Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Health cadres have a role to assist the government in improving community health status, reducing MMR
and IMR. One of his roles is to become a Posyandu cadre in Aisyiyah. But in reality, cadres have a dual role.
Therefore, the researcher intends to find out how far the participation of Health cadres is in Branch
Aisyiyah, Yogyakarta City Branch. This research is a qualitative study and was conducted at the Branch of
‘Aisyiyah Yogyakarta City Branch in 2017. The number of participants was taken to have a saturated
answer from the cadre of isy Aisyiyah. Test analysis with content analysis. The results obtained that the
cadres ‘Aisyiyah collaborated with educational institutions both ‘Aisyiyah or Muhammadiyah to provide
health education, health checks and treatment. Health related activities are carried out both in the
activities of recitation, social gathering, study or routine meetings of warga Aisyiyah residents. Other
programs that are running are TB Knocking, assistance in taking medicine, Posyandu Elderly Sakinah, and
early detection of non-communicable diseases. ‘Aisyiyah cadres play a role in mutual cooperation" from,
for and by the community ". The number of cadres and the age of keder ‘Aisyiyah is not a barrier to their
performance. Complementarity and cooperation are the keys to the implementation of work programs in
accordance with the aim of improving the level of public health. Young cadres as implementers, senior
cadres as advisors. Based on the results of the study it can be concluded that Aisyiyah cadres play an active
role to improve public health despite having a dual role.
Kader kesehatan berperan membantu pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
menurunkan AKI dan AKB. Salah satu perannya adalah menjadi kader Posyandu di Aisyiyah. Namun
pada kenyataannya kader memiliki peran ganda. peneliti bermaksud mengetahui seberapa jauh peran
serta kader Kesehatan di Ranting ‘Aisyiyah Cabang Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan dilakukan di Ranting ‘Aisyiyah Cabang Kota Yogyakarta tahun 2017. Jumlah partisipan
diambil hingga memiliki jawaban yang jenuh dari kader ‘Aisyiyah. Uji analisis dengan content analysis.
Hasil penelitian diperoleh bahwa Kader ‘Aisyiyah melakukan kerjasama dengan Institusi pendidikan baik
‘Aisyiyah atau Muhammadiyah untuk memberikan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan. Kegiatan terkait kesehatan dilakukan baik dalam kegiatan pengajian, arisan, kajian atau
pertemuan rutin warga ‘Aisyiyah. Program lain yang berjalan yaitu Ketuk Pintu TB, pendampingan
minum obat, Posyandu Lansia Sakinah, dan deteksi dini Penyakit Tidak Menular. Kader ‘Aisyiyah ber-
peran dengan cara gotong royong “dari, untuk dan oleh masayrakat”. Jumlah kader dan usia keder
‘Aisyiyah bukan sebagai penghalang kinerja mereka. Saling melengkapi dan kerjasama adalah kunci
terlaksananya program kerja yang sesuai dengan tujuan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
__________
*Korespondensi Penulis: Ririn Wahyu Hidayati (email: ririnwahyu22@gmail.com), Jl. Ringroad Barat No. 63, Mlangi Nogotirto.
Kader muda sebagai pelaksana, kader senior sebagai penasihat. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kader Aisyiyah berperan aktif untuk meningkatkan kesehatan masyarakt walaupun
memiliki peran ganda.
Proses kaderisasi masih terus berlangsung, dan tempat pemberian pelayanan kesehatan (Syaf-
pernah dilakukan pendampingan kader muda rudin & Hamidah, 2009). Walaupun seluruh
namun belum berjalan maksimal. Oleh karena itu kader Aisyiyah adalah perempuan namun tidak
kader lamalah yang tetap menjalankan semua menurunkan semangat mereka unruk bersama-
kegiatan organisasi. Jumlah kader terdapat se- sama masyarakat meningkatkan taraf kesehatan.
kitar 10 orang secara administratif, namun yang Kegiatan yang rutin dilakukan di Ranting
aktif dalam kegiatan hanya sekitra 4-5 orang saja. ‘Aisiyah seperti arisan ibu-ibu Ranting, pengajian
Kader tersebut merupakan pengurus inti Ranting ibu-ibu, pengajian yang disertai dengan bapak-
‘Aisiyah dan merupakan ketua RT, ketua RW, dan bapak dan tadarus bersama. Bakti sosial juga
3 kader Posyandu. Ranting ‘Aisyiyah Kotagede dilaksanakan dalam rutinitas bulanan atau jika
memiliki pengurus Ranting yang aktif. Namun ada bencana baik lokal maupun dari wilayah lain.
ada pula yang tidak aktif. Pengurus aktif akan Bakti sosial ini Ranting melakukan kerjasama
merangkap beberapa kegiatan. Seperti ketua dengan beberapa pihak seperti Institusi Kesehat-
Ranting, menjadi pula ketua RT, atau kader an, mahasiswa PKL bidan Kesehatan, Puskesmas
Posyandu dan juga menjadi anggota majelis setempat atau Klinik Kesehatan. Kegiatan dari
taklim yang lain. Ranting ‘Aisyiyah Umbulharjo, Tegalrejo, jetis
Kader ‘Aisyiyah tersebut tidak hanya semata- Kota maupun Kotagede hampir sama. Hal ini
mata menjadi bagian dari organisasi namun juga merupakan bentuk kepedulian kader kesehatan
meraka berperan aktif dalam kegiatan Desa atau baik secara ekonomi, sosial dan kesehatan ling-
RT. Ada juga yang menjabat sebagai Ketua RT kungan. Kegiatan tersebut juga menjadi bentuk
atau RW. Sehingga jelas peran kader tidak lepas pemberdayaan dalam wacana pembangunan
dari peran pemerintahan. Kader Kesehatan di selalu dihubungkan dengan konsep mandiri,
Organisasi ‘Aisyiyah mayoritas memegang peran partisipasi, jaringankerja, dan keadilan (Depkes
kader di pemerintahan seperti kader Posyandu RI, 2008).
balita maupun lansia. Mereka karena aktifnya Selain kegiatan rutin, kegiatan di bidang ke-
bisa saja merangkap peran menjadi ketua pe- sehatan yang dilakukan dari masing-masing
ngajian ibu-ibu ‘Aisyiyah atau sekretaris Ranting Ranting tidak bisa terpisahkan dari kemasyarakat-
‘Aisyiyah setempat. Kondisi tersebut menunjuk- an dan pemerintahan. Kegiatan Posyandu, kader
kan bahwa sifat suka rela yang benar adanya dari Ranting Umbulharjo, Tegalrejo, Kotagede
ditunjukkan oleh kader kesehatan (Effendi & dan Jetis juga tetap ikut serta. Kader yang berasal
Makhfudli, 2009). Kader kesehatan masyarakat dari Tegalrejo juga menyampaikan hal yang
adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh sama. Bahwa meraka tetap ikut serta bidang
masyarakat dan dilatih untuk menangani kesehatan seperti kegiatan Posyandu, perekrutan
masalah-masalah kesehatan perseorangan mau- kader atau pengurus baru, melakukan kerjasama
pun masyarakat serta untuk bekerja dalam dengan atau kegiatan Ketuk pintu TB. Kegiatan ini
hubungan yang amat dekat dengan tempat- menjadi andalan dari Ranting Tegalrejo. Namun,
proses mengambilan data TB tetap melakukan Program Majlis Kesehatan. Kegiatan itu seperti
kerjasama dengan Puskesmas atau tim PUS-PK Posyandu Sakinah. Kegiatan ini digunakan se-
yang dari Puskesmas yang menggandeng kader bagai saranan untuk memantau kesehatan dan
Posyandu. Kegiatan yang dilakukan oleh kader kesejahteraan lansia. Posyandu ini juga bekerja
tersebut sesuai dengan teori yang menyampai- sama dengan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
kan bahwa peran utama kader kesehatan adalah setempat sebagai bentuk bakti sosial dan peng-
memikirkan bagaimana cara meningkatkan ke- obatan gratis. Kegiatan inipun juga tidak lepas
sehatan dan kesejahteraan masyarakat (Syaf- dari peran serta praktisi pendidikan, untuk mem-
rudin & Hamidah, 2009). berikan penyuluhan, maupun pemeriksaan
Kegiatan tersebut sesuai dengan yang di- sederhana seperti tekanan darah, gula darah,
sampaikan oleh beberapa partisipan dari Jetis asam urat, dan kolesterol.
Kota, Kotagede dan Umbulharjo, bahwa para Selain pendampingan Lansia, kegiatan lain
kader bekerjasama dengan instansi pendidikan yang dilakukan oleh kader kesehan Ranting
swasta (’Aisyiyah dan Muhammadiyah) untuk ‘Aisyiyah adalah deteksi dini Penyakit Tidak
memberikan informasi kesehatan. Misalnya Melular (PTM), pemantauan TB untuk wilayah
dalam kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) kota melalui Program Ketuk Pintu TB. Terkait
mahasiswa diminta untuk memberikan pe- penyakit TB, kader tidak hanya melaksanakan
nyuluhan kesehatan kepada kader maupun ma- sendiri, namun berada di bawah naungan Pus-
syarakat. Penyuluhan ini tidak sekedar undangan kesmas setempat. Masyarakat yang terdiagnosa
untuk mengikuti acara penyuluhan saja, namun oleh kader mengalami tanda dan gejala TB akan
biasanya penyuluhan masuk dalam agenda dilaporkan ke Puskesmas setempat, sehingga
pengajian rutin yang telah berjalan di masya- petugas Puskesmas akan melakukan kunjungna
rakat. Selain itu ada pula kegiatan tadarus dan rumah dan melakukan terapi. Puskesmas meng-
arisan atau pertemuan RT. Informasi-informasi gandeng kader Posyandu dan kader ‘Aisyiyah
kesehatan terasa penting untuk disisipkan untuk mendapatkan pelatihan pendampingan
melalui kegiatan tersebut karena akan lebih konsumsi obat TB. Beberapa kegiatan dan peran
mudah mengumpulkan massa dan dapat di- kader tersebut tidak lepas dari peran kadder
terima oleh masyarakt pada umumnya. Cara sebagai tangan panjang dari tenaga kesehatan
kerja dari kader tersebut sejalan dengan panduan untuk menjalankan program Pemerintah terkait
bahwa dalam menjalankan perannya sebagai dengan kesehatan. Sebelum kader menjalankan
kader, mereka perlu melakukan kerjasama baik perannya dan melaksanakan berbagai kegiatan
lintas sektor maupun lintas program (Noto- pastinya kader mengetahui alasan atau hal yang
atmodjo, 2011). mendasari kegiatan tersebut. Dari segi ilmu
Kegiatan kader ‘Aisyiyah tidak hanya include pengetahuan, kader tentunya secara tidak lang-
dalam kegiatan kampung/dusun, namun juga sung mempelajari ilmu kemasyarakatan, sosiologi
memiliki kegiatan lain yang sudah terbentuk dari dan epidemiologi (Mubarak & Chayatin, 2019).
Kegiatan-kegiatan yang murni dilakukan oleh keluarga. Sehingga sesuai dengan program ‘Aisyi-
Ranting ‘Aisyiyah biasanya didanai oleh pengurus yah yaitu mewujudkan masayrakat yang Qoriy-
Ranting. Sistem pendanaan ini sifatnya sukarela. yah Thoyyibah. Hal inu dapat terbentuk berdasar
Misalnya secara “bergiliran” atau bergantian. dari keluarga yang sakinah. Sakinah ini dinyata-
Suatu kegitan seperti pengajian biasanya difasili- kan bahagia, ayom ayem dimana mereka secara
tasi tempat dari salah satu rumah warga atau mandiri dan dengan kesadaran sendiri dapat
menggunakan gedung serba guna, serambi menjaga, mencegah dan mengobati apabila
masjid dan mushola ‘Aaisyiyah. individu atau keluarga mengalami sakit.
Konsumsi yang disediakan berasal dari warga Berdasarkan tinjauan di atas, dapat dikatakan
dengan sistem ‘urunan (bahasa Jawa)”. Satu bahwa konsep pemberdayaan masyarakat men-
orang menyiapkan minuman, orang lain me- cakup community development (pembangunan
nyiapkan 1-3 jenis snack. Atau jika ada dana lain masyarakat) dan community-based develop-
bisa pesan snack yang berasala dari produksi ment (pembangunan yang bertumpu pada ma-
setempat. Pendanaan yang selalu menjadi ken- syarakat) (Mulyawan, 2016). Community
dala dari Ranting ‘Aisyiyah dalam setiap meng- development (pembangunan masyarakat) bagai-
adakan acara. Hal ini dikarenakan tidak adanya mana individu, kelompok atau komunitas
dana rutin yang berasal dari organisasi. Solusi berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
yang biasa dilakukan oleh Ranting untuk setiap dan mengusahakan untuk membentuk masa
kegiatan besar baik kesehatan maupun di luar depan sesuai keinginan mereka (Kemenkes RI,
kesehatan adalah dengan memohon bantuan 2015). Pemberdayaan masyarakat juga diartikan
dari beberapa pihak. Permohonan bantuan itu sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi
seperti dari Ranting menyampaikan surat per- masyarakat lokal dalam merencanakan, me-
mohonan bantuan sesuai dengan kebutuhan mutuskan, dan mengelola sumberdaya lokal yang
bantuan dari kegiatan yang di lakukan. dimiliki melalui collective action dan networking
Salah satu usaha yang dilakukan oleh kader sehingga pada akhirnya mereka memiliki ke-
‘Aisyiyah adalah melakukan kerjasama rutin de- mampuan dan kemandirian secara ekonomi,
ngan pihak institusi kesehatan, pendidikan dan ekologi, dan sosial (Suwarto, 2009). Kondisi ini
Klinik khusus yang secra suka rela dapat mem- sesuai dengan tujuan dari kegiatan yang di-
berikan ilmu, informasi baru dan pemeriksaan laksanakan oleh Kader ‘Aisyiyah yang bekerja
gratis. Hal ini dilakukan dalam upaya pember- sama dengan lintas sektor dan lintas program.
dayaan masayrakat. Artinya masyarakat tidak Community-based development (pembangun-
diberikan secara instan pelayanan namun mem- an yang bertumpu pada masyarakat), Gerakan
buka pola pikir masyarakat agar mampu men- pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara
jalankan kehidupannya secara sehat, baik jas- untuk menumbuhkan dan mengembangkan
mani maupun rohani secara mandiri. Mulai dari norma yang membuat masyarakat mampu untuk
individu yang nanti akan dibawa dalam ranah berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini
tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar Fallen, R., & Dwi, R. B. (2011). Catatan kuliah
berperan serta secara aktif. keperawatan komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kesimpulan Hidayat, S. (2002). Metode penelitian perilaku
kualittif dan kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Kader di masing-masing Ranting ‘Aisyiyah
berperan aktif dalam setiap kegiatan. Kegiatan Kemenkes RI. (2015). Pedoman pemberdayaan
terkait kesehatan yang dilakukan oleh kader masyarakat dalam penanggulangan krisis
kesehatan. Jakarta: Pusat Penaggulangan
‘Aisiyiyah di Ranting ‘Aisyiyah adalah pengajian,
Krisis Kesehatan Kemenkes RI.
arisan pengurus Ranting, kajian atau pertemuan
Meilani, N. (2009). Kebidanan komunitas. Yogya-
rutin warga ‘Aisyiyah, Program Ketuk Pintu TB,
karta: Fitramaya.
pendampingan minum obat, Posyandu Lansia
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2019). Ilmu ke-
Sakinah, dan deteksi dini Penyakit Tidak Menular.
sehatan masyarakat: Teori dan aplikasi.
Kader ‘Aisyiyah melakukan kerjasama dengan Jakarta: Salemba Medika.
Institusi pendidikan baik ‘Aisyiyah atau Muham-
Mulyawan, R. (2016). Masyarakat, wilayah dan
madiyah untuk memberikan penyuluhan ke-
pembangunan. Bandung: Unpad Press.
sehatan, pemeriksaan kesehatan dan peng-
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat:
obatan. Peran kader Kesehatan di Ranting
Ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
‘Aisyiyah merupakan peran ganda yang dilakukan
oleh seorang kader dan semata-mata untuk Rachmat, R. H. H. (2017). Penguatan upaya ke-
sehatan masyarakat dan pemberdayaan
membantu program pemerintah mewujudkan
masyarakat bidang kesehatan di Indonesia.
masyarakat yang sehat secara mandiri.[] Yogyakarta: UGM Press.
Sugiyono. (2012). Statistik untuk penelitian.
Daftar Pustaka Bandung: CV Alfa Beta.
Bappeda. (2013). Data Profil Yogyakarta. Diambil Sulaeman, E. S. (2012). Model pemberdayaan
dari http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku masyarakat bidang kesehatan: Studi Pro-
gram Desa Siaga. Kesmas: National Public
Depkes RI. (2008). Buku panduan pelaksanaan pro- Health Journal, 7(4), 186–192. https://doi.
gram kesehatan untuk menciptakan masya- org/10.21109/kesmas.v7i4.54.g55
rakat yang sehat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Nasional. Supardan, I. (2013). Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan. Diambil dari http://
Dinkes DIY. (n.d.). Profil Kesehatan Provinsi Daerah doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/
Istimewa Yogyakarta. 06/pemberdayaan-masyarakat-dibidang-
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan ke- kesehatan.html
sehatan komunits: Teori dan praktik dalam Suwarto. (2009). Menggerakkan partisipasi masya-
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. rakat. Jakarta: Salemba Empat.