You are on page 1of 7

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) XII (1): 28-34 ISSN: 0853-6384 28

Full Paper
PENGARUH KONSENTRASI KAPUR (CaCO3) TERHADAP PERTUMBUHAN
LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

THE EFFECT OF LIME (CaCO3) CONCENTRATION ON GROWTH OF CRAYFISH


(Cherax quadricarinatus)

Arki Y. Arsono1*, Rustadi2 dan Bambang Triyatmo2

1
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul
Jl. Sisingamangaraja 21A, Bantul 55153
2
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta
*Penulis untuk korespondensi, E-mail: arkiyudha@gmail.com

Abstract
This research was conducted to determine the effect of lime (CaCO3) concentration on the availability of
calcium in water and growth of crayfish (Cherax quadricarinatus). Completely random design was used in
the experiment that consisted of 4 treatments and 3 replications. Four treatments of lime concentration were
0, 50, 100, and 150 mg CaCO3/l. The research was conducted in Fisheries Research Station, Agriculture
Faculty, Gadjah Mada University for 30 days. Ten crayfish were reared in 60 cm x 40 cm x 50 cm aquarium
in 60 l water. Crayfish were fed ad libitum with Tubifex tubifex. Calcium concentration on water, crayfish
growth, and water quality were observed every tenth days. The data of calcium concentration on water
and crayfish growth were analyzed with regression and correlation analysis at 95% confidence level,
whereas water quality analyzed descriptively. The research showed that there was correlation between
lime concentration and its availability in the water. It showed that, more lime concentration resulted on
higher calcium availability in water. Crayfish growth was relative faster on higher lime concentration.

Key words: Cherax quadricarinatus, growth, lime concentration

Pengantar
sumber Ca yang paling penting ketika moulting
Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting (Hessen et al. dalam Alstad, 1999). Pan et al. (2005)
dalam budidaya lobster air tawar. Selama proses menyebutkan bahwa penambahan kalsium di dalam
pertumbuhannya, lobster air tawar akan melakukan komposisi pakan buatan dapat membuat udang
penggantian eksoskeleton (moulting) karena tumbuh lebih besar karena akan mempercepat
eksoskeleton tersebut tidak turut tumbuh saat lobster proses mineralisasi. Udang yang mengkonsumsi
air tawar bertambah besar (Passano, 1960). Setelah mineral yang berlebih akan menyimpannya dalam
moulting, lobster air tawar akan melakukan kalsifikasi jaringan tubuh sehingga membuat udang tumbuh
atau proses pengerasan eksoskeleton baru. Kalsifikasi lebih besar.
yang tidak sempurna dapat menyebabkan periode
Pertumbuhan lobster air tawar terjadi melalui proses
pengerasan eksoskeleton lunak semakin lama. Lobster
moulting dan kalsifikasi, sehingga ketersediaan
air tawar masih lemah dalam kondisi tersebut sehingga
kalsium di dalam air memegang peranan penting
secara tidak langsung lebih rentan terhadap serangan
pada saat fase tumbuh tersebut. Salah satu cara
sejenisnya atau kanibalisme. Proses kalsifikasi
untuk meningkatkan kadar kalsium di dalam air dapat
tersebut dipengaruhi oleh ketersedian kalsium (Ca)
dilakukan dengan penambahan kapur (CaCO 3),
di dalam perairan (Rukke, 2002). Menurut penelitian
sehingga diharapkan udang akan lebih mudah dalam
Hessen et al. dalam Rukke (2002), Gammarus spp.
memperoleh kalsium dari perairan. Penambahan
yang hidup di daerah kapur dapat tumbuh lebih besar,
kapur juga akan meningkatkan jumlah HCO3- yang
kemudian konsentrasi Ca dalam air yang rendah dapat
diperlukan dalam proses kalsifikasi. Penambahan
membatasi pertumbuhan Astacus astacus. Hal tersebut
kapur diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
mengindikasikan bahwa Ca dapat mempengaruhi
udang pada saat kalsifikasi, sebab kekurangan
ukuran maksimal krustasea (Rukke, 2002).
kalsium dapat mengakibatkan proses pengerasan
Sumber Ca2+ utama yang digunakan untuk moulting eksoskeleton lebih lama. Namun penambahan kapur
diperoleh dari air dan pakan. Ion Ca dalam air menjadi yang berlebih di dalam kolam tidak akan efektif,

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


29 Arsono et al., 2010

karena kapur tidak dapat larut lagi dalam air pada pH aklimatisasi menggunakan cacing sutera (Tubifex
8,3 atau lebih (Wurts & Masser, 2004). tubifex) secara ad libitum.
Informasi mengenai konsentrasi kapur untuk budidaya Benih lobster yang sudah diaklimatisasi kemudian
lobster air tawar masih sangat terbatas dan konsentrasi diukur dan ditimbang beratnya, lalu dimasukkan
kapur yang optimal untuk pertumbuhan lobster kembali ke dalam akuarium aklimatisasi yang sudah
air tawar masih belum diketahui. Oleh karena itu, diberi perlakuan. Penentuan akuarium perlakuan dan
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi penempatan lobster diacak menggunakan sistem
mengenai pengaruh konsentrasi kapur terhadap undian. Perlakuan konsentrasi kapur 0 mg CaCO3/l
ketersediaan kalsium di dalam air serta terhadap dijadikan sebagai kontrol dari ketiga perlakuan
pertumbuhan lobster air tawar. lainnya. Penentuan konsentrasi kapur 50, 100, dan
150 mg CaCO3/l dilakukan berdasarkan ekuivalen
jumlah kalsium tiap mg/l yakni 20, 40, dan 60 mg/l.
Bahan dan Metode
Hal tersebut berdasarkan berat molarnya yakni di
Hewan Uji dan Tempat Pemeliharaan dalam 100 mg/l kapur terdapat 40 mg/l kalsium. Kapur
Penelitian ini menggunakan lobster air tawar umur hanya diberikan sekali pada awal penelitian untuk
3 minggu (panjang = ± 1,8 cm dan berat = ± 0,16 mengetahui pengaruh kapur terhadap ketersediaan
g), diperoleh dari tempat pembenihan Perumahan kalsium dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
Yadara, Sleman, DIY. Cacing sutera (Tubifex tubifex) selama 30 hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali
digunakan sebagai pakan dan diberikan dua kali sehari sehari secara ad libitum dengan cacing sutera (Tubifex
secara ad libitum. Lobster air tawar dipelihara di dalam tubifex). Lobster air tawar yang mati digantikan dengan
akuarium 60 cm x 40 cm x 50 cm yang diberi aerator ukuran yang sama untuk menjaga agar padat tebar
dan shelter untuk tempat sembunyi yang dibuat dari lobster tiap akuarium tetap.
potongan pipa PVC (diameter 1,5 cm, panjang 5 cm
dan lebar 1,7 cm) sebanyak 10 buah untuk masing- Pengamatan
masing akuarium dan tiap-tiap pipa direkatkan dengan Pengamatan kadar kalsium dalam air, pertumbuhan
lem. Air pemeliharaan menggunakan air sumur. Kapur benih lobster air tawar dan kualitas air dilakukan 4 kali
(CaCO3) yang digunakan diperoleh dari laboratorium selama 30 hari, yakni pada saat tebar, hari ke-10, hari
akuakultur di Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, ke-20 dan hari ke-30. Pengambilan sampel dilakukan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. setelah mesin aerator dimatikan. Sampel kualitas air
diambil terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
Penelitian pengaruh konsentrasi kapur terhadap pengambilan sampel kadar kalsium dalam air dan
pertumbuhan lobster air tawar dilakukan dengan metode pertumbuhan benih lobster air tawar.
eksperimen (percobaan). Rancangan percobaan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri Sampel kalsium (Ca 2+ ) di dalam air diambil
dari 4 perlakuan konsentrasi kapur, masing-masing dengan botol film dan dianalisis dengan Atomic
perlakuan diulang 3 kali. Lobster air tawar dipelihara Absorbtion Spectrometer 3110 (Perkin Elmer).
di akuarium dengan volume air 60 l dan padat tebar Pengukuran perkembangan lobster air tawar
10 ekor/akuarium. Empat perlakuan yang digunakan dilakukan dengan mengambil lobster air tawar dari
adalah pemberian kapur dengan konsentrasi 0, 50, 100, akuarium menggunakan seser kemudian diukur
dan 150 mg CaCO3/l. Penelitian dilaksanakan di Stasiun panjang dan beratnya. Panjang lobster air tawar diukur
Penelitian Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas menggunakan penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1
Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. cm dan berat lobster diukur menggunakan timbangan
Penelitian dilaksanakan selama 30 hari mulai 27 digital (Shimadzu BX 320D). Data hasil pengamatan
November hingga 27 Desember 2008. diolah untuk menentukan pertumbuhan mutlak dan
laju pertumbuhan spesifik.
Tata Laksana Penelitian
Akuarium dibersihkan dan disterilkan menggunakan Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu air,
kalium permanganat dan diisi air sebanyak 60 oksigen terlarut, karbondioksida bebas, amonia, pH,
l. Setiap akuarium diberi aerasi satu titik. Benih kesadahan, dan alkalinitas. Suhu air diukur dengan
lobster berumur 3 minggu diaklimatisasi selama 2 termometer air raksa, oksigen terlarut diukur dengan
minggu di akuarium dengan padat tebar 10 ekor metode Winkler (Michael, 1994), karbondioksida
tiap perlakuan. Pemberian pakan selama tahap bebas diukur dengan metode titrasi (APHA, 1967),

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII (1): 28-34 ISSN: 0853-6384 30

Kadar kalsium dalam air (ppm)


amonia diukur dengan metode Nessler (APHA, 8,9
1985) menggunakan UV-Visible Spectrophotometer 8,8
(Shimadzu UV-1650PC). Sampel amonia disaring 8,7
terlebih dahulu menggunakan kertas saring Whatman
8,6
42 dengan diameter 125 mm dan ukuran pori 2,5 μm.
Derajat keasaman (pH) air diukur dengan pH meter 8,5 Y = 0,0031X+8,3464
(Hanna), kesadahan dan alkalinitas diukur dengan 8,4
metode titrasi (APHA, 1967). Pengukuran suhu dan 8,3
pH dilakukan langsung di akuarium. Sampel oksigen 8,2
terlarut diambil menggunakan botol oksigen. Sampel 0 50 100 150
karbondioksida bebas, kesadahan dan alkalinitas Konsentrasi kapur (mg CaCO3/l)
diambil menggunakan botol kaca, sedangkan sampel Gambar 2. Regresi linear konsentrasi kapur terhadap
amonia diambil menggunakan botol film. kadar kalsium dalam air.
Analisis Hasil
Kadar kalsium dan pertumbuhan benih lobster diuji
menggunakan analisis regresi dan korelasi (Gomez Hubungan antara konsentrasi kapur dengan kadar
& Gomez, 2007). Bentuk hubungan yang paling kalsium dalam air menunjukkan bentuk linear
sesuai diuji dengan teknik diagram tebar. Jika bentuk positif (Gambar 2). Persamaan regresi hubungan
hubungan adalah linear maka dilanjutkan dengan konsentrasi kapur (X) dengan kadar kalsium dalam
analisis korelasi linear sederhana dengan tingkat air (Y) adalah Y = 0,0031X + 8,3464. Nilai koefisien
kepercayaan 95%. Apabila bentuk hubungan tidak korelasi linear (r) sebesar 0,958; r tabel 95% = 0,950;
linear maka dilanjutkan dengan analisis regresi tidak- r2 = 0,9182. Nilai r hitung atau koefisien korelasi linear
linear sederhana dengan tingkat kepercayaan 95%. > r tabel, berarti konsentrasi kapur berpengaruh
Data kualitas air dianalisis secara deskriptif sesuai terhadap kadar kalsium dalam air. Berdasarkan
hasil yang ada dan dibandingkan dengan pustaka. hasil sidik korelasi linear, diketahui bahwa ada
beda nyata antara konsentrasi kapur dengan kadar
kalsium dalam air. Konsentrasi kapur yang semakin
Hasil dan Pembahasan tinggi menghasilkan ketersediaan kalsium dalam air
Kadar Kalsium semakin bertambah. Nilai hitung r2 sebesar 0,9182
Fluktuasi kadar kalsium dalam air pada tiap perlakuan menunjukkan bahwa konsentrasi kapur berpengaruh
konsentrasi kapur mengalami kenaikan pada sepuluh pada kadar kalsium dalam air sebesar 91,82%,
hari pertama, kemudian terjadi penurunan kadar sedangkan sisanya sebesar 8,18% dipengaruhi oleh
kalsium pada minggu selanjutnya (Gambar 1). faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam fungsi
linear tersebut. Berdasarkan persamaan Y = 0,0031X
14
+ 8,3464 dapat diduga bahwa setiap penambahan 1
12
Kadar kalsium air (ppm)

mg CaCO3/l kapur (CaCO3) akan menambah kalsium


10 sebanyak 0,0031 ppm.
8 Pertumbuhan Panjang Mutlak
6 Hubungan antara konsentrasi kapur dengan
4 pertumbuhan panjang mutlak lobster menunjukkan
bentuk linear positif (Gambar 3a). Persamaan regresi
2
hubungan konsentrasi kapur (X) dengan panjang
0 mutlak lobster (Y) adalah Y = 0,0019X + 0,7857,
0 10 20 30
sedang nilai koefisien korelasi linear (r) sebesar
Waktu (hari)
0,786; r tabel 95% = 0,950; r2 = 0,6187. Nilai r2 sebesar
Gambar 1. Kadar kalsium dalam air selama 0,6187 menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi
pemeliharaan lobster pada konsentrasi kapur dengan pertumbuhan panjang mutlak sebesar
kapur berbeda ( : perlakuan 0 mg CaCO3/ 61,77%. Nilai hubungan sebesar 61,77% tersebut
l, : perlakuan 50 mg CaCO 3/l, : tidak berbeda nyata karena nilai r hitung < r tabel,
perlakuan 100 mg CaCO3/l, : perlakuan sehingga konsentrasi kapur tidak berpengaruh secara
150 mg CaCO3/l). nyata pada pertumbuhan panjang mutlak.

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


31 Arsono et al., 2010

(a) (b)

Panjang mutlak (cm)


1,4 0,6
Panjang mutlak (cm)

1,2 0,5
1 0,4
0,8 0,3
Y = 0,0019X+0,7857 0,2 Y = 0,0012X+0,2995
0,6
0,4 0,1
0,2 0
0 0 50 100 150
Konsentrasi kapur (mg CaCO3/l)
0 50 100 150
Konsentrasi kapur (mg CaCO3/l)

(c) (d)
6
panjang spesifik (%)

Laju pertumbuhan berat


Laju pertumbuhan

5 16
14
4 12

spesifik (%)
3 10
Y = 0,0064X+3,5531 8 Y = 0,0223X+10,347
2 6
1 4
0 2
0
0 50 100 150
0 50 100 150
Konsentrasi kapur (mg CaCO3/l) Konsentrasi kapur (mg CaCO3/l)

Gambar 3. Regresi linear konsentrasi kapur (CaCO3) terhadap pertumbuhan lobster air tawar: (a) pertumbuhan
panjang mutlak; (b) pertumbuhan berat mutlak; (c) laju pertumbuhan panjang spesifik; (d) laju
pertumbuhan berat spesifik.

Pertumbuhan Berat Mutlak 0,699; r tabel 95% = 0,950; r2 = 0,4898. Nilai r2 sebesar
Hubungan antara konsentrasi kapur dengan 0,4898 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan
pertumbuhan berat mutlak lobster menunjukkan konsentrasi kapur dengan pertumbuhan panjang mutlak
bentuk linear positif (Gambar 3b). Persamaan regresi sebesar 48,98%. Nilai hubungan sebesar 48,98%
hubungan konsentrasi kapur (X) dengan pertumbuhan tersebut tidak berbeda nyata karena nilai r hitung < r
berat mutlak lobster (Y) adalah Y = 0,0012X + 0,2995. tabel, sehingga konsentrasi kapur tidak berpengaruh
Berdasarkan analisis korelasi linear sederhana secara nyata pada pertumbuhan panjang mutlak.
didapatkan nilai koefisien korelasi linear (r) sebesar
Laju Pertumbuhan Berat Spesifik
0,796; r tabel 95% = 0,950; r2 = 0,634. Nilai r2 sebesar
Hubungan antara konsentrasi kapur dengan laju
0,643 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan
pertumbuhan berat spesifik lobster menunjukkan
konsentrasi kapur dengan pertumbuhan panjang
bentuk linear positif (Gambar 3d). Persamaan
mutlak sebesar 64,3%. Nilai hubungan sebesar 64,3%
regresi hubungan konsentrasi kapur (X) dengan
tersebut tidak berbeda nyata karena nilai r hitung < r
pertumbuhan berat spesifik lobster (Y) yakni Y =
tabel, sehingga konsentrasi kapur tidak berpengaruh
0,0223X + 10,347. Hasil analisis korelasi linear
secara nyata pada pertumbuhan panjang mutlak.
didapatkan nilai koefisien korelasi linear (r) sebesar
Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik 0,825; r tabel 95% = 0,950; r2 = 0,6813. Nilai r2 sebesar
Hubungan antara konsentrasi kapur dengan laju 0,6813 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan
pertumbuhan panjang spesifik lobster menunjukkan konsentrasi kapur dengan pertumbuhan panjang
bentuk linear positif (Gambar 3c). Persamaan regresi mutlak sebesar 68,13%. Nilai hubungan sebesar
hubungan konsentrasi kapur (X) dengan pertumbuhan 68,06% tersebut tidak berbeda nyata karena nilai
panjang spesifik lobster (Y) adalah Y = 0,0064X + r hitung < r tabel, sehingga konsentrasi kapur tidak
3,5531. Berdasarkan analisi korelasi linear sederhana berpengaruh pada pertumbuhan panjang mutlak
diperoleh nilai koefisien korelasi linear (r) sebesar dalam taraf kepercayaan 95%.

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII (1): 28-34 ISSN: 0853-6384 32

Pembahasan Moulting merupakan salah satu proses fisiologi yang


penting dalam pertumbuhan krustasea. Lobster
Hasil penelitian pengaruh konsentrasi kapur terhadap
air tawar tumbuh jika sudah memiliki cukup energi
pertumbuhan lobster air tawar menunjukkan bahwa
kemudian akan melakukan moulting atau penggantian
konsentrasi kapur yang semakin tinggi menghasilkan
eksoskeleton, karena eksoskeleton tidak turut tumbuh
ketersediaan kalsium dalam air semakin bertambah
saat lobster bertambah besar, sehingga lobster
secara nyata (Gambar 1). Ketersediaan kalsium
harus melepaskan eksoskeleton lama untuk tumbuh
meningkat pada sepuluh hari pertama, kemudian
(Passano, 1960). Laju pertumbuhan udang seperti
turun hingga akhir pengamatan. Peningkatan kadar
pada krustasea lainnya, merupakan fungsi dari
kalsium pada awal penelitian terjadi karena kapur
frekuensi dan pertambahan ukuran tiap kali moulting
belum terlarut secara sempurna (Wurts & Masser,
(Kurata et al., 1962 dalam Kibria, 1993).
2004). Keterlarutan kapur (CaCO 3) dipengaruhi
oleh pH. Saat perairan menjadi basa, kalsium akan Berdasarkan analisis hasil penelitian ini diketahui
semakin sulit terlarut, kemudian saat perairan menjadi bahwa pengaruh konsentrasi kapur terhadap
asam, kalsium menjadi mudah terlarut (Anonim, 2008). pertumbuhan lobster air tawar tidak berbeda
Jika kondisi perairan lebih asam atau kandungan nyata, baik pada pertumbuhan mutlak maupun laju
mineral terlarutnya lebih sedikit maka kapur dapat pertumbuhan spesifik. Kecenderungan pertumbuhan
terlarut dengan lebih baik. Kenaikan kadar kalsium semakin tinggi seiring bertambahnya konsentrasi
yang terjadi pada konsentrasi 0 mg CaCO3/l dapat kapur menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
dijelaskan dengan terlarutnya mineral (Ca) yang Hal ini dapat disebabkan lobster air tawar tidak tumbuh
sebenarnya sudah ada di dalam air. Keberadaan atau hanya sedikit lobster air tawar yang tumbuh
karbondioksida yang bersifat asam di dalam air sehingga tidak terjadi hasil yang berbeda nyata.
akan melarutkan mineral (Ca) tersebut sehingga Berdasarkan penelitian Rukke (2002) pertumbuhan
kadar kalsium meningkat (Wurts & Durborow, 1992). Astacus astacus atau noble crayfish menunjukkan
Kalsium tidak dapat menguap sehingga penurunan beda nyata pada beberapa konsentrasi kalsium yang
yang terjadi menunjukkan bahwa kalsium digunakan dipelihara selama 2 minggu dengan jumlah moulting
oleh lobster air tawar untuk proses kalsifikasi pada sebanyak 2 kali. Pengaruh kalsium dalam penelitian
saat moulting. Penurunan kadar kalsium yang mulai tersebut tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan
terjadi pada hari ke-10 mengindikasikan bahwa saat masih dalam fase moulting pertama selama
sebelum hari ke-10 tidak ada lobster yang moulting penelitian, namun setelah moulting kedua, kalsium
dan kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit jika menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada
dibandingkan dengan peningkatan kadar kalsium. pertumbuhan.
Penambahan kapur (CaCO3) tidak dapat memberikan Data jumlah dan frekuensi moulting tidak dicatat,
jumlah kalsium terlarut yang sesuai dengan perhitungan, namun berdasarkan pengamatan selama penelitian
yakni ekuivalen 20, 40, dan 60 mg Ca 2+/l untuk jumlah kulit lama (exuvia) yang dijumpai tidak banyak,
pengapuran dengan konsentrasi 50, 100 dan 150 mg sehingga moulting yang ditemui pada penelitian
CaCO3/l. Selain dipengaruhi oleh pH, kelarutan kapur kemungkinan hanya terjadi pada beberapa lobster,
dapat dipengaruhi oleh common ion effect atau larutnya bukan keseluruhannya dan pertambahan panjang dan
mineral lain selain kapur menghasilkan ion yang mirip berat yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh 1 kali
dengan CaCO3 yang akan menyebabkan penurunan fase moulting saja. Sedikitnya jumlah dan frekuensi
kelarutan kapur dan dapat menyebabkan larutan moulting yang terjadi dapat disebabkan beberapa
menjadi sangat jenuh sehingga kapur mengendap faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi
(Anonim, 2005). Nilai kesadahan dan alkalinitas pada moulting adalah pakan dan kualitas air (Kibria, 1993).
perlakuan 0 mg CaCO3/l tidak jauh berbeda dengan Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah
perlakuan kapur lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa cacing sutera (Tubifex tubifex) yang diberikan secara
media yang digunakan dalam penelitian ini (air sumur) ad libitum. Berdasarkan penelitian Siregar (2005)
mengandung mineral-mineral terlarut dalam air yang pemberian jenis pakan yang berbeda yakni, cacing
diduga mempengaruhi kelarutan kapur. Kelarutan kapur sutera, cacing darah, daging lele dan pelet udang
yang lebih tinggi akan diperoleh jika kapur dilarutkan ke tidak mempengaruhi pertumbuhan lobster air tawar
dalam air murni (akuades) namun tetap ada batasan secara nyata. Lobster air tawar melakukan moulting
kelarutan kapur di dalam air, yakni 47 mg/l pada tekanan sebanyak 15-20 kali pada tahun pertamanya atau
atmosfer normal dan pH 8,27 (Anonim, 2008). 1,25-1,66 kali per bulan (Anonim, 1997).

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


33 Arsono et al., 2010

Selain karena waktu pemeliharaan yang singkat, ada Saran


kecenderungan bahwa pertumbuhan tidak berbeda Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
nyata disebabkan oleh perbedaan ketersediaan kalsium pengaruh dari pemberian ulang kapur pada
dalam air yang sangat kecil serta penurunan kadar ketersediaan kalsium dalam air sehingga dapat
kalsium dalam air selama penelitian. Kadar kalsium diketahui pengaruh kontinyuitas kalsium di dalam air
dalam air mulai menurun setelah hari ke-10. Penurunan terhadap pertumbuhan lobster air tawar.
menyebabkan ketersediaan kalsium tidak kontinyu
sehingga lobster tidak dapat memanfaatkan kalsium
Daftar Pustaka
dalam air dengan optimal. Lobster membutuhkan kalsium
untuk proses kalsifikasi saat moulting, sehingga interval Alstad, N.E.W., L. Skardal & D.O. Hessen. 1999. The
kalsium dalam air yang sangat kecil dan penurunan effect of calcium concentration on the calcification
kadar kalsium dalam air diduga tidak memberikan of Daphnia magna. Limnol Oceanogr. 44(8):
perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan lobster. 2011-2017.

Laju sintasan tidak dianalisis namun berdasarkan Anonim. 1997. Overview of aquaculture opportunities.
pengamatan, laju sintasan lobster air tawar cenderung MilTech Services. <http:// www.miltech.com.au/
semakin tinggi seiring peningkatan konsentrasi kapur. Overview_of_Aquaculture.doc>. Diakses tanggal
Laju sintasan paling tinggi terjadi pada konsentrasi 8 Februari 2009.
100 dan 150 mg CaCO3/l, sedangkan paling rendah Anonim. 2005. Calcium carbonate solubility. <http://
pada konsentrasi 0 mg CaCO3/l. www.fiu.edu/~pricer/ Calcium%20Carbonate.pdf
Sebagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan >. Diakses tanggal 16 April 2009.
lobster air tawar, kualitas air selama penelitian diukur Anonim. 2008. Calcium carbonate. <http://en.wikipedia.
sebagai data pendukung. Kualitas air selama 30 hari org/wiki/Calcium_ carbonate>. Diakses tanggal 4
penelitian dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan April 2009.
dengan beberapa standar kualitas air untuk lobster air
tawar. Secara umum kualitas air selama penelitian tidak APHA, 1967. Standard Methods for Examination
banyak dipengaruhi oleh konsentrasi kapur. Kualitas of Water and Wastewater Including Bottom
air penelitian ini berada dalam kondisi yang layak dan Sediments and Sludges. Twelfth edition. Boyd
sesuai dengan standar optimum kualitas air. Printing Co., Inc., Albany, N.Y, USA.

Hal yang perlu diteliti lebih lanjut berdasarkan penelitian APHA, 1985. Standard Methods for Examination of
ini adalah pengaruh dari pemberian ulang kapur pada Water and Wastewater. Sixteenth Edition. Port
ketersediaan kalsium dalam air terhadap pertumbuhan City Press, Baltimore, Maryland, USA.
lobster air tawar, sebab penggunaan kalsium oleh lobster Gomez, K.A & A.A. Gomez. 2007. Statistical
air tawar menyebabkan ketersediaan kalsium semakin procedures for agricultural reasearch (Prosedur
menurun. Penambahan kalsium dalam air antara lain Statistik untuk Penelitian Pertanian, alih bahasa:
dapat dilakukan dengan pemberian kapur atau sumber Endang dan Justika). Edisi Kedua. UI-Press.
kalsium lainnya sehingga ketersediaan kalsium dalam air Jakarta.
lebih kontinyu. Pemberian kapur dapat diulang setelah
hari ke-10, berdasarkan penurunan kalsium dalam air Kibria, G. 1993. Studies on molting, molting frequency
yang terjadi setelah hari ke-10 pada penelitian ini. and growth of shrimp (Penaeus monodon) fed on
natural and compounded diets. Asian Fisheries
Science 6: 203-211.
Kesimpulan dan Saran
Michael, P. 1994. Ecological methods for fiels and
Kesimpulan laboratory investigations (Metode Ekologi untuk
Konsentrasi kapur (CaCO 3) yang semakin tinggi Penyelidikan Ladang dan Laboratorium, alih
menghasilkan ketersediaan kalsium dalam air bahasa: Koestoer). UI-Press. Jakarta.
semakin bertambah. Konsentrasi kapur (CaCO3) yang
diberikan (X) berpengaruh terhadap ketersediaan Pan, Q., X.Y. Chen, F. Li, Y.Z. Bi & S.X. Zheng. 2005.
kalsium dalam air (Y) dengan persamaan Y = 0,0031X Response of juvenile Litopenaeus vannamei to
+ 8,3464. Pertumbuhan lobster air tawar cenderung varying levels of calcium phosphate monobasic
semakin besar seiring peningkatan konsentrasi supplemented to a practical diet. J. Aquaculture.
kapur. 248: 97-102.

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII (1): 28-34 ISSN: 0853-6384 34

Passano, L.M. 1960. Molting and its control. In: quadricarinatus. Fakultas Pertanian. Universitas
Waterman, T.H. (Eds.). The physiology of crustacea: Gadjah Mada. Skripsi.
Volume I Metabolism and Growth. Academic Press
Wurts, W.A. & R.M. Durborow. 1992. Interactions of pH,
Inc. New York, p : 473-536.
carbon dioxide, alkalinity and hardness in fish ponds.
Rukke. 2002. Effect of low calcium concentrations SRAC Publication No. 464. <http://www.aquanic.
on two common freshwater crustaceans, org/publicat/usda_rac/efs/srac/464fs.pdf>. Diakses
Gammarus lacustris and Astacus astacus. tanggal 24 Juli 2008.
Functional Ecology 16: 357-366.
Wurts, W.A. & M.P. Masser. 2004. Liming ponds for
Siregar, J.E. 2005. Pengaruh pemberian jenis pakan aquaculture. SRAC Publication No. 4100. <http://www.
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan aces.edu/dept/fisheries/aquaculture/docs/ 5864154-
kelulushidupan benih lobster air tawar Cherax 4100fs.pdf>. Diakses tanggal 24 Juli 2008.

Copyright©2010. Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Right Reserved

You might also like