You are on page 1of 11

Andalas Dental Journal P a g e | 27

ARTIKEL PENELITIAN

THE ASSOCIATION BETWEEN SEVERITY OF MALOCCLUSSION


WITH CARIES AMONG ADOLESCENTS STUDENTS OF SMKN 3
PARIAMAN
Kartika wulandari1 dan Susi2
1
Faculty of Dentistry Andalas University
2
Departemen of Dental Public Health Faculty of Dentistry Andalas University

ABSTRACT
Malocclussion is one of the most common case in oral health and taking of third position after dental caries
and periodontal disease. Malocclusion is a deviation form from normal occlussion. Malocclussion may caused problems
in oral function, psychosocial problems and oral health problem, one of them is caries. Many of malocclusion character
associated with severity of caries. The aim of this study was to know the association between severity of malocclussion
with caries among adolescents students in SMKN 3 Pariaman. This study use observasional analytics with cross
sectional approach. Sample were adolescents (16-19 years old) in SMKN 3 Pariaman.The sample were 75 students
consisting of 15 students in each of grade complexity of malocclusion. The severity of malocclusion were identification
based ICON (Index of Complexity, Outcome and Need) and caries was assess use DMF-T Index. The data were analyzed
by Kruskal Walis test and Mann-Whitney test. Mean DMF-T students of SMKN 3 Pariaman was 3,00±1,716 (medium
category). DMF-T indeks of malocclusion Easy was 1,466±1,407 (low category), Mild is 1,933±1,222 (low category),
Moderate was 3,133±1,125 (medium category), Difficult was 4,066±1, (medium category), and Very Difficult was
4,400±1,298 (medium category). Mean of DMF-T indeks increased with increasing ICON of malocclusion. Statistical
test result obtained by the p-value (p<0,05). There were association between severity of malocclussion with caries among
adolescents students in SMKN 3 Pariaman.

Key words : malocclussion, ICON, caries, DMF-T index

Affiliasi penulis: 2Departemen of Dental Public Salah satu masalah gigi dan mulut
Health Faculty of Dentistry Andalas University
Korespondensi: Susi yang sering terjadi adalah maloklusi.
email: susiabidin@gmail.com
Maloklusi adalah penyimpangan oklusi
PENDAHULUAN dari keadaan oklusi normal.1,2,3 Maloklusi
Susunan gigi yang tidak teratur dan dapat berupa ketidakteraturan gigi geligi
keadaan oklusi yang tidak sesuai dengan atau yang keluar dari posisi ideal, serta
keadaan normal tentunya merupakan suatu hubungan yang tidak tepat antar rahang
1-
bentuk masalah kesehatan gigi dan mulut. dilihat dari berbagai bidang.3,6,7,8
3
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Maloklusi menempati urutan ketiga
tahun 2013 menunjukkan prevalensi dalam masalah kesehatan gigi dan mulut
nasional untuk masalah gigi dan mulut di setelah karies dan penyakit periodontal.2,3,6
Indonesia adalah sebesar 25,9%, Penelitian yang dilakukan pada gigi
prevalensi ini naik dibanding tahun 2007 permanen di Pakistan tahun 2015
lalu yaitu sebesar 23,4%. Prevalensi menunjukkan prevalensi maloklusi pada
masalah gigi dan mulut Provinsi Sumatera remaja sebesar 75,6%.9 Beberapa peneliti
Barat sebesar 22,2%.4,5 di bidang ortodonti lainnya mengatakan
bahwa prevalensi maloklusi pada remaja

27
Andalas Dental Journal P a g e | 28

Indonesia menunjukkan angka yang sangat di ukur dalam ICON adalah komponen
tinggi. Prevalensi maloklusi remaja estetik, diastema rahang atas dan crowding
Indonesia mulai tahun 1983 sebesar 90% rahang atas, crossbite, relasi vertikal
dan pada tahun 2006 sebesar 89%.2 anterior (openbite dan overbite), dan relasi
Maloklusi biasanya dibedakan antero-posterior segmen bukal. Skor akhir
berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi ICON didapatkan dengan cara menghitung
maloklusi yang paling terkenal adalah setiap komponen dan mengalikan dengan
klasifikasi menurut Angle. Klasifikasi bobot masing-masing kemudian hasilnya
Angle berguna untuk memudahkan dijumlahkan.10-14
seseorang mengingat gambaran Komponen estetik ICON diadaptasi
maloklusi.6,10 Namun, klasifikasi Angle dari IOTN (Index of Orthodontic
tidak menunjukkan tingkat keparahan Treatment Need), sehingga keparahan
maloklusi meskipun terletak pada satu maloklusi juga dihitung dengan melihat
kelas yang sama, sehingga diperlukan komponen estetik gigi anterior. Dilihat dari
adanya suatu ukuran atau acuan dalam cara perhitungannya, ICON lebih mudah
penilaian maloklusi.10 Penilaian maloklusi digunakan karena menggunakan skor
dapat dilakukan dengan menggunakan tunggal yang menggambarkan tingkat
indeks maloklusi. Indeks maloklusi yang keparahan maloklusi dan kebutuhan
dapat digunakan, yaitu Handicapping perawatan.11,12,13,14,15 Selain itu ICON juga
Labio-lingual Deviation Indek (HLD), lebih akurat dalam menentukan kebutuhan
Swedish Medical Board Index (SMBI), perawatan dibandingkan dengan indeks
Dental Aesthetic Index (DAI), Index of lainnya.16
Complexity, Outcome and Need (ICON ), Akibat yang dapat ditimbulkan dari
Peer Assesment Rating Index (PAR), Index berbagai keadaan maloklusi yaitu
of Orthodontic Complexity (IOTC), Index gangguan fungsi mulut, peningkatan
of Orthodontic Treatment Need (IOTN), kemungkinan trauma dan penyakit
dan sebagainya.10,11 periodontal yang mempengaruhi kesehatan
ICON (Index of Complexity, Outcome rongga mulut, serta masalah psikologis
and Need) merupakan indeks maloklusi yang berhubungan dengan estetik dan
yang digunakan untuk menilai tingkat kualitas hidup.3,6,9,17 Karakteristik
keparahan maloklusi, tingkat kebutuhan maloklusi seperti posisi gigi yang
perawatan, dan untuk menilai tingkat abnormal, anterior openbite, kelainan
keberhasilan perawatan. Komponen yang hubungan vertikal dan horizontal rahang
Andalas Dental Journal P a g e | 29

atas dan bawah, pergeseran gigi, dan DMF-T pada berbagai kelompok umur.
4,5,20
kelainan oklusi gigi posterior dapat
menyebabkan gigi kerusakan jaringan Karies gigi adalah penyakit yang
periodontal, sehingga dapat menyebabkan mengenai jaringan keras gigi seperti email,
karies gigi pada daerah servikal gigi.2,3 dentin dan sementum yang disebabkan oleh
Posisi abnormal gigi atau gigi yang tidak berbagai faktor seperti host, agen, diet dan
teratur akan sulit dibersihkan dengan waktu.19,20,21 Faktor waktu memegang
menyikat gigi dan memudahkan retensi peranan cukup penting dalam terjadinya
plak, kemudian mempengaruhi oral karies, suatu karies dapat berkembang
hygiene sehingga memicu peningkatan menjadi suatu kavitas dalam waktu yang
terjadinya karies.2 bervariasi yaitu sekitar 6-48 bulan,
Karies merupakan salah satu penyakit tergantung interaksinya dengan faktor-
yang paling umum terjadi pada negara faktor lain. Selain itu juga terdapat faktor
industri dan negara berkembang, dalam yang mempunyai hubungan sebab akibat
beberapa tahun terakhir telah terjadi dengan terjadinya karies atau disebut juga
perluasan peningkatan terhadap karies.18 faktor resiko. Faktor resiko terjadinya
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun karies yaitu, pengalaman karies,
2013 menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan fluor, oral higiene, jumlah
karies di Indonesia adalah 43,4% dan bakteri, saliva, dan pola makan.19,21
prevalensi pengalaman karies sebesar Shashank dkk (2014) juga melakukan
67,2%.4 Untuk menggambarkan tingkat penelitian mengenai hubungannya karies
keparahan kerusakan gigi permanen gigi permanen dengan tingkat keparahan
biasanya dilakukan penilalian dengan maloklusi menggunakan indeks DAI
menggunakan indeks Decay Missing (Dental Aestetic Index). DMF-T dan
Filling-Tooth atau DMF-T. Data Riset komponen D-T secara signifikan
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 meningkat sesuai dengan peningkatan
menunjukkan angka DMF-T nasional keparahan maloklusi berdasarkan DAI.
Indonesia sebesar 4,6. Angka ini menurun Pada penelitian ini ditemukan adanya
dari tahun 2007 lalu yaitu sebesar 4,85. hubungan antara kejadian karies dengan
Angka DMF-T Sumatera Barat adalah 4,7. tingkat keparahan maloklusi.22
Karies terus meningkat sesuai dengan Carlos dkk (2015) menyatakan bahwa
bertambahnya umur, ini terlihat dari indeks prevalensi dan keparahan karies gigi lebih
besar terjadi pada remaja dengan tingkat
Andalas Dental Journal P a g e | 30

maloklusi berat. Remaja dengan maloklusi Berdasarkan uraian diatas, peneliti


berat atau handicaping mempunyai 31% tertarik untuk mengetahui tentang
kemungkinan lebih besar untuk menderita hubungan antara tingkat keparahan
karies. Berbagai karakter ortodontik yang maloklusi berdasarkan ICON (Index of
berkaitan dengan kejadian dan keparahan Complexity, Outcome and Need) dan karies
karies adalah adanya ketidakteraturan pada pada remaja siswa SMKN 3.
maksila ≥ 3mm dan hubungan molar yang METODE PENELITIAN
23
abnormal. Jenis penelitian yang digunakan
Maloklusi dan karies merupakan adalah rancangan penelitian observasional
masalah kesehatan gigi dan mulut yang analitik dengan pendekatan cross sectional.
paling sering terjadi, baik pada remaja Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
ataupun kelompok umur lainnya.1,2 Remaja Biologi SMKN 3 Pariaman. Waktu
merupakan masa transisi dari anak-anak ke penelitian dilaksanakan pada bulan
dewasa yang ditandai oleh adanya Februari 2016. Sampel dalam penelitian ini
perubahan fisik, emosi, dan psikis. Rentang adalah siswa SMKN 3 Pariaman yang
usia remaja menurut WHO adalah 12-24 memenuhi kriteria sebagai sampel.
tahun, sedangkan menurut Depkes RI dan Metode pengambilan sampel dalam
BKKBN rentang umur remaja Indonesia penelitian dengan menggunakan teknik
adalah 10-19 tahun dan belum menikah. purposive sampling. Setelah dilakukan
Masa remaja terdiri dari tiga tahap, yaitu perhitungan maka didapatkan jumlah
masa remaja awal, masa remaja tengah, sampel pada tiap tingkat keparahan
dan masa remaja akhir.24 Penelitian akan maloklusi adalah 15. Karena terdapat 5
dilakukan pada siswa SMK N 3 Pariaman tingkat keparahan maloklusi maka total
yang berada pada rentang usia remaja akhir sampel adalah 75 orang. Kegiatan
yaitu usia16-19 tahun, karena pada masa penelitian yaitu responden penelitian
ini semua gigi permanen telah tumbuh diminta membaca lembar informasi dan
secara sempurna, kecuali gigi molar 3 mengisi informed concent, pemeriksaan
permanen. Selain itu, pada masa remaja DMF-T , pencetakan rahang responden
akhir semua gigi permanen dirasa sudah untuk mendaoatkan model studi, kemudian
cukup terpapar dengan keadaan rongga lakukan pengukuran tingkat keparahan
mulut yang memungkinkan terjadinya maloklusi dari model studi yang tersedia.
karies.19 Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan Index of Complexity,
Andalas Dental Journal P a g e | 31

Outcome and Need (ICON). Pengukuran melakukan pengukuran diskrepansi jumlah


dilakukan dengan menghitung 5 mesiodistal gigi geligi dengan lebar
komponen, yaitu pengukuran yang pertama lengkung gigi, kemudian catat dan beri
dilakukan adalah pengukuran komponen skor sesuai dengan tabel yang telah ada.
estetik ICON, dengan cara Selanjutnya adalah pengukuran komponen
membandingkan model studi dengan 10 ketiga, yaitu ada tidaknya crossbite,
gambar yang ada, kemudian catat dan beri dengan cara mengoklusikan model studi
skor sesuai gambar yang paling mendekati. rahang atas dan rahang bawah. Kemudian
Kemudian lakukan pengukuran pada pengukuran relasi vertikal anterior yaitu
komponen kedua, yaitu diastema dan pengukuran openbite dan overbite dengan
berdesakan rahang atas. Caranya dengan cara mengoklusikan model studi
Tabel 1 Komponen ICON11,12,13,14

Skor Bo-
No Komponen bot
0 1 2 3 4 5
1 Estetik Skor 1-10 7

2 Berdesakan < 2 mm 2,1–5 mm 5,1–9 9,1–13 13,1– > 17 5


Rahang atas Mm mm 17 mm
mm
Distema < 2 mm 2,1 – 5 mm 5,1 – >9mm Impaks 5
Rahang Atas 9 mm i

3 Croosbite Tidak ada Ada 5


Crossbite Crossbite

4 Openbite Normal < 1 mm 1,1 – 2,1 – >4 4


Anterior 2 mm 4 mm mm

Overbite sampai 1/3 1/3- 2/3 2/3 sampai Seluruh 4


Anterior gigi bagian seluruh bagian
insisiv insisiv insisiv
yang bawah bawah
tertutupi tertutupi tertutup
semua

5 Segmen bukal Hanya relasi Relasi cusp Relasi cusp 3


Antero- cusp ke yang lain to cusp
posterior embrasure, kecuali
Klas I,II dan cusp to
III cusp
Andalas Dental Journal P a g e | 32

Rahang atas dan rahang bawah. maksimum adalah 7. Analisis Bivariat


Komponen kelima yaitu relasi dilakukan untukmelihat Hubungan Indeks
anteroposterior segmen bukal. Setelah DMF-T dengan Tingkat Keparahan
semua komponen diukur dan didapatkan Maloklusi. Analisis bivariat yang
skor masing-masing komponen, digunakan pada penelitian ini adalah
selanjutnya masing-masing komponen Kruskal Walis dengan nilai kemaknaan
dikalikan dengan bobot yang sesuai dengan (p<0,05) karena distribusi data tidak
tabel, kemudian hasil pekalian kelima normal.
komponen dijumlahkan. Dan Tabel 4 Distribusi DMF-T Masing-Masing
didapatkanlah skor akhir ICON. Tingkat Keparahan Maloklusi

Tabel 2 Tingkat Keparahan


Maloklusi.11,12,13

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa


indeks DMF-T rata-rata paling rendah
HASIL PENELITIAN terdapat pada tingkat keparahan maloklusi
Analisis Univariat dilakukan untuk
Easy, yaitu 1,466±1,407. Dan bahwa
melihat distribusi DMF-T rata-rata siswa
indeks DMF-T rata-rata paling tinggi
SMKN 3 Pariaman.
terdapat pada tingkat keparahan maloklusi
Tabel 3 Distribusi DMF-T
Very Difficult, yaitu 4,400±1,298. Nilai
p<0,05 yang berarti bahwa paling tidak
terdapat perbedaan indeks DMF-T yang
bermakna pada beberapa tingkat keparahan
maloklusi.
Untuk melihat hubungan antara
Tingkat Keparahan Maloklusi dengan
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat
Indeks DMF-T digunakan uji Mann-
bahwa indeks DMF-T rata-rata siswa
Whitney dengan nilai kemaknaan (p<0,05).
SMKN 3 Pariaman adalah 3,00±1,716.
Nilai DMF-T minimum pada siswa SMKN
3 Pariaman adalah 0 dan untuk nilai
Andalas Dental Journal P a g e | 33

Tabel 5 Hubungan antara tingkat SMKN 3 Pariaman lebih buruk dibanding


keparahan maloklusi dengan indeks DMF- DMF-T nasional Indonesia yang termasuk
T kategori rendah pada rentang usia yang
relatif sama.
Karies gigi adalah penyakit yang
mengenai jaringan keras gigi seperti email,
dentin dan sementum yang disebabkan oleh
berbagai faktor seperti host, agen, diet dan
waktu.19,20,21 Karies dinyatakan sebagai
penyakit multifaktorial yaitu adanya
beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies.19,32 Faktor lain yang

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat berperanan dalam terjadinya karies, yaitu

bahwa hampir semua tingkat keparahan pengalaman karies, penggunaan fluor, oral

maloklusi menunjukkan perbedaan indeks higiene, jumlah bakteri, saliva, pola

DMF-T yang signifikan (p<0,05), namun makan/gaya hidup dan diet, umur, jenis

pada tingkat keparahan maloklusi Easy- kelamin, dam sosial ekonomi19,21

Mild, Moderate-Difficult, dan Difficult- Pada penelitian ini yang akan

Very Difficult tidak menunjukkan dilihat adalah hubungan tingkat keparahan

perbedaan indeks DMF-T yang signifikan maloklusi dan karies yang akan dilihat

(p>0,05) menggunakan indeks DMF-T. Pada

PEMBAHASAN keadaan maloklusi faktor yang berkaitan

Indeks DMF-T rata-rata siswa dengan terjadinya karies adalah adanya

SMKN 3 Pariaman adalah 3,00±1,716, berbagai karakter maloklusi yang nantinya

dimana rata-rata terdapat 3 buah gigi yang berhubungan dengan penumpukan plak dan

rusak pada setiap remaja. Data Riset mempengaruhi oral hygene. Plak gigi

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 memegang peranan penting dalam

menunjukkan angka DMF-T nasional menyebabkan karies. Plak adalah lapisan

Indonesia pada rentang usia 18 tahun lunak yang terdiri atas kumpulan

(remaja akhir) adalah 1,6.5 Indeks DMF-T mikroorganisme yang berkembang biak di

siswa SMKN 3 Pariaman menurut WHO atas matriks yang terbentuk dan melekat

termasuk kategori sedang, dari hasil erat pada permukaan gigi yang tidak

penelitian terlihat bahwa DMF-T siswa dibersihkan. Insiden karies dapat dikurangi
Andalas Dental Journal P a g e | 34

dengan menjaga oral higiene dengan sedang. Indeks DMF-T untuk tingkat
melakukan penyingkiran plak secara keparahan maloklusi Very Difficult adalah
19
mekanis dari permukaan gigi. 4,400±1,298, berdasarkan kategori WHO
Karakter maloklusi yang lain juga tergolong pada kategori sedang. Indeks
berhubungan dengan penurunan fungsi DMF-T untuk tingkat keparahan maloklusi
saliva, seperti openbite, peningkatan Easy adalah 1,466±1,407, berdasarkan
overjet, dan lain-lain. Selain mempunyai kategori WHO tergolong pada kategori
efek bufer, saliva juga berguna untuk rendah.
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam Terdapat berbagai karakter
mulut. Pada individu yang berkurang ortodontik/maloklusi yang berkaitan
fungsi salivanya, maka aktivitas karies dengan kejadian dan keparahan karies.22
akan meningkat secara signifikan. 1 Peningkatan overjet berhubungan dengan
Berdasarkan uji yang sudah peningkatan kemungkinan trauma, serta
dilakukan, terdapat hubungan yang oral hygene yang buruk yang
signifikan (p<0,05) antara tingkat meningkatkan resiko poket periodontal,
keparahan maloklusi dan indeks DMF-T gingivitis dan karies.11 Kasus anterior open
pada remaja. Tabel 5.4 menunjukkan bite juga dapat menyebabkan karies gigi.
bahwa semakin tinggi tingkat keparahan Remaja dengan peningkatan overjet dan
maloklusi, maka semakin tinggi indeks anterior open bite cenderung bernafas
DMF-T. Indeks DMF-T untuk tingkat lewat mulut dan menyebabkan penurunan
keparahan maloklusi Easy adalah aliran saliva. Keadaan mulut yang kering
1,466±1,407, berdasarkan kategori WHO akibat penurunan aliran jumlah saliva
tergolong pada kategori rendah. Indeks memudahkan mikroorganisme kariogenik
DMF-T untuk tingkat keparahan maloklusi penyebab karies gigi berkembang biak.2
Mild adalah 1,933±1,222, berdasarkan Ketidakteraturan pada maksila ≥
kategori WHO tergolong pada kategori 3mm dan hubungan molar yang abnormal
rendah. Indeks DMF-T untuk tingkat juga berkaitan dengan kejadian dan
keparahan maloklusi Moderate adalah keparahan karies.22 Kondisi gigi-geligi
3,133±1,125, berdasarkan kategori WHO yang berjejal atau terjadi perubahan titik
tergolong pada kategori sedang. Indeks kontak mengakibatkan makanan terselip
DMF-T untuk tingkat keparahan maloklusi disela-sela gigi akan sulit dibersihkan
Difficult adalah 4,066±1,437, berdasarkan dengan menyikat gigi dan memudahkan
kategori WHO tergolong pada kategori retensi plak, kemudian mempengaruhi oral
Andalas Dental Journal P a g e | 35

hygiene sehingga memicu peningkatan keparahan maloklusi berdasarkan DAI.21


terjadinya karies.2 Hal ini sesuai dengan Dalam penelitian lain yang dilakukan
penelitian Cahyadi (1997), anak dengan Adhani (2014) disampaikan bahwa
skor OHI-S rendah akan lebih rendah terdapat perbedaaan indeks karies antara
karies.37 Kelainan oklusi gigi posterior maloklusi berat dan maloklusi ringan pada
dapat menyebabkan gigi kerusakan remaja.2
jaringan periodontal, sehingga dapat Indeks DMF-T pada tingkat
menyebabkan karies gigi pada daerah keparahan maloklusi Easy dan Mild
3,18
servikal gigi. tergolong kategori rendah dan tingkat
Maloklusi yang parah dapat keparahan maloklusi Moderate, Difficult,
menimbulkan kesulitan menggerakkan Very Difficult tergolong kategori sedang.
rahang (gangguan TMJ dan nyeri).29 Hal ini sesuai dengan penelitian Carlos dkk
Gangguan TMJ Gangguan sendi rahang (2015) yang menyatakan bahwa prevalensi
dapat menyebabkan kelainan mengunyah dan keparahan karies gigi lebih besar
pada satu sisi rahang yang memicu terjadi pada remaja dengan tingkat
terjadinya karies gigi di sisi yang tidak maloklusi berat. Remaja dengan maloklusi
melakukan pengunyahan. Gigi geligi pada berat atau handicaping mempunyai 31%
sisi rahang yang tidak melakukan aktivitas kemungkinan lebih besar untuk menderita
pengunyahan makanan terjadi penurunan karies.22
aliran jumlah saliva yang akan Untuk mengetahui hubungan tiap
menyebabkan gigi-geligi rentan terjadi tingkat keparahan maloklusi digunakan uji
karies.2Terdapat perbedaan indeks DMF-T Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-
pada tiap tingkatan keparahan maloklusi, Whitney (tabel 5.5) dapat dilihat bahwa
dimana terjadi peningkatan indeks DMF-T tidak terdapat hubungan yang signifikan
pada peningkatan tingkat keparahan (p>0,05) antara tingkat keparahan Easy-
maloklusi (tabel 5.4). Hal ini sesuai dengan Mild, Moderate-Difficult dan Difficult-Very
penelitian yang dilakukan Shashank dkk Difficult. Hal ini disebabkan karena jarak
(2014) mengenai hubungannya karies gigi tingkat keparahan maloklusi yang
permanen dengan tingkat keparahan berdekatan sehingga tidak terdapat
maloklusi menggunakan indeks DAI perbedaaan yang terlalu mencolok.
(Dental Aestetic Index). DMF-T dan Meskipun tidak terdapat hubungan
komponen D-T secara signifikan berdasarkan uji statistik namun dari tabel
meningkat sesuai dengan peningkatan
Andalas Dental Journal P a g e | 36

5.4 terlihat bahwa terdapat perbedaan Pedodontics and Preventive Dentistry. 2014;
32(4)
indeks DMF-T. Downloaded free from http://www.jisppd.com
on Wednesday. October 14, 2015. IP:
KESIMPULAN 223.255.231.150
9. Assad A., dkk. Prevalence of Malocclusion and
Berdasarkan penelitian yang its Relationship with Dental Caries in A
dilakukan mengenai hubungan tingkat Sample of Pakistini School Children. Pakistan
Oral & Dental Journal. 2015; 35(2)
keparahan maloklusi dengan karies pada 10. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya.
Airlangga University Press. 2009
remaja siswa SMKN 3 Pariaman, maka 11. Borzabadi A. dan Farahani. An Overview of
Selected Orthodontic Treatment Need Indices,
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat Principles in Contemporary Orthodontics, Dr.
Silvano Naretto (Ed.). InTech. 2011; ISBN:
hubungan antara tingkat keparahan 978-953-307-687-4
maloklusi dengan karies yang dilihat Available from:
http://www.intechopen.com/books/principles-
menggunakan indeks DMF-T pada remaja. in-contemporarymorthodontics/an-overview-
of-selectedorthodontictreatment-need-indices
KEPUSTAKAAN 12. Daniel C. dan Richmond S. The Developmental
1. Laguhi VA., dkk. Gambaran Maloklusi dengan of The Index of Complexity, Outcome and
Menggunakan HMAR pada Pasien di Rumah Need (ICON). J Orthod. 2000;27:149-162
Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam 13. Rosalia S., dkk. Gambaran Tingkat Keparahan
Ratulangi Manado. Jurnal e-GiGi. 2014;2(2) Maloklusi dan Kebutuhan Perawatan
2. Adhani R., dkk. Perbedaan Indeks Karies Menggunakan Index of Complexity, Outcome
antara Maloklusi Ringan dan Berat pada and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair.
Remaja di Ponpes Darul Hijrah Martapura. Orthodontic Dental Journal. 2011; 2 (1):26-32
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014; 2(1):13- 14. Aikins EA., dkk. Orthodontic Treatment Need
17 and Complexity among Nigerian Adolescents
3. Shenoy RP., dkk. Malocclusion and in Rivers State, Nigeria. Hindawi Publissing
Orthodontic Treatment Need among High Corporation. International Journal of Dentistry.
School Students in Mangalore City India. 2011; Article ID 813523, 6 pages
IBIMA Publissing. JMED Research. 2014. 15. Urtane I., dkk. Severity of Malocclusion and
http:/www.ibimapublissing.com/journals/JME Need for Orthodontic Treatment in
D/jmed.html Correspondence wth The Age. Stomatologija.
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 2006;
Laporan hasil riset kesehatan dasar nasional 8(2)
tahun 2007 Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes 16. Costa RN., dkk. Validity of Two Occlusal
RI, 2008; p. 130-147 Indeces for Determining Orthodontic
5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Treatment Needs of Patients Treated in a
Laporan hasil riset kesehatan dasar nasional Public Universityin Belo Horizonte, Minas
tahun 2013 Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Gerais State, Brazil. Cad Saude Publica.
RI, 2013; p. 110-119 2011;27(3):581-590
6. Uzuner FD., dkk. Angle’s Classification Versus 17. Profit WR., dkk. Contemporary Orthodontics,
Dental Aesthetic Index in Evaluation of 4th ed. St Louis CV Mosby Co. 2007:3-22
Malocclusion among Turkish Orthodontic 18. Felton A., dkk. Basic Guide to Oral Health
Patients. J Dent Apps. Austi Publishing Education and Promotion, 2th ed. New Delhi:
Group.2015;2(3):168-173 Wiley-Blackwell. 2014;73-83
7. Nalcaci R., dkk. The Relationship of 19. Pintauli S. dan Hamada T. Menuju Gigi dan
Orthodontic Treatment Need with Periodontal Mulut Sehat, Pencegahan dan Pemeliharaan.
Status, Dental Caries and Sociodemographic USU Press. Medan. 2008
Factors. The Scientific World Journal. 2012; 20. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis, Ed 2.
Article ID 498012. 6 pages Yogyakarta. CV Quantum Sinergis Media.
8. Damle D., dkk. A Study of Occurrence of 2014;51-135
Malocclusion in 12 and 15 Year Age Group of 21. Taringan R. Karies Gigi, ed 2. EGC. Jakarta.
Children in Rural and Backward Areas of 2012;15-22
Haryana, India. Journal of Indian Society of 22. Shasank SG., dkk. Dental Caries and its
Relationship to Malocclusion in Permanent
Andalas Dental Journal P a g e | 37

Dentition among 12-15 Year Old School Going 30. Rahardjo P. Diagnosis Ortodontik. Surabaya:
Children. Journal of International Oral Health. Airlangga University Press. 2011;
2014;6(5): 27-30 31. Putri MH., dkk. Ilmu Pencegahan Penyakit
23. Carlos AF., dkk. Impact of Malocclusion and Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi.
Dentofacial Anomalies on the Prevalence and EGC. 2009;154-161
Severity of Dental Caries among Adolescents. 32. Koernati I. Perkembangan Perawatan Gigi
January 2015. Angle Orthodontist. Vol 00. No. Masa Depan. Andalas University Press.
0, 0000 2006;116-135
24. Widyastuti, dkk. Kesehatan Reproduksi. 33. Irma IZ. dan Ayu SI. Penyakit Gigi, Mulut dan
Yogyakarta. Fitramaya. 2009;10-20 THT. Yogyakarta. Nuha Medika. 2013;18-26
25. Harty FJ., dan Ogston R. Kamus Kedokteran 34. Hongini SY. dan Aditiawarman M. Kesehatan
Gigi, Jakarta. EGC. 1993;189 Gigi dan Mulut. Pustaka Reka Cipta. 2012;37-
26. Hassan R. dan Rahimah A. Occlusion, 51
Malocclusion and Method of Measurement An 35. Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Overview. J Orofacial Sci. 2007;2: 3-9. Yogyakarta. Mitra Medika Press. 2011;67
27. Thomson H. Oklusi, Ed 2. Jakarta. EGC. 2007
36.Cypriano S., dkk. Evaluation of Simplified
28. Suminy D dan Zen Y. Hubungan antara
DMF-T Indices in Epidemiological Survey of
maloklusi dan hambatan saluran pernapasan
Dental Caries. Rev Saude Publica. 2005;39(2)
Kedokteran Gigi Scientific Journal in
Dentistry; FKG Trisakti; 2007; 22(1): 32-3. 37.Cahyadi NS. Faktor-Faktor yang Berhubungan
29. Need dan demand serta akibat dari maloklusi dengan Status Karies Gigi Anak Sekolah Dasar
pada siswa SMU Negeri 1 Binjai. 2011 Kelas 6 di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
[internet] Available from: Utara Tahun 1997. Tesis. Fakultas Kesehatan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 Masyarakat Universitas Indonesia
/18207/4/Chapter%20II.pdf.

You might also like