You are on page 1of 9

e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS


HIDUP LANSIA DI BPLU SENJA CERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA
Trisnawati P. Samper
Odi R. Pinontoan
Mario E. Katuuk

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email: trisnawatisamper@gmail.com

Abstract: Globally, the population of the elderly continue to rise. The increase of the number
of elderly people is accompanied with a rise in health problems that are associated with the
elderly. The degenerative process on the elderly causes the degeneration of the physical,
psychological, and social conditions. One of the impacts of social change that is experienced
by the elderly is the self-withdrawal of the elderly from their living environment. The purpose
of the research is to analyze the association between social interaction and the quality of life
of the elderly at BPLU Senja Cerah in North Sulawesi Province. The method of research is
analytical descriptive with a cross-sectional design. The sample-taking technique in the
research is purposive sampling with 32 samples. The collecting of data is done using a
questionnaire. The processing of data uses the software computer with chi-square with the
level of confidence interval RI . ,05). The results of the research shows the number
of respondents with a good level of social interaction is 21 respondents, with 4 (12,5%)
respondents having a sufficient quality of life, and 16 (50,0%) respondents with a high
quality of life, while there are 12 respondents with a sufficient level of social interaction,
where 9 (28,1%) respondents show a sufficient quality of life and 3 (9,4%) of respondents
with a high quality of life and there is a p value of 0,004 < 0,05. This conclusion shows that
there is a relationship between social interaction and the quality of life in the elderly.

Keywords : Social Interaction, Quality of Life, Elderly

Abstrak: Secara global populasi lansia terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah
lansia tersebut diiringi dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Proses degeneratif
pada lansia menyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah
satu dampak dari perubahan sosial yang sering dialami lansia adalah penarikan diri lansia
disekitar lingkungan lansia tinggal. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan
interaksi sosial dan kualitas hidup lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian yaitu purposive sampling dengan jumlah 32
sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data
menggunakan program software komputer dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan
95% (. ). Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden dengan interaksi sosial baik
terdapat 21 responden dimana 4 (12,5%) responden kualitas hidup cukup, 16 (50,0%)
responden kualitas hidup tinggi sedangkan responden dengan interaksi sosial cukup
sebanyak 12 responden dimana 9 (28,1%) responden kualitas hidup cukup dan 3 (9,4%)
responden kualitas hidup tinggi dan didapat nilai p value 0,004 < 0,05. Kesimpulan ini
menunjukkan ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia.

Kata Kunci : Interaksi Sosial, Kualitas Hidup, Lansia


e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN secara fisik, mental, serta perubahan


Menurut Badan Statistik Indonesia, kondisi sosial yang dapat mengakibatkan
Sulawesi Utara merupakan urutan ke lima penurunan pada peran-peran sosialnya.
penduduk lansia terbanyak se-Indonesia. Selain itu,dapat menurunkan derajat
Melihat kondisi tersebut akan dengan kesehatan, kehilangan pekerjaan dan
meningkatnya lansia di Indonesia, maka dianggap sebagai individu yang tidak
dibutuhkan sarana prasarana dan wadah mampu. Hal ini akan mengakibatkan
untuk penduduk lansia (Sanjangbati, lansia secara perlahan menarik diri dari
Franklin, & Rompas, 2014). Jumlah lansia hubungan dengan masyarakat sekitar
di Kota Manado sebanyak 20.391 jiwa sehingga dapat mempengaruhi interaksi
(BPS, 2014). Peningkatan jumlah sosial. Berkurangnya interaksi sosial pada
penduduk lansia ini akan membawa lansia dapat menyebabkan perasaan
dampak terhadap berbagai kehidupan. terisolir, sehingga lansia menyendiri dan
Dampak utama peningkatan lansia ini mengalami isolasi sosial dengan lansia
adalah peningkatan ketergantungan lansia. merasa terisolasi dan akhirnya depresi ,
Ketergantungan ini disebabkan oleh maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas
kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia hidup lansia (Andreas, 2012).
yang dapat digambarkan melalui empat
tahap, yaitu kelemahan, keterbatasan METODE PENELITIAN
fungsional, ketidakmampu-an, dan Rancangan penelitian yang digunakan
keterhambatan yang akan terjadi dalam penelitian ini adalah rancangan
bersamaan dengan proses menua atau desain penelitian deskriptif analitik
(Ekawati, 2014). dengan pendekatan cross sectional
Searah dengan pertambahan usia, (potong lintang). Penelitian ini dilakukan
mereka akan mengalami degeneratif baik di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi
dari segi fisik maupun segi mental. Akibat Utara pada tanggal 3-4 November 2016.
dari pertambahan usia mereka adalah Populasi pada penelitian ini adalah
menurunnya derajat kesehatan, kehilang- seluruh lansia yang tinggal di BPLU
an pekerjaan, dianggap sebagai individu Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara.
yang tak mampu akan mengakibatkan Lansia yang tinggal di BPLU yaitu 35
orang lanjut usia secara perlahan menarik dengan teknik pengambilan sampel yang
diri dari hubungan dengan masyarakat digunakan yaitu purposive sampling
sekitar. Hal ini dapat mempengaruhi dengan menggunakan rumus Issac dan
interaksi sosial lansia tersebut (Vicky, Michael didapat 32 sampel. Instrument
2012). penelitian menggunakan kuesioner
World Health Organization Quality Of interaksi sosial 12 pertanyaan dan kualitas
Life atau WHOQL mendefinisikan hidup 26 pertanyaan. Analisa data
kualitas hidup sebagai persepsi individu Univariat, yang dianalisa berdasarkan
terhadap kehidupannya di masyarakat analisa univariant yaitu karakteristik
dalam konteks budaya dan sistem nilai responden yang meliputi usia, jenis
yang ada yang terkait dengan tujuan, kelamin, agama, pendidikan terakhir dan
harapan, standar, dan juga perhatian. status pernikahan sedangkan analisa data
Kualitas hidup dalam hal ini merupakan bivariate dengan menggunakan uji
suatu konsep yang sangat luas yang statistik. Uji statistik ini untuk melihat
dipengaruhi kondisi fisik individu, hubungan interaksi sosial dengan kualitas
psikologis, tingkat kemandirian, serta hidup lansia di BPLU Senja Cerah
hubungan individu dengan lingkungan Provinsi Sulawesi Utara, data dianalisis
(Fitria, 2010) dengan mengunakan uji chi-square
Pertambahan usia lansia dapat dengan tingkat kepercayaan CI = 95%,
menimbulkan berbagai masalah baik . GHQJDQ !” -LND !! +R
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

diterima (tidak ada hubungan yang Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan


EHUPDNQD VHEDOLNQ\D MLND ! +R Jenis Kelamin
ditolak maka Ha yang diterima (ada
hubungan yang bermakna). Analisa data Jenis Kelamin N %
menggunakan bantuan software Laki-laki 11 34.4
komputer. Perempuan 21 65,6
Jumlah 32 100
HASIL dan PEMBAHASAN Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil analisis data tabel 2 menunjukan


Usia bahwa karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin yang paling
Usia N % banyak yaitu perempuan 21 orang
45-59 tahun 0 0 (65,6%) dan yang paling sedikit berjenis
60-74 tahun 18 56,3 kelamin laki-laki yaitu 11 orang (34,4%).
75-90 tahun 14 53,7 Berdasarkan teori yang ada, pada
> 90 tahun 0 0 umumnya lansia perempuan mengalami
Jumlah 32 100 keluhan sakit akut dan kronis yang lebih
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) tinggi dibandingkan laki-laki sehingga
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.
Hasil analisis data tabel 1 Hal ini sejalan dengan penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar sebelumnya yang menyebutkan bahwa
responden berada pada kelompok usia 60- jenis kelamin berhubungan dengan
74 tahun yaitu 18 orang (56,3%) dan kualitas hidup lansia Simanullang , (2011)
sisanya kelompok usia 75-90 tahun yaitu dengan judul pengaruh gaya hidup
14 orang (53,7%). Pertambahan usia maka terhadap status kesehatan lanjut usia
akan ada perubahan dalam cara hidup (lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas
seperti merasa kesepian dan sadar akan Darusalam Medan.
kematian, hidup sendiri, perubahan dalam Menurut Peneliti bahwa perbedaan
hal ekonomi, penyakit kronis, kekuatan jumlah jenis kelamin ini dipengaruhi oleh
fisik semakin lemah, terjadi perubahan kehadiran lansia yang mengikuti
mental, ketrampilan psikomotor penelitian karena sebagian lansia juga
berkurang, perubahan psikososial yaitu tidak berada di tempat.
pensiun, akan kehilangan sumber
pendapatan, kehilangan pasangan dan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
teman, serta kehilangan pekerjaan dan Agama Lansia
berkurangnya kegiatan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya
Agama n %
(Nugroho, 2008).
Menurut peneliti sesuai fakta Islam 5 15,6
dilapangan didapatkan bahwa lansia yang Kristen Protestan 23 71,9
berada di BPLU Senja Cerah Provinsi Kristen Katolik 4 12,5
Jumlah 32 100
Sulawesi Utara masih bisa melakukan
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
aktivitas sehari-hari dengan baik sehingga
setiap kegiatan yang di buat oleh pihak Hasil analisis data tabel 3 menunjukkan
panti mereka dapat ikut serta seperti bahwa sebagian besar responden
kegiatan ibadah bersama setiap hari rabu beragama Kristen Protestan yaitu 23
pagi dan juga kegiatan senam pagi setiap orang (71,9%), kemudian agama Islam 5
hari jumat pagi orang (15,6%), dan sebagian kecil
beragama Kristen Katolik yaitu 4 orang
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

(12,5%). Menurut penelitian yang Menurut peneliti bahwa hal tersebut


dilakukan Umma (2016) dengan judul karena pada saat itu mereka kesulitan
hubungan kebutuhan spiritual dengan untuk melanjutkan pendidikan
kualitas hidup pada lansia di Panti dikarenakan masalah ekonomi yang
Wredha Pucang Gading dan Wisma rendah. Sehingga kebanyakan lansia
Lansia Harapan Asri Semarang berhenti pada pendidikan dasar atau
menyatakan lansia yang terpenuhi bahkan tidak sekolah sama sekali.
kebutuhan spiritualnya maka tercipta
kualitas hidup yang optimal. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Menurut peneliti bahwa kebutuhan Status Pernikahan
rohani diberikan sesuai agama yang
dianut oleh lansia. Untuk yangberagama Status Pernikahan N %
Kristen melakukan ibadah bersama di aula
Sudah Menikah 8 25
yang ada di panti tersebut setiap hari rabu Belum Menikah 4 12,5
pagi. Begitu juga dengan agama Islam Cerai 20 62,5
yang melakukan ibadah Sholat. Walaupun Jumlah 32 100
dipanti tersebut terdapat beberapa agama Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
yang berbeda namun para lansia tersebut
tetap akur dan berinteraksi secara baik Hasil analisis data pada tabel 5
dan ramah. menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berstatus pernikahan cerai
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan yaitu 20 orang (62,5%), kemudian sudah
Pendidikan Terakhir menikah 8 orang (25%), dan yang paling
sedikit yaitu belum menikah 4 orang
Pendidikan Terakhir N % (12,5%). Status pernikahan memiliki
SD 23 71,9 perbedaan yang signifikan terhadap
SMP 1 3.1 kualitas hidup.
SMA 4 12,5 Hal ini disebabkan karena, faktor-
DIII/Sarjana 4 12,5 faktor yang berpengaruh pada
Jumlah 32 100 kelangsungan hidup lansia secara umum
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) adalah peran keluarga terhadap lansia.
Perawatan dan peran keluarga sangat
Hasil analisis data tabel 4 dibutuhkan oleh lansia untuk
menunjukkan bahwa sebagian besar mempertahankan kualitas hidup lansia
responden berpendidikan terakhir yaitu janda dan duda agar senantiasa baik.
tamatan SD yakni 23 orang (71,9%) Kelangsungan hidup lansia janda sebagian
kemudian SMA 4 orang (12,5%) dan besar dipengaruhi oleh faktor perawatan
sisanya DIII/Sarjana 4 orang (12,5%) dan kesehatan dan peran keluarga, sedangkan
yang paling sedikit yaitu tingkat kelangsungan hidup duda sebagian besar
pendidikan SMP 1 orang (3,1%). Keadaan dipengaruhi oleh faktor kesibukan lansia
ini mengikuti pola pendidikan dari dan produktifitas lansia (Lana, 2012).
golongan lanjut usia di Indonesia yang Ini sejalan dengan penelitian Yulianty
umumnya sekitar 71,2% belum mengenal (2014) dengan judul perbedaan kualitas
pendidikan formal, sehingga lansia sudah hidup lansia yang tinggal di komunitas
bisa menyesuaikan diri sejak dahulu dengan di pelayanan sosial lanjut usia
dengan tingkat pendidikannya sehingga dimana lansia yang tinggal di komunitas
tidak mempengaruhi keadaan mood, sebagian besar berstatus menikah (31,4%)
perasaan dan kualitas hidupnya (Darmojo, sedangkan lansia yang tinggal di
2006 dalam Supraba, 2015). Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember
berstatus janda (27,6%) dan duda (13,3%)
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

ini berarti bahwa lansia yang tinggal pun hanya sebagian lansia. Lansia yang
dipanti lebih besar dengan status berinteraksi dengan sesama misalnya
pernikahan cerai. lansia mengikuti senam pagi, ikut dalam
perkumpulan lansia, memang masih ada
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden lansia yang tidak bisa mengikuti senam
Berdasarkan Interaksi Sosial ataupun perkumpulan lansia karena
keterbatasan fisik mereka. Apabila ada
Interaksi Sosial N % salah satu lansia yang mengalami sakit
Baik 20 62,5 biasanya lansia yang interaksi sosialnya
Cukup 12 37,5 baik mereka akan menjenguk yang
Jumlah 32 100 mengalami sakit. Hal ini menunjukan
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) bahwa lansia di BPLU Senja Cerah
Provinsi Sulawesi Utara memiliki
Hasil analisis data pada tabel 6 interaksi sosial yang baik karena
menunjukan bahwa interaksi sosial yang memberikan perhatian kepada sesama
paling banyak adalah kategori interaksi lansia dan juga bisa ikut dalam
sosial baik yakni 20 orang (62,5%), dan perkumpulan lansia.
sisanya kategori interaksi sosial cukup
yaitu 12 orang (37,5%). Menurut Rahmi Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
(2008, dalam Sanjaya (2012) Kualitas Hidup
menyebutkan bahwa dengan interaksi Kualitas Hidup N %
sosial yang baik memungkinkan lansia
untuk mendapatkan perasaan memiliki Tinggi 19 59,4
Cukup 13 40,6
suatu kelompok sehingga dapat berbagi
Jumlah 32 100
cerita, berbagi minat, berbagi perhatian,
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
dan dapat melakukan aktivitas secara
bersama-sama yang kreatif dan inovatif. Hasil analisis data pada tabel 7
Lansia dapat berkumpul bersama orang menunjukan bahwa kualitas hidup lansia
seusianya sehingga mereka dapat saling di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja
menyemangati dan berbagi mengenai Cerah Provinsi Sulawesi Utara didapatkan
masalahnya. Sebagian dari lansia ada bahwa kualitas hidup terbanyak yaitu
yang tinggal bersama keluarga yaitu anak kualitas hidup tinggi yakni 19 orang
dan cucunya, namun sebagian lagi ada (59,4%) dan sisanya yaitu kualitas hidup
yang menghabiskan masa hidupnya di cukup 13 orang (40,6%).
panti jompo. Panti jompo adalah suatu Menurut World Health Organization
tempat yang akan menjadi tempat Quality of Life (WHOQOL), kualitas
perkembangan interaksi sosial, hidup adalah kondisi fungsional lansia
dikarenakan mereka akan hidup bersama yang meliputi kesehatan fisik, sosial, dan
dengan sesama lanjut usia, selain itu pada psikologis. Kualitas hidup lansia di
panti jompo, mereka akan mendapatkan pengaruhi beberapa faktor yang
pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk menyebabkan seorang lansia untuk tetap
memberdayakan para orang lanjut usia bisa berguna dimasa tuanya, yakni
agar tetap produktif. Perkembangan fisik kemampuan menyesuaikan diri dan
dan kesehatan orang lanjut usia akan menerima segala perubahan dan
mendapat kontrol yang efektif (Putri, kemunduran yang dialami, adanya
2008). penghargaan dan perlakuan yang wajar
Dari hasil penelitian yang dilakukan dari lingkungan lansia tersebut (Ekawati,
oleh peneliti, banyak lansia yang interaksi 2011).
sosialnya baik, tetapi ada juga yang Berdasarkan hasil penelitian yang
interaksi sosialnya cukup dan buruk itu dilakukan oleh peneliti, menunjukkan
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

bahwa banyak lansia yang tinggal di apalagi ditambah dengan adanya


BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-
Utara mayoritas dengan kualitas hidup angsur mulai melepaskan diri dari
tinggi. Hal tersebut dikarenakan lansia kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
masih bisa menerima keadaan yang ada kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pada dirinya, bisa melakukan aktivitasnya pergaulan sekitannya. Keadaan ini
sesuai dengan kemampuannya, tetap mengakibatkan interaksi sosial lansia
merasa bahagia, dan juga bisa menikmati menurun, baik secara kualitas maupun
masa tua dengan penuh makna, berguna kuantitas sehingga sering lanjut usia
dan berkualitas. Contohnya sebagian mengalami kehilangan ganda (triple loss)
lansia menyadari dan menerima dengan : (1) kehilangan peran (loss of role), (2)
kondisi fisik yang sudah mulai menurun hambatan kontak sosial (restriction of
namun mereka masih tetap semangat dan contacts and relationships) dan (3)
bisa melakukan kegiatan yang dianjurkan berkurangnya komitmen (reduce
oleh pengurus panti. Memang ada commintment to sosial mores and values)
beberapa lansia tidak bisa mengikuti (Nugroho, 2008).
kegiatan tersebut karena sakit, misalnya Pertambahan usia lansia dapat
kegiatan senam, perkumpulan lansia menimbulkan berbagai masalah baik
karena sakit pada sendi dan sudah tidak secara fisik, mental, serta perubahan
kuat untuk berjalan, hal tersebut yang kondisi sosial yang dapat mengakibatkan
mempengaruhi kualitas hidup pada lansia. penurunan pada peran-peran sosialnya.
Selain itu, dapat menurunkan derajat
Tabel 8 Hasil Analisis Hubungan kesehatan, kehilangan pekerjaan dan
Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup dianggap sebagai individu yang tidak
Lansia mampu. Hal ini akan mengakibatkan
lansia secara perlahan menarik diri dari
Interaksi Kualitas Hidup Total P Value hubungan dengan masyarakat sekitar
Sosial
Tinggi Cukup sehingga dapat mempengaruhi interaksi
n % N % N % sosial. Berkurangnya interaksi sosial pada
Baik 16 50,0 4 12,5 20 62,6 0,004 lansia dapat menyebabkan perasaan
Cukup 3 9,4 9 28,1 12 37,5
Total 19 59,4 13 40,6 32 100
terisolir, sehingga lansia menyendiri dan
mengalami isolasi sosial dengan lansia
Hasil analisis data tabel 8 diatas merasa terisolasi dan akhirnya depresi,
menunjukan bahwa 21 responden dengan maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas
interaksi sosial baik, 4 (12,5%) responden hidup lansia (Andreas, 2012).
kualitas hidup cukup, 16 (50,0%) Kualitas hidup berhubungan dengan
responden kualitas hidup tinggi dan 12 kesehatan dimana suatu kepuasan atau
responden dengan interaksi sosial cukup kebahagiaan individu sepanjang dalam
memiliki kualitas hidup yang cukup kehidupannya mempengaruhi mereka atau
sebanyak 9 (28,1%) responden, kualitas dipengaruhi oleh kesehatan. Sebagian dari
hidup tinggi 3 (9,4%) responden. lansia ada yang tinggal bersama keluarga
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh yaitu anak dan cucunya, namun sebagian
nilai P Value = 0,004 < . 0,05 dengan lagi ada yang menghabiskan masa
demikian uji hipotesis menyatakan bahwa hidupnya di panti werdha. Panti werdha
Ha gagal ditolak, dengan demikian dapat adalah suatu tempat yang akan menjadi
dinyatakan bahwa terdapat hubungan tempat interaksi sosial, dikarenakan
yang signifikan antara interaksi sosial mereka akan hidup bersama dengan
dengan kualitas hidup pada lansia. Pada sesama lanjut usia, selain itu di panti
teori penarikan diri, teori ini menyatakan werdha mereka akan mendapatkan
bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

memberdayakan para orang lanjut usia Dari penjelasan diatas menurut peneliti
agar tetap produktif. Perkembangan fisik lansia yang memiliki hubungan sosial
dan kesehatan orang lanjut usia akan baik adalah lansia yang memiliki kualitas
mendapat kontrol yang efektif (Putri, hidup yang baik pula begitu juga dengan
2008). lansia yang memiliki hubungan sosial
Penelitian yang dilakukan Lemon, et al buruk memiliki kualitas hidup yang
(dalam Potter dan Perry 2005), rendah karena lansia menarik diri dari
menunjukkan bahwa lansia dengan lingkungan sekitarnya dan itu berakibat
keterlibatan sosial yang lebih besar berkurangnya kualitas hidup lansia karena
memiliki semangat dan kepuasan hidup lansia dengan keterlibatan sosial yang
yang tinggi dan penyesuaian serta lebih besar memiliki semangat dan
kesehatan mental yang lebih positif dari kepuasan hidup yang tinggi dan
pada lansia yang kurang terlibat secara penyesuaian serta kesehatan mental yang
sosial. Semangat dan kepuasan hidup lebih positif dari pada lansia yang kurang
yang dialami lansia menyebabkan kualitas terlibat secara sosial. Semangat dan
hidupnya membaik, hal ini yang kepuasan hidup yang dialami lansia
menjelaskan bahwa lansia yang memiliki menyebabkan kualitas hidupnya
hubungan sosial baik sebagian besar membaik. Jadi ada hubungan antara
adalah lansia yang memiliki kualitas Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup
hidup yang baik pula. Lansia di BPLU Senja Cerah Provinsi
Sanjaya (2012) menjelaskan bahwa Sulawesi Utara.
individu yang mengalami hubungan sosial
yang terbatas dengan lingkungan SIMPULAN
sekitarnya lebih berpeluang mengalami Dari hasil penelitian yang dilakukan
kesepian, sementara individu yang di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja
mengalami hubungan sosial baik tidak Cerah Provinsi Sulawesi Utara pada bulan
terlalu mengalami kesepian yang berarti November 2016, dapat disimpulkan
kualitas hidupnya baik. Penelitian yang sebagai berikut : sebagian besar
dilakukan Sianipar (2013) didapatkan ada responden di BPLU Senja Cerah Provinsi
hubungan interaksi sosial dengan kualitas Sulawesi Utara berjenis kelamin
hidup pada Lansia di Panti Werdha Budhi perempuan dengan kelompok usia lansia
Dharma Bekasi dimana interaksi sosial dan lansia tua, dan sebagian responden
terbanyak yaitu interaksi sosial baik memiliki pendidikan terakhir tamatan SD
sebanyak 63 orang (73.3%) dan kualitas serta berstatus pernikahan telah di cerai
hidup terbanyak yaitu kualitas hidup baik mati; interaksi sosial lanjut usia di BPLU
sebanyak 61 orang (70,9%). Nilai P Value Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara
= 0.001 < 0.05. Begitu juga dengan dengan presentasi terbanyak pada
penelitian yang dilakukan Rahmianti interaksi sosial yang baik; kualitas hidup
(2014) ada hubungan yang signifikan lanjut usia di BPLU Senja Cerah Provinsi
antara interaksi sosial dengan kualitas Sulawesi Utara dengan presentasi
hidup dengan nilai p=0,01. Penelitian ini terbanyak pada kualitas hidup yang tinggi;
juga sejalan dengan penelitian yang di dan terdapat hubungan antara interaksi
lakukan Liza (2016) dengan judul faktor- sosial dengan kualitas hidup lansia di
faktor yang berhubungan dengan kualitas BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi
hidup lansia di wilayah Kerja Puskesmas Utara.
Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah
Kota Padang dimana terdapat hubungan DAFTAR PUSTAKA
erat antara interaksi sosial dengan kualitas Andreas. (2012). Interaksi Sosial Dan
hidup lansia. Kualitas Hidup Lansia Di
Kelurahan Lansot Kecamatan
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Tomohon Selatan.
huhttp://igenursing.weebly.com/up Sanjaya, A., & Rusdi, I. (2012).
loads/1/4/3/9/14390416/fix_jku_a Hubungan Interaksi Sosial
ndreas.pdf akses 17 September Dengan Kesepian Pada Lansia.
2016 Naskah publikasi, Universitas
BPS. (2014). Statistik penduduk lanjut Sumatera Utara. Akses 21
usia Indonesia. Pdf diunduh 18 September 2016.
September 2016 http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jk
Ekawati. (2014). Hubungan antara fungsi h/article/downloadSuppFile/313/7
keluarga dengan kualitas hidup 3
lansia. Skripsi. Institut Ilmu Sianipar, A. (2013). Hubungan Interaksi
Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri Sosial Dengan Kualitas Hidup
Fitria, A. (2010) Interaksi Sosial Dan Pada Lansia Dipanti Werdha
Kualitas Hidup Lansia Di Panti Budhi Dharma Bekasi. Naskah
Werdha Upt Pelayanan Sosial publikasi Sekolah Tinggi Ilmu
Lanjut Usia Dan Anak Balita Kesehatan Medistra Indonesia Pdf
Binjai. Skripsi USU Medan. diakses 15 September 2016.
Diakses pada 18 September 2016. Simanullang, P. (2011). Pengaruh Gaya
Lana, M. (2012). Perbedaan Kualitas Hidup Terhadap Status Kesehatan
Hidup Lansia Berstatus Janda Lanjut Usia (Lansia) Di Wilayah
Dan Duda Di Panti Sosial Kerja Puskesmas Darusalam
Tresna Werdah Unit Budi Luhur Medan (Tesis). Universitas
Kasihan Bantul Yogyakarta Sumatera Utara.
Liza. (2016). Faktor-faktor Yang Supraba, N. (2015). Hubungan Aktivitas
Berhubungan dengan Kualitas Sosial, Interaksi Sosial, Dan
Hidup Lansia di wilayah Kerja Fungsi Keluarga Dengan
Puskesmas Lubuk Buaya Kualitas Hidup Lanjut Usia Di
Kecamatan Koto Tangah Kota Wilayah Kerja Puskesmas I
Padang. Fakultas Kesehatan Denpasar Utara Kota Denpasar.
Masyarakat. Universitas Andalas. Tesis Universitas Udayana
Diakses 9 Desember 2016. Denpasar. Diakses pada 18
Nugroho . (2008). Keperawatan Gerontik September 2016
& Geriatrik. Jakarta : EGK Vicky, T. (2012). Hubungan Interaksi
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Sosial Dengan Kualitas Hidup
Fundamental Keperawatan. 4 ed. Lansia Di Rw Xi Kelurahan
Renata K, editor. Jakarta: EGC. Ganting Parak Gadang Wilayah
Putri .(2008). Gambaran kualitas hidup Kerja Puskesmas Andalas Padang
lansia yang tinggal di PSTW Tahun 2012. Diakses di
Yogyakarta yunit Budhi Luhur. http://repository.unand.ac.id/1862
Surakarta. Naskah publikasi 7/ pada tanggal 17 September
Fakultas Ilmu Kesehatan 2016
Universitas Muhammadiyah Umma, A. (2016). Hubungan Kebutuhan
Surakarta Spritual dengan Kualitas Hidup
Sanjangbati, P.L, Franklin, P.J.C, & Pada Lansia di Panti Wredha
Rompas, L.M. (2014). Pembaharuan Kota Semarang. Skripsi,
Konsep Perilaku Lansia. Artikel Universitas Diponegoro. Pdf akses
jurnal, Graha Komunitas Lansia. tanggal 20 Desember 2016
Pdf diakses 18 September 2016 http://eprints.undip.ac.id/49604/1/
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/dase PROPOSAL_Athurrita_Choirru_
ng/article/download/6661/pdf Ummah.pdf
e-Journal Keperawatan (e-KP) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Yuliati, A., Baroya, N., & Ririanty, M.


(2014). Perbedaan Kualitas Hidup
Lansia Yang Tinggal Di
Komunitas Dengan Di Pelayanan
Sosial Lanjut Usia ( The Different
Of Quality Of Life Among The
Elderly Who Living At
Community And Social Services ),
2(1), 87±94.

You might also like