You are on page 1of 13

Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa yang Merokok dan

Tidak Merokok di Fakultas Sastra dan Seni Rupa


Universitas Sebelas Maret

The Differences of Anxiety Level between Smoking Student and Non-smoking


Student of Faculty Letter and Fine Arts Sebelas Maret University

Naili Nur Sa’adah Nuhriawangsa, Machmuroch, Diffah Hanim


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Background: Anxiety disorder have been reported to be associate with increased rates
of smoking, increased consumption of cigarettes per smoker, and lower rates of
smoking cessation than non-anxiety disordered control groups. In addition, increased
anxiety symptoms appear to be correlated with increased rates of smoking. This study
aimed to analyze the differences of anxiety level between smoking student and non-
smoking student of Faculty Letter and Fine Arts Sebelas Maret University.
Method: This study was an observational analytic study with cross sectional approach.
The study sample totaled 100 students, between 50 smoking students and 50 non-
smoking students of Faculty Letter and Fine Arts Sebelas Maret University class of
2008-2013 which were randomly drawn by purposive sampling technique and
continued with simple random sampling. Each respondent was given one standard
questionnaire of TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale), L-MMPI (Lie-scale Minnesota
Multiphasic Personality Inventory), and standard questionnaire of smokers. The TMAS
questionnaire consisting of 50 “yes” or “no” option questions, L-MMPI questionnaire
consisting of 10 “yes” or “no” option questions, and smokers questionnaire consisting
of 3 multiple choice questions. The research data were tested with the Chi Square test,
and would be continued with the Regression Linier test (α=0,1).
Result: There were 13 smoker students had not have anxiety disorder, 10 smoker
students had low anxiety disorder, 25 smoker students had moderate anxiety disorder,
and 2 smoker students had high anxiety disorder. While 31 non-smoker students had not
have anxiety disorder, 10 non-smoker students had low anxiety disorder, 9 non-smoker
students who had moderate anxiety disorder, there were not found non-smoker student
had high anxiety disorder. From the Chi Square test resulted p<0.1 (p=0.001) and
would be continued with Regression Linier. From the test result showed correlation
coefficients (r) in the amount of 0.411.
Conclusion: There was a differences anxiety level between smoking students and non-
smoking students of Faculty Letter and Fine Art Sebelas Maret University. Tobacco
consumption had a moderate relationship with anxiety level. Heavier smoking on
smoker student proved to be increasing anxiety level.
Keywords: smoking student, non-smoking student, anxiety level
PENDAHULUAN Rogers, 2004). Penelitian tentang
hubungan antara merokok dengan faktor
Merokok masih menjadi salah satu sosial ekonomi menunjukkan bahwa
penyebab kematian yang tidak bisa beberapa negara dengan kelompok
dicegah. Merokok telah menghilangkan populasi berisiko tinggi merokok terdiri
5.4 juta nyawa tiap tahunnya dan proporsi dari pria, kelompok umur remaja, tingkat
konsumsi rokok merata di seluruh dunia. pendapatan rendah, dan status pendidikan
Lebih dari 15 milyar rokok telah rendah (Woitas-Ślubowska et al., 2010).
dikonsumsi setiap harinya di seluruh Telah dilaporkan bahwa gangguan
dunia. Setiap 8 detik, seseorang kecemasan berhubungan dengan
meninggal akibat merokok (Erdogan and peningkatan kebiasaan merokok,
Erdogan, 2009). Indonesia menduduki konsumsi rokok, dan penurunan keinginan
posisi peringkat ke-3 dengan jumlah untuk berhenti merokok daripada
perokok terbesar di dunia pada tahun kelompok kontrol yang tidak mengalami
2007. Secara nasional, prevalensi perokok gangguan kecemasan. Selain itu,
tahun 2010 sebesar 34.7%. Prevalensi peningkatan gejala gangguan kecemasan
perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki berhubungan dengan peningkatan
(65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%) kebiasaan merokok (Moylan et al., 2012).
(Riskesdas, 2010). Prevalensi perokok Gangguan kecemasan merupakan
pada mahasiswa laki-laki di Indonesia status psikologi dan fisiologi yang
adalah 27.2% (Riskesdas, 2007). ditandai dengan komponen kognitif,
Konsumsi rokok paling tinggi somatik, emosional, dan kebiasaan. Hal
terdapat pada individu dengan rendahnya ini merupakan bagian dari gejala yang
tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan muncul akibat kesalahan adaptasi terhadap
pendapatan. Status kesehatan kelompok stres maupun tekanan hidup (Ahmed et
sosial ekonomi rendah sangat buruk akibat al., 2009). Menurut Videbeck (2011),
sumber daya yang terbatas, pekerjaan ansietas atau gangguan kecemasan dibagi
yang berbahaya, tingginya tingkat stres, menjadi empat tingkatan sesuai dengan
dan kerentanan ekonomi sehingga rentang respon ansietas yaitu ansietas
berusaha untuk memperpanjang hidup ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan
perokok dengan menghindari atau panik.
mengkonsumsi tembakau (Pampel and
Diketahui bahwa nikotin yang sebanyak dua kali yaitu pada hari Jum’at,
terkandung dalam rokok memengaruhi 30 Mei 2014 dan Senin, 2 Juni 2014.
kecemasan manusia. Mekanisme nikotin Subjek yang digunakan adalah mahasiswa
sama seperti stimulasi psikomotor yang berasal dari Fakultas Sastra dan Seni
amfetamin dan kokain. Nikotin bekerja Rupa Universitas Sebelas Maret. Teknik
dengan cara berinteraksi dengan neuron pengambilan sampel yang digunakan
pada daerah Tegmental Vertebral dan purposive sampling yang dilanjutkan
Nukleus Akkumbens. Selain itu nikotin simple random sampling dengan kriteria
juga berinteraksi melalui jalur mesolimbik inklusi yaitu mahasiswa laki-laki tercatat
dari daerah tegmental ke sistem limbik aktif, usia 18 – 25 tahun, memiliki status
(Iniguez et al., 2009). Hipokampus dan gizi baik dan tidak sedang sakit dalam 3
Amigdala, yang memproduksi rasa takut bulan terakhir. Sedangkan kriteria
dan cemas, merupakan sistem limbik eksklusi adalah skor L-MMPI > 10,
(Mudjadid, 2006). menderita penyakit kronis, mengalami
Berdasarkan teori yang telah peristiwa mendadak dalam 3 bulan
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa orang terakhir, dan menjalani putus rokok atau
yang merokok dan tidak merokok sedang mencoba berhenti merokok selama
memiliki tingkat kecemasan yang berbeda 1 bulan terakhir. Jumlah sampel sebanyak
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan 100 mahasiswa yang terdiri dari 50
studi mengenai perbedaan tingkat mahasiswa yang merokok dan 50
kecemasan antara mahasiswa yang mahasiswa yang tidak merokok.
merokok dan tidak merokok di Fakultas Variabel bebas pada penelitian ini
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas adalah mahasiswa laki-laki yang merokok
Maret karena masih minimnya penelitian dan tidak merokok. Mahasiswa yang
pada masalah tersebut. merokok adalah mahasiswa berjenis
kelamin laki-laki Fakultas Sastra dan Seni
SUBJEK DAN METODE
Rupa Universitas Sebelas Maret yang
Penelitian ini bersifat observasional
merokok langsung atau menggunakan
analitik dengan pendekatan cross
pipa minimal 1 batang tiap hari.
sectional.
Sedangkan mahasiswa yang tidak
Penelitian dilaksanakan di Fakultas
merokok adalah mahasiswa berjenis
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
kelamin laki-laki yang belum pernah
Maret pada bulan Mei – Juni tahun 2014
merokok seumur hidup. Alat ukur yang dikonsumsi tiap hari. Variabel tidak
digunakan untuk variabel ini adalah terkendali, yaitu: lingkungan sosial dan
kuesioner baku konsumsi rokok untuk ekonomi, budaya keluarga subjek, gaya
membedakan perokok, bukan perokok, hidup.
dan perokok yang sedang mencoba untuk Data yang diperoleh pada penelitian
berhenti merokok yang terdiri dari 3 soal ini disajikan dalam bentuk tabel. Data
pilihan ganda. Skala pengukuran variabel terdiri atas dua buah data utama, yaitu
ini adalah nominal. data yang merokok atau yang tidak
Variabel terikat pada penelitian ini merokok dan data tingkat kecemasan
adalah kecemasan. Kecemasan adalah mahasiswa dari kuesioner. Kemudian dari
tanggapan dari sebuah ancaman nyata kedua data dilakukan uji Chi Square. Jika
ataupun khayal. Individu mengalami terdapat perbedaan yang bermakna
kecemasan karena adanya ketidakpastian dilanjutkan uji Regresi Linier untuk
di masa mendatang. Dalam penelitian ini mengetahui hubungan antar variabel.
kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan
yaitu tidak cemas, cemas rendah, cemas HASIL
sedang, dan cemas berat. Alat ukur yang Tabel 4.1 Data responden yang tidak
digunakan untuk variabel ini adalah memenuhi kriteria inklusi
kuesioner TMAS yang merupakan
kuesioner terdiri atas 50 butir pertanyaan Yang Tidak Jumlah

yang kesemuanya menunjukkan skor Terpenuhi n %


kecemasan yang muncul. Apabila skor
BMI 3 10
TMAS ≤ 21 menunjukkan tidak cemas, 22
Gangguan Jiwa 3 10
– 25 menunjukkan cemas ringan, 26 – 38
LMMPI 12 40
menunjukkan cemas sedang, dan 39 – 50
Peristiwa mendadak/
menunjukkan cemas berat (Stuart dan 6 20
cemas/ meninggal
Sunden, 1998). Skala pengukuran variabel
Tidak melengkapi
ini adalah nominal. 5 16.67
kuesioner
Variabel luar pada penelitian ini
terbagi menjadi terkendali dan tidak Penyakit kronis 1 3.33
terkendali. Variabel terkendali, yaitu:
Total 30 100
umur, kesehatan fisik, jumlah rokok yang
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2014
Dari Tabel 4.1 didapatkan tiga beberapa pertanyaan TMAS. Satu
responden BMI tidak sesuai dengan responden menderita penyakit kronis yang
kriteria inklusi. Skor L-MMPI termasuk termasuk dalam kriteria eksklusi. Pada
dalam kriteria eksklusi jika skor penelitian ini terdapat penambahan subjek
menjawab tidak lebih dari 10. Terdapat 12 sebanyak 11 orang (28.21%) dan jumlah
responden dengan skor L-MMPI lebih subjek yang tidak dapat menjadi
dari 10. Enam responden mengalami responden adalah 30 (23.07%) sehingga
peristiwa mendadak/ cemas/ meninggal jumlah responden sesuai dengan
selama tiga bulan terakhir yang perhitungan yang seharusnya dari rumus
merupakan eksklusi dari penelitian. Lima (100%). Namun terdapat penambahan
responden tidak melengkapi kuesioner subjek yang dapat dianalisis sehingga
dikarenakan waktu pengisian kuesioner menjadi 105.14%.
bertepatan dengan waktu ujian sehingga
mahasiswa tidak dapat menyelesaikan

Tabel 4.2 Distribusi status perokok dengan tingkat kecemasan

Sampel Tidak Cemas Cemas Cemas Total


Cemas Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % n % n %

Mahasiswa laki-laki yang 13 29.55 10 50 25 73.53 2 10 50 50


merokok 0
Mahasiswa laki-laki yang 31 70.45 10 50 9 26.47 0 0 50 50
tidak merokok
Total 44 100 20 10 34 100 2 10 100 100
0 0
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2014

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi 100%. Sedangkan prosentase mahasiswa


status perokok dengan tingkat kecemasan. laki-laki yang tidak merokok tidak cemas
Presentase mahasiswa laki-laki yang adalah 70.45%, dengan cemas rendah
merokok tidak cemas adalah 29.55%, 50%, dengan cemas sedang 26.47%, dan
dengan cemas rendah 50%, dengan cemas tidak ditemukan mahasiswa laki-laki yang
sedang 73.53%, dan dengan cemas tinggi tidak merokok dengan cemas tinggi. Dari
Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat seberapa besar kontribusi
kecemasan sedang lebih banyak konsumsi rokok memengaruhi
ditemukan pada mahasiswa laki-laki yang tingkat kecemasan, dapat
merokok dan mahasiswa laki-laki yang digunakan rumus Koefisien
tidak merokok lebih banyak merasakan Penentu (KP) = R Square x 100%
ketidakcemasan. = 0.169 x 100% = 16.9%. Dapat
Ada perbedaan tingkat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan antara mahasiswa yang kecemasan dipengaruhi oleh
merokok dengan yang tidak konsumsi rokok sebesar 16.9%.
merokok (p = 0.001). Selanjutnya Karena nilai p kurang dari 0.1
dilihat dari tingkat kecemasan maka terdapat pengaruh yang
antara mahasiswa yang merokok signifikan antara Konsumsi Rokok
dengan kecemasan rendah, sedang, (X) dengan Tingkat Kecemasan
tinggi secara statistik sangat nyata (Y). Dapat ditentukan Persamaan
(p = 0.000). Berdasarkan hasil uji Regresi Linier pada penelitian ini
statistik x2 mahasiswa yang yaitu Y = 1.070 + 0.222X. Karena
merokok dan tidak merokok nilai koefisien b = 0.222 (positif)
maupun hasil analisis tingkat maka model regresi bernilai positif
kecemasan (rendah, sedang, atau searah, artinya jika nilai
tinggi) dapat dilanjutkan dengan variabel Konsumsi Rokok (X)
Regresi Linier untuk semakin tinggi maka nilai variabel
menyimpulkan bahwa semakin Tingkat Kecemasan (Y) juga
berat merokok pada mahasiswa semakin tinggi.
maka semakin tinggi tingkat PEMBAHASAN
kecemasan. Tingkat Kecemasan Mahasiswa yang
Hasil uji statistik Regresi Merokok
Linier memiliki nilai koefisien R = Tingkat kecemasan adalah
0.411 berada di antara niai 0.40 – suatu perasaan tidak tentram yang
0.599 maka ada hubungan antara bisa disebabkan karena
mahasiswa yang merokok dengan pengalaman yang tidak
tingkat kecemasan pada tingkat menyenangkan yang ditandai
sedang. Kemudian untuk melihat dengan gejala denyut jantung
bertambah cepat, nafas yang cepat, Rata-rata perokok yang
keringat dingin, gemetar, lemas memiliki tingkat kecemasan yang
dan lelah (Santi, 2010). tinggi mengonsumsi rokok lebih
Dalam penelitian ini dari satu tiap harinya juga
diketahui bahwa dari 50 orang ditemukan dari hasil penelitian
mahasiswa laki-laki yang Mousavi et al. (2012). Konsumsi
merokok, 13 orang (29.55%) tidak rokok yang berlebihan
cemas, 10 orang (50%) dengan berhubungan dengan
cemas rendah, 25 orang (75.53%) perkembangan gangguan
dengan cemas sedang, dan 2 orang kecemasan pada perokok. Selain
(100%) dengan cemas tinggi. itu juga terdapat hubungan yang
Angka ini menunjukkan bahwa signifikan antara gangguan
rata-rata tingkat kecemasan pada kecemasan pada mahasiswa
mahasiswa yang merokok adalah dengan ketergantungan nikotin.
sedang. Terdapat 13 mahasiswa laki-
Perokok lebih cenderung laki yang merokok tidak cemas.
cemas daripada bukan perokok. Merokok dapat menyebabkan
Dalam penelitian yang dilakukan gangguan psikis selain gangguan
oleh Bjorngaard et al. (2013) cemas. Dari hasil penelitian Wu et
disebutkan bahwa frekuensi al. (2010) gangguan psikis yang
merokok sangat berpengaruh ditemukan sebanyak 8.6% fobia
terhadap tingkat kecemasan. sosial, 4.4% agorafobia, 8.6%
Prevalensi kecemasan pada gangguan cemas menyeluruh,
perokok, yang merokok tiap 4.7% cemas terpisah, 3.2%
harinya meningkat > 40%, Obsesif-Kompulsif, 18.4%
terutama pada perokok yang gangguan kecemasan dan 9.6%
mengonsumsi > 60 rokok tiap depresi.
harinya. Selain itu dijelaskan
Tingkat Kecemasan Mahasiswa yang
bahwa peningkatan jumlah rokok
Tidak Merokok
berbanding lurus dengan
Hasil penelitian ini
meningkatnya prevalensi
menunjukkan bahwa 50 orang
kecemasan.
responden mahasiswa yang tidak
merokok Fakultas Sastra dan Seni mahasiswa mengalami kecemasan
Rupa Universitas Sebelas Maret terutama bersumber dari masalah
memiliki tingkat kecemasan yang akademis. Setelah itu diikuti
berbeda. Terdapat 31 orang dengan masalah finansial,
(70.45%) mahasiswa tidak cemas, pekerjaan, dan keluarga.
10 orang (50%) dengan cemas Responden dari penelitian
rendah, 9 orang (26.47%) dengan mengalami tingkat kecemasan
cemas sedang, dan tidak yang sangat tinggi dilihat dari
ditemukan mahasiswa yang tidak banyaknya jawaban antara
merokok dengan cemas tinggi. “Hampir Tiap Waktu” sampai
Dalam penelitian yang dengan “Selalu”. Faktor yang
dilakukan oleh Bjorngaard et al. dapat menimbulkan kecemasan
(2013) disebutkan bahwa beragam dari tiap mahasiswa
prevalensi kecemasan pada bukan tergantung dari budaya dan
perokok sebesar < 15%, angka ini tuntutan keluarga. Dukungan
lebih kecil bila dibandingkan emosional dan finansial keluarga
dengan kecemasan pada perokok. untuk menyelesaikan masa studi
Hasil penelitian Mousavi et al. juga termasuk salah satu faktor
(2012) menunjukkan bahwa yang berpengaruh.
mahasiswa bukan perokok yang
Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa
ditunjukkan mean ± SD sebesar
yang Merokok dan Tidak Merokok
2.23 ± 0.72 memiliki kecemasan
Tingkat kecemasan pada
yang lebih rendah dibandingkan
perokok lebih tinggi daripada
mahasiswa perokok (mean ± SD
bukan perokok. Hasil penelitian
sebesar 2.37 ±0.83).
Collins dan Lepore (2009)
Terdapat 19 mahasiswa
menunjukkan bahwa perokok
laki-laki yang tidak merokok yang
memiliki gejala kecemasan lebih
mengalami kecemasan di
kuat daripada bukan perokok.
antaranya 10 mahasiswa cemas
Selain itu, skor gejala kecemasan
rendah dan 9 mahasiswa cemas
pada perokok berat lebih tinggi
sedang. Dari hasil penelitian
daripada perokok yang
Chavez-Palacios et al. (2012),
mengonsumsi rokok lebih sedikit merokok dan gangguan kecemasan
tiap harinya. merupakan hubungan yang
Hasil uji analisis statistik perbedaan dinamis yaitu cemas menyebabkan
tingkat kecemasan antara mahasiswa laki- peningkatan konsumsi merokok
laki yang merokok dengan yang tidak pada awalnya dan akan menjadi
merokok didapatkan nilai p = 0.001 yang eksaserbasi setelahnya. Perokok
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dengan tingkat kecemasan yang
yang bermakna secara statistik antara dua tinggi rata-rata akan mengonsumsi
variabel yang diuji. Nilai x 2 hasil (16.893) rokok lebih banyak tiap harinya.
> x 2 tabel (6.251) yang membuktikan Bedasarkan hasil penelitian

bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan Lawrence et al. (2009), tingginya

hipotesis satu (H1) atau hipotes penelitian konsumsi rokok memiliki

diterima. hubungan langsung dengan


perkembangan gangguan psikis
Nilai koefisien korelasinya (r
seperti gangguan kecemasan pada
= 0.411) menunjukkan hubungan
perokok. Selain itu, sebagian besar
yang sedang dengan arah
perokok menderita penyakit
hubungan positif yang artinya, bila
psikiatri. Gangguan psikiatrik
terdapat peningkatan konsumsi
memiliki hubungan yang kuat
rokok oleh mahasiswa Fakultas
dengan ketergantungan nikotin.
Sastra dan Seni Rupa Universitas
Pada penelitian yang dilakukan
Sebelas Maret maka akan terjadi
Azizi et al. (2010) juga ditemukan
peningkatan tingkat kecemasan.
hubungan yang sangat signifikan
Kemudian nilai R square 0.169
antara gangguan kecemasan pada
menunjukkan kontribusi konsumsi
murid dengan ketergantungan
rokok memengaruhi tingkat
nikotin.
kecemasan sebesar 16.9%.
Hasil penelitian McDermott
Penelitian yang dilakukan
(2013) menunjukkan bahwa
Mousavi et al. (2012)
tingkat kecemasan pada perokok
menunjukkan hasil yang sama
yang mencoba berhenti meningkat
yaitu semakin banyak konsumsi
selama beberapa hari pertama.
rokok semakin tinggi tingkat
Berhenti merokok dapat
kecemasan. Hubungan antara
mengurangi tingkat kecemasan. jawaban yang menggambarkan
Tetapi, tingkat kecemasan keadaan responden. Responden
meningkat pada perokok yang hanya sekedar membaca kemudian
tidak berhasil menghentikan usaha menulis jawabannya. Ada
merokoknya, terutama bagi kemungkinan responden kurang
perokok untuk mengurangi stres. serius dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan. Kecerobohan
Keterbatasan Penelitian
dalam menjawab antara lain
Responden yang dipilih
disebabkan keengganan untuk
terdiri atas 6 angkatan yaitu dari
mengisi kuesioner dalam waktu
angkatan 2008 sampai 2013.
yang lama. Selain itu pertanyaan
Perbedaan angkatan ini
yang diberikan melalui kuesioner
memengaruhi aktivitas dan
terbatas, sehingga apabila ada hal-
kegiatan akademik mahasiswa
hal yang kurang jelas akan sulit
yang merupakan salah satu faktor
untuk diterangkan kembali.
penyebab kecemasan. Selain itu
Akibatnya, temuan dalam
pencarian sampel bertepatan
penelitian ini belum dapat
dengan waktu ujian responden
digeneralisasi.
yang menyebabkan beberapa
responden terburu-buru untuk
SIMPULAN
menyelesaikan pengisian
Penelitian ini menunjukkan
kuesioner. Pengambilan sampel
bahwa terdapat perbedaan tingkat
yang dilakukan hanya pada
kecemasan antara mahasiswa yang
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
merokok dan tidak merokok di
juga merupakan keterbatasan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
dalam penelitian karena tiap
Universitas Sebelas Maret (p =
fakultas memiliki tingkat
0.001). Hasil penelitian
kecemasan yang berbeda-beda
menunjukkan 13 mahasiswa laki-
dilihat dari kegiatan akademis.
laki yang merokok tidak cemas, 10
Kelemahan kuesioner dalam
mahasiswa laki-laki yang merokok
penelitian ini bersifat kaku atau
dengan cemas rendah, 25
tertutup karena pertanyaan telah
mahasiswa laki-laki yang merokok
ditentukan dan peneliti tidak diberi
dengan cemas sedang, dan 2 kecemasan antara mahasiswa yang
mahasiswa laki-laki yang merokok merokok dan mahasiswa yang tidak
dengan cemas tinggi. Sedangkan merokok. Penelitian selanjutnya juga
31 mahasiswa laki-laki yang tidak perlu mengkaji faktor-faktor lain yang
merokok tidak cemas, 10 memengaruhi perbedaan tingkat
mahasiswa laki-laki yang tidak kecemasan antara mahasiswa yang
merokok dengan cemas rendah, 9 merokok dan tidak merokok seperti
mahasiswa laki-laki yang tidak jumlah rokok yang dikonsumsi tiap
merokok dengan cemas sedang, hari, gejala putus rokok, perilaku
dan tidak ditemukan mahasiswa merokok, budaya keluarga, aktivitas
laki-laki yang tidak merokok fisik, dan gangguan psikiatri lain yang
dengan cemas tinggi. Terdapat dapat disebabkan oleh pengaruh
hubungan yang sedang antara konsumsi rokok. Selain itu untuk
tingkat kecemasan dengan penelitian selanjutnya diperlukan
konsumsi rokok (R = 0.411). penambahan jumlah sampel dan
Semakin berat merokok dihubungkan dengan variabel-variabel
berbanding lurus dengan lain yang juga berhubungan dengan
bertambahnya tingkat kecemasan tingkat kecemasan.
pada mahasiswa.
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih


SARAN
kepada Djoko Suwito, dr., Sp.KJ
1. Diperlukan edukasi formal maupun non
dan Ir. Ruben Dharmawan, dr.,
formal untuk mahasiswa Fakultas
Ph.D, Sp.ParK. selaku penguji
Sastra dan Seni Rupa Universitas
skripsi yang atas kritik dan
Sebelas Maret seperti penyuluhan dan
sarannya yang membangun,
konseling tentang faktor risiko dan
penulis mampu menyelesaikan
bahaya merokok.
skripsi dan naskah publikasi
2. Pada penelitian selanjutnya perlu
dengan baik.
menggunakan jenis penelitian
Randomized Controlled Trial (RCT)
DAFTAR PUSTAKA
atau cohort sehingga dapat diketahui
hubungan sebab akibat tingkat Ahmed I, Banu H, Al-Fageer R, Al-
Suwaidi R (2009). Cognitive
emotions: Depression and anxiety Kementerian Kesehatan RI (2010). Riset
in medical students and staff. Kesehatan Dasar. Badan
Journal of Critical Care. 24: e1– Penelitian dan Pengembangan
e18. Kesehatan. Jakarta.
Azizi A, Mirzaei A, Shams J (2010). Lawrence D, Hafekost J, Hull P, Mitrou F,
Correlation between Distress and Zubrick SR (2013).
Tolerance and Emotional Smoking, mental illness and
Regulation With Students socioeconomic disadvantage:
Smoking Dependence. Hakim analysis of the Australian
Research Journal. 13(1): 11-18. National Survey of Mental
Health and Wellbeing. BMC
Bjorngaard JH, Gunnell D, Elvestad MB, Public Health. 13: 462–482.
Smith GD, Skorpen F, Krokan H,
Vatten L, et al. (2013). The McDermott MS, Marteau TM, Hollands
causal role of smoking in anxiety GJ, Hankins M and Paul Aveyard
and depression: a Mendelian (2013). Change in anxiety
randomization analysis of the following successful and
HUNT study. Psychological unsuccessful attempts at smoking
Medicine. 43: 711–719. cessation: cohort study. Br J
Psychiatry. 202: 62–67.
Chavez-Palacios E, Blanco E, Graf NM
(2012). Cannabis, Culture and Mousavi AS, Matinkhah F, Maadani MR,
Anxiety: Attitudes of Mexican/ Masjedi MR (2012).
Mexican-American College Psychological Problems and
Students on the US/ Mexico Cigarette Smoking in Tehran
Border. Journal of Rehabilitation. University Students in 2010.
78(4): 11-20. Tanaffos. 11(3): 42-48.
Collins BN, Lepore SJ (2009). Moylan S, Jacka FN, Pasco JA, and Berk
Association Between Anxiety M (2012). Cigarette smoking,
and Smoking in a Sample of nicotine dependence and anxiety
Urban Black Men. J Immigrant disorders: a systematic review of
Minority Health. 11: 29–34. population-based,
epidemiological studies.BMC
Erdogan N and Erdogan I (2009). Medicine. 10:123.
Smoking at School: Views of
Turkish University Students. Int. Mudjadid, E (2006). Pemahaman dan
J. Environ. Res. Public Health. 6: Penanganan Psikosomatik
36-50. Gangguan Ansietas dan Depresi
di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Iniguez SD, Warren BL, Parise EM, Dalam: Ilmu Penyakit Dalam.
Alcantara LF, Schuh B, Maffeo Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
ML, Manojlovic Z, et al. (2009). Departemen Ilmu Penyakit
Nicotine Exposure during Dalam Fakultas Kedokteran
Adolescence Induces a Universitas Indonesia, pp:
Depression-Like State in 903.Kementerian Kesehatan RI
Adulthood. (2007). Riset Kesehatan Dasar.
Neuropsychopharmacology. 34: Badan Penelitian dan
1609-1624.
Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Pampel FC and Rogers RG (2004).
Socioeconomic Status, Smoking,
and Health: A Test of Competing
Theories of Cumulative
Advantage. Journal of Health and
Social Behaviour. 45(3): 306–
321.
Santi, Juni DK (2010). Faktor yang
Berpengaruh pada Tingkat
Kecemasan Ibu Hamil. Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, Surabaya.
Videbeck, Sheila L (2011). Psychiatric-
mental Health Nursing. 5th
Edition. Philadelphia, Pa:
Lippincott Williams & Wilkins,
pp: 228-229.
Woitas-Ślubowska D, Hurnik E,
Skarpańska-Stejnborn A (2010).
Correlates of smoking with
socioeconomic status, leisure
time physical activity and alcohol
consumption among Polish adults
from randomly selected regions.
Cent Eur J Public Health.18(4):
179–185.

You might also like