You are on page 1of 25

PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

Disusun Oleh :
1. Karim Daulay
2. Siti Nur Khalidah

Dosen Pengampu :
Dr. Made Saihu, M.Pd.I.

PROGRAM STUDI MAGISTER


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PTIQ JAKARTA
2021
Abstract
During the Umayyad caliphate, they succeeded in expanding to various regions, both in the East
and the West, with a truly very wide area of Islamic rule. At the time of the caliph al-Walid Ibn
al-Malik, one of the caliphs of the Umayyads based in Damascus, Muslims began to conquer the
Iberian peninsula. Since the early 5th century AD (406 AD), the area was ruled by the Vandals,
hence the name Vandalusia. However, since 711 AD, the Iberian peninsula and the southern
region of France fell under Islamic rule, ruled by Arab and Barbarian rulers. Since then, this
region is known as Andalusia. Islam in Andalusia is one of the golden periods of Islam in
Europe. Because the history of the development of Islam in Andalusia reached the peak of
glorious Islamic glory, even that influence brought Europe and the world towards more complex
progress, especially in the intellectual field. Muslims in Andalusia achieved glory and power for
7 centuries. Various fields of progress achieved by Islam in Andalusia include intellectual,
development and economic fields. Although a series of achievements (progress) that have been
successfully inscribed by the Umayyad dynasty in Andalusia, as well as controlling the land of
Iberia for 7 centuries, but the heyday of Islam in Andalusia is not eternal, power and glory and
even then eventually collapsed and was destroyed. The gold and glory of Islam in Andalusia was
destroyed due to several factors, including the conflict between Islam and Christianity, the
absence of a unifying ideology, economic difficulties, the unclear system of power transfer and
the remoteness of the region.

Keyword: History, Islamic Civilization, Spain.

Abstrak
Di masa khilafah Bani Umayyah keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur
maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas. Pada zaman
khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun
406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun,
sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Perancis jatuh ke dalam kekuasaan
Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal
dengan Andalusia. Islam di Andalusia termasuk salah satu periode keemasan Islam di Eropa.
Karena sejarah perkembangan islam di Andalusia mencapai puncak kejayaan islam yang
gemilang, bahkan pengaruh itu membawa Eropa dan dunia menuju kemajuan yang lebih
kompleks, terutama dalam bidang Intelektual. Umat islam di Andalusia mencapai kejayaan dan
kekuasaan selama 7 abad. Berbagai bidang kemajuan-kemajuan yang dicapai islam di Andalusia
antara lain bidang intelektual, pembangunan dan ekonomi. Meskipun sederet prestasi (kemajuan)
yang telah berhasil di torehkan oleh Dinasti Umayyah di Andalusia, sekaligus menguasai tanah
Iberia itu selama 7 abad, namun masa kejayaan Islam di Andalusia tidaklah abadi, kekuasaan dan
kejayaan itupun akhirnya runtuh dan hancur. Keemasan dan kejayaan Islam di Andalusia
hancur oleh karena beberapa faktor penyebab diantaranya ialah konflik Islam dengan Kristen,
tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
dan keterpencilan wilayah.

Kata kunci: Sejarah, peradaban Islam, Spanyol


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban Islam di Andalusia merupakan salah satu sebuah sejarah peradaban Islam yang
maju dan jaya di Andalusia (spanyol) yang terletak di Benua Eropa Selatan. Negara Andalusia
ini adalah sebuah negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam untuk mengembangkan agama
Islam di negeri tersebut. Ketika Islam masuk ke negeri Andalusia, negeri ini banyak mengalami
perkembangan peradaban yang pesat baik dari Pendidikan, budaya, pembangunan maupun
perekonomian. Andalusia mengalami perkembangan pesat dalam kebudayaan dan pendidikan
Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan sastra, kemudian meningkat dengan
mempelajari ilmu-ilmu akal. Karena itu kehadiran Islam di Andalusia banyak menarik perhatian
para sejarawan Secara politis, Islam di Andalusia telah memberi rasa aman bagi kaum yang
selama ini menjadi kelompok terpinggirkan seperti orang Yahudi dan rakyat kebanyakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Andalusia ?
2. Bagaimana Periode Kekuasaan Islam di Andalusia ?
3. Bagaimana perkembangan Islam di Andalusia ?
4. Apa pengaruh peradaban Andalusia di Eropa ?
5. Apa factor-faktor penyebab kehancuran Islam di Andalusia ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sejarah masuknya Islam di Andalusia
2. Mengetahui Periode Kekuasaan Islam di Andalusia
3. Pengaruh Peradaban Islam di Andalusia
4. Faktor-faktor kehancuran Islam di Andalusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah masuknya Islam di Andalusia

Sejarah masuknya Islam di Andalusia tidak dapat dipisahkan dengan sukses yang telah
diraih oleh para pemimpin pemerintahan Islam di masa Dinasti Umayyah. Betapa tidak, masa
itu kegiatan ekspansi kekuasaan senantiasa dilakukan dan penaklukan menandai kebijakan serta
perkembangan dinasti ini. Dengan demikian, Islam dan kekuasaan politik merupakan satu
kesatuan integratif tak terceraikan dalam sejarah perkembangan umat pengikut Nabi
Muhammad saw.1

Andalusia di duduki oleh umat Islam pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, melalui tangan panglima
Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad pada tahun 92 H, bertepatan dengan tahun 711 M.
Setelah itu, Andalusia terus berada di bawah kekuasaan Islam hingga jatuhnya Granada pada
akhir kejayaan Islam di Andalusia tahun 897 H (bertepatan dengan 1492 M).

Dalam proses penaklukan Andalusia, ada beberapa pahlawan Islam yang memimpin
pasukan ke sana, yakni Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Namun, yang
disebut sebagai perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia adalah Thariq bin Ziyad.

Thariq bin Ziyad (670-720) dikenal dalam sejarah Andalusia sebagai legenda dengan
sebutan Taric el-Tuerto (Taric yang memiliki satu mata). la telah memimpin pasukan tentara
menyeberangi Lautan Gibraltar (Jabal Thariq) menuju Semenanjung Iberia.

Musa bin Nushair, pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam di bawah pimpinan Thariq
bin Ziyad yang hanya berjumlah 7,000 orang dan tambahan pasukan 5.000 personel yang
memang tidak sebanding dengan tentara pasukan Gothik (raja Roderick) yang berkekuatan
100.000 lengkap bersenjata. Namun, akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan
mengalahkan Raja Foderick di Bakkah sekaligus menaklukkan kota-kota penting, seperti
Kordoba, Granada, dan Toledo, serta akhirnya menguasai seluruh kota penting di Andalusia
(Spanyol).2

1
Ahmadin,Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta: kencana,2020),85
2
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: DIVA Press, 2015),300-301
B. Periode Kekuasaan Islam di Andalusia

Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di daerah Andalusia hingga masa jatuhnya,
Islam memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam
di Andalusis berjaya dan berkuasa selama lebih dari 7 abad, dan itu merupakan waktu yang
sangat lama untuk mengembangkan Islam.

Menurut Badri Yatim, sebagaimana yang dikutip oleh Samsul Munir Amin, sejarah panjang
Islam di Andalusia tersebut dapat dibagi menjadi beberapa periode berikut :3

1. Periode Pertama (711-755 M)


Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, Pada periode ini, stabilitas politik Andalusia
belum tercapai sempurna, Sebab, beragam gangguan masih terjadi, baik yang datang dari
luar maupun dalam: Gangguan yang datang dari dalam antara lain perselisihan di antara
elite penguasa. Selain itu, ada pula perbedaan pandangan antarkhalifah di Damaskus dan
Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari
luar berupa sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang tinggal di daerah pegunungan.

2. Periode Kedua (755-912 M)


Pada periode ini, Andalusia di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Andalusia pada tahun 138 H atau 755 M,
dan diberi geiar Abdurrahman ad Dukhil. Ia adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil lolos dari kjaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan
Bani Umayyah di Andalusia Pada masa itu pula, Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan
Masjid Kordoba dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Andalusia. Pada masa ini,
umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik dalam hidang politik ataupun peradaban.
Islam saat itu mulai mengalami perkembangan yang begitu dahsyat dan mampu
memperluas wilayah kekuasaan di daerah Andalusia.

3. Periode Ketiga (912-1013 M)

3
Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah,2009),168-170
Pada periode ini, berlangsung masa pemerintahan Abdurrahman Il yang bergelar "An
Nasir" sampai munculnya raja-raja kelompok (maluk al-thawaif). Saat itu, Andalusia
diperintah oleh penguasa dengan khalifah. Pada masa ini, umat Islam di Andalusia
mencapai puncak kemajuan dan kejayaan yang menyaingi pemerintahan Abbasiyah di
Baghdad.
Abdurrahman III mendirikan Universitas Kordoba. Perpustakaan nya memuat ratusan
ribu buku. Pada masa ini, masyarakat bisa menikmati kesejahteraan dan kemakmuran
yang tinggi. Abdurrahman III memanglah seorang raja yang teramat lama memerintah,
yakni selama 50 tahun Selama itu, la membela kerajaan yang telah didirikan oleh nenek
moyangnya.
Masa pemerintahan Abdurrahman III merupakan masa yang amat gemilang dalam
sejarah Andalusia. Segala pemberontakan dipadamkan, perpecahan disatukan kembali,
dan perselisihan dihapuskan Pada masa pemerintahannya, Islam sanggup
mempertahankan kekuasaan Arab di Andalusia. Ia juga meninggalkan jejak besar dalam
sejarah, tidak saja di Semenanjung Iberia, melainkan juga seluruh Eropa.
Setelah Abdurrahman III, kekhalifahan dilanjutkan oleh putranya, Al-Hakam II (961-976
M) dan putra Al-Hakam II, yakni Hisyam II (976-1009 M). Namun, ketika Hisyam
menduduki kepemimpinan dalam usia 11 tahun, itu merupakan awal kehancuran Bani
Uthayyah di Andalusia. Hingga tahun 1013 M. Andalusia (Spanyol) sudah terpecah
menjadi negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

4. Periode Keempat (1013-1086 M)


Pada masa ini, Andalusia (Spanyol) telah terbagi menjadi lebih dari 30 negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau muluk al-thawaif yang berpusat di suatu
kota, seperti Sevilla, Kordoba, Taledo, dan lain sebagainya. Pada periode ini, umat Islam
kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya, jika terjadi perang saudara, ada di antara
pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Walaupun
demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari sebuah
istana ke istana yang lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, Islam di Andalusia (Spanyol), meskipun mash serpecah dalam beberapa
negara, mempunyal satu kekuatan yang du minan, yakni kekuasaan Dinanti Murabitun
(1086-1143 M) dan Dinam Muwahhidun (1146-1235 M).
Semula, Dinasti Murabitun merupakan sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang
didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Maroces, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M, ia
berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dan, akhirnya, lalam mampu
memasuki Andalusia dan bisa dikuasai.
Dalam perkembangannya selanjutnya, dinasti ini dipimpin oleh penguasa penguasa yang
lemah, sehingga mengakibatkan wilayah Saragossa dapat dikuasai oleh kaum Kristen
pada tahun 1118 M. Lantas, pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini digantikan oleh
Dinasti Muwahhidun.

6. Periode Keenam (1248-1492 M)


Pada periode ini, Islam berkuasa di Granada, di bawah Dinasti Ahmar atau Nasriyah
(1232-1492 M) Dinasti ini yang mendirikan Istana Al-Hamra di kota Granada Peradaban
kembali mengalami ke majian, seperti pada naman Abdurrahman an Nasir Akan tetapi,
secara politik, dinanti yang merupakan pertahanan terakhir di Andalusia berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Abdullah Munsammad merasa tidak senang terhadap ayahnya karena menunjuk anaknya
yang lain sebagai penggantinya menjadi vaja la memberontak dan berusaha merampas
kekuasaan. Dalam pem berontakan thu, ayahnya terbunuh, lantas digantikan oleh
Muhammad bin Sa'ad
Abdullah pun meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan
kekuasaan Muhammad bin Sa'ad Kedua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah, dan akhirnya Abdullah naik tahta. Ferdinand dan Isabella
mempersatukan dua kerajaan besar Kristen, yaitu negeri Aragon dan Castillia, melalui
perkawinan.
Setelah bersatu, mereka mempersatukan kekuatan memerangi kerajaan Granada pada
tahun 1492 M. Namun, akhirnya, mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abdullah.
Abdullah tidak kuasa menahan serangan serangan penguasa Kristen tersebut, sehingga ia
kalah dalam peperangan tersebut. Abdullah pun menyerahkan kekua saan kepada
Ferdinand dan Isabella. Lantas, ia hijrah ke Afrika Utara.
Dengan jatuhnya kerajaan Bani Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Andalusia pada
tahun 1492 M, sampai tinggal sisa-sisanya, yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di
Roma untuk memeluk agama Nasrani. Maka, ada orang yang menjadi umat Nasrani
secara terpaksa. ada yang dibunuh, dan ada yang masih tetap memeluk agama nenek
moyangnya dengan diam-diam.
Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan, tidak ada lagi umat Islam di wilayah tersebut,
meskipun Islam telah berjaya dan bisa berkuasa di sana selama lebih dari 7 abad.

C. Perkembangan Islma di Andalusia

Umat Islam di Andalusia telah mencapai kejayaan yang gemilang, bahkan pengaruh itu
membawa Eropa dan dunia menuju kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal
intelektual. Dalam masa lebih dari 7 abad kekuasaan Islam di Andalusia, umat Islam telah
mencapai kejayaan di sana. Berikut kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Islam di Andalusia
dalam berbagai bidang :

1. Bidang Intelektual
Selama lebih dari 7 abad kekuasaan Islam di Andalusia, umat Islam telah mencapai
kejayaan di sana. Banyak sekali kontribusi bagi perkembangan budaya Barat.
Kebangkitan intelektual dan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa
mempelajari, mendalami, sekaligus menimba ilmu-ilmu Islam dengan cara
menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka
dengan tekun mempelajari bahasa Arab agar bisa menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan Islam. Arab.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan. Banyak
sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku
ilmu pengetahuan Islam. Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam, yakni sains dan teknologi.4

4
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), 160
Masyarakat muslim Andalusia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas
komunitas komunitas Arab (Utara dan Selatan), al muwalladun (orang-orang Andalusia
yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah
(penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman,
yang dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen
Mujareb yang berbudaya Arab, serta Kristen yang masih menentang kehadiran Islam
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra,
dan pembangunan fisik di Andalusia.5

Selain kemajemukan masyarakat, tingkat kesuburan juga men dorong Andalusia dalam
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi, yang turut menghasilkan pemikir yang andal.

Berikut uraian mengenai perkembangan intelektual dalam setiap bidang :

a. Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam Islam berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui
oleh ilmu penge tahuan Yunani dan Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan
penguasa Bani Umayyah yang ke-5, yaitu Muhammad bin Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif Al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga Kordoba dengan perpustakaan dan universitas
universitasnya sanggup me nyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di
dunia Islam.
Sesuatu yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Umayyah di Andalusia merupakan
persiapan untuk melahirkan filsuf-filsuf besar pada masa sesudahnya. Bagian akhir abad
ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang
filsafat Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Kordoba.
Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1126 M, dan meninggal dunia pada tahun 1198 M. 6 Ciri
khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles sekaligus
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 100.
6
Khaled Abou el-Fadl, Musyawarah Buku, Menyusuri Keindahan Islam dari Kitab ke Kitab (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2002), 38
kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat
dan agama. Ia juga termasuk ahli fiqh, dengan karyanya berjudul Bidayah al-Mujtahid.

b. Ilmu Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar kemajuan
Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, Al-Kindi (809-873 M), telah menulis buku
tentang ilmu mata, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics.
Selain itu, dikenal pula Ar-Razi (865-925 M) yang disebut Rhazez oleh orang Barat
Latin. Ia mengarang sebuah buku kedok teran berjudul Al-Hawi. Buku tersebut telah
diterjemahkan oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa
Latin dengan judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou. la merangkum ilmu
ketabiban dari Persia, Yunani, dan Hindu, serta hasil-hasil penyelidikan.
Sementara itu, ahli kedokteran yang terkenal saat itu adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di
Eropa, ia dikenal dengan nama Abulcassis. la ialah seorang ahli bedah terkenal dan
menjadi dokter istana. la wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terke nal
adalah Al-Tasrif yang terdiri atas 30 jilid.
Selain Al-Qasim, ada pula seorang filsuf besar bernama Ibnu Rusyd yang juga ahli dalam
bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-Thib. Dokter Islam lain
yang terkenal. ialah Ibnu Sina (Avecinna). la menulis buku yang berjudul Al-Qanun fit
Thib, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Qanun of Medicine dan
menjadi buku pegangan di perguruan perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir sejak
abad ke-15. Sedangkan, buku kedokteran lain karya Ibnu Sina berjudul Materia Medica
memuat sekitar 760 macam ilmu yang dijadikan pedoman, terutama di dunia Barat.
Dikatakan oleh William Osler bahwa di antara kitab yang lain, kitab Ibnu Sina yang tetap
menjadi dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.

c. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Andalusia dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Adapun yang
memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziad bin Abdurrahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin
Abdurrahman. Ahli-ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakr bin al-Quthiyah, Munzir bin Sa'id
al Baluthi, dan Ibnu Hazm yang terkenal.

d. Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al Qurthubi. Nama lengkapnya
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-
Khazraji al-Andalusi (wafat pada tahun 1273 M). Adapun karyanya dalam bidang tafsir
adalah Al-Jami'u li Ahkam al-Qur'an. Kitab tafsir yang terdiri atas 20 jilid ini dikenal
dengan nama Tafsir al-Qurthubi.7

e. Musik dan Kesenian


Dalam bidang musik dan suara, Andalusia mencapai kecemer langan dengan tokohnya
bernama Al-Hasan bin Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya,
baik pria maupun wanita, sekaligus budak budak, sehingga kemasyhurannya tersebar
luas.

f. Bahasa dan Sastra


Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam peme rintahan Islam di Andalusia.
Hal itu dapat diterima oleh orang orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli
Andalusia menomorduakan bahasa asli mereka. Kebanyakan mereka juga ahli dan mahir
dalam bahasa Arab, baik dalam hal keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
Orang-orang yang ahli dalam bahasa Arab adalah Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik (pengarang
Aljiyah), Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu
Hayyan al-Ghamathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-Iqd al-
Farid karya Ibnu Abd. Rabbih, Al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah karya Ibnu
Bassam, Kitab al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.

7
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009),174
g. Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam bernama Al-Khawarizmi banyak sekali memberikan
sumbangan dengan karya-karyanya sekaligus mempunyai pengaruh besar terhadap
kontribusi ilmu pasti, di antara sekian penulis pada Abad Pertengahan. Ia menulis buku
berjudul Al-Jabr wa al-Muqabalah (yang memuat daftar astronomi yang tertua). Ia juga
sebagai orang pertama yang menyu sun buku ilmu berhitung dan aljabar.8
Ada pula tokoh yang terkenal dalam ilmu astronomi lainnya, yakni Ibrahim bin Yahya al-
Naqqash. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan lamanya. Ia juga
berhasil mem buat teropong modern yang bisa menentukan jarak antara tata surya dan
bintang.9 Ada juga Al-Majiriyah dari Kordoba, Al-Zarqali 229 dari Toledo, dan Ibnu
Aflah dari Seville, yang merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal
saat itu.

h. Matematika
Ternyata, ilmu sejarah juga memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran-
pemikiran sarjana Barat. Sebagai
Ilmu matematika mulai berkembang karena didorong oleh perkembangan filsafat. Ilmu
ini dikembangkan oleh orang Arab, yang berasal dari buku India, yaitu Sinbad, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari (154 H atau 771 M). 10
Dengan perantara buku ini, Nasawi (seorang pakar matematika) memperkenalkan angka
angka India, seperti 0, 1, 2, hingga 9, se hingga angka angka India di Eropa lebih dikenal
dengan sebutan angka Arab.

i. Sejarah
Ternyata, ilmu sejarah juga memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran
pemikiran sarjana Barat. Sebagai contoh, Ibnu Khaldun, melalui karyanya berjudul

8
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 19196),158
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islma (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),102
10
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 73
Muqaddimah, mengemukakan teori perkembangan sejarah untuk pertama kalinya, yang
berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim maupun kekuatan moral dan ruhani.
Sebagai orang yang mencari sekaligus merumuskan hukum kemajuan dan keruntuhan
bangsa, maka Ibnu Khaldun bisa dianggap sebagai pencipta ilmu baru. Sebab, tidak ada
penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah sejelas itu, serta
mengulasnya dengan sudut pandang filsafat. Buku Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun
menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli lainnya, sekaligus sarana kebebasan Ibnu
Khaldun yang diakui oleh sejarawan Toynbee.

2. Bidang Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abdurrahman ad-
Dakhil. Pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung,
seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman. Di antara
pembangunan yang megah adalah sebagai berikut:
a. Al-Qashr al-Kabir (kota satelit yang di dalamnya terdapat gedung. gedung istana
megah).
b. Rushafat (istana yang dikelilingi oleh taman yang ada di sebelah barat laut Kordoba).
c. Masjid Jami' Kordoba (dibangun pada tahun 170 H atau 786 M. yang hingga kini
masih tegak berdiri).
d. Al-Zahra (kota satelit di bukit Pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H atau 936
M). Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air
mengalir di tengah masjid. Ada pula danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah,
taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan,
e. Tembok Toledo
f. Istana Al-Makmun.
g. Masjid Seville.
h. Istana Al-Hamra di Granada.

3. Bidang Ekonomi
Perkembangan baru di Andalusia juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada
abad ke-9 dan 10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola
negeri Timur mengantarkan kepada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang
dapat diperjualbelikan, yang meliputi buah ceri, apel, delima, ara, kurma, tebu, pisang,
kapas, rami, dan sutra.
Pada saat yang sama, Andalusia memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran
hancurnya penguasaan armada Byzantium terhadap wilayah barat Laut Tengah. Beberapa
kota, seperti Seville dan Kordoba, mengalami kemakmuran berkat melimpahnya produksi
pertanian dan perdagangan internasional.

D. Pengaruh Peradaban Andalusia di Eropa


Andalusia merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban
Islam, baik dalam hubungan politik, sosial. maupun perekonomian dan peradaban antarnegara.
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berutang budi kepada khazanah
ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik. Memang, ada banyak sarana
yang membuat peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi
sarana terpenting ialah Andalusia.
Orang-orang Eropa mendapati kenyataan bahwa Andalusia ber ada di bawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran
dan sains, selain bangunan fisik. Adapun yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibnu
Rusyd (1120-1198 M), la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir, la
juga mengulas pemikiran
Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang ber pikiran bebas. Ia
mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan
anthropomorphisme Kristen. Sedemikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul
gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Padahal, pihak
gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa oleh gerakan Averroeisme.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah, di Eropa municul reforman pada abad ke-16 M
dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibnu Rusyd dicetak di Venesia pada tahun
1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan
1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyons, dan
Strasbourg. Sedangkan, pada awal abad ke-17 M, bulunya diterbitkan di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd, terhadap Eropa
berawal dari banyaknya pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas universitas Islam di
Andalusia, seperti Universitas Kordoba, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca Selama
belajar di Andalusia, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya para ilmuwan muslim.
Pusat penerjemahan ada di Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah
dan universitas yang sama Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada
tahun 1231 M. yakni 30 tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd.
Pada akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas
universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas universitas Islam diajarkan, seperti
ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Adapun pemikiran filsafat yang paling banyak
dipelajari adalah pemikiran Al Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlang sung sejak abad ke-12 M
itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) Yunani di Eropa pada abad ke-14
M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini melalui terjemahan-terjemahan Arab
yang dipelajari, kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat buruk, namun
Islam telah mempelopori gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula
di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M. rasionalisme pada abad ke 17 M, dan
pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.

E. Faktor-faktor penyebab kehancuran Islam di Andalusia

Meskipun sederet prestasi (kemajuan) telah berhasil ditorehkan oleh Dinasti Umayyah di
Andalusia, sekaligus menguasai tanah Iberia itu selama lebih dari 7 abad, namun masa kejayaan
Islam di Andalusia tidaklah kekal Artinya, akhirnya, kekuasaan dan kejayaan ini runtuh dan
hancur Kemunduran dan kehancuran itu pun terjadi bukan tanpa sebab Ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab hancurnya kejayaan dan keemasan Islam di Andalusia, di antaranya
ialah sebagai berikut:

1. Konflik Islam dengan Kristen


Konflik ini berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam
melakukan proses islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan setelah Al-
Hakam Il yang dinilai tidak secakap khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan
ketundukan kerajaan kerajaan Kristen di bawah kekuasaan Kristen hanya dengan
membayar upeti, ini sudah cukup puas bagi mereka. Mereka membiarkan umat Kristen
menganut agama sekaligus menjalankan hukum adat dan tradisi Kristen, termasuk
hierarki tradisional, asalkan tidak ada perlawanan senjată.
Namun, kehadiran Islam tetap dianggap sebagai penjajah, sehingga justru memperkuat
nasionalisme masyarakat Andalusia (yang memeluk Kristen), Hal ini menjadi salah satu
penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan
antara Islam dan Kristen Akhirnya, pada abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami
kemunduran, sedangkan umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan strategi perang.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Kondisi tidak adanya ideologi pemersatu terjadi hingga abad ke-10 lantaran perlakuan
para penguasa muslim, sebagaimana politik yang dijalankan oleh Bani Umayyah
terhadap para mualaf yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan berbeda
dengan tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya Kenyataan ini ditandai dengan
masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan. Akhirnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab, terutama etnis Salvia dan
Barbar, sering kali menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan
dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada ideologi pemersatu yang mengikat
kebangsaan mereka. Bahkan, banyak di antara mereka yang berusaha menghidupkan
kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.

3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu
aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan
pengembangan perekonomian. Akibatnya, terjadi kesulitan ekonomi yang memberatkan
sekaligus berpengaruh terhadap perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini
diperparah lagi dengan datangnya musim paceklik, yang menjadikan para petani tidak
sanggup membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara pun tidak terkendali
oleh para penguasa muslim

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan


Kekuasaan merupakan hal yang menjadi perebutan di antara ahli waris. Oleh karena itu,
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan muncul muluk al thawaif Maka, Granada yang
semula menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di Andalusia akhirnya jatuh ke tangan
Ferdinand dan Isabella.

5. Keterpencilan
Andalusia bagaikan wilayah terpencil dari dunia Islam yang lain. Wilayah ini berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan, kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
Itulah beberapa faktor penyebab runtuhnya peradaban Islam di Andalusia. Selain faktor-
faktor tersebut, tentu masih ada faktor lainnya Salah satunya adalah yang diungkap oleh
sejarawan Mesir. Dr. Raghib as-Sirjani, dalam bukunya berjudul Qishah al-Andalus
(kisah Andalusia) la menjelaskan ada tiga faktor penting yang menyebabkan kejayaan
Islam di Andalusia runtuh, yang hanya menyisakan kenangan yang pahit dan kepedihan.
Ketiga faktor itu adalah sebagai berikut :
a. Gaya hidup yang mewah dan glamor dari para pemimpin Islam
b. Sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan semangat jihad
c. Merebaknya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang dibiarkan.

Terkait dengan sikap hidup bermewah-mewahan dan godaan duniawi pada masa kekuasaan
Islam di Andalusia itu, Dr. Raghib as Sirjani berkata, "Ini merupakan faktor yang amat penting,
yakni godaan duniawi terhadap pemerintahan Muwahhidun, dengan banyaknya harta yang
mereka miliki. Itulah yang mendorong mereka bergaya hidup mewah, berfoya-foya, dan saling
berseteru memperebutkan kekuasaan."
"Tenggelam dalam kemewahan, cenderung kepada kesenangan nafsu duniawi, dan
bergelimang dalam kenikmatan-kenikmatan se mentara Inilah faktor utama yang mengantarkan
kekuasaan Islam menuju akhir yang sangat menyakitkan. Masa-masa keterpurukan dan
kejatuhan sering kali terkait dengan banyaknya harta, tenggelam dalam kesenangan kesenangan,
rusaknya generasi muda, dan penyimpangan besar terhadap tujuan," lanjut Dr. Raghib as-
Sirjani.

Hati orang-orang yang bergelimang dalam kehidupan gemerlap dan terjerembab dengan
gaya hidup yang mewah akan mudah dilalaikan dari mengingat Allah Swt. Semangat juang pun
semakin melemah, dan jiwa menjadi pengecut. Oleh karena itu, ahli hikmah berucap,
"Keberanian tidak akan didapati pada orang yang mencintai dunia!"

Dunia memang melalaikan dan membuat para pemujanya menjadi alpa. Harga diri dan
gengsi diukur dengan penampilan yang parlente, banyaknya uang, barang barang yang mewah,
dan harta yang berharga. Sehingga, jika semua itu tidak ada, maka orang yang mencintai dunia
merasa hidupnya tidak berharga dan bergengsi. Harga dirinya tidak melambung tinggi, dan lobi
lobi kekuasaannya tidak dihargai. Identitas Islam yang seharusnya menjadi "pakaian" yang
menutup rapat tubuhnya berganti menjadi benda-benda yang melambangkan kemewahan. Inilah
penyakit al-wahn, yakni cinta dunia dan benci mati (hubbud dunya wa karahiyatul maut). Itu
menjadi penyakit ganas yang mampu melumpuhkan kekuatan umat Islam.

Mengenai itu, Allah Swt. berfirman:

‫وإذا أردنا أن تلك قرية أمرنا مترفيها ففسقوا فيها فحق عليها القول قدمرتها تدميرا‬

"Dan, jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu Maka, sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan Kami) Kemudian, Kami hancurkan negeri itu sehancur hancurnya."
(QS. al-Istaa' [17] 16)

‫ أزوجا منهم زهرة الحيوة الدنيا لتفتهم فيه ورزق ربك خير وأبقى‬،‫وال تمدن عينيك إلى ما متعنا به‬

"Dan, janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai
mereka dengannya Dan, karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal " (QS
Thaahaa (20) 131),
‫وأصبر نفسك مع الذين يدعون ربهم بالغدوة والعشي يريدون وجهه وال تعد عيناك عنهم تريد زينة الحيوة الدنيا‬

"Dan, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya


di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini..." (QS. al Kahfi (18]: 28)

‫يأخذون عرض هـذا األدنى ويقولون سيغفر لنا‬

Yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, Kami akan diberi
ampun" (QS al-A'raaf (7]: 169).

Nabi Muhammad Saw telah mengingatkan bahwa bergelimangnya harta dan bermewah-
mewahan dalam hidup merupakan sumber kelalaian. Beliau adalah orang yang mulia, hidup
dalam kesederhanaan dan kebersahajaan. Beliau bersabda

"Maka, demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan dari kalian. Tetapi, yang
kutakutkan adalah jika dunia dibentangkan untuk kalian, sebagaimana telah dibentangkan atas
orang-orang sebelum kalian Lalu, kalian pun berlomba-lomba mengejarnya, sebagaimana
orang-orang sebelum kalian mengejarnya Hingga akhirnya, (harta itu) membinasakan kalian
seperti membinasakan mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan, Ibnu Umar Ra berkata, "Nabi Muhammad Saw bersabda

Apabila kalian telah berjual beli dengan cara inah, dan kalian telah mulai mengambil ekor
ekor sapi (kiasan bagi orang yang sibuk dengan urusan dunia), lalu kalian telah ridha dengan
bercocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian,
yang tidak akan dicabut hingga kalian kembali kepada agama kalian" (HR. Abu Dawud (2462),
yang di shahih kan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)

Selain itu, Nabi Muhammad Saw. juga bersabda:

"Sesungguhnya, hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian sepeninggalku adalah
sesuatu yang akan dibukakan untuk kalian dari keindahan dan perhiasan dunia" (HR. Bukhari).

Demikianlah, kemewahan dunia bisa membuai dan menjerumuskan manusia kepada


kelalaian, kelemahan, dan kehancuran. Bahkan, para sahabat pun pernah diuji dengan gelimang
harta saat terjadi Perang Uhud, sehingga pasukan pemanah yang harusnya bertahan, akhirnya
turun ke bawah memperebutkan harta ghanimah. Ketika mereka sibuk dengan harta tersebut,
pasukan musuh menghabisi mereka secara membabi buta. Akibatnya, mereka pun mengalami
kekalahan.

Allah Swt. mengingatkan peristiwa tersebut dalam firman Nya berikut:

‫منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد اآلخرة‬

"...Di antaramu, ada orang yang menghendaki dunia, dan di antara kamu ada orang yang
menghendaki akhirat..." (QS. Ali Imran [3]: 152),
BAB III
PENUTUP

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan sebagaimana berikut:


1. Umat Islam berhasil menduduki wilayah Andalusia pada masa Khalifah al-Walid (705-
715 M) yang merupakan salah satu khalifah dari dinasti Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Dalam penaklukan Andalusia, terdapat tiga pahlawan Islam yang paling
berjasa memimpin satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat Islam
pada masa Khalifah Dinasti Bani Umayyah ini  tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan. Faktor eksternal tersebut adalah kondisi
yang terjadi di Andalusia sendiri, Sedangkan faktor internal pendukung masuknya Islam
ke Andalusia adalah kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang
dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Andalusia pada
khususnya.
2. Kekuasaan Islam di Andalusia berlangsung selama 7 abad yang terbagi dalam 6 periode.
Namun secara global dapat dikelompokkan menjadi 3 masa:
a. Merupakan suatu provinsi dari Kerajaan Bani Umayyah di Damaskus. Diperintah
oleh wakil khalifah yang dikirim ke sana, mulai tahun 93-138 H.
b. Diperintah oleh para amir yang berdiri sendiri, terpisah dari kekhalifahan Bani
Abbasiyyah di Baghdad, dimulai oleh Amir Abd ar-Rahman ad-Dakhil pada tahun
138-315 H.
c. Abd ar-Rahman an-Nashir memaklumkan dirinya menjadi khalifah di Andalusia
(Spanyol), yaitu mulai tahun 315-422 H.

Sedangkan kemajuan peradabannya meliputi hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan dan
kemegahan arsitektur bangunan.

3. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12
menimbulkan gerakan “kebangkitan kembali” (renaissance) pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke-14 yang berawal di Italia melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin. Keilmuan Islam
juga memotori terjadinya gerakan-gerakan lain seperti  gerakan reformasi pada abad ke-
16, rasionalisme pada abad ke-17 dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18.
4. Adapun penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol adalah:
a. Konflik Islam dengan Kristen.
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu.
c. Kesulitan Ekonomi.
d. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Negara.
e. Keterpencilan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadin,Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta: kencana,2020)

Aizid Rizem, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: DIVA Press, 2015)

Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009)

el-Fadl Khaled Abou, Musyawarah Buku, Menyusuri Keindahan Islam dari Kitab ke Kitab
(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002)

Ismail Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996)

Mubarok Jaih, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004)

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)

You might also like