Professional Documents
Culture Documents
1, Juni
ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) 2021
Hal. 33 – 47
DOI:
https://doi.org/10.30996/persona.v10i1.4622
Website:
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona
Pengembangan tes minat Holland untuk pemetaan jurusan pada siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Adiyo Roebianto
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan, Jakarta (11650) Irene
Guntur
Biro Psikologie, Jl. Jembatan Dua Raya, Jakarta (14450) Diana
Lie
Sekolah Genius, Jl. Binong Raya, Tangerang (15810)
E-mail: adiyo.roebianto@mercubuana.ac.id
Abstract
Psychological testing tools such as interest tests are generally based on contemporary
psychological theories. The results of these tests need to be tested empirically according to
the criteria. By far, the measurement of interest tests at the junior high school (SMP) and
senior high school (SMA) levels is still limited using the major's interest test based on a
vocational test. This study aims to develop a HOLLAND personality-based interest test that
can be used for mapping majors for junior and high school students. This research design
uses a non-experimental approach by using a purposive sampling technique. This study had
248 junior high school students and 270 high school students who completed three
instruments, namely the HOLLAND interest test, the SMP and SMA students majors test. The
confirmatory factor analysis is used to test the validity of the instrument and the regression
analysis of the structural equation model is used to determine the dominant predictor in
determining the choice of a student's major in both junior and senior high school. Several
HOLLAND traits were found to play a significant and consistent role in determining the
major of the field of study chosen by junior and senior high school students. Each major field
of study has a different HOLLAND trait as a predictor.
Keywords: Confirmatory Factor Analysis; HOLLAND; RIASEC; Interest Test; Structural
Equation Modelling
Abstrak
Alat tes psikologi seperti tes minat umumnya dibuat berdasarkan teori-teori psikologi
kontemporer. Selama ini tes minat di sekolah masih terbatas menggunakan tes minat
penjurusan yang berbasis tes vokasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes
minat berbasis HOLLAND yang dapat digunakan untuk pemetaan jurusan untuk siswa SMP
maupun SMA. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan non-eksperimental dengan
teknik sampling purposive, terdapat 248 siswa SMP dan 270 siswa SMA yang mengerjakan
tiga instrumen tes yaitu tes minat HOLLAND, tes penjurusan siswa SMP dan SMA. Uji
validitas analisa faktor konfirmatori digunakan untuk menguji validitas konstruk alat ukur
dan analisa regresi model persamaan struktural digunakan untuk mengetahui prediktor
yang dominan dalam menentukan pilihan jurusan seorang siswa baik di SMP maupun SMA.
Beberapa trait HOLLAND ditemukan berperan secara signifikan dan konsisten dalam
Adiyo Roebianto, Irene Guntur, Diana Lie Volume 10, No. 1, Juni 2021
menentukan jurusan bidang studi yang dipilih oleh siswa SMP dan SMA. Setiap bidang studi
penjurusan memiliki trait HOLLAND yang berbeda-beda sebagai prediktornya .
Kata Kunci: Analisa Faktor Konfirmatori; HOLLAND; RIASEC; Tes Minat; Model Persamaan
Struktural
Copyright © 2021. Adiyo Roebianto, Irene Guntur, Diana Lie
Submitted: 2021-01-31 Revised: 2021-03-26 Accepted: 2021-06-20 Published: 2021-06-30
Pendahuluan
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memilih jurusan yang tepat
sehingga mereka cenderung salah menentukan jurusan atau program studi (Nurrohmah,
2018). Pemilihan jurusan/program studi bisa dikatakan mantap apabila siswa memiliki
pemahaman akan bakat, minat, keterampilan, hobi, sifat, dan prestasi akademik (Afdal
dkk., 2014). Pemahaman mengenai diri sendiri terbentuk melalui pengalaman dan
peristiwa yang terjadi dalam hidup siswa. Memiliki informasi atau pengetahuan mengenai
diri sendiri dan pilihan-pilihan serta memahami caranya memanfaatkan informasi tersebut
dalam mengambil suatu keputusan karir sangat penting, tetapi hal tersebut belum cukup
untuk menyelesaikan permasalahan-pemasalahan yang muncul dalam karir nantinya. Hal
yang lebih penting dimiliki adalah cara berpikir siswa merespon hal-hal di sekitarnya yang
terkait dengan karakter pribadinya seperti minat, nilai-nilai dan keterampilan yang
dimiliki. Siswa dapat menunjukkan pikiran yang jelas, tepat, dan kuat mengenai minat
mereka, seperti hal yang ia tertarik, merasa biasa saja, dan tidak tertarik sama sekali
(Reardon dkk., 2017)
Minat itu sendiri diartikan sebagai aktivitas yang tidak terpisahkan antara penilaian
pribadi mengenai pentingnya suatu aktivitas dan evaluasi emosional seseorang selama
menjalankan aktivitas tersebut (Dewey, 1913). Minat juga didefinisikan sebagai relasi
antara individu dan aktivitas atau rangkaian aktivitas di area tertentu (Schiefele, 2009).
Renninger dan Hidi juga menekankan bahwa minat merupakan komponen afektif dan
kognitif yang menjadi bagian dari individu dalam melakukan suatu aktivitas (Renninger &
Hidi, 2002). Komponen afektif terdiri dari perasaan yang diasosiasikan dalam aktivitas
yang dilakukan, sedangkan komponen kognitif merupakan pikiran dan persepsi individu
saat melakukan aktivitas tersebut. Minat muncul dari interaksi individu antara aktivitas
dan konteks yang dialaminya sehingga faktor personal dan lingkungan dapat
menciptakan atau menghilangkan minat. Ketika individu memiliki minat yang
berkembang baik, maka mereka akan menunjukkan usaha untuk terlibat terus menerus,
merasa mampu, menghargai keterlibatannya dalam aktivitas tersebut, dan dapat
mengatur keterlibatannya secara efektif (Wigfield & Cambria, 2010). Namun demikian,
sebagian besar dari siswa SMP dan SMA belum benar-benar mengetahui potensi yang
siswa memilih program studi di SMA belum ada. Oleh karena itu, tiga alat tes minat dalam
penelitian ini diharapkan dapat membantu guru BK, konselor pendidikan, bahkan
psikolog pendidikan dalam memberikan arahan yang tepat untuk memilih jurusan-jurusan
kuliah terkini.
Instrumen tes yang biasanya dipakai di Indonesia masih terbatas, antara lain Kuder
Preference Record Form C dan The Rothwell Miller Interest Blank (RMIB). Namun,
Yudiana, Reswara, & Purwono menjelaskan bahwa ada empat keterbatasan dalam Kuder
Preference Record Form C, (a) yaitu pilihan aktivitas dan pekerjaan sudah tidak sesuai
konteks dengan perkembangan zaman, (b) tes masih berbasis tertulis, (c) tidak terkait
dengan teori Holland yang mendasari minat pekerjaan, dan (d) tidak dapat memberikan
gambaran minat seseorang (Yudiana dkk., 2019). Yudiana (Yudiana dkk., 2019)
menjelaskan bahwa kelemahan tes RMIB terletak pada reliabilitas dan validitas tes, yaitu
hanya area minat scientific yang masih dapat diandalkan, empat area lainnya cukup dapat
diandalkan dan delapan lainnya sudah tidak dapat diandalkan. Yudiana, Wiyono, &
Purwono mengembangkan tes minat bernama Padjajaran Interest Inventory (PII) yang
mengukur area minat seseorang berdasarkan teori The Spherical Model of Interest dan
disesuaikan juga dengan perkembangan zaman (Yudhiana dkk., 2011). Penelitian ini
merupakan lanjutan dari studi terdahulu tes minat SMA di awal tahun 2012 yang telah
berhasil menghimpun 21 pilihan Fakultas/Program studi (Wirawan & Guntur, 2012). Studi
lanjutan ini mencoba menelusuri minat calon peserta didik tidak hanya di jenjang SMA,
namun juga pada jenjang SMP.
Keempat faktor di atas memberikan gambaran bahwa sangat dibutuhkan
penyempurnaan alat tes minat sebelumnya sehingga dapat meminimalisasi kesalahan
dalam memilih jurusan/program studi dan memaksimalkan potensi siswa ketika berada
di jurusan/program studi yang tepat. Bangsa Indonesia akan lebih maju karena semakin
banyak memiliki lulusan yang kompeten di bidangnya. Dengan mengetahui potensi diri
maka siswa akan dengan mudah dan tepat merencanakan masa depan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis fokus kepada dua hal permasalahan yaitu
apakah tes minat berbasis HOLLAND dan tes minat bidang studi untuk SMP & SMA
dinyatakan valid berdasarkan analisa factor konfirmatori? Kemudian, kedua, trait
apakah dari HOLLAND test yang dominan dalam menentukan minat bidang studi
seorang siswa baik di SMP ataupun SMA? Kedua hal inilah yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Metode
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pendekatan penelitian kuantitatif non
eskperimental. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner daring
pada tiga sekolah swasta di wilayah Jakarta. Penulis telah menentukan jadwal dengan
pihak sekolah untuk melaksanakan pengisian instrument penelitian. Tes dilakukan dalam
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berasal dari dua jenjang sekolah yaitu siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dari tiga sekolah swasta di
wilayah Jakarta dan Tangerang Selatan. Sekolah pertama dan kedua berada di wilayah
Jakarta, tetapi sekolah pertama tergolong sekolah dengan karakteristik sosio ekonomi
(SES) menengah ke bawah dengan jumlah siswa di sekolah sekitar 60. Sedangkan sekolah
kedua termasuk sekolah dengan SES menengah ke atas dengan jumlah siswa sekitar 300.
Kemudian sekolah ketiga berada di wilayah Tangerang Selatan, dengan karakteristik SES
sekolah menengah yang jumlah siswanya sekitar hampir 500. Pemilihan sekolah tersebut
dilakukan secara convenient, sebab sekolah tersebut bersedia untuk dijadikan mitra
dalam pengumpulan data tes minat. Sedangkan siswa dipilih berdasarkan convenient juga
yaitu siswa kelas 9, 11 & 12 yang jadwal kelasnya dapat mengikuti tes peminatan ini.
Pengambilan data dilakukan untuk semua siswa jenjang SMP dan SMA di tiga sekolah
tersebut. Berdasarkan pengumpulan data, didapati 248 siswa SMP dan 270 siswa SMA.
Adapun karakteristik partisipannya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Karakteristik Partisipan
Keterangan SMP SMA
Partisipan (n) 248 270
Median Usia 13.95 16.52
Standar Deviasi Usia 1.06 .64
Proporsi Pria 53% 55%
Proporsi Wanita 47% 45%
Sumber: Roebianto, dkk (2021)
Berdasarkan tabel 1 di atas, secara umum median usia siswa SMP sekitar 13.95 tahun
(sd = 1.06) sedangkan SMA sekitar 16.52 tahun (sd = .64). kemudian, proporsi siswa pria
umumnya lebih banyak sekitar 53% di jenjang SMP dan 55% di jenjang SMA. Sedangkan
siswa perempuan sekitar 47% di jenjang SMP dan 47% di jenjang SMA.
Instrumen
Tes Minat Bidang Studi IPA, IPS, Bahasa dan Seni
Tabel 2
Instrumen Penelitian
Instrumen Konstruk yang diukur
SMP IPA, IPS, Bahasa dan Seni
SMA 25 Fakultas Bidang Studi
HOLLAND (SMP & SMA) instrumen RIASEC
Sumber: Roebianto, dkk (2021)
Analisa Data
Pada tahapan pertama, penulis melakukan uji validitas konstruk melalui analisa
faktor konfirmatorik (Confirmatory Factor Analysis / CFA). CFA lazim dilakukan untuk
mengkonfirmasi struktur data berdasarkan model pengukuran yang didapatkan dari teori
(Thompson, 2004; Brown, 2006). Dalam CFA, peneliti memiliki teori tentang struktur
data, yang dalam hal ini disebut sebagai model pengukuran (measurement model)
(Roebianto, 2010). Model pengukuran berdasarkan teori disebut sebagai matriks sigma
(∑). Selanjutnya model pengukuran ini dijadikan sebagai teori yang akan diuji
kevalidannya berdasarkan data dari lapangan (empiris). Data berdasarkan kondisi di
Persona: Jurnal Psikologi Indonesia
Page | 39
ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online)
Adiyo Roebianto, Irene Guntur, Diana Lie Volume 10, No. 1, Juni 2021
lapangan disebut sebagai matriks S. Kondisi perbandingan antara teoritis dan empiris ini
selanjutnya diajukan sebagai hipotesis dalam CFA. Maka itu, hipotesis nihil dari analisa
CFA dapat dituliskan berupa ∑ = S, atau yang berarti tidak ada perbedaan antara model
pengukuran berdasarkan teori dengan data dari lapangan, sehingga modelnya dinyatakan
fit, dan sebaliknya. Kriteria penilaian model fit (test of goodness of fit), penulis
menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3
Kriteria Model Fit
Kriteria Sumber In
deks Fit
SRMR .05 < SRMR ≤ .08 (acceptable) Hu & Bentler (1999)
RMSEA .05 < RMSEA ≤ .08 (acceptable) Cangur & Ercan (2015)
CFI dan TLI .90 ≤ CFI / TLI ≤ .95 (acceptable) Hu & Bentler (1999)
Chi-square / Degree of Freedom ≤3 Kline (2011)
Penulis melakukan analisa CFA tersebut secara masing–masing untuk setiap
variabel/konstruk yang diukur sebagaimana yang ditampilkan pada tabel 2 sebelumnya.
Adapun skala yang akan diuji yaitu empat instrumen bidang studi IPA, IPS, Bahasa dan
Seni, 25 instrumen pemilihan fakultas dan enam skala untuk tes HOLLAND. Dengan
demikian, penulis akan melakukan analisa CFA terhadap sejumlah 45 skala.
Setelah didapati model fit, maka selanjutnya penulis melakukan analisa model
persamaan struktural atau structural equation modelling (SEM) untuk mengecek validitas
konstruk antar instrumen. Dalam hal ini, penulis ingin melihat hubungan struktural antara
semua instrumen yang digunakan (multi-trait). Pada tahapan ini penulis akan melihat
hubungan antara traits berdasarkan tipologi RIASEC dengan peminatan bidang studi, baik
untuk siswa SMP maupun SMA. Adapun ilustrasi model yang akan diuji melalui SEM yaitu
sebagai berikut:
Hasil
Hasil Analisa Confirmatory Factor Analysis (CFA)
Pada tahapan ini penulis memaparkan hasil berdasarkan CFA untuk setiap
instrumen penelitian yang dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan tabel dalam
lampiran 1, secara umum semua model dinyatakan fit terutama pada kriteria SRMR, CFI &
TLI. Namun, jika berdasarkan nilai RMSEA, tidak semua konstruk menunjukkan model
yang acceptable fit. Kondisi ini menurut Kenny, Kaniskan & McCoach (2015) lazim terjadi
pada degrees of freedom yang relatif kecil dan sample size yang juga tidak begitu banyak.
Maka itu, Hu & Bentler (1999) menyarankan tidak hanya menggunakan salah satu fit
indices yang ada, tetapi juga fit indices lainnya, seperti CFI/TLI atau SRMR.
Tabel 4
Hasil Regresi dan Korelasi Antar Variabel Laten
Regresi Korelasi
yaitu sebesar 76.1%. Tidak ada kriteria khusus terkait dengan berapa jumlah minimum
persentase R2 yang ideal. Tetapi semakin besar nilainya, maka menunjukkan semakin
banyak proporsi varians variabel dependen yang terkait dengan variabel independen.
Sosial RIASEC cenderung pada perilaku sosial, sedangkan sosial bidang studi cenderung
pada pengetahuan.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan mengembangkan alat tes minat untuk penjurusan siswa
SMP menuju SMA dan siswa SMA menuju perkuliahan dengan berbasis teori tipologi
HOLLAND dan minat bidang studi penjurusan. Pada artikel ini penulis membahas dari segi
validitas dan reliabilitas alat ukur yang disusun oleh penulis. Dari hasil penelitian didapati
bahwa secara keseluruhan alat ukur dinyatakan valid berdasarkan validitas konstruk
Analisa Faktor Konfirmatorik (Confirmatory Factor Analysis/CFA) dan reliabel berdasarkan
indeks Alpha Cronbach.
Penulis juga melakukan Analisa regresi structural untuk melihat pengaruh tipologi
RIASEC terhadap minat penjurusan siswa. Berdasarkan hasil bahwa pada siswa SMP yang
akan mengambil penjurusan IPA di SMA memiliki kecenderungan berada pada tipologi
investigative pada RIASEC. Sedangkan siswa yang memilih IPS di SMA, cenderung
memiliki tipologi social pada RIASEC. Dan pada penjurusan Seni & Bahasa,
kecenderungannya siswa memiliki tipologi art pada RIASEC. Sedangkan pada penjurusan
perkuliahan, pada bidang ilmu teknologi, siswa kecenderungan memiliki tipologi realistic.
Sedangkan untuk bidang sains, siswa kecenderungannya memiliki tipologi investigative.
Kemudian pada ilmu social, tipologi social yang dominan dan terakhir pada ilmu yang
bersifat seni/budaya, tipologi art yang dominan.
Beberapa penelitian di Indonesia yang melakukan studi sejenis yaitu uji validitas
pada tes minat penjurusan seperti (Periantalo, 2017); (Periantalo, 2018); (Periantalo dkk.,
2019); (Artosandi, 2014); (Pari, 2017); dan (Anggraini dkk., 2020). Artosandi dalam
penelitiannya melakukan uji validitas konstruk terhadap alat ukur yang disebut Vocational
Interest Indonesian Version (VIIV) yang terdiri dari 60 item dengan jumlah sampel
sebanyak 900 siswa SMA (Artosandi, 2014). Berdasarkan hasil penelitiannya didapati
bahwa model hexagonal pada RIASEC terkonfirmasi dari hasil penelitiannya, dimana trait
yang bersebelahan umumnya lebih besar nilai korelasinya dibandingkan dengan trait yang
berseberangan. Hal ini juga sejalan dalam penelitian ini, umumnya yang bersebelahan
relative lebih besar (misal korelasi R & I) dibandingkan dengan yang berseberangan (misal
korelasi R & S). Tetapi dalam penelitian ini, semua korelasi masuk dalam kategori
moderat, dimana terendah sekitar .3 s/d .6. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Holland,
1997) dan (Armstrong dkk., 2008) bahwa antar trait RIASEC memang seharusnya memiliki
korelasi yang moderat, sehingga antar trait dapat terlihat kongruensi dan perbedaannya.
Disamping itu juga, nilai standardized factor loading dari CFA pada penelitian ini pada
umumnya di atas 0.300. Brown mengatakan bahwa umumnya nilai standardized factor
loading yang di atas 0.3 digunakan dalam riset-riset ilmu social yang menggunakan
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa alat ukur HOLLAND
RIASEC dinyatakan valid dengan menggunakan pendekatan analisis factor konfirmatori.
Begitupun juga dengan tes minat penjurusan bidang studi baik untuk siswa SMP maupun
untuk siswa SMA.
Pada minat penjurusan bagi siswa SMP menuju SMA, didapati bahwa bidang studi
IPA mayoritas diminati oleh siswa yang cenderung pada kepribadian investigative.
Sedangkan pada bidang studi IPS, tipologi RIASEC yang dominan yaitu social. Dan
terakhir, minat bidang studi Seni dan Bahasa mayoritas diminati oleh siswa yang memiliki
tipologi artistic. Selanjutnya pada siswa SMA, tipologi realistic dan investigative memiliki
peranan yang dominan dampaknya dalam menentukan pilihan jurusan perkuliahan.
Hampir semua bidang penjurusan dipengaruhi secara signifikan oleh tipologi realistic dan
investigative.
Saran yang dapat dilakukan dalam penelitian berikutnya adalah menguji alat ukur ini
pada kelompok mahasiswa yang sudah menjalani bidang perkuliahan tersebut, agar
dapat diketahui apakah hasil yang didapatkan tetap konsisten atau tidak. Disamping itu,
diperlukan juga kriteria lain dalam memastikan bahwa alat ukur tes minat HOLLAND dan
tes bidang studi penjurusan memiliki kesesuaian dengan alat tes sejenis. Misalnya seperti
tes minat RMIB, atau tes minat lainnya. Bahkan bila memungkinkan diukur juga performa
partisipan sehingga dapat dibandingkan dengan minatnya.
Referensi
Afdal, S. M., Uman, & Syamsu. (2014). Bimbingan karir kolaboratif dalam pemantapan
perencanaan karir siswa SMA. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 2(3), 1–7.
http://jurnal.konselingindonesia.com.
Anggraini, W., Kurniawan, F., Susilawati, S., & Hasna, A. (2020). Validitas dan realibilitas
instrumen teori pilihan karir Holland di Indonesia. Bulletin of Counseling and
Psychotherapy, 2(2). https://journal.kurasinstitute.com/index.php/bocp.
Armstrong, P. I., Day, S. X., McVay, J. P., & Rounds, J. (2008). Holland’s RIASEC model as
an integrative framework for individual differences. Journal of Counseling Psychology,
55(1), 1–18. https://doi.org/10.1037/0022-0167.55.1.1
Artosandi, Y. S. R. (2014). Pengembangan instrumen minat vokasional berbasis tipologi
Holland untuk eksplorasi karir Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Brown, T. A. (2006). Confirmatory factor analysis for applied research. Guilford Press.
Cangur, S., & Ercan, I. (2015). Comparison of model fit indices used in structural equation
modeling under multivariate normality. Journal of Modern Applied Statistical
Methods, 14(1), 152–167. https://doi.org/10.22237/jmasm/1430453580.
Devianti, R. (2015). Jurnal konseling dan pendidikan kontribusi dukungan orangtua, teman
sebaya, dan guru bimbingan dan konseling terhadap minat siswa pada jurusan yang
ditempati di SMA. 3(2). http://jurnal.konselingindonesia.com
Dewey, J. (1913). Interest and effort in education. New York: Houghton Mifflin.
Persona: Jurnal Psikologi Indonesia
Page | 46
ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online)
Pengembangan tes minat Holland untuk pemetaan
pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) danAtas
jurusan Sekolah
Menengah (SMA)
Dharmayanti, W., & Munadi, S. (2014). Faktor-faktor yang memengaruhi minat siswa SMP
masuk SMK di kota Pontianak. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4 (3), 405 – 419.
Holland, J. L. (1959). A theory of vocational choice. Journal of Counseling Psychology, 6(1),
35–45. https://doi.org/10.1037/h0040767
Holland, J. L. (1997). Making vocational choices: A theory of vocational personalities and
work environments, 3rd ed. In Making vocational choices: A theory of vocational
personalities and work environments, 3rd ed. Odessa, FL: Psychological Assessment
Resources.
Hu, L. T., & Bentler, P. M. (1999). Cutoff criteria for fit indexes in covariance structure
analysis: Conventional criteria versus new alternatives. Structural Equation Modeling,
6(1), 1–55. https://doi.org/10.1080/10705519909540118.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2018). Salinan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Kenny, D. A., Kaniskan, B., & McCoach, D. B. (2014). The Performance of RMSEA in models
with small degrees of freedom. Sociological Methods & Research, 44(3), 486– 507.
https://doi.org/10.1177/0049124114543236.
Kline, R. B. (2011). Principles and practice of Structural Equation Modeling 3rd Edition (3rd
edition). The Gillford Press.
Kompas Pedia. (2017). Direktori 100 perguruan tinggi di Indonesia. PT. Kompas Media
Nusantara.
Mu’awanah, S., & Jacky, M. (2015). Perang stigma antara siswa IPA/IPS di MAN Lasem.
Paradigma, 03, 1-5.
Nailufar, I. (2018). Kematangan karir ditinjau dari dukungan orang tua pada siswa kelas XII
SMA Walisongo Ketanggungan. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia.
Nunnally, J. C. (1978). Psychometric theory 2nd Edition (2nd Edition). McGraw-Hill.
Nurrohmah, A. S. (2018). layanan bimbingan dan konseling dalam pemantapan pilihan
jurusan ke perguruan tinggi siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. (Skripsi
tidak diterbitkan). Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Pari, R. (2017). Pengembangan alat tes minat dengan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) di perum Perhutani. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Periantalo, J. (2017). Uji validitas konstrak tes minat indonesia melalui aspek minat psikis.
PSYCHO IDEA, Tahun 15(1), 9–17.
Periantalo, J. (2018). Uji validitas konstrak tes minat indonesia melalui komponen minat
kesehatan. PSYCHO IDEA, Tahun 16(1), 39–50.
Periantalo, J., Iranda, A., & Fadzlul, D. (2019). Uji validitas tes minat indonesia komponen
ilmu kesehatan dengan skala sikap terhadap pelajaran. Psikoislamedia Jurnal
Psikologi, 4(1), 114–123.
Reardon, R. C., Lenz, J. G., Peterson, G. W., & Sampson, J. P. (2017). Career development &
planning : A comprehensive approach. Iowa: Kendall Hunt Pub Co.
Renninger, K. A., & Hidi, S. (2002). Student interest and achievement: Developmental
issues raised by a case study. In Development of achievement motivation. (pp. 173–
195). Academic Press. https://doi.org/10.1016/B978-012750053-9/50009-7.
Schiefele, U. (2009). Situational and individual interest. In Handbook of motivation at
school. (pp. 197–222). Routledge/Taylor & Francis Group.
Sulystiyawati, E. W., & Purwaningsih, I. E. (2014). Peran hasil tes penjurusan studi
terhadap pemilihan jurusan pada siswa SMA. Jurnal SPIRITS, 5(1), 35-47.
Wigfield, A., & Cambria, J. (2010). Students’ achievement values, goal orientations, and
interest: Definitions, development, and relations to achievement outcomes.
Developmental Review, 30(1), 1–35.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.dr.2009.12.001
Wirawan, H. E., & Guntur, I. (2012). Pengembangan alat tes minat program studi/jurusan di
Perguruan Tinggi. Laporan Penelitian dan Publikasi Ilmiah, Universitas Tarumanegara.
Yudhiana, W., Purwono, U., & Wiyono, S. (2011). Technical manual Padjadjaran Interest
Inventory. Bandung: Universitas Padjajaran.
https://www.researchgate.net/publication/326292604.
Yudiana, W., Reswara, I. P., Wiyono, S., & Purwono, R. U. (2019). Padjadjaran Interest
Inventory: Evaluation of psychometric properties. Jurnal Psikologi, 46(1), 19.
https://doi.org/10.22146/jpsi.38684