Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Perbedaan Pelarut Terhadap Profil Kromatografi Lapis Tipis Pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)
Pengaruh Perbedaan Pelarut Terhadap Profil Kromatografi Lapis Tipis Pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)
Abstract
Kaempferia Galanga (Kaempferia galanga L.) is plant that belongs to the family zingiberaceae which is often
used in medicine. From several studies, Kaempferia Galanga contains secondary metabolites consisting of flavonoids,
polyphenols, tannins, kuinons, dan monoterpen/seskuiterpen.
This study aimed to determine the content of secondary metabolites contained in Kaempferia Galanga rhizome
extract based on Thin Layer Chromatography. Kaempferia Galanga rhizome extraction was done using maceration
method (1 : 7) b/v with 70% ethanol, ethyl acetate and hexane. Identification of Kaempferia Galanga rhizome powder
was carried out by macroscopic and microscopic test. Identification of secondary metabolites was carried out by
phytochemical screening and Thin Layer Chromatography.
The results of phytocemical screening obtained alkaloids compound, saponins and flavonoids in the 70%
ethanol solvent. Alkaloid and flavonoid compounds are interested in ethyl acetate solvents. Essential oil compounds are
intersted in n-hexane solvent. TLC test results show that alkaloid compounds contained in ethyl acetate extract. Saponin
compounds contained in 70% ethanol extract, ethyl acetate and n-hexane. Flavonoid compounds contained in ethyl
acetate extract and n-hexane extract. Essential oil compounds contained in ethyl acetate extract.
Keywords : Kaempferia Galanga Rhizome, Maceration, Phytocemical Screening, Thin Layer Chromatography
INTISARI
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah tanaman yang termasuk famili Zingiberaceae yang sering digunakan
dalam pengobatan. Dari beberapa penelitian, kencur mengandung senyawa metabolit sekunder yang terdiri dari
flavonoid, polifenol, tanin, kuinon, dan monoterpen/seskueterpen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
ekstrak rimpang kencur berdasarkan Kromatografi Lapis Tipis. Ekstraksi rimpang kencur dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi (1 : 7) b/v dengan pelarut etanol 70%, etil asetat dan n-heksana. Identifikasi serbuk
rimpang kencur dilakukan dengan uji makroskopis dan uji mikroskopis. Identifikasi senyawa metabolit sekunder
dilakukan dengan skrining fitokimia dan Kromatografi Lapis Tipis.
Hasil skrining fitokimia diperoleh senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid tertarik dalam pelarut etanol 70%.
Senyawa alkaloid dan flavonoid tertarik dalam pelarut etil asetat. Senyawa minyak atsiri tertarik dalam pelarut n-
heksana. Hasil uji KLT menunjukan bahwa senyawa alkaloid terkandung dalam ekstrak etil asetat, senyawa saponin
terkandung dalam ekstrak etanol 70% ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana, senyawa flavonoid terkandung dalam
ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana, senyawa minyak atsiri terkandung dalam ekstrak etil asetat.
N- Warna : 2,59
2,61%
Tidak berbau heksana coklat gram
Bebas Etil ester Tidak berbau ester
Bau : khas
Asetat (Wulandari, 2017)
(+) rimpang
kencur
Tidak
Tidak Berdasarkan tabel di atas, rendemen ekstrak masing-
Bebas N- menghasilkan api
menghasilkan api masing pelarut menghasilkan nilai yang cukup berbeda. Hal
Heksana dan asap
dan asap (+) ini karena perbedaan jenis pelarut mempengaruhi jumlah
(Wulandari, 2017)
ekstrak yang dihasilkan, ekstrak dengan menggunakan
Hasil ekstrak tertinggi didapatkan pada ekstrak etanol pelarut etanol (polar) memiliki rendemen paling tinggi diikuti
70% yaitu sebesar, 25,92 gram. ekstrak dengan pelarut etil rendemen ekstrak menggunakan pelarut etil asetat
(semipolar) dan rendemen ekstrak dengan menggunakan tetap(DepKes RI
pelarut n-heksana (nonpolar).Etanol memiliki gugus polar 1977)
yang lebih kuat daripada gugus nonpolar, hal ini dapat Merah jingga -
terlihat dari struktur kimia etanol yang mengandung gugus merah ungu dan
hidroksil (polar) dan gugus karbon (nonpolar)(Ukhty, 2011). Flavonoid + + + - kuning jingga
Rendemen pada pelarut etil asetat lebih kecil dibandingkan (DepKes RI
1977)
dengan pelarut etanol 70% namun lebih besar dari pelarut n-
heksana, hal ini diduga adanya gugus metoksi yang terdapat Hijau
pada struktur kimia etil asetat. Adanya gugus metoksi Tanin - - - - gelap/biru(Yuda,
dkk., 2017)
tersebut yang menyebabkan etil asetat dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan senyawa yang terdapat pada sampel. Minyak Jingga (DepKes
+ - - + RI 1977)
Ikatan hidrogen yang terbentuk pada pelarut etil asetat lebih Atsiri
lemah dibandingkan dengan ikatan hidrogen yang terbentuk Biru /
pada pelarut etanol sehingga mempengaruhi hasil rendemen Glikosida - - - - hijau(DepKes RI
dari pelarut etil asetat yang lebih sedikit. Nilai rendemen 1977)
terkecil terdapat pada ekstrak terlarut n-heksana, hal ini
menunjukan bahwa senyawa aktif yang bersifat nonpolar Keterangan : + : Mengandung senyawa
pada sampel rimpang kencur jumlahnya sedikit (Romandanu, - : Tidak mengandung senyawa
2014).Hasil ini mirip dengan penelitian (Romandanu, 2014) Berdasarkan hasil skrining fitokimia dapat diketahui
yaitu rendemen ekstrak bunga lotus (Nelumbo nucifera) pada bahwa pada serbuk rimpang kencur positif mengandung
ekstrak metanol dihasilkan rendemen sebesar 0,708%, alkaloid, saponin, flavonoid, dan minyak atsiri. Ekstrak
ekstrak etil asetat sebesar 0,286% dan ekstrak n-heksana etanol 70% positif mengandung alkaloid, saponin dan
sebesar 0,108%. flavonoid. Ekstrak etil asetat positif mengandung alkaloid
Ekstrak rimpang kencur yang didapatkan selanjutnya dan flavonoid. Ekstrak n-heksana positif mengandung
dilakukan skrining fitokimia. Skrining fitokimia adalah tahap minyak atsiri.
pendahuluan dalam pengujian fitokimia. Pendekatan skrining
fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dengan 1. Alkaloid
pengujian warna menggunakan suatu pereaksi warna. Pada Hasil positif dari uji alkaloid adalah pada penambahan
penelitian ini senyawa metabolit sekunder yang di reagen mayer terbentuk endapan putih-kekuningan
identifikasi meliputi alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, sedangkan pada penambahan reagen bouchardat terbentuk
minyak atsiri dan glikosida. Hasil uji skrining fitokimia tiap endapan coklat-kehitaman. Hasil uji alkaloid dapat dilihat
ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.6 pada gambar 4.1
Ekstrak Pelarut
Golongan
Serbuk Hasil Positif
Senyawa Etanol Etil N-
70 % Asetat Heksana Simplisia Etanol 70% Etil Asetat N-Heksana
Gambar 4.1 Hasil Uji Alkaloid
- (endapan
Alkaloid putih-kuning) Berdasarkan hasil identifikasi, senyawa alkaloid ditemukan
-mayer
pada simplisia, ekstrak etanol 70% dan ekstrak etil asetat.
+ + + - - (endapan
Pada penambahan reagen mayer terbentuk endapan putih
coklat-hitam)
- pada serbuk rimpang kencur, terbentuk endapan kuning pada
+ + + - (DepKes RI
bouchardat
1977) ekstrak etanol 70%, dan terbentuk endapan kuning pada
ekstrak etil asetat. Pada penambahan reagen bouchardat
Saponin + + - -
Terbentuk buih terbentuk endapan hitam pada serbuk rimpang kencur,
terbentuk endapan hitam pada ekstrak etanol 70%, dan 3. Flavonoid
terbentuk endapan coklat pada ekstrak etil asetat.Alkaloid
Hasil positif dari uji flavonoid adalah terjadi warna merah
dalam tumbuhan umumnya berbentuk garam dan bersifat
jingga sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonoid.
larut dalam pelarut polar etanol dan air (Hanani, 2016).
Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukan adanya flavon,
Sedangkan menurut (Simaremare, 2014) alkaloid
kalkon dan auron. Hasil uji flavonoid dapat dilihat pada
mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem
gambar 4.3
sikliknyaserta mengandung substituen yang bervariasi seperti
gugus amina, amida, fenol dan metoksi sehingga bersifat
semipolar. Oleh karena itu, senyawa alkaloid dapat tertarik
dalam pelarut etanol 70% dan etil asetat. Endapan yang
terbentuk dalam uji alkaloid karena adanya pembentukan
senyawa kompleks antara ion logam dari reagen dengan
senyawa alkaloid(Latifah, 2015). Pengujian alkaloid
Simplisia Etanol 70% Etil Asetat N-Heksana
dilakukan dengan 2 pereaksi yang berbeda karena menurut
Gambar 4.3 Hasil Uji Flavonoid
(Marjoni, 2016) menyatakan apabila terdapat endapan paling
sedikit dengan 2 atau 3 pengujian, maka simplisia dinyatakan Berdasarkan hasil identifikasi, flavonoid terdapat dalam
positif mengandung alkaloid. serbuk rimpang kencur ditandai warna kekuningan, ekstrak
etanol ditandai warna merah jingga dan ekstrak etil asetat
2. Saponin
ditandai warna kuning jingga. Umumnya flavonoid
Hasil positif dari uji saponin adalah terbentuknya busa ditemukan berikatan dengan gula membentuk glikosida yang
yang stabil setelah penambahan HCl 2N. Hasil uji saponin menyebabkan senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar
dapat dilihat pada gambar 4.2 seperti metanol, etanol (Hanani, 2016). Selain itu, flavonoid
memiliki gugus gula yang menyebabkan flavonoid bersifat
polar, flavonoid lebih efisien dalam menarik komponen polar
hingga semipolar (Simaremare, 2014). Oleh karena itu,
senyawa flavonoid dapat tertarik dalam pelarut etanol 70%
dan etil asetat. Pada uji flavonoid ditambahkan etanol 95%
tujuannya untuk menarik aglikon dari senyawa flavonoid,
Simplisia Etanol 70% Etil Asetat N-Heksana dimana flavonoid dihidrolisa dengan HCl P menjadi glikon
Gambar 4.2 Hasil Uji Saponin (Wulandari, 2017). Penambahan HCl pekat dalam uji
flavonoid digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi
Berdasarkan hasil identifikasi, saponin hanya ditemukan aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil
pada serbuk rimpang kencur dan ekstrak etanol 70%. akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang
Menurut (Simaremare, 2014) saponin merupakan glikosida elektrofilik. Sedangkan penambahan logam Mg untuk
triterpen yang memiliki sifat cenderung polar karena ikatan mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam struktur
glikosidanya, sehingga saponin dapat tertarik dalam pelarut flavonoid sehingga terbentuk garam flavilium berwarna
etanol yang bersifat polar. Busa yang ditimbulkan saponin merah atau jingga (Khotimah, 2016).
dikarenakan adanya kombinasi struktur senyawa
4. Tanin
penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai
samping polar yang larut dalam air (Khotimah, 2016). Hasil positif dari uji tanin adalah terbentuknya warna
Penambahan HCl 2N pada uji saponin bertujuan untuk hijau gelap/biru setelah penambahan FeCl3. Hasil uji tanin
menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan dapat dilihat pada gambar 4.4
lebih stabil dan buih yang terbentuk menjadi stabil
(Simaremare, 2014).
diharapkan dapat mengidentifikasi senyawa nonpolar seperti
minyak atsiri.
6. Glikosida
V. UCAPAN TERIMA KASIH Umar et al., M. I., Mohd Zaini Asmawi, Amirin Sadikum,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada laboran Item J. Atangwho I, Mun Fei Yam, et al. (2012). Bioactivity-
Politeknik Harapan Bersama Tegal yang telah membantu Guided Isolation of Ethyl-p-methoxycinnamate, an
Antiinflammatory Constituent from Kaemferia galanga L.
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dan juga teman-
Extracts. Molecule.
teman saya yang telah memberi semangat sehingga penelitian
ini dapat diselesaikan. Wulandari, A. (2017). Pengaruh Perbedaan Pelarut
Terhadap Polarisasi Kromatografi Ekstrak Temulawak
VI. DAFTAR PUSTAKA (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
Agoes, A. (2010). Tanaman obat Indonesia. Jakarta :
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis.Fakultas
Salemba Medika.
Farmasi Universitas Jember. Diterbitkan oleh PT. Taman
nutans ) Berpotensi sebagai Antioksidan. Skripsi. Kampus Presindo, Jember. ISBN : 978-979-17068-1-0
Bogor : IPB