You are on page 1of 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

PENYEBAB ANEMIA PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN


DARUL ULUM KABUPATEN KENDAL

Dhenok Citra Panyuluh*, Priyadi Nugraha P.**, Emmy Riyanti** *Mahasiswa Bagian
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas
Diponegoro Semarang **Dosen Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

Abstract

The results of Hemoglobin (Hb) examination conducted by the Community Health Nutrition
Section of Kendal District Health Office toward teenage girls showed 25.33% (2014),
20.33% (2015), and 25.55% (2016) adolescent girls are suffering from anemia. According to
the Ministry of Health, forteenage girls and women anemia is still a public health problem if
the prevalence is> 20%. One group of young women who have risk to anemia are female
students in a boarding school. The condition of students in boarding school with very dense
activities, less of facilities and infrastructure in boarding school, and far from their parents
clearly influence the behavior of the students. The purpose of this study is to analyze related
factors to the behavior that causes anemia in female students at Darul Ulum Boarding
School of Kendal Regency. This type of research is descriptive with a quantitative approach
method in which the population is all female studentsabout 40 people. The samples taken are
total sampling. The results showed most respondents have good behavior (70%), most of
knowledge about anemia is good (57.5%), most of respondents are supportive to attitudes
toward prevention of anemia(52.5%), most of health facilities are not adequate (52.5%),
most of health informationsare not adequate (97.5%), family’s attitude and behavior is
supportive (75%), peer’s attitude and behavior is supportive (75%), teacher’s attitude and
behavior is not supportive (52,5%). There is correlation between teacher’s attitude and
behavior with the behavior that causes anemia (p=0,036). It is suggested that there should be
education to teachers about health education program in boarding school.

Keywords : Female Students, Behavior That Causes Anemia, Boarding


School, Teacher Literature : 77 (15 Journals+46 Books+9 Thesis+7 Websites),
1983-2017

PENDAHULUAN
adalah anemia. Anemia merupakan penurunan
Salah satu masalah kesehatan nasional bagi
jumlah total hemoglobin atau sel darah merah
negara berkembang maupun negara maju
yang berdampak terhadap pembangunanIndonesia sebagian besar disebabkan oleh
kesehatan, sumber daya manusia, sosial, dan kekurangan Fe sehingga disebut juga anemia
2​
ekonomi.​ Anemia merupakan masalah gizi di defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah
dunia, terutama di negara berkembang anemia yang
termasuk Indonesia.Kasus anemia di
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
156
Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas
Kesehatan Kabupaten Kendal terhadap remaja
putri (usia SMP dan SMA) menunjukkan
timbul akibat berkurangnya penyediaan besi25,33% (tahun 2014), 20,33% (tahun 2015),
untuk eritropoesis, karena cadangan besidan 25,55% (tahun 2016) remaja putri
kosong yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurangmenderita anemia. ​Salah satu kelompok
Prevalensi anemia bisa bervariasi berdasarkan
putri yang rawan terkena anemia
usia, jenis kelamin dan kondisi fisiologis,remaja ​
patologis, lingkungan sosial dan ekonomi,adalah santriwati di Pondok Pesantren.
kebiasaan sarapan, demografi, Indeks MassaPondok Pesantren adalah sebuah lembaga
Tubuh (IMT), serta tahap kehidupan pendidikan yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru
Remaja putri merupakan salah satu kelompok
yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan
yang berisiko menderita anemia.Pada remaja
mempunyai asrama untuk tempat menginap
putri dan Wanita Usia Subur (WUS) anemia
santri. Santri tersebut berada dalam kompleks
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang juga menyediakan masjid untuk
bila prevalensinya > 20% (Kementerian
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan
Kesehatan RI, 2013).Hasil Sensus Penduduk
keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya
tahun 2010 menunjukkan bahwa 63,4 juta dari
dikelilingi oleh tembok untuk dapat
jumlah penduduk Indonesia adalah remaja
mengawasi keluar masuknya para santri sesuai
yang terdiri dari remaja putri sebanyak 31,2
dengan peraturan yang berlaku. Di Pondok
juta jiwa (49,30%).Menurut WHO (2013),
Pesantren para santri ditempa dengan
prevalensi anemia di dunia berkisar antara
keprihatinan dan ilmu agama sehingga para
40-88% dengan angka kejadian anemia pada
santri diwajibkan untuk memiliki disiplin
remaja putri terutama di negara-negara
waktu dan tanggung jawab pada dirinya
berkembang mencapai 53,7%. ​Menurut Surveisendiri.
Teori Green (1980) dalam
Kesehatan Rumah
​ Tangga (SKRT) pada tahun
Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa
2012, prevalensi anemia di Indonesia padaperilaku kesehatan seseorang atau masyarakat
remaja putri sebesar 57,1%, mengalamidipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor-faktor
peningkatan dari tahun 2008 yang berkisarpredisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan,
pada angka 26,5%.Hal ini menunjukkantingkat sosial ekonomi, keyakinan, nilai-nilai,
bahwa anemia pada remaja putri mengalamidan sebagainya), faktor- faktor pemungkin
kenaikan dan menjadi salah satu masalahatau ​enabling factor ​(lingkungan fisik tersedia
kesehatan di Indonesia. atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau
Prevalensi tren angka kejadian anemia padasarana-sarana kesehatan), dan faktor-faktor
remaja putri di Jawa Tengah mencapai 43,2%penguat atau ​reinforcing factor (​ sikap dan
pada tahun 2010, 57,1% pada tahun 2013, danperilaku petugas kesehatan atau petugas yang
pada tahun 2016 mengalami penurunanlain, yang merupakan kelompok referensi dari
menjadi 50%. perilaku masyarakat).Adapun faktor yang
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadarmempengaruhi perilaku penyebab anemia
Hemoglobin (Hb) yang dilaksanakan olehpada santriwati adalah presdiposisi
(pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin ketersediaan
(ketersediaan fasilitas kesehatan dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
157
Pesantren. b. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Usia dengan
Perilaku Penyebab Anemia Responden
informasi kesehatan), dan faktor penguat
yang perilakunya buruk lebih banyak
(sikap dan perilaku keluarga, sikap dan
terdapat pada kelompok responden yang
perilaku teman sebaya, dan sikap dan perilaku
termasuk kategori remaja awal (17,5%)
guru).
dibandingkan dengan kelompok responden
yang termasuk kategori remaja
METODE PENELITIAN ​Penelitian ini
menengah-akhir (12,5%). Hasil ​Chi-Square
merupakan jenis penelitiandeskriptif dengan
Test d​ idapatkan nilai ​ρ ​sebesar 0,720 atau
desain penelitian ​cross sectional.​ Populasi
ρ ​> 0,05 yang berarti Ho diterima, maka
adalah seluruh santriwati usia SMP diPondok
secara statistik dapat disimpulkan bahwa
Pesantren Darul Ulum Kabupaten Kendal.
tidak ada hubungan yang bermakna antara
Teknikpengambilansampel menggunakan​total
usia responden dengan perilaku penyebab
sampling ​sebanyak 40 orangresponden​.
anemia. Dapat disimpulkan bahwa usia
bukanlah satu-satunya faktor yang
HASIL DAN PEMBAHASAN ​a.
mempengaruhi perilaku buruk responden
Analisis Univariat
yang dapat menjadi penyebab anemia.
1. Usia Responden
Semua kelompok usia mempunyai potensi
Dari jumlah 40 responden sebagian besar yang sama memiliki perilaku buruk. Hal ini
responden termasuk dalam kategori remaja dapat disebabkan karena pengaruh teman,
awal yang berusia 10-14 tahun sebesar pengaruh keluarga, maupun pengaruh
65%. Sedangkan sisanya responden yang lingkungan responden sehingga mendorong
berusia 15-20 tahun sebanyak 35%. 2. responden untuk melakukan perilaku
Pendidikan Terakhir Ibu tersebut. 2. Hubungan antara Pendidikan
Pendidikan terakhir ibu responden sebagian Terakhir Ibu dengan Perilaku Penyebab
besar berpendidikan rendah sebanyak 25 Anemia Responden yang perilakunya
orang (62,5%) sedangkan yang buruk lebih banyak terdapat pada
berpendidikan tinggi sebanyak 15 orang kelompok responden yang pendidikan
(37,5%). 3. Pekerjaan Ayah terakhir ibunya < SMA (22,5%)
Sebagian besar orangtua responden adalah dibandingkan dengan kelompok responden
bekerja sebanyak 37 orang (92,5%) yang pendidikan terakhir ibunya ​≥ ​SMA
sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 3 (7,5%). Hasil ​Chi-Square Test ​didapatkan
orang (7,5%). 4. Pendapatan Ayah nilai ​ρ ​sebesar 0,477 atau ​ρ ​> 0,05 yang
Jumlah pendapatan ayah responden yang berarti Ho diterima, maka secara statistik
nilainya ​≤ ​UMK Kendal tahun 2016 sebanyak dapat disimpulkan bahwa tidak ada
24 orang (60%) dan yang nilainya > UMK hubungan yang bermakna antara
Kendal tahun 2016 berjumlah 16 orang (40%). pendidikan terakhir ibu dengan perilaku
tersedianya informasi kesehatan di Pondok
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
158
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
159 ​penyebab anemia. Tingkat
sebesar 1 atau ​ρ ​> 0,05 yang pendidikan seseorang
berarti Ho diterima, maka secara mempengaruhi perilaku individu.
statistik dapat disimpulkan Makin tinggi pendidikan atau
bahwa tidak ada hubungan yang pengetahuan kesehatan
bermakna antara pendapatan seseorang, makin tinggi
ayah dengan perilaku penyebab kesadaran untuk berperan serta
anemia. dan menjaga kesehatan begitu
Dari hasil penelitian dapat juga sebaliknya.
disimpulkan bahwa pendapatan 3. Hubungan antara Pekerjaan
ayah tidak mempengaruhi Ayah dengan Perilaku Penyebab
perilaku penyebab anemia. Anemia
Namun hal tersebut tidak Responden yang perilakunya
menjamin karena hal ini dapat buruk lebih banyak terdapat
mempengaruhi konsumsi pada kelompok responden yang
pangan di dalam keluarga. status ayahnya bekerja (27,5%)
Perubahan pendapatan keluarga dibandingkan dengan kelompok
secara langsung dapat responden yang status ayahnya
mempengaruhi konsumsi tidak bekerja (2,5%).Hasil ​Chi-
pangan keluarga, makanan yang ​Square Test ​didapatkan nilai ​ρ
berkualitas dan berkuantitas baik sebesar 1 atau ​ρ ​> 0,05 yang
akan lebih mudah terbeli, berarti Ho diterima, maka secara
sehingga kebutuhan akan gizi statistik dapat disimpulkan
terutama zat besi dapat bahwa tidak ada hubungan yang
terpenuhi. bermakna antara pekerjaan ayah
5. Hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku penyebab
Anemia dengan Perilaku anemia.
Penyebab Anemia Dari hasil penelitian dapat
Responden yang perilakunya disimpulkan bahwa pekerjaan
buruk memiliki persentase sama ayah tidak mempengaruhi
baik pada kelompok responden perilaku penyebab anemia.
yang pengetahuannya buruk Namun hal tersebut tidak
(15%) maupun kelompok menjamin, karena pekerjaan
responden yangpengetahuannya orangtua terutama ayah
baik (15%). Hasil ​Chi-Square ​merupakan pendapatan utama
Test ​didapatkan nilai ​ρ ​sebesar keluarga yang menopang
0,780 atau ​ρ ​> 0,05 yang berarti perekonomian keluarga.
Ho diterima, maka secara 4. Hubungan antara Pendapatan
statistik dapat disimpulkan Ayah dengan Perilaku Penyebab
bahwa tidak ada hubungan yang Anemia
bermakna antara pengetahuan Responden yang perilakunya
anemia dengan perilaku buruk lebih banyak terdapat
penyebab anemia pada pada kelompok responden yang
santriwati Pondok Pesantren pendapatan ayahnya ​≤ ​UMK
Darul Ulum Kabupaten Kendal. Kabupaten Kendal (17,5%)
Pengetahuan mempengaruhi dibandingkan dengan kelompok
perilaku seseorang. Jika responden yang pendapatan
seseorang mempunyai ayahnya > UMK Kabupaten
pengetahuan baik maka Kendal (12,5%).Hasil ​Chi-
kemungkinan besar orang ​Square Test ​didapatkan nilai ​ρ
tersebut akan berperilaku baik,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
160 ​begitu pula sebaliknya apabila
sebesar 0,214 atau ​ρ ​> 0,05 seseorang mempunyai
yang berarti Ho diterima, maka pengetahuan buruk maka
secara statistik dapat kemungkinan besar orang
disimpulkan bahwa tidak ada tersebut akan berperilaku buruk.
hubungan yang bermakna 6. Hubungan antara Sikap
antara ketersediaan fasilitas terhadap Pencegahan Anemia
kesehatan dengan perilaku dengan Perilaku Penyebab
penyebab anemia. Anemia
Berdasarkan hasil penelitian Responden yang perilakunya
ketersediaan fasilitas kesehatan buruk lebih banyak terdapat
ternyata masih belum optimal. pada kelompok responden yang
Pondok pesantren hanya sikapnya tidak mendukung
menyediakan fasilitas seadanya. terhadap pencegahan anemia
8. Hubungan antara Ketersediaan (17,5%) dibandingkan dengan
Informasi Kesehatan dengan kelompok responden yang
Perilaku Penyebab Anemia sikapnya mendukung terhadap
Responden yang perilakunya pencegahan anemia (12,5%).
buruk lebih banyak terdapat Hasil ​Chi-Square Test
pada kelompok responden yang didapatkan nilai ​ρ ​sebesar 0,580
menyatakan bahwa informasi atau ​ρ ​> 0,05 yang berarti Ho
kesehatan di pesantren tidak diterima, maka secara statistik
memadai (27,5%) dibandingkan dapat disimpulkan bahwa tidak
dengan kelompok responden ada hubungan yang bermakna
yang menyatakan bahwa antara sikap terhadap
informasi kesehatan di pencegahan anemia dengan
pesantren memadai (2,5%).Hasil perilaku penyebab anemia.
Chi-Square Test ​didapatkan nilai Meskipun sudah memiliki sikap
ρ ​sebesar 0,300 atau ​ρ ​> 0,05 yang baik terhadap pencegahan
yang berarti Ho diterima, maka anemia, namun apabila fasilitas
secara statistik dapat kesehatan, informasi kesehatan,
disimpulkan bahwa tidak ada dan dukungan sosial tidak
hubungan yang bermakna memadai atau tidak tersedia
antara ketersediaan informasi maka juga akan berpengaruh
kesehatan di Pondok Pesantren terhadap pelaksanaan
dengan perilaku penyebab pencegahan anemia.
anemia. 7. Hubungan antara Ketersediaan
Berdasarkan hasil wawancara, Fasilitas Kesehatan dengan
responden mengatakan bahwa Perilaku Penyebab Anemia
sama sekali tidak terdapat Responden yang perilakunya
informasi kesehatan yang buruk lebih banyak terdapat
memadai seperti mading, pada kelompok responden yang
buletin, poster, stiker, buku, menyatakan bahwa fasilitas
leaflet, atau media lainnya kesehatan di pesantren
terutama mengenai anemia. memadai (20%) dibandingkan
9. Hubungan antara Sikap dan dengan kelompok responden
Perilaku Keluarga dengan yang menyatakan bahwa
Perilaku Penyebab Anemia fasilitas kesehatan di pesantren
Responden yang perilakunya tidak memadai (10%). Hasil ​Chi-
buruk lebih banyak terdapat ​Square Test ​didapatkan nilai ρ

pada kelompok responden yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
161 ​sikap dan perilaku keluarganya
Responden yang perilakunya mendukung dalam pencegahan
buruk lebih banyak terdapat anemia (22,5%) dibandingkan
pada kelompok responden yang dengan kelompok responden
sikap dan perilaku guru tidak yang sikap dan perilaku
mendukung dalam pencegahan keluarganya tidak mendukung
anemia (17,5%) dibandingkan dalam pencegahan anemia
dengan kelompok responden (7,5%). Hasil ​Chi-Square Test
yang sikap dan perilaku guru didapatkan nilai ​ρ ​sebesar 1,000
mendukung dalam pencegahan atau ​ρ ​> 0,05 yang berarti Ho
anemia (12,5%).Hasil ​Chi- d​ iterima, maka secara statistik
Square Test ​didapatkan nilai ​ρ ​dapat disimpulkan bahwa tidak
sebesar 0,036 atau ​ρ ​< 0,05 ada hubungan yang bermakna
yang berarti Ho ditolak, maka antara dukungan keluarga
secara statistik dapat dengan perilaku penyebab
disimpulkan bahwa ada anemia.
hubungan yang bermakna Berdasarkan hasil wawancara,
antara dukungan guru dengan sikap dan perilaku keluarga
perilaku penyebab anemia. responden dalam pencegahan
Hasil wawancara terhadap para anemia sudah baik.
guru menyatakan bahwa mereka 10. Hubungan antara Sikap dan
sadar akan pentingnya peran Perilaku Teman Sebaya dengan
mereka dalam memberikan Perilaku Penyebab Anemia
pendidikan kesehatan yang Responden yang perilakunya
terintegrasi saat pembelajaran di buruk lebih banyak terdapat
sekolah maupun di pesantren. pada kelompok responden yang sikap dan perilaku teman sebaya
KESIMPULAN DAN SARAN ​mendukung dalam pencegahan
a. Kesimpulan ​anemia (22,5%) dibandingkan
1. Responden yang memiliki dengan kelompok responden
perilaku buruk 30%, sedangkan yang sikap dan perilaku teman
yang memiliki perilaku baik 70%. sebaya tidak mendukung dalam
Perilaku kurang baik antara lain pencegahan anemia (7,5%).
responden sering mengonsumsi Hasil ​Chi-Square Test
kafein (57,5%), responden didapatkan nilai ​ρ ​sebesar 1,000
sering membeli jajanan di luar atau ​ρ ​> 0,05 yang berarti Ho
(95%), dan responden tidak diterima, maka secara statistik
pernah mengonsumsi tablet dapat disimpulkan bahwa tidak
tambah darah pada saat haid ada hubungan yang bermakna
(92,5%). antara dukungan teman sebaya
2. Ada hubungan bermakna antara dengan perilaku penyebab
sikap dan perilaku guru dengan anemia.
perilaku penyebab anemia pada Berdasarkan hasil wawancara,
santriwati Pondok Pesantren sebagian besar sikap dan
Darul Ulum Kabupaten Kendal perilaku teman sebaya
(​ρ​=0,036). responden dalam pencegahan
3. Tidak ada hubungan bermakna anemia sudah baik.
antara usia (​ρ​=0,720); 11. Hubungan antara Sikap dan
pendidikan terakhir ibu Perilaku Guru dengan Perilaku
(​ρ​=0,477); pekerjaan ayah Penyebab Anemia
(​ρ​=1,000); pendapatan ayah
penyuluhan/bimbingan kepada guru
mengenai program pendidikan kesehatan
pesantren, sehingga nantinya diharapkan
(​ρ​=1,000); pengetahuan mengenai anemia
para guru bisa memberikan pengaruh positif
(​ρ​=0,728); sikap terhadap pencegahan anemia
kepada santri-santrinya. b. Guru harus lebih
(​ρ​=0,580); ketersediaan fasilitas kesehatan
intensif dalam memantau kesehatan fisik
(​ρ​=0,214); ketersediaan informasi kesehatan
dan asupan makanan santri-santrinya. c.
(​ρ​=0,300); sikap dan perilaku keluarga
Guru membuat forum komunikasi aktif
(​ρ​=1,000); sikap dan perilaku teman sebaya
dengan orangtua santri untuk pemantauan
(​ρ​=1,000) dengan perilaku penyebab anemia
kesehatan santri. 2. Bagi Pihak Pondok
pada santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum
Pesantren
Kabupaten Kendal. ​b. Saran
Pihak pondok pesantren lebih aktif
1. Bagi Guru di Pondok Pesantren
bekerjasama dengan pelayanan
a. Perlu adanya pemberian
kesehatan dan pihak- pihak terkaitagar30 Mei 2016. 4. Depkes RI. ​Survei Kesehatan
terlaksana program Rumah Tangga (SKRT) 2012. ​Jakarta : Depkes
pendidikan
kesehatan, tercipta lingkungan
RI, 2013. 5. DKP Jawa Tengah. Profil
pesantren sehat, dan pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016.
kesehatan di pesantren terkait prinsipSemarang : DKP Jawa Tengah, 2017. 6. DKK
gizi seperti pemantauan tinggi badan Kendal. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal
dan berat badan minimal enam bulan 2016. Kendal : DKK Kendal, 2017. 7.
sekali, pemberian asupan makanan yang Notoatmodjo, Soekidjo. ​Promosi Kesehatan
bergizi seimbang, dan program-program dan Ilmu Perilaku​. Jakarta : Rineka Cipta,
lainnya. 2007. 8. Pondok Pesantren Darul Ulum. ​Profil
DAFTAR PUSTAKA ​1. Azwar, A. Pondok Pesantren Darul Ulum.​ Sukorejo :
Pengantar Pendidikan Kesehatan. ​Jakarta : Pondok Pesantren Darul Ulum, 2016. 9.
Sastra Hudaya,1983. 2. Dyah, P. A. A. Notoatmodjo, Soekidjo. ​Metode Penelitian
Faktor-faktor yangberhubungan dengan status Kesehatan​. Jakarta : Rineka Cipta, 2012. 10. A.
AnemiaGizi Besi pada siswi SMU di Saifah. ​Hubungan Peran Keluarga, Guru,
wilayahDKI Jakarta​. Poltekkes Jakarta II : Teman Sebaya, dan Media Massa dengan
Skripsi, 2011 3. BPS. ​Sensus Penduduk Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di
Indonesia Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Kota
2010.​ https://id.wikipedia.org/wiki/Sensus ​ esis pada Universitas Indonesia : tidak
Palu. T
_Penduduk_Indonesia_2010​.J​ akart a: Badan diterbitkan, 2011.
Pusat Statistik Indonesia, 2010. diakses tanggal
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 2, April 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
162

You might also like