You are on page 1of 15

Tinjauan Hukum Terhadap Konsumen Akibat Iklan yang Menyesatkan dalam Media Online

Oleh : Nur Aminah Harahap


Pembimbing I : Dr. Dr. Hayatul Ismi, SH., MH
Pembimbing II : Dr. Evi Deliana. HZ, SH., LL. M
Alamat: Jalan Pahlawan Kerja, Gang Karisma, Marpoyan Damai, Pekanbaru-Riau
Email: nuraminahharahap438@gmail.com

ABSTRACT

One of the tools that is often used by businesses to market their products is by advertising. According
to law number 8 of 1999 concerning consumer protection, promotion is the activity of introducing or
disseminating information on goods and/or services, to attract consumers’ buying interest in goods and/or
services that will and are being traded. In this case the dissemination of information on an item and/or
service can be carried out in the form of advertisements that are displayed in online media. Problems faced
by consumers are goods and/or services that are not as expected as advertised. Due to the misleading
advertising, business actors should be responsible for losses suffered by consumers.
This type of research can be classified in the type of normative legal research, reviewing the legal
principles contained in law number 8 of 1999 concerning consumer protection. Based on its nature this
legal research is descriptive in that it describes and describes all data obtained from the results of literature
studies relating to the title of legal writing which is clearly and in detail then analyzed to answer the
problems under study.
From the results of research and discussion it can be concluded that, first, consumer protection by
the state, namely by making policies that are tangible in the form of legislation, namely law number 8 of
1999 concerning consumer protection. In general the state carries out the task of fostering and supervising
the implementation of consumer protection, including the task of coaching and supervising advertising
activities. Another form of consumer protection by the state from misleading advertisements can be seen in
the judge’s fair judgment and the application of legal principles and rules accordingly. Secondly, the
responsibility of business actors towards consumers due to misleading advertisements in online media based
on law number 8 of 1999 concerning consumer protection (UUPK) already exists in the UUPK specifically
contained in Article 20 despite the absence of legislation that regulates related details advertising.

Keywords: Responsibility – Business Actors – Consumer Protection

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 1
BAB I Untuk mengkaji perilaku pelaku usaha,
Undang-Undang Perlindungan Konsumen bisa
PENDAHULUAN
dijadikan sebagai acuan. Pelaku usaha bisa
A. Latar Belakang Masalah dituntut apabila janji yang ditawarkan dalam
Pembangunan dan perkembangan iklan tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan
perekonomian umumnya dan khususnya di yang diterima oleh konsumen. Undang-Undang
bidang perindustrian dan perdagangan nasional Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
telah menghasilkan berbagai variasi barang Konsumen di dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf B
dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di menyatakan bahwa: “pelaku usaha dilarang
samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
yang didukung oleh kemajuan teknologi suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,
telekomunikasi dan informatika telah dan/atau seolah-olah: barang tersebut dalam
memperluas ruang gerak arus transaksi barang keadaan baik dan/atau baru”, dan yang terdapat
dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf E menyatakan
produksi luar negeri maupun produksi dalam bahwa “seolah-olah barang dan/atau jasa
negeri.1 tersebut tersedia”, dan terdapat juga dalam Pasal
Iklan merupakan salah satu bentuk 9 Ayat (1) huruf F yang menyatakan bahwa
promosi yang paling dikenal dan paling banyak “seolah-olah barang tersebut tidak mengandung
dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya cacat tersembunyi”. Pasal lain yang terdapat di
jangkauannya yang luas. Iklan juga menjadi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
instrumen promosi yang sangat penting, Tentang Perlindungan Konsumen mengenai
khususnya bagi produsen yang memproduksi perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh
barang atau jasa yang ditujukan kepada pelaku usaha dalam hal periklanan yaitu pasal 17
masyarakat luas. 2 Hal ini dimungkinkan karena ayat (1) huruf a sampai dengan f yang
adanya kemajuan dalam bidang teknologi menyatakan bahwa pelaku usaha periklanan
informasi, kemajuan dalam sistem pengolahan dilarang memproduksi iklan yang:
produk yang fleksibel, serta munculnya metode a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas,
pemasaran baru.3 kuantitas, bahan kegunaan dan harga barang
Dalam pelaksanaannya, kegiatan dan/atau tarif jasa, serta ketetapan waktu
promosi melibatkan 4 (empat) pihak yaitu: penerimaan barang dan/atau jasa;
1. Pelaku usaha; pelaku usaha selaku pemilik b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap
barang dan/atau jasa menyampaikan barang dan/atau jasa;
permintaan atau pesan yang baik c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau
menyangkut bentuk maupun isi iklan, agar tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;
biro iklan mendisain atau memoles bentuk d. Tidak memuat informasi mengenai risiko
atau isi iklan sesuai dengan pemakaian barang dan/atau jasa;
keinginan/selera produsen; e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau
2. Biro iklan; biro ini bertugas untuk seseorang tanpa seizin yang berwenang atau
mendisain iklan baik mengenai bentuk dan persetujuan yang bersangkutan;
isinya; f. Melanggar etika dan/atau ketentuan
3. Media iklan; media ini hanya bertugas peraturan perundang-undangan mengenai
untuk menayangkan barang dan/atau jasa periklanan.
yang telah dipoles oleh biro iklan, dan; Pada Pasal 9 Undang-Undang Republik
4. Konsumen; selaku pihak yang menjadi Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
target dari penyampaian iklan.4 Informasi dan Transaksi Elektronik sangat jelas
dikatakan bahwa “pelaku usaha yang
1
menawarkan produk melalui Sistem Elektronik
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia harus menyediakan informasi yang lengkap dan
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
hlm. 33.
benar berkaitan dengan syarat kontrak,
2
Morissan, M.A, Periklanan Komunikasi Pemasaran
Terpadu, Kencana, Jakarta: 2010, hlm. 18.
3
Ibid. hlm. 4.
4
Adi Handono, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Menyesatkan”, Tesis, Program Magister Ilmu hukum,
Terhadap Informasi Iklan Barang Dan Jasa Yang Universitas Jember, Jember, 2011, hlm. 2.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 2
produsen, dan produk yang ditawarkan.5 Segala sehat. Kembali lagi pada Gambar I.1 di atas
tata krama dan tata cara beriklan di Indonesia, tidak semua pengunjung media online tersebut
telah diatur dalam pedoman Etika Pariwara memahami cara mengetahui informasi terkait
Indonesia (EPI) yang dikaji dan diawasi oleh iklan tersebut. Karena tidak dilampirkan
Dewan Periklanan Indonesia (DPI).6 dengan jelas tentang informasi iklan tersebut.
Gambar 1.1 Kejadian ini telah melanggar Pasal 9 Ayat (1)
Iklan yang Ada dalam Media Online huruf J dan Pasal 17 Ayat (1) huruf C dan D
Tribun Pekanbaru Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Berdasarkan iklan yang dipampang di
media online detik dan kompas, Nissan March
mengkonsumsi satu liter bensin untuk jarak
bensin 21,8 km. Kasus ini akhirnya masuk ke
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) Jakarta. 7 Seperti yang disebutkan
dalam pasal 45 ayat (1) Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen “setiap konsumen yang dirugikan
dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan
sengketa antara konsumen dan pelaku usaha
atau melalui peradilan yang berada di
Gambar 1.2 lingkungan peradilan umum. 8 Dan di dalam
Keterangan Iklan Setelah Iklan di Buka pasal 52 Undang-undang perlindungan
konsumen jelas disebutkan tugas dan
wewenang dari Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) yaitu salah satunya dalam
huruf a “melaksanakan penanganan dan
penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
dan dalam huruf e “menerima pengaduan baik
tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, tertarik
untuk melakukan suatu penelitian hukum yang
berjudul: “Tinjauan Hukum Terhadap
Konsumen Akibat Iklan yang Menyesatkan
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, media dalam Media Online”.
online Tribun Pekanbaru mencantumkan suatu
iklan produk pelaku usaha (yang dilingkar B. Rumusan Permasalahan
merah) di iklan tersebut tidak memuat Berdasarkan uraian dalam latar
informasi yang jelas terkait produk yang di belakang permasalahan, maka rumusan
iklankan tersebut. Pada Gambar I.2 saat iklan masalah sebagai berikut:
tersebut dibuka muncullah informasi terkait 1. Bagaimana perlindungan terhadap
iklan tersebut, dan informasi produk tersebut konsumen akibat iklan yang menyesatkan
berisi informasi yang berlebih-lebihan terkait dalam media online?
manfaat produk tersebut dan tidak sesuai akal 2. Bagaimana tanggungjawab pelaku usaha
atas kerugian yang dialami konsumen
5
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
7
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. http://m.hukumonline.com/berita/baca/It4f8503fecc5fb/ka
6
https://www.kompasiana.com/gilangkibil/etika- sus-iklan-nissan-march-masuk-pengadilan, diakses,
pariwara-indonesia-mengawasi-bukan- tanggal, 05 April 2018.
8
membatasi_54f72cc7a333113a7a8b45fb#, diakses, Pasal 45 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tanggal, 04 April 2018. Tentang Perlindungan Konsumen.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 3
akibat iklan yang menyesatkan dalam perbuatan memperlindungi dimana
media online? perlindungan dalam penelitian ini adalah
3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian jaminan perlindungan dari suatu
1. Tujuan Penelitian perlindungan dari suatu peraturan hukum
Tujuan dari penelitian ini adalah: yang berlaku.9
a. Untuk mengetahui perlindungan Pengertian Perlindungan Konsumen
terhadap konsumen akibat iklan yang pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
menyesatkan dalam media online. Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
b. Untuk mengetahui tanggungjawab Konsumen menyebutkan bahwa
pelaku usaha atas kerugian yang dialami “Perlindungan Konsumen adalah segala
konsumen akibat iklan yang upaya yang menjamin adanya kepastian
menyesatkan dalam media online. hukum untuk memberi perlindungan
2. Kegunaan Penelitian kepada konsumen”. Rumusan pengertian
Penelitian tentang tinjauan hukum perlindungan konsumen yang terdapat
terhadap konsumen akibat iklan yang dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
menyesatkan dalam media online Nomor 8 Tahun 1999 tentang
diharapkan dapat memberikan manfaat Perlindungan Konsumen (selanjutnya
sebagai berikut: disebut Undang-Undang Perlindungan
a. Sebagai salah satu syarat untuk Konsumen/UUPK) tersebut cukup
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) memadai. Kalimat yang menyatakan
Ilmu Hukum di Fakultas Hukum “segala upaya yang menjamin adanya
Universitas Riau. kepastian hukum”, diharapkan sebagai
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat benteng untuk meniadakan tindakan
berguna dan memberi wawasan yang sewenang-wenang yang merugikan pelaku
baru, khususnya yang terkait dengan usaha hanya untuk kepentingan
tinjauan hukum terhadap konsumen perlindungan konsumen.10
akibat iklan yang menyesatkan dalam 2. Teori Tanggung Jawab Pelaku Usaha
media online. a. Pelaku Usaha
c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat Undang-undang Nomor 8 Tahun
memberikan sumbangan pemikiran bagi 1999 tentang Perlindungan Konsumen
pengembangan ilmu hukum pada pada pasal 1 ayat 3 menyebutkan
umumnya dan juga dapat menjadi bahan bahwa yang dimaksud dengan pelaku
referensi kepustakaan bagi pembaca yang usaha adalah: “Setiap perseorangan
ingin melakukan pengembangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
penelitian lebih lanjut dalam pokok badan hukum maupun bukan berbentuk
permasalahan yang sama. badan hukum yang didirikan dan
d. Penelitian ini diharapkan dapat berkedudukan atau melakukan kegiatan
memberikan kesadaran bagi media online dalam wilayah hukum Negara
dan pelaku usaha tentang pentingnya Republik Indonesia, baik sendiri
perlindungan hukum terhadap konsumen maupun bersama-sama melalui
yang merasa dirugikan akibat iklan yang perjanjian menyelenggarakan kegiatan
menyesatkan dalam media online. usaha dalam berbagai bidang
ekonomi”.11
4. Kerangka Teoritis
1. Teori Perlindungan Konsumen
Secara umum, perlindungan berarti
9
mengayomi sesuatu dari hal-hal yang Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa Besar Bahasa Indonesia, Cetakan X, Balai Pustaka,
Jakarta:1999, hlm. 360.
kepentingan maupun benda atau barang. 10
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Selain itu juga, perlindungan mengandung Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta: 2014, hlm.
makna pengayom yang diberikan oleh 1.
11
seseorang terhadap orang yang lebih Redaksi Penerbit Asa Mandiri, Undang-
lemah. Perlindungan adalah suatu UndangPerlindungan Konsumen, Asa Mandiri, Jakarta
Utara; 2009, hlm. 2.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 4
b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha f) Memberi kompensasi, ganti rugi
Pelaku usaha memiliki hak dan dan/atau penggantian atas
kewajiban, yang diatur dalam pasal 6 kerugian akibat penggunaan,
dan pasal 7 Undang-undang Nomor 8 pemakaian dan pemanfaatan
Tahun 1999 tentang Perlindungan barang dan/atau jasa yang
Konsumen. Hak pelaku usaha dapat diperdagangkan;
dilihat dalam pasal 6 yaitu: g) Memberi kompensasi, ganti
1) Hak menerima pembayaran yang dan/atau jasa yang diterima atau
sesuai dengan kesepakatan dimanfaatkan tidak sesuai
mengenai kondisi dan nilai tukar dengan perjanjian.
barang dan/atau jasa yang E. Kerangka Konseptual
diperdagangkan; Kerangka Konseptual ini diperlukan
2) Hak untuk mendapatkan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
perlindungan hukum dari tindakan penafsiran mengenai konsep dalm penulisan
konsumen yang beritikad tidak proposal/skripsi agar dapat memperoleh
baik; persamaan pengertian atau defenisi dari konsep-
3) Hak untuk melakukan pembelaan konsep yang menjadi pembahasan. Adapun
diri sepatutnya didalam konsep-konsep tersebut adalah:
penyelesaian hukum sengketa 1. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan
konsumen; atau pendapat sesudah menyelidiki atau
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik mempelajari.12
apabila tidak terbukti secara hukum 2. Hukum adalah peraturan-peraturan yang
bahwa kerugian konsumen tidak bersifat memaksa yang menentukan tingkah
diakibatkan oleh barang dan/atau laku manusia dalam masyarakat, yang dibuat
jasa yang diperdagangkan; oleh badan-badan resmi yang berwajib,
5) Hak-hak yang diatur dalam pelanggaran terhadap peraturan-peraturan
ketentuan peraturan perundang- tadi berakibat diambilnya tindakan.13
undangan lainnya. 3. Konsumen adalah setiap orang pemakai
Pasal 7 berisi kewajiban Pelaku barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
Usaha adalah sebagai berikut: masyarakat, baik bagi kepentingan diri
a) Beritikad baik dalam melakukan sendiri, keluarga, orang lain, maupun
kegiatan usahanya; makhluk hidup lain dan tidak untuk
b) Memberikan informasi yang diperdagangkan.14
benar, jelas dan jujur mengenai 4. Iklan adalah berita pesanan dengan
kondisi dan jaminan barang maksud untuk mendorong, membujuk
dan/atau jasa serta memberikan khalayak ramai tentang benda dan jasa
penjelasan penggunaan, yang ditawarkan, atau pemberitahuan
perbaikan dan pemeliharaan; kepada khalayak ramai mengenai barang
c) Memperlakukan atau melayani atau jasa yang dijual yang biasanya
konsumen secara benar dan jujur dipasang di dalam media massa seperti
serta tidak diskriminatif; surat kabar dan majalah atau media
d) Menjamin mutu barang dan/atau lainnya.15
jasa yang diproduksi dan/atau 5. Iklan yang menyesatkan adalah berita atau
diperdagangkan berdasarkan informasi suatu barang dan jasa tidak
ketentuan standar mutu barang sesuai dengan fakta atas produk yang
dan/atau jasa yang berlaku;
e) Memberi kesempatan kepada 12
konsumen untuk menguji, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1994, hlm. 1198.
dan/atau mencoba barang 13
J.C.T Simorangkir Dkk, Kamus Hukum, Sinar
dan/atau jasa tertentu serta Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 66.
memberi jaminan dan/atau 14
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
garansi atas barang yang dibuat 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
15
dan/atau diperdagangkan; Sudarsono, Kamus Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta:
2007, hlm. 177.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 5
diiklankan atau kebenarannya tidak dapat 5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
dipertanggungjawabkan.16 2008 tentang Informasi dan
6. Media online adalah sebutan umum untuk Transaksi Elektronik.
sebuah bentuk media yang berbasis b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan
telekomunikasi dan multimedia (baca hukum yang memberikan penjelasan
computer dan internet). Didalamnya terhadap bahan hukum primer, yeng
terdapat portal, website (situs web), radio- terdiri dari buku-buku dan jurnal-jurnal
online, TV-online, pers online, mail- ilmiah yang membahas tentang
online, dll, dengan karakteristik masing- periklanan dan perlindungan hukum
masing sesuai dengan fasilitas yang terhadap konsumen, serta bahan-bahan
memungkinkan user memanfaatkannya.17 ilmiah lainnya yang berhubungan
F. Metode Penelitian dengan penelitian ini.
1. Jenis Penelitian c) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan
Jenis penelitian yang akan hukum yang memberikan petunjuk
dilakukan adalah jenis penelitian hukum terhadap bahan hukum primer dan
secara normatif. Penelitian hukum secara sekunder yang terdiri dari kamus
normatif adalah penelitian hukum yang hukum, kamus Besar Bahasa Indonesia,
dilakukan dengan cara meneliti bahan artikel hukum, surat kabar dan internet.
pustaka atau data sekunder yang ada, yang 2. Teknik Pengumpulan Data
dimaksud dengan data sekunder tersebut Dalam pengumpulan data untuk
dapat berupa peraturan perundang- penelitian hukum normatif digunakan
undangan, keputusan menteri dan metode kajian kepustakaan atau studi
lembaga-lembaga yang terkait di bidang dokumenter. Studi kepustakaan yang
hukum, serta buku-buku yang ditulis oleh dimaksud adalah pengumpulan data yang
para ahli hukum yang berhubungan dengan menggunakan pendekatan perundang-
materi yang dibahas.18 undangan atau yang berkaitan dengan
1. Sumber Data permasalahan yang akan diteliti, 19 yaitu
Dalam penelitian hukum normatif, tinjauan hukum bagi konsumen terhadap
sumber datanya adalah data sekunder, iklan yang menyesatkan dalam media
yaitu data yang sudah di bentuk oleh online.
peneliti sebelumnya yang disebut juga Penelitian hukum ini
sebagai bahan hukum. Data sekunder mengumpulkan bahan hukum primer,
mencakup: bahan hukum sekunder dan bahan hukum
a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan- tersier dan dijelaskan denga menyesuaikan
bahan hukum yang mengikat. Bahan- masalah yang dibahas, kemudian
bahan hukum ini terdiri dari: dianalisis, untuk memberikan pendapat
1) Kitab Undang-Undang Hukum hukum yang berlaku.
Perdata. 3. Analisis data
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun Dalam penelitian ini, menggunakan
1999 tentang Perlindungan analisis data kualitatif yaitu data dianalisis
Konsumen. dengan menguraikan secara deskriptif dari
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun data-data yang telah di peroleh, artinya
1999 tentang Pers. menguraikan data dalam bentuk kalimat
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang
2002 tentang Penyiaran. tindih, efektif, sehingga memudahkan
mendeskripsikan dan menjelaskan hasil
16
Adi Handono, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen analisis.20
Terhadap Informasi Iklan Barang Dan Jasa Yang Setelah semua data diperoleh,
Menyesatkan”, Tesis, Program Magister Ilmu Hukum,
Universitas Jember, Jember, 2011, hlm. 2.
dijelaskan secara rinci melalui interpretasi
17
https://lenterakecil.com/pengertian-media-online/,
19
diakses, tanggal, 25 Maret 2018. Peter Mahmudi Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Revisi, Kencana, Jakarta: 2014, hlm. 237.
20
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian
Jakarta, 2010, hlm. 13-14. Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti: 2004, hlm. 152.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 6
data dengan menghubungkan teori yang perjalanan sejarah hukum perlindungan
satu dengan teori lainnya dan analisa konsumen, termasuk dalam kelompok ini
berdasarkan pendapat para ahli, teori adalah:22
hukum maupun ketentuan hukum yang a. Let the buyer beware (Prinsip Kehati-
berlaku untuk selanjutnya ditarik Hatian Konsumen)
kesimpulan dengan cara induktif, yaitu Doktrin ini sebagai embrio dari
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang lahirnya sengketa di bidang transaksi
bersifat khusus kepada hal-hal yang konsumen. Asas ini berasumsi pelaku
bersifat umum. usaha dan konsumen adalah dua pihak
yang sangat seimbang sehingga tidak
BAB II perlu ada proteksi apapun bagi si
TINJAUAN PUSTAKA konsumen. Tentu saja dalam
A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan perkembangannya konsumen tidak
Konsumen mendapat akses informasi yang sama
1. Sejarah Perlindungan Konsumen terhadap barang atau jasa yang
Di Indonesia, gerakan perlindungan dikonsumsinya, ketidakmampuan itu
konsumen menggema dari gerakan serupa bisa karena keterbatasan pengetahuan
di Amerika Serikat yang mulai konsumen, tetapi terlebih-lebih lagi
berkembang sekitar tahun 1960-1970-an. banyak disebabkan oleh ketidak-
YLKI yang secara populer dipandang keterbukaan pelaku usaha terhadap
sebagai perintis advokasi konsumen di produk yang ditawarkan.
Indonesia berdiri pada kurun waktu itu, b. The due care theory (Teori Berhati-
yakni 11 Mei 1973. Sekalipun demikian, Hati)
tidak berarti sebelum ada YLKI perhatian Doktrin ini menyatakan pelaku usaha
terhadap konsumen di Indonesia sama mempunyai kewajiban untuk berhati-
sekali terabaikan. Beberapa produk hati dalam memasyarakatkan produk
hukum yang ada, bahkan yang baik barang maupun jasa. Selama
diberlakukan sejak zaman kolonial berhati-hati dengan produknya, ia
menyinggung sendi-sendi penting tidak dapat dipersalahkan. Jika
perlindungan konsumen. Walaupun ditafsirkan secara a-contrario, maka
begitu, keberadaan peraturan hukum untuk mempersalahkan si pelaku
bukan satu-satunya ukuran untuk menilai usaha seseorang harus dapat
keberhasilan gerakan perlindungan membuktikan pelaku usaha itu
konsumen. Gerakan ini seharusnya melanggar prinsip kehati-hatian.
bersifat massal dan membutuhkan Ditinjau dari beban pembuktian,
kemauan politik yang besar untuk tampak si penggugat (konsumen)
mengaplikasikannya.21 harus membentangkan bukti-bukti. Si
2. Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan pelaku usaha (tergugat) cukup
Konsumen bersikap menunggu. Berdasarkan
Dalam konteks hukum perlindungan bukti-bukti dari si penggugat barulah
konsumen terdapat prinsip-prinsip yang ia membela dirinya, misalnya dengan
berlaku dalam bidang hukum. Prinsip- memberikan bukti-bukti kontra yang
prinsip itu ada yang masih berlaku sampai menyatakan dalam peristiwa tadi sama
sekarang tetapi ada pula yang sekali tidak ada kelalaian (negligence).
ditinggalkan seiring dengan tuntutan Dalam realita agak sulit bagi
kesadaran hukum masyarakat yang terus konsumen untuk menghadirkan bukti-
meningkat. Prinsip-prinsip yang muncul bukti guna memperkuat gugatannya,
tentang kedudukan konsumen dalam sebaliknya si pelaku usaha dengan
hubungan dengan pelaku usaha berangkat berbagai keunggulannya (secara
dari diktrin atau teori yang dikenal dalam ekonomis, sosial psikologis, bahkan

21 22
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Sidahrta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,
Jakarta: 2000, hlm. 29. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2006, hlm. 63.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 7
politis) relatif lebih mudah berkelit, 4. Perlindungan Hukum Konsumen
menghindar dari gugatan demikian, Keperluan adanya hukum untuk
disinilah kelehan teori ini. memberikan perlindungan konsumen di
c. The prifty of contract (Prinsip Indonesia merupakan suatu hal yang tidak
Berdasarkan Perjanjian) dapat diletakkan sejalan dengan tujuan
Doktrin ini menyatakan pelaku usaha pembangunan nasional, yaitu
mempunyai kewajiban untuk pembangunan manusia seutuhnya. 25
melindungi konsumen, tetapi hal itu Perlindungan konsumen menurut Janus
baru dapat dilakukan jika diantara Sidabalok, perlindungan konsumen adalah
mereka telah terjalin suatu hubungan perlindungan hukum yang diberikan
kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat kepada konsumen dalam usahanya
disalahkan atas dasar hal-hal diluar memenuhi kebutuhannya dari hal-hal
yang diperjanjikan. Artinya konsumen yang dapat merugikan konsumen itu
boleh menggugat berdasarkan sendiri.26
wanprestasi (contractual liability). Perlindungan konsumen merupakan
d. Prinsip Kontrak Bukan Merupakan masalah kepentingan manusia, oleh
Syarat karenanya menjadi harapan bagi semua
Seiring dengan bertambah bangsa di dunia untuk dapat
kompleksnya transaksi konsumen, mewujudkannya. Mewujudkan
prinsip the privity of contract tidak perlindungan konsumen adalah
mungkin lagi dipertahankan secara mewujudkan hubungan berbagai dimensi
mutlak untuk mengatur hubungan yang satu sama lain yang mempunyai
antara pelaku usaha dan konsumen. keterkaitan dan saling ketergantungan
3. Pengertian Konsumen antara konsumen, pengusaha, dan
Konsumen adalah setiap orang pemerintah.27
pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi 5. Penyelesaian Sengketa Perlindungan
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang Konsumen
lain, maupun makhluk hidup lain dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
tidak untuk diperdagangkan. 23 Secara (selanjutnya disebut UUPK) telah secara
harfiah, konsumen mempunyai pengertian tegas mengatur mengenai tanggung jawab
sebagai pemakai barang dan jasa yang pelaku usaha terhadap produk/barang
dihasilkan produsen, sedangkan produsen cacat yang menimbulkan kerugian bagi
diartikan sebagai setiap penghasil barang konsumen sehingga pelaku usaha wajib
dan jasa yang dikonsumsi oleh pihak lain menaatinya. Pertanggungjawaban tersebut
atau orang lain. Kata konsumen berasal dapat dilakukan melalui mekanisme
dari bahasa Belanda, yaitu konsument, hukum pidana dan perdata atas dasar
yang oleh para ahli hukum disepakati wanprestasi dan perbuatan melawan
berarti sebagai pemakai terakhir dari hukum. Disamping itu, UUPK juga telah
benda dan jasa (uitenindelijk gabruiker memberikan kemudahan bagi konsumen
van gorden en diesten) yang diserahkan dalam mengajukan gugatan ganti kerugian
oleh mereka kepada pengusaha terhadap pelaku usaha (produsen), dimana
(ondernemer), jadi mereka yang gugatan diajukan di tempat konsumen
mengkonsumsi untuk dijual kembali berdomisili.
(pemakai perantara) tidak termasuk
kelompok yang dikategorikan dalam
pengertian konsumen.24

25
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di
23
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Indoneisa, Cipta Aditya Bakti, Bandung: 1996, hlm. 65.
26
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di
24
Mariam Darus Badruszaman, Perlindungan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2006, hlm. 9.
27
Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku, Bina Cipta, Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen,
Jakarta: 1986, Hlm. 17. Mandar Maju, Bandung: 2000, hlm. 7.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 8
B. Tinjauan Umum Tentang Pelaku Usaha jika perbuatannya telah melanggar hak-hak
1. Pengertian Pelaku Usaha dan kepentingan konsumen, menimbulkan
Menurut pengertian Pasal 1 angka 3 kerugian, atau kesehatan konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 terganggu.31
Tentang Perlindungan Konsumen, “pelaku Mengenai bentuk tanggung jawab
usaha adalah setiap orang perorangan atau pelaku usaha, Munir Fuady
badan usaha, baik yang berbentuk badan mengemukakan bentuk tanggung jawab,
hukum maupun bukan badan hukum yang yaitu:32
didirikan dan berkedudukan atau 1. Tanggung jawab berdasarkan
melakukan kegiatan dalam wilayah kesalahan;
hukum Negara Republik Indonesia, baik Prinsip ini menyatakan, seseorang
sendiri maupun bersama-sama melalui baru dapat dimintakan
perjanjian menyelenggarakan kegiatan pertanggungjawabannya secara hukum
usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 28 jika ada unsur kesalahan yang
Dalam penjelasan Undang-Undang dilakukannya.
Perlindungan Konsumen yang termasuk 2. Praduga untuk selalu bertanggung
dalam pelaku usaha adalah perusahaan, jawab;
korporasi, BUMN, koperasi, importir, Prinsip ini menyatakan tergugat
pedagang, distributor dan lain-lain.29 selalu dianggap bertanggung jawab,
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha sampai ia dapat membuktikan, ia tidak
Undang-Undang Perlindungan bersalah.
Konsumen menentukan hak dan 3. Praduga untuk selalu tidak
kewajiban pelaku usaha secara lengkap bertanggung jawab;
sebagai berikut: Prinsip ini adalah kebalikan dari
Menurut Pasal 6, hak pelaku usaha prinsip yang kedua, dimana pelaku
adalah:30 usaha tidak dapat diminta pertanggung
a) Hak untuk menerima pembayaran jawabannya dan konsumen lah yang
yang sesuai dengan kesepakatan menanggung segala resiko.
mengenai kondisi nilai tukar barang C. Tinjauan Umum Tentang Iklan
dan/atau jasa yang diperdagangkan; 1. Pengertian Iklan
b) Hak untuk mendapat perlindungan Iklan berasal dari kata arab I’lan yang
hukum dari tindakan konsumen yang artinya memberitahukan. Iklan adalah
beritikad baik; setiap bentuk komunikasi yang
c) Hak untuk melakukan pembelaan diri dimaksudkan untuk memotivasi seserong
sepatutnya di dalam penyelesaian pembeli potensial dan mempromosikan
hukum sengketa konsumen; penjual suatu produk atau jasa, untuk
d) Hak untuk rehabilitasi nama baik mempengaruhi pendapat publik,
apabila terbukti secara hukum bahwa memenangkan dukungan publik untuk
kerugian konsumen tidak diakibatkan berpikir atau bertindak sesuai dengan
oleh barang dan/atau jasa yang keinginan si pemasang iklan.33
diperdagangkan; 2. Pengertian Iklan Menyesatkan
e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan Menurut kamus lengkap Bahasa
peraturan perundang-undangan Indonesia kata menyesatkan berasal dari
lainnya. kata sesat yang berarti salah, keliru,
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha berbuat menyimpang dari kebenaran,
Dalam hukum perlindungan sedangkan kata menyesatkan mengandung
konsumen, pelaku usaha harus dapat arti yaitu membawa ke jalan yang sesat,
dimintakan pertanggung jawaban, yaitu

28 31
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Ibid, hlm. 93.
32
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini,
29
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit, hlm. 9. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 1997, hlm. 64.
30 33
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/, diakses,
Tentang Perlindungan Konsumen. tanggal, 23 September 2018.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 9
menyebabkan sesat, keliru. 34 Jika materiil. Kemudian Undang-Undang
dikaitkan dengan Hukum Perlindungan Perlindungan Konsumen juga mengatur
Konsumen dari Iklan barang dan jasa kelembagaan perlindungan konsumen dalam
yang menyesatkan, maka makna bentuk Badan Perlindungan Konsumen
menyesatkan dapat berarti tidak sesuai Nasional (BPKN), maupun Badan
dengan fakta atas produk yang diiklankan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),
atau kebenarannya tidak dapat juga tentang penyelesaian sengketa konsumen
dipertanggungjawabkan. dan ketentuan pidananya.37
D. Tinjauan Umum Tentang Media Online Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
1. Pengertian Media Online tentang Perlindungan Konsumen yang
Pada Undang-Undang ITE Bab I mengatur beberapa pasal mengenai
Tentang Ketentuan Umum pada Pasal 1 periklanan. Dalam Pasal 1 disebutkan bahwa:
Undang-Undang ITE ayat 3 telah “Promosi adalah kegiatan pengenalan atau
dituliskan tentang definisi Informasi penyebarluasan informasi suatu barang
Elektronik. Berikut kutipannya : dan/atau jasa untuk menarik minat beli
“Informasi elektronik adalah salah satu konsumen terhadap barang dan/atau jasa
atau sekumpulan data elektronik, yang akan dan sedang diperdagangkan.”
termasuk tetapi tidak terbatas pada Pasal 9 yang menjelaskan bahwa
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, pelaku usaha dilarang menawarkan,
foto, electronic data interchange (EDI), mempromosikan, dan mengiklankan suatu
surat elktronik (electronic mail), barang dan/atau jasa secara tidak benar dan
telegram, teeks, telecopy atau sejenisnya, atau seolah-olah produk tersebut memiliki
huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, potongan harga, keadaannya baik, memiliki
atau perforasi yang telah diolah yang sponsor, tidak mengandung cacat
memiliki arti atau dapat dipahami oleh tersembunyi, merendahkan produk yang
orang yang mampu memahaminya.” 35 sejenis, menggunakan kata-kata yang
berlebihan, dan mengandung janji yang belum
BAB III pasti. Pasal 10 berkenaan dengan informasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN iklan yang membuat pernyataan yang tidak
A. Perlindungan Terhadap Konsumen Akibat benar dan menyesatkan, baik menyangkut
Iklan Yang Menyesatkan Dalam Media harga, kegunaan, kondisi, jaminan/garansi,
Online maupun daya tarik potongan harga (discount)
Hukum adalah ketentuan dan tata yang belum tentu benar. Pasal 12 tentang
tertib dari masyarakat, hukum tersebut dalam iklan yang menawarkan, mempromosikan
pelaksanaannya dapat dipaksakan dan produk dengan tariff khusus dalam waktu dan
bertujuan mencapai keadilan dan kepastian jumlah tertentu. Kecenderungan ini sering
hukum, setiap yang melakukan keadilan harus kali dilakukan pelaku usaha dalam iklan
melakukan keadilan terlebih dahulu.36 perumahan, padahal kenyataannya tipe rumah
Isi dari Undang-Undang Perlindungan yang dimaksud tidak tersedia dan akhirnya
Konsumen selain asas dan tujuan serta hak konsumen diarahkan pada tipe yang lain yang
dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, justru lebih mahal. Pasal 13 tentang iklan
dari segi materi hukum, secara umum produk barang dan jasa dengan memberikan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 janji pemberian souvenir atau hadiah secara
tentang Perlindungan Konsumen mengatur gratis, tetapi ketika produk dibeli, janji
sekaligus hukum acara/formil dan hukum tersebut tidak dipenuhi dengan hadiah
persediaan sudah habis. Pasal 14 yang
34
berkenaan dengan janji iklan dalam undian
Tri Kurnia Nurhayati, Kamus Lengkap Bahasa yang tidak dipenuhi pelaku usaha atau
Indonesia, Eska Media, Jakarta: 2005.
35
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
mengganti dengan hadiah lain. Pasal 15
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. tentang penawaran barang secara paksa, baik
36
Manufactures’ Finance Co, “equality”, Jurnal West
37
Law, Supreme Court Of the United States, 1935, diakses http://sukses-since.blogspot.com/2011/04/badan-
melalui https://lib.unri.ac.iid/e-journal-e-book/, pada tanggal perlindungan-konsumen-nasional.html, diakses, tanggal, 01
28 Agustus 2018. Oktober 2018.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 10
fisik maupun psikis. Pasal 16 tentang produk barang atau jasa yang dihasilkannya agar
melalui pesanan yang tidak sesuai dengan dapat segera diketahui oleh masyarakat.
kesepakatan semula atau waktu pengiriman 4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
pesanan seperti yang dijanjikan. tentang Pangan
Oleh karena itu, di luar UUPK dapat Berkenaan dengan iklan pangan, telah
ditemukan beberapa peraturan yang sifatnya termuat pengaturannya dalam Undang-
parsial sebagai hukum positif di Indonesia, Undang Nomor 7 Tahun 1996, Bab IV
antara lain: tentang label dan iklan menegaskan
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa:
Diantara ketentuan-ketentuan yang a. Setiap label dan iklan tentang pangan
termuat dalam Kitab Undang-Undang yang diperdagangkan harus memuat
Hukum Perdata yang dapat digunakan keterangan mengenai pangan dengan
untuk mengatur kegiatan periklanan adalah benar dan tidak menyesatkan;
ketentuan tentang perbuatan melanggar b. Setiap orang dilarang memberikan
hukum (Pasal 1365 Kitab Undang-Undang keterangan atau pernyataan tentang
Hukum Perdata), serta ketentuan tentang pangan yang diperdagangkan melalui
ingkar janji (wanprestasi), yaitu sepanjang dalam dan/atau dengan label atau iklan
iklan tertentu menimbulkan kerugian pada apabila keterangan atau pernyataan
pihak lain.38 tersebut tidak benar dan/atau
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyesatkan;
Pemberian keterangan yang tidak c. Pemerintah mengatur, mengawasi, dan
benar melalui media iklan di dalam hukum melakukan tindakan yang diperlukan
pidana memang tidak secara tegas agar iklan tentang pangan yang
disebutkan. Tetapi apabila ditinjau Buku diperdagangkan tidak memuat
Kedua Kitab Undang-Undang Hukum keterangan yang dapat menyesatkan.39
Pidana Bab XXV (dua puluh lima),
termuat berbagai ketentuan mengenai 5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
kejahatan perbuatan curang atau yang lebih tentang Pers
dikenal dengan istilah penipuan, yang Fungsi iklan sebagai sarana untuk
terdiri dari dua puluh Pasal. penyebarluasan informasi produk telah
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 menempatkan perusahaan periklanan
tentang Penyiaran maupun media cetak dan elektronik
Penyiaran dalam Bab I Ketentuan sebagai bentuk-bentuk perusahaan yang
Umum Pasal 1 huruf 2 diartikan sebagai melaksanakan kegiatan jurnalistik.
kegiatan pemancarluasan siaran melalui 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
sarana pemancar dan/atau sarana transmisi Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
di darat, di laut, atau di antatiksa dengan Iklan Pangan
mempergunakan spectrum frekuensi radio Sebagai tindak lanjut dari ketentuan
melalui udara, kabel, dan/atau media Pasal 35 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
lainnya untuk dapat diterima secara 1996 tentang Pangan, maka pemerintah
serentak dan bersamaan oleh masyarakat merasa berkepentingan untuk
dengan perangkat penerima siaran. Dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
adanya kegiatan penyiaran ini tentu sangat Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
besar jasanya dalam penyebarluasan Iklan Pangan, sebagai ketentuan khusus
informasi kepada masyarakat, karena daya yang mengatur permasalahan label dan
jangkauannya yang sangat luas. Hal inilah iklan pangan. Dalam Pasal 1 huruf 4
yang kemudian menarik para pelaku usaha Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
untuk memanfaatkan jasa penyiaran ini 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,
guna penyebarluasan informasi mengenai iklan pangan didefinisikan sebagai setiap
keterangan atau pernyataan mengenai
38
A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen
39
(Suatu Pengantar), Diadit Media, Yogyakarta: 2001, hlm. Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
58. Tentang Pangan.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 11
pangan dalam bentuk gambar, tulisan, dan 3. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
bentuk lain yang diartikan dengan berbagai (2) melakukan koordinasi dalam
cara untuk pemasaran dan atau penyelenggaraan perlindungan konsumen;
perdagangan pangan. 4. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan
7) Tata Krama dan Tata Cara Periklanan konsumen sebagaimana dimaksud pada
Indonesia ayat (2) meliputi upaya untuk:
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan a) Terciptanya iklim usaha dan
Indonesia (TKTCPI) yang telah tumbuhnya hubungan yang sehat
disempurnakan menyebutkan bahwa asas- antara pelaku usaha dan konsumen;
asas umum periklanan harus memuat, b) Berkembangnya lembaga
antara lain: perlindungan konsumen swadaya
a. Iklan harus jujur, bertanggung jawab, masyarakat;
dan tidak bertentangan dengan hukum c) Meningkatnya kualitas sumber daya
yang berlaku. serta meningkatnya kegiatan
b. Iklan tidak boleh menyinggung penelitian dan pengembangan di
perasaan dan merendahkan martabat bidang perlindungan konsumen.
Negara, agama, adat budaya, hukum, 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai
dan golongan. pembinaan penyelenggaraan perlindungan
c. Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan konsumen diatur dalam Peraturan
40
yang sehat. Pemerintah.
8) Etika Pariwara Indonesia (EPI) Seiring dengan perkembangan
Selain peraturan perundang-undangan, instrumen hukum perlindungan konsumen
Dewan Periklanan Indonesia juga dalam kaitannya dengan peran dan tanggung
mengeluarkan peraturan khusus dalam jawab pemerintah untuk melindungi serta
bentuk Etika Pariwara Indonesia (EPI) melakukan pembinaan dan pengawasan
yang wajib ditaati oleh perusahaan- kegiatan periklanan, maka terdapat beberapa
perusahaan dan juga para pelaku usaha lembaga pemerintah yang terkait, yaitu:
yang mengeluarkan iklan. 1. Departemen Perdagangan
Perlindungan konsumen oleh Negara 2. Departemen Kesehatan
selain membuat kebijakan yang berwujud 3. Departemen Komunikasi dan Informasi
dalam bentuk peraturan perundang-undangan, 4. Badan Perlindungan Konsumen Nasional
didalam Undang-Undang Perlindungan (BPKN)
Konsumen secara umum Negara mengemban 5. Badan Pengawas Obat dan Makanan
tugas pembinaan dan pengawasan (BPOM)
penyelenggaraan perlindungan konsumen, 6. Lembaga Sensor Film (LSF)
termasuk tugas pembinaan dan pengawasan 7. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
kegiatan periklanan, dilaksanakan oleh
pemerintah dengan dikoordinasikan oleh B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha atas
menteri perdagangan serta menteri-menteri Kerugian Yang Dialami Konsumen Akibat
teknis terkait. Sebagaimana telah diatur dalam Iklan Yang Menyesatkan Dalam Media
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Online
Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu: Pokok-pokok kewajiban produsen-
1. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaku usaha adalah kewajiban beritikad baik
pembinaan penyelenggaraan perlindungan berarti produsen-pelaku usaha dalam
konsumen yang menjamin diperolehnya menjalankan kegiatan usahanya wajib
hak konsumen dan pelaku usaha serta melakukannya dengan itikad baik, yaitu
dilaksanakannya kewajiban konsumen dan secara berhati-hati, mematuhi dengan aturan-
pelaku usaha; aturan, serta dengan penuh tanggung jawab.
2. Pembinaan oleh pemerintah atas
penyelenggaraan perlindungan konsumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh menteri dan/atau 40
menteri teknis terkait; Pasal 29 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 12
Sidharta memberikan pendapat bahwa Peluang untuk pengenaan sanksi
didalam prinsip pertanggungjawaban dikenal pidana terhadap pelanggaran ketentuan
5 (lima) buah prinsip, yakni:41 periklanan, dimungkinkan berdasarkan
ketentuan Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2)
1. Prinsip tanggung jawab karena kesalahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
(liability based on fault) tentang Perlindungan Konsumen, bahwa:
Bahwa tergugat akan bertanggung jawab 1. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
apabila terbukti melakukan kesalahan. Hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
ini dianut oleh Pasal 1365 KUH Perdata Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13, ayat (2), Pasal
tentang perbuatan melawan hukum. 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
2. Prinsip praduga bertanggung jawab huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18
(presumption of liability principle) Bahwa dipidana dengan pidana penjara paling
tergugat dianggap bertanggung jawab lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
sampai ia dapat membuktikan bahwa paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua
dirinya tidak bersalah. Dengan demikian milyar rupiah);
beban pembuktian ada di pihak tergugat. 2. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Asas ini lazim juga disebut dengan beban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
pembuktian terbalik. Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal
3. Prinsip praduga tidak selalu bertanggung 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf
jawab (presumption of non-liability f, dipidana dengan pidana penjara paling
principle) Bahwa tergugat tidak selamanya lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
bertanggung jawab. Contohnya ada pada paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima
kasus kehilangan atau kerusakan barang ratus juta rupiah).
penumpang pesawat udara yang disimpan
dalam kabin. Dalam kasus tersebut BAB IV
tanggung jawab atas kerusakan atau PENUTUP
kehilangan ada di tangan penumpang A. Kesimpulan
sendiri. 1. Lahirnya Undang-Undang Perlindungan
4. Prinsip bertanggung jawab mutlak (strict Konsumen membawa era baru dalam
liability) Bahwa tergugat harus upaya memberikan perlindungan hukum
bertanggung jawab atas kerugian yang kepada konsumen oleh Negara. Dalam
diderita konsumen tanpa harus dibuktikan rangka mengembangkan upaya
terlebih dahulu ada tidaknya kesalahan perlindungan konsumen, maka
yang dilakukan oleh pihak pelaku usaha. dibentuklah Badan Penyelesaian Sengketa
Dalam hukum perdata lingkungan prinsip Konsumen Nasional dan Badan
yang sama telah lama diterapkan seperti Penyelesaian Sengketa Konsumen.
dalam Civil Liability Convention 1969 Perlindungan Konsumen oleh Negara
yang mengharuskan pencemar (pemilik berkaitan dengan periklanan, Undang-
tanker) bertanggung jawab atas kerusakan Undang Perlindungan Konsumen memuat
lingkungan di laut. Prinsip ini hanya pengaturannya bersama dengan
membebaskan tergugat dari tanggung perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi
jawab dalam hal adanya force majeur. pelaku usaha, dalam Pasal 9, 10, 12, 13,
5. Prinsip tanggung jawab terbatas (limited 17 dan Pasal 20 Undang-Undang
liability) Bahwa tergugat dapat Perlindungan Konsumen. Bentuk lain
melepaskan diri dari tanggung jawab perlindungan konsumen oleh Negara dari
karena dicantumkannya klausula iklan yang menyesatkan dapat dilihat
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dalam putusan hakim yang adil serta
dibuatnya. menerapkan asas-asas dan aturan hukum
sebagaimana mestinya, seperti yang ada
dalam Putusan Arbitrase BPSK No:
009/Pts. A/BPSK-DKI/II/2012 yaitu
41
dengan mengabulkan gugatan konsumen
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Pemohon) yang dirugikan akibat iklan
Grasindo, Jakarta: 2000, hal. 59-65.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 13
yang menyesatkan yang dibuat oleh Pendidikan Universitas Riau,
pelaku usaha. Pekanbaru.
2. Pertanggungjawaban pelaku usaha
terhadap konsumen akibat iklan yang Badruszaman, Mariam Darus, 1986,
menyesatkan yang ada di dalam kasus ini Perlindungan Konsumen Dilihat dari
yaitu pelaku usaha bertanggung jawab Sudut Perjanjian Baku, Bina Cipta,
memberikan ganti rugi atas kerugian yang Jakarta.
dialami oleh konsumen akibat
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku HR, Ridwan, 2011, Hukum Administrasi
usaha, dan juga pelaku usaha bertanggung Negara, Rajawali Pers, Jakarta.
jawab mentaati putusan hakim yang sudah
di keluarkan. Kasali, Rhenald. 2007, Manajemen Periklanan
B. Saran Konsep Dan Aplikasinya Di
1. Demi terciptanya keseimbangan dalam Indonesia, Kreatama, Jakarta.
transaksi konsumen dengan pelaku usaha
melalui periklanan diharapkan dengan Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2008, Hukum
adanya peraturan perundang-undangan Perlindungan Konsumen, Sinar
tentang periklanan, dan peraturan khusus Grafika, Jakarta.
terkait iklan yang tayang di media online.
Serta perlunya peningkatan peran Negara M.A, Morissan, 2010, Periklanan Komunikasi
(pemerintah) agar UUPK dapat diterapkan Pemasaran Terpadu, Kencana,
dengan baik sesuai dengan tujuannya, Jakarta.
seperti melakukan pemgawasan yang
lebih ketat terkait dengan periklanan yang Marzuki, Mahmudi, Peter, 2014, Penelitian
dilakukan oleh para pelaku usaha. Hukum, Kencana, Jakarta.
2. Pelaku usaha diharapkan memperhatikan
lagi produk yang akan di iklankan pada Meliala, Adrianus, 1993, Praktek Bisnis
media sosial dengan peraturan yang Curang, Pustaka Sinar Harapan,
berlaku agar tidak merugikan orang lain Jakarta.
terutama konsumen yang akan membeli
atau menggunakan produk tersebut. Di Miru, Ahmadi, 2010, Hukum Kontrak
dalam Pasal 62 Undang-Undang Perancangan Kontrak, Raja Grafindo
Perlindungan Konsumen terdapat sanksi Persada, Jakarta.
pidana, alangkah baiknya apabila bentuk
sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku Rajagukguk, Erman, 2000, Hukum
usaha yang melakukan pelanggaran Perlindungan Konsumen, Mandar
ketentuan periklanan dapat berupa pidana Maju, Bandung.
penjara bukan pidana denda, agar sanksi
pidana yang dijatuhkan tersebut benar- Samsul, Inosentius, 2004, Perlindungan
benar menimbulkan efek jera serta Konsumen, Kemungkinan Penerapan
meningkatkan kepatuhan pelaku usaha Tanggung Jawab Mutlak, Indonesia
terhadap norma-norma Undang-Undang Press, Jakarta.
Perlindungan Konsumen.
Sasongko, Wahyu, 2007, Ketentuan-Ketentuan
DAFTAR PUSTAKA Pokok Hukum Perlindungan
Konsumen, UNILA, Bandar Lampung.
A. Buku
Setiawan, R, 1977, Pokok-Pokok Hukum
Ashshofa, Burhan, 2010, Metode Penelitian Perikatan, Putra Abardin, Bandung.
Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan
Bachtiar, Maryati, 2007, Buku Ajar Hukum Konsumen, Grasindo, Jakarta.
Perikatan, Pusat Pengembangan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 14
Sidabolak, Janus, 2006, Hukum Perlindungan Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
Konsumen Di Indonesia, Pt Citra Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23.
Aditya Bakti, Bandung.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Supranto, Johannes, 2003, Metode Penelitian Indonesia Tahun 1945.
Hukum dan Statistik, PT Rineka Cipta,
Jakarta. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan, Lembaran Negara Republik
Susanto, Happy, 2009, Hak-Hak Konsumen Indonesia Tahun 1996 Nomor 99,
Jika Dirugikan, Transmedia Putaka, Tambahan Lembaran Negara Nomor
Jakarta Selatan. 3656.

Sutedi, Adrian, 2008, Tanggung Jawab Produk Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Dalam Perlindungan Konsumen, Perlindungan Konsumen, Lembaran
Ghalia Indonesia, Jakarta. Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 42, Tambahan Lembaga
Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Negara Nomor 3821.
Konsumen, Kencana, Jakarta.
D. Website
B. Jurnal/ Skripsi/Tesis/Kamus
https://lenterakecil.com/pengertian-media-
Geraint Howells, Hans-W, and Thomas online/, diakses, tanggal, 25 Maret
Wihelmsson, 2009, “Toward a Better 2018.
Understanding Of Unfair Commercial
Practies”, Jurnal West Law, diakses https://www.kompasiana.com/gilangkibil/etika-
melalui pariwara-indonesia- mengawasi- bukan-
http://unri.ac.id/index.php/perpustakaa membatasi_54f72cc7a333113a7a8b45f
n/#, pada tanggal 23 Maret 2018. b#, diakses, tanggal, 04 April 2018.

Manufactures’ Finance Co, 1935, “equality”, http://m.hukumonline.com/berita/baca/It4f8503fe


Supreme Court Of the United States, cc5fb/kasus-iklan-nissan-march-masuk-
Jurnal West Law, diakses melalui pengadilan, diakses, tanggal, 05 April
https://lib.unri.ac.iid/e-journal-e- 2018.
book/, pada tanggal 28 Agustus 2018.

Meriza Elpha Damia, 2013, “Pelaksanaan


Perlindungan Konsumen Dalam
Penggunaan Alat Ukur Takar,
Timbangan Dan Perlengkapannya
(UTTP0 Di Pasar Tradisional
Pekanbaru”. Jurnal Dinamika &
Problematika Hukum. Fakultas
Hukum Universitas Riau, Volume 1,
Desember.

Ahmad Ramli, “Perlindungan Hukum


Terhadap Konsumen Dalam Transaksi
E-commerce”, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 18, Nomor 3 Tahun 2002.

C. Peraturan Perundang-Undangan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume V Edisi 2 Juli – Desember 2018 Page 15

You might also like