You are on page 1of 11

PENGARUH ETIKA BIROKRASI TERHADAP PROFESIONALITAS

PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MALALAYANG KOTA MANADO


Faisal Putra Pai
Masje Pangkey
Gustaf Budi Tampi

ABSTRACT : Bureaucracy has ethics that apply to the entire apparatus. Professionalism of public
serviceis a demand that must be realized int he bureaucracy. This study aimsto determine the effectof
the bureaucratic ethic of public service professionalism Malalayang Head Office of Manado City.
This study usesquantitative methods. Research was carriedby 40 votes districts Malalayang
government apparatus. The data used areprimary data obtained through a questionnaire. The analysis
techniq ueused to test the hypothesis is simple statistical regression analysis and simple correlation or
koreasi product moment. The result showed that the direction ofthe regression coefficients and
correlation coefficientsof the variables bureaucratic ethicof public service professionalism is posifive
and significant atthe 0.01 level of significan ceorconfidence level of 99%.

Based onthe results ofthat study concluded that the bureaucratic ethic positive and significant
impacton the professionalism ofthe public service in the sub-district office Malalayang.

It is recommended that the understanding, appreciation and practice of ethical apparatus


against bureaucracy needs to be improved through the development of ethics bureaucracy to the
apparatus should be donemore intensively. Application of ethics bureaucracy by bureaucratic
apparatus needs to be exemplary of the leaders or elite bureaucracy its elfso that it takesthe
commitment of the elite bureaucracy to implement ethics bureaucracy properly.

Keywords: ethics bureaucracy, professional services public

bersih dan sering merusak kewibawannya,


PENDAHULUAN sehingga itu pembangunan aparatur birokrasi
Kelancaran penyelenggaraan tugas terus diarahkan pada mewujudkan aparatur
umum pemerintahan dan pembangunan yang bersih dan berwibawa; (3) di
nasional sangat dipengaruhi oleh lingkungan aparatur birokrasi masih sering
kesempurnaan pengabdian aparatur Negara. ditemui adanya penyalahgunaan wewenang
Pegawai Negeri Sipil atau aparatur birokrasi dan penyelewengan lainnya seperti korupsi,
adalah merupakan unsur aparatur Negara kolusi dan nepotisme, pungutan liar,
yang betugas memberikan pelayanan yang kebocoran dan pemborosan; sehingga itu
terbaik, adil dan merata kepada masyarakat. pembinaan, penertiban dan pendayagunaan
Untuk menjamin tercapainya tujuan aparatur pemerintah/birokrasi terus
pembangunan nasional. Diperlukan aparatur ditingkatlkan. Beberapa fenomena
birokrasi (PNS) yang netral, mampu menjaga permasalahan seperti ini tidak hanya terjadi
persatuan dan kesatuan bangsa, profesional di lingkungan aparatur birokrasi pada tingkat
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pusat tetapi juga di tingkat daerah.
tugas. Semangat otonomi daerah telah
Fenomena selama ini menunjukkan mewarnai pendayagunaan aparatur birokrasi
kondisi lingkungan aparatur birokrasi masih di daerah dengan tuntutan untuk mewujudkan
adanya permasalahan serius yang harus penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
diatasi, antara lain : (1) pelaksanaan tugas- efisien dan efektif serta mampu menyediakan
tugas umum pemerintahan belum sepenuhnya pelayanan publik secara professional
berjalan efisien dan efektif, sehingga itu sebagaimana yang diharapkan oleh
pembangunan aparatur birokrasi masih harus masyarakat. Tuntutan tersebut merupakan hal
ditingkatkan dan diarahkan pada peninkatan yang wajar karena selama ini aparatur
efisiensi dan efektivitas; (2) di lingkungan birokrasi di daerah belum sepenuhnya
aparatur birokrasi ada gejala masih belum mampu melaksanakan pelayanan publik

1
secara profesional sebagaimana harapan dan biasa digunakan orang adalah kebiasaan,
masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan adat atau akhlak dan watak.
publik oleh aparatur birokrasi belum secara Widjaja (2003) menggambarkan
optimal dapat dilaksanakan dengan cepat, bahwa sebagai cabang filsafat, etika
tepat, akurat, berdayaguna, berhasilguna dan mempelajari pandangan-pandangan
berkualitas, sehingga sering menyebabkan persoalan-persoalan yang berhubungan
munculnya ketidakpuasan di kalangan dengan masalah kesusilaan, atau sebagai
masyarakat. Selain itu masih sering terdapat penyelidikan filsofis mengenai kewajiban-
praktek penyimpangan dan penyalahgunaan kewajiban manusia, dan hal-hal yang baik
wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan dan buruk. Sebagai ilmu, etika sering
publik seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dikatakan sebagai ilmu yang membicarakan
pungutan liar, dan pemborosan kekayaan masalah perbuatan atau tingkah laku
daerah yang dilakukan oleh aparatur birokrasi manusia, mana yang dapat dinilai baik dan
di daerah yang menimbulkan mana yang dapat dinilai tidak baik.
ketidakpercayaan masyarakat terhadap Selanjutnya, sebagai ilmu normative. Etika
birokrasi pelayanan publik. Dari pengamatan adalah berisi ketentuan-ketentuan atau
dan informasi yang diperoleh menunjukkan norma-norma dan nilai-nilai yang dapat
fenomena lemahnya profesionalitas digunakan dalam kehidupan sehari-hari
pelayanan publik tersebut lebih nampak pada (Widjaja, 2003).
birokrasi tingkat bawah seperti di kantor Solomon (1997) mengemukakan
kelurahan dan kantor Camat. bahwa kata ”etika” menunjuk pada dua hal,
Masih Lemahnya profesionalitas yaitu : (1) disiplin ilmu yang mempelajari
pelayanan publik oleh aparatur birokrasi nilai-nilai dan pembenarannya ; dan (2)
dapat disebabkan oleh berbagai faktor pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri
yangsaling terkait, antara lain oleh faktor yaitu nilai-nilai hidup kita. Kedua hal ini
kurangnya pemahaman, penghayatan dan berpadu dalam kenyataan bahwa kita
pengamalan terhadap norma-norma etika bertingkah laku sesuai dengan hukum, adat
yang berlaku bagi segenap aparatur birokrasi. dan harapan-harapan yang kompleks dan
Sebagaimana diketahui bahwa dalam terus berubah : dan akibatnya kita harus
administrasi/birokrasi publik etika adalah merenungkan sikap dan tingkah laku kita,
merupakan ketentuan-ketentuan atau standar- membenarkannya dan kadang-kadang
standar yang mengatur perilaku moral para memperbaikinya. Lebih lanjut dikatakanoleh
aparatur birokrasi. Etika birokrasi berisi Solomon (1997) bahwa etika adalah
ajaran-ajaran moral dan asas-asas kelakuan kesatuan masalah-masalah manusia yang
yang baik bagi aparatur dalam menunaikan konkrit dan kesadaran akan tujuan, cita-cita,
tugas dan melakukan tindakan jabatannya. hukum dan prinsip-prinsip umum berikut
Etika birokrasi memberikan berbagai asas dengan maknanya. Etika adalah studi tata
etis, ukuran baku, pedoman perilaku dan perilaku yang baik dan buruk, penghargaan
kebajikan moral yang dapat diterapkan oleh dan pembenaran atas tujuan yang kita
setiap aparatur birokrasi. perjuangkan, cita-cita yang kita dambakan,
Istilah etika (ethics) berasal dari dan hukum yang kita anggap baik dan
istilah bahasa Yunani “ethos” yang dalam perlu ditaati.
bahasa Latin disebut “ethicus” yang berarti Istilah birokrasi (bureaucracy)
adat, kebiasaan, atau kesediaan jiwa akan berasal dari bahasa Yunani “bureu” yang
kesusilaan (Widjaja, 2003). Bartens (dalam berarti kantor, dan “kratia” (cracein)yang
Keban, 2008) menggambarkan konsep etika berarti pemerintahan. Jadi, birokrasi berarti
dengan beberapa arti, salah satu diantaranya pemerintahan melalui kantor atau

2
“government by bureau” (Kumorotomo, Sebagai bagian dari etika
2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia administrasi/birokrasi publik maka kode etik
mengartikan birokrasi adalah sistem atau etika jabatan adalah norma-norma, nilai-
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai nilai, kaidah-kaidah, atau ukuran-ukuran
pemerintah karena telah berpegang pada yang diterima dan ditaati oleh para aparatur
hierarki dan jenjang jabatan. yang berupa peraturan-peraturan atau hal-hal
Teori tentang birokrasi yang sangat yang sudah merupakan kebiasaan (yang baik)
popular dikemukakan okeh Max Weber dan dianggap setiap pegawai sudah
dalam kerangka kerjanya yang disebut mengetahuinya (Widjaja, 2003). Etika
“Domination”. Dalam teorinya tersebut jabatan sering pula diartikan sebagai
Weber berpendapat bahwa birokrasi adalah kebiasaan yang baik atau peraturan yang
salah satu bentuk organisasi yaitu suatu dterima dan ditaat oleh pegawai-pegawai dan
sistem otoritas yang ditetapkan secara kemudian mengendap menjadi normatif
rasional oleh berbagai peraturan. Birokrasi (Wursanto, 1998).
dimaksudkan untuk mengorganisasi secara Syaefullah Djaja (2012) menegaskan
teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan bahwa etika jabatan dalam birokrasi publik
oleh orang banyak. (etika pejabat publik) berhubungan atau
Fritz Morstein Marx (dalam berkenaan dengan perbuatan seseorang yang
Santosa,2008) merumuskan birokrasi seperti memagang jabatan tertentu, baik dalam
yang dimaksudkan oleh Max Weber tersebut waktu kerja maupun di luar kerja dan dalam
sebagai tipe organisasi yang dipergunakan kehidupannya sehari-hari. Secara etis,
pemerintah modern untuk melaksanakan seorang pejabat publik tidak bisa
tugas-tugasnya yang bersifat spesialisasi, memisahkan antara perbuatannya dalam
dilaksanakan dalam suatu system pekerjaan dengan perbuatannya di luar
administrasi dan khususnya oleh aparatur pekerjaan.
pemerintah. Etika birokrasi memberikan Dari beberapa pendapat di atas
berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman dapatlah dipahami bahwa etika birokrasi
perilaku, dan kebajikan moral yang dapat adalah merupakan bidang pengetahuan dan
diterapkan oleh setiap aparat birokrasi guna penerapan, ajaran-ajaran moral dan asas-asas
terselenggaranya tugas-tugas pemerintahan kelakuan yang baik dan benar pada segenap
yang baik bagi kepentingan publik. Etika aparatur birokrasi di dalam melaksanakan
birokrasi berusaha menentukan norma-norma tugas atau jabatannya; dengan kata lain etika
mengenai yang seharusnya dilakukan oleh birokrasi adalah merupakan ketentuan-
setiap aparat birokrasi dalam melaksanakan ketentuan atau standar-standar atau norma-
fungsinya dan memegang jabatannya. Etika norma yang mengatur perilaku moral dari
administrasi/birokrasi publik berwujud aparatur birokrasi di dalam menjalankan
seperti : kode etik aparatur birokrasi/PNS tugas atau jabatannya.
atau etika jabatan PNS, sumpah jabatan PNS,
dan lain-lain (Widjaja 2003; Kumorotomo, Sehubungan dengan etika bagi aparatur
2000). Denhardt (dalam Keban, 2008), juga pemerintah/birokrasi, pemerintah telah
mengemukakan bahwa dalam dunia menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42
administrasi publik atau birokrasi, etika Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
bermakna sebagai filsafat dan “professional dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, yang
standards” (kode etik atau etika jabatan), antara lain mengatur mengenai kode etik bagi
atau moral atau “right rules of conduct“ segenap PNS dalam menjalankan tugas dan
(aturan berperilaku yang benar) yang harus melakukan tindakan jabatan. Kode etik
dipatuhi oleh administrator publik atau aparat merupakan pedoman sikap, tingkahlaku, dan
birokrasi atau pemberi pelayanan publik. perbuatan aparatur/PNS didalam

3
melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup tahun 2010 tentang disiplin PNS merupakan
sehari-hari. Dengan kode etik diharapkan langkah awal untuk menciptakan aparatur
akan terwujud PNS/aparatur yang yang profesional. Pamudji (1994)
menjunjung tinggi kehormatan serta mengatakan bahwa seseorang yang
keteladanan sikap, tingkahlaku dan perbuatan profesional itu adalah seseorang yang
dalam melaksanakan tugas kedinasan. memiliki atau dianggap memiliki keahlian,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 akan melakukan kegiatan-kegiatan
tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan (pekerjaan) dengan mempergunakan
bahwa kode etik dimaksudkan antara lain keahliannya itu, sehingga menghasilkan hasil
agar pegawai aparatur sipil negara : kerja yang lebih baik mutunya, lebih cepat
melaksanakan tugasnya dengan jujur, prosesnya, mungkin lebih bervariasi, yang
bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi; kesemuanya mendatangkan kepuasan pada
melaksanakan tugasnya dengan cermat dan warga masyarakat.
disiplin; melayani dengan sikap normat, Suit dan Almasdi (1996) mengatakan
sopan, dan tanpa tekanan; melaksanakan bahwa profesional dapat diartikan sebagai
tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan suatu kemampuan dan keterampilan
perundang-undangan; melaksanakan seseorang dalam melakukan pekerjaan
tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau menurut bidang dan tingkatan masing-
pejabat yang berwenang sejauh tidak masing. Hasil dari pekerjaan yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan dilaksanakan itu, bila ditinjau dari segala
perundang-undangan dan etika pemerintahan. segi, telah sesuai dengan porsi, objektif, serta
PP. Nomor 42 tahun 2004 juga dengan tegas bersifat terus menerus dalam situasi dan
menetapkan sanksi bagi pelanggaran kode kondisi yang bagaimanapun, serta dalam
etik PNS tersebut yaitu berupa sanksi moral jangka waktu penyesuaian yang relatif
yang dibuat secara tertulis dan dinyatakan singkat. Demikian sempurnanya hasil
oleh pejabat Pembina kepegawaian. Selain pekerjaan itu, disamping pelayanan dan
sanksi moral, aparatur birokrasi (PNS) yang perilaku yang diberikannya, menyebabkan
melanggar kode etik dapat dijatuhi hukuman sulit pihak lain untuk mencari cela-celanya.
disiplin PNS sebagaimana yang diatur dalam Lanjut menurut Suit dan Almasdy seseorang
peraturan Disiplin PNS, atau dapat dikenakan profesional tidak dapat dinilai dari satu segi
tindakan administratif sesuai dengan saja, tetapi harus dari segala segi, yaitu
peraturan perundang-undangan, atas disamping keahlian dan keterampilannya,
rekomendasi majelis kode etik. juga perlu diperhatikan mentalitasnya.
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang Riyanto (dalam Rasyid, 1998)
dimaksud denagan ; (1) Disiplin pegawai mengatakan bahwa profesionalitas
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan merupakan kemampuan menguasai dan
peraturan perundang-undangan dan/atau memahami serta melaksanakan bidang tugas
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati sesuai dengan profesinya disamping terhadap
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.(2) pemahaman masalah pada aspek kehidupan
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, lainnya seperti etika, moral, dan budaya.
tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak Seorang yang profesional tidak saja mampu
menaati kewajiban dan/atau melanggar bekerja secara produktif, efisien, mandiri dan
larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang di inovatif, akan tetapi juga harus memiliki
lakukan di dalam maupun di luar jam sikap dedikasi yang tinggi.
kerja.(3) Hukuman disiplin adalah hukuman Korten dan Alfonso (dalam
yang di jatuhkan kepada PNS karena Tjokrowinoto, 2002) melihat profesionalitas
melanggar peraturan disiplin PNS di diukur melalui keahlian yang dimiliki oleh
terbitkannya peraturan pemerintah No. 53 seseorang yang sesuai dengan kebutuhan

4
tugas yang dibebankan organisasi kepada publik. Tugas pelayanan publik tersebut
seseorang. Alasan pentingnya kecocokan meliputi pengadaan/penyediaan barang dan
antara disiplin ilmu atau keahlian yang jasa yang penggunaannya memiliki ciri
dimiliki seseorang tidak sesuai dengan tugas nonrivaly, yaitu barang dan jasa yang
yang dibebankan kepadanya akan berdampak pemakaiannya oleh seseorang tidak dapat
pada inefektifitas organisasi. mencegah orang lain untuk menggunakan
Menurut Kotler (dalam Rusli, 2013), barang dan jasa yang sama (Sinambela,
bahwa pelayanan publikpada dasarnya 2007).
merupakan kegiatan atau manfaat yang Menurut Nugroho (2003), pada dasarnya
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak terdapat banyak jenis pelayanan publik yang
lain dan pada hakekatnya tidak berwujud diberikan oleh pemerintah yang dapat
(intangible) serta tidak menghasilkan berbentuk distributif, redistributif, dan
kepemilikan (un-ownwrship). Pelayanan regulatif.
publik adalah aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah untuk memenuhi permintaan METODELOGI PENELITIAN
masyarakat dalam bidang kehidupan tertentu A. Metode Yang Digunakan.
yang bersifat kolektif untuk kepentingan Metode penelitian yang digunakan ialah
umum. Dengan demikian, pelayanan publik metode penelitian kuantitatif yang bersifat
itu tidak dapat dimonopoli oleh seseorang korelasional. Umar (2007) mengatakan
atau satu kelompok tertentu karena titik tolak bahwa penelitian kuantitatif merupakan suatu
pelayanan adalah kebutuhan masyarakat penelitian yang didasarkan atas data angka-
secara keseluruhan, tidak dapat dimiliki atau angka dan perhitungannya ditujukan untuk
dikuasai oleh perorangan. Selain itu penafsiran kuantitatif.
pelayanan publik bersifat proses kegiatan Penelitian kuantitatif yang bersifat
yang berupa jasa untuk menyelenggarakan korelasional adalah untuk meneliti hubungan
atau mengadakan sesuatu yang semula tidak atau pengaruh antara dua fenomena atau
ada tetapi karena menjadi kebutuhan lebih. Dalam penelitian korelasional peneliti
masyarakat yang terus diperjuangkan, memilih individu-individu yang mempunyai
sehingga kebutuhan itu menjadi kepentingan variasi dalam hal yang diselidiki. Semua
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi harus anggota kelompok yang dipilih sebagai
masung agenda setting pemerintah dan subyek penelitian diukur mengenai dua jenis
diprioritaskan untuk mengadakan atau atau lebih variabel yang diselidiki, kemudian
menyediakan tuntutan tersebut (Rusli, 2013). dihitung untuk diketahui koefisien
Nugroho (2003) mengatakan bahwa korelasinya (Borg dan Gall, dalam
tugas pelayanan publik adalah tugas Arikunto,2000).
memberikan pelayanan kepada umum tanpa B. VariabelPenelitiandanDefinisiOperasi
membeda-bedakan dan diberikan secara onal
cuma-cuma atau dengan biaya sedemikian Malo (dalam Danim, 2000) mengatakan
rupa sehingga kelompok paling tidak mampu bahwa variabel merupakan suatu konsep
dapat menjangkaunya. Tugas ini diemban yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai
oleh Negara yang dilaksanakan melalui salah itu akan tampak kalau dibuat definisi
satu unsurnya, yaitu pemerintah beserta operasionalnya atau tingkatan-tingkatannya
seluruh perangkat birokrasinya. Dari apa (Danim, 2000).
yang dikatakan oleh Nugroho (2003) tersebut Dengan demikian maka fokus dalam
jelaslah bahwa pelayanan publik merupakan Variabel dalam penelitian ini adalah “etika
tugas pokok dari pemerintah (birokrasi). birokrasi” (sebagai variabel bebas atau yang
Dengan kata lain misi utama dari birokrasi mempengaruhi), dan “profesionalitas
pemerintah ialah pemberian pelayanan pelayanan publik” (sebagai variabel terikat

5
atau yang dipengaruhi). Variabel-variabel c. Kemampuanaparatur melaksanakan
penelitian tersebut dibuat definisi operasional pelayanan publik secara “akurat”;
dan indikator pengukurannya yaitu sebagai d. Kemampuan aparatur
berikut : melaksanakan pelayanan publik
1. Variabel Etika secara“berkualitas”.
Birokrasi;didefinisikan sebagai nilai-nilai, C. Jenis Data
asas-asas atau norma-norma etika yang Jenis data yang dikumpulkan dan yang
mengatur perilaku moral para aparatur akan dianalisis untuk pengujian hipotesis
birokrasi di dalam menjalankan tugas dan ialah data primer, yaitu data yang diperoleh
jabatan, yang ditetapkan di dalam peraturan langsung dari para responden yang
perundang-undangan yang berlaku khususnya ditetapkan. Disamping itu juga dikumpulkan
dalam PP.No.42 Tahun 2004 tentang data sekunder yang berfungsi sebagai
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, pendukung atau pelengkap data primer.
dan dalam undang-undang di D. RespondenPenilitian
bidang kepegawaian. Berdasarkan Responden/informan dalam penelitian
definisi operasional tersebut maka secara penelitian ini diambil dari aparatur/PNS
konkrit variabel etika biroktrasi dapat pemerintah kecamatan Malalayang Kota
diamati melalui beberapa indikator sebagai Manado, baik pada kantor Camat maupun
berikut : pada Kelurahan yang ada di wilayah
a. Pemahaman terhadap norma-norma kecamatan Malalayang, yang keseluruhannya
etika birokrasi yang diatur dalam peraturan berjumlah 103 orang. Dari jumlah populasi
perundang-undangan; yaitu tingkat tersebut diambil sampel sebanyak 40 orang
pengetahuan dan pengertian aparatur PNS. Sampel responden tersebut diambil
terhadap norma-norma etika yang berlaku sebanyak 23 orang pada Kantor Camat
bagi aparatur birokrasi.(Widjaja 2003,) (seluruh PNS Kantor Camat) dan ditambah
b. Penghayatan terhadap norma-norma 17 orang PNS pada beberapa Kantor
etika birokrasi; yaitu tingkat kesadaran Kelurahan dengan teknik random sampling.
aparatur tentang arti pentingnya etika E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan
birokrasi.(Widjaja 2003,) Data
c. Pengamalan terhadap norma-norma Instrumen dan teknik pengumpulan data
etika birokrasi; yaitu kepatuhan/ketaatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
aparatur/pegawaimelaksanakan dan sebagai berikut :
menerapkan norma-norma etika di dalam 1. Kuesioner atau daftar pertanyaan;
menjalankan tugas pekerjaan atau melakukan yaitu digunakan untuk pengumpulan data
tindakan jabatan.(Widjaja 2003,) primer. Kuesioner disusun dalam bentuk
2. Variabel Profesionalitas pelayanan angket berstruktur dengan menggunakan
publik didefinisikan sebagai kemampuan pengukuran skala ordinal. Pengumpulan data
aparatur birokrasi untuk melaksanakan tugas dengan kuesioner ini dibantu dengan teknik
pelayanan publik secara profesional. Secara wawancara terpimpin (interview guide).
operasional variabel profesionalitas 2. Observasi; yaitu melakukan
pelayanan publik diamati/diukur dari pengamatan secara langsung terhadap
beberapa indikator,yaitu: fenomena yang berkaitan dengan variabel
yang diamati untuk memperoleh gambaran
a. Kemampuan aparatur melaksanakan empirik tentang objek penelitian. Data yang
pelayanan publik secara “tepat” diperoleh dari teknik observasi ini akan
b Kemampuan aparatur melaksanakan merupakan pelengkap data hasil kuesioner.
pelayanan publik secara “cepat”; 3. Studi Dokumentasi; yaitu digunakan
untuk mengumpulkan data sekunder yang

6
telah tersedia di kantor Camat Malalayang Analisis regresi sederhana dan
Kota Manado. korelasi sederhana beserta pengujian
F. Teknik Analisis Data signifikansinya tersebut menggunakan
Teknis analisis data yang digunakan komputer program SPSS versi 12,0 for
dalam penelitian ini adalah analisis Windows.
kuantitatif dimana data yang terkumpul
diolah dan dianalisis dengan menggunakan HASIL PENELITIAN DAN
analisis statistik inferensial/parametrik PEMBAHASAN
sebagai berikut : 1. Hasil Penilitian
Dari hasil analisis regresi linier (regresi
1. Analisis regresi sederhana;
sederhana) dan analisis korelasi sederhana
digunakan untuk mengetahui pola hubungan
(korelasi product moment atau pearson
pengaruh dari variabel bebas “etika correlation) sebagaimana yang telah
birokrasi”(variabel X) terhadap dikemukakan di atas telah didapat angka-
variableterikat “profesionalitas pelayanan angka statistik yang dapat memberikan
publik” (variabel Y). Pola hubungan petunjuk atau gambaran tentang pengaruh
pengaruh dinyatakan dengan persamaan variabel etika birokrasi terhadap variabel
regresi sederhana Y= a + bX profesionalitas pelayanan publik di kantor
Dimana : Camat Malalayang Kota Manado, dan
a = nilai konstan variabel terikat (Y) sekaligus dapat memberikan keputusan
apabila variabel X tidak berubah /tetap; diterima atau ditolaknya hipotesis yang
dihitung dengan rumus : diajukan dalam penelitian sebagaimana
( )( ) ( )( ) yang disebutkan dalam uraian kerangka teori
a= ( ) di atas.
b= koefisien arah regresi variabel Y atas Dari hasil-hasil analisis statistik tregresi
variabel X, yaitu besar perubahan pada nilai sederhana dan korelasi sederhana ersebut
variabel Y (profesionalitas pelayanan publik) sebagaimana telah dikemukakan di atas
yang disebabkan atau dipengaruhi oleh ternyata bahwa etika birokrasi mempunyai
perubahan pada variabel X (etika birokrasi). hubungan fungsional dan berpengaruh positif
Koefisien arah regresi (b) dihitung dengan dan signifikan terhadap profesionalitas
rumus : pelayanan publik di Kantor Camat
( )( )
b = Malalayang Kota Manado. Dengan demikian
( )
dapatlah dinyatakan bahwa hipotesis yang
Tingkat keberartian regresi diuji dengan
diajukan dalam penelitian ini sebagaimana
statistik-F (Sugiono, 2002).
telah disebutkan pada bab kerangka keoritis
2. Analisis korelasi sederhana (korelasi
di atas, adalah terbukti atau diterima dengan
product moment); digunakan untuk
sangat meyakinkan.
mengetahui derajat korelasi dan besar
Hasil analisis regresi linier untuk
pengaruh dari variabel bebas“etika birokrasi”
menguji pola hubungan fungsional/
terhadap variabel terikat “profesionalitas
pengaruhdari variabel etika birokrasi
pelayanan publik”, dengan rumus sebagai
terhadap variabel profesionalitas pelayanan
berikut :
( )( )
publik di Kantor Camat Malalayang Kota
r=
√* ( ) +* ( ) + Manado didapat persamaan regresi linier Ŷ=
Selanjutnya, tingkat signifikasi koefisien -3,249 + 0,998 X. Pada Persamaan regresi
korelasi diuji dengan statistik-t (Sugiono, tersebut jelas koefisien arah regresi bertanda
2002). positif yaitu b = + 0,998. Ini mempunyai
pengertian bahwa hubungan

7
fungsional/pengaruh variabel etika birokrasi profesionalitas pelayanan publik pada
terhadap profesionalitas pelayanan publik di birokrasi pemerintah.
kantor Camat Malalayang Kota Manado ialah Hasil analisis korelasi sederhana (product
positif dengan pola perkembangan sebesar 1 : moment) juga membuktikan adanya korelasi
0,998 yang artinya bahwa dan daya penentu/pengaruh positif dan
perkembangan/peningkatan pada etika signifikan dari etika birokrasi terhadap
birokrasi sebesar 1 skala akan menyebabkan profesionalitas pelayanan publik di kantor
perubahan/peningkatan profesionalitas Camat Malalayng Kota Manado. Hasil
pelayanan publik sebesar 0,998 skala. Dapat analisis data diperoleh koefisien korelasi (r)
pula diinterpretasikan bahwa apabila etika sebesar 0,859 dan koefisien determinasi (r2)
birokrasi dapat bertambah/meningkat 100% sebesar 0,739. Jika digunakan tabel
maka hal itu akan menyebabkan peningkatan interpretasi korelasi product moment yang
profesionalitas pelayanan publik sebesar 99,8 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi
skala. antara 0,800 sampai dengan 1,000 berarti
Pada persamaan regresi sederhana tingkat korelasi tinggi (dalam Arikunto,
tersebut ternyata nilai koefisien konstanta (a) 2000), maka jelas bahwa nilai koefisien
= -3,249; ini artinya bahwa jika etika korelasi (r) hasil analisis tersebut yaitu 0,859
birokrasi tidak bertambah atau bersifat tersebut adalah lebih besar dari 0,800 atau
konstan, maka profesionalitas pelayanan mendekati angka maksimum dalam
publik akan berkurang sebesar 3,249 skala. interpretasi nilai r (1,000). Ini menunjukkan
Nilai koefisien konstanta tersebut bahwa derajat korelasi antara etika birokrasi
menunjukkan bahwa profesionalitas dengan profesionalitas pelayanan publik di
pelayanan publik sangat tergantung pada kantor Camat Malalayang Kota Manado
etika birokrasi; tanpa etika birokrasi maka berada pada kategori tinggi/kuat.
akan sulit mengharapkan aka nada Nilai koefisien determinasi (r2) sebesar
peningkatan profesionalitas pelayanan publik 0,739 mempunyai makna bahwa etika
pada birokrasi. Pola hubungan birokrasi mempunyai daya penentu/pengaruh
fungsional/pengaruh etika birokrasi terhadap sebesar 73,9% terhadap
profesionalitas pelayanan publik tersebut perkembangan/peningkatan profesionalitas
adalah sangat berarti atau sangat nyata. Ini pelayanan publik di kantor Camat
ditunjukkan dengan hasil pengujian Malalayang Kota Manado; dengan kata lain
keberartian regresi dengan uji-F didapat nilai bahwa perkembangan (peningkatan)
Fhitung = 107,397 yang ternyata jauh lebih profesionalitas pelayanan publik di kantor
besar dari nilai F table kritik pada taraf Camat Malalayang Kota Manado adalah
signifikan 0,01 (F0,01) = 7,35). sebesar 73,9% ditentukan/dipengaruhi oleh
Hasil analisis regresi linier tersebut faktor etika birokrasi, sedangkan sisanya
memberikan kesimpulan bahwa etika sebesar 26,1% ditentukan/dipengaruhi oleh
birokrasi mempunyai hubungan fungsional/ faktor-faktor lainnya yang berada di luar
pengaruh positif dan signifikan terhadap jangkauan penelitian ini. Korelasi ataupun
profesionalitas pelayanan publik di kantor pengaruh etika birokrasi terhadap
Camat Malalayng Kota Manado; dengan kata profesionalitas pelayanan publik tersebut
lain dapatlah dinyatakan bahwa etika adalah nyata atau signifikan, sebagaimana
birokrasi dapat menyebabkan peningkatan ditunjukkan dengan hasil pengujian
profesionalitas pelayanan publik. Ini berarti signifikansi (uji-t) dimana didapat nilai thitung
bahwa makin dipahami, dihayati dan = 10,363 berada jauh lebih besar dari nilai t-
diamalkan etika birokrasi oleh para aparatur table kritik taraf signifikan 0,01 yaitu t0,01 =
pelayanan publik maka akan semakin baik 2,42. Ini dapat memberikan petunjuk bahwa
etika birokrasi merupakan salah satu faktor

8
dominan atau penentu utama terhadap 2003). Etika birokrasi memberikan tuntunan
profesionalitas pelayanan publik. Bahwa moral terhadap aparatur tentang apa yang
semakin baik/tinggi pemahaman, salah dan apa yang benar, atau apa yang baik
penghayatan dan pengamalan etika birokrasi dan yang buruk; Etika dapat dianalogikan
oleh aparatur maka semakin baik atau dengan sistem sensor pada tubuh manusia
meningkat profesionalitas pelayanan publik seperti perasaan, intuisi, dan suara hati nurani
pada birokrasi pemerintah. yang sering memberi teguran atau
Keseluruhan hasil analisis statistik di mengendalikan diri manusia (Keban, 2008).
atas, baik hasil analisis regresi linier maupun Etika birokrasi dapat juga diperjuangkan
analisis korelasi product moment berserta untuk mengatasi penyimpangan-
seluruh pengujian signifikansinya tersebut penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat
menunjukkan bahwa etika birokrasi publik atau aparatur birokrat (Saefulaah
mempunyai pengaruh positif dan signifikan Djadja, 2012). Etika administrasi/birokrasi
terhadap profesionalitas pelayanan publik di mempunyai dua fungsi, yaitu : pertama
kantor Camat Malalayang Kota Manado. sebagai pedoman, acuan, referensi bagi
Makin tinggi/baik tingkat pemehaman, administrasi publik (birokrasi publik) dalam
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai etika menjalankan tugas dan kewenangannya agar
birokrasi oleh aparatur pelayanan publik tindakannya dalam organisasi tadi dinilai
semakin tinggi/baik pula profesionalitas baik, terpuji dan tidak tercela; kedua, sebagai
pelayanan publik. Dengan demikian standar penilaian apakah sifat, perilaku dan
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak
terbukti atau dapat diterima secara sangat tercela dan terpuji (Widjaja ,2003). Beberapa
meyakinkan. pendapat teoritis tersebut dapat menunjukkan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis bahwa etika birokrasi dapat berpengaruh
data di atas maka dapatlah dinyatakan bahwa terhadap profesionalitas pelayanan publik
penelitian ini dapat membuktikan kebenaran karena etika birokrasi memberikan atau
pendapat teoritis yang menyatakan adanya merupakan pedoman perilaku moral bagi
hubungan atau pengaruh pendidikan etika aparatur di dalam melaksanakan pelayanan
birokrasi terhadap profesionalitas pelayanan publik dengan cepat, tepat, akurat, dan
publik. Sebagaimana dikemukakan dalam berkualitas.
uraian kajian pustaka di atas bahwa etika 2. Pembahasan
birokrasi merupakan nilai-nilai, norma-norma Hasil penelitian di atas memberikan
atau standar-standar yang mengatur perilaku gambaran bahwa penerapan etika aparatur
moral para aparatur birokrasi dalam birokrasi (Peraturan Pemerintah No. 42 tahun
melaksanakan tugas dan melakukan tindakan 2004) dalam pelaksanaan pelayanan publik
jabatan. Etika birokrasi berisi ajaran-ajaran secara profesional di Kantor Camat Kota
moral dan tingkahlaku yang baik dan benar Manado sudah cukup baik di lihat dari
bagi segenap aparatur birokrasi di dalam beberapa indikator yang di pakai dalam
menunaikan tugas dan menjalankan jabatan. penelitian ini.
Etika birokrasi berusaha menentukan norma- Dengan demikian, penelitian ini dapat
norma mengenai apa yang seharusnya menunjukkan bahwa secara teoritis maupun
dilakukan oleh setiap aparatur birokrasi secara empiris etika birokrasi berpengaruh
dalam melaksanakan fungsinya dan terhadap profesionalitas pelayanan publik.
menjalankan jabatannya (Widjaja, 2003; Makin tinggi/baik pemahaman, penghayatan
Kumorotomo, 2000). Etika birokrasi dan pengamalan aparatur terhadap etika
melahirkan asas etis, standar, pedoman, dan birokrasi, semakin tinggi/baik pula
kebajikan moral yang luhur/baik kepada profesionalitas pelayanan publik. Dengan
segenap aparatur pemerintahan/birokrasi(Gie, demikian, etika birokrasi dapat digunakan

9
untuk memprediksi perkembangan KESIMPULAN DAN SARAN
profesionalitas pelayanan publik pada A. Kesimpulan.
birokrasi. Berdasarkan hasil penelitian ini sebagaimana
Untuk memprediksi profesionalitas telah diuraikan di atas, maka dapatlah
pelayanan publik di kantor Camat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Malalayang sebagai dampak atau pengaruh 1. Dilihat dari indikator yang dipakai
dari perkembangan etika birokrasi, maka dalam penelitian ini menunjukkan
dapat dilakukan perhitungan dengan metode bahwa belum optimalnya profesionalitas
interpolasi yaitu memasukkan nilai/harga pelayanan publik oleh aparatur birokrasi
tertentu dari variabel etika birokrasi ke dalam disebabkan antara lain kurangnya
persamaan regresi hasil analisis data. Dengan pemahaman,penghayatan dan
metode interpolasi ini maka apabila etika pengamalan aparatur birokrasi terhadap
birokrasi dapat ditingkatkan sebesar nilai nilai-nilai atau norma-norma etika
(score) ideal pengukuran yang digunakan birokrasi.
dalam penelitian ini (yakni 60), maka dapat 2. Dilihat dari indikator yang dipakai
diprediksi profesionalitas pelayanan publik di dalam penelitian ini menunjukkan
kantor Camat Malalayang Kota Manado di bahwa penerapan etika birokrasi
masa depan, yaitu sebagai berikut : mempunyai pengaruh yang sangat nyata
Ŷ = -3,249 + 0,998 (60) terhadap profesionalitas pelayan publik
= 56,631 oleh aparatur birokrasi di Kantor Camat
Hasil perhitungan ketepatan prediksi Malalayang Kota Manado
di atas menunjukkan bahwa apabila etika 3. Berdasarkan analisis regresi linier dan
birokrasi dapat ditingkatkan sebesar nilai korelasi sederhana bahwa etika birokrasi
(score) ideal variabel tersebut (yakni 60) dari punya hubungan fungsional positif dan
kondisi yang ada sekarang, maka dapat berpengaruh signifikan terhadap
diprediksi akan terjadi peningkatan profesionalitas pelayanan publik di
profesionalitas pelayanan publik di kantor Kantor Camat Malalayang Kota
Camat Malalayang sebesar 56,631 skala atau Manado. Hal ini berarti makin
akan meningkat sebesar 94,38% dari kondisi tinggi/baik tingkat pemahaman,
yang ada sekarang. Hasil perhitungan penghayatan dan pengamalan aparatur
prediksi ini dapat memberi petunjuk bahwa terhadap etika birokrasi, semakin
etika birokrasi berpengaruh signifikan tinggi/baik pula tingkat profesionalitas
terhadap peningkatan profesionalitas pelayanan publik.
pelayanan publik pada birokrasi; artinya di
masa depan akan terjadi peningkatan B. Saran.
signifikan profesionalitas pelayanan publik di Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini,
kantor Camat Malalayang apabila tingkat hasil penemuan dalam maka dapatlahlah
pemahaman, penghayatan dan pengamalan dikemukakan beberapa saran kepada
terhadap etika birokrasi dapat ditingkatkan pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut
kearah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu :
implikasi penting dari hasil penelitian ini 1. Pemahaman, penghayatan dan
ialah pemahaman, penghayatan dan pengamalan aparatur terhadap etika
pengamalan etika birokrasi oleh aparatur birokrasi perlu ditingkatkan. Untuk itu,
harus ditingkatkan apabila menghendaki pembinaan etika birokrasi kepada
peningkatan profesionalitas pelayanan publik aparatur harus dilakukan secara lebih
di masa-masa yang akan datang. intensif.

10
2. Profesionalitas pelayanan publik perlu Solomon Robert, 1997, Ethics, A Brief
ditingkatkian di kantor Camat Introduction, terjemahan,
Malalayang, antara lain melalui Erlangga, Jakarta.
penerapan etika birokrasi dengan Saefullah Djadja, 2012, Pemikiran
sungguh-sungguh oleh semua aparatur. Kontemporer Administrasi Publik :
3. Penerapan etika birokrasi oleh aparatur Perspektif Manajemen
birokrasi perlu keteladanan dari para Sumberdaya Manusia Dalam Era
pemimpin atau elit birokrasi itu sendiri. Desentralisasi, Bandung, LP3N
Untuk itu diperlukan komitmen para elit FISIP UNPAD.
birokrasi untuk menerapkan etika Santosa, Pandji, 2008,Administrasi Publik :
birokrasi dengan baik dan benar. Teori dan Aplikasi Good
Governance, Bandung, Rafika
DAFTAR PUSTAKA Aditama.
Arikunto, S., 2000, Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Suit,Y. Dan Almasdi, 1996, Aspek Sikap
Rineka Cipta. Mental Dalam Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta, Ghalia
Danim, Sudarwan, 2000,Pengantar Studi Indonesia.
Penelitian Kebijakan, Jakarta, Tjokrowinoto, M. “Pengembangan
Bumi Aksara. Sumberdaya Manusia Birokrasi”,
dalam Saiful Arif, (ed), 2002,
Gie The Liang, 2000, Etika Administrasi Birokrasi Dalam Polemik,
Pemerintahan, Karunika-UT, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jakarta.
Umar, H. 1997, Metodologi Penelitian,
Keban, Y.T. 2008, Enam Dimensi Strategis Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Administrasi Publik : Konsep,
Teori, Isu, Yogyakarta, Gava Widjaja, A.W. 2003, Etika Administrasi
Media. Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

Kumorotomo Wahjudi, 2001, Etika Sumber Lain :


Administrasi Negara, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
RajaGrafindo Persada, Jakarta tentang Perubahan Atas UU No.8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Nugroho, R.D.. 2003, Reinventing Kepegawaian
Pembangunan, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
Tentang Pembinaan Jiwa Korps
Rasyid. M. R. 1997, Kualitas Profesional dan Kode Etik Pegawai Negeri
Pamong Praja yang Responsif Sipil.
Terhadap Globalisasi, Makalah
Seminar Kepemimpinan Pamong Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Praja, IIP Jakarta. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Rusli, B, 2013, Kebijakan Publik :
Membangun Pelayanan Publik
Yang Responsif, Bandung : Hakim
Publishing.

Sinambela, P.L., 2007, Reformasi Pelayanan


Publik; Teori, Kebijakan, dan
Implementasi, Jakarta, Bumi
Aksara.

11

You might also like