You are on page 1of 7

Jurnal Kesehatan

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan Riwayat Penyakit Berbasis


Lingkungan

Sanitation of Community Settlements with a History of Environmental-


Based Diseases

Mei Ahyanti
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT/ ABSTRAK

Article history: Environmental-based diseases (PBL) are a health problem and occur in almost all
geographical regions in the world. Every year, environment-based diseases are
Received date always found and reported to spread evenly at every Puskesmas in Bandar Lampung
24 Jan 2020 City. Settlement sanitation is an important aspect directly related to health and
society. "Waterborne Disease" disease is still high, proving that there are still
Revised date sanitation problems in settlements. The study aims to determine the relationship of
29 Jan 2020 settlement sanitation with environmental-based diseases in the city of Bandar
02 Mar 2020 Lampung. The study used a cross-sectional design, the population is all households
in Bandar Lampung City. The sample was 384 respondents, taken randomly using
Accepted date multistage sampling. The results found 14,3% of respondents had a physical
26 Apr 2020 component of an unhealthy house, 45,3% of respondents had an unhealthy sanitation
facility, 40,1% of the occupants of the house behaved in an unhealthy manner. The
test results statistically concluded that there was a significant relationship between
Keywords: settlement sanitation and the incidence of environmental-based diseases.

Sanitation;
Settlement;
PBL.

Kata kunci: Penyakit berbasis lingkungan (PBL) merupakan masalah kesehatan dan terjadi hampir
di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap tahun penyakit berbasis lingkungan selalu
Sanitasi; ditemukan dan dilaporkan menyebar merata pada setiap Puskesmas di Kota Bandar
Pemukiman; Lampung.Sanitasi pemukiman merupakan aspek penting terkait langsung dengan
PBL. kesehatan dan masyarakat. Penyakit “Waterborne Desease” masih tinggi,
membuktikan bahwa masih terdapat masalah sanitasi di pemukiman. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi pemukiman dengan penyakit berbasis
lingkungan di Kota Bandar Lampung. Penelitianmenggunakan rancangan
crossectional, populasi adalah seluruh rumah tangga yang ada di Kota Bandarlampung.
Sampel berjumlah 384 responden, diambil secara random menggunakan multistage
sampling. Hasil penelitian mendapatkan 14,3% responden memiliki komponen fisik
rumah tidak sehat, 45,3% responden memiliki sarana sanitasi yang tidak sehat, 40,1%
penghuni rumah berperilaku tidak sehat. Hasil uji secara statistik menyimpulkan ada
hubungan yang bermakna antara sanitasi pemukiman dengan kejadian penyakit
berbasis lingkungan.

Corresponding Author:

Mei Ahyanti
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia
Email: mei.ahyanti@gmail.com

PENDAHULUAN lingkungan dapat terjadi karena adanya hubungan


interaktif antara manusia, perilaku serta
Penyakit berbasis lingkungan merupakan komponen lingkungan yang memiliki potensi
masalah kesehatan dan terjadi hampir di seluruh penyakit (Achmadi, 2008). Salah satu tantangan
daerah geografis di dunia, termasuk Indonesia yang paling utama bagi negara-negara
(Darnas & Yolanda, 2019). Penyakit berbasis berkembang adalah sanitasi. Penyakit infeksi

44
Ahyanti, Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan 45

yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan adalah seluruh rumah tangga yang ada di Kota
selalu masuk dalam 10 besar penyakit hampir di Bandar Lampung. Sampel berjumlah 384 rumah
seluruh puskesmas di Indonesia adalah Infeksi diperoleh melalui perhitungan menggunakan
saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare. Selain rumus estimasi proporsi dengan presisi mutlak
itu malaria, demam berdarah dengue (DBD), (Ariawan, 1998). Proses pengambilan sampel
cacingan, filaria, TB paru, penyakit kulit dan secara bertingkat (Multi Stage Sampling).
keracunan. Penelitian diarahkan untuk menganalisis kondisi
Angka kesakitan (Insidens Rate) diare sanitasi pemukiman masyarakat dengan riwayat
untuk semua kelompok umur di Provinsi penyakit berbasis lingkungan di Kota Bandar
Lampung dari tahun 2005-2014 cenderung Lampung menggunakan uji Chi Square.
meningkat, yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk Penelitian ini telah mendapatkan
menjadi 21,4 per 1000 penduduk tahun 2013. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)
Angka kesakitan DBD di Provinsi Lampung dengan Nomor 247/EC/KEP-TJK/IX/2018 oleh
tahun 2015 sebesar 36,91 per 100.000 penduduk Komisi Etik Penelitian Kesehatan Kementerian
(dibawah IR Nasional yaitu 51 per 100.000 Kesehatan Tanjung Karang.
penduduk) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
kurang dari 95% (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2016). HASIL
Setiap tahun di Kota Bandar Lampung selalu
ditemukan dan dilaporkan menyebar merata di Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
setiap Puskesmas. Tren diare semua umur tahun Komponen Sanitasi Pemukiman
2014-2016 cenderung meningkat. Insiden diare Komponen Sanitasi Pemukiman Jumlah %
tahun 2014 sebanyak 17,60 per 1000 penduduk, Komponen Fisik Rumah
tahun 2015 18,23 per 1000 penduduk dan tahun
Komponen fisik rumah tidak sehat 55 14,3
2016 21,69 per 1000 penduduk.
Komponen fisik rumah sehat 329 85,7
ISPA juga merupakan penyakit yang selalu
masuk dalam 10 besar penyakit yang ada di Kota Komponen Sarana Sanitasi
Bandar Lampung (Dinas Kesehatan Kota Bandar Sarana Sanitasi tidak sehat 174 45,3
Lampung, 2017). Peta pola difusi kasus DBD Sarana sanitasi sehat 210 54,7
dilihat dari faktor kepadatan penduduk tahun Komponen Perilaku Penghuni
2016, persebaran wilayah dengan pola persebaran
Perilaku tidak sehat 154 40,1
paling besar di area Rajabasa, Tanjung Senang
Way Halim, Tanjung Karang Pusat dengan Perilaku sehat 230 59,9
jumlah kasus 97-117, dan daerah Kemiling, Sanitasi Pemukiman
Langkapura, Tanjungkarang Barat, Teluk Betung Pemukiman tidak sehat 181 47,1
Utara, Teluk Betung Selatan, Bumi Waras, Teluk Pemukiman sehat 203 52,9
Betung Timur dengan jumlah Kasus 70-93
(Qamila& Krama, 2018). Tabel 1 Menggambarkan hasil penilaian
Sanitasi pemukiman merupakan aspek terhadap sanitasi pemukiman yang meliputi
penting yang terkait langsung dengan kesehatan komponen fisik rumah, komponen sarana
dan masyarakat. Masih tingginya angka kesakitan sanitasi, komponen perilaku penghuni.
khususnya penyakit “Waterborne disease" Selanjutnya dari ketiga komponen digabungkan
membuktikan bahwa masih terdapat masalah menjadi satu penilaian sanitasi pemukiman.
sanitasi pemukiman. Terdapat 14,3% rumah yang memiliki komponen
fisik rumah tidak sehat. 45,3% rumah dengan
kategori sarana sanitasi yang tidak sehat dan
METODE 40,1% rumah dengan penghuni yang berperilaku
tidak sehat. Dari Hasil penilaian secara
Penelitian jenis deskriptif analistik ini keseluruhan dapat dinyatakan bahwa 47,1%
menggunakan rancangan cross-sectional. rumah masuk dalam kategori pemukiman tidak
Penelitian dilaksanakan di Bandar Lampung pada sehat.
Bulan Agustus hingga Desember 2018. Populasi
46 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 44-50

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Komponen Sanitasi Pemukiman dengan Penyakit


Berbasis Lingkungan
Penyakit Berbasis Lingkungan Total
OR
Variabel PBL Tidak PBL p-value
CI 95%
∑ % ∑ % ∑ %
Komponen Fisik Rumah
Tidak Sehat 29 52,7 26 47,3 55 100 1,868
0,045
Sehat 123 37,4 206 62,6 329 100 1,052-3,318
Komponen Sarana Sanitasi
Tidak Sehat 90 51,7 84 48,3 174 100 2,558
0,000
Sehat 62 29,5 148 70,5 210 100 1,681-3,892
Komponen Perilaku Penghuni
Tidak Sehat 73 47,4 81 52,6 154 100 1,723
0,014
Sehat 79 34,3 151 65,7 230 100 1,135-2,615
Sanitasi Pemukiman
Pemukiman
94 51,9 87 48,1 181 100
Tidak Sehat 2,701
0,000
Pemukiman 1,772-4,118
58 28,6 145 71,4 203 100
Sehat

Dari tabel 2 dapat dijelaskan pada 39,6% responden dengan penyakit penyakit
kelompok responden dengan sanitasi pemukiman berbasis lingkungan yaitu ISPA, diare dan DBD.
tidak sehat terdapat 51,9% menderita penyakit Penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit yang
berbasis lingkungan. Sedangkan pada kelompok hingga kini selalu menduduki peringkat dalam 10
responden dengan sanitasi pemukiman sehat besar penyakit yang dilaporkan oleh puskesmas.
terdapat 28,6% menderita penyakit berbasis Penyakit berbasis lingkungan memiliki hubungan
lingkungan. Diperoleh p-value=0,000 OR=2,701, yang erat dengan kondisi lingkungan sekitar.
CI 95% 1,772-4,118. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkanterdapat hubungan yang bermakna Hubungan Komponen Fisik Rumah dengan
antara sanitasi pemukiman dengan kejadian Penyakit Berbasis Lingkungan
penyakit berbasis lingkungan di Kota Bandar
Lampung. Hasil penelitian pada tabel 1 mendapatkan
responden yang memiliki komponen fisik rumah
tidak sehat sebesar 14,3%, sedangkan komponen
PEMBAHASAN fisik rumah sehat 85,7%. Kondisi yang tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki
Rumah adalah lambang status sosial kesadaran dan kemampuan dalammembangun
(Mukono, 2006). Rumah juga lambang kesehatan rumah yang memenuhi syarat kesehatan, namun
penghuninya. Rumah memiliki tiga aspek yang masih ada rumah-rumah yang belum memenuhi
perlu diperhatikan dalam mencapai sanitasi syarat kesehatan.
pemukiman dan merupakan hal pokok yang harus Dari tabel 2 terlihat pada kelompok
dipenuhi untuk menciptakan suasana sehat bagi responden dengan komponen fisik rumah tidak
penghuninya. Sanitasi pemukiman dilihat dari sehat, ada 52,7% menderita penyakit berbasis
kelengkapan dan penggunaan komponen fisik lingkungan. Pada kelompok responden yang
rumah, sarana sanitasi yang tersedia dan memiliki komponen fisik rumah sehat terdapat
penggunaannya serta perilaku dari penghuni 37,4% menderita penyakit berbasis lingkungan.
rumah tersebut. Kriteria ini disusun berdasarkan Hasil analisa secara statistik mendapatkan
pedoman Direktorat Jenderal Pengendalian hubungan yang bermakna antara komponen fisik
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan rumahdengan kejadian penyakit berbasis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun lingkungan, dimana nilai signifikansi sebesar
2007 tentang pedoman teknis penilaian rumah 0,045 (OR=1,868 CI=1,052-3,318). Hasil
sehat. tersebut menunjukkan bahwa kelompok
responden dengan komponen fisik rumah yang
Penyakit Berbasis Lingkungan tidak sehat berisiko 1,868 kali menderita penyakit
berbasis lingkungan dibanding dengan kelompok
Penyakit berbasis lingkungan adalah responden dengan komponen fisik rumah yang
problem masyarakat serius yang bahkan akibat sehat.
yang ditimbulkannya adalah kematian. Terdapat
Ahyanti, Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan 47

Beberapa indikator yang digunakan dalam Jika tidak memungkinkan adanya jendela
penilaian komponen fisik rumah adalah langit- dan ventilasi yang dibuat di dinding rumah, dapat
langit, dinding rumah, lantai, jendela kamar tidur, dibuat dengan menyediakan sedikit rongga di
jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap bagian atap rumah. Namun di Kota Bandar
dapur dan pencahayaan. Terdapat 14,3% yang Lampung, karena terbatasnya lahan untuk tempat
tidak memiliki komponen fisik rumah yang tinggal, masyarakat tinggal di perumahan dimana
memenuhi syarat. Komponen fisik rumah perumahan tersebut dibangun saling berdempetan
memiliki korelasi dengan kejadian penyakit satu dengan lainnya. Rumah diperluas dengan
infeksi pernafasan yaitu TB (Ambarwati, 2019). pembangunan gedung bertingkat sehingga tidak
Paparan terhadap bahaya lingkungan memungkinkan untuk dibuat ventilasi dibagian
berpengaruh terhadap penyakit infeksi seperti atap bagi bangunan yang dibawah. Kondisi
penyakit pernafasan (Boyd & Genuis, 2008; seperti ini dapat di siasati dengan pemasangan
Samani, Karimi, & Alesheikh, 2020). ventilasi buatan/ air conditioner.
Komponen fisik langit-langit yang bersih Komponen selanjutnya lubang asap dapur.
dapat menghindarkan penghuninya dari paparan Lubang asap dapur harus ada untuk penyaluran
debu. Langit-langit dirancang sehingga memiliki asap pada saat memasak. Asap yang terperangkap
fungsi untuk menutup seluruh konstruksi atap dan dihisap oleh penghuni rumah menyebabkan
dan kuda-kuda penyangga, sehingga tidak rawan gangguan pernafasan. Masih terdapat responden
kecelakaan. Kecelakaan dapat diakibatkan karena yang tidak memiliki lubang asap dapur, dan ada
jatuhnya kayu yang sudah rapuh. Langit-langit ini responden yang telah memiliki lubang asap dapur
juga berfungsi sebagai penyekat yang dapat namunjarang dibersihkan sehingga kotor. Bagi
menyerap panas sehingga tidak mudah menjalar rumah yang tidak memungkinkan untuk dibuat
kedalam ruangan dibawahnya. lubang asap dapur, dapat memanfaatkan pintu
Dinding berfungsi sebagai pelindung atau jendela di dapur. Pintu dan jendela tersebut
rumah. Dinding permanen akan memberikan dibuka saat memasak, untuk menghindari
suasana kering dan kedap air. dinding terperangkapnya asap dapur. Keberadaan jendela
memberikan kontribusi terhadap kelembaban dan ventilasi mendukung penyediaan
sehingga menjadi tempat yang baik bagi pencahayaan dalam ruangan. Cahaya dalam
perkembangbiakan mikroorganisme penular ruangan dapat berasal dari cahaya alami yang
penyakit. Kenyataan yang ada, masih terdapat masuk melalui jendela dan pintu yaitu sinar
rumah dengan dinding semi permanen, rumah matahari. Ruangan yang tidak mendapatkan sinar
dengan pasangan bata namun tidak diplester serta matahari dapat dipasang lampu agar tidak gelap.
dari papan yang tidak kedap air.
Masih terdapat rumah responden dengan Hubungan Sarana Sanitasi dengan Penyakit
lantai berbahan papan atau anyaman bambu dan Berbasis Lingkungan
rumah yang lantainya belum diplester dengan
kondisi berdebu. Kondisi ini dapat menyebabkan Aspek kedua dalam penilaian sanitasi
terjadinya penyakit saluran pernafasan. Lantai pemukiman adalah sarana sanitasi. Tabel 1
yang baik harus terbuat dari bahan yang cukup menggambarkan responden memiliki sarana
kuat untuk menahan beban diatasnya sehingga sanitasi yang tidak sehat sebesar 45,3%, dan
tidak muda rusak, tidak licin, stabil, permukaan 54,7% memiliki sarana sanitasi yang
rata dan mudah dibersihkan. sehat.Beberapa indikator yang digunakan dalam
Jendela dan ventilasi merupakan penilaian sarana sanitasi adalah sarana air bersih,
komponen fisik yang wajib ada dalam rumah. sarana pembuangan kotoran manusia, sarana
Keberadaan keduanya menciptakan suasana segar pembuangan air limbah (SPAL), sarana
didalam ruangan, karena udara kotor dalam pembuangan sampah, binatang penular penyakit,
ruangan akan bertukar dengan udara segar dari pekarangan dan kandang hewan.
luar melalui jendela dan ventilasi. Penelitian Hasil analisa secara statistik pada tabel 2
(Santoro, Rambi, & Katiandagho, 2015) menyimpulkan ada hubungan yang bermakna
menyebutkan ventilasi rumah sebagai Faktor antara sarana sanitasi dengan kejadian penyakit
Risiko Terhadap Kejadian Penyakit ISPA. Hasil berbasis lingkungan, dimana nilai signifikansi
analisis menunjukkan bahwa ventilasi rumah sebesar 0,000 (OR=2,558, CI=1,681-3,892).
yang tidak memenuhi syarat berisiko 4 kali lebih Artinya responden dengan sarana sanitasi tidak
besar menyebabkan ISPA bagi penghuninya sehat berisiko 2,558 kali untuk menderita
dibandingkan ventilasi rumah yang memenuhi penyakit berbasis lingkungan dibandingkan
syarat, nilai p-value<𝛼 0,05. dengan responden dengan sarana sanitasi sehat.
48Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 44-50

Sarana air bersih yang tersedia akan penghuni yang berperilaku tidak sehat 40,1%,
memberikan kontribusi terhadap kualitas air dan 59,9% penghuni sudah berperilaku sehat.
bersih. Kualitas air bersih sebagai faktor risiko Penilaian perilaku penghuni dilihat dari
kejadian menunjukkan bahwa kualitas air bersih kebiasaan membuka jendela kamar tidur,
menjadi faktor risiko terhadap kejadian penyakit membuka jendela ruang keluarga, membersihkan
diare (Santoro, dkk., 2015). rumah dan halaman, membuang tinja balita ke
Dari beberapa responden masih ada yang jamban, membuang sampah pada tempat sampah,
membuang limbah rumah tangganya kesaluran kebiasaan merokok, dam penggunaan obat
terbuka karena tidak memiliki sarana nyamuk.
pembuangan air limbah. Sebagian lain memiliki Tabel 2 menjelaskan pada kelompok
saluran pembuangan air limbah rumah tangga responden dengan perilaku penghuni tidak sehat,
namun tidak memenuhi syarat. Keadaan tersebut ada 47,4% menderita penyakit berbasis
dapat menjadi genangan air kotor yang lingkungan. Pada kelompok responden dengan
digunakan mikroorganisme sebagai tempat hidup. perilaku penghuni yang sehat terdapat 34,3%
Sarana pembuangan tinja juga harus ada dalam menderita penyakit berbasis lingkungan. Dari
mendukung terciptanya derajat kesehatan analisa secara statistik diperoleh hasil ada
masyarakat yang optimal. Sarana pembuangan hubungan yang bermakna antara perilaku
tinja (jamban) mengisolasi tinja agar tidak penghuni dengan kejadian penyakit berbasis
terjamah oleh vektor yang dapat menyebarkan lingkungan, dimana nilai signifikansi sebesar
penyakit diare. Penelitian ini didukung oleh 0,014 (OR=1,723, CI =1,135-2,615).
penelitian Susanti, (2018) menyatakan bahwa Halaman rumah yang bersih
risiko diare meningkat (OR=1,67). mencerminkan kesehatan penghuninya. Terdapat
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) beberapa keluarga yang hanya kadangkala
sebagai pendukung terselenggaranya sarana membersihkan rumah dan halamannya bahkan
sanitasi yang sehat. SPAL dimaksudkan sebagai tidak dibersihkan karena tidak tinggal dirumah
upaya pencegahan pencemaran lingkungan oleh tersebut. Rumah yang ditinggalkan penghuninya
air limbah. Hasil ini didukung penelitian Oktariza ditumbuhi semak belukar dan menjadi sarang
(2018) menyatakan bahwa SPAL merupakan vektor penyakit seperti semut dan kecoa.
faktor risiko penyebab diare pada balita (OR Kebiasaan membuka jendela kamar tidur
2,59,93) (Oktariza, Suhartono, & Dharminto, dan membuka jendela ruang keluarga
2018). berkontribusi terhadap ketersediaan udara segar
Pengelolaan sampah yang buruk berisiko dalam ruangan. Selain itu, kualitas air bersih dan
terhadap penyakit berbasis lingkungan. ketersediaan jamban dapat berpengaruh terhadap
Hasilpenelitianini didukung oleh penelitian kejadian diare (Hakim, Irfanuddin, Hermansyah,
Susanti (2018) yang menyatakan bahwa & Novrikasari, 2018; Irfan & Sulansi, 2016;
pengelolaan sampah yang buruk berisiko 2,5 kali (Samiyati, Suhartono, & Dharminto, 2019).
untuk meyebabkan ISPA dibandingkan dengan Membuang tinja balita ke jamban dapat
pengelolaan sampah yang baik. Hasil pengolahan mengisolasi tinja sehingga tidak terjamah oleh
data menunjukkan masih terdapatrumah yang vektor.
tidak memiliki sarana pengelolaan sampah. Kebiasaan penghuni rumah lain yang
Kondisi ini dapatmengundang lalat selanjutnya merugikan keluarga adalah kebiasaan merokok
menyebarkan penyakit diare dan DBD. Hasil ini yang dilakukan di dalam rumah dan penggunaan
sejalan dengan penelitian Hadriyati, dkk (2016) obat nyamuk. Adanya asap hasil pembakaran
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang rokok dan obat nyamuk dapat menyebabkan
signifikan antara Penyediaan tempat pembuangan penyakit ISPA. Hasil penelitian ini sejalan
sampah dengankejadian DBD diwilayah Kerja dengan penelitian Ahyanti (2013) yang
Puskesmas Kenali Besar (p-value=0,002; p- menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
vallue≤0,05) (Hadriyati, Marisdayana, & Ajizah, antara perilaku merokok dengan kejadian
2016). penyakit ISPA (p-value=0,025) (Ahyanti&
Duarsa, 2013).
Hubungan Perilaku Penghuni Rumah dengan
Penyakit Berbasis Lingkungan Hubungan Sanitasi Pemukiman dengan
Penyakit Berbasis Lingkungan
Setelah aspek komponen fisik rumah dan
sarana sanitasi, perilaku penghuni juga Sanitasi pemukiman diukur melalui
merupakan aspek penilaian terhadap sanitasi komponen fisik rumah, sarana sanitasi dan
pemukiman. tabel 1 menerangkan masih terdapat perilaku penghuni yang tersaji pada tabel 1
Ahyanti, Sanitasi Pemukiman pada Masyarakat dengan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan 49

menjelaskan 47,1% responden tinggal pada Klinik sanitasi sebagai salah satu wadah
pemukiman yang tidak sehat, dan 52,9% yang dapat digunakan oleh sanitarian dan pasien
responden tinggal pada pemukiman sehat. penyakit berbasis lingkungan untuk saling
Dari hasil analisis statistik pada tabel 2 berinteraksi dan berkonsultasi tentang masalah
terlihat, pada kelompok responden dengan kesehatan. Klinik sanitasi telah ada sejak tahun
sanitasi pemukiman tidak sehat terdapat 51,9% 2003, akan tetapi di banyak tempat program
menderita penyakit berbasis lingkungan. klinik sanitasi seperti tidak berjalan, tidak ada
Sedangkan pada kelompok responden dengan tanda-tanda kehidupan, dengan berbagai
sanitasi pemukiman sehat terdapat 28,6% permasalahan dan alasan. Kalaupun ada,
menderita penyakit berbasis lingkungan. kegiatan klinik sanitasi seolah bergerak tanpa
Diperoleh p-value=0,000 OR=2,701, CI 95% makna.
1,772-4,118. Dari hasil tersebut dapat Klinik sanitasi adalah suatu upaya yang
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna dilakukan secara terintegrasi dalam memberikan
antara sanitasi pemukiman dengan kejadian pelayanan kesehatan promotif, preventif,
penyakit berbasis lingkungan di Kota Bandar dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
Lampung. berisiko tinggi. Klinik sanitasi merupakan satu
Hasil ini sejalan dengan penelitian Gapar, wadah dalam masyarakat yang sebagai upaya
dkk (2015) yang menyatakan bahwa kualitas mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Dalam
sanitasi rumah memiliki nilai signifikansi p- upaya pemberantasan penyakit, masyarakat
value=0,000 (sig p<0,05) (Gapar, Adiputra, & sangat memerlukan penyuluhan, bantuan, dan
Pujaastawa, 2015) bimbingan teknis dari petugas puskesmas baik
Keman (2005) menjelaskan pemukiman secara pasif dan aktif di dalam dan di
kotor yaitu tidak ada penyediaan air bersih, luar gedung. Sangat penting untuk menghidupkan
sampah yang menumpuk, kondisi rumah yang kembali klinik sanitasi, karena melalui klinik
sangat menyedihkan, dan banyaknya vector sanitasi dapat dilakukan kegiatan konseling.
penyakit, terutama lalat, nyamuk dan tikus Kegiatan konseling sangat membantu masyarakat
(Keman, 2005). dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Dalam pengadaan perumahan, sangat
diperlukan peran serta masyarakat. Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator yang mendorong dan SIMPULAN
member bantuan untuk mencapai tujuan.
Pembangunan perumahan merupakan tanggung Hasil analisis menyimpulkan terdapat
jawab dari masyarakat sendiri sehingga potensi hubungan yang bermakna antara sanitasi
dan peran serta masyarakat perlu dikembangkan pemukiman dengan kejadian penyakit berbasis
dalam pembangunan perumahan. Perlu lingkungan. Penting bagi Puskesmas untuk
dilaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam menghidupkan kembali kegiatan klinik sanitasi
pengadaan dan pemeliharaan sanitasi sebagai upaya yang terintegrasi untuk
pemukiman. Sebagai contoh adalah memberikan pelayanan promotif, preventif dan
pendampingan dalam pengadaan sarana sanitasi kuratif dalam mengatasi maslaah kesehatan
jamban keluarga. lingkungan di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2008). Perubahan Ekologi dan Aspek Coverage of Bcg Immunisation and. Jurnal
Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal Berkala Epidemiologi, 7(3), 207–216.
Pemberantasan Penyakit Menular dan https://doi.org/10.20473/jbe.v7i32019.
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel
Departemen Kesehatan Republik pada Penelitian Kesehatan. Jakarta: FKM
Indonesia. UI.
Ahyanti, M., & Duarsa, A. (2013). Hubungan Boyd, D. R., & Genuis, S. J. (2008). The
merokok dengan kejadian ispa pada environmental burden of disease in Canada:
mahasiswa politeknik kesehatan Respiratory disease, cardiovascular disease,
kementerian kesehatan tanjungkarang. cancer, and congenital affliction.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 47-53. Environmental Research, Vol. 106, pp. 240-
Ambarwati, M. (2019). Correlation Between 249.
50 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 44-50

https://doi.org/10.1016/j.envres.2007.08.009 Kesehatan Lingkungan, 2(1), 29–42.


Darnas, Y., & Yolanda, R. (2019). The Mukono. (2006). Prinsip Dasar Kesehatan
Relationship between Sanitation and Lingkungan. Surabaya: Airlangga
Diarrhea in Kabupaten Pidie, Aceh (Used University Press.
Validity Inference). KnE Life Sciences, Oktariza, M., Suhartono, S., & Dharminto, D.
4(10), 422. (2018). Gambaran Kondisi Sanitasi
https://doi.org/10.18502/kls.v4i10.3814 Lingkungan Rumah Dengan Kejadian
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. (2017). Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Profil Kesehatan Provinsi Kota Bandar Puskesmas Buayan Kabupaten Kebumen.
Lampung tahun 2016. Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). 6(4), 476-484.
Profil Kesehatan Provinsi Lampung. In https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. /article/view/21456
Bandar Lampung. Qamila, N., & Krama, A. V. (2018). Difusi dan
Hadriyati, A., Marisdayana, R., & Ajizah. (2016). Pola Spasial Sebaran Penyakit Demam
Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Bandar
Tindakan 3M Plus Terhadap Kejadian Lampung. KESMARS: Jurnal Kesehatan
DBD. Jurnal Endurance, 1(1), 11–16. Masyarakat, Manajemen Dan Administrasi
https://doi.org/10.22216/jen.v1i1.601 Rumah Sakit, 1(1), 87–95.
Hakim, M. M., Irfanuddin, I., Hermansyah, H., & https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.192
Novrikasari. (2018). The Prevalence of Samani, Z. N., Karimi, M., & Alesheikh, A.
Diarrhea Based on Knowledge and (2020). Environmental and infrastructural
Environmental Sanitation in Tanjung Lago effects on respiratory disease exacerbation:
Village Wetland Area. E3S Web of a LBSN and ANN-based spatio-temporal
Conferences, 68, 1–6. modelling. Environmental Monitoring and
https://doi.org/10.1051/e3sconf/201868040 Assessment, Vol. 192.
13 https://doi.org/10.1007/s10661-019-7987-x
Irfan, & Sulansi. (2016). Employment , Samiyati, M., Suhartono, & Dharminto. (2019).
Knowledge and Latrine Ownership as Risk Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah
Factors and Prediction Model of Diarrhea Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Incidence. International Journal of Public Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar
Health Science (IJPHS), 5(2), 158-163. Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan
http://iaesjournal.com/online/index.php/IJP Masyarakat (e-Journal), 7(1), 388–395.
HS Santoro, N. E., Rambi, E. V., & Katiandagho, D.
Gapar, I. G. S., Adiputra, N., & Pujaastawa, I. B. (2015). Analisis Faktor Risiko Penyakit
G. (2015). Hubungan kualitas sanitasi Berbasis Lingkungan di Kota MAnado
rumah dengan kejadian penyakit infeksi Tahun 2013. Infokes, 10(1), 55–67.
saluran pernapasan akut (ISPA) di wilayah Susanti, E. (2018). Risk Factors for Diarrhea
kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Cases in Communities Living Along Deli
Denpasar. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu River, North Sumatera. Journal of
Lingkungan (Journal of Environmental Epidemiology and Public Health, 04(01),
Science), 9(2), 41-45. 47-54.
Keman, S. (2005). Kesehatan Perumahan dan https://doi.org/10.26911/jepublichealth.201
Lingkungan Pemukiman. Jurnal 9.04.01.06

You might also like