You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

POTENSI PERMUDAAN KAYU BALAM (Palaquium burchii H.J.L) DI ARBORETUM


UNIVERSITAS RIAU

THE REGENERATION POTENTIAL OF BALAM (Palaquium burchii H.J.L)


IN THE ARBORETUM OF UNIVERSITY OF RIAU

Khairilkasdi 1, EviSribudiani2, M. Mardhiansyah2


(Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau)
Address BinaWidya, Pekanbaru, Riau

Email: Chairil.Kasdi@gmail.com

ABSTRACT
Arboretum as a conservation area that aims to maintain the tree species and ecological benefits of
having a variety of plants or trees that have high economic value. One of the plants or trees that have
high economic value is balam (Palaqium burchii HJL). The Natural regeneration in a forest area has
a very important role to sustain the kind of quantity and quality of balam in the future. Balam
(Palaqium burchii HJL) entered in the family Saportaceae. Balam (Palaquium burchii HJL) is a
native plant of Indonesia that spread throughout in mainland Indonesia and found most widely in the
areas of Borneo. Wood types of balam (Palaqium burchii HJL) has class IV in durability and class II
in powers. This study was conducted in Arboretum of University of Riau. Bina Widya Street KM12,5
Panam, District Tampan, Pekanbaru, Riau Province. Arboretum has an area of ± 10 Ha. The research
was conducted in March until June 2015. Based on the results of the study showed that the entire
swath of the observations which the regeneration of balam only 1.07%, it can be stated that the
regeneration of balam in Arboretum area of University of Riau is still relatively low.

Keywords: Regeneration, Plant of Balam, Arboretum.

1
Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Riau.
2
Dosen Pembimbing Program Studi Kehutanan , Fakultas Pertanian Universitas Riau.

35
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

PENDAHULUAN
Permudaan alami dalam suatu kawas- memerlukan naungan pada awal pertum-
an hutan memiliki peranan yang sangat penting buhannya, walaupun dengan bertambahnya
untuk menjaga kelangsungan kuantitas jenis umur naungan dapat dikurangi secara bertahap.
penyusunannya dan kualitas tegakan pada Beberapa spesies yang berbeda mungkin hanya
waktu mendatang. Apabila suatu kawasan dapat tumbuh baik pada tempat yang
hutan diusahakan atau dieksploitasi, maka terlindung dan yang lain mungkin membu-
terjadi perubahan struktur dan komposisi tuhkan banyak cahaya bagi kehidupannya.
tegakan mulai dari permudaan tingkat semai, Balam (Palaqium burchii H.J.L)
pancang, tiang dan pohon inti. Oleh karena itu, masuk dalam famili Saportaceae. Balam
dalam rangka pengusahaan hutan, telah merupakan tumbuhan asli nusantara yang
dilakukan pengaturan tentang jenis dan jumlah tersebar diseluruh dataran Indonesia dan
permudaan hutan guna menjamin kelang- ditemukan paling banyak di daerah
sungan produksi dan kelestarian hutan. Kalimantan. Kayu jenis balam memiliki kelas
Pengaturan tersebut tercantum dalam Surat keawetan IV dan kelas kekuatan II. Dilihat dari
Keputusan Direktorat Jendral Pengusahaan kegunaannya, kayu balam dapat digunakan
Hutan Nomor 200/Kpts-IV/1994 tentang sebagai bahan pertukangan dan perindustrian.
Kriteria Hutan Produksi Alam yang tidak Selain menghasilkan kayu, pohon balam juga
produktif. menghasilkan getah, yang dapat disadap dan
Kemampuan regenerasi jenis pohon digunakan sebagai bahan baku mainan.
hutan sangat bergantung pada keberhasilan Arboretum sebagai kawasan
dalam melaksanakan suatu siklus reproduksi konservasi yang bertujuan untuk memper-
secara utuh sejak dari peristiwa pembentukan tahankan jenis-jenis pohon dan manfaat
kuncup bunga hingga berakhir pada ekologi tentu memiliki berbagai tanaman atau
perkembangan semai. Smith (1986) dalam pohon yang memiliki nilai yang ekonomi
Asthon (1998) menjelaskan bahwa kegagalan tinggi. Salah satu tanaman atau pohon yang
dari suatu tahapan siklus reproduksi dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah
berakibat fatal untuk regenerasi atau kayu balam. Menurut kamus besar bahasa
pembentukan tegakan baru. indonesia (Depdikbud, 1989 dalam Noer,
Kemampuan regenerasi alam yang ada 2013), Arboretum merupakan tempat berbagai
sangat mempengaruhi jalannya suksesi. Bila pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk
potensi regenerasi yang ada habis atau rusak, tujuan penelitian dan pendidikan. Dengan
maka permudaan alam menjadi sangat tujuan penelitian, tumbuhan didalam
dinamika dan pertumbuhan hutan sekunder arboretum dipelihara dan diberi keterangan
penting. Dalam hal ini jarak, struktur dan nama serta beberapa informasi lainnya yang
keanekaragaman jenis dari hutan primer dan berguna bagi pengunjung. Sehingga keber-
sekunder yang lebih tua yang letaknya adaan arboretum bukan hanya sebagai lahan
berdekatan memiliki peranan yang sangat terbuka hijau yang berfungsi sebagai penjaga
penting. Selain itu, fauna yang masih ada keseimbangan lingkungan, tetapi juga meru-
(sebagai media terpenting dalam penyebaran pakan lahan tempat menambah ilmu penge-
benih-benih dari jenis-jenis pohon klimaks) tahuan bagi para pengunjung.
juga memiliki peranan yang sangat penting.
Jika biji atau benih tidak dapat disebarkan Balam (Palaquium burchii H.J.L)
melalui binatang-binatang, maka permudaan Kayu balam (Palaqium burchii H.J.L)
dari jenis-jenis klimaks yang memiliki biji-biji termasuk kedalam famili Sapotaceae. Dua
yang berat hanya dapat berlangsung disekitar belas genus dari famili Sapotaceae dan 40 jenis
pohon-pohon induk (Irwanto, 2006). dari genus Palaquium dilaporkan dijumpai di
Permudaan alam yang baik dalam Kalimantan, dan tersebar di Semenanjung
hutan dapat terjadi setelah ada cahaya yang Malaya, dan Sumatera (Kebler dan Sidiyasa,
masuk ke permukaan tanah. Intensitas cahaya 1999).
yang dipilih tanaman merupakan situasi Kerajaan : Plantae
dimana tanaman itu hidup yang responnya Divisi : Magnoliophyta
terhadap selang batas nilai cahaya tertentu Kelas : Magnoliopsida
(Wirakusuma, 2003). Banyak spesies Ordo : Ericales

36
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

Famili : Sapotaceae umum arboretum memiliki kegunaan sebagai


Genus : Palaquium tempat mengkoleksi berbagai jenis pohon.
Spesies : Palaquium burchii H.J.L. Penanaman jenis yang tepat pada lahan yang
Jenis-jenis Palaquium kebanyakan sesuai merupakan cara yang tepat dalam
terdapat di hutan dataran rendah, hanya satu pengembangan arboretum (Situmorang, 2014).
dua tumbuh di dataran yang lebih tinggi, Tumbuhan koleksi didalam arboretum
jarang membentuk tegakan murni. Banyak dipelihara dan diberi keterangan nama dan
jenisnya terdapat di hutan rawa air tawar, beberapa informasi lainnya yang berguna bagi
beberapa tumbuh di rawa gambut. Kayu balam pengunjung, hal ini dilakukan untuk tujuan
umumnya cocok untuk konstruksi rumah dan penelitian. Untuk kegiatan koservasi,
kadang digunakan untuk membuat perahu. arboretum merupakan koleksi yang khusus
Getah kayu balam yang biasa disebut dengan diisi dengan pepohonan. Pada umumnya
gutta-percha digunakan untuk bahan isolasi arboretum menampung semua jenis tanaman,
kabel listrik, pembalut pipa, dan lain-lain baik yang langka maupun yang dibudidayakan.
(Sutisna et al, 1998). Penanaman pohon dalam arboretum biasanya
Kayu balam merupakan pohon ber- disesuaikan dengan keadaan dialam, tanpa
ukuran sedang hingga sangat besar. Pepagan memperhatikan jarak tanam dan arahnya
dalam lembut, menyerabut, daun spiral, (Noer, 2013).
terkumpul rapat hingga lepas-lepas. Helai daun Menurut Lilis Sukartini (2012) dalam
biasanya membundar telur sungsang. Bunga Noer (2013), untuk kegiatan wisata, arboretum
berdaun kelopak mahkota biasanya bercuping merupakan tempat wisata ilmiah yang ber-
6, Benang sari 12, biji 1-3 dengan keeping biji orientasi pendidikan kepada pengunjungnya.
tebal (Kebler dan sidiyasa, 1999). Aspek inilah yang membedakan arboretum
dengan objek wisata umum lainnya. Konsep
Arboretum dasar perencanaan arboretum dikenal sebagi
Istilah Arboretum pertama kali upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat
digunakan oleh John Claudius pada tahun terhadap tumbuh-tumbuhan terutama pohon-
1833, walaupun sebenarnya sudah ada pohonan melalui kegiatan yang bersifat
konsepnya terlebih dahulu (Anonim, 2010). rekreasi.
Secara filosofi Arbor berarti pohon dan Retum
berarti tempat atau ruang. Arboretum adalah Analisis Vegetasi
suatu tempat yang digunakan untuk Analisis vegetasi adalah suatu cara
mengumpulkan tanaman atau tumbuhan yang untuk mempelajari komposisi (susunan) dan
akan menjadi lingkungan atau habitat bagi struktur (bentuk) vegetasi yang disajikan
makhluk hidup (fauna). secara kuantitatif dengan parameter kerapatan,
Arboretum menurut Kementerian frekuensi dan penutupan tajuk ataupun luas
Kehutanan (2007), merupakan salah satu bidang dasar. Dalam ekologi hutan, satuan
faktor penunjang yang sangat esensial dalam yang diselidiki adalah satuan tegakan yang
rangka kegiatan penelitian dan pengembangan merupakan asosiasi yang konkrit (Arief, 1994).
hutan. Adanya arboretum ini akan Indeks dominansi digunakan untuk
mempermudah bagi para peneliti, mahasiswa menentukan dominansi jenis dalam komunitas
atau pihak-pihak lain yang ingin meneliti atau dan dimana dominansi dipusatkan. Nilai
mengenal jenis-jenis pohon, tanpa harus pergi indeks dominansi tertinggi adalah satu, yang
ketempat tegakan aslinya. Tujuan dibangunnya menunjukkan bahwa tegakan tersebut dikuasai
arboretum adalah sebagai berikut : 1). koleksi oleh satu jenis atau terpusat pada satu jenis dan
contoh hidup jenis-jenis pohon; 2). pelestarian sebaliknya jika semakin rendah indeksnya
jenis pohon secara ex-situ; 3). tempat praktek maka dominansi akan semakin menyebar pada
pengenalan jenis pohon; 4). sumber benih lebih banyak jenis (Indriyanto, 2008).
dalam jumlah terbatas serta tempat wisata
ilmiah. Rumusan Masalah
Arboretum merupakan tempat Kayu balam merupakan jenis kayu
berbagai jenis pohon ditanam dan dikembang- komersial, yang artinya memiliki nilai
biakkan untuk tujuan penelitian dan pendi- ekonomi yang tinggi baik itu dalam bentuk
dikan. Berdasarkan defenisi tersebut, secara manfaat langsung seperti kayu dan getah,

38
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

maupun manfaat tidak langsung seperti telah dilaksanakan pada Bulan Maret hingga
mempertahankan kondisi ekologi dan Bulan Juni 2015.
lingkungan. Keberadaan arboretum akan
Pengambilan Data
memberikan peranan yang sangat penting
Teknik pengambilan data dilakukan
dalam mempertahankan kelestarian jenis-jenis
secara sensus yaitu metode pengumpulan data
pohon terutama dalam mempertahankan
dimana seluruh populasi diselidiki tanpa
kondisi ekologi. Hal yang perlu dilakukan
terkecuali. Metode ini digunakan karena
untuk mempertahankan keadaan tersebut
jumlah populasi dalam penelitian ini sedikit
dengan mengoleksi berbagai jenis tumbuhan
sehingga peneliti mengambil jumlah sampel
baik secara permudaan alami maupun
sama dengan jumlah populasi. Tingkat
permudaan buatan. Kegiatan inventarisasi akan
permudaan yang diambil terdiri dari semai
memperoleh data atau informasi tentang
(ukuran plot 2 m x 2 m), pancang (ukuran plot
potensi kayu balam tersebut pada kawasan
5 m x 5 m), tiang (ukuran plot 10 m x 10 m)
Arboretum Universitas Riau.
dan pohon (ukuran plot 20 m x 20 m).
Kriteria yang digunakan dalam
Tujuan Penelitian
mengumpulkan data (Soerianegara dan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Indrawan, 1983 dalam Saa, 2009), dibedakan
mengetahui potensi ataupun ketersedian,
menurut stadium permudaan yaitu :
dominasi, dan jumlah permudaan Balam
1. Semai : dari kecambah sampai tum-
(Palaquium burchii H.J.L).
buh mencapai tinggi kurang dari 1,5 m.
2. Pancang : tinggi > 1,5 m Ø < 10 cm
Manfaat Penelitian 3. Tiang : Ǿ10 – 35 cm
4. Pohon : Ǿ> 35 cm
Penelitian ini diharapkan menghasil-
kan infornasi awal tentang ketersedian, jumlah,
Pada tingkat semai dan pancang, data
dominasi permudaan balam pada kawasan
yang dikumpulkan meliputi jumlah, nama
arboretum Universitas Riau. Informasi awal
lokal dan nama ilmiah individu sedangkan
tentang balam pada arboretum kawasan
untuk tingkat tiang dan pohon data yang
Universitas Riau ini diharapkan menjadi dasar
dikumpulkan yaitu nama lokal, nama ilmiah,
untuk melanjutkan penelitian-penelitian yang
diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total
mungkin dapat dikembangkan dimasa yang
pohon. Contoh tally sheet analisis vegetasi
akan datang. Dengan demikian, dapat diten-
untuk tingkat semai dan tingkat pancang dapat
tukan tindakan selanjutnya untuk menjamin
dilihat pada lampiran 1 sedangkan contoh tally
kelangsungan hidup kayu balam pada kawasan
sheet analisis vegetasi untuk tingkat tiang dan
arboretum Universitas Riau.
tingkat pohon dapat dilihat pada lampiran 2.
Pengumpulan data untuk pengenalan jenis
BAHAN DAN METODE (nama lokal dan nama ilmiah) dilakukan
Bahan yang digunakan dalam dengan bantuan seorang pengenal jenis.
penelitian ini adalah semua jenis permudaan
yang ada di dalam petak ukur pengamatan
Analisis Data
mulai dari tingkat semai, tingkat pancang,
Indeks nilai penting (Importance
tingkat tiang dan tingkat pohon pada
Value Index) adalah parameter kuantitatif yang
Arboretum Universitas Riau. Alat-alat yang
dapat dipakai untuk menyatakan tingkat
diperlukan adalah GPS, haga meter, roll meter,
dominansi (tingkat penguasaan) spesies-
phi band, hygrometer, cat, parang, tali/tam-
spesies dalam suatu komunitas tumbuhan
bang, tally sheet, kertas milimeter blok, kunci
(Soegianto, 1994 dalam Indriyanto, 2008).
determinasi/identifikasi dan peralatan pendu-
Menurut Arief (1994), bahwa untuk
kung lainnya.
mengetahui INP suatu jenis digunakan rumus
Penelitian ini dilaksanakan di Arbore-
sebagai berikut :
tum Universitas Riau Jalan Bina Widya
KM12,5 Simpang Baru Panam, Kecamatan
Tampan, Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Arboretum memiliki luas ± 10 Ha. Penelitian

39
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN permudaan secara keseluruhan dapat dilihat


Kondisi Umum pada Tabel 1.
Arboretum Kawasan Universitas Riau
memiliki luas ± 10 Ha. Arboretum terletak di Tabel 1. Permudaan kayu Balam
Kota Pekanbaru Provinsi Riau dengan
Jumla Persen
ketinggian 5-50 mdpl. Jenis tanah arboretum Jenis Tingkat pertumbuhan (Σ)
h -tase
adalah inceptisol. Inceptisol adalah tanah yang No.
Permu Se Pan Ti Po
belum matang (immature) dengan perkem- (Σ) (%)
-daan -mai -cang -ang -hon
bangan profil yang lebih lemah dibanding 1. Balam 5 1 3 4 12 1,07
dengan tanah matang dan masih banyak Non
menyerupai sifat bahan induknya 2. 457 343 222 83 1105 98,83
Balam
(Hardjowigeno, 1993 dalam Resman dkk, Jumlah 462 344 225 87 1118 100
2006). Inceptisol terbentuk dari tanah alluvial.
Tanah alluvial adalah tanah yang berasal dari
endapan lumpur yang dibawa melalui sungai- Tabel 1 menunjukkan bahwa perban-
sungai. Tanah alluvial sering dijumpai dari dingan antara jumlah permudaan Balam
dataran rendah di sepanjang aliran sungai, terhadap jumlah non Balam sangat sedikit.
rawa air tawar, pasang surut, teras sungai Kondisi Arboretum Universitas Riau yang
sampai ke daerah dengan ketinggian mencapai sebagian besar rawa seharusnya menjadi
1000 meter di atas permukaan laut (Hakim, habitat yang cocok untuk kayu Balam, karena
1986). Tanah ini usianya masih muda dan jenis-jenis Palaquium yang termasuk
termasuk tanah mineral. kedalamnya Balam, terdapat di hutan rawa air
Terjadinya endapan lumpur mengaki- tawar, beberapa tumbuh di rawa gambut.
batkan umumnya kawasan arboretum adalah Berdasarkan ketinggiannya tempat tumbuh
kawasan rawa. Beberapa kawasan selalu kayu balam merupakan tanaman yang dapat
tergenang air dan kawasan yang lain tidak tumbuh di kawasan Aroboretum UR. Menurut
selalu tergenang air. Kondisi tanah yang Ratnaningrum dan Wibisono 2002, kayu
tergenang air menyebabkan keadaan tanah Balam dapat tumbuh di daratan rendah namun
berlumpur dan basah. Kondisi ini juga kadang dijumpai pada ketinggian 1.600
menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan mdpl.
mampu beradaptasi dengan baik. Jenis
tumbuhan yang sering ditemui adalah Tingkat Semai
Jangkang (Xylopia ferrugenia Hook. F), Hasil pengamatan terhadap permudaan
Medang rawa (Elaeocarpus macrocerus balam tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 2.
Turcs), dan pasir-pasir (Stemonurus scorpiodes
Becc.). Jenis tumbuhan yang memiliki ukuran Tabel 2. Persentase permudaan pada tingkat semai
diameter yang besar dan tutupan tajuk luas
adalah meranti kanuar (Shorea parvistipulata Jenis Jumlah Persentase
No.
Heim), balam (Palaqium burchii.H.J.L), permudaan (Σ) (%)
terentang (Camnosperma auriculata Hook.f), 1 Balam 5 1,08
tempunik (Arthocarpus rigidus BL) dan 2 Non balam 457 98,92
medang rawa (Elaeocarpus macrocerus
Turcs). Jumlah 462 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah


Permudaan Balam
permudaan balam yang ditemukan pada tingkat
Inventarisasi permudaan Balam dila- semai berjumlah 5 dengan persentase 1,08 %
kukan dengan membuat jalur dan kemudian dari 462 tanaman keseluruhan jumlah tanaman
membuat petak ukur 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10 x 10 yang berada di plot pengamatan. Rendahnya
m dan 20 x 20 m. Pengambilan data dilakukan persentase hidup semai dikare-nakan semai
secara sensus pada setiap petak ukur. Petak mengalami persaingan yang cukup ketat dalam
ukur dibuat pada setiap lahan Arboretum mendapatkan unsur hara dan cahaya. Semai
Universitas Riau. Hasil pengamatan terhadap yang tumbuh pada suatu daerah yang padat
maka faktor kompetisi tinggi, kemungkinan

40
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

keberhasilan berkembang menjadi pohon lebih rendah. Rendahnya jumlah tanaman Balam
rendah. Menurut Hani dan Effendi (2009) pada tingkat tiang ini dipengaruhi oleh
anakan yang tumbuh di bawah tegakan akan permudaan tanaman Balam tidak efektif di
mengalami pertumbuhan yang kurang optimal. kawasan Arboretum UR. Berdasarkan data
pada tingkat semai dan tingkat pancang,
Tingkat Pancang tanaman Balam yang tumbuh di kawasan
Hasil pengamatan terhadap permudaan Arboretum UR tergolong rendah. Hal ini
tingkat pancang dapat dilihat pada Tabel 3. didukung oleh tanaman Balam yang bersifat
intoleran. hasil pengamatan dilapangan,
Tabel 3. Persentase permudaan tingkat pancang menunjukkan vegetasi yang terdapat pada plot
pengamatan tergolong rapat. Sehingga
Jenis Persentase intensitas cahaya matahari sangat sedikit.
No. Jumlah (Σ)
permudaan (%)
1 Balam 1 0,29 Tingkat Pohon
2 Non balam 343 99,71 Hasil pengamatan terhadap permudaan
tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 5.
Jumlah 344 100
Tabel 5. Persentase permudaan tingkat pohon

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah No.


Jenis Jumlah
Persentase (%)
permudaan Balam yang ditemukan pada permudaan (Σ)
tingkat pancang rendah yaitu sebanyak 1 1 Balam 4 4,59
dengan persentase 0,29 % dari 344 jumlah 2 Non balam 83 95,41
seluruh tanaman pada tingkat pancang yang
berada di petak pengamatan. Rendahnya Jumlah 87 100
jumlah Balam pada tingkat pancang diduga
karena Balam pada tingkat semai Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah
pertumbuhannya tidak optimal. Populasi suatu kayu Balam pada tingkat pohon sebanyak 4
jenis vegetasi dipengaruhi oleh kompetisi dan pohon dengan persentase 4.59 % dari 87 pohon
distribusi. Hasil pengamatan dilapangan yang ditemukan pada seluruh plot
menunjukkan Balam tingkat pancang berada pengaamatan. Sedikitnya jumlah pohon yang
pada daerah yang vegetasinya rapat, sehingga ditemukan diduga dipengaruhi oleh regenerasi
faktor kompetisinya tinggi, kemungkinan tanaman yang tidak optimal. Tidak optimlanya
keberhasilan berkembang menjadi pohon lebih pertumbuhan kayu Balam di kawasan
rendah. Arboretum UR diduga karena kayu Balam
tidak efektik sejak tingkat semai. Seperti yang
Tingkat Tiang telah dijelaskan pada penjelasan tentang
Hasil pengamatan terhadap permudaan tingkat semai, tingkat pancang dan tingkat
tingkat tiang dapat dilihat pada Tabel 4. tiang bahwa tempat tumbuh menjadi faktor
utama tidak optimlanya pertumbuhan kayu
Tabel 4. Persentase permudaan tingkat tiang Balam.

Jenis Jumlah Persentase Indeks Nilai Penting


No.
permudaan (Σ) (%) Tingkat Semai
1 Balam 3 1,33 Suatu jenis dikatakan dominan pada
2 Non balam 222 98,67 tingkat semai apabila jenis tersebut terdapat
dalam jumlah yang banyak dan tersebar merata
Jumlah 225 100 di seluruh areal. Pada tingkat semai dan
pancang suatu jenis dikatakan bisa berperan
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah jika nilai INP-nya lebih dari 10%, sedangkan
Balam pada tingkat tiang sebanyak 3 dengan untuk tingkat tiang suatu jenis dikatakan
persentase 1,33% dari 225 jumlah keseluruhan mampu berperan apabila INP-nya lebih dari
tanaman pada tingkat pancang yang ditemukan 15% (Sutisna dan Wibowo dalam Paidi, 2004).
dalam petak pengamatan. Hal ini menunjukkan Data dari perhitungan Kerapatan
bahwa tingkat tiang tanaman Balam tergolong Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) pada

41
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

lampiran 5, maka diperoleh INP Balam untuk Tabel 8. Nilai indeks penting kayu Balam tingkat
tingkat semai yaitu 7,737%. Hasil INP yang tiang pada Arboretum Universitas Riau
diperoleh dibawah 10% sehingga permudaan
Balam pada tingkat semai belum bisa berperan
dalam kawasan Arboretum UR. Hasil
pengamatan nilai indeks penting Balam dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks pentng Kayu Balam pada Arbo-


retum Universitas Riau

No Jenis KR FR INP
permudaan (%) (%) (%)

1 Balam 3.639 4.098 7.737 Tingkat Pohon


2 Non 96.361 95.902 192.263 Hasil perhitungan KR dan FR pada
Balam lampiran 5, dapat diketahui INP permudaan
Jumlah 100 100 200 Balam pada tingkat Pohon adalah 18,410 %.
Nilai INP Balam pada tingkat pohon sudah
Tingkat Pancang melebihi 15 %, sehingga permudaan balam
Pada petak pengamatan banyak pada tingkat pohon sudah mampu berperan
ditemukan jenis tumbuhan pada tingkat dalam kawasan Arboretum UR. Hasil
pancang, tetapi nilai INP Balam yang pengamatan nilai indeks penting Balam dapat
diperoleh pada tingkat pancang adalah 5,644%. dilihat pada Tabel 9.
Hasil INP tersebut berada dibawah 10%
sehingga belum bisa berperan dalam Tabel 9. Nilai indeks penting kayu Balam tingkat
komunitas hutan Arboretum UR. Hasil pohon pada Arboretum Universitas Riau
pengamatan nilai indeks penting Balam dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai indeks penting kayu Balam tingkat


pancang pada Arboretum Universitas
Riau

No Jenis KR FR INP
permudaan (%) (%) (%)

1 Balam 2.545 3.098 5.644


2 Non 97.455 96.902 194.356
Balam KESIMPULAN
Jumlah 100 100 200 Seluruh petak contoh pengamatan
berisi permudaan, yaitu permudaan jenis
Tingkat Tiang Balam sebanyak 12 batang (1,07 %),
Hasil perhitungan KR dan FR pada sedangkan 1105 batang (98,83 %) adalah jenis
lampiran 5, dapat diketahui INP permudaan non Balam.
Balam untuk tingkat tiang adalah 12,716 %, 1. Berdasarkan presentase seluruh petak
nilai tersebut masih dibawah 15% sehingga pengamatan dimana permudaan balam
Balam dalam kawasan Arboretum UR belum hanya 1,07 %, maka dapat dinyatakan
mampu berperan. Pada tingkat tiang suatu jenis bahwa permudaan balam pada kaawasan
dikatakan mampu berperan apabila INP-nya Arboretum Universitas Riau masih
lebih dari 15% (Sutisna dan Wibowo dalam tergolong rendah.
Paidi, 2004). Hasil pengamatan nilai indeks 2. Permudaan Balam paling banyak
penting Balam dapat dilihat pada Tabel 8. ditemukan pada tingkat semai yaitu 5
batang, jadi masih sangat memungkinkan

42
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

untuk melakukan pelestarian, tetapi harus semai Shorea sp di persemaian.


dengan pengawasan dan pemeliharaan. http://www.irwantoshut.com. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2014.
IUCN/SSC. 1994. IUCN Red list catagories.
SARAN Fourtieth Meeting of the IUCN
1. Pemilihan jenis–jenis makanan yang Perlu Council. Gland. Switzerland.
dilakukan pengayaan pada tanaman jenis Kemenhut. 2007. Kebun percobaan
Balam mengingat hasil inventarisasi arboretum bogor.
menunjukkan bahwa jumlah permudaan http://www.dephut.go.id/index.php?q
Balam hanya 1,07 % dari seluruh jumlah =id/node/1011. Diakses pada tanggal
permudaan, sehingga dengan kegiatan 27 Oktober 2014.
pengayaan tersebut diharapkan dapat Kebler P.J.A dan Sidiyasa K. 1999. Pohon-
meningkatkan peranan Balam pada Pohon Hutan Kalimantan Timur.
Arboretum Kawasan Universitas Riau. Tropenbos. Kalimantan.
2. Perlunya suatu kekuatan yuridis tentang Malamassam, D. 2009. Modul Pembelajaran
keabsahan status, luas, letak dan fungsi Mata Kuliah Inventarisasi Hutan.
dari arboretum sebagai tempat pelestarian Fakultas Kehutanan Universitas
jenis dan penunjang kegiatan akademis Hasanuddin. Makasar.
perkuliahan untuk mencegah beralihnya Michael P.1980. Metode Ekologi Untuk
fungsi arboretum menjadi fungsi lain. Penyelidikan Ladang dan Labora-
torium. Universitas Padjadjaran
press. Bandung.
Noer. 2013. Mengambil Manfaat dari Arbore-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.Arboretum yang Bukan tum.http://noerdblog.wordpress.com/2013/
08/31/mengambil-manfaat-dari-arboretum/.
Sekedar Arboretum
http://edukasi.kompasiana.com. Diakses pada tangal 30 oktober 2014.
Diakses pada tanggal 30 Oktober PP no 7. 1999 . Peraturan Pemerintah Repu-
2014. blik Indonesia Tentang Pengawetan
Arief A. 1994. Hutan, Hakekat dan Pe- Jenis Tumbuhan Dan Satwa. Indone-
ngaruhnya Terhadap Lingkungan. sia.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Rahmawaty. 2006. Perencanaan Pengelolaan
Ashton,M.S. 1998. Seedlings Ecology of Hutan di Indonesia. Karya Tulis
Mixed Dipterocarp Forest. InS. Fakultas Pertanian Universitas
Appanah & J.M.Tumbull (eds). A Sumatera Utara. Medan.
Review of Dipterocarps Taxonomy. Resman., Siradz A.S., Suharminto H.B. 2006.
Ecology and silviculture.CIFOR. Kajian beberapa sifat kimia dan
Bogor. Indonesia. fisika inceptisol pada toposekuen
Burrows, C. J. 1990. Processes of vegetation lereng selatan gunung merapi
change.London. Unwin Hyman. kabupaten sleman. Jurnal Ilmu
Hakim N., dkk. 1986. Dasar Dasar Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2)
Tanah. Universitas Lampung. (2006) p:101-108. Yogyakarta
Lampung Saa A. 2009. Permudaan Damar (Agathis
Heriyanto M.N. dan Subiandono E. 2007. labillardieri Warb.) di Kawasan
Studi ekologi dan potensi Hutan Bariat Teminabuan Kabu-
paten Sorong Selatan. Skripsi
geronggang (cratoxylon arborescens
Bl.) di kelompok hutan sungai fakultas kehutanan Universitas
Negeri Papua, Manokwari. (Tidak
bepasir-sungai siduung, kabupaten
tanjung redeb, kalimantan timur. dipublikasikan).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan.
Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Soraya,E. 2013.Biomass Increment of
Aksara. Jakarta. Logged Swamp Forest in Riau
Irwanto. 2006. Pengaruh perbedaan Province. Fenner School of
naungan terhadap pertumbuhan

43
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1 (1): 2017

Environment and Society . The


Australian National University.
Suin N.M. 2002. Metode Ekologi. Penerbit
Universitas Andalas. Padang.
Sutisna, U. Kalima, T dan Purnadjaja. 1998.
Pedoman Pengenalan Pohon Hutan Di
Indonesia. Pusat Diklat Pegawai dan SDM
Kehutanan. Bogor.
Syukur A. Dan Prasetyo D.B. 2012. Modul
Mata Ajaran Inventarisasi Hutan.
Pusdiklat Kehutanan. Bogor.
Wikipedia.2014.
Vegetasi.http://id.wikipedia.org/wiki/Veget
asi. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.
Wirakusuma S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi
bagi Populasi dan Komunitas.
Universitas Indonesia (UI-press).
Jakarta.

44

You might also like