You are on page 1of 10

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN, BIOMASA, DAN POTENSI

KANDUNGAN KARBON HUTAN MANGROVE DI TAMAN NASIONAL


ALAS PURWO (Composition and Structure, Biomass, and Potential of Carbon Content
In Mangrove Forest At National Park Alas Purwo)*

Oleh/By :
N.M. Heriyanto dan/and Endro Subiandono1
1
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi
Jalan Gunung Batu No. 5, Kotak Pos 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax. 0251-8638111 - Bogor
e-mail: nurmheriyanto88@yahoo.com

*Diterima: 10 Agustus 2011; Disetujui: 16 Maret 2012

ABSTRACT

The study was conducted from April to May 2011 and aimed to obtain information about the diversity, stand
structure and carbon content of mangrove forests, the Resort Bedul Alas Purwo National Park, East Java.
The plot is made in three different places repeated in three times and the size of the sub-plots was 10m x 10m.
The results showed that in nine miles along the riverine mangrove, it was recorded thirteen types of
vegetation, namely, Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata Blume, Bruguiera gymnorhyza (L)
Savigny, Bruguiera cylindrica W.et.A., Avicennia marina L, Avicennia officinalis L., Cordia bantamensis
Blume, Xylocarpus molucensis L., Xylocarpus granatum Koen., Heritiera littoralis Dryand. Aiton., Sonneratia
alba Griff., Sonneratia caseolaris (L) Engl., and Luminitzera littorea Voigl. Four types of stands are
dominant namely: B. cylindrica with a density of 1,367 trees/ha, R. mucronata with a density of 1,033
trees/ha, A. officinalis with a density of 167 trees/ha and X. moluccensis density 167 trees/ha. Seedling stage
are dominated by R. mucronata with the density of 2,500 stems/ha, while for the sapling stage on all the plots
are not encountered. Biomass and carbon content at the sites are dominated by R. mucronata of 117,89
tonnes/ha (58.94 tonnes C/ha, the carbon dioxide uptake of 216,93 tons CO2/ha), and by of B. cylindrica
63.55 tons/ha (31.77 tonnes C/ha equivalent CO2/ha 116,59). A. officinalis 18.99 tonnes/ha (9.49 ton C/ha
equivalent 34.83 CO2/ha), and X. moluccensis of 6.92 tonnes/ha (3.46 ton C/ha equivalent 12.70 CO2/ha).
Key words: Mangrove, biomass, carbon, diversity

ABSTRAK

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2011 bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
keragaman, jenis, struktur tegakan dan kandungan karbon pada hutan mangrove, di Resort Bedul Taman
Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Plot dibuat di tiga tempat diulang tiga kali, ukuran sub plot 10m x 10m.
Hasil penelitian menunjukkan pada sepanjang sembilan km riverine mangrove tercatat 13 jenis yaitu,
Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata Blume, Bruguiera gymnorhyza (L). Savigny, Bruguiera
cylindrica W.et.A., Avicennia marina L., Avicennia officinalis L., Cordia bantamensis Blume, Xylocarpus
molucensis L., Xylocarpus granatum Koen., Heritiera littoralis Dryand. Aiton., Sonneratia alba Griff.,
Sonneratia caseolaris (L) Engl., dan Luminitzera littorea Voigl. Empat jenis mendominasi tegakan yaitu: B.
cylindrica, dengan kerapatan 1367 pohon/ha, R. mucronata dengan kerapatan 1.033 pohon/ha, A. officinalis,
dengan kerapatan 167 pohon/ha dan X. moluccensis, kerapatannya 167 pohon/ha. Tingkat semai didominir
oleh jenis R. mucronata dengan kerapatan sebesar 2.500 batang/ha, sedangkan untuk tingkat belta pada
semua plot tidak dijumpai. Biomasa dan kandungan karbon di lokasi penelitian didominir oleh jenis R.
mucronata sebesar 217,22 ton/ha (108,61 ton C/ha, serapan karbon dioksidanya sebesar 398,60 ton CO2/ha),
dan jenis B. cylindrica sebesar 115,66 ton/ha (57,83 ton C/ha setara 212,24 CO2/ha). Jenis A. officinalis
sebesar 18,99 ton/ha (9,49 ton C/ha setara 34,83 CO2/ha), dan jenis X. Moluccensis sebesar 6,92 ton/ha
(3,46 ton C/ha setara 12,70 CO2/ha).
Kata kunci: Mangrove, biomasa, karbon, keragaman jenis

23
Vol. 9 No.1 : 023-032, 2012

I. PENDAHULUAN Sathaye, Canel dan Kauppi,1996), yang


Kawasan hutan mangrove selain ber- sinergis dengan fungsi sosial dan nilai
fungsi secara fisik sebagai penahan abrasi ekonomi hutan. Rosot karbondioksida
pantai, sebagai fungsi biologinya mang- berhubungan erat dengan biomasa tegak-
rove menjadi penyedia bahan makanan an. Jumlah biomasa suatu kawasan diper-
bagi kehidupan manusia terutama ikan, oleh dari produksi dan kerapatan biomasa
udang, kerang dan kepiting, serta sumber yang diduga dari pengukuran diameter,
energi bagi kehidupan di pantai seperti tinggi, berat jenis dan kepadatan setiap
plankton, nekton dan algae. Menurut jenis pohon. Biomasa dan rosot karbon
Supriharyono (2000), terdapat 38 jenis pada hutan tropis merupakan jasa hutan
mangrove yang tumbuh di Indonesia, di- di luar potensi biofisik lainnya, dimana
antaranya yaitu marga Rhizophora, Bru- potensi biomasa hutan yang besar adalah
guiera, Avicennia, Sonneratia, Xylocar- penyerap dan penyimpan karbon guna pe-
pus, Barringtonia, Luminitzera dan Ceri- ngurangan kadar CO2 di udara. Manfaat
ops. Secara ekologis pemanfaatan hutan langsung dari pengelolaan hutan berupa
mangrove di daerah pantai yang tidak hasil kayu secara optimal hanya 4,1% se-
dikelola dengan baik akan menurunkan dangkan fungsi optimal dalam penye-
fungsi dari hutan mangrove itu sendiri rapan karbon mencapai 77,9% (Darus-
yang berdampak negatif terhadap potensi man, 2006).
biota dan fungsi ekosistem hutan lainnya Penelitian ini bertujuan memperoleh
sebagai habitat. informasi tentang keragaman jenis, po-
Hutan mangrove merupakan ekosis- tensi dan kandungan karbon hutan mang-
tem hutan dengan faktor fisik yang eks- rove di Taman Nasional Alas Purwo
trim, seperti habitat tergenang air dengan (TNAP), Jawa Timur. Diharapkan hasil
salinitas tinggi di pantai dan sungai de- penelitian ini dapat meningkatkan upaya
ngan kondisi tanah berlumpur. Ekosistem konservasi taman nasional melalui meka-
ini mempunyai fungsi fisik menjaga ke- nisme pembangunan bersih/Clean Deve-
stabilan pantai, penyerap polutan, habitat lopment Mechanism (CDM) dengan
burung (Bismark, 1986; Gunawan dan memberikan gambaran tentang fungsi
Anwar, 2004), pembenihan ikan, udang dan potensi tegakan hutan mangrove
dan biota laut pemakan plankton sebagai sebagai penyimpan karbon melalui sera-
fungsi biologi serta sebagai areal budida- pan karbondioksias (CO2) di udara.
ya ikan tambak, areal rekreasi dan sum-
ber kayu sebagai fungsi ekonomi (Anwar,
Damanik, Hisyam, dan Whitten, 1984). II. BAHAN DAN METODE
Ekosistem mangrove sebagaimana
ekosistem hutan lainnya memiliki peran A. Waktu dan Lokasi Penelitian
sebagai penyerap (rosot) karbondioksida Penelitian dilakukan pada bulan
(CO2) dari udara. Menurut International April sampai Mei 2011 di kawasan hutan
Panel on Climate Change/IPCC (2003) mangrove wilayah Seksi Bedul, TNAP.
sampai akhir tahun 1980 emisi karbon di Secara administratif pemerintahan, lokasi
dunia adalah sebesar 117 ± 35 G ton C ini terletak di Desa Sumber Asri, Keca-
(82-152 G ton C), akibat pembakaran fo- matan Purwoarjo, Kabupaten Banyuwa-
sil berupa bahan bakar minyak dan batu- ngi. Kondisi dan tutupan hutan mangrove
bara, alih fungsi hutan dan pembakaran di sekitar lokasi penelitian terlihat pada
hutan. Untuk mengatasi masalah tersebut Gambar 1. Kawasan TNAP dan sekitar-
peran hutan sebagai penyerap CO2 harus nya memiliki curah hujan yang tidak
ditingkatkan melalui sistem pengelolaan merata sepanjang tahun. Hari hujan ber-
hutan alam dan hutan tanaman (Brown, kisar dari tidak ada hari hujan hingga

24
Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa.…(N.M. Heriyanto; E. Subiandono)

lebih dari 15 hari hujan. Curah hujan ta- car) dan 2.147 mm (Glagah), masing-
hunan mencapai 1.079 mm (Tegaldlimo), masing dengan hari hujan sebanyak 55
1.491 mm (Purwoharjo), 1.554 mm (Mun- hari, 71 hari, 79 hari, dan 112 hari.

Gambar (Figure)1. Kondisi tutupan vegetasi hutan mangrove di Bedul, Taman Nasional Alas Purwo,
Jawa Timur (Mangrove forest coverage at Bedul, Alas Purwo National Park, East
Java) (Google earth, 2011).

Menurut sistem klasifikasi Schmidth hutan mangrove, meteran, phiband, alat


dan Ferguson (1951), daerah sekitar ukur tinggi pohon, gunting stek, karung,
TNAP memiliki tipe hujan sekitar D tali pengikat, plastik, spidol, alat tulis
(agak lembab) sampai E (agak kering). menulis, kamera, kalkulator, buku catatan
Secara umum, bulan basah terjadi pada dan komputer.
bulan Nopember sampai April, dan bulan
kering terjadi pada bulan Mei sampai Ok- C. Metode Penelitian
tober. Kisaran penyinaran matahari bu- Inventarisasi jenis mangrove dilaku-
lanan di Banyuwangi dan sekitarnya kan di tiga titik (lokasi) pada hutan mang-
adalah 52% (bulan Januari) hingga 89% rove di sepanjang Sungai Segoro Anak.
(bulan September), dengan rata-rata sebe- Titik I pada koordinat 08º37’12,4” LS dan
sar 75%. Suhu udara maksimum bulanan 114º20’17,3” BT, titik II pada koordinat
di Banyuwangi antara 31,2-34,5oC dan 08º36’34” LS dan 114º17’52,8” BT, dan
suhu udara minimumnya antara 20,7- titik III pada koordinat 08º37’59,40” LS
22,5oC, sedangkan suhu udara rata-rata dan 114º20’54,0” BT. Pada setiap titik
bulanan berkisar antara 25,9-28,2oC. lokasi dibuat tiga plot contoh ukuran 10 m
Fluktuasi kelembaban udara juga tergo- x10 m untuk inventarisasi pohon dan jarak
long kecil, yaitu berkisar antara 75-81%. antar plot 25 m, dalam plot tersebut dibuat
Arah angin terbanyak yang bertiup di sub plot ukuran 5 m x 5 m untuk inven-
daerah Banyuwangi adalah arah Selatan tarisasi tingkat belta, dan 2 m x 2 m untuk
dengan kecepatan antara 2,3-4,2 knot. inventarisasi tingkat semai. Semua jenis
pohon dan belta yang ada di dalam petak
B. Bahan dan Alat Penelitian dicatat jenisnya, diukur tinggi dan diame-
Bahan dan alat yang digunakan ternya, sedangkan semai/anakan dicatat
dalam penelitian ini meliputi : tegakan jenis dan jumlahnya.
25
Vol. 9 No.1 : 023-032, 2012

Hasil penelitian yang dilakukan Ba- kukan dengan menjumlahkan kerapatan


lai Taman Nasional Alas Purwo bekerja- relatif, frekuensi relatif, dan dominansi
sama dengan Fakultas Kehutanan Univer- relatif, sedangkan untuk semai dilakukan
sitas Gadjah Mada Yogyakarta, luas hu- dengan menjumlahkan kerapatan relatif
tan mangrove di lokasi penelitian antara dan frekuensi relatif (Kusmana, 1997).
750 ha sampai 800 ha, tingkat kerapatan-
nya rata-rata 15 pohon/25m2 (BTNAP, D. Analisis Data
2008). Petak pengambilan contoh terse- Kerapatan pohon per hektar di kon-
but diletakkan secara purposive sampling versi dari jumlah pohon yang tercatat
untuk mengetahui sebaran jenis, diame- dalam tiga contoh di setiap plot. Data dia-
ter, dan tinggi vegetasi mangrove. Penen- meter dan tinggi total digunakan untuk
tuan plot ini didasarkan pada kondisi menghitung volume tegakan dan pada pe-
tegakan zona Rhizophora, Bruguiera dan nelitian ini volume batang dibatasi tanpa
Avicennia, tiga genera yang mendominasi menghitung tajuk (cabang, ranting, daun,
tegakan mangrove di TNAP. bunga dan buah). Rumus yang digunakan
Penghitungan kandungan karbon pa- adalah sebagai berikut,
da pohon dilakukan tanpa melakukan V = 1/4. π.d2.t.f ..................... (1)
destructive sampling, tapi dengan meng-
gunakan metode IPCC (2003). Selan- dimana :
V = volume pohon (m3);
jutnya contoh vegetasi dari jenis yang di- Π = konstanta (3,14)
temukan dibuat herbarium dan diidenti- d = diameter pohon setinggi dada atau 20 cm
fikasi di Laboratorium Botani dan Eko- di atas akar jangkar (cm)
logi, Pusat Penelitian dan Pengembangan t = tinggi total (m) dan
Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor. f = angka bentuk pohon (0,6)
Kriteria vegetasi yang ditemukan Untuk menghitung biomasa diguna-
diklasifikasikan menurut Kartawinata et kan rumus:
al., (1976):
a. Pohon yaitu tumbuhan berkayu dengan Biomasa = volume pohon x kerapatan
kayu .............................. (2)
diameter setinggi dada (1,3 m) 10 cm.
Risalahnya diobservasi pada petak dimana kerapatan kayu untuk jenis:
berukuran 10 m x 10 m. Didata jenis, Rhizophora = 0,92; Bruguiera = 0,91; Avicennia =
0,74; Xylocarpus = 0,74
diameter dan tingginya.
b. Belta yaitu tumbuhan berkayu yang
Kandungan karbon dalam tumbuhan
mempunyai diameter setinggi dada
dihitung dengan menggunakan rumus
(1,3 m) antara dua cm sampai kurang
(Brown, 1997 dan International Panel on
dari 10 cm. Risalahnya diobservasi pa-
Climate Change/IPCC, 2003) :
da petak 5 m x 5 m, dibuat di dalam
petak 10 m x 10 m, didata jenis, dia- Kandungan Berat Kering
meter dan tingginya. = x 50% ......(3)
Karbon Tumbuhan
c. Semai yaitu permudaan mulai dari
dimana:
kecambah sampai tinggi 1,5 m; ukur- Berat kering = volume x kerapatan kayu
an petak 2 m x 2 m, dibuat di dalam
petak 5 m x 5 m. Didata jenis dan Pengitungan serapan karbondioksida (CO2)
jumlahnya. menggunakan rumus :
Untuk mengetahui struktur dan (CO2) = Mr.CO2/Ar. C (atau 3,67 x
komposisi jenis tumbuhan, maka pada kandungan karbon) ....................(4)
masing-masing plot dilakukan analisis Keterangan :
kerapatan, frekuensi dan dominasi untuk CO2 = serapan karbondioksia
setiap jenis tumbuhan. Perhitungan in- Mr = molekul relatif
deks nilai penting pohon dan belta dila- Ar = Atom relatif.
26
Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa.…(N.M. Heriyanto; E. Subiandono)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN tan mangrove Segoro Anak TNAP sepan-
jang sembilan kilometer riverine mang-
A. Komposisi Jenis dan Regenerasi rove tercatat 13 jenis pohon mangrove
yaitu: Rhizophora apiculata Blume, Rhi-
1. Komposisi Jenis
zophora mucronata Blume, Bruguiera
Hasil identifikasi jenis dan suku tum- gymnorhyza (L).Savigny, Bruguiera cy-
buhan di hutan alam mangrove TNAP, lindrica W.et.A., Avicennia marina L.,
tingkat pohon berdiameter ≥10 cm disaji- Avicennia officinalis L., Cordia banta-
kan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, dapat mensis Blume, Xylocarpus molucensis L.,
dikemukakan bahwa di hutan mangrove Xylocarpus granatum Koen., Heritiera
alam TNAP jumlah jenis dan jumlah su- littoralis Dryand. Aiton., Sonneratia alba
kunya sedikit maksimum empat jenis, Griff., Sonneratia caseolaris (L) Engl.,
jumlah pohon 33 individu per 300 m2 dan Luminitzera littorea Voigl., dengan
(1.100 pohon/ha). Hal ini disebabkan kondisi tegakan seperti pada Gambar 2.
tumbuhan yang dapat tumbuh pada kon-
disi tanah lumpur sangat sedikit.
2. Regenerasi
Tabel (Table) 1. Jumlah pohon dan jumlah suku Regenerasi merupakan fenomena alam
dalam plot 300 m2 di TNAP (Number of trees and dimana pohon yang muda akan menggan-
family in plots 300 m2 in APNP)
tikan pohon dewasa karena sesuatu sebab,
Jumlah Jumlah Jumlah misalnya ditebang, terbakar, tumbang
Lokasi jenis pohon suku (bencana alam) atau mati secara fisiologis.
(Location) (Number of (Number (Number
species) of trees) of family) Adapun regenerasi jenis tumbuhan di hu-
Plot I 3 26 3 tan mangrove disajikan pada Tabel 2.
Plot II 4 23 3 Pada Tabel 2, jenis yang mendominasi di
Plot III 2 33 2 lokasi penelitian untuk tingkat pohon
yaitu B. cylindrica denganINP 124,1%
Di lokasi penelitian ini, hutan alam dan tingkat semai yaitu jenis R. mucrona-
primer mangrove didominasi oleh empat ta dengan INP sebesar 110,0%, sedang-
jenis yaitu: Rhizophora mucronata Blu- kan untuk tingkat belta pada semua plot
me, Bruguiera cylindrica W.et.A., Avi- tidak terdapat, hal ini menunjukkan kalau
cennia officinalis L. dan Xylocarpus regenerasi di hutan mangrove TNAP ti-
moluccensis L. dak sempurna dan cenderung mengelom-
Berdasarkan identifikasi jenis di hu- pok per jenis.
tan mangrove Segoro Anak TNAP sepan-

Gambar (Figure) 2. Keadaan tegakan R. mucronata dan B. cylindrica di Bedul, TNAP (Standing stock R.
mucronata and B. cylindrica in Bedul, APNP)
27
Vol. 9 No.1 : 023-032, 2012

Fenomena ini menandakan bahwa mukan anakan/semai, akan tetapi di ping-


apabila terjadi kerusakan hutan pada ting- gir sungai terdapat anakan jenis ini, hal
kat pohon maka tidak ada regenerasi di ini diduga buah/biji Avicennia yang jatuh
tingkat belta/sapling. Untuk jenis Avicen- dari pohon induk terbawa ke tepi sungai.
nia dalam sembilan sub plot tidak dite-

Tabel (Table) 2. Regenerasi di hutan alam mangrove di TNAP (Regeneration in natural mangrove forests in
APNP)
Jenis dan tingkat pertumbuhan Kerapatan Luas bidang dasar INP
(Species and growth rate) (Density) (n/ha) (Basal area) (m2/ha) (IVI) (%)
Pohon/Tree :
R. mucronata 1.033 50,37 123,6
B. cylindrica 1.367 36,20 124,1
A. officinalis 167 9,82 26,4
X. moluccensis 167 4,03 25,9
Belta/Sapling :
R. mucronata - - -
B. cylindrica - - -
A. officinalis - - -
X. moluccensis - - -
Semai/Seedling:
R. mucronata 2.500 - 110,0
B. cylindrica 1.111 - 51,7
A. officinalis - - -
X. moluccensis 555 - 38,3

B. Struktur Tegakan jukkan karakteristik yang demikian, se-


Struktur tegakan hutan adalah sebaran hingga dapat dikatakan hutan tersebut
individu tumbuhan dalam lapisan tajuk masih normal.
(Richard, 1964 dalam Bustomi et al., Dalam suksesi hutan selalu terjadi
2006) dan dapat diartikan sebagai sebaran perubahan dari waktu ke waktu. Perubah-
pohon per satuan luas dalam berbagai ke- an struktur tegakan tersebut kemungkinan
las diameternya (Meyer et al., 1961 dalam karena adanya perbedaan kemampuan po-
Bustomi et al., 2006). Secara keseluruhan hon dalam memanfaatkan energi matahari,
struktur tegakan pohon adalah hubungan unsur hara/mineral dan air, serta sifat
antara banyaknya pohon dengan kelas kompetisi. Oleh karena itu susunan pohon
diameter dalam plot penelitian, sebaran di dalam tegakan hutan akan membentuk
pohon dengan kelas diameter 10-19 cm, sebaran kelas diameter yang bervariasi
20-29 cm, 30-39 cm dan diameter 40 cm (Ewusie, 1980).
di lokasi penelitian disajikan pada Gam- Jenis pohon hutan mangrove alam di
bar 2. Struktur tegakan hutan di lokasi TNAP didominasi oleh Rhizophora mu-
penelitian menunjukkan jumlah pohon cronata Blume dan Bruguiera cylindrica
yang semakin berkurang dari kelas dia- W.et.A. Dengan demikian dapat dikata-
meter kecil ke kelas diameter besar, se- kan bahwa ke dua jenis ini yang paling
hingga bentuk kurva pada umumnya dici- baik dalam memanfaatkan enegi mataha-
rikan oleh jumlah sebarannya menyerupai ri, unsur hara/mineral dan air serta sifat
huruf “J” terbalik. Secara umum struktur kompetisi.
tegakan hutan di lokasi penelitian menun-

28
Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa.…(N.M. Heriyanto; E. Subiandono)

Gambar (Figure) 1. Struktur tegakan berdasarkan hubungan antara kelas diameter dengan jumlah pohon di
lokasi penleitian (Forest stand structure based on relationship between diameter class
with number of trees at research location)

C. Biomasa dan Kandungan Karbon me batang dengan kerapatan kayu mang-


Biomasa dapat dibedakan ke dalam rove. Biomasa dan kandungan karbon di
dua kategori, yaitu biomasa di atas tanah lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.
(batang, cabang, ranting, daun, bunga dan Pada Tabel 3, secara umum jenis R.
buah) dan biomasa di dalam tanah (akar). mucronata tertinggi biomasanya, diikuti
Pada penelitian ini pengukuran biomasa jenis B. cylindrica. Kerapatan, kandungan
mangrove dilakukan pada bagian di atas karbon dan serapan CO2 oleh masing-
tanah. Kusmana et al. (1992) menyatakan masing jenis mangrove disajikan pada
bahwa, besarnya biomasa ditentukan oleh Tabel 4.
diameter, tinggi tanaman, kerapatan kayu Biomasa jenis R. mucronata cukup
dan kesuburan tanah. tinggi yaitu sebesar 217,22 ton/ha (setara
Kandungan karbon pada tanaman 108,61 ton C/ha atau 398,60 ton CO2/ha).
menggambarkan berapa besar tanaman Dibanding dengan biomasa hutan
tersebut dapat mengikat CO2 dari udara. mangrove Merbok sebesar 245 ton/ha dan
Sebagian karbon akan menjadi energi un- dalam pengelolaan yang intensif biomasa
tuk proses fisiologi tanaman dan sebagian mencapai 300 ton/ha (Anwar et al.,1984).
masuk ke dalam struktur tumbuhan dan Biomasa hutan mangrove Siberut 49,13
menjadi bagian dari tumbuhan, misalnya ton/ha (Bismark et al., 2008), dan besar-
selulosa yang tersimpan pada batang, nya biomasa di hutan alam sekunder mu-
akar, ranting dan daun. da dengan kerapatan sedang 54,34 ton/ha
Berdasarkan asumsi (rumus) Brown dengan potensi karbon 27,18 ton C/ha
(1997) dan IPCC (2003), yang menyata- atau setara dengan 102,31 ton CO2/ha
kan bahwa 45-50% bahan kering tanaman (Heriyanto dan Siregar, 2007). Penelitian
terdiri dari kandungan karbon. Dharmawan dan Siregar (2008), biomasa
Dalam penelitian ini pengukuran bio- dan kandungan karbon mangrove total di
masa dan kandungan karbon mangrove Ciasem, Jawa Barat sebesar 364,9 ton/ha
tidak dilakukan destructive sampling, me- dan kandungan karbon sebesar 182,5 ton
lainkan menggunakan pendekatan volu- C/ha setara dengan 669 ton CO2/ha.
29
Vol. 9 No.1 : 023-032, 2012

Tabel (Table) 3. Biomasa dan kandungan karbon hutan mangrove di Bedul, TNAP, Jawa Timur (Biomass
and carbon content mangrove forest in Bedul TNAP, East Java)

Jumlah pohon Biomasa


Jenis (Species) Volume (m3/ha)
(Number of trees) (per ha) (Biomass) (ton/ha)

R. mucronata 1033 236,11 217,22


B. cylindrica 1367 127,1 115,66
A. officinalis 167 25,67 18,99
X. moluccensis 167 9,35 6,92

Tabel (Table) 4. Potensi dan serapan CO2 hutan mangrove di Resort Bedul TNAP, Jawa Timur (Potency
and CO2 sequestration equivalent of mangrove forest in Bedul TNAP, East Java)
Kandungan
Rata-rata Rata-rata Serapan
Kerapatan karbon
diameter tinggi Karbondioksida
Jenis (Species) (Density) (Carbon
(Diameter (Height (Carbondioxide)
(ha) content)
average) (cm) average) (m) (ton CO2/ha)
(ton C/ha)
R. mucronata 1033 24,03 21,31 108,61 398,60
B. cylindrica 1367 17,36 16,39 57,83 212,24
A. officinalis 167 26,4 12,6 9,49 34,83
X. moluccensis 167 17,2 12,2 3,46 12,70

Hutan mangrove memiliki potensi fase pertumbuhan) mampu menyerap le-


besar dalam menyerap karbon. Hal ini bih banyak CO2, sedangkan hutan dewasa
didasarkan pada nilai produksi bersih dengan pertumbuhan yang kecil menahan
yang dapat dihasilkan oleh hutan mang- dan menyimpan persediaan karbon tetapi
rove sebagai berikut: biomasa total (62,9- tidak dapat menyerap CO2 ekstra (Retno-
398,8 ton/ha), guguran serasah (5,8-25,8 wati, 1998).
ton/ha/tahun), dan riap volume (9 m3/ha/
tahun) pada tegakan hutan mangrove
umur 20 tahun (Kusmana, 2002). Dengan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
demikian hasil penelitian biomasa jenis
R. mucronata di TNAP termasuk tinggi A. Kesimpulan
yaitu sebesar 217,22 ton/ha. Biomasa 1. Hutan riverine mangrove sepanjang
dalam penelitian ini yang diukur hanya sembilan kilometer di Sungai Sego-
bagian atas tanah (batang), sedangkan ro Anak Taman Nasional Alas Pur-
bagian tajuk dan akar tidak dilakukan wo ditumbuhi oleh 13 jenis pohon
pengukuran. mangrove, yaitu: Rhizophora apicu-
Pertumbuhan pohon melalui hasil lata Blume, Rhizophora mucronata
fotosintesis kemudian digunakan oleh Blume, Bruguiera gymnorhyza (L).
tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan Savigny, Bruguiera cylindrica W.et.A.,
ke arah horisontal dan vertikal. Oleh ka- Avicennia marina L., Avicennia offi-
rena itu, semakin besarnya diameter dise- cinalis L., Cordia bantamensis Blu-
babkan oleh penyimpanan biomasa hasil me, Xylocarpus molucensis L., Xylo-
konversi CO2 yang semakin bertambah carpus granatum Koen., Heritiera
besar seiring dengan semakin banyaknya littoralis Dryand. Aiton., Sonneratia
CO2 yang diserap pohon tersebut. Secara alba Griff., Sonneratia caseolaris
umum hutan dengan net growth (terutama (L) Engl., dan Luminitzera littorea
pohon-pohon yang sedang berada dalam Voigl.
30
Komposisi dan Struktur Tegakan, Biomasa.…(N.M. Heriyanto; E. Subiandono)

2. Hutan alam primer mangrove di lokasi Bismark, M. 1994. Ekologi makan dan
penelitian tingkat pohon didominasi perilaku bekantan (Nasalis larva-
oleh empat jenis yaitu: B. cylindrica tus) di hutan bakau Taman Nasional
dengan kerapatan 1367 pohon/ha, R. Kutai, Kalimantan Timur. Disertasi,
mucronata dengan kerapatan 1.033 IPB. Tidak diterbitkan.
pohon/ha, A. officinalis dengan kera- Bismark, M., N.M. Heriyanto dan S.
patan 167 pohon/ha dan X. moluc- Iskandar. 2008. Keragaman dan po-
censis kerapatannya 167 pohon/ha. tensi jenis serta kandungan karbon
Tingkat semai didominir oleh jenis R. hutan mangrove Sungai Subelen
mucronata dengan kerapatan 2.500 Siberut, Sumatera Barat. Jurnal
batang/ha, sedangkan untuk tingkat Penelitian Hutan dan Konservasi
belta pada semua plot tidak terdapat. Alam, V(3):297-306. Bogor.
3. Biomasa dan kandungan karbon di Brown, S., J. Sathaye., M. Canel and P.
lokasi penelitian didominir oleh jenis Kauppi. 1996. Mitigation of carbon
R. mucronata sebesar 217,22 ton/ha emission to the atmosphere by
(108,61 ton C/ha setara 398,60 ton forest management, Commonwealth
CO2/ha), diikuti oleh jenis B. cylindri- Forestry Review 75:80-91.
ca sebesar 115,66 ton/ha (57,83 ton Brown, S. 1997. Estimating biomass and
C/ha setara 212,24 CO2/ha); jenis A. biomass change of tropical forest. A
officinalis sebesar 18,99 ton/ha (9,49 primer, FAO. Forestry paper No.
ton C/ha setara 34,83 CO2/ha), dan 134. FAO, USA.
jenis X. moluccensis sebesar 6,92 Bustomi, S., Wahjono, D. dan Heriyanto,
ton/ha (3,46 ton C/ha setara 12,70 N. M. 2006. Klasifikasi potensi te-
CO2/ha). gakan hutan alam berdasarkan citra
satelit di Kelompok Hutan Sungai
B. Saran
Bomberai - Sungai Besiri di Kabu-
Suksesi pada hutan alam mangrove
paten Fakfak, Papua. Jurnal Pene-
di TNAP tidak lengkap yaitu tidak ter-
litian Hutan dan Konservasi Alam,
dapat/sedikit permudaan tingkat belta,
III(4):437-458.
sehingga apabila terjadi kematian atau
Darusman, D. 2006. Pengembangan
kerusakan pada tingkat pohon tidak ada
potensi nilai ekonomi hutan di
yang menggantikan, sehingga hutan ini
dalam restorasi ekosistem. Jakarta
perlu ditingkatkan perlindungannya.
(unpublished).
Dharmawan, I. W. S dan C. A. Siregar.
DAFTAR PUSTAKA 2008. Karbon tanah dan pendugaan
karbon tegakan Avicennia marina
Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam dan (Forsk.) Vierh. Di Ciasem, Purwa-
A.J. Whitten. 1984. Ekologi ekosis- karta. Jurnal Penelitian Hutan dan
tem Sumatera. Gadjah Mada Uni- Konservasi Alam, V(4):317-328.
versity Press, Yogyakarta. Ewusie, J.Y. 1980. Pengantar ekologi
tropika. Terjemahan, ITB-Press.
Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2008.
Bandung.
Buku informasi Taman Nasional
Google Earth. 2011. Peta digital Pulau
Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa
Siberut. Image 2011 Terra Metrics.
Timur. Tidak diterbitkan.
WWW.Google.com. Diakses tang-
Bismark, M. 1986. Keragaman jenis
gal 3 Juni 2011, pukul 8.20 wib.
burung di hutan bakau Taman
Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004.
Nasional Kutai. Bul. Pen. Hutan
Keanekaragaman jenis burung
482:11-22.
mangrove di Taman Nasional Rawa

31
Vol. 9 No.1 : 023-032, 2012

Aopa Watumohai, Sulawesi Teng- Tropics I(4):143-257.


gara. Jurnal Penelitian Hutan dan Kusmana, C. 2002. Pengelolaan ekosis-
Konservasi Alam I(3):294-308. tem mangrove secara berkelanjutan
Heriyanto, N.M. dan C.A. Siregar. 2007. dan berbasis masyarakat. Makalah
Keragaman jenis dan konservasi disampaikan pada Lokakarya Nasi-
karbon pada hutan sekunder muda onal Pengelolaan Ekosistem Mang-
di Maribaya. Info Hutan IV(3):283- rove di Jakarta, 6-7 Agustus2002.
291. Pusat Litbang Hutan dan [www.dephut.go.id/informasi/setjen/Puss
Konservasi Alam. Bogor tan/Info_VI02/VII_VI02.htm,03/08/
International Panel on Climate Change. 2005 pk 11.42].
2003. IPPC guidelines for nation Retnowati, E. 1998. Kontribusi hutan
greenhouse inventories : Reference tanaman Eucalyptus grandis Mai-
manual IPCC. den sebagai rosot karbon di Tapa-
Kartawinata, K., S. Soenarko., IGM. Tan- nuli Utara. Buletin Penelitian Hutan
tra dan T. Samingan. 1976. Pedo- No. 611. Bogor.
man inventarisasi flora dan ekosis- Schmidt, F.G. and J.H.A. Ferguson.
tem. Direktorat Perlindungan dan 1951. Rainfall types on wet and dry
Pengawetan Alam, Bogor. period ratios for Indonesia western
Kusmana, C. 1997. Metode survei New Guinea. Verhandel. Dit. Mete-
vegetasi. IPB Press. Bogor. orologi dan Geofisika. Djakarta.
Kusmana, C., S. Sabiham., K. Abe and H. Supriharyono, 2000. Pelestarian dan
Watanabe. 1992. An estimation of pengelolaan sumber daya alam
above ground tree biomass of a wilayah pesisir tropis. Gramedia.
mangrove forest in East Sumatera. Pustaka. Jakarta.
Tropics I(4):143-257.

32

You might also like