Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Anxiety disorder have been reported to be associate with increased rates
of smoking, increased consumption of cigarettes per smoker, and lower rates of
smoking cessation than non-anxiety disordered control groups. In addition, increased
anxiety symptoms appear to be correlated with increased rates of smoking. This study
aimed to analyze the differences of anxiety level between smoking student and non-
smoking student of Faculty Letter and Fine Arts Sebelas Maret University.
Method: This study was an observational analytic study with cross sectional approach.
The study sample totaled 100 students, between 50 smoking students and 50 non-
smoking students of Faculty Letter and Fine Arts Sebelas Maret University class of
2008-2013 which were randomly drawn by purposive sampling technique and
continued with simple random sampling. Each respondent was given one standard
questionnaire of TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale), L-MMPI (Lie-scale Minnesota
Multiphasic Personality Inventory), and standard questionnaire of smokers. The TMAS
questionnaire consisting of 50 “yes” or “no” option questions, L-MMPI questionnaire
consisting of 10 “yes” or “no” option questions, and smokers questionnaire consisting
of 3 multiple choice questions. The research data were tested with the Chi Square test,
and would be continued with the Regression Linier test (α=0,1).
Result: There were 13 smoker students had not have anxiety disorder, 10 smoker
students had low anxiety disorder, 25 smoker students had moderate anxiety disorder,
and 2 smoker students had high anxiety disorder. While 31 non-smoker students had not
have anxiety disorder, 10 non-smoker students had low anxiety disorder, 9 non-smoker
students who had moderate anxiety disorder, there were not found non-smoker student
had high anxiety disorder. From the Chi Square test resulted p<0.1 (p=0.001) and
would be continued with Regression Linier. From the test result showed correlation
coefficients (r) in the amount of 0.411.
Conclusion: There was a differences anxiety level between smoking students and non-
smoking students of Faculty Letter and Fine Art Sebelas Maret University. Tobacco
consumption had a moderate relationship with anxiety level. Heavier smoking on
smoker student proved to be increasing anxiety level.
Keywords: smoking student, non-smoking student, anxiety level
PENDAHULUAN Rogers, 2004). Penelitian tentang
hubungan antara merokok dengan faktor
Merokok masih menjadi salah satu sosial ekonomi menunjukkan bahwa
penyebab kematian yang tidak bisa beberapa negara dengan kelompok
dicegah. Merokok telah menghilangkan populasi berisiko tinggi merokok terdiri
5.4 juta nyawa tiap tahunnya dan proporsi dari pria, kelompok umur remaja, tingkat
konsumsi rokok merata di seluruh dunia. pendapatan rendah, dan status pendidikan
Lebih dari 15 milyar rokok telah rendah (Woitas-Ślubowska et al., 2010).
dikonsumsi setiap harinya di seluruh Telah dilaporkan bahwa gangguan
dunia. Setiap 8 detik, seseorang kecemasan berhubungan dengan
meninggal akibat merokok (Erdogan and peningkatan kebiasaan merokok,
Erdogan, 2009). Indonesia menduduki konsumsi rokok, dan penurunan keinginan
posisi peringkat ke-3 dengan jumlah untuk berhenti merokok daripada
perokok terbesar di dunia pada tahun kelompok kontrol yang tidak mengalami
2007. Secara nasional, prevalensi perokok gangguan kecemasan. Selain itu,
tahun 2010 sebesar 34.7%. Prevalensi peningkatan gejala gangguan kecemasan
perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki berhubungan dengan peningkatan
(65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%) kebiasaan merokok (Moylan et al., 2012).
(Riskesdas, 2010). Prevalensi perokok Gangguan kecemasan merupakan
pada mahasiswa laki-laki di Indonesia status psikologi dan fisiologi yang
adalah 27.2% (Riskesdas, 2007). ditandai dengan komponen kognitif,
Konsumsi rokok paling tinggi somatik, emosional, dan kebiasaan. Hal
terdapat pada individu dengan rendahnya ini merupakan bagian dari gejala yang
tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan muncul akibat kesalahan adaptasi terhadap
pendapatan. Status kesehatan kelompok stres maupun tekanan hidup (Ahmed et
sosial ekonomi rendah sangat buruk akibat al., 2009). Menurut Videbeck (2011),
sumber daya yang terbatas, pekerjaan ansietas atau gangguan kecemasan dibagi
yang berbahaya, tingginya tingkat stres, menjadi empat tingkatan sesuai dengan
dan kerentanan ekonomi sehingga rentang respon ansietas yaitu ansietas
berusaha untuk memperpanjang hidup ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan
perokok dengan menghindari atau panik.
mengkonsumsi tembakau (Pampel and
Diketahui bahwa nikotin yang sebanyak dua kali yaitu pada hari Jum’at,
terkandung dalam rokok memengaruhi 30 Mei 2014 dan Senin, 2 Juni 2014.
kecemasan manusia. Mekanisme nikotin Subjek yang digunakan adalah mahasiswa
sama seperti stimulasi psikomotor yang berasal dari Fakultas Sastra dan Seni
amfetamin dan kokain. Nikotin bekerja Rupa Universitas Sebelas Maret. Teknik
dengan cara berinteraksi dengan neuron pengambilan sampel yang digunakan
pada daerah Tegmental Vertebral dan purposive sampling yang dilanjutkan
Nukleus Akkumbens. Selain itu nikotin simple random sampling dengan kriteria
juga berinteraksi melalui jalur mesolimbik inklusi yaitu mahasiswa laki-laki tercatat
dari daerah tegmental ke sistem limbik aktif, usia 18 – 25 tahun, memiliki status
(Iniguez et al., 2009). Hipokampus dan gizi baik dan tidak sedang sakit dalam 3
Amigdala, yang memproduksi rasa takut bulan terakhir. Sedangkan kriteria
dan cemas, merupakan sistem limbik eksklusi adalah skor L-MMPI > 10,
(Mudjadid, 2006). menderita penyakit kronis, mengalami
Berdasarkan teori yang telah peristiwa mendadak dalam 3 bulan
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa orang terakhir, dan menjalani putus rokok atau
yang merokok dan tidak merokok sedang mencoba berhenti merokok selama
memiliki tingkat kecemasan yang berbeda 1 bulan terakhir. Jumlah sampel sebanyak
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan 100 mahasiswa yang terdiri dari 50
studi mengenai perbedaan tingkat mahasiswa yang merokok dan 50
kecemasan antara mahasiswa yang mahasiswa yang tidak merokok.
merokok dan tidak merokok di Fakultas Variabel bebas pada penelitian ini
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas adalah mahasiswa laki-laki yang merokok
Maret karena masih minimnya penelitian dan tidak merokok. Mahasiswa yang
pada masalah tersebut. merokok adalah mahasiswa berjenis
kelamin laki-laki Fakultas Sastra dan Seni
SUBJEK DAN METODE
Rupa Universitas Sebelas Maret yang
Penelitian ini bersifat observasional
merokok langsung atau menggunakan
analitik dengan pendekatan cross
pipa minimal 1 batang tiap hari.
sectional.
Sedangkan mahasiswa yang tidak
Penelitian dilaksanakan di Fakultas
merokok adalah mahasiswa berjenis
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
kelamin laki-laki yang belum pernah
Maret pada bulan Mei – Juni tahun 2014
merokok seumur hidup. Alat ukur yang dikonsumsi tiap hari. Variabel tidak
digunakan untuk variabel ini adalah terkendali, yaitu: lingkungan sosial dan
kuesioner baku konsumsi rokok untuk ekonomi, budaya keluarga subjek, gaya
membedakan perokok, bukan perokok, hidup.
dan perokok yang sedang mencoba untuk Data yang diperoleh pada penelitian
berhenti merokok yang terdiri dari 3 soal ini disajikan dalam bentuk tabel. Data
pilihan ganda. Skala pengukuran variabel terdiri atas dua buah data utama, yaitu
ini adalah nominal. data yang merokok atau yang tidak
Variabel terikat pada penelitian ini merokok dan data tingkat kecemasan
adalah kecemasan. Kecemasan adalah mahasiswa dari kuesioner. Kemudian dari
tanggapan dari sebuah ancaman nyata kedua data dilakukan uji Chi Square. Jika
ataupun khayal. Individu mengalami terdapat perbedaan yang bermakna
kecemasan karena adanya ketidakpastian dilanjutkan uji Regresi Linier untuk
di masa mendatang. Dalam penelitian ini mengetahui hubungan antar variabel.
kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan
yaitu tidak cemas, cemas rendah, cemas HASIL
sedang, dan cemas berat. Alat ukur yang Tabel 4.1 Data responden yang tidak
digunakan untuk variabel ini adalah memenuhi kriteria inklusi
kuesioner TMAS yang merupakan
kuesioner terdiri atas 50 butir pertanyaan Yang Tidak Jumlah
bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan Lawrence et al. (2009), tingginya