You are on page 1of 8

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

DI KABUPATEN BULUNGAN DAN NUNUKAN,


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
Oleh: A. Sanusi Halim, Sudirman Abdullah, Djadja Turdjaja, Sarino
SUBDIT MINERAL NON LOGAM

ABSTRACT
Inventory and evaluation of non-metallic minerals in the Regencies of Nunukan and
Bulungan, East Kalimantan Province, was done as implementation of the Project of Inventory and
Evaluation of Minerals in Indonesia, Directorate of Mineral Resources Inventory, Directorate
General of Geology and Mineral Resources, Department of Energy and Mineral Resources, Year
2004.
Geologically, these regions were occupied by groups of sedimentary, volcanic, and intrusive
rocks, which are Upper Cretaceous up to Holocene in age. Some structural geology was developed,
including folding, fracture and faulting at some formations, indicated by lineament to the direction of
northeast – southwest.
Based on field observation and supported by result of laboratory analyses, some
commodities found in these region have prospect to be developed, in order to optimalized their
potencies, thus they can contribute and enhance the regional development of the regencies.
The Regency of Bulungan have the potency on limestone in surrounding G. Putri, Tanjung
Palas District, also some clay locations in Jelarai, Tanjung Selor District and Bumi Rahayu, Tanjung
Palas District. Whilst in Nunukan Regency have been found basalt and clay, alternately surrounding
G. Liang Bunyu, Sebatik District, and in Binusan and South Nunukan, Nunukan District.
Result of laboratory analyses show that the limestone can be used as raw material of
portland cement, metallurgy industry as metal extraction, liming material in fishery industry,
agriculture and forestry in order to neutralize acid. Clay in the above locations is good quality as raw
materials of brick and earthy roof. Basalt is a good for aggregate building materials.

SARI

Inventarisasi dan evaluasi bahan galian non logam di wilayah Kabupaten Nunukan dan
Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur, dilakukan dalam rangka pelaksanaan Proyek
Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
Tahun Anggaran 2004.
Secara geologi kedua wilayah kabupaten disusun oleh kelompok batuan sedimen, kelompok
batuan gunungapi, kelompok batuan terobosan dan batuan alluvium yang memiliki umur antara Kapur
Akhir hingga Holosen. Struktur yang berkembang, seperti perlipatan, kekar dan sesar pada beberapa
formasi batuan, umumnya menunjukkan pengarahan timur laut – barat daya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditunjang hasil analisis laboratorium, beberapa
bahan galian yang terdapat di kedua wilayah tersebut memiliki prospek untuk diusahakan dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya mineral, agar dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan pada masing-masing wilayah.
Kabupaten Bulungan memiliki potensi batugamping di kawasan G. Putri, Kecamatan
Tanjung Palas serta lempung di daerah Jelarai, Kecamatan Tanjung Selor dan daerah Bumi Rahayu,
Kecamatan Tanjung Palas. Sedangkan di wilayah Kabupaten Nunukan ditemukan bahan galian basal

Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005


18-1
dan lempung, berturut-turut di daerah G. Liang Bunyu, Desa Liang Bunyu, Kecamatan Sebatik, serta
di Desa Binusan dan Desa Nunukan Selatan, Kecamatan Nunukan.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium, batugamping di daerah penyelidikan dapat
digunakan sebagai bahan baku semen portland, bahan pemurnian dan peleburan dalam industri
metalurgi, bahan pengapuran dalam usaha perikanan (tambak ikan dan udang), bahan penetralisir
(reagent) lahan untuk usaha pertanian dan perkebunan yang memiliki kadar keasaman (Ph) yang
tinggi. Bahan galian lempung cukup baik mutunya sebagai bahan baku bata dan genteng. Sedangkan
basal merupakan agregat bahan bangunan.

PENDAHULUAN dalam rangka melengkapi bank data sumber


daya nasional.
Latar Belakang
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan
Melalui Proyek Inventarisasi dan untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan
Evaluasi Bahan Galian Indonesia (PIEBGMI), pengembangan bahan galian non-logam yang
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral terdapat di daerah tersebut, serta melakukan
(DIM), sesuai tugas dan fungsinya, melakukan evaluasi potensi bahan galian yang ada di
inventarisasi dan evaluasi bahan galian non wlayah kedua kabupaten tersebut.
logam, logam dan batubara di berbagai
kabupaten di seluruh Indonesia. Pada tahun Lokasi Daerah Penyelidikan
anggaran 2004, Sub Direktorat Eksplorasi Kabupaten Bulungan
Mineral Non Logam, melakukan kegiatan
Secara administratif Kabupaten Bulungan
tersebut di wilayah Kabupaten Bulungan dan
termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan
Timur, yang dibatasi di sebelah selatan oleh
Timur. Pengumpulan data dilaksanakan
Kabupaten Berau, sebelah barat oleh
selama ± 40 (empat puluh) hari.
Kabupaten Malinau, sebelah timur oleh Laut
Sejak manifestasi Era Otonomi Daerah, Sulawesi dan Kota Tarakan, serta sebelah
yang diperkuat dengan Undang-Undang No. utara oleh Kabupaten Nunukan. Ibukota
22 Tahun 1999, peran Pemerintah Daerah, Kabupaten Bulungan adalah Tanjung Selor.
terutama Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi
Secara geografis, wilayah kabupaten ini
sangat strategis. UU 22 tahun 1999 mengalami
terletak antara 116°2’35,2” – 117°58’1,6”
perubahan menjadi UU No.32 Tahun 2004.
Bujur Timur dan 2°08’2,9” – 3°46’22,4”
Pemerintah Daerah kini memiliki kewenangan
Lintang Utara. Sedangkan lokasi daerah uji
yang lebih besar untuk mengelola dan
petik terletak pada koordinat 117°15’2,97” –
memanfaatkan sumber daya alam seoptimal
117°29’50,7” Bujur Timur dan 2°36’2,89” –
mungkin, termasuk bahan galian non-logam,
2°54’8,66” Lintang Utara.
yang dimiliki daerah masing-masing.
Sektor pertambangan bahan galian non- Kabupaten Nunukan
logam sebagian besar belum dikelola dengan Kabupaten Nunukan juga termasuk ke
baik, sehingga kontribusi sektor ini terhadap dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum yang berbatasan di sebelah utara dengan
optimal. Hal itu disebabkan Pemerintah Negara Sabah (Malaysia Timur), sebelah
Daerah belum mengetahui potensi sumber selatan dengan Kabupaten Bulungan dan
daya mineral yang terdapat di daerahnya. Oleh Kabupaten Malinau, sebelah timur dengan
karena itu, kegiatan inventarisasi dan evaluasi Laut Sulawesi, dan di sebelah barat dengan
bahan galian yang dilakukan oleh DIM Negara Serawak (Malaysia Timur).
diharapkan dapat membantu Pemerintah Secara geografis Kabupaten Nunukan
Daerah dalam melaksanakan pembangunan di terletak antara 115°30’00” – 118°44’55”
daerah masing-masing. Bujur Timur dan 3°30’00” – 4°24’55” Lintang
Maksud dan Tujuan Utara. Daerah lokasi uji petik terletak pada
koordinat antara 117°36’8,0” – 117°46’51,6”
Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi
Bujur Timur dan 4°01’21,54” – 4°10’13,35”
Bahan Galian Mineral Indonesia dimaksudkan
Lintang Utara.
untuk mendapatkan data dasar bahan galian,
terutama non-logam di Indonesia meliputi
lokasi, sumber daya (cadangan) dan kualitas,

Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005


18-2
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN Stratigrafi
Morfologi Kabupaten Bulungan
Stratigrafi daerah Kabupaten Bulungan
Kabupaten Bulungan
dari yang ber-umur tua ke muda dapat
Secara regional, morfologi di wilayah diperikan sebagai berikut:
Kabupaten Bulungan dapat dibedakan menjadi
− Formasi Sembakung (Tes) berumur
2 (dua) satuan morfologi, yaitu: satuan
Eosen. Bagian bawah terdiri dari
morfologi dataran dan satuan morfologi
batulempung, batulanau dan batupasir,
perbukitan bergelombang.
dan bagian atas terdiri dari batupasir
Satuan morfologi dataran menempati kuarsa, batugamping pasiran, rijang dan
wilayah berketinggian antara 0 – 50 m dpl, tuf.
dicirikan oleh kemiringan lereng <10°. Batuan
pembentuk satuan morfologi ini terutama − Formasi Birang (Tomb) yang berumur
adalah endapan aluvium pantai dan sungai, Oligo-Miosen, terdiri dari selang-seling
dengan pola aliran sungai anastomatik, yang antara napal, batugamping dan tuf di
mencerminkan tingkat erosi dewasa. bagian atas, serta selang-seling antara
napal, rijang, konglomerat, batupasir
Morfologi perbukitan bergelombang kuarsa dan batugamping di bagian bawah.
berkembang di daerah dengan ketinggian
antara 50 – 1600 m dpl, dengan kemiringan − Batuan Gunungapi Jelai (Tomj) berumur
lereng antara 10° - 40°. Batuan pembentuk Oligo-Miosen, diendapkan tidak selaras
satuan morfologi ini sebagian besar adalah diatas Formasi Birang. Formasi ini terdiri
satuan batuan sedimen dan volkanik. Pola dari breksi gunungapi, batupasir tufan,
aliran sungai yang berkembang berbentuk dan tuf, setempat sisipan batubara,
dendritik – sub dendritik yang mencerminkan dengan struktur lapisan bersusun dan
bahwa tahap erosi muda menuju dewasa. silang siur. Batuan ini diterobos oleh
retas-retas andesit.
Kabupaten Nunukan
− Formasi Tabul (Tmt) yang berumur
Morfologi di daerah Kabupaten Nunukan Miosen Akhir, terdiri dari batupasir,
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan batulempung, dan konglomerat, dengan
morfologi, yaitu: satuan morfologi dataran, sisipan batubara muda.
satuan morfologi perbukitan bergelombang
− Formasi Sajau ((Tqps) berumur Plistosen,
dan satuan morfologi perbukitan terisolir
terdiri dari perselingan batulempung,
Satuan morfologi dataran tersusun oleh batulanau, batupasir, dan konglomerat,
batuan rombakan, sedimen lepas, endapan dengan sisipan batubara.
pantai dan endapan sungai, kemiringan lereng
<5°, dengan pola aliran sungai anastomatik − Formasi Sinjin (Tps) berumur Pliosen,
yang mencerminkan tingkat erosi dewasa. terdiri dari perselingan antara tuf, dengan
aglomerat, lapili, lava andesit, tuf
Satuan morfologi perbukitan bergelom- terkersikkan, dan batulempung tufaan.
bang ditempati oleh beberapa satuan batuan
sedimen yang termasuk dalam Formasi Seluruh formasi tersebut diatas ditutupi
Meliat, Formasi Tabul dan Formasi Sajau. secara tidak selaras oleh endapan aluvium
Daerah ini mempunyai ketinggian lebih dari (Qa) yang terdiri dari lumpur, lanau, pasir,
50 meter dpl. Pola aliran sungai yang kerikil, kerakal dan gambut yang berumur
berkembang adalah sub dendritik – dendritik, Holosen (Resen).
dengan kemiringan lereng antara 15° – 35° Kabupaten Nunukan
yang mencerminkan tahap erosi muda menuju Stratigrafi daerah Kabupaten Nunukan,
dewasa. diuraikan di bawah dari yang tertua sampai
Satuan morfologi perbukitan terisolir termuda.
secara kontras dapat dibedakan dengan
− Formasi Meliat (Tmm) berumur Miosen
fenomena bentang alam di sekitarnya dari
Tengah, terdiri dari perselingan batupasir,
bentuknya yang seperti kubah. Satuan ini batulempung dan serpih dengan sisipan
disusun oleh satuan batuan basal, sedangkan
batubara.
pola aliran sungai yang berkembang adalah
radier, dengan kemiringan lereng antara 15° – − Formasi Tabul (Tmt) berumur Pliosen –
55° yang mencerminkan bahwa tahap erosi Plistosen, diendapkan tidak selaras di atas
muda. Formasi Meliat. Formasi ini terdiri dari
perselingan antara batulempung,
Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005
18-3
batulumpur, batupasir, batugamping dan berwarna abu-abu kekuningan–kehijauan,
batubara. sebagian kuning kemerahan akibat oksidasi,
− Formasi Sajau (Tqps) berumur Pliosen – padat – getas, tebal tersingkap 2 – 5 meter.
Plistosen, terdiri dari batupasir, kuarsa, Bahan galian ini tersebar pada daerah
batulempung, batulanau, batubara, lignit pematang tinggi dan sebagian pada perbukitan
dan konglomerat. kecil, seluas ± 50 Ha. Lempung pasiran juga
dijumpai di Desa Bumi Rahayu, dan Desa G.
− Sumbat dan Retas (Qpi) berumur Putri, Kecamatan Tanjung Palas, pada areal
Plistosen, terdiri dari andesit (an), basal
masing-masing seluas ± 25 Ha, dengan tebal
(b) dan diorit, umumnya bertekstur
rata-rata 4 m. Sumber daya seluruh endapan
porfiritik, sebagian terkloritkan.
lempung yang bersifat pasiran diperkirakan
Struktur Geologi 7.000.000 ton
Kabupaten Bulungan Batugamping
Struktur geologi yang berkembang di Batugamping terdapat di beberapa lokasi
daerah penyelidikan adalah lipatan dan sesar. di wilayah Kecamatan Tanjungpalas, yaitu
Struktur lipatan, berupa antiklin dan sinklin, Desa Tanjungpalas Tengah, Desa Karang
dengan arah utama sumbu lipatan tenggara– Jenawi, Desa Pejalin, dan Desa Gunung Putri.
baratlaut, serta struktur sesar normal yang Lokasi sebaran batugamping diatas lebih
dijumpai pada Formasi Sembakung searah dikenal sebagai kawasan Gunung Putri,
dengan sumbu lipatan. berupa rangkaian perbukitan dengan arah
Kabupaten Nunukan umum utara – selatan, pada ketinggian antara
10 – 125 m dpl, seluas ± (1,2 x 0,75) km²,
Di daerah Kabupaten Nunukan ditemukan
ketebalan rata-rata 50 m. Di lapangan
gejala perlipatan, pensesaran dan kelurusan
batugamping berwarna abu-abu keputihan,
(lineament). Struktur lipatan berupa antiklin
putih kotor, atau putih kekuningan, berbutir
dan sinkllin dengan sumbu lipatan berarah
sedang, pejal, keras, tidak berlapis dan sering
baratlaut – tenggara, berkembang cukup baik
mengandung fosil foram besar. Besarnya
pada batulempung dan batupasir Formasi
sumber daya hipotetik batugamping ini
Meliat, serta pada batupasir Formasi Tabul.
diperkirakan 112.500.000 ton.
Struktur sesar dijumpai sebagai sesar normal
yang berarah tenggara – baratlaut. Andesit
HASIL PENYELIDIKAN Batuan Andesit terdapat di Desa Siriang,
Kecamatan Tanjung Selor, tersebar sangat
Bahan Galian di Kabupaten Bulungan terbatas daerah pematang tinggi jalan, seluas
Lempung (0,5 x 3) m². Secara megaskopis Andesit
Endapan lempung di Kabupaten berwarna abu-abu, bertekstur afanitik, pejal
Bulungan ditemukan di Desa Jelarai, dan keras, berbentuk sill dengan tebal 0.5 m.
Kecamatan Tanjung Selor. Secara megaskopis Selain itu, andesit juga terdapat di Desa
bahan galian ini berwarna kekuningan, kuning Terubul, Kecamatan Tanjung Palas,
kecoklatan, kuning kemerahan, tidak berlapis, menempati daerah perbukitan rendah seluas ±
padat, getas, dan sebagian telah 1 Ha. Di daerah ini andesit berwarna abu-abu
terlimonitisasi. Endapan lempung ini kehitaman, porfiritik, pejal – keras. Sumber
merupakan satuan lempung Formasi Sajau daya hipotetik ditaksir 125.000 ton.
yang tersingkap setebal 2 – 5 meter, di Andesit juga dijumpai di dekat jembatan
pematang jalan, dataran dan lembah seluas ± Sajau, Desa Sajau, Kecamatan Tanjung Palas,
75 Ha. Sumber daya hipotetik sekitar berupa retas-retas (sill), singkapan berukuran
4.500.000 ton. (0,75 x 3) m², berwarna abu-abu – kehitaman,
Endapan lempung juga ditemukan di pejal dan keras.
Desa Bumi Rahayu, Kecamatan Tanjung
Sirtu
Palas, tersebar pada daerah pedataran yang
kurang produktif, serta pada morfologi Endapan sirtu terdapat di sepanjang S.
perbukitan bergelombang dengan luas sebaran Kayan, didominasi oleh rombakan batuan
± 50 Ha dan tebal ± 4 meter. Sumber daya volkanik Formasi Sinjin, seperti tuf,
hipotetik diperkirakan 4.000.000 ton. aglomerat, lava andesit, lapili dan tuf
terkersikan. Sebaran sirtu di S. Kayan, daerah
Di Desa Jelarai, juga terdapat bahan
Tanjung Selor teramati seluas (2 km x 0.2 km)
galian lempung yang bersifat pasiran,
dan ketebalan endapan sirtu rata-rata 3 m,
Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005
18-4
sehingga sumber daya hipotetik diperkirakan Lempung
2.700.000 ton. Endapan lempung Kabupaten Nunukan
Bahan Galian di Kabupaten Nunukan terdapat di Desa Binusan dan Desa Nunukan
Selatan, Kecamatan Nunukan. Endapan
Andesit
tersebut menempati pedataran yang kurang
Bahan galian Andesit di Kabupaten produktif. Di lapangan, lempung berwarna
Nunukan terdapat di Desa Nunukan Barat abu-abu kekuningan, kehijauan, padat dan liat
(Sungai Bilal), Kecamatan Nunukan. Secara dalam keadaan basah, tidak berlapis, luas
megaskopis batuan andesit berwarna abu-abu sebaran ± 60 Ha, dan tebal rata-rata 3 meter.
tua – kehitaman, bertekstur porfiritik, pejal – Endapan ini diduga termasuk satuan lempung
keras, memperlihatkan struktur tiang. Batuan Formasi Tabul. Sumber daya hipotetik ditaksir
ini merupakan kelompok Batuan Sumbat dan sebesar 3.600.000 ton.
Retas, yang menempati perbukitan rendah
Pada beberapa bagian, ditemukan
seluas ± 0,5 Ha. Sumber daya hipotetik
endapan lempung yang bersifat pasiran,
diperkirakan sebesar 125.000 ton.
dengan ketebalan yang tersingkap antara 3 – 8
Basal meter, dan sebaran seluas ± 150 Ha. Sumber
Basal ditemukan di G. Liang Bunyu, Desa daya hipotetik ditaksir 15.000.000 ton.
Liang Bunyu, Kecamatan Sebatik, tersingkap Gipsum
sebagai bukit kecil, yang luasnya ± 30 Ha.
Gipsum ditemukan di Kelurahan
Secara megaskopis batuan basal berwarna
Nunukan Selatan, Kecamatan Nunukan,
abu-abu kehitaman, bertekstur porfiritik, pejal
sebagai sisipan dalam batuan lempung
dan keras, diterobos urat-urat kuarsa selebar
Formasi Sajau yang berwarna abu-abu
0,2 – 0,5 cm. Sumber daya hipotetik
kebiruan, tebalnya antara 0,5 – 2 cm. Secara
diperkirakan sebesar 37.500.000 ton.
megaskopis gipsum berwarna putih bening
Pasir Kuarsa (transparant) – putih kusam, memipih. Sumber
Bahan galian pasir kuarsa terdapat di daya gipsum sangat sedikit dan sukar
Desa Binusan dan Selisun, Kecamatan diperkirakan karena perlapisannya tidak
Nunukan menempati daerah pematang tinggi menerus dan sukar diikuti.
yang merupakan lahan kurang produktif, Sirtu
karena tertutupi alang-alang dan ladang
Endapan sirtu (pasir dan batu) terdapat di
penduduk yang tidak terurus. Secara
Desa Sedadap dan Desa Selisun, Kecamatan
megaskopis pasir kuarsa berwarna putih
Nunukan, berupa campuran material pasir dan
kekuningan, putih kelabu, berlapis buruk,
batu lepas. Pasir berwarna abu-abu keputihan,
getas, berbutir halus, membundar tanggung.
berbutir sedang – kasar, mengandung banyak
Luas sebaran ± 20 Ha, tebal tersingkap 2,5 – 3
kuarsa dan felspar. Komponen batuan,
meter, tebal tanah penutup 0,5 meter. Pasir
berukuran kerikil – kerakal, berasal dari
kuarsa ini diduga berasal dari Formasi Batuan
batuan volkanik Formasi Sajau. Endapan sirtu
Gunungapi Jelai. Sumber daya hipotetik
ini tersebar pada daerah pedataran dan
diperkirakan sebesar 1.000.000 ton.
perbukitan, yang luasnya ± 15 Ha. Sumber
Batupasir Kuarsa daya hipotetik ditaksir sebesar 1.012.500 ton.
Batupasir kuarsa dapat dikembangkan Kualitas, Kegunaan dan Prospek
sebagai bahan galian pasir kuarsa. Batuan ini Pengembangan Bahan Galian
terdapat di Desa Nunukan Barat, Kecamatan
Nunukan. Di lapangan, batuan ini berwarna Pemanfaatan suatu bahan galian dalam
putih kelabu, berbutir sedang, setengah padu – berbagai industri sangat ditentukan oleh
kompak, membundar tanggung, dan mutu/kualitas bahan galian tersebut, sesuai
tersingkap dengan ketebalan antara 1,5 – 5 dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam
meter, sedangkan tebal tanah penutup ± 10 masing-masing industri. Spesifikasi industri
cm. Batupasir kuarsa menempati lahan seluas tersebut pada umumnya berhubungan dengan
± 5 Ha, yang kurang produktif, diduga sifat fisika, kimia dan mineralogi suatu bahan
termasuk Formasi Batuan Gunungapi Jelai. galian, yang dapat diketahui dengan menguji
Sumber daya hipotetik ditaksir hanya 300.000 percontoh bahan galian dalam laboratorium.
ton. Pemerintah Daerah kedua kabupaten
tersebut sedang melakukan pembangunan
fisik, seperti jalan, perumahan, gedung
perkantoran dan infrastruktur lainnya. Oleh
Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005
18-5
karena itu memerlukan bahan konstruksi, Lempung
seperti batu fondasi, pasir, bata dan genteng. Bahan galian lempung yang terdapat
Selama ini, untuk memenuhi material bahan di kedua wilayah Kabupaten Bulungan
bangunan, karena salah satu kebutuhan bahan maupun Nunukan memiliki sumber daya
bangunan, yaitu andesit, masih dipasok dari yang cukup besar. Kesimpulan dari hasil
daerah Tawao (Malaysia). analisis laboratorium menyatakan bahwa
Selain itu, batugamping juga mungkin bahan galian tersebut sangat baik sebagai
dikembangkan untuk kalsium karbonat, yang bahan baku genteng dan bata.
dapat mendukung berbagai bidang industri. Pembangunan sarana fisik yang
Berikut akan diuraikan kegunaan dan prospek sedang dilakukan oleh kedua kabupaten
pemanfaatan beberapa bahan galian di tersebut merupakan alasan yang cukup
Kabupaten Nunukan dan Kabupaten penting untuk mendukung pengembangan
Bulungan. bahan galian lempung sebagai bahan baku
Batugamping bata dan genteng. Karena selama ini
kedua komoditi diatas didatangkan dari
Batugamping yang terdapat di
kabupaten lain, dengan harga yang cukup
kawasan Gunung Putri, Kecamatan
tinggi, yaitu Rp 500,-/biji. Disamping itu
Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan,
pengembangan bahan galian lempung
memiliki potensi sumber daya yang
sebagai bahan baku genteng dan bata juga
cukup besar. Hasil uji laboratorium
sangat mendukung perkembangan
menyatakan bahwa batugamping di
industri kerakyatan, serta memperluas
daerah tersebut dapat digunakan sebagai
lapangan kerja.
bahan baku semen portland, dalam
industri metalurgi sebagai bahan Bahan bangunan
pemurnian dan peleburan logam, juga Bahan bangunan dalam hal ini adalah
sebagai bahan untuk menurunkan kadar basal, andesit dan sirtu. Ketiga bahan
keasaman (pH) pada lahan pertanian dan galian tersebut mempunyai prospek cukup
perkebunan, maupun dalam bidang baik, di tengah maraknya pembangunan
perikanan (tambak udang). Selain itu, fisik di Kabupaten Bulungan dan
batugamping di daerah ini juga dapat Nunukan.
digunakan sebagai bahan bangunan,
Sirtu di kedua daerah tersebut berasal
terutama untuk pengerasan atau fondasi
dari kelompok batuan volkanik yang
jalan di daerah pedesaan.
cukup kompak, sehingga cukup baik
Di Kabupaten Bulungan terdapat untuk bahan bangunan dan jalan, mupun
usaha perikanan tambak ikan dan udang agregat beton. Sedangkan andesit,
seluas ± 650 Ha yang menggunakan walaupun tidak cukup besar sumber
batugamping (untuk pengapuran) dari dayanya, tetapi dapat dimanfaatkan
Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Oleh sebagai bahan bangunan untuk memenuhi
karena itu, pengembangan batugamping kebutuhan pembangunan fisik di kedua
di sebagian kawasan Gunung Putri kabupaten tersebut.
mempunyai prospek cukup baik untuk
Demikian pula basal di G. Liang
mendukung usaha peternakan tersebut.
Bunyu, Kabupaten Nunukan, sumber
Akan tetapi, pengembangan dayanya cukup signifikan Berdasarkan
batugamping pada suatu kawasan hasil pengamatan lapangan, lokasi bahan
memerlukan penelitian dan pengkajian galian basal tidak jauh dari kota Nunukan,
yang cukup serius dan hati-hati, karena serta sudah tersedia sarana jalan desa dan
kawasan batugamping, terutama yang pelayangan (Jeti) untuk bongkar muat
telah membentuk morfologi kars, barang dan penumpang dari Desa Liang
merupakan kawasan hidrologi penting Bunyu ke Desa Sedadap hingga ke Kota
yang mendukung kelangsungan ekosistem Nunukan. Walaupun masih harus
di sekitarnya. Disamping itu, suatu usaha ditingkatkan kualitas jalannya, serta
pertambangan harus tetap berwawasan dibangun lagi jalan tambahan dari desa-
lingkungan untuk menunjang desa tersebut menuju G. Liang Bunyu
pembangunan berkelanjutan (sustainable sejauh ± 1,5 km.
development).

Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005


18-6
Pasir Kuarsa 3. Heryanto, R., Supriatna, S dan Abidin,
Bahan galian pasir kuarsa hanya H.Z., 1995, Peta Geologi Lembar
terdapat wilayah Kabupaten Nunukan Longbia (Napaku), Skala 1:250.000,
dengan sumber daya hipotetik Kalimantan, Pusat Penelitian dan
diperkirakan sebesar 1.000.000 ton, yang Pengembangan Geologi Bandung.
menempati lahan kurang produktif. Oleh 4. Heryanto, R., Supriatna, S dan Abidin, H.Z.,
karena itu dapat dipertimbangkan untuk 1995, Peta Geologi Lembar Malinau,
dimanfaatkan, sayangnya belum diketahui Skala 1:250.000, Kalimantan, Pusat
kadar dan kualitasnya, sehingga perlu Penelitian dan Pengembangan Geologi
diselidiki lebih lanjut. Bandung.
Pasir kuarsa secara teoritis 5. Hidayat, Amiruddin dan Satrianas, D, 1995,
merupakan bahan baku gelas dan kaca, Geologi Lembar Tarakan dan Sebatik,
akan tetapi perlu kadar silika diatas 95%, Kalimantan, Pusat Penelitian dan
dan ukuran butir tertentu. Pasir kuarsa Pengembangan Geologi, Bandung.
juga dapat bersumber dari batupasir 6. Rochyadi Noer, Moch. Ir., MSc, 1990,
kuarsa. Batuan ini terdapat berdekatan Penyelidikan Pendahuluan Mineral
dengan lokasi pasir kuarsa, dengan Industri di Kecamatan Tanjung Selor,
sumber daya hipotetik ditaksir hanya Kabupaten Bulungan, Provinsi
300.000 ton. Kalimantan Timur, Direktorat Sumber
DAFTAR PUSTAKA Daya Mineral, Sub Direktorat Mineral
Industri dan Batuan.
1. Halomoan, T. Ir., Yahya Toding 7. Situmorang, R.I. dan Burhan, G., 1995, Peta
Datu, Ir., 1994, Inventarisasi Geologi Lembar Tanjung Redeb,
Bahan Galian di Kecamatan Kalimantan, Pusat Penelitian dan
Nunukan, Kabupaten Bulungan, Pengembangan Geologi Bandung.
Provinsi Kalimantan Timur,
Kanwil DPE Provinsi Kalimantan 8. Sanusi Halim, Ir, dkk, 1996., Eksplorasi
Timur. Pendahuluan Sumberdaya Batumulia
dan Bahan Galian Industri di daerah
2. Heryanto, R., Supriatna, S dan Long Nawan, Kabupaten Bulungan,
Abidin, H.Z., 1995, Peta Geologi Kalimantan Timur, Direktorat Sumber
Lembar Lumbis, Skala 1:250.000, Daya Mineral, Sub Direktorat Mineral
Kalimantan, Pusat Penelitian dan Industri dan Batuan.
Pengembangan Geologi Bandung.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005


18-7
Gambar 1. Peta Lokasi Sumberdaya Mineral di Kabupaten Bulungan, Provinsi
Kalimantan Timur

Gambar 2. Peta Lokasi Sumberdaya Mineral dan Batubara di Kabupaten Nunukan,


Provinsi Kalimantan Timur

Kolokium Hasil Lapangan – DIM , 2005


18-8

You might also like