You are on page 1of 10

Adaptasi

PenelitianPadi
Pertanian
pada Kondisi
TanamanRendaman
Pangan Stagnan .... (Sujinah et al.)
Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26 DOI: http//dx.doi.org/10.21082/jpptp.v4n1.2020.p17-26

Daya Adaptasi Padi pada Kondisi Rendaman Stagnan

Adaptability of Rice in Stagnant Flooding

Sujinah*, Nurwulan Agustiani, dan Indrastuti A. Rumanti


Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Indonesia
*
E-mail: sujinahsulaiman26@gmail.com

Naskah diterima 25 November 2019, direvisi 11 Mei 2020, disetujui diterbitkan 14 Mei 2020

ABSTRACT berbunga, disertai oleh penurunan jumlah anakan 50%, penurunan


karbohidrat nonstruktural, total klorofil, jumlah malai produktif, jumlah
Stagnant flooding is a condition in swampy area and become gabah per malai, jumlah gabah isi, dan hasil gabah. Genotipe IR-
constraints which causes decrease yield of rice. Therefore, it is 14D121 dan Tapus memberikan hasil tertinggi pada kondisi rendaman
necesarry of varieties that have tolerance to stagnant flooding. stagnan, masing-masing 4,91 t/ha dan 4,45 t/ha dengan penurunan
The purpose of this research were to determine the ability of hasil kurang dari 20% dibanding kondisi optimum. Kedua varietas
adaptation of rice on stagnant flooding. The experiment was tersebut dapat ditanam pada lahan rawa lebak dan dapat dijadikan
conducted at two environmental conditions in wet season of 2017/ sumber gen untuk perakitan varietas toleran rendaman stagnan.
2018 in Sukamandi Experimental Station, Subang, West Java. A Kata kunci: Padi, agronomi, fisiologi, rendaman, toleran.
total of 10 genotypes (IR-14D157, IRRI-119, IRRI-154, IR-14D121,
Inpara-3, Inpara-4, Inpara-8, Inpari-30, Tapus, and IR42) were
planted use randomized complete block design with four replicants.
Variables consisted of growth (plant height, tillering, green leaves),
stem elongation, nonstructural carbohydrate, chloropyll content,
PENDAHULUAN
stem aerenchyma, yield component, and yield. The result showed
that stagnant flooding caused an increase in plant height of 4% , Lahan rawa lebak memiliki peran penting dalam
stem elongation, and flowering. In addition, it was observed the pengembangan pertanian di Indonesia dalam upaya
decreased of tiller number of 50%, nonstructural carbohydrate, peningkatan produksi padi. Kondisi air pada lahan rawa
chloropyll content, productive tiller, spikelet number, percentage
lebak fluktuatif, bergantung pada curah hujan atau
of filled grain, and yield. Genotype of IR-14D121 and Tapus showed
the highest productivity, of 4,91 t/ha and 4,45 t/ha at stagnant luapan sungai, dan hidrotopografinya beragam (Effendi
flooding, at which productivity decreased up to 20% compared to et al. 2014). Rendahnya produktivitas padi pada lahan
the optimum condition. Both varieties can be used as a source of rawa lebak disebabkan oleh genangan air yang cukup
genes for the development of tolerant varieties under stagnant
lama. Selain itu, juga tingginya kemasaman tanah,
flooding.
adanya kation Al dan Fe yang mengikat fosfor, dan tanah
Keywords: Rice, agronomic, physiology, flooding, tolerance.
miskin unsur hara (Wuriesyliane et al. 2013). Beberapa
varietas unggul yang ditanam petani memiliki potensi
hasil tinggi, tetapi tidak tahan terhadap rendaman
ABSTRAK stagnan selama periode pertumbuhan.
Rendaman stagnan merupakan kondisi yang sering terjadi pada
Padi yang ditanam pada lahan rawa lebak umumnya
lahan rawa lebak dan menjadi faktor penyebab penurunan hasil mengalami cekaman rendaman stagnan (stagnant
padi. Oleh karena itu diperlukan varietas toleran rendaman stagnan. flooding) dengan ketinggian air mencapai 50 cm dari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa genotipe permukaan tanah selama pertumbuhan sampai
padi pada kondisi cekaman rendaman stagnan. Percobaan
dilaksanakan pada kondisi optimum dan kondisi rendaman stagnan
menjelang panen (Mackill et al. 2010). Dampak tanaman
pada musim hujan 2017/2018 di Kebun Percobaan Sukamandi, yang mengalami rendaman adalah terjadinya kerusakan
Subang, Jawa Barat. Sebanyak 10 genotipe (IR-14D157, IRRI-119, mekanis, kekurangan cahaya matahari, terbatasnya
IRRI-154, IR-14D121, Inpara-3, Inpara-4, Inpara-8, Inpari-30, Tapus, difusi gas, dan rentan terhadap serangan hama penyakit
dan IR42) ditanam menggunakan rancangan acak kelompok dengan
empat ulangan. Variabel pengamatan terdiri atas pertumbuhan (tinggi
(Setter et al. 1997). Oleh karena itu diperlukan varietas
tanaman, jumlah anakan, kehijauan daun), pemanjangan batang, yang toleran terhadap rendaman stagnan. Beberapa
karbohidrat nonstruktural, total klorofil, aerenkim batang, komponen varietas padi memiliki toleransi terhadap rendaman dan
hasil, dan hasil gabah. Kondisi rendaman stagnan meningkatkan banyak digunakan sebagai donor dalam perakitan
tinggi tanaman 4%, laju pemanjangan batang, dan perlambatan umur

17
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26

varietas toleran rendaman. Varietas FR13A yang berasal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dari India mengandung gen Sub1 yang toleran rendaman kemampuan adaptasi padi pada kondisi rendaman
dan banyak digunakan sebagai donor gen dalam stagnan. Informasi karakter agronomi dan fisiologi yang
perakitan varietas toleran rendaman. Sampai saat ini mendukung kemampuan adaptasi padi pada kondisi
belum ada varietas yang toleran terhadap rendaman rendaman stagnan penting untuk menentukan genotipe
stagnan selama pertumbuhannya, namun mekanisme yang tepat dan dapat dikembangkan atau dijadikan
toleransinya sudah dipelajari, yaitu melalui pemanjangan sumber gen dalam perakitan varietas baru untuk
batang. Setter et al. (1997) menyatakan pemanjangan pengembangan padi di lahan rawa lebak dengan
batang memiliki pengaruh yang baik pada tanaman rendaman stagnan.
dalam kondisi rendaman stagnan, karena pemanjangan
batang mengakibatkan daun berada di permukaan air
sehingga dapat memperoleh sinar matahari, O 2, dan BAHAN DAN METODE
CO2. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP)
Selain pemanjangan batang, faktor lain yang penting Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB
dalam toleransi rendaman stagnan adalah kemampuan Padi) pada musim hujan (MH), sejak Desember 2017
tanaman memelihara cadangan karbohidrat selama sampai Maret 2018. Rancangan percobaan adalah acak
perendaman. Karbohidrat digunakan untuk kelompok dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas
pembelahan sel, pemanjangan batang, dan proses 10 genotipe padi (IR-14D157, IRRI-119, IRRI-154, IR-
metabolisme lainnya. Yang dan Zhang (2006) 14D121, Inpara-3, Inpara-4, Inpara-8, Inpari-30, Tapus,
menyatakan karbohidrat pada daun dan batang akan dan IR42). Percobaan terdiri atas dua kondisi lingkungan
ditranslokasikan dalam pembentukan malai dan yang berbeda. Lingkungan pertama adalah kondisi
berperan penting mengatasi kekurangan pasokan optimum lahan sawah irigasi dimana tinggi air sekitar 2-
fotosintat setelah berbunga. Selain itu, karbohidrat 3 cm dan disesuikan dengan fase pertumbuhan
sangat penting dalam pengisian gabah karena dalam tanaman. Lingkungan kedua adalah kondisi rendaman
proses ini membutuhkan karbohidrat dalam jumlah stagnan pada kolam rendaman. Pada kondisi rendaman
besar (Ishimaru et al. 2007). stagnan, tanaman mulai direndam 10 cm pada saat
Gen Sub1 yang telah ditemukan sebagai gen berumur 14 hari setelah tanam (HST), kemudian
pengendali sifat toleran terhadap rendaman ketinggian air ditambah menjadi 20 cm pada saat
memungkinkan perakitan varietas baru toleran tanaman berumur 21 HST. Penambahan tinggi
rendaman stagnan. Internatinal Rice Research Institute rendaman menjadi 35 cm pada saat tanaman berumur
(IRRI) berhasil mengembangkan galur-galur toleran 28 HST, dan ketinggian air ditambah menjadi 50 cm pada
rendaman dengan memanfaatkan gen Sub1 dari varietas saat tanaman berumur 35 HST yang dipertahankan
FR13A. Gen tersebut diintegrasikan ke dalam varietas sampai panen.
populer di Asia Tenggara dengan metode silang balik Pengolahan tanah dilakukan dengan cara olah
agar memiliki sifat agronomi yang baik. Penggunaan tanah sempurna, yaitu dua kali bajak dan garu. Bibit
varietas populer tersebut bertujuan agar petani mudah ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm pada petak
menerima dan mengadopsi varietas toleran yang percobaan berukuran 3 m x 5 m. Bibit yang digunakan
dihasilkan. Hasil pengujian multilokasi galur-galur padi berumur 21 HSS (hari setelah semai), ditanam satu bibit
di Indonesia mendapatkan galur Swarna Sub1 dan IR64 per rumpun. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu pada
Sub1 yang kemudian dilepas sebagai varietas Inpara-4 saat tanaman berumur 10 HST, 28 HST, dan 43 HST
dan Inpara-5 (Hairmansis et al. 2012). dengan dosis pupuk NPK 150 kg/ha, urea 200 kg/ha,
Meskipun galur/varietas yang telah dihasilkan dan KCl 10 kg/ha. Pengendalian hama penyakit dan
mengandung gen Sub1, toleransinya terhadap gulma disesuikan dengan kondisi di lapang dengan
rendaman masih bersifat sesaat (14 hari) selama fase mengacu pada pendekatan Pengendalian Hama
vegetatif. Penelitian Nugraha et al. (2012) terhadap Penyakit Terpadu (PHT).
beberapa genotipe padi yang mengandung gen Sub1 Variabel pengamatan berdasarkan Standard
pada beberapa tipe perendaman diperoleh informasi Evaluation System (SES) IRRI (2013) yang mencakup
bahwa rendaman mempengaruhi karakter agronomi, tinggi tanaman, jumlah anakan, kehijauan daun dengan
seperti tinggi tanaman, jumlah malai, jumlah gabah, dan SPAD meter Minolta 502, umur berbunga 50%, laju
hasil. Pada rendaman stagnan diperlukan genotipe yang pemanjangan batang, kandungan NSC (Non Structural
memiliki pemanjangan batang lebih cepat sehingga Carbohydrate) dengan metode anthrone, total klorofil
cepat mengalami kontak dengan udara. dengan spektrofotometri, aerenkim dengan mikroskop
perbesaran 40x, komponen hasil (jumlah malai per

18
Adaptasi Padi pada Kondisi Rendaman Stagnan .... (Sujinah et al.)

rumpun, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi, bobot dan Inpara-3. Namun, berdasarkan analisa gabungan,
1.000 butir), dan hasil gabah yang dikonversi ke t/ha). Inpara-8 memiliki postur yang sama dengan IRRI-154.
Data yang terkumpul dilakukan analisis ragam Tanaman genotipe IR-14D157 dan IRRI-119 terpendek
menggunakan STAR (Statistical Tool for Agricultural pada kondisi optimum. Pada kondisi rendaman stagnan,
Research) dari masing-masing kondisi lingkungan. postur genotipe IR-14D157 nyata lebih tinggi dari
Setelah itu, dilakukan analisis gabungan untuk genotipe IRRI-119.
mengetahui interaksi antara genotipe dan lingkungan. Tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi
Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan rendaman stagnan dengan peningkatan pertumbuhan
dengan DMRT 5%. rata-rata 4,8% dari kondisi optimum. Inpara-8
mengalami peningkatan tinggi tanaman terbesar,
mencapai 14%. Beberapa genotipe tidak mengalami
HASIL DAN PEMBAHASAN
peningkatan tinggi tanaman, antara lain IR-14D157,
Inpara-4, dan Inpari-30.
Pertumbuhan Tanaman
Jumlah anakan berbeda sangat nyata antargenotipe
Rendaman stagnan menyebabkan perubahan kondisi yang diuji baik pada kondisi optimum maupun
lingkungan dari aerob ke anaerob dan kondisi ini rendaman stagnan. Selain itu, interaksi antara genotipe
menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. dan lingkungan nyata untuk karakter jumlah anakan
Kekurangan oksigen berpengaruh terhadap serapan (Tabel 1). Pada kondisi optimum, jumlah anakan per
nutrisi dan air yang berakibat tidak berfungsinya proses rumpun lebih banyak dibanding pada kondisi rendaman
fisiologis (Insalud et al. 2006). stagnan. Jumlah anakan pada kondisi rendaman
Secara umum, tinggi tanaman pada kondisi stagnan tidak sebaik pada kondisi optimum. Hal ini
rendaman stagnan lebih tinggi dibanding kondisi menunjukkan kondisi rendaman stagnan menekan
optimum (Tabel 1), meskipun beberapa genotipe jumlah anakan. Jumlah anakan genotipe IR-14D157 dan
memperlihatkan sebaliknya. Pengaruh genotipe pada IRRI-154 lebih banyak dibanding genotipe lain pada
masing-masing kondisi lingkungan sangat nyata kondisi optimum. Namun pada kondisi rendaman
terhadap tinggi tanaman. Selain itu, keragaman interaksi stagnan, jumlah anakan IR-14D157 sama dengan IR-
antara genotipe dan lingkungan menunjukkan pengaruh 14D121.
nyata untuk karakter tinggi tanaman. Inpara-8 memiliki Pada percobaan ini, IR42 yang merupakan genotipe
postur tanaman yang lebih tinggi dibanding genotipe peka terhadap rendaman menghasilkan anakan 16 per
lain pada kondisi optimum, sedangkan pada kondisi rumpun pada kondisi optimum, namun menurun 30%
rendaman stagnan tidak berbeda nyata dengan IRRI 154 pada kondisi rendaman stagnan. Penurunan jumlah

Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun genotipe padi pada kondisi optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan


Genotipe
O SF Gabungan O SF Gabungan

IR-14D157 109 e 109 f 109 e 17,6 a 14,3 a 16,2 ab


IRRI-119 110 e 112 ef 111 e 16,4 ab 10,1 c 13,9 cd
IRRI-154 131 b 137 ab 136 ab 17,6 a 10,8 c 14,6 bc
IR-14D121 117 d 124 cd 121 d 17,4 ab 12,8 ab 16,9 a
Inpara-3 126 bc 135 ab 131 bc 13,4 c 10,0 cd 12,1 de
Inpara-4 117 d 110 f 114 e 16,9 ab 11,0 c 15,4 abc
Inpara-8 126 a 144 a 141 a 13,5 c 9,8 d 11,5 e
Inpari-30 122 cd 121 de 121 d 16,1 ab 8,3 d 12,2 de
Tapus 117 d 128 bcd 122 d 15,3 bc 10,6 c 14,2 bcd
IR42 120 d 133 bc 126 cd 16,7 ab 11,6 bc 16,4 ab

Rata-rata 119,5 125,3 123,2 16,1 10,9 14,3

Genotipe (G) ** ** ** ** ** **
Lingkungan (L) * **
GxL * *
CV (%) 3,36 5,05 4,22 8,29 10,70 14,22

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji 0,05 DMRT
O = optimum; SF = rendaman stagnan; * = nyata pada P<0,05; ** = sangat nyata pada P<0,0

19
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26

Tabel 2. Laju pemanjangan batang genotipe padi pada kondisi air optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

Laju pemanjangan batang (cm/hari)

Genotipe Fase vegetatif Primordia Fase pemasakan

O SF Gab O SF Gab O SF Gab

IR-14D157 0,09 a 0,19 ab 0,14 ab 0,85 a 0,97 ab 0,91 abc 0,95 e 1,00 0,97 e
IRRI-119 0,04 cd 0,17 bc 0,10 b 0,75 ab 0,79 bcd 0,77 bcd 1,00 de 1,03 1,02 de
IRRI-154 0,08 abc 0,20 ab 0,14 ab 0,71 ab 0,75 bcd 0,73 cd 1,15 bc 1,31 1,23 abc
IR-14D121 0,06 a-d 0,23 ab 0,14 ab 1,06 a 1,10 a 1,08 ab 1,07 b-e 1,60 1,33 ab
Inpara-3 0,08 ab 0,27 a 0,17 a 0,70 ab 0,89 abc 0,79 a-d 1,21 b 1,42 1,32 abc
Inpara-4 0,02 d 0,09 c 0,05 c 0,25 b 0,56 d 0,40 e 1,10 b-e 1,14 1,12 cde
Inpara-8 0,04 cd 0,19 ab 0,11 b 0,66 ab 0,74 bcd 0,70 cde 1,39 a 1,41 1,40 a
Inpari-30 0,05 a-d 0,15 bc 0,10 bc 0,61 ab 0,88 abc 0,74 cd 1,13 bcd 1,23 1,18 bcd
Tapus 0,06 abc 0,27 a 0,17 a 1,10 a 1,14 a 1,12 a 1,09 b-e 1,28 1,18 bcd
IR42 0,05 bcd 0,15 bc 0,10 bc 0,31 b 0,60 cd 0,45 de 1,06 cde 1,20 1,13 cde

Rata-rata 0,05 0,19 0,11 0,70 0,84 0,77 1,16 1,26 1,19

Genotipe * * ** * * * * ns **
Lingkungan ** ** **
GxL ns ns ns

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji 0,05 DMRT
O = optimum; SF = rendaman stagnan; ns = tidak nyata pada P<0,05; * = nyata pada P<0,05; ** = sangat nyata pada P<0,05

anakan terbesar pada genotipe Inpari-30 mencapai 48%, Nilai kehijauan daun antara kondisi optimum dan
sedangkan penurunan terkecil 18% terjadi pada rendaman stagnan relatif tidak berbeda. Hal ini
genotipe IR-14D157. disebabkan karena pada kondisi rendaman stagnan
Peningkatan tinggi tanaman berkaitan dengan laju tanaman bagian atas (daun) tidak terendam air
pemanjangan batang, yang berperan penting dalam seluruhnya sehingga tanaman masih dapat melakukan
toleransi tanaman terhadap kondisi rendaman stagnan. fotosintesis. Namun beberapa genotipe menunjukkan
Semua genotipe yang diuji pada kondisi rendaman nilai kehijauan daun yang lebih tinggi pada kondisi
stagnan mengalami pemanjangan batang lebih cepat rendaman stagnan. Pada umur 28 HST, nilai kehijauan
dibanding kondisi optimum (Tabel 2). Semakin daun pada kondisi rendaman stagnan lebih tinggi dari
bertambah umur tanaman semakin cepat laju kondisi optimum pada semua genotipe, sedangkan
pemanjangan batang, baik pada kondisi pengairan pada umur 42 HST, nilai kehijauan daun pada kondisi
optimum maupun pada kondisi rendaman stagnan. optimun dan rendaman stagnan hampir sama pada
Pada fase vegetatif, IR-14D157 mempunyai laju genotipe IRRI-154, Inpara-8, Inpari-30, Tapus, dan IR42.
pemanjangan batang yang relatif lebih cepat dibanding Gambar 2 memperlihatkan umur berbunga
genotipe lain pada kondisi optimum, tetapi tidak tanaman pada kondisi rendaman stagnan lebih dalam
demikian pada kondisi rendaman stagnan. Inpara-3 dan dibanding kondisi optimum. Rendaman stagnan
Tapus justru memiliki laju pemanjangan batang tercepat menyebabkan fase vegetatif berlangsung lebih lama.
pada kondisi rendaman stagnan. Pada fase primordia, Perbedaan umur berbunga tanaman pada kondisi
baik pada kondisi optimum maupun rendaman stagnan, optimum berkisar antara 2-16 hari lebih cepat dibanding
IR-14D121 dan Tapus memiliki laju pemanjangan batang kondisi rendaman stagnan. Tapus memiliki perbedaan
tertinggi. Pada fase pengisian gabah, laju pemanjangan 2 hari waktu berbunga, sedangkan perbedaan umur
batang tertinggi ditunjukkan oleh Inpara-8. berbunga Inpara-4 mencapai 16 hari.
Tingkat kehijauan daun berkaitan dengan proses
fotosintesis dan umumnya berkorelasi dengan jumlah Karbohidrat Nonstruktur (NSC) dan Klorofil
klorofil daun. Nilai kehijauan daun tanaman, baik pada
kondisi air optimum maupun rendaman stagnan, di atas Kandungan non-structure carbohydrate (NSC)
36 (Gambar 1). Hal ini berarti kebutuhan tanaman akan tanaman padi sebelum dan selama terendam sangat
unsur N telah tercukupi. penting karena berkaitan dengan toleransi tanaman. NSC
digunakan tanaman sebagai sumber energi selama
tanaman mengalami rendaman stagnan. Gambar 3

20
Adaptasi Padi pada Kondisi Rendaman Stagnan .... (Sujinah et al.)

Gambar 1. Nilai kehijauan daun genotipe padi pada kondisi pengairan optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

21
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26

Gambar 2. Umur berbunga genotipe padi pada kondisi optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

Gambar 3. Karbohidrat nonstruktur (NSC) genotipe padi pada kondisi optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

menunjukkan nilai NSC pada kondisi pengairan yang biasa digunakan petani pada lahan rawa.
optimum lebih tinggi dibanding dengan kondisi Penurunan kandungan NSC terkecil 9% terjadi pada
rendaman pada semua genotipe, kecuali Inpari-30. Inpara-8.
Inpari-30 justru memiliki nilai NSC lebih tinggi pada Klorofil merupakan pigmen utama dalam kloroplas
kondisi rendaman stagnan. Kandungan NSC IR-14D121 yang mempengaruhi fotosintesis. Salah satu respon
berbeda antara kondisi pengairan optimum dan kondisi tanaman yang mengalami cekaman rendaman adalah
rendaman stagnan. Kandungan NSC IR-14D121 pada pengurangan laju fotosintesis dan penurunan
kondisi rendaman stagnan menurun 70% dibanding kandungan klorofil. Pada fase vegetatif, total klorofil
NSC pada kondisi air optimum. Penurunan terbesar kurang mencerminkan karakter toleransi karena tidak
kedua sebesar 54% terjadi pada Inpara-3, diikuti oleh adanya pengaruh nyata antargenotipe dan interaksi
IR42 sebesar 42%. IR42 pada kondisi optimum dan antara genotipe dan lingkungan. Pengaruh lingkungan
rendaman stagnan memiliki nilai NSC lebih tinggi terhadap total klorofil terlihat pada fase primordia
dibanding Inpara-3 dan Tapus yang merupakan varietas (Tabel 3).

22
Adaptasi Padi pada Kondisi Rendaman Stagnan .... (Sujinah et al.)

Tabel 3. Total klorofil genotipe padi pada kondisi pengairan optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

Total klorofil (mg/L)

Genotipe Fase vegetatif Primordia Fase pemasakan

O SF Gab O SF Gab O SF Gab

IR-14D157 28,5 26,4 27,5 29,3 22,3 25,8 17,2 25,1 a 21,1 ab
IRRI-119 32,2 26,9 29,5 28,5 23,3 25,9 20,2 24,6 a 22,4 a
IRRI-154 24,4 24,3 24,4 29,4 20,0 24,6 20,7 21,4 ab 21.1 ab
IR-14D121 25,7 24,1 24,9 26,8 22,9 24,9 15,8 14,7 b 15,3 b
Inpara-3 21,4 26,9 24,1 24,5 23,0 23,7 21,2 23,1 ab 22,1 a
Inpara-4 31,0 29,0 30,0 26,5 20,8 23,6 20,5 18,1 ab 19,3 ab
Inpara-8 25,9 29,6 27,7 24,4 14,7 19,6 20,4 21,0 ab 20,7 ab
Inpari-30 25,1 22,2 23,7 28,2 22,5 25,4 16,8 22,3 ab 19,5 ab
Tapus 31,8 20,5 26,2 31,3 17,5 24,4 19,7 17,3 ab 18,5 ab
IR42 29,9 24,1 27,0 28,6 19,5 24,0 21,8 23,3 ab 22,5 a

Rata-rata 27,6 25,4 26,5 27,7 20,6 24,2 19,4 21,1 20,2

Genotipe ns ns ns ns ns ns ns * *
Lingkungan ns ** ns
GxL ns ns ns
CV (%) 6,08 6,74 6,38 5,54 7,81 6,52 6,37 5,90 6,06

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji 0,05 DMRT
O = optimum; SF = rendaman stagnan; ns = tidak nyata pada P<0,05; * = nyata pada P<0,05

Pada kondisi rendaman stagnan, total klorofil Komponen Hasil dan Hasil Gabah
menurun pada semua genotipe yang diuji. Penurunan
kandungan total klorofil pada kondisi rendaman stagnan Semua variabel komponen hasil pada kondisi optimum
berkisar antara 6-44% dari kondisi pengairan optimum lebih baik dibanding kondisi rendaman stagnan (Tabel
dengan rata-rata 26%. Penurunan klorofil terendah 4). Berdasarkan analisis statistik terdapat perbedaan
terdapat pada Inpara-3, sedangkan penurunan tertinggi yang sangat nyata antargenotipe, baik pada kondisi
terdapat pada Tapus. Hal menarik pada penelitian ini optimum maupun kondisi rendaman stagnan, kecuali
adalah respon genotipe yang menunjukkan perbedaan jumlah malai per rumpun pada kondisi rendaman
nyata pada fase pengisian. Beberapa genotipe memiliki stagnan. Selain itu, perbedaan kondisi lingkungan sangat
total klorofil lebih tinggi pada kondisi rendaman stagnan, nyata mempengaruhi jumlah malai per rumpun, jumlah
diantaranya IR-14D157, IRRI-119, IRRI-154, Inpara-3, gabah per malai, dan persentase gabah isi, sedangkan
Inpara-8, Inpari-30, dan IR42. Hal ini berarti genotipe bobot 1.000 butir nyata dipengaruhi oleh kondisi
tersebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan lingkungan. Interaksi antara genotipe dan lingkungan
lebih banyak energi selama dalam kondisi terendam dan sangat nyata mempengaruhi karakter jumlah malai per
energi tersebut dimanfaatkan untuk proses rumpun dan bobot 1.000 butir. Karakter jumlah gabah
metabolisme selama pertumbuhannya. isi nyata dipengaruhi oleh interaksi genotipe dan
lingkungan, sedangkan karakter jumlah gabah per malai
tidak dipengaruhi oleh interaksi antara genotipe dan
Jaringan Aerenkim
lingkungan.
Semua genotipe yang diamati terdapat perubahan Jumlah malai per rumpun Inpara-4 nyata lebih
morfologi aerenkim (rongga udara). Aerenkim pada banyak dibanding genotipe lain pada kondisi optimum,
kondisi rendaman stagnan terlihat lebih besar dibanding tetapi pada kondisi rendaman stagnan hanya berbeda
kondisi optimum (Gambar 4). nyata daripada Inpara-8. Genotipe IRRI-154, IR-14D121,
Aerenkim terjadi sebagai bentuk adaptasi tanaman dan Inpara-8 memiliki jumlah gabah per malai yang stabil
terhadap rendaman yang berfungsi sebagai pertukaran di dua kondisi lingkungan yang berbeda. Persentase
gas. Pada kondisi cekaman rendaman stagnan, akar gabah isi tidak berbeda nyata hampir pada semua
memperoleh oksigen dari hasil fotosintesis oleh daun genotipe yang diuji, kecuali IRRI-154 dan Inpara-3 pada
dan akan dialirkan oleh aerenkim melalui proses difusi kondisi optimum. Persentase gabah isi Inpara-8
sehingga akar tetap dapat melakukan proses respirasi. menurun 11,52% pada kondisi rendaman stagnan dan

23
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26

Gambar 4. Aerenkim batang genotipe padi pada kondisi optimum dan rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018.

Tabel 5. Komponen hasil genotipe padi pada kondisi lingkungan optimum dan rendaman stagnan, Sukamandi 2018.

Jumlah malai/rumpun Jumlah gabah/malai % gabah isi Bobot 1000 butir (g)
Genotipe
O SF Gabungan O SF Gabungan O SF Gabungan O SF Gabungan

IR-14D157 14 b 10 abc 12 bc 131 b 116 bc 123 cd 73 a 69 ab 71 ab 25,0 de 22,5 c


23,8 d
IRRI-119 14 bc 9 abc 11 bc 106 bc 82 f 94 g 74 a 72 a 73 a 27,1 a-d 25,4 b
26,3 c
IRRI-154 11 cd 11 abc 11 c 163 a 131 a 147 a 55 b 54 e 55 e 26,3 bcd 28,2 a
27,3 abc
IR-14D121 13 bc 11 a 12 bc 130 a 123 ab 127 bc 74 a 62 bcd 68 abc 27,1 a-d 25,9 b
26,5 bc
Inpara-3 8e 8 bc 8d 159 a 117 bc 138 ab 58 b 56 de 57 e 27,3 abc 28,1 a
27,7 ab
Inpara-4 19 a 11 ab 15 a 121 bc 108 cd 114 cde 72 a 56 de 64 cd 25,9 cde 23,7 c
24,8 d
Inpara-8 9 de 7c 8d 157 a 130 a 144 a 66 ab 54 e 61 de 28,3 ab 27,7 a
27,9 a
Inpari-30 14 b 10 abc 12 bc 114 bc 109 cd 111 def 77 a 58 cde 68 abc 28,4 ab 28,1 a
28,2 a
Tapus 15 b 12 a 13 ab 107 bc 91 ef 99 fg 72 a 62 bcd 67 a-d 29,1 a 27,6 a
28,3 a
IR42 13 bc 12 a 12 ab 103 c 100 de 102 efg 66 ab 65 bc 65 bcd 24,0 e 25,5 b
24,7 d

Rata-rata 12,8 10,0 11,4 129,4 110,7 120,0 68,7 61,0 64,9 26,8 26,3 26,5

G ** * ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
L ** ** ** *
GxL ** ns * **
CV (%) 17,52 10,95 9,30 4,50

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda berdasarkan uji 0,05 DMRT
O = optimum; SF = rendaman stagnan; G = genotipe; L = lingkungan
* = nyata pada P<0,05; ** = sangat nyata pada P<0,01

tidak berbeda nyata dengan IRRI-154, Inpara-3, Inpara- Genotipe berpengaruh nyata terhadap hasil gabah
4, dan Inpari-30. IR42 memiliki bobot 1.000 butir yang pada kondisi optimum dan sangat nyata pada kondisi
terendah dan tidak berbeda nyata dengan IR-14D157 rendaman stagnan. Berdasarkan analisis gabungan,
dan Inpara-4 pada kondisi optimum. Pada kondisi tidak terdapat perbedaan nyata yang disebabkan oleh
rendaman stagnan, IR-14D157 dan Inpara-4 memiliki genotipe. Perbedaan hasil sangat dipengaruhi oleh
bobot 1.000 butir yang sama dan nyata berbeda dengan kondisi air dan interaksi antara genotipe dan kondisi air.
genotipe uji lainnya. Semua genotipe yang diuji mengalami penurunan hasil

24
Adaptasi Padi pada Kondisi Rendaman Stagnan .... (Sujinah et al.)

pada kondisi rendaman stagnan, rata-rata 43%. daun yang terendam mengalami degradasi yang lebih
Penurunan hasil terkecil 6% terjadi pada Tapus, cepat. Degradasi klorofil pada kondisi rendaman
sedangkan penurunan terbesar terjadi pada Inpara-4 stagnan disebabkan oleh etilen, yang memicu aktivitas
yang mencapai 71%. Penurunan hasil pada kondisi enzim klorofilase dalam pemecahan klorofil (Singh et
rendaman stagnan berkaitan dengan tingkat stres al. 2014). Kemampuan tanaman untuk dapat
masing-masing genotipe, bergantung pada tingkat mempertahankan kehijauan daun sangat penting untuk
toleransi tanaman. Pada kondisi air optimum, Inpara-4 proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dan IR42 mampu menghasilkan gabah lebih dari 7 t/ha karena daun hijau sebagai organ utama untuk
sedangkan pada kondisi rendaman stagnan hanya produktivitas, pertukaran gas, dan evapotranspirasi
mampu menghasilkan kurang dari 2,5 t/ha. Penurunan (Yuan et al. 2016).
hasil disebabkan oleh ketidakmampuan genotipe untuk Selama tanaman mengalami perendaman, NSC
beradaptasi pada kondisi tercekam rendaman stagnan. digunakan untuk memasok energi agar tanaman dapat
Dalam penelitian ini hasil gabah sangat dipengaruhi bertahan hidup (Nagai et al. 2010; Panda and Sarkar
oleh kondisi lingkungan dimana tanaman yang tidak 2014). Penurunan bobot kering tanaman akibat tanaman
dapat beradaptasi pada kondisi rendaman stagnan akan mati atau pembusukan jaringan akan mengurangi
menyebabkan laju fotosintesis berkurang dan pasokan karbohidrat hasil fotosintesis (Nugraha et al.
pemulihan akan lebih lambat. Pada kondisi tersebut, 2012). Penurunan hasil fotosintesis pada kondisi
asimilasi karbon untuk pengisian gabah, jumlah gabah rendaman stagnan menyebabkan berkurangnya jumlah
isi, jumlah malai, berat malai, dan indeks panen yang anakan. Hasil penelitian Vergara et al. (2014)
dihasilkan lebih rendah (Gusmiatun et al. 2015; Voesenek menunjukkan IR42 hanya mampu menghasilkan
and Bailey-Serres 2015). anakan 7-8 per rumpun pada kondisi rendaman
Tanaman yang mengalami perendaman akan stagnan, sedangkan pada kondisi optimum mampu
mengalami peningkatan respirasi anaerob. Hal ini akan menghasilkan 25-38 anakan per rumpun. Selain itu,
meningkatkan konsumsi karbohidrat sehingga rendaman stagnan menyebabkan umur berbunga lebih
menurunkan tingkat fotosintesis (Das et al. 2005). lama daripada kondisi optimum, dimana Ciherang Sub-
Rendahnya tingkat fotosintesis disebabkan oleh 1 berbunga lima hari lebih lambat dari kondisi optimum
perubahan warna daun menguning pada saat (Singh et al. 2017) dan IR42 berbunga lebih lama 10 hari
perendaman selama 7 hari pada fase vegetatif (Ikhwani dibanding kondisi optimum (Yullianida et al. 2015).
et al. 2010). Kato et al. (2014) menemukan bagian bawah Salah satu adaptasi tanaman yang tercekam
rendaman stagnan adalah melakukan pemanjangan
Tabel 5. Hasil genotipe padi pada kondisi lingkungan optimum dan batang untuk terhindar dari kondisi anaerob (Yullianida
rendaman stagnan. KP Sukamandi, 2018. et al. 2015; Kuanar et al. 2017). Mekanisme ini disebut
escape strategy (Voesenek and Bailey-Serres 2013).
Hasil GKG (t/ha)
Respon pemanjangan batang bergantung pada tipe
Genotipe
O SF Gabungan SF/O (%) rendaman dan waktu atau fase tercekam rendaman
(Kato et al. 2014). Singh et al. (2011) menyatakan
IR-14D157 5,71 ab 3,94 abc 4,82 69 cekaman rendaman stagnan dengan ketinggian air 50
IRRI-119 6,35 ab 2,41 d 4,37 38
cm dapat menyebabkan pertambahan tinggi tanaman
IRRI-154 5,72 ab 4,41 ab 5,06 77
IR-14D121 5,97 ab 4,91 a 5,43 82 17%. Selain pemanjangan batang, tanaman juga
Inpara-3 4,62 b 3,39 bcd 4,00 73 membentuk aerenkim pada kondisi rendaman stagnan.
Inpara-4 7,71 a 2,25 d 4,97 29
Inpara-8 6,97 a 3,75 a-d 5,36 54
Menurut Steffens et al. (2011), aerenkim pada
Inpari-30 5,86 ab 2,76 cd 4,30 47 tanaman padi terbentuk di antara ikatan pembuluh yang
Tapus 4,71 b 4,45 ab 4,58 94 terletak pada cincin luar di bawah epidermis, dan hal ini
IR42 7,26 a 2,29 d 4,77 32 berkaitan dengan etilen yang merupakan sinyal
Rata-rata 6,09 3,45 4,77 59,5
hormonal yang memediasi pembentukan aerenkim.
Tanaman padi yang mengalami perendaman tiga hari
Genotipe * ** ns akan meningkatkan pembentukan aerenkim pada
Lingkungan ** seluruh ruas dan semakin dalam genangan semakin
GxL **
CV (%) 21,54 26,81 23,79
tebal jaringan korteks dan semakin besar ukuran
aerenkim (Rachmawati et al. 2019). Hasil penelitian
Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda tersebut sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh
berdasarkan uji 0,05 DMRT tanaman padi pada kondisi rendaman stagnan pada
O = optimum; SF = rendaman stagnan
* = nyata pada P<0,05; ** = sangat nyata pada P<0,01
penelitian ini.

25
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Mei 2020: 17-26

KESIMPULAN Mackill, D.J., A .M. Ismail, A .M. Pamplona, L. Darlene, J.J.


Carandang, and E.M. Septiningsih. 2010. Stress tolerant rice
Kemampuan tanaman untuk beradaptasi pada kondisi varieties for adaptation to a changing climate. Crop,
Environment & Bioinformatics 7: 250-59.
cekaman rendaman stagnan ditentukan oleh karakter
Nagai, K., Y. Hattori, and M. Ashikari. 2010. Stunt or elongate? Two
agronomi dan fisiologi. Respon tanaman terhadap opposite strategies by which rice adapts to floods. Journal of
rendaman stagnan dapat dilihat dari pertambahan tinggi Plant Research 123: 303-309.
tanaman, laju pemanjangan batang, pembentukan Nugraha, Y., G. V. Vergara, D. J. Mackill, and A. Bagi. 2012.
aerenkim, dan perpanjangan umur berbunga. Di Response of sub1 introgression lines of rice to various flooding
samping itu, rendaman stagnan mengakibatkan conditions. Indonesian Journal of Agriculture Science 14(1):
15-26.
pengurangan jumlah anakan, karbohidrat
Panda, D., and R.K. Sarkar. 2014. Mechanism associated with
nonstruktural, klorofil, jumlah malai per rumpun, jumlah nonstructural carbohydrate accumulation in submergence
gabah per malai, dan persentase gabah isi. tolerant rice (Oryza Sativa L.) cultivars. Journal of Plant
Genotipe yang mampu memberikan hasil tertinggi Interactions 9(1):62-68.
pada kondisi rendaman stagnan adalah IR-14D121 dan Rachmawati, D., M.M. Maryani, S. Kusumadewi, and F. Rahayu.
2019. Survival and root structure changes of rice seedling in
Tapus dengan penurunan hasil kurang dari 20%. Kedua different cultivars under submergence condition. Biodiversitas
genotipe tersebut dapat ditanam pada kondisi rendaman 20(10): 3011-3017.
stagnan dan dapat digunakan sebagai sumber gen dalam Setter, T. L., M. Ellis, E. V. Laureles, E. S. Ella, D. Senadhira, S. B.
perakitan varietas toleran rendaman stagnan. Namun Mishra, S. Sarkarung, and S. Datta. 1997. Physiology and
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lingkungan rawa genetics of submergence tolerance in rice. Annals of Botany
79: 67-77.
lebak yang mengalami cekaman rendaman stagnan
dengan ketinggian air minimal 50 cm. Singh, S., D.J. Mackill, and A.M. Ismail. 2011. Tolerance of longer-
term partial stagnant flooding is independent of the sub1
locus in rice. Field Crops Research 121: 311-323.
Singh, S., D.J. Mackill, and A.M. Ismail. 2014. Physiological basis
DAFTAR PUSTAKA of tolerance to complete submergence in rice involves genetic
factors in addition to the sub1 gene. AoB PLANTS 6: 1-20.
Das, K.K., R.K. Sarkar, and A.M. Ismail. 2005. Elongation ability
and non-structural carbohydrate levels in relation to Singh, A., J. Carandang, Z.J.C. Gonzaga, B.C.Y. Collard, A.M. Ismail,
submergence tolerance in rice. Plant Science 168: 131-136. and E.M. Septiningsih. 2017. Identification of QTLs for yield
and agronomic traits in rice under stagnant flooding
Effendi, D.S, Z. Abidin, and B. Prastowo. 2014. Model percepatan
conditions. Rice 10(15):1-18.
pengembangan pertanian lahan rawa lebak berbasis inovasi.
Pengembangan Inovasi Pertanian 7(4):177-86. Steffens, B., T. Geske, and M. Sauter. 2011. Aerenchyma formation
in the rice stem and its promotion by H 2O2. New Phytologist
Gusmiatun, R.A. Suwignyo, A. Wijaya, and M. Hasmeda. 2015.
190: 369-378.
Peningkatan toleransi rendaman padi lokal rawa lebak
dengan introgresi gen sub1. Jurnal Agronomi Indonesia. Vergara, G.V., Y. Nugraha, M.Q. Esguerra, D.J. Mackill, and A.M.
43(2): 99-104. Ismail. 2014. Variation in tolerance of rice to long-term
stagnant flooding that submerges most of the shoot will aid
Hairmansis, A., Supartopo, B. Kustianto, Suwarno, and H. Pane.
in breeding tolerant cultivars. AoB PLANTS 6: 1-16.
2012. Perakitan dan pengembangan varietas unggul baru
padi toleran rendaman air Inpara-4 dan Inpara-5 untuk daerah Voesenek, L.A.C.J., and J. Bailey-Serres. 2013. Flooding tolerance:
rawan banjir. Jurnal Litbang Pertanian 31(1): 1-7. O2 sensing and survival strategies. Current Opinion in Plant
Biology 16(5): 647-653.
Ikhwani, E. Suhartatik, and A.K. Makarim. 2010. Pengaruh waktu,
lama, dan kekeruhan air rendaman terhadap pertumbuhan Voesenek, L.A.C.J., and J. Bailey-Serres. 2015. Flood adaptive traits
dan hasil padi sawah IR64-Sub1. Jurnal Penelitian Pertanian and processes: an overview. New Phytologist. 206(1): 57-73.
Tanaman Pangan 29(2): 63-71. Wuriesyliane, N. Gofar, A. Madjid, H. Widjajanti, and N.L.P.S.
Insalud, N., R.W. Bell, T.D. Colmer, and B. rerkasem. 2006. Ratmini. 2013. Pertumbuhan dan hasil padi pada inseptisol
Morphological dan physiological responses of rice (Oryza asal rawa lebak yang diinokulasi berbagai konsorsium bakteri
sativa) to limited phosporus supply in aerated and stagnant penyumbang unsur hara. Jurnal Lahan Suboptimal 2(1): 18-
solution culture. Ann. Bot. 98(5): 995-1004. 27.
Ishimaru, K., N. Hirotsu, Y. Madoka, and T. Kashiwagi. 2007. Yang, J., and J. Zhang. 2006. Grain filling of cereals under soil
Quantitative trait loci for sucrose, starch, and hexose drying. New Phytologist 169: 223-36.
accumulation before heading in rice. Plant Physiology and Yuan, Z., Q.Cao, K. Zhang, S.T. Ata-Ul-Karim, Y. Tian, Y. Zhu, W.
Biochemistry 45: 799-804. Cao, and X. Liu. 2016. Optimal leaf positions for SPAD meter
Kato, Y., B.C.Y. Collard, E.M. Septiningsih, and A.M. Ismail. 2014. measurement in rice. Frontiers in Plant Science 7(719): 1-
Physiological analyses of traits associated with tolerance of 10.
long-term partial submergence in rice. AoB PLANTS. 6: 1- Yullianida, S.W. Ardie, Suwarno, and H. Aswidinnoor. 2015. Respon
11. dan produktivitas padi rawa terhadap cekaman rendaman
Kuanar, S.R., A. Ray, S.K. Sethi, K. Chattopadhyay, and R.K. Sarkar. stagnan untuk pengembangan di lahan rawa lebak. Jurnal
2017. Physiological basis of stagnant flooding tolerance in Agronomi Indonesia 43(1): 15-22.
rice. Rice Science 24(2):73-84.

26

You might also like