You are on page 1of 17

ISSN 0216-8138 Vol.

17, Nomor 1, Juni 2016

KAJIAN DINAMIKA SUKSESI VEGETASI


DI KAWASAN TERDAMPAK ERUPSI GUNUNG API KELUD
BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013 – 2016

Siti Nurin Nuzulah1, Purwanto2, dan Syamsul Bachri3


Universitas Negeri Malang
E-mail: sitinurinnuzulah@gmail.com, purwanto.fis@um.ac.id,
syamsul.geography@gmail.com

Abstract
Investigate of this research shows that on January 4th 2014 vegetation
density in Impact Eruption Area of Kelud Volcano 10 km has vegetation
index value 0,64 – 0,34. On February 17th, 2014 the vegetation
succession dynamic happens a decreasing vegetation succession
dynamics with vegetation index value between 0,52 – 0,01. In 2014
towards 2015 there was an increase vegetation succession with
vegetation index values between 0,87 – 0,1. On wet dry month 2015
towards a decline in vegetation succession dynamics caused by the
influence of the dry season with vegetation index values between 0,7 –
0,06. In 2016 there was an increase in wet secondary vegetation
succession in the Sumberasri village Ngleggok district is the climax of the
process of succession with vegetation index values 0,89. The dynamics
of vegetation succession have not run optimally on a five kilometer radius
with vegetation index value 0,1 in Sugihwaras village Ngancar District.
Perhutani can support of temperature constant at 5 km by planting a plant
hard. The kinds of this plant hard is Kaliandra dan Pines that can to plant
in coordinate 49 M 0641939 9123036. Constant temperature will support
the condition of succession vegetation until in condition before happen an
eruption by referral addiction 0,24 vegetation index.

Keywords: succession, vegetation, eruption, remote sensing.

PENDAHULUAN lingkungan fisik tersebut dalam


Erupsi Gunungapi Kelud tahun rentang berjalannya waktu akan
2014 yang bersifat eksplosif mengalami siklus. Siklus yang
merupakan bencana alam terbesar dimaksud dapat bersifat positif dan
sepanjang peristiwa erupsi negatif. Siklus bersifat positif yakni
Gunungapi Kelud. Erupsi tersebut semakin suburnya permukaan
sebagai fenomena alam yang tidak tanah, vegetasi yang mengalami
dapat dihindari. Manusia hanya suksesi, dan lain sebagainya. Siklus
dapat meminimalisir potensi bahaya negatif yakni lambatnya suksesi
dari erupsi gunungapi tersebut. vegetasi karena kondisi suhu
Adapun kondisi daerah sekitar yang permukaan tanah yang belum sesuai
terdampak erupsi gunungapi pasti untuk pertumbuhan vegetasi dan
mengalami suatu perubahan degradasi kondisi lahan terutama
lingkungan fisik. Bukti konkrit dari pada radius lima kilometer.
perubahan kondisi lingkungan fisik Proses suksesi vegetasi
yakni meliputi permukaan tanah merupakan perubahan utama yang
yang tertutup material erupsi, mempengaruhi perkembangan
vegetasi yang mengalami kondisi lahan dan suhu permukaan.
kerusakan, serta kondisi suhu Suksesi vegetasi merupakan kondisi
permukaan yang menjadi tinggi. pertumbuhan vegetasi yang
Namun perubahan dari kondisi serentak pasca terjadinya fenomena

Jurnal Media Komunikasi Geografi 1


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

alam maupun buatan yang bulan kering dan basah diperkirakan


berpengaruh besar terhadap saat kondisi maksimal, yakni untuk
perubahan lingkungan. Prinsip dasar basah diambil bulan Januari dan
dalam suksesi yakni adanya bulan kering menggunakan bulan
serangkaian perubahan komunitas Juni.
tumbuhan bersamaan dengan Kajian hanya akan mencakup
perubahan tempat tumbuh. sebaran spasial antara kerapatan
Perubahan ini terjadi secara vegetasi dan kondisi suhu
berangsur-angsur dan melalui permukaan yang menunjukkan
beberapa tahap dari komunitas penurunan atau kenaikan suksesi
tumbuhan sederhana sampai vegetasi. Penelitian ini juga hanya
klimaks (Mukhtar, 2012). Proses berlaku di kawasan terdampak
suksesi vegetasi dapat menjadi erupsi Gunungapi Kelud radius 10
acuan bagi perkembangan kondisi Kilometer dalam rentang waktu
lahan yang mengalami degradasi tahun 2013 hingga 2016. Adapun
pasca erupsi gunungapi Kelud. fokus dominan kajian perpiksel
Apabila suksesi vegetasi maksimal berada pada radius lima kilometer
maka dapat diketahui bahwa kondisi bagian barat dan barat daya yang
lahan juga menjadi semakin baik. merupakan wilayah dengan kondisi
Proses suksesi ini selalu ditandai tingkat tinggi yang menerima
dengan peningkatan tajuk dan daun material lava piroklastik.
pohon yang dapat diketahui dari
interpretasi citra penginderaan jauh METODE PENELITIAN
melalui nilai indeks vegetasi. Penelitian ini merupakan
Berdasarkan latar belakang penelitian survey dengan
tersebut, maka penulis tertarik untuk pendekatan kuasi kuantitatif. Adapun
melakukan penelitian yang berjudul metode yang digunakan untuk
“Kajian Dinamika Suksesi Vegetasi mendapatkan nilai indeks vegetasi
di Kawasan Terdampak Erupsi yakni menggunakan Transformasi
Gunungapi Kelud Berbasis Data EVI (Enhanced Vegetation Index).
Penginderaan Jauh Tahun 2013 – Nilai indeks suhu permukaan
2016”. didapatkan dengan pengolahan Citra
Landsat 8 menggunakan Metode
Ruang Lingkup Penelitian SWA (Split Windows Algorithm).
Penelitian ini dilakukan di Ada beberapa tahapan dalam
kawasan terdampak erupsi pemrosesan Citra Kerapatan
Gunungapi Kelud radius 10 Vegetasi dan Citra Suhu
Kilometer. Berdasarkan peta lokasi Permukaan. Dengan menggunakan
penelitian, radius tersebut mencakup software ENVI 4.5, Citra Landsat 8
tiga kabupaten yang meliputi dilakukan proses Koreksi
Kabupaten Kediri (Kecamatan Radiometrik dan Geometrik;
Puncu, Kepung, Ngancar, dan konversi Band 2, 4, 5, dan 10 dari
Plosoklaten), Kabupaten Blitar digital number ke reflectance; input
(Kecamatan Garum, Gandusari, dan rumus Transformasi EVI dan Metode
Ngleggok), dan Kabupaten Malang SWA pada tools band math Menu
(Kecamatan Ngantang dan Basic Tools; cropping daerah
Kasembon). Total luas keseluruhan penelitian pada Citra Kerapatan
dari lokasi penelitian ini sebesar Vegetasi dan suhu permukaan; dan
89.160,9 Ha. terakhir klasifikasi kelas kerapatan
Penelitian ini menggunakan vegetasi menggunakan tools region
data penginderaan jauh dengan of interest dan band threshold to ROI
Citra Landsat 8 pada bulan basah parameters pada Menu Basic Tools.
dan bulan kering. Pengambilan

Jurnal Media Komunikasi Geografi 2


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Berikut tabel klasifikasi yang Tabel 4. Skor Suhu Permukaan Pada


digunakan sebagai analisis tingkat Metode Overlay Intersect
kerapatan vegetasi dan suhu
permukaan:

Tabel 1. Klasifikasi Kelas Kerapatan


Vegetasi

Validasi lapangan dilakukan


dengan menggunakan tabel
pengukuran dan peta klasifikasi
kelas kerapatan vegetasi tahun 2016
yang telah ditentukan titik sampel
pengukuran suhu permukaan yang
Tabel 2. Tabel Klasifikasi Suhu
telah mewakili seluruh kelas
Permukaan
kerapatan vegetasi. Validasi
lapangan dengan survey dan
observasi dilakukan untuk melihat
kondisi perkembangan lahan yang
pasca erupsi tahun 2014 yang relatif
bersih dari klorofil vegetasi, kondisi
Adapun klasifikasi kelas pertumbuhan dan reproduksi
kerapatan vegetasi dan suhu vegetasi, serta kondisi kestabilan
permukaan berdasarkan rentang komunitas vegetasi.
indeks kecerahan minimum dan Wawancara berkaitan dengan
maksimum pada citra kelas aktivitas masyarakat sekitar yang
kerapatan vegetasi dan suhu mempengaruhi proses suksesi
permukaan kawasan terdampak vegetasi. Sedangkan pengukuran
erupsi Gunungapi Kelud radius 10 dilakukan untuk validasi suhu
Kilometer. permukaan sampel objek penelitian
Adapun setelah proses dengan menggunakan termometer
klasifikasi kerapatan vegetasi dan inframerah. Hasil pengukuran,
suhu permukaan yang survey, wawancara, dan observasi
menggunakan tabel 5.1 dan 5.2 akan direinterpretasi dengan data
selesai, maka digunakan metode pemrosesan citra. Maka, akan
overlay intersect. Metode ini didapatkan data yang memenuhi
digunakan untuk mendapatkan peta untuk proses kajian dinamika
sebaran hubungan spasial suksesi vegetasi di kawasan
kerapatan vegetasi dan suhu terdampak erupsi Gunungapi Kelud
permukaan kawasan Gunungapi berbasis data penginderaan jauh
Kelud tahun 2013 – 2016. Berikut tahun 2013 – 2016.
skor kerapatan Vegetasi dan Suhu
Permukaan yang digunakan pada
metode overlay intersect.

Tabel 3. Skor Kerapatan Vegetasi


Pada Metode Overlay
Intersect

Jurnal Media Komunikasi Geografi 3


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Gambar 1. Peta Klasifikasi Kerapatan Vegetasi


Pra Erupsi Gunungapi Kelud Pada 10 Juni 2013

Jurnal Media Komunikasi Geografi 4


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 2. Peta Suhu Permukaan Pra Erupsi


Gunungapi Kelud 10 Juni 2013

Jurnal Media Komunikasi Geografi 5


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 3. Peta Klasifikasi Kerapatan Vegetasi


Pasca Erupsi Gunungapi Kelud 17 Februari 2014

Jurnal Media Komunikasi Geografi 6


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 4. Peta Klasifikasi Suhu Permukaan Pasca Erupsi


Gunungapi Kelud 17 Februari 2014

Jurnal Media Komunikasi Geografi 7


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 5. Peta Klasifikasi Kerapatan Vegetasi


Pasca Erupsi Gunungapi Kelud 10 Januari 2016

Jurnal Media Komunikasi Geografi 8


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Gambar 6. Peta Klasifikasi Suhu Permukaan Pasca Erupsi


Gunungapi Kelud 22 Oktober 2015

Jurnal Media Komunikasi Geografi 9


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Tabel 5. Nilai Indeks Vegetasi dan Suhu Gambar 7. Peta Sebaran Hubungan
Permukaan Pada 10 Juni 2013 Spasial Kerapatan Vegetasi dan Suhu
Permukaan

Tabel 6. Nilai Indeks Vegetasi dan Suhu Gambar 8. Grafik Dinamika Suksesi
Permukaan Pada 17 Februari 2014 Vegetasi Pada Tahun 2013 – 2016

Tabel 7. Nilai Indeks Vegetasi dan Suhu


Permukaan Pada 10 Januari 2016 dan
22 Oktober 2015
Gambar 9. Grafik Dinamika Suhu
Permukaan Pada Tahun 2013 – 2016

Gambar 10. Suksesi Vegetasi Pra dan Pasca


Erupsi Gunungapi Kelud Radius Lima Kilometer

Tabel 8. Data Pengukuran Suhu Permukaan di


Lapangan

Jurnal Media Komunikasi Geografi 10


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Tabel 9. Hasil Uji Akurasi Citra kondisi suksesi vegetasi primer


Kerapatan Vegetasi maupun sekunder dari tahun 2013
hingga tahun 2016. Masing-masing
suksesi, baik suksesi primer maupun
suksesi sekunder akan dibahas
dengan bahasan yang terfokus pada
radius lima Kilometer. Radius lima
Kilometer menjadi fokus karena
sebagai sentral terjadinya suksesi
primer yang penting sebagai awal
mula dari suatu pertumbuhan
vegetasi dalam proses suksesi
Tabel 10. Hasil Uji Akurasi Citra Suhu vegetasi.
Permukaan Ketiga sampel tersebut yakni
sampel satu berada di Desa
Karangrejo Kecamatan Garum pada
koordinat 49 M 0635310 9114737.
Sampel kedua berada di Desa
Sumberasri Kecamatan Ngleggok
pada koordinat 49 M 0635784
9111266. Sampel ketiga yang
berada di Desa Sugihwaras
Kecamatan Ngancar pada koordinat
Pembahasan 49 M 0641939 9123036. Nilai indeks
Nilai akurasi keseluruhan kerapatan vegetasi sampel satu
(overall accuracy) 85,15% pada citra pada 10 Juni 2013 menunjukkan
kerapatan vegetasi dan 85,02% besaran yang lebih tinggi daripada
pada citra suhu permukaan. Nilai tahun 2016. Hal ini terbilang logis
akurasi yang >85% tersebut karena tahun 2013 merupakan tahun
mengindikasikan bahwa hasil sebelum terjadinya erupsi
klasifikasi citra kerapatan vegetasi Gunungapi Kelud. Keadaan vegetasi
dan suhu permukaan dikategorikan menunjukkan klasifikasi kerapatan
cukup baik (Sumantri, 2012). Nilai sedang dengan nilai indeks vegetasi
akurasi tersebut menunjukkan 0,6 dengan luasan 1.441 Ha yang
bahwa hasil interpretasi citra dan berada di Desa Karangrejo
pengukuran lapangan cenderung Kecamatan Garum. Kondisi suhu
masuk pada kategori cukup valid. permukaan pada sampel satu ini
Adapun nilai yang cukup baik berada pada klasifikasi suhu sedang
tersebut dapat dipergunakan untuk dengan nilai suhu permukaan 24,4 oC
kajian dinamika suksesi vegetasi di dengan luasan 1.526 Ha.
kawasan terdampak erupsi Nilai kerapatan vegetasi pada
Gunungapi Kelud. 10 Juni 2013 pada sampel satu
Berdasarkan hasil pemrosesan tersebut lebih rendah dibandingkan
citra klasifikasi kerapatan vegetasi nilai indeks vegetasi di tahun 2016.
tahun 2016 menggunakan Hal ini karena pengaruh musim yang
Transformasi EVI (Enhanced
pada bulan Juni merupakan bulan
Vegetation Index) dan citra suhu kering sehingga pantulan klorofil
permukaan menggunakan Metode daun menjadi berkurang. Besarnya
SWA (Split Windows Algorithm), intensitas radiasi matahari
diambil tiga sampel yang mewakili tergantung pada musim.
klasifikasi kerapatan vegetasi. Ketiga Sebagai contoh, pada musim
sampel tersebut selanjutnya hujan intensitasnya rendah karena
dijadikan patokan untuk melihat radiasi matahari yang menuju ke

Jurnal Media Komunikasi Geografi 11


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

bumi sebagian diserap oleh awan. erupsi Gunungapi Kelud menjadikan


Sedangkan musim kemarau pada vegetasi yang terkena lontaran lava
umumnya sedikit awan, oleh karena piroklastik mengalami kondisi
itu intensitas radiasi mataharinya rusaknya vegetasi dan
lebih tinggi (Sugito, 2012). Sehingga, menghilangkan klorofil vegetasi.
faktor musim pada bulan kering ini Sedangkan daerah yang tidak
akan sangat mempengaruhi tingkat terkena lontaran lava piroklastik
kerapatan vegetasi yang terdeteksi mengalami kondisi layu yang parah.
melalui pantulan spektral klorofil. Kondisi tersebut dibuktikan dengan
Pada 13 Juni 2013 ini pantulan penurunan nilai indeks vegetasi hasil
spektral berkurang yang Transformasi Citra EVI dikarenakan
menempatkan kerapatan vegetasi deteksi klorofil vegetasi oleh kanal
lebih rendah dibandingkan data nilai inframerah yang bersifat terbatas
indeks vegetasi pada Citra 10 pada radius lima sampai 10
Januari 2016. kilometer.
Sampel kedua berada di Desa Berdasarkan data pemrosesan
Sumberasri Kecamatan Ngleggok citra kerapatan vegetasi 10 Januari
dengan kondisi vegetasi kerapatan 2016, sampel pertama di Desa
tinggi. Kerapatan vegetasi tersebut Karangrejo Kecamatan Garum
memiliki nilai indeks vegetasi 0,63 memiliki kondisi kerapatan vegetasi
dengan luasan 1.234 Ha. Kondisi kelas sedang. Kerapatan vegetasi
kerapatan vegetasi tersebut tersebut memiliki nilai 0,57 dengan
didukung oleh kondisi suhu luasan 179 Ha dan suhu permukaan
permukaan yang berada pada yang berada pada tingkat tinggi
klasifikasi suhu sedang dengan nilai dengan nilai 34oC dengan luasan
23,5oC dengan luasan 805 Ha. 355 Ha. Sampel kedua yang berada
Sampel ketiga yang berada di di Desa Sumberasri Kecamatan
Desa Sugihwaras Kecamatan Ngleggok berada pada kondisi
Ngancar memiliki kondisi kerapatan vegetasi kerapatan tinggi. Kerapatan
vegetasi yang sedang. Kerapatan vegetasi tersebut memiliki nilai 0,89
vegetasi tersebut memiliki nilai 0,32 dengan luasan 942 Ha dan suhu
dengan luasan 1.243 Ha dan kondisi permukaan berada pada kelas
suhu permukaan pada klasifikasi sedang dengan nilai 28 oC dengan
suhu sedang dengan nilai 24,7 oC luasan 674 Ha. Daerah ini memiliki
dengan luasan 717 Ha. Kelas kerapatan tinggi karena termasuk
kerapatan vegetasi yang berada daerah yang dominan tidak terkena
pada kelas sedang hingga tinggi ini aliran lava piroklastik secara
menunjukkan bahwa ditahun 2013 langsung. Sehingga suksesi
bagian lereng atas Gunungapi kelud sekunder rata-rata tinggi.
memiliki `dunia` vegetasi yang baik Sampel kedua ini berada di
dan dapat mendukung Kecamatan Nglegok dengan
perkembangan kondisi lahan. kenampakan morfologi berbukit.
Sampel ketiga pada 17 Februari Sifat dari morfologi ini menjadikan
2014 berada di Desa Sugihwaras bagian punggungan bukit yang
Kecamatan Ngancar memiliki kondisi merupakan hutan ini tidak terkena
kerapatan vegetasi jarang. aliran lava piroklastik (Wardhana,
Kerapatan vegetasi jarang tersebut 2014). Sedangkan sampel ketiga
memiliki nilai indeks vegetasi 0,01 berada di Desa Sugihwaras
dengan luasan 943 Ha dan kondisi Kecamatan Ngancar berada pada
suhu permukaan berada pada kelas kondisi vegetasi kerapatan jarang.
tinggi dengan nilai 36 oC dengan Kerapatan vegetasi tersebut memiliki
luasan 1.149 Ha. Hal ini nilai 0,1 dengan luasan 935 Ha dan
menunjukkan bahwa dampak dari suhu permukaan berada pada kelas

Jurnal Media Komunikasi Geografi 12


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

tinggi dengan nilai 48 oC dengan pasir yang keluar masuk area


luasan 230 Ha. penambangan telah berjumlah lebih
Suksesi vegetasi yang dari 1000 truk. Hal tersebut
cenderung belum maksimal pada menyebabkan meningkatnya suhu
sampel ketiga diakibatkan oleh sifat permukaan di wilayah tersebut.
material batuan di permukaan Akibatnya suksesi vegetasi di
bagian kawah dan lereng atas. wilayah ini berjalan tidak maksimal.
Endapan pumice dan bongkah Berdasarkan grafik dinamika
andesit basaltik hanya ditemukan di suksesi vegetasi, diketahui bahwa
sekitar kawah Gunungapi Kelud. Hal suksesi tertinggi berada pada
ini karena pada zone dekat kawah koordinat kedua yang berada di
gunungapi, material vulkanis jatuhan Kecamatan Ngleggok pada 10
bercampur dengan fragmen andesit Januari 2016. Hal ini dipengaruhi
– basaltik yang berasal dari oleh suhu udara yang bersifat
hancuran kubah lava hasil erupsi sedang sebesar 280 C. Ketinggian
Gunungapi Kelud 2007 (Maulana, pada koordinat ini sebesar 471 dpl
2014). Sifat basaltik yang memiliki dan berada pada topografi
ciri mineral dominan kehitaman bergelombang. Vegetasi berupa
menjadikan proses penyerapan hutan Lamtoro dan Randu. Masa
radiasi matahari semakin besar. pertumbuhan tanaman tergantung
Suhu permukaan berdasarkan pada ketinggian tempat dan
pengukuran lapangan pada radius kelerengan. Adapun ketinggian
lima kilometer pun mengalami tempat berhubungan erat dengan
peningkatan. Nilai pengukuran suhu suhu dan kelembaban (Andrian,
permukaan pada tanggal 30 Januari 2014). Suhu udara yang baik bagi
2016 dengan nilai tertinggi 53,9 oC. pertumbuhan tanaman antara 24-280
Maka, suksesi vegetasi menjadi C. Suksesi pada koordinat ini telah
berjalan lambat karena fluktuasi mencapai titik klimaks yang ditandai
suhu yang besar dan kondisi suhu dengan tegakan batang pohon yang
permukaan menjadi tidak cukup kokoh serta stabil atau tahan
konstan. terhadap perubahan iklim
Nilai perubahan suhu (homeositas).
permukaan tahun 2013 hingga 2016 Nilai suksesi tertinggi pada
terlihat fluktuasi. Hal ini dikarenakan sampel kedua merupakan suksesi
pasca erupsi keadaan iklim sekunder. Sedangkan kondisi
cenderung belum stabil. Selain itu, suksesi primer terlihat pada sampel
fluktuasi suhu permukaan ketiga yang berada di Kecamatan
diakibatkan oleh adanya proses Ngancar. Pada sampel tersebut
reaksi yakni aktivitas masyarakat belum menunjukkan peningkatan
sekitar pada daerah penelitian yang suksesi primer yang signifikan.
mempengaruhi proses suksesi Terlihat pada paparan data bahwa
vegetasi. Seperti pada koordinat 49 suksesi primer masih sebatas pada
M 0636979 UTM 9118946 yang tumbuhan rumput dan semak,
memiliki nilai suhu permukaan tanaman keras yang berada di
fluktuatif. Nilai yang fluktuatif sekitarnya belum menunjukkan
tersebut dikarenakan masyarakat tanda-tanda pertumbuhan kembali.
yang berdomisili maupun Ranting yang kering dengan tanpa
masyarakat dari luar wilayah daun menunjukkan bahwa tanaman
beraktivitas menambang pasir di keras belum mengalami suksesi
Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. vegetasi.
Penambangan pasir di wilayah hilir Kondisi tanaman keras yang
Sungai Kaliputih ini telah masuk belum mengalami suksesi vegetasi
dalam skala besar. Truk pengangkut inilah yang paling mengkhawatirkan

Jurnal Media Komunikasi Geografi 13


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

karena pemulihan kondisi lahan pengalihan pemanfaatan lereng atas


belum maksimal. Hal ini dikarenakan untuk tanaman keras. Adapun untuk
fluktuasi suhu udara yang cukup lahan pertanian yang pada mulanya
tinggi. Nilai pemrosesan citra berada pada lereng atas dapat
tersebut sesuai dengan data cek dimaksimalkan di lereng bawah
lapangan yang menunjukkan nilai hingga dataran aluvial. Dengan
suhu tinggi pula yang sebesar 49,3 0 alternatif pemanfaatan lahan seperti
C di Desa Sugihwaras Kecamatan ini, maka masyarakat tidak akan
Ngancar. Nilai selisih antara data di dirugikan.
lapangan dan data citra merupakan Kajian suksesi vegetasi
suatu yang wajar karena perbedaan perpiksel dilakukan pada sampel
perekaman sensor satelit dan waktu ketiga radius lima Kilometer.
pengukuran. Proses pengukuran Dinamika suksesi vegetasi di radius
dilakukan sekitar jam 07.00 – 12.00 ini menunjukkan penurunan
WIB. Walaupun demikian hal yang kerapatan vegetasi pada tahun 2013
terpenting yang telah diketahui menuju tahun 2014 dengan nilai
adalah nilai suhu permukaan sama – 0,01. Hal tersebut karena pada
sama berada pada tingkat tinggi, tahun 2014 terjadi erupsi Gunungapi
sehingga terjadi fluktuasi yang cukup Kelud. Pada tahun 2014 menuju
besar pada kawasan terdampak tahun 2015 terjadi kenaikan
erupsi Gunungapi Kelud radius lima kerapatan vegetasi dengan nilai 0,1
kilometer. yang mengindikasikan telah terjadi
Suksesi primer berjalan relatif suksesi primer. Pada bulan basah
lambat karena kondisi suhu 2015 menuju bulan kering 2015
permukaan tidak konstan. Suhu terjadi penurunan kerapatan
permukaan atau tanah memberikan vegetasi yang disebabkan karena
pengaruh yang lebih nyata daripada pengaruh musim kering dengan nilai
suhu udara bagi pertumbuhan 0,06. Tahun 2016 bulan basah
tanaman. Suhu tanah terutama suhu terjadi peningkatan suksesi vegetasi
ekstrimnya akan mempengaruhi primer sebesar 0,1.
aktivitas perkecambahan, aktivitas Tahun 2016 bulan basah terjadi
akar, epidemik penyakit tanaman peningkatan suksesi vegetasi
dan sebagainya (Sudaryono, 2004). sekunder yang merupakan klimaks
Maka, kondisi ini menyebabkan dari proses suksesi di Kecamatan
suksesi vegetasi cenderung berjalan Ngleggok Kabupaten Blitar. Suksesi
lambat pada sampel ketiga radius vegetasi yang sampai pada kondisi
lima kilometer. Berdasarkan klimaks tersebut memiliki nilai indeks
dokumentasi pada hasil penelitian, vegetasi 0,89 dengan luasan 942
diketahui bahwa suhu yang tinggi ini Ha. Hal tersebut ditandai dengan
mempengaruhi proses suksesi vegetasi yang tahan terhadap
primer pada tanaman keras yang perubahan lingkungan sekitar.
berada pada lereng atas Gunungapi Dinamika suksesi vegetasi
Kelud. mengalami kenaikan dan
Pemanfaatan lahan di sekitar penurunan. Maka, perlu adanya
Gunungapi Kelud lebih dominan upaya dalam mendukung kenaikan
pada sektor pertanian dan suksesi vegetasi, terutama pada
perkebunan. Pemanfaatan lahan radius lima kilometer. Suksesi primer
pertanian dapat dilihat pada lereng dominan terjadi pada igir-igir hulu
atas hingga dataran aluvial sungai. Hal ini karena aliran lahar
Gunungapi Kelud (Rahmadana, hujan yang mengalir hanya melewati
2014). Upaya pemanfaatan lahan jalur igir sungai. Pada punggung
yang baik untuk perkembangan lereng atas kurang ada proses
kondisi lahan dapat dimulai dari suksesi. Kondisi ini karena terjadinya

Jurnal Media Komunikasi Geografi 14


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

degradasi lahan yakni lahan yang menjadi lebih cepat pada radius lima
terlalu kering. Intensitas hujan yang kilometer. Meskipun suhu
relatif tinggi pada bulan basah, permukaan yang tinggi pada Desa
sebaiknya Perhutani mulai Sugihwaras Kecamatan Ngancar
merencanakan untuk membuat pada tahun 2016 hanya meliputi
penampung air hujan. Air hujan yang luasan 230 Ha, tetapi kondisi ini
tertampung selanjutnya digunakan perlu untuk diupayakan kondisi
untuk pengairan lereng atas yang konstannya. Hal tersebut karena
telah ditanami tanaman keras. mengingat lahan yang berada pada
Penanaman tanaman keras hanya pusat perbukitan yang berkembang
pada batas lereng atas sampai ini menjadi tumpuhan mata
bawah. Pada bagian lereng atas pencaharian masyarakat yang
dengan gradien kemiringan besar dominan berkebun. Sehingga,
dan puncak Gunungapi Kelud hanya kondisi perkembangan lahan penting
diupayakan pelestarian dengan untuk diperhatikan.
tanaman keras yang ada di Upaya Perhutani dalam
bawahnya. Hal ini dimaksudkan mengatasi gradasi suhu untuk
untuk mencegah adanya bahaya peningkatan proses suksesi vegetasi
longsoran pada tanah tebing. dapat dimulai dari penanaman
Dengan upaya ini, diharapkan tanaman keras di lereng atas dan
periode krisis vegetasi akan dapat sekitar daerah perubahan gradien
teratasi. kemiringan lereng, rekahan, kekar,
Sebelum erupsi gunungapi sesar yang secara morfologis
Kelud jenis vegetasi / tanaman keras merupakan bagian dari lembah
yang mendominasi jenis pohon perbukitan yang berkembang (Sari,
Kaliandra dan Pinus. Sehingga 2013). Koordinat pada lereng atas
untuk mengatasi degradasi lahan gunungapi Kelud yang memerlukan
yang pasca erupsi gunungapi Kelud penanaman tanaman keras yakni
dapat memilih jenis tanaman pada koordinat 49 M 0641939
tersebut yang mudah beradaptasi 9123036. Pada koordinat tersebut
oleh kondisi lingkungan gunungapi memiliki suhu permukaan tinggi
Kelud. sebesar 39,1oC dan berada pada
Pada penelitian ini menunjukkan perubahan kemiringan lereng tidak
suksesi vegetasi berlangsung relatif terlalu besar serta memiliki
cepat bila suhu permukaan berada kenampakan perbukitan yang
pada tingkat sedang. Hal ini berkembang. Keberhasilan proses
dibuktikan pada peta sebaran suksesi vegetasi dapat melihat
spasial kerapatan vegetasi dan suhu indeks vegetasi tahun 2013,
permukaan dengan kerapatan sehingga acuan penambahan indeks
vegetasi sedang berada pada suhu vegetasi pada sampel ketiga di
sedang pada luasan 40.364 Ha. Kecamatan Ngancar sebesar 0,24.
Pada pengukuran lapangan sampel Penelitian ini menunjukkan
ketiga radius lima kilometer tahun bahwa pada 10 Juni 2013 - 04
2016 didapatkan suksesi primer Januari 2014 kerapatan vegetasi di
dengan kerapatan yang jarang. Hal kawasan terdampak erupsi
ini dikarenakan data tersebut dapat Gunungapi Kelud radius 10
diketahui bahwa nilai gradasi suhu kilometer memiliki nilai indeks
cukup tinggi yakni tidak berada pada vegetasi 0,64 – 0,34. Pada 17
kelas sedang, tetapi berada pada Februari 2014 dinamika suksesi
suhu permukaan tingkat tinggi. vegetasi di kawasan terdampak
Maka, perlu adanya tindakan dari erupsi Gunungapi Kelud mengalami
Perhutani agar gradasi suhu menjadi penurunan dengan nilai indeks
kecil dan proses suksesi primer vegetasi antara 0,52 – 0,01. Pada

Jurnal Media Komunikasi Geografi 15


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

tahun 2014 menuju tahun 2015 indeks vegetasi agar kembali


terjadi kenaikan suksesi vegetasi pada kondisi sebelum erupsi
dengan nilai 0,89 – 0,1. Dapat pada sampel ketiga di Desa
dikatakan telah terjadi suksesi Sugihwaras Kecamatan
primer maupun sekunder. Pada Ngancar sebesar 0,24.
bulan basah 2015 menuju bulan
kering 2015 terjadi penurunan Daftar Rujukan
dinamika suksesi vegetasi yang Andrian. et.al. 2014. Pengaruh
disebabkan karena pengaruh musim Ketinggian Tempat dan
kemarau dengan nilai 0,7 – 0,06. Kemiringan Lereng Terhadap
Tahun 2016 bulan basah terjadi Produksi Karet (Hevea
peningkatan suksesi vegetasi yang Brasiliensis Muell Arg) di
merupakan klimaks dari proses Kebun Hapesong PTPN III
suksesi sekunder di Desa Tapanuli Selatan. Jurnal
Sumberasri Kecamatan Ngleggok Online Agroekoteknologi.
dengan nilai 0,89. Dinamika suksesi ISSN No. 2337-6597. Vol 02
vegetasi belum berjalan maksimal No 03: 981-989 Juni 2014.
pada radius lima kilometer dengan
nilai 0,1 di Desa Sugihwaras Arrofiqoh, E. A. 2014. Pemantauan
Kecamatan Ngancar. Kawasan Sabuk Hijau Waduk
Wadaslintang Menggunakan
SIMPULAN Citra Satelit Landsat 8. Jurnal
1. Penelitian ini menunjukkan Jurusan Teknik Geodesi FT,
suksesi vegetasi berlangsung Universitas Gadjah Mada,
relatif cepat bila suhu Yogyakarta.
permukaan berada pada tingkat
sedang. Hal ini dibuktikan Fauzi, Achmad. 2008. Kesesuaian
dengan kerapatan vegetasi Tanaman Karet (Hevea
sedang berada pada suhu Brasiliensis) Berdasarkan
sedang dengan luasan 40.364 Aspek Agroklimat di Sulawesi
Ha. Tenggara. Bogor: Institut
2. Dinamika suksesi vegetasi Pertanian Bogor.
belum berjalan maksimal pada
Jiyah. 2015. Klasifikasi Kerapatan
radius lima kilometer dengan
nilai 0,1 di Desa Sugihwaras Vegetasi dan Suhu
Kecamatan Ngancar. Permukaan di Kabupaten
Magelang Menggunakan
SARAN Citra Landsat 5 dan Landsat
1. Perhutani dapat memulai upaya 8 Dengan Menggunakan
peningkatan proses suksesi ENVI 5.1. Semarang:
vegetasi di kawasan gunungapi Universitas Diponegoro.
Kelud pada radius lima Jordan, C. F. 1995. Nutrient Cycling
kilometer dengan penanaman in Tropical Ecosystem. John
tanaman keras. Jenis tanaman Willey and Sons, New York.\
keras yakni Kaliandra dan Pinus
yang dapat ditanam pada pada Jumransyah, et.al. 2007. Pendugaan
koordinat 49 M 0641939 Struktur Bawah Permukaan
9123036. Gunung Api Kelud
2. Keberhasilan proses suksesi Berdasarkan Survei Gaya
vegetasi radius lima kilometer Berat. Malang: Universitas
dapat melihat indeks vegetasi Brawijaya.
pada 04 Januari 2014, sehingga
acuan upaya penambahan

Jurnal Media Komunikasi Geografi 16


ISSN 0216-8138 Vol. 17, Nomor 1, Juni 2016

Kartasapoetra, A.G. 2010. Teknologi


Konservasi Tanah dan Air.
Jakarta: Rineka Cipta.

Khomarudin, Rokhis. 2004. Aplikasi


Penginderaan Jauh Untuk
Menduga Unsur Iklim dan
Produktivitas Tanaman
Hutan. Jurnal Warta Lapan.
Volume 06 Nomor 02
Desember 2004: 56-61.

Larashati, Inge. 2008.


Keanekaragaman Tumbuhan
dan Populasinya di Gunung
Kelud Jawa Timur. Jurnal
Biodiversitas. Volume 5
Nomor 2 ISSN: 1412-033X

Lillesand, et.al. 1990. Penginderaan


Jauh dan Interpretasi Citra.
Yoyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Mukhtar, Abdulah Syarief. Et.al.


2012. Keadaan Suksesi
Tumbuhan pada Kawasan
Bekas Tambang Batu Bara di
Kalimantan Timur. Jurnal
Pusat Litbang Konservasi
dan Rehabilitasi. Diterima 31
Juli 2012; Disetujui 11
Desember 2012.

Pemerintah Kabupaten Kediri. 2013.


Kondisi Geografi Kabupaten
Kediri. (Online).
(http://bappeda.jatimprov.go.i
d/bappeda/wp-
content/uploads/ potensi-kab-
kota-2013/kab-kediri-
2013.pdf). Diakses 02
Februari 2016.

Wardhani, Puspita Indra. et.al. 2014.


Socio-Economic Impact of
the 2014 Kelud Volcano
Eruption on the Comunity.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Media Komunikasi Geografi 17

You might also like