Professional Documents
Culture Documents
doi https://doi.org/10.20886/jppdas.2020.4.2.103-120
ABSTRACT
Umbulrejo Village, Ponjong, Gunungkidul has karst and non-karst landforms with several
water sources including springs, rivers, and wells that can be used to meet daily water needs.
The existence of ponor and diaklas in karst landforms in this village can be a gateway for
pollutants from the surface to groundwater. This causes the water sources in the karst
landforms to be susceptible to pollution. This study aims to determine the zonation of
groundwater vulnerability by using two methods, namely the COP (Concentration of Flow,
Overlaying Layers, Precipitation) and APLIS (Altitude, Slope, Lithology, Infiltration, Soil)
methods, and to analyze the quality of water sources in each of the vulnerable zones of
groundwater. Zoning of groundwater vulnerability using the COP method in the study area
resulted in 4 classes of vulnerability, which were low, medium, high and very high, whereas
using the APLIS method produced low and medium classes. The areas classified as moderate,
high, and very high vulnerable zone of groundwater lied on limestone or karst landform. The
water turbidity, TSS, TDS, DO, and hardness met the water quality standard, while COD did
not meet the standard. The high concentration of COD indicated contamination of
groundwater by human activities, especially in the karst landforms. The hardness parameter
has a representative value to the zonation level of groundwater vulnerability. The higher the
level of groundwater vulnerability was the higher concentration of groundwater hardness.
Hardness is caused by natural solutional processes of limestone in the research area.
ABSTRAK
Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul memiliki bentuk lahan karst dan non-karst dengan
beberapa sumber air diantaranya mata air, sungai, dan sumur yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan domestik warga. Adanya ponor dan diaklas (rekahan) pada bentuk
lahan karst di desa ini dapat menjadi pintu masuk polutan dari permukaan menuju air
bawah permukaan. Hal ini menyebabkan sumber air pada bentuk lahan karst rentan
terhadap pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zonasi tingkat kerentanan
air tanah dengan menggunakan dua metode penilaian yaitu metode COP (Concentration of
Flow, Overlaying Layers, Precipitation) dan APLIS (Altitude, Slope, Lithology, Infiltration, Soil)
serta untuk menganalisis kualitas sumber air pada tiap zonasi kerentanan yang dihasilkan
dari kedua metode tersebut. Zonasi kerentanan air tanah dengan metode COP di daerah
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 103
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
penelitian menghasilkan 4 kelas kerentanan yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi
sedangkan dengan metode APLIS, zonasi kerentanan menghasilkan kelas rendah dan
sedang. Daerah dengan zona kerentanan air tanah kelas sedang, tinggi dan sangat tinggi
terletak pada bentuk lahan batugamping. Berdasarkan hasil laboratorium kualitas air,
parameter kekeruhan, TSS, TDS, DO, dan kesadahan sesuai baku mutu, sedangkan COD tidak
sesuai dengan baku mutu. Tingginya konsentrasi COD menunjukan adanya pencemaran air
tanah oleh aktivitas manusia terutama yang berada didaerah pada bentuk lahan karst.
Parameter kesadahan memiliki nilai yang representatif terhadap tingkat zonasi kerentanan
air tanah. Semakin tinggi tingkat kerentanan air tanah, ditunjukkan pula dengan semakin
tingginya konsentrasi kesadahan air tanahnya. Kesadahan disebabkan oleh proses alami
pelarutan batu gamping yang ada di daerah penelitian.
Kata kunci: Kerentanan air tanah; COP; APLIS
104 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
Akibat dari hal tersebut, perombakan Daly et.al (2002) COST Action 620 yang
kontaminan oleh mikroorganisme dan dimulai pada tahun 1997 mengusulkan
oleh proses fisik dan kimia, yang biasanya adanya metodologi yang objektif untuk
terjadi secara efektif di dalam zona tanah melakukan penilaian dan pemetaan
menjadi sangat lemah di daerah karst ini terkait dengan kerentanan intrinsik dan
(Leibundgut, 1998). Sistem aliran air tanah spesifik di lingkungan karst dengan
ditentukan oleh pengaturan hidrogeologis mempertimbangkan potensi resiko dari
seperti jenis formasi, kedalaman air tanah, suatu daerah yang diteliti. Metode yang
umur air tanah, pengendalian diusulkan tersebut ialah metode COP dan
pengangkutan kontaminan yang progresif, APLIS, sehingga pemilihan metode
dan penentuan kerentanan air tanah tersebut dilakukan guna mendapatkan
intrinsik (Machiwal, Jha, Singh, & Mohan, metode yang sesuai untuk diterapkan
2018). pada daerah kajian yang memiliki bentuk
Terdapat macam-macam metode yang lahan karst dan non-karst.
dapat digunakan untuk mengetahui dan Berdasarkan pembahasan khususnya
memberikan penilaian terhadap tingkat mengenai sumber air yang ada di daerah
kerentanan air tanah. Beberapa metode penelitian, tujuan dari penelitian ini
yang telah diadaptasi menurut Attoui, adalah sebagai berikut : (1) Mengetahui
Kherci, & Bousnoubra (2012) antara lain zonasi tingkat kerentanan air tanah karst
adalah DRASTIC, VLDA, COP, GOD, dengan menggunakan dua metode
SINTAGS, dan APLIS. penilaian yaitu metode COP dan APLIS,
Metode-metode ini disajikan dalam dan (2) Mengetahui dan menganalisis
bentuk sistem numerik yang didasari oleh kualitas sumber air baku pada tiap zonasi
beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan yang dihasilkan dari kedua
sistem hidrogeologi pada masing-masing metode tersebut. Aplikasi metode COP
daerah penelitian. Dengan kata lain, dan APLIS biasa digunakan dalam
metode yang digunakan tetap penentuan zonasi kerentanan air tanah
membutuhkan penyesuaian terhadap pada suatu wilayah yang terdiri dari
kondisi hidrogeologi daerah yang akan bentuk lahan karst dan non-karst. Desa
dikaji serta ketersediaan data yang dimiliki Umbulrejo, Ponjong, Gunung Kidul adalah
oleh peneliti. Penilaian kerentanan air lokasi penelitian yang belum pernah dikaji
tanah adalah komponen penting dari sebelumnya dan menarik karena terdapat
perlindungan dan pengelolaan air tanah. bentuk lahan karst dan non-karst.
Penilaian semacam itu adalah cara Perbedaan variable yang digunakan pada
sederhana untuk mengevaluasi risiko metode COP dan APLIS akan dianalisis
kontaminasi akuifer (Abdullah, Ali, Al- pada skala dan lokasi penelitian yang
Anshari, & Knutsson, 2020). Penilaian sama. Selain itu, kualitas air pada masing-
kerentanan air tanah umumnya tidak masing zonasi kerentanan yang terbentuk
dapat dilakukan di lapangan, tetapi dari kedua metode tersebut akan
didasarkan pada evaluasi dan analisis data dibandingkan.
lapangan (Oke & Fourie, 2017). Menurut
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 105
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
Gambar (Figure) 1. Peta administrasi daerah penelitian (Administration maps of study area)
Sumber (Source): Peta Rupa Bumi Indonesia (Map of Rupa Bumi Indonesia)
106 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 107
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
terdapat dua sub-faktor yaitu tanah (Os) variabel maupun sub-variabel pada
dan lapisan litologi batuan yang berada di metode ini dapat dilihat pada Gambar 2,
atas akuifer (OL). Faktor C mewakili nilai 3, 4, dan Gambar 5. Total nilai yang
pengurangan akan perlindungan terhadap didapat didapatkan berdasarkan hasil
akuifer oleh lapisan atasnya, ketika air perkalian ketiga variabel yang dapat
terkonsentrasi masuk ke dalam akuifer dilihat pada Persamaan 1.
melalui ponor (swalow hole) atau ketika Indeks COP = C . O . P.............................(1)
air masuk secara autogenik (masuk
melalui rekahan-rekahan atau aliran Dimana :
C = total faktor C (sv . dh . ds)/(sv . sf)
difus). Dalam evaluasi dari faktor C O = total faktor O (OL + OS)
diperlukan penilaian terhadap 3 sub- P = total faktor P (PQ + Pt)
faktor untuk aliran melalui ponor yaitu
Menurut Machiwal et al (2018),
tingkat vegetasi serta kemiringan lereng
metode COP dapat diterapkan pada
(sv), jarak ke ponor (dh), dan jarak ke
kondisi suatu daerah yang memiliki
sungai tenggelam (ds) dan 2 sub-faktor
kondisi iklim yang berbeda dan dapat
untuk aliran secara autogenik yaitu tingkat
diterapkan pula untuk sistem akuifer
vegetasi serta kemiringan lereng (sv) dan
karbonat yang memiliki sistem aliran difus
keberadaan fitur di permukaan (sf). Faktor
maupun konduit. Metode ini juga dapat
P mewakili pengaruh dari tingkat curah
diterapkan pada skala lokal (tingkat
hujan dalam laju infiltrasi dan kemampuan
akuifer atau cekungan) serta skala
untuk membawa kontaminan menuju ke
regional. Fleksibilitas dari metode ini
dalam air tanah. Terdapat 2 sub-faktor P
menjadikan metode COP lebih praktis
yaitu kuantitas presipitasi (PQ) dan nilai
untuk pengembangan strategi yang sesuai
distribusi temporal hujan (Pt) yang diukur
dalam menentukan sistem perlindungan
pada saat bulan basah (Nanou & Zagana,
air tanah yang tepat.
2018). Nilai skor pada masing-masing
108 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
Gambar (Figure) 2. Diagram metode COP menunjukkan diferensiasi faktor O (COP method diagram shows the
differentiation of factor O)
Sumber (Source): Nanou & Zagana (2018)
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 109
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
V = (A+P+3L+I+S)/0,9 .........................(2)
Dimana :
V = nilai kerentanan (vulnerability)
A = skor ketinggian (altitude)
P = skor kemiringan lereng (slope)
L = skor litologi (Lithology)
I = skor infiltrasi (Infiltration)
Gambar (Figure) 5. Diagram metode COP S = skor jenis tanah (Soil)
menunjukkan nilai indeks
COP (COP method
diagram shows the score
Oleh adanya kesamaan tersebut,
of COP index) metode APLIS digunakan untuk mengukur
Sumber (Source): Nanou & Zagana (2018) nilai kerentanan air tanah terhadap
Metode kedua yang digunakan ialah pencemaran intrinsik sebagai asumsi
metode APLIS yang merupakan untuk tingkat perlindungan fisik pada
metodologi parametrik yang akuifer terhadap adanya pencemaran.
memperhitungkan 5 variabel utama Pada masing-masing variabel diberi skor
dengan didasarkan pada analisis SIG. terhadap tingkat pengaruhnya terhadap
Variabel-variabel tersebut ialah Altitude pencemaran air tanah. Skor dari masing-
(A), slope (P), Lithology (L), Infiltration (I), masing variabel (Tabel 1) memiliki rentang
dan Soil (S) (Farfán, Corvea, & nilai sebesar 1 – 10, dimana untuk nilai 1
Bustamante, 2010). Metode ini memiliki memberikan pengaruh yang kecil
variabel-variabel yang sama dengan terhadap tingkat kerentanan, sedangkan
pengukuran tingkat kerentanan pada untuk nilai 10 memberikan pengaruh yang
media porus. Variabel tersebut akan lebih besar (Widiastuti, 2012). Hasil dari
digunakan untuk menghitung total nilai nilai kerentanan menggunakan metode ini
kerentanan dengan menggunakan memiliki 5 klasifikasi kelas yaitu sangat
Persamaan 2. rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat
tinggi (Tabel 2).
110 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
Tabel (Table) 1. Skoring pada metode APLIS (Scoring on the APLIS method)
Variabel Skor
Klasifikasi (Classification)
(Variable) (Score)
≤ 300 mdpal 1
300 – 600 mdpal 2
600 – 900 mdpal 3
900 – 1200 mdpal 4
Ketinggian 1200 – 1500 mdpal 5
(Altitude) 1500 – 1800 mdpal 6
1800 – 2100 mdpal 7
2100 – 2400 mdpal 8
2400 – 2700 mdpal 9
> 2700 mdpal 10
≤ 3% (≤ 1,35°) 10
3 – 8 % (1,35 – 3,6°) 9
8 – 16 % (3,6 - 7,2°) 8
16 – 21 % (7,2 - 9,45°) 7
Kemiringan
21 – 31 % (9,45 - 13,95°) 5
Lereng
31 – 46 % (13,95 - 20,7°) 4
(Slope)
46 – 76 % (20,7 - 34,2°) 3
76– 100 % (34,2 - 45°) 2
> 100 % (>45° (imbuhan minimal dan tidak berubah)(minimum
1
recharge and not change))
Batugamping dan dolomit terkarstifikasi (Limestone and karstified
9-10
dolomite)
Marmer dengan rekahan,gamping dan dolomit terkarstifikasi sedang
(Marble with fractures, limestone and dolomite is moderately 7-8
Litologi karstified)
(Lithology) Batugamping dan dolomit bercelah (Limestone and cracked dolomite) 5-6
Pasir dan kerikil koluvial (Coluvial sand and gravel) 4
Napal, breksi dan konglomerat (Marl, breccia and conglomerates) 3
Batuan plutonik dan metamorf (Plutonic and metamorphic rocks) 2
Skis, slate, dan lempung (Skis, slate, and clay) 1
Zona infiltrasi utama (Main infiltration zone) 10
Pasiran (sands) 9
Pasir debuan, pasir berlempung (silty sands, loamy sands) 8
Geluh berpasir, geluh (sandy loam, loams) 7
Infiltrasi Geluh debuan (silty loam) 6
(Infiltration) Geluh lempung, geluh lempung debuan (clay loam, silty clay loam) 5
Debu (silt) 4
Lempung pasiran (sandy clay) 3
Lempung debuan (silty clay) 2
Lempung (clay) 1
Lithosols 10
Albic arenosols dan Calcic xerosols 9
Rendzina, Calcareous regosols, dan Fluvisols 8
Eutric dan Distric regosols, dan Solonhacks 7
Tanah Calcic cambisols 6
(Soil) Eutric cambisols 5
Eutric histosols, Orthic, dan Calcic luvisols 4
Chromic luvisols 3
Planosols 2
Chromic Vertisols 1
Sumber (Source) : Andreo, Vías, Durán, Jiménez, López-Geta, & Carrasco (2008)
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 111
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
Tabel (Table) 2. Klasifikasi kelas kerentanan klasifikasi total nilai indeks kerentanan
metode APLIS (Vulnerability
classes of APLIS method)
yaitu Rendah (2-4), Sedang (1-2), Tinggi
Nilai Kerentanan Kelas kerentanan (0,5-1), dan Sangat Tinggi (0-0,5) yang
(Vulnerability (Vulnerability classes) disajikan pada Gambar 6 dan 7. Area dari
Sccore)
≤20 Sangat rendah (Very Low) zona kerentanan dengan klasifikasi kelas
20 – 40 Rendah (Low) Rendah memiliki persentase luas sebesar
40 – 60 Sedang (Moderate) 57,93%, kelas Sedang sebesar 5,76%, kelas
60 – 80 Tinggi (High)
80 – 100 Sangat Tinggi (Very High) Tinggi sebesar 5,12% dan kelas Sangat
Sumber (Source): Andreo et.al (2008) Tinggi sebesar 36,01% dari keseluruhan
area. Kelebihan metode COP ini adalah
Pembagian pada hasil penjumlahan
memiliki pilihan dan penilaian variabel
skor kerentanan dengan bilangan 0,9,
yang lebih kompleks dan
dikarenakan 0,9 merupakan nilai untuk
memperhitungkan daerah karst dan non-
mengansumsikan bahwa besar nilai curah
karst yang masing-masing memiliki
hujan rata-rata yang terjadi setiap
perhitungannya sendiri, sedangkan
tahunnya memiliki nilai mulai dari 8,8%
kekurangan metode COP adalah sistem
sampai 88,8%. Perhitungan terhadap nilai
skoring pada jarak ke ponor yang memiliki
curah hujan juga dibutuhkan guna untuk
rentang nilai cukup besar jika diterapkan
agen imbuhan pada air tanah (Andreo
pada daerah yang sempit, sehingga
et.al., 2008). Studi yang dilakukan oleh
metode ini tidak akan efektif.
Amil, Avcı, Çil, Muhammetoğlu, & Özyurt
Hasil dari kerentanan berdasarkan
(2020), menunjukkan bahwa kinerja
metode APLIS, menggambarkan bahwa
simulasi metode kerentanan sangat
terdapat 2 klasfikasi total nilai indeks
terkait dengan definisi parameter yang
kerentanan yaitu Rendah (20-40) dan
ditetapkan, rentang skor dan bobot pada
Sedang (40-60) yang disajikan pada
masing-masing metode. Parameter serupa
Gambar 8 dan 9. Area dari zona
dengan rentang skor variabel yang
kerentanan dengan klasifikasi kelas
berbeda dapat membuat peta kerentanan
Rendah cenderung lebih mendominasi
yang sangat berbeda pula.
dan tersebar di bagian utara dan barat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN daya daerah penelitian yang memiliki
presentase luas sebesar 54,01%. Zonasi
A. Zonasi Tingkat Kerentanan Air Tanah
kerentanan kelas Sedang cenderung
Semua faktor pada masing-masing tersebar di bagian timur dan tenggara
metode dianalisis dan digabungkan daerah penelitian dengan persentase luas
menggunakan metode tumpangsusun sebesar 45,99%. Kelebihan metode APLIS
atau overlay dengan teknik GIS dan adalah memiliki perhitungan infiltrasi
didapatkan hasil penilaian terhadap nilai dengan mempertimbangkan tekstur dan
dari kerentanan itu sendiri. Hasil dari jenis tanah dan dapat pula digunakan
kerentanan berdasarkan metode COP, untuk perhitungan di berbagai jenisbentuk
menggambarkan bahwa terdapat 4 lahan dengan jenis batuan tertentu
112 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
Gambar (Figure) 6. Peta variabel pada metode COP (Variable maps on COP method)
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
Gambar (Figure) 7. Peta kerentanan air tanah metode COP di DAS Gremeng Desa Umbulrejo, Ponjong,
Gunungkidul (Groundwater vulnerability map using COP method in Gremeng
Watershed of Umbulrejo Village, Ponjong District, Gunungkidul Regency )
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 113
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
Gambar (Figure) 8. Peta variabel pada metode APLIS (Variable maps on APLIS method)
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
Gambar (Figure) 9. Peta kerentanan air tanah metode APLIS di DAS Gremeng Desa Umbulrejo, Ponjong,
Gunungkidul (Groundwater vulnerability map using APLIS method in Gremeng
Watershed of Umbulrejo Village, Ponjong District, Gunungkidul Regency )
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
114 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
karena metode ini memperhitungkan jenis imbuhan dapat pula didasarkan pada
aliran melalui media porus, sedangkan indikasi kerentanan terhadap pencemaran
kekurangan metode APLIS adalah yang berada di daerah tersebut. Jenis
perhitungan terhadap skoring pada penggunaan lahan di suatu daerah dapat
masing-masing variabel yang terbilang menjadi salah satu faktor penentu besar
cukup sederhana dan tidak kecilnya tingkat kerentanan yang mana
memperhitungkan tebal lapisan batuan jenis penggunaan lahan tersebut dikaji
maupun tanah. Sebaran kelas kerentanan dalam penentuan arahan konservasi pada
air tanah karst menggunakan Metode COP daerah imbuhan. Oleh karena itu,
dan APLIS di daerah penelitian dapat penentuan tingkat kerentanan pada suatu
dilihat pada Tabel 3. daerah sangat penting untuk dijadikan
Tingkat kerentanan air tanah juga erat dasar dalam melakukan tindakan
hubungannya dengan konservasi daerah preventif untuk menjaga kualitas air tanah
tangkapan air atau daerah imbuhan. di suatu daerah.
Penentuan arahan konservasi daerah
Tabel (Table) 3. Sebaran kelas kerentanan air tanah karst menggunakan metode COP dan APLIS di daerah
penelitian (Distribution of karst groundwater vulnerability classes using the COP and APLIS
methods in the study area)
Persen dari
Skor Kelas Luas
Total Luas
Metode Kerentanan Kerentanan Daerah Sebaran Dusun (Hamlet
Daerah
(Method) (Vulnerability (Vulnerability (Area) Distribution)
(Percent of
Score) Classes) (ha)
Total Area) (%)
Surodadi, Wanglu,
2–4 Rendah (Low) 839,49 57,93 Sunggingan,
Plalar
Sedang Plalar, Blimbing,
1–2 83,54 5,76
(Moderate) Wirik
COP
Plalar, Dlisen,
0,5 – 1 Tinggi (High) 74,21 5,12
Silingi
Silingi, Wirik,
Sangat Tinggi
0 – 0,5 521,84 36,01 Blimbing,
(Very High)
Sanggrahan, Sladi, Dlisen
Surodadi, Wanglu,
Sunggingan,
20 – 40 Rendah (Low) 782,66 54,01
Plarar, Blimbing, Wirik,
APLIS Silingi
Plalar, Dlisen,
Sedang
40 - 60 666,51 45,99 Blimbing, Wirik,
(Moderate)
Sladi, Sanggrahan, Silingi
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 115
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
Tabel (Table) 5. Konsentrasi parameter kimia kualitas air tanah pada masing-masing zonasi kerentanan
(Concentration of groundwater quality chemical parameters in each vunerability zone)
Parameter Kimia Kualitas Air (Chemical Parameters
of Water Quality)
Kesadahan
Kelas Kerentanan
Metode (Method) COD (mg/L) DO (mg/L) (Hardness)
(Vulnerability Classes)
(mg/L)
Nilai Nilai Nilai
BM* BM* BM*
(Value) (Value) (Value)
Rendah (Low) 9,46 6,86 76,04
Sedang (Moderate) 7,05 6,9 117,91
COP
Tinggi (High) 13,55 7,3 Min. 130,69
10 500
Sangat Tinggi (Very High) 7,25 7,2 6 143,72
Rendah (Low) 8,25 6,4 96,20
APLIS
Sedang (Moderate) 10,4 7,5 117,54
Sumber (Source): Analisis data (Data analyses), 2020
Keterangan (Remark): *BM = Baku Mutu (Quality Standards)
= Nilai melebihi baku mutu (Value exceeds the quality standards)
116 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
Berdasarkan hasil uji kualitas air, dapat lapisan pelindung atasnya (tanah). Juga
dilihat bahwa terdapat beberapa efek vertikal dari lapisan yang lebih
parameter kualitas air yang sesuai dengan protektif dari ponor dan fitur karst terkait
baku mutu diantaranya adalah Kekeruhan, dapat mengurangi fungsi perlindungan
DO, TDS, TSS, dan kesadahan. Hanya keseluruhan dari zona tak jenuh. Oleh
terdapat satu parameter kualitas air yang karena itu, hasil yang didapatkan untuk
tidak sesuai dengan baku mutu yaitu COD. metode COP lebih bervariasi daripada
Berdasarkan konsentrasi kualitas air metode APLIS. Opsi yang diberikan pada
tersebut dapat pula disimpulkan bahwa metode COP lebih banyak dari pada
terdapat beberapa parameter yang metode APLIS khususnya pada aliran air
nilainya tidak berbanding lurus dengan permukaan yang akan masuk ke dalam
zona tingkat kerentanan diantaranya sistem air tanah karst, sehingga membuat
adalah DO, kekeruhan, TDS, dan TSS. metode COP lebih efektif dan bisa
Parameter kekeruhan dan TSS pada diterapkan untuk berbagai kondisi
semua sampel uji adalah sangat baik, hal khususnya di daerah karst dan non-karst
itu dapat disebabkan oleh waktu terutama pada musim hujan, sedangkan
pengambilan sampel yang dilakukan pada untuk musim kemarau belum bisa
musim kemarau sehingga tidak terdapat memberikan hasil yang representatif pada
adanya proses transport sedimen dari setiap zonasi kerentanan karena
permukaan tanah menuju air bawah terbatasnya aliran air yang masuk ke
permukaan. Parameter kualitas air yang dalam air tanah. Disisi lain, Metode APLIS
secara tidak langsung berbanding lurus cukup memberikan gambaran bahwa
dengan hasil zonasi kerentanan adalah daerah yang masuk ke dalam zonasi
kesadahan. Hal ini disebabkan oleh kerentanan lebih tinggi akan cederung
semakin tingginya konsentrasi kesadahan memiliki nilai kualitas air yang rendah.
seiring dengan semakin tingginya tingkat Menurut Jenifer & Jha (2018), perlu
kerentanan suatu area. Tingginya tingkat ditekankan bahwa kerentanan yang lebih
kerentanan didaerah penelitian ini tinggi tidak selalu menunjukkan risiko
disebabkan oleh jenis batuan penyusun pencemaran air tanah yang lebih tinggi
daerah tersebut yaitu batuan karbonat, pula, tetapi lebih tepatnya merupakan
dimana pada model COP dan APLIS, lokasi terjadinya bahaya yang
batuan karbonat ini memiliki bobot yang menentukan risiko aktual pencemaran air
besar dalam penentuan tingkat tanah di wilayah mana pun. Berdasarkan
kerentanan. penelitian dari Kumar, Bansod, Debnath,
Penelitian dari Vías, Andreo, Ravbar, & Thakur, & Ghanshyam (2015), tidak ada
Hötzl (2006), mengatakan bahwa akuifer model penilaian kerentanan yang cukup
Sierra de Líbar memiliki tingkat kuat yang dapat memenuhi kebutuhan
kerentanan yang lebih tinggi daripada semua jenis lingkungan geologi. Setiap
akuifer lainnya terutama karena tingkat wilayah studi memiliki karakteristiknya
karstifikasinya yang tinggi dan hal tersebut sendiri. Jadi, setiap peneliti harus
mengurangi fungsi perlindungan dari memasukkan faktor modifikasi dalam
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 117
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
studinya untuk membuat model itu namun metode COP ini lebih cocok jika
bekerja untuk bidang studinya. Pemilihan diterapkan di lokasi penelitian karena
model untuk area tertentu tergantung sistematika perhitungan nilai dari masing-
pada banyak faktor seperti skala masing variabel yang memiliki klasifikasi
pemetaan, ketersediaan data, pengaturan terpisah sehingga data yang dihasilkan
hidrogeologis dan tujuan analisis cenderung lebih variatif. Metode COP
kerentanan. merupakan metode yang lebih efektif
Zonasi kerentanan air tanah ini dapat untuk diterapkan khususnya pada
menjadi masukan dalam kebijakan dan kawasan bentuk lahan karst dalam
peraturan terkait pengamanan sumber air penentuan tingkat kerentanan air tanah
baku (air tanah dan air permukaan) di suatu daerah dan juga dalam melakukan
daerah karst khususnya dalam penentuan studi terkait dengan pengelolaan sumber
mitigasi bencana yang disebabkan oleh air berupa air tanah yang dilakukan
tercemarnya aliran air tanah di suatu khususnya oleh pemerintah daerah
daerah. Hadžid, Lazovid, & Mulaomerovid- Gunungkidul. Jika ditinjau dari hasil
Šeta (2015) juga mengatakan bahwa penelitian yang diperoleh, pengujian
proses dalam memperkirakan kerentanan terhadap parameter kualitas air
air tanah merupakan proses yang dinamis berdasarkan zonasi kerentanan dengan
dan jika ditetapkan oleh peraturan hukum metode COP dan metode APLIS perlu
di masing-masing negara, hal tersebut dilakukan pula pada musim hujan
dapat menjadi alat terbaik untuk sehingga hasilnya dapat menunjang
mencegah pencemaran air tanah. analisis efektifitas penggunaan metode
Menurut hasil penelitian dari Collignon & COP dan APLIS pada area penelitian
Bensaoula (2016) bahwa peta kerentanan terutama yang terdiri dari bentuk lahan
dapat membantu otoritas lokal suatu karst dan non-karst. Pengambilan sampel
wilayah untuk mengatur tindakan antropis yang dilakukan di dua musim akan
yang memadai dan untuk menetapkan memberikan data yang lebih valid untuk
perencanaan penggunaan lahan yang mengkorelasikan data kualitas air tanah
rasional di suatu wilayah. Peta kerentanan dengan zonasi tingkat kerentanan suatu
air tanah ini dapat menjadi acuan daerah.
khususnya dalam merancang
pembangunan berkelanjutan yang UCAPAN TERIMAKASIH
meminimalisir terjadinya potensi Penelitian ini didanai sepenuhnya oleh
tercemarnya air tanah khususnya oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian
aktvitas manusia. Masyarakat (LPPM) Universitas
IV. KESIMPULAN Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta melalui skema Penelitian
Berdasarkan hasil dan pembahasan Dasar Tahun 2020. Kami mengucapkan
pada penelitian ini didapatkan kesimpulan terima kasih kepada seluruh pihak yang
bahwa kedua metode memberikan telah membantu jalannya penelitian ini,
kelebihan dan kekurangan masing-masing
118 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/P-ISSN:2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 4 No.2, Oktober 2020 : 103-120
@2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 119
Zonasi Kerentanan Air Tanah Menggunakan Metode COP Dan APLIS……… (Ekha Yogafanny, Titi Tiara A., dan Vindy Fadia U)
Kumar, P., Bansod, B. K. S., Debnath, S. K., Oke, S. A., & Fourie, F. (2017). Guidelines
Thakur, P. K., & Ghanshyam, C. to groundwater vulnerability
(2015). Index-based groundwater mapping for Sub-Saharan Africa.
vulnerability mapping models using Groundwater for Sustainable
hydrogeological settings: A critical Development, 5, 168–177.
evaluation. In Environmental Impact https://doi.org/10.1016/j.gsd.
Assessment Review, (51), 38–49. 2017.06.007
https://doi.org/10.1016/j.eiar.2015.0
2.001 Sudarmadji, S., Suprayogi, S., Widyastuti,
M., & Harini, R. (2011). Konservasi
Leibundgut, C. (1998). Vulnerability of mata air berbasis masyarakat di unit
karst aquifers. Karst Hydrology fisiografi Pegunungan Baturagung,
(Proceedings of Workshop W2 held at Ledok Wonosari dan Perbukitan Karst
Rabat, Marocco, April-May 1997). Gunung Sewu, Kabupaten
IAHS Publication (247), 45–60. Gunungkidul. Jurnal Teknosains, 1(1),
42-53. https://doi.org/10.22146
Machiwal, D., Jha, M. K., Singh, V. P., & /teknosains.3990
Mohan, C. (2018). Assessment and
mapping of groundwater Vías, J., Andreo, B., Ravbar, N., & Hötzl, H.
vulnerability to pollution: Current (2010). Mapping the vulnerability of
status and challenges. Earth-Science groundwater to the contamination of
Reviews (185), 901–927. four carbonate aquifers in Europe.
https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2 Journal of Environmental
018.08.009 Management, 91(7), 1500–1510.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2
Moreno-Gómez, M., Martínez-Salvador, 010.02.025
C., Moulahoum, A., Liedl, R., Stefan,
S., & Pacheco, P. (2019). First Steps Widiastuti, A.P. (2012). Zonasi Kerentanan
into an Integrated Karst Aquifer air tanah bebas terhadap
Vulnerability Approach (IKAV). pencemaran dengan metode APLIS di
Intrinsic Groundwater vulnerability Kecamatan Wonosari Kabupaten
analysis of the Yucatan Karst, Mexico. Gunungkidul. Jurnal Bumi Indonesia,
Water, 11(8), 1610. 1(2), 38–46.
https://doi.org/10.3390 /w11081610
Zwahlen, F. (2003). COST action 620:
Nanou, E., & Zagana, E. (2018). Vulnerability and risk mapping for the
Groundwater vulnerability to protection of carbonate (karst)
pollution map for karst aquifer Aquifers final report. Luxembourg.
protection (Ziria Karst system,
120 @2020 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.