You are on page 1of 9

e-J.

Agrotekbis 2 (2) : 129-137, April 2014 ISSN : 2338-3011

STERILISASI DAN INDUKSI KALUS BAWANG MERAH


(Allium ascalonicum L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO

The Sterilizationandcallus Induction Of Local Palu Shallot


(Allium ascalonicum L.) In Invitro Culture
Ni Kadek Pena Armila 1, Mirni Ulfa Bustami2, Zainuddin Basri2
1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
2)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
E-mail:armila-kadek@yahoo.com

ABSTRACT

Explant sterilization is one of the important factors that need to be considered in tissue culture in order
to eliminate various sources of contaminants attaced in the explants, including for callus induction. One
of the plant growth regulators used for callus induction was 2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid).
The study was conducted in two stages. Explant sterilization experiment aims to find a better sterilizing
materials for sterilization explants local palu shallots. Research conducted using completely
randomized design (CRD) with treatment various detergentschemicals sterilizing such as fungicides,
cloroxs, tween 80, bactericide with or without burning (physical treatment) with 4 replications. Callus
induction stage aims to determine the better concentration of plant growth regulator 2,4-D in inducing
callus from explants local palu shallot. Research conducted using completely randomized design
(CRD) with various concentrations of the treatment of 2,4-D i.e M1 = 1.0 ppm, M2 = 1.5 ppm, M3 =
2.0 ppm and M4 = 2.5 ppm, repeated 3 times.The results showed that the use of sterilizing of 1g
bactericide, 1g fungicide, 10% cloroxs and 5% cloroxs with burning suppressed contaminants better
than other treatments. The use of media added 2 ppm 2,4-D produced callus inductionlocal palu onion
better than the other treatments. The use of those media promoted callus formation (25.66 days after
culture) with the percentage of callus formation reaches 91.67%.

Keywords: Local Palu Shallot, 2,4-D, Sterilization, CallusInduction, In Vitro.

ABSTRAK

Sterilisasi eksplan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kultur jaringan, guna mengeliminir berbagai sumber kontaminan yang terbawa pada eksplan, termasuk
untuk induksi kalus. Salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk induksi kalus adalah 2,4-
D(2,4-Dichlorophenoxyacetic acid). Penelitian dilakukan dalam dua tahap.Percobaan sterilisasi
eksplan bertujuan untuk mengetahui bahan sterilan yang lebih baik untuk sterilisasi eksplan umbi
bawang merah lokal Palu.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan
berbagai bahan kimia sterilan yaitu deterjen, fungisida, cloroxs, tween 80, bakterisida dengan atau
tanpa pembakaran(perlakuan fisik) dengan 4 ulangan.Tahap induksi kalus bertujuan untuk menentukan
konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D yang baik dalam menginduksi kalus dari eksplan bawang merah
lokal Palu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berbagai

129
konsentrasi 2,4-D yaitu M1 = 1,0 ppm, M2 = 1,5 ppm, M3 = 2,0 ppm dan M4 = 2,5 ppm, yang diulang
4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan sterilan 1g bakterisida, 1g fungisida,
10% cloroxs dan 5% cloroxs disertai pembakaranmampu menekan kontaminan yang lebih baik
dibandingkan perlakuan yang lain. Penggunaan media yang ditambahkan 2 ppm 2,4-D menghasilkan
induksi kalusbawang merah lokal Palu yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Penggunaan media tersebut mempercepat pembentukan kalus (25,66 hari setelah kultur) dengan
persentase pembentukan kalus mencapai 91,67%.

Kata kunci :Bawang Merah Lokal Palu, 2,4-D, Sterilisasi, Induksi Kalus, In Vitro.

PENDAHULUAN Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan


kultur jaringan sangat ditentukan oleh
Bawang merah (Allium ascalonicum L.)
sejumlah faktor, terutama sterilisasi dan
merupakansalah satu komoditas sayuran
komposisi media yang digunakan. Sterilisasi
rempah yang bernilai ekonomis tinggi. Di
bahan kultur dapat dilakukan dengan
Propinsi Sulawesi Tengah, khususnya di
berbagai cara, seperti penggunaan berbagai
Lembah Palu terdapat komoditas bawang
bahan sterilan maupun perlakuan secara fisik
merah unggul lokal (Direktorat Perbenihan,
(pemanasan/pembakaran pada suhu tertentu).
2004). Keunikan bawangmerah lokal Palu
Bahan sterilan yang sering digunakan
yang membedakan dengan bawang merah
diantaranya deterjen, bakterisida dan
lainnya adalah umbinya mempunyai tekstur
fungisida.Penggunaan bahan sterilan seperti
yang padat,lebihgurih dengan aroma khas
deterjen (sunlight, Clorox, bayclin dan tween
yang tidak berubah walaupun disimpan lama
80), bakterisida dan fungisida. MenurutDevy
sehingga khusus digunakan untuk pembuatan
dan Sastra (2006), penggunaan bahan sterilan
bawang goreng (Saleh, 2004).
fungisida (Benlate) dan bakterisida (Agrept),
Bahrudin (2004) melaporkan bahwa
masing-masing berkonsentrasi 2 g/l selama
potensi produksi bawang merah lokal Palu
24 jam, Clorox 10% selama 15 menit dan
berkisar 8,2-12 ton/ha, sedangkan hasil yang
selanjutnya eksplan direndam kembali dalam
dicapai petani hanya 4,3 ton/ha. Rendahnya
larutan Clorox 5% selama 20 dapat menekan
produksi bawang merah lokal Palu
tingkat kontaminasi pada kultur in vitro
diantaranya kekurangan jumlah bibit saat
tanaman jahe. Selanjutnya hasil
musim tanam, kualitas bibit tidak terjamin
penelitianBudiono(2003) pada multiplikasi in
karena masih dibudidayakan secara
vitro tunas bawang merahkultivar bawang
konvensional sehingga bibit yang dihasilkan
Sumenep menunjukkan bahwa pada
tidak seragam, berdaya tumbuh rendah dan
sterilisasi eksplan menggunakan bahan kimia
mudah terserang hama penyakit (Limbongan
sterilan berupa deterjen, Dithane M-45 plus
dan Maskar, 2003). Guna mengatasi
Agrept masing-masing 4g L-1 selama 24 jam
permasalahan tersebut, salah satu metode
dan Chlorox 10% plus 5 tetes Tween-20
yang diharapkan dapat menunjang
selama 20 menit dapat menekan tingkat
ketersediaan bibit bawang merah lokal Palu
kontaminasi sehingga eksplan sehat dapat
yang berkualitas adalah dengan melakukan
mencapai 90%.
perbanyakan bibit melalui kultur jaringan.
Perlakuan sterilisasi dengan suhu tinggi
(pembakaran) tidak umum dilakukan, namun

130
dianggap penting apabila menggunakan dilaporkan sehingga dipandang perlu untuk
eksplan yang kontak langsung dengan tanah melakukan penelitian mengenai sterilisasi
seperti pada tanaman bawang. Guna dan induksi kalus bawang merah lokal Palu
mendapatkan tingkat sterilisasi yang baik, secara in vitro. Dengan tujuan untuk
maka penggunaan sterilan bahan kimia mengetahui bahan sterilan yang lebih baik
dengan ataupun disertai perlakuan fisik untuk sterilisasi eksplan umbi bawang merah
(pembakaran) dianggap penting untuk lokal Palu danuntuk menentukan konsentrasi
dilakukan pada kultur jaringan tanaman yang zat pengatur tumbuh 2,4-D yang baik dalam
eksplannya bersentuhan langsung dengan menginduksi kalus dari eksplan bawang
tanah, seperti halnya pada tanaman bawang merah lokal Palu.
merah lokal Palu. Selain itu penggunaan
METODE PENELITIAN
komposisi media penting diperhatikan.
Komposisi media yang paling penting Penelitian ini dilaksanakan di
diperhatikan dalam kultur jaringan khususnya Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
induksi kalus adalah penambahan zat Fakultas Kehutanan dan Laboratorium
pengatur tumbuh, dimana kalus terbentuk Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian
karena pembelahan sel yang tidak terkendali. Universitas Tadulako, Palu.Penelitian
Pembelahan sel-sel pada kalus dipacu oleh berlangsung dari bulan April sampai Agustus
zat pengatur tumbuh yang ditambahkan pada 2013.
media kultur(Gunawan, 1992). Alat-alat yang digunakan dalam
2,4-D (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid) penelitian ini adalah autoklaf, oven listrik,
diketahui sebagai zat pengatur tumbuh dari timbangan analitik, botol kultur, gelas ukur,
golongan Auksin yang kuat atau efektif untuk cawan Petri, pinset, pisau bedah (scalpel),
pembentukan kalus dan embrio somatik. hand sprayer, pipet, rak kultur, pembakar
Keberhasilan perbanyakan tanaman bawang Bunsen, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
melalui embriogenesis somatik melalui tahap serta alat dokumentasi. Bahan tanam yang
induksi kalus dilaporkan oleh Irwansyah dan digunakan adalah umbi bawang merah lokal
Mukhri(1991), bahwa perkembangan dan Palu. Bahan lain yang digunakan meliputi
pertumbuhan kalus yang bagus pada bawang bahan kimia sesuai media MS, 2,4-D, kinetin,
Bombai (Allium cepa L) adalah pada media aquadest steril, air kelapa, gula, agar-agar,
MS dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh alkohol 70%, spritus.Bahan untuk sterilisasi
2,4-D yang lebih besar yaitu 3,5 - 4,5 ppm eksplan yaitu deterjen, fungisida, kloroks,
dan kinetin 0,1- 0,5 ppm. Selanjutnya Hasil tween 80 dan bakterisida.Penelitian ini
penelitian Hellyanto (2008) menunjukkan disusun menggunakan Rancangan Acak
bahwa Pada kultivar bawang Sumenep Lengkap (RAL) satu faktor, yang terdiri atas
presentase kultur berkalus 95% diperoleh dua tahap percobaan yaitu teknik sterilisasi
pada media(MS + 2,4-D 1,5 ppm) dan (MS + eksplan dan induksi kalus.
2,4-D 1,5 ppm + Kinetin 1 ppm). Namun, Perlakuan yang dicobakan pada tahap I
penggunaan berbagai bahan sterilan guna (sterilisasi eksplan bawang merah lokal Palu)
mengeliminasi gangguan kontaminan pada terdiri atas lima perlakuan (Tabel 1), setiap
ekspalan bawang merah lokal Palu, demikian perlakuan diulang sebanyak 4 kalisehingga
halnya pada induksi kalus dari eksplan terdapat 20 satuan percobaan. Setiap satuan
bawang merah (Allium ascalonicum L.)lokal percobaan menggunakan dua eksplan
Palu yang menggunakan 2,4-D belum pernah sehingga terdapat 40 eksplan.

131
Tabel 1. Bahan Sterilan yang dicobakan

Perlakuan Jenis bahan sterilan Konsentrasi Lama Keterangan


bahan sterilan perendaman dan
pengocokan
Deterjen 1 g/l 30 menit
Bakterisida+Fungisida 2 g/l + 2 g/l 1 jam
S1 Clorox 25% 10 menit
Clorox 10% 5 menit
Deterjen 1 g/l 30 menit
Bakterisida + Fungisida 1 g/l + 1 g/l 1 x 24 jam
S2 Clorox 15% 15 menit
Clorox 5% 5 menit
Deterjen 1 g/l 1 jam
Bakterisida + Fungisida 1 g/l + 1 g/l 1 x 24 jam Umbi bawang
S3 dibakar
sebelum
dikupas lapisan
kulit dalamnya.
Clorox 10% 10 menit
Clorox 5% 5 menit
Sunlight cair 10 ml 30 menit
S4 Bakterisida + Fungisida 0,5 g/l + 0,5g/l 1 x 24 jam
Clorox 10% 10 menit
Clorox 5% 5 menit
Deterjen 1 g/l 30 menit
Bakterisida + 0,5 g/l + 0,5 g/l 30 menit
S5 Fungisida + tween 80 + 3 tetes
Clorox 10% 10 menit
Clorox 5% 5 menit

Perlakuan yang dicobakan pada tahap II perbedaanantar perlakuan yang dicobakan


(induksi kalus) adalah konsentrasi 2,4-D diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur
yang terdiri dari empat taraf yaitu: (BNJ).Peubah yang diamati pada tahap
M1 = 1,0 ppm2,4-D sterilisasi eksplan adalah persentase
M2 = 1,5 ppm 2,4-D kontaminasi yang terjadi pada eksplan
M3 = 2,0 ppm2,4-D tanaman bawang merah lokal
M4 = 2,5 ppm 2,4-D Palu.Sedangkan pada tahap induksi kalus
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga adalah saat muncul kalus,persentase eksplan
kali sehingga terdapat 12 satuan membentuk kalus, warna kalus dan tipe
percobaan.Setiap satuan percobaan kalus.
menggunakan dua eksplan sehingga terdapat
24 eksplan. Data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis ragam, dan untuk mengetahui

132
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Saat Muncul Kalus pada Berbagai
Konsentrasi 2,4-D (Hari Setelah
Sterilisasi Eksplan
Kultur) yang Dicobakan
. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
sterilisasi dengan menggunakan berbagai M1 39,33 b

bahan sterilan berpengaruh sangat nyata M2 40,66b


terhadap persentase eksplan terkontaminasi
pada bawang merah lokal Palu.Hasil uji BNJ M3 25,66a 10,88
ab
disajikan pada Table 2. M4 30,66
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang
Tabel 2. Persentase Kontaminasi Eksplan sama pada kolom menunjukkan saat
munculnya kalus tidak berbeda nyata
Bawang Merah Lokal Palu pada taraf uji 5%.
Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
Persentase eksplan membentuk kalus.
S1 75,99b
S2 50,00ab Hasil Sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan berbagai konsentrasi 2,4-D
13,59 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase
S3 41,52a
eksplan membentuk kalus.
S4 71,73b 100,00 91,67 91,67
83,33
75,00
persentase berkalus

80,00
S5 99,96c 60,00
40,00
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
20,00
pada kolom menunjukkan persentase eksplan
terkontaminasi tidak berbeda nyata pada taraf 0,00
uji 5%. M1 M2 M3 M4

Induksi Kalus Perlakuan

Saat Munculnya Kalus. Hasil sidik ragam Gambar 1. Rata-Rata Persentase Eksplan Berkalus
menunjukkan bahwa perlakuan 2,4-D yang pada Media Induksi Kalus
dicobakan berpengaruh nyata terhadap saat
muncul kalus. Hasil uji BNJ (Tabel 3) Gambar diatas menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa penggunaan 2 ppm penggunaan 2 dan 2,5 ppm 2,4-D
2,4-D menghasilkan saat muncul kalus lebih menghasilkan persentase berkalus yang lebih
cepat dibanding perlakuan lain, walaupun banyak disbanding perlakuan lain.
tidak berbeda dengan M4 dan berbeda
dengan M1 dan M2. Warna Kalus. Hasil pengamatan secara
visual menunjukkan bahwakalus yang
dihasilkan pada semua perlakuan umumnya
berwarna putih pada saat muncul kalus dan
umumnya berwarna putih kekuningan pada
akhir pengamatan (Tabel 4).

133
Table 4.Warna Kalus Eksplan Bawang spora jamur pada eksplan umbi bawang
Merah Lokal Palu pada Berbagai merahataupun pada media.Eksplan yang
Perlakuan terkontaminasi oleh bakteri terjadi pada
Warna kalus minggu ke dua dan ke tiga setelah tanam,
Perlakuan Ulangan Eksplan Eksplan ditandai dengan munculnya cairan
1 2 menyerupai lendir pada eksplan yang kontak
1 ab ab langsung dengan media maupun pada media.
M1 2 bc bc Penggunaan bahan sterilan pada
3 ab ab perlakuan S3 dapat menekan kontaminasi
1 ab ab sebesar 41,52% yang lebih baik dibanding
M2 2 ab ab perlakuan yang lain. Rendahnya tingkat
3 ab ab kontaminasi pada perlakuan S3 karena
1 ab ab adanya pembakaran eksplan bawang merah
M3 2 ab ab lokal Palu sebelum dilakukan pengupasan
3 ab ab lapisan kulit dalam pada eksplan bawang
1 ab ab merah.Selain itu penggunaan konsentrasi
M4 2 ab ab bahan sterilan yang tepat, disertai waktu
3 ab ab perendaman yang lebih lama (1 x 24 jam)
Ket: a = putih ab = putih kekuningan pada eksplan bawang merah lokal Palu,
b = kuningbc = kuning kecoklatan mampu menekan tingkat kontaminasi pada
c = coklat ac = putih kecoklatan eksplan.Haltersebut didukung oleh pendapat
Gunawan (1992) bahwasebaiknya
Tipe Kalus. Hasil pengamatan secara visual menggunakan bahan sterlisasi dengan
terhadap tekstur kalusmenunjukkan bahwa konsentrasi yang rendah (tepat) dan periode
kalus yang terbentuk bersifat kompak dan perendaman yang lebih lama.Hal ini
intermediet (Tabel 5). dimaksudkan agar pengaruh bahan tersebut
dapat lebih efektif membunuh
Tabel 5. Tekstur Kalus pada Berbagai mikroorganisme tanpa mematikan sel-sel
Perlakuan Umur 8 MSK pada jaringan yang dikulturkan.
Ulangan Penggunaan bahan sterilan seperti
Perlakuan fungisida dan bakterisida dalam konsentrasi
I II III
rendah yang disertai lama waktu
M1 kompak kompak kompak perendaman eksplan yang relatif singkat (±
M2 kompak kompak kompak 1 jam), tidak mampu menekan risiko
M3 intermediet intermediet intermediet kontaminasi secara memadai seperti
ditunjukkan pada perlakuan S4 dan
M4 intermediet intermediet intermedirt
perlakuan S5 yang menimbulkan persentase
kontaminasi sebesar 71,73% pada perlakuan
Pembahasan S4 dan 99,96% pada perlakuan S5.
Sterilisasi Eksplan. Hasil pengamatan Penggunaan bahan sterilan fungisida dan
bakterisida pada konsentrasi yang lebih
menunjukkan bahwa eksplan terkontaminasi
oleh jamur dan bakteri.Eksplan yang pekat seperti ditunjukkan pada perlakuan S1
juga dapat menekan pertumbuhan
terkontaminasi oleh jamur terjadi pada
minggu pertama setelah tanam, ditandai kontaminan, dengan persentase kontaminasi
dengan adanya benang-benang hifa maupun

134
sebesar 75,99% namun eksplan yang steril Berdasarkan pengamatan persentase
mengalami pencoklatan atau browning. eksplan berkalus, diperoleh hasil bahwa
Pencoklatan atau browning dapat terjadi pembentukan kalus berkisar antara 70-90%.
karena adanya pelukaan akibat pemotongan Persentase eksplan yang membentuk kalus
atau pengirisan pada jaringan tanaman paling tinggi diperoleh pada media yang
(eksplan), khususnya vacuola sebagai tempat ditambahkan 2 ppm dan 2,5 ppm 2,4-D yaitu
penyimpanan air dan produk-produk sebesar 91,67% sedangkan jumlah presentasi
metabolit sekunder seperti senyawa kalus terendah adalah perlakuan yang
fenol.Selain akibat pelukaan, pencoklatan ditambahkan 1 ppm 2,4-D yaitu sebesar
atau browning yang terjadi pada penelitian 75,00%. Hal ini diduga perbedaan
ini, mungkin pula disebabkan karena pemberian kosentrasi 2,4-D yang berbeda,
konsentrasi yang dicobakan cukup pekat.Hal sehingga memberikan respon yang berbeda
tersebut sesuai dengan pernyataan Yusnita pula. Pemberian konsentrasi 2,4-D yang
(2003) bahwa sterilan berpengaruh terhadap lebih tinggi memberikan respon pertumbuhan
tingkat kontaminasi dan konsentrasinya kalus yang lebih banyak dibanding
berpengaruh langsung terhadap pencoklatan pemberian konsentrasi 2,4-D yang lebih
pada eksplan. Dengan demikian, penggunaan rendah. Hal ini sesuai dengan hasil
bahan sterilan pada konsentrasi yang sesuai penelitian Meagher dan Green (2002) pada
memberikan hasil sterilisasi eksplan yang induksi kalus tanaman saw palmetto, yang
baik menyatakan bahwa induksi kalus dipengaruhi
oleh konsentrasi 2,4-D yang digunakan.
Induksi Kalus. Hasil pengamatan kultur Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang
kalus pada eksplan bawang merah lokal Palu digunakan, induksi kalus semakin cepat
menunjukkan bahwa eksplan mampu terjadi. Walaupun demikian tidak semua
menghasilkan kalus pada semua perlakuan eksplan yang dikulturkan dapat membentuk
yang diberikan yaitu pada media MS dengan kalus. Pada perlakuan 2,4-D dengan
pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D, konsentrasi yang lebih rendah eksplan hanya
kinetin 0,25 ppm dan air kelapa 150 ml/L. memperlihatkan penebalan dan tidak
Saat muncul kalus paling cepat diperoleh berkembang menjadi kalus walaupun
pada perlakuan konsentrasi 2 ppm 2,4-D dan dikulturkan dalam jangka waktu yang lama.
konsentrasi 2,5 ppm 2,4-D yaitu rata-rata Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
berkisar 25,67 dan 30, 67 hari setelah kultur. pengamatan warna kalus secara visual, pada
Perlakuan 2,4-D dengan konsentrasi 1 ppm saat muncul kalus hingga minggu kedua dari
dan 1,5 ppm menyebabkan munculnya kalus saat munculnya kalus warna kalus yang
terlama, yaitu rata-rata 40 hari setelah kultur. terbentuk pada semua perlakuan mula-mula
Terbentuknya kalus pada seluruh perlakuan berwarna putih dan berubah warna menjadi
2,4-D yang dicobakan menunjukkan putih kekuningan hingga akhir
konsentrasi 2,4-D yang ditambahkan kedalam pengamatan.Perubahan warna kalus tersebut
media (1,0-2,5 ppm), termasuk dalam menunjukkan adanya perubahan fase
“kisaran konsentrasi 2,4-D” yang dapat pertumbuhan pada sel dan daya regenerasi
menstimulasi pembentukan kalus. Hal ini sel.Warna putih menunjukkan sel-sel yang
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Basri masih muda yang aktif membelah, warna
(2004) bahwa 2,4-D diketahui sebagai jenis kuning atau putih kekuningan menunjukkan
auksin yang kuat dan lebih efektif untuk bahwa sel-sel yang dewasa menuju fase
pembentukan kalus. pembelahan aktif.George dan Sherrington

135
(1984) mengemukakan bahwa perubahan pada eksplan bawang merah lokal Palu
warna kalus tersebut disebabkan oleh adanya sebelum dikultur.
sintesis zat-zat fenolik pada sel (kalus). 2. Induksi kalus bawang merah lokal Palu
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada lebih baik pada media yang ditambahkan
pengamatan tekstur kalus secara visual, pada 2 ppm 2,4-D. Pada konsentrasi tersebut
eksplan bawang merah lokal Palu, pada kalus terbentuk paling cepat, yaitu 25,66
perlakuan M1 dan M2 di peroleh kalus hari setelah kulturdengan persentase
bertipe kompak dengan konsentrasi 2,4-D pembentukan kalus mencapai 91,67%.
sebanyak 1 ppm dan 1,5 ppm. Sedangkan
pada perlakuan M3 dan M4 dengan Saran
konsentrasi 2 ppm dan 2,5 ppm 2,4-D
1. Disarankan untuk sterilisasi bawang
diperoleh kalus bertipe intermediet. Dalam
merah lokal Palu menggunakan bahan
penelitian ini, perlakuan yang dicobakan
sterilan terdiri dari 1g bakterisida, 1g
tidak menghasilkan kalus yang bertipe
fungisida, 10% cloroxs dan 5% cloroxs
remah, hal tersebut mungkin dikarenakan
disertai dengan perlakuan fisik
kurangnya hormon auksin endogen yang
(pembakaran) pada eksplan bawang
diproduksi oleh eksplan bawang merah lokal
merah lokal Palu
Palu yang dikulturkan. Hal ini sesuai dengan
2. Disarankan untuk menginduksi kalus
yang dikemukakan oleh Widyawati (2010),
bawang merah lokal Palu dengan
terbentuknya kalus bertipe remah dipacu oleh
menggunakan media MS yang
adanya hormon auksin endogen yang
ditambahkan 2 ppm 2,4-D.
diproduksi secara internal oleh eksplan yang
dikulturkan.Turhan (2004) menyatakan
bahwa secara visual kalus dapat dibedakan
menjadi tiga tipe kalus, yaitu kompak, DAFTAR PUSTAKA
intermediet dan remah.Kalus yang baik Bahrudin,2004. Penggunaan Taraf Naungan
memiliki tekstur yang remah karena mudah dan Jenis Mulsa untuk Meningkatkan
memisah menjadi sel-sel tunggal.Kalus tipe
Hasil Bawang Merah (Allium
kompak umumnya mempunyai pertumbuhan
yang lambat, sulit untukdipisahkan dan ascalonicum L.) Varietas Lokal Palu.
terlihat padat sedangkan tipe kalus yang Jurnal Agroland 11 (2): 161-167.
intermediet mempunyai pertumbuhan yang
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman.
lebih cepat (Fitriani, 2008).
Universitas Tadulako Press, Palu.
KESIMPULAN DAN SARAN Budiono, D. P., 2003. Multiplikasi In Vitro
Kesimpulan Tunas Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada Berbagai Taraf
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal
dapat disimpulkan sebagai berikut: Agronomi, 8(2):75-80.
1. Bahan sterilan yang lebih baik untuk
sterilisasi eksplan bawang merah lokal Devy, L., dan Sastra, R. L., 2006. Pengaruh
terdiri dari 1g bakterisida, 1g fungisida, Radiasi Sinar Gamma Terhadap Kultur
10% cloroxs dan 5% cloroxs disertai in vitro Tanaman Jahe. Jurnal Sains dan
dengan perlakuan fisik (pembakaran) Teknologi Indonesia Vol. 8(1): 7-14.

136
Direktorat Perbenihan, 2004. Kumpulan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Saleh, M.S., 2004. Bawang Goreng Varietas
Tentang Pelepasan Varietas. Direktorat Palasa Dilepas sebagai Varietas Unggul
Perbenihan Hortikultura. Jakarta. Nasional. Harian Umum Radar Sulteng,
10 November 2004.
Fitriani, H., 2008, Kajian Konsentrasi BAP
dan NAA terhadap Multiplikasi Turhan, H. 2004. Callus inductions and
Tanaman Artemisia annua L. secara In Growth in transgenic Patato Genotypes.
Vitro, Skripsi Fakultas Pertanian UNS, African Journal of Biotechnology
Surakarta. 3(8):375-378.

George, E.F., and P.D. Sherrington, 1984. Widyawati, G. 2010. Pengaruh Varietas
Konsentrasi NAA dan BAP terhadap
Plant Propagation by Tissue Culture.
Induksi dan Pertumbuhan Kalus jarak
Exegetics Ltd. England. Pagar (Jatropa curcas L.,) Tesis tidak
diterbitkan.Surakarta : Program Pasca
Gunawan, L.W., 1992. Teknik Kultur Sarjana UNS.
Jaringan,Bogor : Laboratorium Kultur
Jaringan Tanaman Pusat Antar Yusnita, 2003. Kultur Jaringan: Cara
Universitas (PAU) Bioteknologi-IPB. Memperbanyak Tanaman Secara
Bogor. Efisien. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Hellyanto, R., 2008. Pengaruh Jenis Media
Terhadap Embriogenesis Somatik Dua
kultivar bawang merah (Allium cepa
var.ascalonicum L.).Laporan Hasil
Penelitian.Institut Pertanian Bogor.

Irwansyah dan Z. Mukhri., 1991.Biak in-vitro


bawang Bombai(Allium cepaL): Induksi
dan Regenerasi Kalus Yang Diiradiasi
DenganNetron Cepat.Pusat Penelitian
Teknik Nuklir - Badan Tenaga Atom
Nasional.Bandung.

Limbongan, J., dan Maskar, 2003. Potensi


Pengembangan dan Ketersediaan
Teknologi Bawang Merah Palu di
Sulawesi Tengah.Jurnal Litbang
Pertanian, 22 (3).

Meagher, M.G and J. Green. 2002. Somatic


embryogenesis and plantregeneration
from immature embryos of saw
palmetto, an importantlandscape and
medicinal plant. Plant Cell Tissue and
Organ Culture 66 : 253– 256.

137

You might also like