidak teratur melakukan kunjungan ke Keterbatasan Penelitian
posyandu (18,4%). Peneliti menyadari adanya beberapa
Sedangkan hasil uji statistik didapatkan p keterbatasan dan kelemahan diantaranya pada
value (0,001), karena p value < 0,05 maka saat melakukan penelitian sebagian responden
dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan tidak ada dirumah sehingga membuat peneliti
yang signifikan antara pengetahuan dengan mencari responden yang lain.
penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia
di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten KESIMPULAN
Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
dapat dijelaskan bahwa dukungan keluarga p value (0,001), karena p value < 0,05 maka
sangat dibutuhkan oleh responden untuk dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan
melakukan kunjungan ke posyandu lansia. yang signifikan antara pengetahuan dengan

10 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa [4] Budioro, S. 2002. Lanjut Usia dan
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Perawatan Gerontik. Yogjakarta : Nuha
Semarang. Medika.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan
[5] Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
p value (0,041), karena p value < 0,05 maka
2012.Profil Kesehatan 2012. http : //
dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan
Profil Kesehatan di Jawa Tengah. html.
yang signifikan antara jarakr umah dengan
Diakses tanggal 10 januari 2013.
kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa
Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten [6] Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan
Semarang. Indonesia, Jakarta: JNPK-KR.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan [7] Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan
p value (0,001), karena p value < 0,05 maka Kesehatan masyarakat. Editor: Yasmin
dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan Asih ed2. Jakarta : EGC.
yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di [8] Fallen, dkk. 2010. Keperawatan
Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Semarang. [9] Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:
SARAN Salemba Medika
Hendaknya pihak institusi ikut berperan [10] Henniwati. 2008. Buku Ajar Geriatri
serta di dalam memasyarakkan program (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI:
posyandu lansia melalui kegiatan pengabdisan jakarta.
masyarakat dengan kegiatan pendidikan [11] Ismawati, S, C. 2010. Posyandu dan Desa
kesehatan kepada masyarakat pada umumnya Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika
dan lansia khususnya mengenai manfaat
posyandu lansia. [12] Lilik Marifatul, A. 2011. Keperawatan
Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu.
dapat melakukan penelitian yang lebih [13] Martono, S. 2009. Psikologi
kompleks tentang posyandu lansia maupun Keperawatan.Jakarta :PT Raja Grafindo
faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi Persada.
penurunan kunjungan lansia.
Hendaknya tenaga kesehatan dalam [14] Notoatmodjo, S. 2003. Metodelogi
memberikan pendidikan atau informasi tentang Penelitian Kebidanan. Jakarta: PT.
manfaat posyandu lansia sehingga dapat Rineka Cipta.
meningkatkan motivasi lansia mengikuti [15] Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
kegiatan posyandu dan penempatan posyandu Masyarakat Ilmu dan Kesehatan. Jakarta:
sebaiknya tidak jauh dari rumah lansia agar PT. Rineka Cipta.
keinginan lansia datang ke posyandu tinggi.
Hendaknya lansia lebih meningkatkan [16] Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
pengetahuannya melalui aktif mengikuti Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.
posyandu lansia yang di adakan setiap bulan [17] Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
oleh tenaga kesehatan. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
[18] Notoatmodjo, S. 2012. Promosi
[1] Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.
Jakarta : PT Rineka Cipta Rineka Cipta.

[2] BKKBN, 2012. Usia Harapan Hidup. [19] Nugroho. T, Ari S. 2008. Kesehatan
Http;:// Usia Harapan Hidup.html. Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Diakses tanggal 15 januari 2014 Yogyakarta : Nuha Medika

[3] BKKBN. 2012. Teknik Fasilitas. [20] Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan
Http;;//Teknik Fasilitas.html. Diakses Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
pada januari 2014. Jakarta: Salemba Medika

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon 11
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
[21] Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. [24] Srayono, dkk. 2011. Metoddologi
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press Penelitian Kebidanan. Yogyakarta. Nuha
Medika.
[22] Riyanto A.2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha [25] Sugiyono. 2013. Statistik Untuk
Medika Kesehatan. Bandung: Alfabeta
[23] Sadirman, A.M. 2011. Keperawatan Usia [26] Wawan, dkk. 2010. Pengetahuan,Sikap,
Lanjut. Jakarta : Raja Grafindo Persada Dan Prilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha
Medika.

12 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

You might also like