You are on page 1of 60
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 609 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07, PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL (STAFF INSTRUCTION 139-07) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.55 ‘Tahun Mengingat : 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) telah mengatur mengenai setiap Pengoperasian bandar udara harus dilakukan pengawasan keselamatan operasi bandar udara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas, perlu mengatur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-07, Pengawasan Alat Bantu Pendaratan Visual (Staff Instruction 139-07) dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 4, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 ‘Tentang Kementerian Perhubungan; 10. ll. 12. 13. 14, Menetapkan : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety Management System); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan Kantor Otoritas Bandar Udara; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2015 tentang Standarisasi dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara; Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01, (Advisory Circular 139-01, Airport Safety Management System); Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 2 Tahun 2013 tentang Kriteria Penempatan Peralatan dan Utilitas Bandar Udara; Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - bagian 139 (Manual Of Standar CASR ~ Part 139) Volume | Bandar Udara (Aerodromes); Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 43 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Dan Operasi Bandar Udara; MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07, PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL (STAFF INSTRUCTION 139-07). Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1 10. 11. Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Penyelenggara bandar udara umum adalah unit penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara dan/ataa badan = hukum _—Indonesia_ yang menyelenggarakan atau mengoperasikan bandar udara umum. Penyelenggara bandar udara khusus adalah Pemerintah, Pemerintah daerah dan/atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan bandar udara khusus. Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batasbatas tertentu yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas. Keselamatan penerbangan adalah suatu kondisi untuk mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara selamat sesuai dengan rencana penerbangan. Alat Bantu Pendaratan Visual yang selanjutnya disebut Airport Lighting adalah semua peralatan baik yang dibangun dan beroperasi secara individu atau secara sistem yang dipergunakan untuk keperluan operasional bandar udara dan pesawat udara. Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual adalah kegiatan perawatan terhadap peralatan, instalasi Alat Bantu Pendaratan Visual yang bertujuan untuk menjaga kinerja Alat Bantu Pendaratan Visual agar selalu dapat beroperasi dengan baik sesuai persyaratan. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu tertentu. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Direktur adalah Direktur Bandar Udara. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara. QQ) (2) a) (2) (3) Pasal 2 Untuk menjamin keselamatan penerbangan, _setiap Pengoperasian bandar udara_harus — dilakukan pengawasan terhadap Airport Lightning. Pengawasan terhadap Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan_ terhadap Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud dalam lampiran | dan lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini, Pasal 3 Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport Lightning paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap Airport Lightning. Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport Lightning bandar udara tidak bolen mengganggu pengoperasian bandar udara. Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di; JAKARTA Pada tanggal + 20 OKTOBER 2015 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA td ‘SUPRASETYO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : PNOTPONE se Menteri Perhubungan Republik Indonesia; Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan; Inspektur Jendera,l Kementerian Perhubungan; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Kepala Otoritas Bandar Udara; Para Kepala Bandar Udara UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (persero); Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero}; dan 0. Para Kepala Bandar Udara Khusus yang melayani penerbangan sipil Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA,BAGIAN HUKUM DAN HUMAS, (é = WV ;\ HEMI Ps ('URAHARJO )fenbos te 1QV/b) 19660 199003 1 001 Lampiran | Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 609 TAHUN 2015 Tanggal 20 OKTOBER 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN AIRPORT LIGHTING 1, UMUM LL 1.2, 1.3. Referensi a, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan. b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 tahun 2009 tentang Safety Management System (SMS). ¢. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 Bandar Udara. d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - Bagian 139 (Manual of Standard CASR-Part 139) Volume I bandar Udara (Aerodrome). ¢. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-26 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139-26) Tentang Standar Alat Bantu Pendaratan Visual. £ Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-27 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139-27) Tentang Prosedur Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual. g. Annex 14 Aerodrome Volume I. Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Penerbangan Nomor 1 tahun 2009 Pasal 219, bahwa : a. Ayat (1): setiap badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa bandar udara sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. b. Ayat (3): untuk mempertahankan kesiapan fasilitas bandar udara, badan usaha bandar udara, atau unit penyelenggara bandar udara wajib melakukan perawatan dalam jangka waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, verifikasi dan/atau kalibrasi. Tujuan a. Sebagai acuan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut hasil pengawasan terhadapalat bantu visual navigasi (airport lighting) serta catu daya oleh Direktur dan Kepala Kantor t 14. 15, b. Sebagai upaya standardisasi pelaksanaan _pengawasan terhadap alat bantu pendaratan visual (visual aids lighting). ¢. Dalam rangka pemenuhan regulasi terkait alat bantu visual navigasi (airport lighting} d. Sebagai referensi penyelenggara bandar udara dalam pelaksanaan pengawasan internal terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting). Ruang Lingkup a. Petunjuk ini diberlakukan untuk keperluan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) oleh Direktur dan Kepala Kantor, namun dapat juga dipergunakan sebagai referensi bagi penyelenggara bandar udara dalam melaksanakan kewajiban pengawasan internal. D. Petunjuk pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) ini diprioritaskan pada bandar udara atau tempat lepas landas dan pendaratan helikopter bersertifikat dan dapat juga dilaksanakan untuk pengawasan keselamatan bandar udara register. c, Unsur pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) terdiri atas personel, fasilitas, dan prosedur. Perubahan/Amendemen a. Penanggung jawab ‘Tanggung jawab terhadap setiap perubahan yang diperlukan untuk pembaharuan pedoman ini, maupun kebutuhan terhadap adanya perubahan, berada pada Kepala Scksi Verifikasi Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, Subdirektorat Peralatan dan Utilitas Bandar Udara. b. Jenis Perubahan 1) Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bersifat sementara dengan batasan waktu dan/atau tujuan yang jelas, yang antara lain untuk menguji suatu hal sebelum diberlakukan permanen, ataupun adanya hal-hal yang bersifat khusus. 2) Perubahan periodik, yaitu perubahan yang bersifat mengikat dan permanen karena perubahan standar, ketentuan atau hasil dari pengembangan_ kegiatan pengawasan sebelumnya. c. Proses dan Pengesahan : 1) Konsep perubahan disiapkan oleh Kepala Seksi Verifikasi Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, dengan disertai kajian/telaah perlunya perubahan, yang dilengkapi dengan data dukung/referensi terkait. 2) Konsep perubahan diajukan oleh Kepala Seksi Verifikasi Peralatan dan Utilitas Bandar Udara kepada Kepala Subdirektorat Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, untuk dievaluasi sebelum diteruskan kepada Direktur Bandar Udara. 4. Pengesahan usulan perubahan oleh Direktur, sebelum dipergunakan sebagai pedoman dalam _pelaksanaan Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), baik bersifat sementara maupun tetap. 2. PENGAWASAN TERHADAP ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI (AIRPORT LIGHTING). 2.1. Jenis dan Pengertian Pengawasan a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang selanjutnya disebut sebagai pengawasan merupakan kegiatan pengawasan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara c.q Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar Udara melalui Inspektur Bandar Udara yang ditugaskan untuk itu, guna melihat pemenuhan peraturan dan ketentuan standar keselamatan penerbangan pada umumnya dan alat bantu visual navigasi (airport lighting) pada khususnya yang dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dan pemangku Kepentingan lainnya yang meliputi audit, _ inspeksi, pengamatan dan pemantauan, kecuali audit dan pengamatan tidak dilakukan pada tempat pendaratan dan lepas landas helikopter. b. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku. ¢. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar suatu produk akhir objek tertentu. d. Pemantauan adalah kegiatan evaluasi terhadap data, informasi dan laporan bandar udara untuk mengetahui kecenderungan kinerja keselamatan penerbangan di tiap-tiap bandar udara. . Inspektur Bandar Udara adalah staf atau pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi kebandarudaraan, ditunjuk dan diberi tugas serta kewenangan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk —_melaksanakan pengawasan keselamatan operasi bandar udara. 2.2. Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan a. Pemeriksaan dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana tercantum dalam pedoman pemeliharaan alat bantu visual 2.3. navigasi (airport lighting), objek kelistrikan bandar udara, yang meliputi pemeliharaan peralatan visual aid dan catu daya. b. Unsur keselamatan mencakup prosedur keselamatan dalam melaksanakan pemeliharaan alat bantu visual navigasi (airport lighting) ¢. Unsur manajemen keselamatan meliputi penyediaan jadwal pemeliharaan dan program pemeliharaan preventif alat bantu visual navigasi (airport lighting) d. Unsur peralatan pengujian meliputi kesiapan peralatan Penguji dalam rangka pemeliharaan alat bantu visual navigasi (airport lighting). ¢. Unsur pemeliharaan preventif meliputi tersedianya jadwal pemeliharaan preventif alat bantu visual navigasi (airport lighting). f Unsur prosedur troubleshooting yang meliputi ketersediaan prosedur (Standard Operating Procedure/SOP) untuk penyelesaian masalah atas alat bantu visual navigasi (airport lighting). 8. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur pengawasan dan jenis kegiatan pengawasan seperti pada Formulir I dengan contoh checklist pemeriksaan seperti Formulir Il, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengawasan a. Memastikan terpenuhinya Standards and Recommended Practices (SARPs) ICAO dalam rangka menjaga dan meningkatkan keselamatan operasi bandar udara. b. Berdasarkan Undang-Undang nomor: 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, tanggung jawab keselamatan bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas landas helikopter yang mencakup tanggung jawab regulasi dan tanggung jawab pengawasan keselamatan berada pada Menteri Perhubungan, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM, 20 tahun 2008, tanggung jawab tersebut diamanahkan kepada Kepala kantor dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM. 22 tahun 2015 sebagai bagian unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang bertanggung jawab di bidang pengawasan keselamatan operasi bandar udara. c. Untuk memenuhi tanggung jawab terhadap keselamatan bandar udara, maka Direktur dan Kepala Kantor wajib melaksanakan pengawasan keselamatan bandar udara, termasuk dalam hal ketersediaan program pengawasan dan sumber daya untuk pelaksanaan program pengawasan keselamatan operasi bandar udara. 24. 2.5. d. Tanggung jawab pengawasan keselamatan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga berlaku untuk bandar udara yang masih diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah, dalam rangka untuk menjaga ketegasan dan kejelasan fungsi regulasi sebagai kewajiban Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan fungsi operasi sebagai kewajiban operator dalam penyclenggaraan bandar udara. e. Tanggung jawab dan kewajiban Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam bidang pengawasan keselamatan, yang diantaranya pengawasan terhadap terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), tidak menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab dan kewajiban penyelenggara bandar udara untuk tetap melaksanakan pengawasan internal sesuai peraturan dan ketentuan di bidang penerbangan pada umumnya dan bidang bandar udara pada khususnya. Pendekatan Pengawasan a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilandasi prinsip pencegahan terhadap timbulnya risiko kegagalan operasi airport lighting melampaui batas-batas yang dapat disyaratkan b. Pelaksanaan pengawasan menganut sistem check and balance, sebagai pendekatan terhadap asas keadilan dan keterbukaan. ¢. Pelaksanaan pengawasan menggunakan sistem pendekatan (system approach) untuk mengetahui apakah sistem yang berjalan di penyelenggara bandar udara sudah dapat menjamin keselamatan operasi bandar udara_ secara berkesinambungan. d. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mempergunakan standar yang jelas, terencana, _terkontrol, dapat dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan. e. Hasil pelaksanaan pengawasan dipergunakan untuk bahan penyempunaan standar dan regulasi keselamatan bandar udara. Personel dan ‘Tim Pengawasan a, Pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh _ personel pengawasan atau Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang khusus ditugaskan untuk melaksanaken pengawasan airport lighting. b. Personel Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport lighting) merupakan Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar Udara atau personel lain yang telah mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi. a ¢. Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport lighting) terdiri atas Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara atau personel lain yang mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi, dan dibentuk/ditugaskan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. d. Susunan Tim Pengawasan terdiri atas ketua tim dan anggota tim, dengan seorang pengendali pengawasan. . Pengendali pengawasan minimal Inspektur Bandar Udara level 2 atau pejabat Eselon IV Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara. f Ketua Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 dan merupakan inspektur dengan level tertinggi pada tim tersebut. g. Anggota Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara yang mempunyai kompetensi di bidang teknis operasi bandar udara. 3. TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1, Perencanaan a. Direktur dan Kepala Kantor wajib membuat rencana pengawasan untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (rencana pengawasan 5 tahunan) dan rencana tahunan. b. Rencana 5 tahunan disusun sesuai periode Rencana Stratejik (RENSTRA) dan rencana tahunan disusun berdasarkan rencana 5 tahunan dan ketersediaan anggaran (DIPA) tahun bersangkutan maupun sumber dana lain sesuai peraturan perundang-undangan. c. Perencanaan pengawasan 5 tahunan mencakup rencana lokasi bandar udara serta alokasi dana yang diperlukan, sedang untuk rencana tahunan harus mencakup pula rencana jadwal waktu pelaksanaan pengawasan dan rencana Tim Pengawasan yang akan melakukan pengawasan 4. Hasil perencanaan pengawasan dituangkan dalam ketetapan tersendiri yang berupa program pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), dan merupakan satu kesatuan acuan dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan ini. 3.2. Persiapan a. Tim Pengawasan yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan harus melaksanakan persiapan pelaksanaan pengawasan dengan mengisi format-format seperti pada Formulir II ». Formulir I.1 merupakan format perencanaan ruang lingkup Pengawasan yang diisi berdasarkan data/catatan pengawasan sebelumnya, perubahan organisasi, informasi lain terkait operasional Objek Pengawasan/OP bandar udara yang berasal dari airline atau pihak lain (laporan adanya alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang tidak berfungsi atau tidak sesuai persyaratan, dil) maupun data_laporan _kejadian (accident/incident). Format Formulir Ill.1 disusun oleh Tim Pengawasan dan diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim atau Ketua Tim. Hasil perencanaan ruang lingkup pengawasan tersebut dituangkan dalam Formulir Ill.2 yang merupakan ruang lingkup dan jenis pengawasan yang akan dilakukan. Tiap elemen dalam sistem ruang lingkup pengawasan dijabarkan dalam tiap lembar kerja seperti dalam Formulir HIL3 dengan pengisian data diambil dari Formulir Ill.1 (data- data terkait operasional alat bantu visual navigasi (airport lighting), kejadian, dil) maupun dari checklist Formulir II yang dianggap penting untuk diperiksa pada Objek Pengawasan (OP). ¢. Setelah Formulir ill.1, IL2, dan IIL3 diselesaikan, untuk pelaksanaan audit, rencana kegiatan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) tersebut harus disampaikan dahulu secara tertulis kepada penyelenggara bandar udara Objek Pengawasan (OP), meliputi_ maksud, tujuan, lingkup, jenis pengawasan, beserta Tim Pengawasan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengawasan. Contoh surat pemberitahuan pelaksanaan pengawasan seperti pada Formulir III.4 — 11.6. d. Direktur Jenderal melalui Direktur atau Kepala Kantor dapat memerintahkan dilaksanakannya pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang bersifat insidentil atau khusus. 3.3. Pelaksanaan a. Pengawasan dilaksanakan oleh Tim Pengawasan yang namanya tercantum dalam Surat Perintah Tugas Direktur Jenderal dan disampaikan melalui surat pemberitahuan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) kepada bandar udara Objek Pengawasan (OP) seperti pada Formulir III.4 - 11.6. b. Jadwal pelaksanaan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) pada satu Objek Pengawasan (OP) tertentu harus diupayakan tidak tumpang tindih dengan jadwal pelaksanaan pengawasan bidang lainnya_ terkait pengoperasian Objek Pengawasan (OP). c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan pengawasan dapat dilihat pada Formulir IV yang secara prinsip, meliputi: 1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum pelaksanaan pengawasan, perkenalan Tim Pengawasan, penjelasan maksud, tujuan, lingkup, dan jangka waktu serta jenis pengawasan yang akan dilaksanakan, mengkaji ulang (review) terhadap temuan pengawasan sebelumnya, penjelasan lingkup pelaksanaan pengawasan, diskusi isu terkait lingkup pengawasan jika ada, klarifikasi dokumen- dokumen untuk pelaksanaan pengawasan serta penjelasan proses laporan hasil pelaksanaan pengawasan dan temuannya. Lihat Formulir 1V.1 Checklist Agenda Rapat Pembukaan, 2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang meliputi buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manua), standard operating procedure (SOP) untuk pengoperasian dan pemeliharaan, logbook, dan catatan-catatan lain yang diperlukan. 3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel pelaksanaan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang meliputi proses pelaksanaan prosedur dan hasil (outputjnya. Untuk pelaksanaan inspeksi, kegiatan pengecekan menggunakan checklist seperti yang tercantum dalam Formulir I1.3. 4) Klarifikasi dan/atau konfirmasi atas draft _hasil pemeriksaan, guna memberi kesempatan kepada penyelenggara Objek Pengawasan (OP) untuk menanggapi dan/atau menjelaskan setiap temuan yang dihasilkan. 5) Berita Acara Pengawasan seperti Formulir IV.4, merupakan draft laporan hasil pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dan ringkasan temuan. Berita Acara Pengawasan ditandatangani oleh seluruh Tim Pengawasan dan pihak bandar udara Objek Pengawasan. 6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN) serta kapan hasil akhir laporan pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist Agenda Rapat Penutupan. Hasil pengawasan berupa temuan dari _pelaksanaan pengawasan bukan merupakan hasil opini tetapi harus didasarkan kepada fakta yang ada . Temuan hasil inspeksi dikategorikan sebagai satisfactory (S) yang berarti memenuhi standar, dan unsatisfactory (U) untuk temuan yang tidak memenuhi standar. Temuan hasil audit bandar udara dikategorikan menjadi Observasi, Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP {Non Compliance Notification/NCM), atau Safety Alerts (SA). £1 Observasi merupakan temuan yang bersifat minor tetapi dapat berkontribusi terhadap tidak _terpenuhinya ketentuan peraturan. Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan untuk tindakan perbaikan dan menghindari terulang lagi di kemudian hari. Penyelenggara bandar udara diminta untuk mengambil langkah peningkatan/ perbaikan sistem secara berkelanjutan. Tindakan tersebut dilaporkan kepada Kepala Kantor seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut Temuan, dan menjadi perhatian dalam pelaksanaan pengawasan di kemudian hari. £2 Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN merupakan temuan tidak dipenuhinya (non compliance) ketentuan peraturan (Formulir V.2). Formulir PTP tersebut disampaikan kepada penyelenggara bandar udara untuk dilengkapi dengan penjelasan tindakan perbaikan selengkap mungkin, seperti berikut: 1) Tindakan pemulihan (remedial action), merupakan tindakan yang diambil untuk memulihkan keadaan untuk terpenuhinya ketentuan peraturan sehingga terwujud terpenuhinya persyaratan operasi alat bantu visual navigasi (airport lighting). 2) Langkah identifikasi (root causes identification), merupakan tindakan investigasi untuk mengetahui penyebab utama tidak terpenuhinya peraturan. Jika penyelenggara bandar udara sudah menerapkan Safety Management System (SMS), tindakan identifikasi ini merupakan bagian dari Safety Management System (SMS). 3) Tindakan perbaikan (corrective action) merupakan tindakan perbaikan yang diambil terhadap penyebab utama tidak terpenuhinya peraturan untuk memastikan hal tersebut tidak terulang kembali Corrective action merupakan suatu sistem untuk menjamin personel memahami ketentuan peraturan dan adanya monitoring pemenuhan ketentuan peraturan secara berkelanjutan. Penyelenggara bandar udara harus mencatat tindakan pemulihan (remedial action) maupun tindakan perbaikan (corrective action) dalam formulir tanggapan PTP dan dikirim kembali ke Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor sebelum 28 hari kerja sejak Formulir PTP tersebut diterbitkan. Kalau tindakan perbaikan (corrective action) tidak bisa diselesaikan pada waktu yang ditentukan, penyelenggara bandar udara harus mencantumkan tanggal dimana tindakan perbaikan (corrective action) _diselesaikan. Misalnya jika tindakan perbaikan (corrective action) merupakan pelaksanaan pekerjaan dengan jangka waktu 9 tertentu yang mengikuti proses penganggaran, maka tindakan perbaikan (corrective action|-nya_ merupakan adanya program penganggaran pada tahun berikutnya. £3 Safety Alerts (SA) merupakan tipe khusus dari PTP yang bersifat SEGERA. Penyelenggara bandar udara harus mengambil tindakan pemulihan segera terhadap langkah butir £.2 1) di atas serta membuat kajian sementara terhadap langkah butir £2 2) dan butir f.2 3) di atas sebelum pengoperasian alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilanjutkan. 3.4. Pelaporan a. Ketua Tim Pengawasan yang ditugaskan wajib melaporkan secara tertulis hasil pengawasan kepada Direktur atau Kepala Kantor guna mendapat persetujuan atau pengesahan. Format laporan secara lengkap seperti pada Formulir V.1. Jika ada temuan yang termasuk kategori Safety Alerts atau PTP maka Tim harus mengisi format PTP seperti pada lampiran V.2 diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim, Seluruh temuan hasil pemeriksaan harus ditindaklanjuti oleh penyelenggara bandar udara seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut Temuan. Laporan pengawasan, formulir Safety Alerts, PTP, dan Tindak Lanjut Temuan, beserta bukti-bukti temuan dikirim ke penyelenggara bandar udara Objek Pengawasan (OP) paling lambat 15 hari kerja setelah dilaksanakannya kegiatan pengawasan dengan contoh surat pengantar seperti pada Formulir V.3. b. Hasil pengawasan yang telah mendapat persetujuan atau pengesahan Direktur atau Kepala Kantor dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. c. Setiap hasil pengawasan harus dicatat dan disimpan dalam suatu sistem database hasil pengawasan untuk monitoring keselamatan serta wajib dijaga kerahasiaannya baik oleh Direktorat Jenderal maupun oleh penyelenggara Objek Pengawasan, kecuali diperlukan sesuai dengan hukum peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.5. Monitoring a. Direktur wajib melaksanakan monitoring terhadap tindak lanjut hasil pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), termasuk pemberian sanksi administratif sesuai ketentuan, apabila diperlukan. b. Monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil pengawasan harus berkesinambungan dan berkelanjutan. ¢. Hasil monitoring dan evaluasi harus menjadi acuan utama dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) selanjutnya. 10 4. STANDAR UMUM PELAKSANAAN 4.1. Audit Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting). a. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilaksanakan oleh Direktur secara reguler setiap 1 (satu) tahun, kecuali diperintahkan lain oleh Direktur Jenderal berdasarkan tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara tersebut. b. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) diprioritaskan untuk dilaksanakan pada bandar udara internasional dan bandar udara bersertifikat dengan hierarkhi sebagai bandar udara pengumpul. c. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilaksanakan terhadap manajemen pemeliharaan, pedoman pemeliharaan, catatan pemeliharaan, dan sejarah peralatan serta pelaksanaannya. d. Audit dilakukan dengan metodologi_ sampling untuk memverifikasi efektifitas sistem yang sudah berjalan. Sampling dilakukan terhadap hal-hal krusial/penting dalam sistim, dan/atau defisiensi/kekurangan yang dideteksi_ merupakan problem sistemik yang memerlukan review sistem secara keseluruhan oleh penyelenggara bandar udara. e. Tim Pengawasan untuk audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) inspektur bandar udara. f. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) dapat melakukan persiapan audit dengan melengkapi format pada Formulir III (checklist audit dapat dilihat pada Formulir II), melaksanakan audit seperti pada format Formulir IV, dan membuat laporan seperti pada Formulir V. 4.2. Inspeksi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting) a. Inspeksi dapat dilaksanakan secara acak atau rutin oleh Kepala kantor berdasarkan perkembangan tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara dan/atau tingkat risiko yang ada pada setiap bandar udara, yang dihasilkan dari kegiatan pengamatan dan/atau pemantauan. b. Pemeriksaan pada inspeksi dilaksanakan terhadap unsur tertentu pengawasan dan/atau pada output atau kondisi nyata yang ada terhadap standar dan ketentuan, termasuk pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil audit. c. Inspeksi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)) secara rutin dilaksanakan oleh Kepala Kantor. 1 b. Inspeksi secara acak yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor disesuaikan dengan perkembangan isu keselamatan yang ada pada setiap bandar udara. ¢. Inspeksi secara acak dilaksanakan dengan prioritas untuk bandar udara yang mempunyai risiko keselamatan tinggi, serta untuk bandar udara yang telah dilakukan audit keselamatan guna melihat perkembangan tindak lanjut hasil audit. d. Tim Pengawasan untuk inspeksi kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) paling banyak terdiri dari 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara. e. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan inspeksi kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), melakukan persiapan inspeksi dengan melengkapi format pada Formulir Ill (checklist inspeksi seperti pada Formulir Il), dan melaksanakan inspeksi seperti pada format Formulir IV, dan membuat laporan seperti pada Formulir V.1, V.3, V.4. 4.3. Pengamatan Keselamatan a. Pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilakukan secara acak dan akan dilakukan pemeriksaan apabila terdapat indikasi meningkatnya risiko keselamatan dan/atau berkurangnya tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara terhadap peraturan dan ketentuan tentang pemeliharaan | lampu _penernagan, berdasarkan hasil pemantauan kinerja lampu penerangan dan/ atau laporan pilot. b. Pemeriksaan pada pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilakukan terhadap unsur dan/atau output yang diindikasikan risiko kegagalan operasinya meningkat tinggi. c. Tim Pengawasan untuk pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) terdiri dari 2 (dua) sampai 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara. d. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dapat melakukan persiapan pengamatan kinerja dengan melengkapi format pada Formulir Ill (checklist pengamatan kinerja dapat dilihat pada Formulir II), dan melaksanakan pengamatan kinerja seperti pada format Formulir IV, dan membuat laporan seperti pada Formulir V.1, V.3, V.4. 4.4, Pemantauan Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting). a. Pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) dilakukan secara rutin melalui penyusunan dan pengembangan database keselamatan bandar udara oleh petugas yang ditunjuk pada Kantor Otoritas Bandar Udara. 12 4.5. b. Petugas pemantauan harus secara aktif melakukan pengumpulan data termasuk data hasil pengawasan (observasi atau PTP/NCN), dan/atau mengembangkan sistem pelaporan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), maupun sistem pelaporan kerusakan dan tidak berfungsinya terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting). c. Berdasarkan database keselamatan, petugas pemantauan wajib melakukan evaluasi dan analisa keselamatan, serta secara berkala paling lama setiap 6 (enam) bulan wajib memberikan laporan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) pada bandar udara di wilayah kerjanya kepada Kepala Kantor. d. Kepala Kantor bertanggung jawab atas keberhasilan tugas pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting), melalui program pengembangan sumber daya manusia, pemenuhan prasarana dan sarana pemantauan, serta melakukan sosialisasi dan kemudahan menyampaikan pelaporan. Verifikasi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting). a. Verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) pada prinsipnya dilakukan atas permintaan penyelenggara bandar udara, dalam rangka akan dioperasikannya suatu prasarana pokok bandar udara hasil pembangunan atau pengembangan maupun akan dioperasikannya tipe pesawat yang lebih besar. b. Program verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) disusun berdasarkan data rencana pengembangan dan/atau pembangunan prasarana bandar udara maupun rencana operasi badan usaha angkutan udara (airline) 5. PEMBIAYAAN 51 5.2. 5.3. 5.4. Nilai manfaat skala ekonomi yang didapat dari terselenggaranya pengoperasian bandar udara yang menjamin kesclamatan penerbangan jauh lebih besar daripada biaya rutin pengawasan yang dikeluarkan. Pelaksanaan kegiatan pengawasan keselamatan bandar udara harus dilakukan secara berkelanjutan dan terprogram. Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas bandar Udara menyusun program pengawasan kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) yang merupakan kegiatan rutin dalam bentuk: a. Program pengawasan tahunan; b. Program kerja pengawasan 5 (lima) tahunan. Sumber biaya pengawasan kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 13

You might also like