You are on page 1of 10

Widiya Dewi A dan Yudistira Arya S: Pengaruh Entrepreneurship, Business........................................

83

PENGARUH ENTREPRENEURSHIP, BUSINESS COACHING,


MENTORING DAN KOMUNITAS KREATIF TERHADAP KINERJA
INDUSTRI KREATIF (Studi pada Industri Kreatif yang Tergabung dalam
Malang Creative Fusion)
Widiya Dewi Anjaningrum
Yudistira Arya Sapoetra

Abstract:
This study aims to determine the influence of entrepreneurship, business coaching, mentoring and
creative communities both simultaneously and partially to the creative industries performance.
Entrepreneurship is reflected by the instrumental, prestigious, sociable, takeover, self-sufficiency, hard work,
self-confidence, innovative, leadership, action oriented, simple thinking and focus on effort. While business
coaching and mentoring is reflected by the forms of training and coaching activities provided by the government
and others, the frequency of training and coaching, the duration of assessment and implementation. While the
creative community is measured on four aspects, that are, the nature, membership, way of working and
relationships with other communities. Performance is indicated by customer growth rate, customer satisfaction
level, customer satisfaction level, number of new products, level of job satisfaction and productivity level.
Collecting data is done through direct survey to the research object, the creative industry actors who are
members of MCF (Malang Creative Fusion). The results show that entrepreneurship, business coaching,
mentoring and creative community have simultaneously influence to the creative industries performance. Also,
that four independent variables, partially, has positive significant influence to the creative industries
performance. So, in order to achieve optimal creative industry performance, it is expected that entrepreneurship
in each creative industry actors, collaboration and synergy of quadruple helix are improved.
Kata Kunci: Industri Kreatif, Entrepreneurship, Business Coaching, Mentoring, Komunitas Kreatif, Kinerja
Industri Kreatif, MCF
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kewiraswastaan, pembinaan bisnis, pendampingan
dan komunitas kreatif baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja industri kreatif. Kewirausahaan
direfleksikan melalui swadaya, prestisius, bersosialisasi, swadaya, swasembada, kerja keras, percaya diri,
inovatif, kepemimpinan, berorientasi pada tindakan, berpikir sederhana dan fokus pada usaha. Sementara
pembinaan dan pendampingan bisnis tercermin dari bentuk kegiatan pelatihan dan pembinaan yang diberikan
oleh pemerintah dan pihak lain, frekuensi pelatihan dan pembinaan, lamanya penilaian dan pelaksanaannya.
Sedangkan komunitas kreatif diukur pada empat aspek, yaitu sifat, keanggotaan, cara kerja dan hubungan
dengan masyarakat lain. Kinerja ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan pelanggan, tingkat kepuasan
pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, jumlah produk baru, tingkat kepuasan kerja dan tingkat produktivitas.
Mengumpulkan data dilakukan melalui survei langsung ke objek penelitian, pelaku industri kreatif yang
tergabung dalam MCF (Malang Creative Fusion).
Hasilnya menunjukkan bahwa kewirausahaan, pembinaan bisnis, pendampingan dan komunitas kreatif
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja industri kreatif. Selain itu, bahwa empat variabel independen,
secara parsial, berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja industri kreatif. Jadi, untuk mencapai kinerja
industri kreatif yang optimal, diharapkan kewiraswastaan di setiap pelaku industri kreatif, kolaborasi dan
sinergi heliks empat kali ditingkatkan.
Kata Kunci: Industri Kreatif, Kewirausahaan, Pembinaan Bisnis, Pendampingan, Komunitas
Kreatif, Kinerja Industri Kreatif, MCF
global hanyalah komoditas unggul yang unik,
PENDAHULUAN inovatif dan penuh kreasi. Hal ini ditunjukkan oleh
Indonesia sebagai negara berkembang data dari PBB (2003) dalam (Departemen
dengan populasi penduduk terbanyak keempat di Perdagangan RI, 2008) yang menyatakan bahwa
dunia, memiliki peluang maupun tantangan 50% dari belanja konsumen di negara G7 adalah
tersendiri dalam menghadapi era perdagangan belanja untuk produk-produk hasil industri kreatif.
bebas. Jika ekspansi pasar ekspor komoditas dalam Selain itu, menurut Akhmad dan Hidayat (2015),
negeri tidak tercapai, maka Indonesia harus siap kontribusi industri kreatif terhadap produk
mengalami kemerosotan ekonomi yang signifikan. domestik bruto (PDB) mencapai sekitar tujuh
Sementara konsumen saat ini juga semakin selektif persen dengan rata-rata pertumbuhan 10 persen per
terhadap barang-barang yang dikonsumsinya. tahun. Oleh karena itu, pengembangan industri
Sehingga, komoditas yang mampu menembus pasar
84 Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018: 83 - 92

kreatif di setiap daerah harus dilakukan agar interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan
Indonesia tidak terjebak sebagai konsumen saja. percetakan, layanan komputer dan piranti lunak,
Salah satu daerah di Indonesia yang televisi dan radio, riset dan pengembangan
masuk dalam kategori kota kreatif adalah kota (Departemen Perdagangan RI, 2008).
Malang. Baru saja kota ini mendapatkan
kepercayaan dunia internasional dengan menjadi Entrepreneurship
tuan rumah Indonesia Creative Cities Conference Entrepreneurship adalah suatu proses dan
(ICCC) 2016 yang dihadiri delegasi dari sejumlah bukan kegiatan yang berdiri sendiri melainkan
negara ASEAN. Walau demikian, pemerintah kegiatan yang berlanjut terus menerus (Nusantoro,
daerah kota Malang tetap melakukan segala upaya 2002). Adapun proses tersebut berupa proses
untuk mendukung potensi perkembangan industri perencanaaan, pengorganisasian, pengoperasian
kreatif (Widianto, 2016). Salah satu kontribusi dan pengambilan risiko dari suatu usaha bisnis
nyata yang dilakukan pemerintah daerah kota (Griffin, 2004). Sedangkan entrepreneur adalah
Malang adalah dibentuknya MCF (Malang orang yang mempunyai sifat kewirausahaan, yakni
Creative Fusion) sebagai wadah komunitas kreatif kemampuan sesorang untuk melihat peluang-
yang dinamis dari setiap kecamatan untuk bertemu peluang bisnis, mengelola, dan memanfaatkannya
dan saling bekerjasama (Yusnia dan Irma, 2016). dengan gagasan-gagasan yang senantiasa baru
MCF juga memudahkan pemerintah dalam (kreatif dan inovatif), serta melembagakan dalam
melakukan mentoring terhadap pelaku industri suatu perusahaan miliknya dengan risiko yang telah
kreatif agar kelak dapat menjadi pebisnis yang diperhitungkan untuk mencapai nilai tambah dan
handal (Bidang Informasi Publik Pemkot Malang, kesejahteraan (Supartha, 2005).
2016). Adapun terobosan lain yang dilakukan Kewirausahaan juga merupakan
pemerintah daerah kota Malang adalah dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi
memberikan berbagai bentuk coaching dan lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian
workshop (Mandiri, 2015). Namun, kendala sikap dan perilaku bagaimana memandang suatu
internal yang dapat menghambat upaya pemerintah kejadian, mengambil keputusan atas dasar
adalah entrepreneurship setiap pelaku usaha yang pandangannya, bertindak mewujudkan
tidak optimal (Nurlaela, 2010). Oleh karena itu, keputusannya dan menerima konsekuensi dari
diperlukan penelitian yang menunjukkan seberapa tindakan tersebut sebagai bagian dari proses
besar pengaruh entrepreneurship, business penghimpunan pengetahuan dan ketrampilan
coaching, mentoring dan komunitas kreatif (Supartha dan Ramantha, 2010).
terhadap kinerja industri kreatif, khususnya industri Business Coaching
kreatif yang tergabung dalam Malang Creative Coaching adalah percakapan terstruktur
Fusion (MCF). Hasil penelitian ini diharapkan yang menggunakan informasi tentang kinerja yang
dapat menjadi salah satu literasi, baik untuk nyata antara seorang atasan dengan seorang
akademisi, pelaku industri kreatif, komunitas, individu atau tim yang menghasilkan kinerja yang
maupun pemerintah (quadruple helix) dalam upaya lebih tinggi (Jaques dan Clement, 1994).
meningkatkan kinerja industri kreatif. Sedangkan business coaching, menurut Bernardin
& Russell (1993), merupakan setiap usaha untuk
TINJAUAN PUSTAKA memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan
Industri Kreatif tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya
Industri kreatif, menurut Departemen atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan
Perdagangan RI (2007) didefinisikan sebagai pekerjaannya. Coaching merupakan cara terpadu
industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, yang diorientasikan pada tuntunan kerja aktual,
ketrampilan serta lapangan pekerjaan melalui dengan penekanan pada pengembangan skill,
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya knowledge, dan ability. Sedangkan menurut
cipta individu tersebut. Demikian juga Simatupang Soeprihanto (2001) coaching lebih diartikan
(2008) memberikan definisi yang hampir serupa, di sebagai kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
mana industri kreatif dinilai sebagai industri yang karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan
mengandalkan talenta, ketrampilan, dan kreativitas dari ketrampilan operasional dalam menjalankan
yang merupakan elemen dasar setiap individu. suatu pekerjaan.
Sehingga, unsur utama industri kreatif adalah Mentoring
kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi Mentoring atau pembinaan menurut
meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran Widjaja (2002) didefinisikan sebagai proses
kreasi intelektual. pengembangan yang mencakup urutan-urutan
Terdapat 14 subsektor yang merupakan pengertian, diawali dengan mendirikan,
industri berbasis kreatif antara lain: periklanan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, yang disertai usaha-usaha perbaikan,
fesyen, video, film dan fotografi, permainan menyempurnakan dan mengembangkannya
Widiya Dewi A dan Yudistira Arya S: Pengaruh Entrepreneurship, Business........................................85

(Hidayat, 2001). Dalam berinovasi dan kemudian lain memiliki kinerja bisnis yang tinggi pula
mentransformasikannya menjadi bernilai ekonomis, (Raymond & Retno, 2013). Demikian juga dengan
banyak pengalaman-pengalaman menarik yang penelitian Bakar dan Musrifah (2003)
dapat dibagi kepada pekerja kreatif/entrepreneur menunjukkan bahwa ada pengaruh coaching
kreatif baru. Mentoring ini dilakukan oleh pekerja terhadap produktivitas pengrajin dalam upaya
kreatif/entrepreneur kreatif yang lebih meningkatkan kinerja usaha. Hasil penelitian
berpengalaman untuk berbagi kunci sukses untuk Alhempi & Harianto (2013) maupun Wicaksono &
dapat selalu menciptakan ide-ide baru yang bernilai Nuvriasari (2012) menunjukkan bahwa mentoring
ekonomis maupun diperuntukkan hanya bagi nilai berpengaruh positif dan signifikan terhadap
estetis (Departemen Perdagangan RI, 2008). perkembangan usaha kecil dan pembinaan
Komunitas Kreatif merupakan variabel yang memiliki sumbangan atau
Komunitas kreatif merupakan kumpulan nilai yang tertinggi terhadap perkembangan usaha
individu yang memiliki kesamaan visi dan bergerak kecil terutama dalam memotivasi mitra binaan.
atas kehendaknya sendiri, dari mulai menciptakan Kerangka Konseptual dan Hipotesis
pertukaran ilmu pengetahuan, pengalaman, teknik Berikut adalah gambar bagan kerangka
dan taktik yang saling berinteraksi sampai akhirnya konseptual penelitian ini, di mana diduga terdapat 4
menumbuhkan inisiatif untuk membentuk suatu variabel bebas yang mempengaruhi Kinerja
proyek, dan akhirnya menetas menjadi suatu entitas Industri Kreatif.
bisnis inovatif yang tahan guncangan (Departemen Gambar 1. Konseptual Penelitian
Perdagangan RI, 2008). Komunitas kreatif
direfleksikan dalam pergantian yang kuat dan
signifikan dalam nilai, norma dan perilaku.
Komunitas kreatif sendiri memiliki tiga nilai yaitu
individuality, meritocracy, diversity dan openness
(Florida, 2002). Komunitas kreatif bisa membuat
ruang terbuka yang tidak berfungsi menjadi lebih
menarik untuk didatangi dan menggunakannya
untuk kegiatan yang mereka suka (Widiastuti,
2006). Potensi kreatif sebuah komunitas akan lebih
besar dari jumlah kapasitas individu anggota
kreatif, dalam kenyataan, individu kreatif akan
hanya teridentifikasi dalam relasi antara anggota
sebuah komunitas (Hanan, 2010). Adapun hipotesis-hipotesis yang dapat diambil
Kinerja Industri Kreatif berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan
Kinerja menurut Dibrell (2008) adalah pustaka terkait komunitas kreatif antara lain
kemampuan perusahaan dalam menguasai pasar sebagai berikut:
dan berorientasi pada tujuan dan keuangannya. H1: Entrepreneurship, business coaching,
Sementara menurut Genovena (2002) kinerja usaha mentoring dan komunitas kreatif
merupakan ukuran keberhasilan suatu usaha yang berpengaruh secara simultan terhadap kinerja
untuk industri kecil biasanya diukur dari volume industri kreatif
produksi dan hasil penjualan. H2: Entrepreneurship berpengaruh secara parsial
Indikator kinerja UKM meliputi terhadap kinerja industri kreatif
pertumbuhan penjualan, pertumbuhan modal, H2: Business coaching berpengaruh secara parsial
pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan pasar, dan terhadap kinerja industri kreatif
pertumbuhan laba (Purwaningsih & Kusuma, H3: Mentoring berpengaruh secara parsial terhadap
2015). Sementara menurut Raldianingrat & kinerja industri kreatif
Wuryati (2014) meliputi pertumbuhan laba, H4: Komunitas kreatif berpengaruh secara parsial
pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan pangsa terhadap kinerja industri kreatif
pasar.
Hubungan Entrepreneurship, Business METODE PENELITIAN
Coaching, Mentoring dengan Kinerja Industri Penelitian ini merupakan field research
Kreatif studi kasus dengan pendekatan kuantitatif maupun
Beberapa penelitian terdahulu kualitatif (mix method). Objek penelitian berupa
mengungkap bahwa entrepreneurship, business sampel pelaku industri kreatif yang tergabung
coaching, mentoring berdampak pada kinerja dalam Malang Creative Fusion (MCF) yang
industri kreatif. Pelaku UMK yang memiliki berstatus aktif. Sampel dipilih secara purposive
entrepreneurial motivation tinggi memiliki hasrat sampling (non probability sampling) yaitu pelaku
yang lebih untuk bisa menentukan target pelanggan industri kreatif yang bersedia menjadi responden
dan melakukan perbaikan produk, atau dengan kata dan dapat memberikan segala informasi yang
86 Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018: 83 - 92

dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian dilakukan Teknik Analisis Data dilakukan dengan
sekitar 4 bulan (Mei – Agustus 2017). Lokasi menggunakan software SPSS versi 23 for Windows.
penelitian berada di homebased MCF di Techno Beberapa uji yang dilakukan antara lain: (1) Uji
Park Perpustakaan kota Malang lantai 1 Jl. Ijen Validitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur
30A Malang (pada bulan Mei hingga pertengahan dapat mengukur variabel yang diteliti. Data dikatan
Juni 2017) dan di Gedung RKB BRI (Rumah Valid jika nilai Sig. setiap variabel terhadap
Kreatif BUMN BRI) Jalan Raya Langsep No. 2B variabel total lebih kecil dari taraf sifnifikansi yang
Malang (pada bulan Juli hingga Agustus 2017). diambil ( , (2) Uji
Pengumpulan data dilakukan melalui survei Reabilitas untuk menguji tingkat konsistensi
langsung kepada para responden dengan instrumen jawaban responden. Data dikatakan Reliabel jika
kuisioner untuk memperoleh data primer kuantitatif nilai Cronbach Alpha > 0,6, (3) Uji Asumsi Klasik
dengan skala likert 7 point dari sangat tidak setuju untuk mengetahui apakah data bersifat BLUE (Best
sampai sangat setuju. Selain itu, interview terhadap Linear Unbiased Estimator) sesuai kaidah OLS
beberapa responden juga dilakukan untuk (Ordinary Least Square). Asumsi Klasik yang
memperoleh data primer kualitatif yang dapat harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi
mendukung hasil analisis data kuantitatif. normal, tidak terjadi multikolinearitas dan tidak
Sedangkan data sekunder merupakan data-data terjadi heteroskedastisitas. Setelah data memenuhi
yang mendukung penelitian yang diperoleh dari ketiga uji tersebut, dilakukan analisis regresi linier
media cetak maupun elektronika. berganda, di mana dalam analisis ini akan
diinterpretasikan besarnya nilai R-Square (Uji
Definisi Operasional Variabel Determinasi), goodness of fit dari model regresi
X1: Entrepreneurship diukur berdasarkan sifat- (Uji F), signifikan tidaknya pengaruh masing-
sifat yang mencerminkan jiwa kewirausahaan masing variabel independent terhadap variabel
yaitu: (1) sifat instrumental, (2) sifat prestatif, (3) dependent (Uji t) dan bagaimana model regresi
sifat keluwesan bergaul, (4) sifat pengambil risiko, yang dapat dibentuk. Secara umum bentuk model
(5) sifat swakendali, (6) sifat kerja keras, (7) sifat regresi linier berganda adalah
keyakinan diri, (8) sifat inovatif, (9) sifat kreatif, ,
(10) sifat kepemimpinan, (11) sifat berorientasi
pada tindakan (action oriented), (12) sifat berpikir di mana Y = Kinerja Industri Kreatif, B0 =
sederhana (simple), (13) sifat fokus pada usaha Konstantan, X1 = Entrepreneurship, X2 = Business
yang digeluti (Dananjaya, 2014). Coaching, X3 = Business Mentoring, X4 =
X2: Business Coaching diukur melalui: (1) siapa Komunitas Kreatif, B1, B2, B3, B4 = Koefisien
yang memberi coaching, (2) kompetensi dari coach, Regresi dan = faktor error. Adapun confidence
(3) frekuensi pemberian coaching, (4) daya tarik level yang digunakan dalam analisis sebesar 95%
dan manfaat dari materi coaching, (5) pelaksanaan atau taraf nyata sebesar 5% ( ).
3 fase coaching (penilaian, implementasi dan
evaluasi). HASIL DAN PEMBAHASAN
X3: Business Mentoring diukur melalui: (1) siapa Objek penelitian ini adalah para pelaku
yang memberi mentoring, (2) kompetensi dari industri kreatif di kota Malang yang tergabung
mentor, (3) frekuensi pemberian mentoring, (4) dalam Malang Creative Fusion (MCF). MCF
manfaat mentoring, (5) pelaksanaan 3 fase merupakan sebuah forum dan organisasi mandiri
mentoring (penilaian, implementasi dan evaluasi). lintas komunitas kreatif dari 16 sektor industri
X4: Komunitas Kreatif diukur berdasarkan empat kreatif di kota Malang. Forum ini mengedepankan
aspek, yaitu: (1) sifat dasar, suka bekerja keras dan sinergitas antar komunitas kreatif, akademisi,
menyukai tantangan, (2) keanggotaan, orang-orang pemerintah dan pengusaha industri kreatif. MCF
yang berpendidikan dan merupakan tenaga bertindak sebagai wadah penguatan konektifitas,
profesional, (3) cara kerja, orang-orang yang kolaborasi dan berbisnis (MCF1, 2016). MCF juga
mengutamakan adanya tantangan dan fleksibilitas, disebut sebagai forum kolaborasi, yaitu forum
dan (4) hubungan dengan masyarakat dan diskusi antar jejaring ekonomi kreatif kota Malang
komunitas lain (Nafila, 2013). yang dibuat untuk menjalin komunikasi dan
Y: Kinerja Industri Kreatif diukur berdasarkan kerjasama antar pelaku industri kreatif untuk dapat
tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat saling berkolaborasi sesuai dengan 3 tujuan MCF,
penggunaan investasi/modal, tingkat pertumbuhan yakni Collaborating, Connecting dan Commerce
pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, tingkat (MCF2, 2016).
pemenuhan keluhan pelanggan, persentase produk Sebanyak 117 data hasil kuisioner dari
cacat, jumlah produk baru, tingkat kepuasan kerja sampel yang dipilih dalam penelitian ini telah
dan tingkat produktivitas karyawan (Zabidi, 2015). memenuhi uji validitas dan reliabilitas dengan
dihasilkannya Sig. (2-tailed) kelima variabel (baik
variabel independent maupun dependent) terhadap
Widiya Dewi A dan Yudistira Arya S: Pengaruh Entrepreneurship, Business........................................87

variabel total sebesar 0,000 yang lebih kecil dari dengan nilai tolerance sebesar 0,305 lebih besar
0,05 dan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,952 dari 0,1. Artinya, karena semua nilai VIF setiap
yang lebih besar dari 0,6. Demikian juga variabel lebih kecil dari 10 dengan nilai tolerance
pemenuhan uji asumsi klasik yang meliputi uji lebih besar dari 0,1 maka antar variabel
normalitas, multikolinearitas dan independent tidak terjadi multikolinearitas.
heteroskedastisitas.
Tabel 3 Coefficientsa

Sumber : Data Primer Diolah dengan SPSS 23, Sumber : Data Primer Diolah dengan SPSS 23,
(2017) (2017)

Berdasarkan Tabel 1. Tests of Normality di Berdasarkan Tabel 3 Coefficients hasil Uji


atas, diketahui bahwa nilai Sig. Kolmogorov- Glejser (regresi keempat variabel independent
Smirnov variabel Entrepreneurship sebesar 0,196 terhadap nilai absolut residual unstandardized
lebih besar dari 0,05; variabel Business Coaching (Res_2)) diketahui bahwa nilai Sig. dari t-hitung
sebesar 0,088 lebih besar dari 0,05; variabel variabel Entrepreneurship sebesar 0,276 lebih
Business Mentoring sebesar 0,200 lebih besar dari besar dari 0,05; variabel Business Caoching sebesar
0,05; variabel Komunitas Kreatif sebesar 0,153 0,990 lebih besar dari 0,05; variabel Business
lebih besar dari 0,05 dan variabel Kinerja Industri Mentoring sebesar 0,066 lebih besar dari 0,05 dan
Kreatif sebesar 0,98 lebih besar dari 0,05. Ini variabel komunitas kreatif sebesar 0,684 lebih
menunjukkan bahwa semua data setiap variabel besar dari 0,05 yang berarti tidak terjadi
berdistribusi normal. heteroskedastisitas.
Analisis di atas menunjukkan bahwa data
penelitian ini berdistribusi normal, tidak terjadi
multikolinearitas dan tidak terjadi
heteroskedastisitas yang berarti data telah bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)
memenuhi aturan OLS (Ordinary Least Square),
sehingga data dapat diproses lebih lanjut, yaitu
analisis regresi linier berganda.
Tabel 4 Model Summaryb

Sumber : Data Primer Diolah dengan SPSS 23,(


2017)
Sumber: Data Primer Diolah dengan SPSS 23,
Berdasarkan Tabel 2. Coefficients di atas, (017)
diektahui bahwa nilai VIF variabel
entrepreneurship sebesar 3,617 lebih kecil dari 10 Berdasarkan Tabel 4. Model Summary di
dengan nilai tolerance sebesar 0,276 lebih besar atas, diketahui bahwa nilai R-Square sebesar 0,851.
dari 0,1; nilai VIF variabel Business Coaching Artinya, 85,1% Kinerja Industri Kreatif dijelaskan
sebesar 5,469 lebih kecil dari 10 dengan nilai oleh Entrepreneurship, Business Coaching,
tolerance sebesar 0,183 lebih besar dari 0,1; nilai Mentoring dan Komunitas Kreatif. Sedangkan
VIF variabel Business Mentoring sebesar 4,155 sisanya, dijelaskan
lebih kecil dari 10 dengan nilai tolerance sebesar
oleh variabel-variabel independent lainnya yang
0,241 lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF variabel
tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini.
Komunitas Kreatif sebesar 3,274 lebih kecil dari 10
88 Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018: 83 - 92

Besarnya pengaruh tersebut juga kosisten dengan koeefisien masing-masing variabel independent
hasil uji F berikut ini. terhadap perubahan variabel Y atau untuk
Tabel 5 ANOVAa mengetahui bagaimana pengaruh parsial masing-
masing variabel independent terhadap variabel
dependent dapat diketahui melalui Uji t berikut ini.
Berdasarkan Tabel 2 Coefficients,
diketahui t-hitung variabel entrepreneurship
sebesar 3,073 dengan Sig. sebesar 0,003, variabel
business coaching sebesar 3,384 dengan Sig.
sebesar 0,001, variabel business mentoring sebesar
3,641 dengan Sig. sebesar 0,000 dan variabel
komunitas kreatif sebesar 3,413 dengan Sig.
Sumber: Data Primer Diolah dengan SPSS 23, sebesar 0,001. Sedangkan nilai t-tabel untuk
(2017) , df2 = 112 sebesar 1,981372. Adapun
Berdasarkan Tabel 5 ANOVA, diketahui ikhtisar hasil uji t tertera dalam Tabel 6. Variabel X
bahwa nilai F-hitung sebesar 159,692. Sedangkan dikatakan berpengaruh signifikan jika nilai t-hitung
berada di luar rentang –t-tabel sampai +t-tabel (di
nilai F-tabel untuk , df1 = 4 dan df2 =
luar rentang -1,981372 sampai 1,981372) atau Sig.
112 sebesar 2,452716. Karena F-hitung jauh lebih dari t-hitung kurang dari taraf signifikansi yang
besar dari F-tabel dan nilai Sig. sebesar 0,000 lebih diambil (Sig. < 0,05).
kecil dari 0,05 (taraf nyata yang diambil dalam
penelitian), maka model regresi yang terbentuk Tabel 6. Ikhtisar Hasil Uji t
memenuhi goodness of fit atau dapat dipercaya dan
mampu memprediksi perubahan kinerja industri
kreatif. Dalam hal ini, dapat juga diintrepretasikan
bahwa entrepreneurship, business coaching,
mentoring dan komunitas kreatif berpengaruh
secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja
industri kreatif, khususnya industri kreatif di kota
Malang yang tergabung dalam Malang Creative
Fusion (MCF). Dengan kata lain, Hipotesis 1
Penelitian (H1) diterima.
Adapun model regresi liliner berganda
yang terbentuk berdasarkan nilai B dalam Tabel 2
Coefficients adalah
Sumber: Data Primer Diolah, 017)
, di mana Y adalah Kinerja Industri Kreatif, X1 Berdasarkan hasil uji t di atas, diketahui bahwa
Entrepreneurship, X2 Business Coaching, X3 baik variabel entrepreneurship, maupun variabel business
Business Mentoring, X4 Komunitas Kreatif, coaching, mentoring dan komunitas kreatif, masing-
Berdasarkan model tersebut, diketahui bahwa tanpa masing, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja industri kreatif. dengan kata lain,
adanya keempat variabel independent yang diteliti,
hipotesis 2 (H2, hipotesis 3 (H3), hipotesis 4 (H4) dan
industri kreatif telah memiliki kinerja yang positif. hipotesis 5 (H5) diterima. Berikut adalah ikhtisar dari
Ini ditunjukkan oleh nilai konstanta yang bernilai penerimaan atau penolakan hipotesis yang ditentukan
positif sebesar 4,872. Adanya entrepreneurship sebelumnya berdasarkan hasil penelitian.
pada diri setiap pelaku industri kreatif, adanya Tabel 7. Ikhtisar Penerimaan/Penolakan
business coaching, mentoring dan terlibatnya Hipotesis Penelitian
pelaku industri kreatif dalam suatu komunitas
kreatif akan meningkatkan kinerja industri kreatif.
Ini ditunjukkan oleh nilai koefisien masing-masing
variabel independent yang bernilai positif. semakin
tinggi nilai X maka semakin tinggi nilai Y. Setiap
kenaikan satu satuan X1 akan menaikkan Y sebesar
0,209 satuan, setiap kenaikan satu satuan X2 akan
menaikkan Y sebesar 0,353 satuan, setiap kenaikan
satu satuan X3 akan menaikkan Y sebesar 0,320
satuan dan setiap kenaikan satu satuan X4 akan
menaikkan Y sebesar 0,347 satuan. Untuk
mengetahui signifikan tidaknya kontribusi
Widiya Dewi A dan Yudistira Arya S: Pengaruh Entrepreneurship, Business........................................89

Berdasarkan analisis dan intrepretasi data, Canvas yang pernah diselenggarakan oleh MCF
diketahui bahwa baik entrepreneurship, business khususnya subsektor Kriya.
coaching, mentoring maupun komunitas kreatif Selain itu, kemampuan berkomunikasi,
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja khususnya untuk kebutuhan negoisasi, baik
industri kreatif. Ini menunjukkan bahwa keempat terhadap supplier, calon investor, maupun para
variabel independent merupakan variabel penting pelanggan juga perlu diasah dalam bentuk pelatihan
yang harus ditingkatkan untuk mencapai kinerja Negoization Skill dan Weapon of Influence.
industri kreatif yang optimal. Pengaruh variabel- Pelatihan ini harus sinergis dengan pelatihan yang
variabel independent secara parsial ditinjau dari berhubungan dengan branding, marketing and
besarnya koefisien regresi, dari yang terbesar selling. Sedemikian hingga, pelaku usaha mampu
hingga terkecil, secara urut ditempati oleh variabel melakukan negoisasi dengan supplier yang
Business Coaching, Komunitas Kreatif, Business berimbas pada efisiensi biaya produksi, dapat
Mentoring dan Entrepreneurship. Berikut akan dengan mudah memperoleh investor dan mampu
dibahas satu-persatu variabel-variabel independent mempengaruhi calon pelanggan sehingga
tersebut. pertumbuhan penjualan meningkat pesat. Namun,
Pertama, ditinjau dari variabel yang tidak cukup strategi marketing untuk meningkatkan
memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja jumlah pelanggan, pelatihan tentang strategi
industri kreatif, yaitu Business Coaching. Business marketing untuk meningkatkan loyalitas pelanggan
coaching memiliki pengaruh positif dan signifikan juga diperlukan, mengingat Kotler et al. (2006)
terhadap kinerja industri dikarenakan jenis industri menyatakan bahwa mempertahankan pelanggan
yang dipilih sebagai sampel penelitian adalah yang ada akan lebih menguntungkan daripada
industri kreatif yang mengandalkan potensi diri pergantian pelanggan karena biaya untuk menarik
setiap individu pelaku industri baik berupa talenta, pelanggan baru bisa lima kali lipat dari biaya
ketrampilan maupun kreatifitas. Potensi tersebut mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
akan semakin meningkat jika terus diasah melalui Pelatihan khusus terkait strategi bersaing juga
berbagai bentuk pelatihan yang mendukung. Tidak dibutuhkan guna menghadapi kompetisi yang
hanya pelatihan skill atau ketrampilan khusus semakin ketat di era global seperti Red Ocean
sesuai subsektor masing-masing, tetapi juga Strategy dan Blue Ocean Strategy.
pelatihan manajerial yang bermanfaat untuk Pelatihan-pelatihan tersebut, sebagian
mengelola industri agar terkendali dan cepat telah dilakukan dan telah masuk dalam agenda
berkembang. rutin MCF. Sebagian besar pelatihan diberikan oleh
Berbagai bentuk pelatihan skill dapat berupa pelaku usaha yang lebih berpengalaman dan
Animasi 3D, desain, fashion, Penataan Pola komunitas. Pelatihan juga diberikan oleh
Interior, Food Photography, Tips & Trick Available pemerintah, khususnya Disperindag. Namun,
Light, How to Make Jingle, Drawing Maskot, How menurut data kualitatif hasil interview, pelatihan
to Make Video, Penataan Pola Interior Ruang untuk dari akademisi masih sangat kurang. Oleh karena
Produk Kuliner di Ruang Mungil dan Kecil, itu dibutuhkan kerjasama khusus dengan
Pemotretan Display Produk, How to Make Video akademisi, misalnya dengan LP3M (Lembaga
Product, dan lain-lain. Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Kepada
Sedangkan pelatihan khusus manajerial Masyarakat) beberapa perguruan tinggi di kota
yang dapat diberikan kepada para pelaku industri Malang, agar kolaborasi dan sinergi quadruple
antara lain: Business Model Generation (BMG) helix dapat berjalan optimal. Didukung oleh
atau Business Model Canvas (BMC), Smart berbagi bentuk pelatihan tersebut, maka kinerja
Business Mapping (SBM), Financial Plan usaha akan naik secara signifikan.
(Budgeting) dan pembukuan atau akuntansi praktis. Berikutnya ditinjau variabel kedua yang
Pelatihan manajerial lain yang dapat diberikan memberikan pengaruh positif dan signifikan
yaitu Design Thinking untuk menemukan ide terhadap kinerja industri kreatif yaitu Komunitas
kreatif baru yang sesuai dengan kebutuhan Kreatif. Komunitas sudah menjadi kebutuhan bagi
pelanggan, Leadership agar pelaku usaha dapat para pelaku industri kreatif untuk bertemu dan
mengontrol SDM yang dimilikinya, sedemikian bertukar pikiran demi kemajuan industri masing-
hingga para pekerja memiliki produktivitas tinggi masing. Di era modern ini, pertemuan komunitas
dan puas dengan reward yang diberikan. Pelatihan tidak hanya melalui offline, tetapi juga online,
khusus terkait Operasional Management, Effective seperti hal komunitas Malang Creative Fusion
Production dan Supply Chain Management juga (MCF), para member dapat bertemu langsung
dibutuhkan agar pelaku usaha dapat menciptakan secara offline di basecamp, Rumah Kreatif BUMN
strategi produkti yang tepat, efisien dan efektif, BRI (RKB BRI) Jalan Raya Langsep No.2B
mengurangi jumlah produk yang cacat. Berikut Malang. Mereka juga saling sharing berbagai
disajikan dokumentasi pelatihan Business Model informasi dan berdiskusi melalui Group WA
“Jejaring MCF”. Banyaknya pelaku industri kreatif
90 Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018: 83 - 92

yang tergabung dalam suatu komunitas akan hibah, pengusaha yang memiliki program CRS dan
memberikan kesempatan untuk mengenal berbagai beberapa kementrian untuk kegiatan pemberdayaan
jenis industri kreatif lainnya. Wawasan bisnis akan dan pengembangan bisnis komunitas industri
berkembang dan dapat diimplemetasikan pada kreatif.
industri kreatif yang sedang dijalankan oleh Gagasan lain menyebutkan bahwa Malang
masing-masing pelaku industri kreatif. perlu menjalin hubungan baik dengan perkumpulan
Dalam komunitas, pelaku industri dapat Co-Working Space Indonesia untuk memperluas
saling tukar informasi dan tukar pikiran atau jaringan (Zulaikha, 2016). Oleh karena itu, MCF
sharing mengenai dunia bisnis atau dunia industri sedang mempersiapkan diri membangun Malang
kreatif. Sedemikian hingga akan ditemukan ilmu Creative Centre sebagai pusat co-working space
yang terkadang berada di luar teori bisnis. bagi pebisnis ekonomi kreatif i kota Malang agar
Komunitas juga merupakan wadah untuk bisa berkumpul dan berinteraksi. Pembinaan yang
mendapatkan relasi. Ini sangat bermanfaat dalam tepat akan meningkatkan kinerja usaha yang
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh signifikan.
pelaku industri untuk didiskusikan bersama dan Variabel independent keempat dari
dicari solusi terbaik yang paling memungkinkan, penelitian yang juga berpengaruh positif dan
misalnya, ada salah satu pelaku industri yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif yaitu
sedang membutuhkan modal cepat, maka pelaku entrepreneurship dalam diri setiap pelaku industri
industri yang lain akan membantu memberikan link kreatif. Entrepreneurship dapat dilihat melalui 13
ke suatu koperasi atau lembaga keuangan ataupun dimensi, yaitu sifat instrumental, prestatif,
investor. Semakin tinggi value komunitas kreatif, keluwesan bergaul, pengambilan risiko,
semakin tinggi pula kinerja usaha. Dengan kata swakendali, kerja keras, keyakinan diri, inovatif,
lain, entrepreneurship yang tinggi akan kreatif, kepemimpinan, action oriented, berpikir
meningkatkan kinerja usaha yang signifikan. sederhana dan fokus pada usaha yang digeluti.
Selanjutnya, ditinjau variabel independent Pelaku usaha yang dapat memanfaatkan sesuatu
ketiga yang berpengaruh positif dna signifikan yang ada dilingkungannya, kreatif dan inovatif
terhadap kinerja industri kreatif yaitu Business akan mampu menemukan variasi produk.
Mentoring. Pembinaan usaha berbasis ekonomi Pelaku usaha yang selalu ingin mencapai
kreatif di kota Malang, selain diberikan langsung hasil yang lebih baik, percaya diri, tetapi tetap
oleh pemerintah daerah dan Badan Ekonomi mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi,
Kreatif (Bekraf), juga diberikan oleh Dinas tidak mudah menyerah dan tidak suka menunda
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), pekerjaan akan selalu melakukan perbaikan secara
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), kontinu dan praktis di berbagai sisi. Berpikir
Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo), sederhana terhadap masalah dan menyelesaikan
serta Dinas Koperasi dan UKM. secara bertahap dan rapi akan berimbas pada
Salah satu hasil pembinaan Bekraf adalah kepuasan pelanggan dan pertumbuhan penjualan,
terbentuknya 4 gagasan yang dapat mendukung selalu menerima keluhan pelanggan dan
peningkatan potensi industri kreatif di kota Malang, bertanggung jawab atas kualitas produk.
yaitu: (1) MCF menjalin kerjasama dengan Deputi Pelaku usaha yang dapat berinteraksi dengan
I Bidang Riset, Edukasi, dan Pengembangan orang lain akan mudah memperoleh relasi dan mitra
Bekraf. Terutama yang berhubungan dengan usaha. Semakin banyak relasi yang dimiliki akan
BISMA (Bekraf Information System In Mobile semakin mudah memperluas daerah pemasaran produk.
Selain itu, pelaku usaha juga dapat mengambil
Application), (2) Bekraf mendukung ide koperasi keuntungan untuk tujuan efisiensi produksi dari relasi
pelaku bisnis ekonomi kreatif, (3) Koperasi kuat dengan para suplier, relasi baik dengan para pekerja,
bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan sehingga para pekerja memperoleh reward yang tepat dan
Sosial (BPJS) para pebisnis ekraf dan Lembaga puas. Apalagi jika diimbangi dengan kemampuan
Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB), dan (4) Bekraf mempengaruhi anggota dalam melakukan tugas (jiwa
bisa membantu mendatangkan LPDB jika MCF kepemimpinan), maka akan mudah mengatur SDM yang
mampu menyiapkan 50 sampai 100 pebisnis dimilikinya sehingga lebih produktif. Semakin
ekonomi kreatif Malang (Zulaikha, 2016). Sebagai tinggi entrepreneurship yang dimiliki oleh pelaku
realisasi dari salah satu gagasan tersebut, data usaha maka semakin tinggi pula kinerja usaha,
kualitatif hasil interview menunjukkan bahwa saat dengan kata lain, entrepreneurship yang tinggi
ini telah dilakukan proses pembentukan Koperasi akan meningkatkan kinerja usaha yang signifikan.
MKM (Koperasi Malang Kreatif Mbois). Koperasi KESIMPULAN DAN SARAN
tersebut selain dapat membantu proses penjualan Berdasarkan hasil penelitian dan
produk-produk industri kreatif dan menjadi pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan antara
lembaga berbadan hukum untuk memperoleh lain sebagai berikut:
modal usaha bagi industri kreatif, juga menjadi
wadah penyaluran modal usaha bagi para investor
Widiya Dewi A dan Yudistira Arya S: Pengaruh Entrepreneurship, Business........................................91

1. Entrepreneurship, business coaching, Tradisional Motif Aceh Di Kota Banda Aceh.


mentoring dan komunitas kreatif berpengaruh Jurnal Manajemen Dan Bisnis. Vol.5. No.3.
secara simultan terhadap kinerja industri kreatif. 5. Bernardin, H., J., dan Russel, e. A. 1993.
2. Entrepreneurship berpengaruh secara parsial, Human Resource Management. An
positif dan signifikan terhadap kinerja industri Experimental Approach. Mc Graw Hill
kreatif International edition. Singapore..
3. Business coaching berpengaruh secara parsial, 6. Bidang Informasi Publik Pemkot Malang.
positif dan signifikan terhadap kinerja industri 2016. Industri Kreatif di Kota Malang Harus
kreatif Miliki Ciri Khas.
4. Mentoring berpengaruh secara parsial, positif http://malangkota.go.id/2016/03/30/industri-
dan signifikan terhadap kinerja industri kreatif kreatif-di-kota-malang-harus-miliki-ciri-khas/.
5. Komunitas kreatif berpengaruh secara parsial, Diunduh tanggal 6 April 2016 pk. 10:48..
positif dan signifikan terhadap kinerja industri 7. Creswell, JW. 2010. Research Design.
kreatif Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan antara Approaches. Third Edition. Sage Publication.
lain: USA..
1. Agar kolaborasi dan sinergi quadruple helix 8. Dananjaya, I Gusti Agung Nyoman. 2014.
lebih ditingkatkan lagi sehingga business Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan
coaching dan mentoring tidak hanya diberikan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan
oleh komunitas dan pemerintah saja, melainkan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
juga diberikan oleh akademisi dan pelaku Tesis. Prodi Agribisnis. PPS Udayana.
industri kreatif yang lebih besar. Pemerintah Denpasar..
dapat membuat kebijakan dengan menunjuk 9. Departemen Perdagangan RI. 2007. Studi
LP3M beberapa Perguruan Tinggi dan Pemetaan industri Kreatif. Departemen
menunjuk beberapa usaha besar sebagai Perdagangan RI. Jakarta.
lembaga inkubator. 10. _______________________. 2008. Rencana
2. Agar diberikan pelatihan khusus yang dapat Pengembangan Ekonomi Kreatif. Indonesia
meningkatkan entrepreneurship setiap diri 2009-2025. Departemen Pedagangan RI.
pelaku industri kreatif. Jakarta.
3. Agar suatu komunitas dapat semakin 11. Dibrell, C. dan Davit P.S. 2008. Fueling
berkembang dan kuat, serta memungkinkan Innovation Trough Information Technology In
untuk memperoleh dana hibah pengembangan SMEs. Journal of Small Business
industri kreatif maka sebaiknya komunitas Management. Vol.45. No.2. pp.203-218.
segera memiliki badan hukum. Selain itu juga 12. Dwivedi, Anju. 2004. Metodologi Pelatihan
dibuat aplikasikasi khusus, tidak hanya web, Partisipasif. Penerbit Pondok Edukasi.
tetapi juga android, agar pertemuan online dapat Yogyakarta.
menjangkau semua pelaku industri kreatif yang 13. Florida, R. 2002. The Rise of Creative Class.
ada di kota Malang. Cambridge. Basic Books.
DAFTAR PUSTAKA 14. Genova. 2002. Mengenal Lebih Dekat
1. Agazzi, Hafiz. 2016. MCF Targetkan Malang Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi Perusahaan.
Jadi Kota Kreatif Dunia. STIE IIBI. Jakarta.
http://m.timesindonesia.co.id/baca/116855/ 15. Hanan, Himasari. 2010. Building Creative
20160203/234122/mcf-targetkan-malang- Communities Intelligently. Artepolis 2.
jadi-kota-kreatif-dunia-/. Diunduh tanggal 3 Creative Communities and The Making of
April 2016.. Place. Bandung. ITB. E-2. E-9.
2. Akhmad, Sabarudin dan Rachmad Hidayat. 16. Hidayat, S. 2001. Pemberdayaan Ekonomi
2015. Pemetaan Potensi Industri Kreatif Rakyat. Pustaka Quantum. Jakarta.
Unggulan Madura. Jurnal Sains, Teknologi 17. Jaques, Elliot dan Stephen D. Clement. 1994.
dan Industri. Vol.12. No2. Pp.155-165. Executive Leadership. Scason Hall Publisher
3. Alhempi, Raden Rudi dan Wismar Harianto. Ltd. Second Printing. Cambridge.
2013. Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Maassachusetts. USA.
Terhadap Pengembangan Usaha Kecil pada 18. Mandiri, Ardi. 2015. Malang Akan Dijadikan
Program Kemitraan Bina Lingkungan. Media Kota Industri Kreatif Digital.
Riset Bisnis dan Manajemen. Vol.13. No.1. http://www.suara.com/tekno/2015/09/05/0451
pp.20-38. . 00/malang-akan-dijadikan-kota-industri-
4. Bakar, Usman dan Musrifah. 2003. Pengaruh kreatif-digital. Diunduh tanggal 6 April 2016
Pembinaan Terhadap Produktifitas Pengrajin pk. 09:57.
Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja 19. MCF1). 2016. Tentang MCF.
Keuangan. Studi Pada Industri Sulaman https://www.facebook.com/pg/malangcreative
92 Jurnal JIBEKA Volume 12 No 1, 2018: 83 - 92

fusion/about/?ref=page_internal. Diunduh 27. Suprihanto, J. 2001. Penilaian Kinerja dan


tanggal 10 Juli 2017. Pengembangan Karyawan. BPFE.
20. MCF2). 2016. Tentang Kami. Yogyakarta.
http://malangcreativefusion.com/tentang- 28. Wicaksono, Gumiriang dan Audita
kami. diunduh tanggal 3 April 2016 dan 10 Nuvriasari. 2012. Meningkatkan kinerja
Juli 2017. UMKM Industri Kreatif Melalui
21. Nafila, Oktariza. 2013. Peran Komunitas Pengembangan Kewirausahaan dan Orientasi
Kreatif dalam Pengembangan Pariwisata Pasar. Kajian pada Peran Serta Wirausaha
Budaya Situs Megalitikum Gunung Padang. Wanita di Kecamatan Moyudan, Kabupaten
Jurnal perencanaan Wilayah dan Kota. Vol.24 Sleman, Propinsi DIY. Jurnal Sosio
No.1 Humaniora. Vol.3 No.4. pp:27-39.
22. Nurlaela, Siti. 2010. Profil Industri Kreatif 29. Widianto, Eko. 2016. Kota Kreatif Indonesia
Pengrajin Handycraff di desa Sumber dan ASEAN Gelar Konferensi di Malang.
Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Jurnal https://m.tempo.co/read/news/2016/03/30/090
GEMA. Vol.22. No.40. pp.683-694 758373/kota-kreatif-indonesia-dan-asean-
23. Nusantoro, Adi. 2002. Memberdayakan gelar-konferensi-di-malang. Diunduh tanggal
Ekonomi Rakyat untuk Pembangunan 6 April 2016 pk. 10:30.
Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi dan 30. Widjaja, A. W. 2002. Administrasi
Bisnis. UGM. Yogyakarta. Kepegawaian. Suatu Pengantar. Rajawali
24. Purwaningsih, Ratna dan Pajar Damar Press. Jakarta.
Kusuma. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang 31. Yudistira, Fino. 2016. Malang Creative
Mempengaruhi Kinerja Usaha Kecil dan Fusion, Gerakan Masif Kreator Kota Malang.
Menengah (UKM) dengan Metode Structural http://www.malang-
Equation Modeling (Studi Kasus UKM post.com/features/malang-creative-fusion-
Berbasis Industri Kreatif Kota Semarang). gerakan-masif-kreator-kota-malang. diunduh
Prosiding SNST ke-6. tanggal 3 April 2016.
25. Raldianingrat, Welis dan Wuryanti. 2014. 32. Yusnia, DA dan Irma M. 2016. Komite
Upaya Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Kreatif, Langkah Cerdas Hadapi MEA.
Kerajinan Melalui People Equity dan Strategi Wawancara Ekslusif. Inspire. Edisi I.
Inovasi di Kabupaten Konawe. Ekobis. 33. Zabidi, Yasrin. 2015. Pengukuran dan
Vol.15. No.2. Analisis Kinerja Industri Kreatif Gerabah
26. Raymond, Michael dan R. R Retno Ardianti. Kasongan Bantul Guna Meningkatkan Daya
2013. Studi Deskriptif Tentang Entrepreneur Saing dan Kekuatan Daerah. Jurnal Angkasa,
Motivastion dan Kinerja Bisnis pada Usaha Vol. 7. No. 1.
Mikro dan Kecil Sektor Informal di Jawa
Timur. AGORA. Vol.1. No.3.

You might also like