You are on page 1of 16

PENGARUH ELEVASI POSISI KEPALA PADA KLIEN STROKE

HEMORAGIK TERHADAD TEKANAN RATA-RATA ARTERIAL,


TEKANAN DARAH DAN TEKANAN INTRA KRANIAL DI RUMAH SAKIT
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011

THE EFFECT OF HEAD ELEVATION ON MEAN ARTERIAL PRESSURE,


BLOOD PRESSURE, AND INTRACRANIAL PRESSURE AMONG
HEMORRHAGIC STROKE PATIENTS IN THE MARGONO SOEKARDJO
HOSPITAL, PURWOKERTO 2011
Supadi
Jurusan Keperawatan Akademi Keperawatan Kemenkes Semarang
Abstract
Stroke result in mortality cases in the developing countries such as Indonesia.
Indonesia Healthcare Ministry reported that stroke was the first rank of death fatality
among hospitalized patients. The disease also has been founded in many countries.
Annual published statistics at The Margono Soekarjo Hospital Purwokerto indicated
that stroke revealed top ten cases in neurologic department. The incidence of stroke
showed steadily increased since 2007. The aim of the study was to investigate the
effect of head elevation on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke at the Margono Soekarjo Hospital Purwokerto on
2011.The study was employed quasi experimental design pre and post test with control
group. This research used analytical descriptive. And, the data was analyzed by t test
dependent and chi square analysis approach. There was significant effect of head
elevation positioning on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke patients after the treatment (p value 0, 00) of
intervention group in the Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. Meanwhile, there
was no significant change of control group on mean arterial pressure, systolic and
diastolic blood pressure, and intracranial pressure (p values were 0,206, 0,761 and
0,092, and 0,058 respectively). The study showed that there was significant effect of
head elevation positioning on mean arterial pressure, blood pressure, and intracranial
pressure among hemorrhagic stroke patients after the treatment (p value 0, 00).

Keywords: head elevation, intracranial pressure, blood pressure, MAP,


hemorrhagic stroke

Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

154
155 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

PENDAHULUAN dilakukan oleh Schneider, dkk (2000


Stroke adalah penyebab dalam Muhammad, 2007) menyatakan
kematian yang utama. Pola penyebab bahwa salah satu penatalaksanaan
kematian di rumah sakit yang utama penurunan peningkatan intra kranial
dari data Kementerian Kesehatan adalah dengan mengatur posisi kepala
Republik Indonesia menyebutkan elevasi 15- 300 untuk meningkatkan
bahwa stroke menempati urutan venous drainage dari cerebral ke
pertama sebagai penyebab kematian di jantung. Elevasi kepala 15- 300 aman
RS. Hal ini teramati pula di banyak sepanjang tekanan perfusi serebral
negara. Stroke merupakan penyebab dipertahankan lebih dari 70 mmHg
kematian nomor tiga setelah penyakit dengan melihat indikator MAP (Mean
jantung dan kanker secara global. Arterial Pressure). Disamping itu
(Kelompok Studi Stroke Perhimpunan tindakan elevasi kepala 15- 300
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, tersebut juga diharapkan venous
2007). return (aliran balik) ke jantung
Stroke hemoragik sekitar 10 - berjalan lebih optimal sehingga dapat
15% mengakibatkan perdarahan intra mengurangi edema intaserebral karena
serebral terhitung dari seluruh stroke perdarahan. Tetapi fenomena di
dan memiliki tingkat mortalitas lebih Rumah sakit Margono Purwokerto
tinggi dari infark serebral. (Nasisi, posisi tidur dengan elevasi kepala 15-
0
2010) 30 belum digunakan secara optimal
Peningkatan intra kranial akan sebagai tindakan karena belum ada
menyebabkan herniasi ke arah batang evidece based nursing practice (bukti
otak sehingga mengakibatkan ilmiah) yang dijadikan sebagai acuan
gangguan pusat pengaturan organ tindakan. Disamping itu berdasarkan
vital, gangguan pernafasan, survey pendahuluan 10 pasien stroke
hemodinamik, kardiovaskuler dan hemorargik yang dilakukan oleh
kesadaran (Anurogo, 2008). peneliti di Rumah sakit Margono di
Oleh karena itu peningkatan dapatkan hasil 7 pasien dengan
intrakranial merupakan kegawat- tekanan darah tidak normal / stabil,
daruratan yang harus diatasi dengan terjadi penurunan kesadaran, mual,
segera. Dalam studi penelitian yang muntah dan MAP rata –rata antara
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 156

60-70 mmHg dengan posisi flat atau


Populasi dalam penelitian ini adalah
elevasi kepala di bawah 15- 300 serta
semua pasien stroke hemoragik
belum adanya SPO ( Standar Prosedur
sedangkan Pengambilan sampel
Operasi ) untuk mengatur posisi
dilakukan dengan metode non
kepala pada pasien dengan kasus
probability sampling melalui
stroke hemoragik.
purposive sampling dengan kriteria
Tujuan penelitian ini adalah untuk inklusi yaitu :a) Pasien stroke
Mengetahui pengaruh elevasi posisi hemoragik dengan perawatan di IGD,
kepala pada klien stroke hemoragik bangsal Asoka, Dahlia dan bangsal
terhadap tekanan rata-rata arterial, Mawar dan Cempaka RSUD Margono
tekanan darah dan tekanan intra Soekarjo Purwokerto b) Usia pasien ≥
kranial di Rumah Sakit Margono 21 tahun c) Pasien dalam kondisi sadar
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. atau koma d)Telah ditegakan
diagnosis medis stroke hemoragik
METODE PENELITIAN
dengan CT scan e) Lama perawatan
Rancangan penelitian yang
minimal 7 hari.
digunakan adalah kuasi eksperimen
Jumlah sampel ada 42 sampel dengan
(pre - post test with control design).
pembagian responden 21 untuk
Penelitian ini bertujuan mencari
kelompok intervensi dan 21 responden
pengaruh elevasi posisi kepala pada
untuk kontrol.
klien stroke hemoragik terhadap
HASIL PENELITIAN DAN
tekanan rata-rata arterial, tekanan
PEMBAHASAN
darah dan tekanan intra kranial di
Rumah Sakit Margono Soekarjo Hasil penelitian pengaruh
Purwokerto. elevasi posisi kepala pada klien stroke
Waktu penelitian mulai bulan hemoragik terhadap tekanan rata – rata
Agustus sampai dengan November arterial, tekanan darah dan tekanan
2011 dan lokasi Penelitian ruang IGD, intra kranial di RS. Margono Soekarjo
Asoka, Dahlia serta ruang Mawar Purwokerto.
RSMS Purwokerto. A. Gambaran umum Responden
Gambaran umum responden stroke
hemoragik yang meliputi Tingkat
157 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

kesadaran, jenis pekerjaan, jenis Pendidikan


pendidikan, umur, nilai GCS, 3 7,1
 Tidak
tekanan darah, MAP dan TIK,
Sekolah
dapat di lihat pada tabel di bawah
 SD 8 19,0
ini :
 SMP 8 19,0
Tabel 4.1 Gambaran umum responden  SMA 18 42,9
stroke hemoragik menurut tingkat  PT 5 11,9
kesadaran, pekerjaan, Jenis kelamin dan
pendidikan. Berdasarkan data gambaran umum
dapat dilihat bahwa sebagian besar
kesadaran klien dalam keadaan
sadar 28 klien (66,7%) sedangkan
Variabel Jumlah Persentase
sisanya 14 klien (33,3%) dalam
Tingkat
keadaan tidak sadar. Jenis
kesadaran :
pekerjaan klien sebagian besar
 Tidak 14 33,3
pensiunan 11 klien (26,2%),
sadar
sedangkan pegawai swasta, buruh,
 Sadar 28 66,7
tidak bekarja, wiraswasta dan tani
Pekerjaan :
masing – masing 2,4 %, 9,5%,
 PNS 8 19,0
11,9%, 14,3% dan 16,7%.
 Buruh 4 9,5
 Tani 7 16,7 Distribusi data masing-masing
 Pensiunan 11 26,2 variabel bila dilihat hasil
 Wiraswasta 6 14,3 perbandingan antara skwness dan
 Pegawai 1 2,4 standar error didapatkan hasil
Swasta kurang dari 2 (dua). Hal ini

 Tidak 1 11,9 menunjukan bahwa distribusi data

bekerja untuk masing – masing variabel

Jenis kelamin adalah normal, sehingga analisis

 Pria 25 59,5 uji T dan Chi squre dapat

 Wanita 17 40,5 digunakan untuk analisis uji


hipotesis.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 158

B. Tekanan darah sistolik dan


dan perlakuan dapat dilihat pada
diastolik, MAP, TIK sebelum
tabel di bawah ini:
dilakukan intervensi.

Tekanan darah sistolik dan


diastolik, MAP sebelum dilakukan
intervensi pada kelompok kontrol

Tabel 4.2 Tekanan darah sistolik dan diastolik, MAP sebelum dilakukan
intervensi pada kelompok kontrol dan perlakuan

Mean
Variabel Kelompok SD Min-Maks 95 % CI
Median
Tekanan Darah Kontrol 169,38 15,20 150-200 162,46-
Sistolik 170,00 176,30
Intervensi 176,05 24,65 130-240 164,82-
172,00 187,27
Tekanan Darah Kontrol 93,76 9,909 80-110 89,25-
Diastolik 90,00 98,27
Intervensi 109,71 14,67 90-150 103,04-
110,00 116,39
MAP Kontrol 120,809 13,16 103-156 114,81-
120,00 126,80
intervensi 132,86 21,64 90-190 123,01-
127,00 142,721

Dari hasil analisis dapat dilihat tinggi yaitu 109,71 mmHg


bahwa rata-rata tekanan darah sistolik dibandingkan dengan kelompok
kelompok intervensi lebih tinggi yaitu kontrol yaitu 93,76 mmHg. Rata –rata
176,05 mmHg, dibandingkan dengan tekanan arterial pada kelompok
tekanan darah sistolik kelompok intervensi lebih tinggi 132, 86
kontrol yaitu 169,39 mmHg. dibandingkan dengan kelompok
Sedangkan rata-rata tekanan darah kontrol 120,80.
diastolik kelompok intervensi lebih
159 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Menurut Roper (2005)


kurang dengan meningkatnya umur,
Penyebab stroke hemoragik sangat
sehingga ia menjadi kurang kuat,
beragam tetapi tekanan darah yang
meskipun masih penting dan bisa
relatif tinggi atau hipertensi sebagai
diobati, faktor risiko ini pada orang
pencetus terjadinya stroke hemoragik
tua.
yaitu perdarahan intraserebral primer
Kelompok Studi Stroke
(hipertensif).
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Sedangkan menurut Sitirios
Indonesia (2007) menjaga agar Mean
(2000), Risiko stroke berkaitan dengan
Arterial Pressure (MAP) sekitar 110
tingkat sistolik hipertensi. Hal ini
mmHg atau tekanan darah sistolik
berlaku untuk kedua jenis kelamin,
(TDS) tidak lebih dari 160 dan
semua umur, dan untuk resiko
tekanan darah diastolic (TDD) 90
perdarahan, atherothrombotik, dan
mmHg akan mengoptimalkan sirkuasi
stroke lakunar, menariknya, risiko
ke organ vital dan mengurangi risiko
stroke pada tingkat hipertensi sistolik
stroke hemoragik.
Tabel 4.3 Tekanan Intrakranial Klien stroke hemoragik sebelum dilakukan intervensi

TIK Jumlah Persentase Valid Percent


Tidak ada TIK 1 2,4 4,8
Ada TIK 20 47,6 95,2
Total 21 50,0 100,0

Dari data di atas terlihat bahwa


Menurut Corwin (2006),
sebagian besar responden
volume darah yang terakumulasi di
memperlihatkan adanya TIK (47,6%),
ruang subarachnoid menyebabkan
sedangkan hanya satu responden yang
peningkatan tekanan di sekitar
tidak menunjukkkan adanya TIK
jaringan otak, sehingga memicu
(2,4%). Ini menunjukkan bahwa
kenaikan tekanan intracranial. Hal ini
pasien dengan stroke hemoragik
selaras dengan hasil penelitian yang
cenderung mengalami peningkatan
menunjukkan bahwa sebagian besar
TIK.
pasien stroke hemoragik mengalami
peningkatan tekanan intracranial.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 160

C. Tekanan darah sistolik dan Tabel 4.4 Tekanan darah sistolik


diastolik, MAP dan TIK sesudah dan diastolik, MAP
dilakukan intervensi sesudah dilakukan
intervensi

Mean
Variabel Kelompok SD Min-Maks 95 % CI
Median
Tekanan Darah Kontrol 167,86 18,81 140-210 159,29-
Sistolik 165,00 176,42
Intervensi 151,81 24,00 110-200 140,88-
150,00 162,74
Tekanan Darah Kontrol 89,90 7,98 80-100 86,30-
Diastolik 90,00 9351
Intervensi 97,95 16,53 70-147 90,42-
100 105,48
MAP Kontrol 117,04 10,01 102-138 112,48-
118,67 121,60
intervensi 116,59 20,00 83-174 107-
113,00 125,70

Dari hasil analisis dapat dilihat dibandingkan dengan kelompok


bahwa rata-rata tekanan darah sistolik intervensi 116,59.
kelompok intervensi lebih tinggi yaitu Menurut The seventh report of
151,81 mmHg, dibandingkan dengan the joint national commitee on
tekanan darah sistolik kelompok prevention, detection, eveluation, and
kontrol yaitu 167,86 mmHg. treatment of high pressure (2006)
Sedangkan rata-rata tekanan darah dalam Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
diastolik kelompok intervensi lebih Simadibrata, et.al, (2006) klasifikasi
tinggi yaitu 97,95 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik
dibandingkan dengan kelompok responden setelah perlakuan masih
kontrol yaitu 89,90 mmHg. Rata–rata relatif tinggi yaitu termasuk hipertensi
tekanan arterial pada kelompok derajat 2 yaitu sistolik ≥ 160 mmHg
kontrol lebih tinggi 117,04 dan diastolik ≥ 110 mmHg.
161 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Sedangkan menurut Matson 70-110 mmHg untuk mempertahankan


(2004) MAP merupakan indikator perfusi jaringan.
yang baik untuk perfusi jaringan dan
monitor saat orang dalam keadaan
kritis. MAP direkomendasikan antara

Tabel 4.5 Tekanan Intrakranial sesudah dilakukan perlakuan pada kelompok


intervensi

TIK Jumlah Persentase Valid Percent


Tidak ada TIK 14 33,3 66,7
Ada TIK 7 16,7 33,3
Total 21 50,0 100,0

Dari kelompok intervensi terlihat Penelitian dengan sampel yang lebih besar oleh
Lim dan Wong (2004) juga melaporkan adanya
bahwa setelah dilakukan penurunan yang signifikan pada TIK dan tekanan
intervensi elevasi kepala sebagian perfusi serebral bila elevasi kepala 30° dilakukan.

besar responden tidak


menunjukkan adanya TIK
(66,7%), sedangkan sepertiganya
masih menunjukkan adanya TIK
(33,3%). Tindakan elevasi kepala
menjanjikan perbaikan pada
pasien dengan stroke hemoragik.

Hasil ini selaras dari suatu studi


oleh Fan (2004)
merekomendasikan penggunaan
elevasi kepala 30° untuk
mengurangi TIK dan memonitor
efek tekanan perfusi serebral pada
pasien dengan cedera kepala.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 162

D. Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada


kelompok kontrol dan intervensi

Tabel 4.6 Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok kontrol

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


Tekanan sistolik Pre klp kontrol 169,38 15,2 0,761
Post klp kontrol 167,85 18,81

TD diastolik Pre klp kontrol 93,76 9,90 0.092


Post klp kontrol 89,90 7,91

Tabel 4.7 Analisis pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


Tekanan sistolik Pre klp intervensi 176,04 24,65 0.00
Post klp intervensi 151,80 24,00
TD diastolik Pre klp intervensi 109,71 14,67 0.00
Post klp intervensi 97,95 16,53

Dari hasil analisa data dapat 0,00. Beberapa sistem balikan


dilihat bahwa tidak ada pengaruh mengatur tekanan darah dalam
yang signifikan tekanan darah pembuluh darah. Salah satu
sistolik dan distolik pada sistem ini dikontrol oleh area
kelompok kontrol sebelum dan vasomotor di pusat
sesudah perlakuan dengan p value kardiovaskuler. Ini merupakan
0,761 dan 0,092 sedangkan kelompok sel saraf di medulla
tekanan darah sistolik dan oblongata, terletak di bagian
diastolik sesudah perlakuan pada inferior batang otak (Tortora dan
kelompok intervensi ada pengaruh Grabowksi, 2002). Pusat
yang signifikan dengan p value vasomotor ini mengontrol
konstriksi viscera dan pembuluh

darah perifer. Bagian ini bekerja terhadap perubahan tekanan darah,


bukan hanya dalam respon hipoksia, dan hiperkapnia, tetapi juga
163 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168
berespon terhadap perubahan
Meskipun pada tahap akhir,
perfusi darah di medulla
kenaikan TIK mengurangi
oblongata (Ganong, 2003). Pada
tekanan perfusi serebral.
tahap awal kenaikan TIK, tekanan
Penurunan perfusi medular ini
darah relative stabil.
akan mengaktifkan reflex iskemia.
Mengakibatkan vasokonstriksi
dan konsekuensi-nya menaikkan
tekanan arteri (Hickey, 2002).

E. Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok


kontrol dan intervensi
Tabel 4.8 Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok kontrol.

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


MAP Pre klp kontrol 120,80 13,16 0,206
Post klp kontrol 117,04 10,01

Tabel 4.9 Analisis pengaruh MAP sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi.

Variabel Kelompok Mean SD Pvalue


MAP Pre klp intervensi 132,86 21,64 0,00
Post klp intervensi 116,59 20,00

Dari hasil analisa data dapat intervensi ada pengaruh yang


dilihat bahwa tidak ada pengaruh signifikan dengan p value 0,00.
yang signifikan MAP pada Dalam hubungannya dengan
kelompok kontrol sebelum dan tekanan intracranial, mekanisme
sesudah perlakuan dengan p value fisiologi yang terjadi di otak
0,206 sedangkan MAP sesudah dikenal dengan istilah
perlakuan pada kelompok autoregulasi aliran darah serebral.
dan glukosa pada saat istirahat
Bila otak berkontribusi hanya 2% (Tortora dan Grabowski, 2002).
dari berat badan, namun Neuron di otak menghasilkan energy
bertanggung jawab terhadap 20% hampir seluruhnya dengan cara
konsumsi tubuh terhadap oksigen mengoksidasi glukosa. Selain itu,
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 164
otak tidak menyimpan glukosa.
mmHg (Dunn, 2022). Tekanan
Sehingga aliran darah serebral
perfusi serebral berhubungan erat
yang konstan diperlukan untuk
terhadap tekanan intracranial. Hal
mempertahankan suplai oksigen
ini berarti perbedaan sistemik
dan glukosa secara
antara mean arterial pressure
teratur( Tortora dan Grabowski,
(MAP) dan tekanan intracranial.
2002). Hal ini dijamin oleh
mekanisme autoregulasi, dimana Menurut hubungan ini, jika

kemampuan pembuluh darah tekanan intracranial meningkat

dalam otak berkonstriksi atau atau MAP menurun, tekanan

berdilatasi untuk mempertahankan perfusi serebral menurun, dan jika

aliran darah yang stabil terhadap MAP meningkat, tekanan perfusi

tekanan perfusi serebral dalam serebral meningkat. Jika tekanan

rentang normal antara 50-140 perfusi serebral dibawah 50


mmHg dapat menyebabkan
hipoksia (kadar oksigen tidak
mencukupi di tingkat jaringan)
dan iskemia ( aliran darah tidak
mencukupi ke jaringan). Jika
tekanan perfusi serebral
meningkat diatas 150 mmHg, hal
ini dapat menyebabkan edema
serebral (akumulasi cairan
interstitial abnormal).

F. Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada


kelompok kontrol dan perlakuan.

Tabel 4.10 Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok
kontrol
TIK Tidak ada TIK Ada TIK Total Pvalue
Pre klp kontrol 1 20 21 0,058
Post klp kontrol 1 20 21
165 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

Tabel 4.11 Analisis pengaruh TIK sebelum dan sesudah tindakan pada kelompok
perlakuan

TIK Tidak ada TIK Ada TIK Total Pvalue


Pre klp intervensi 1 20 21 0,032
Post klp intervensi 14 7 21

Dari hasil analisa data dapat ditunjukkan dari tidak


dilihat bahwa tidak ada pengaruh ditemukannya TIK pada sebagian
yang signifikan PTIK pada pasien. Walaupun elevasi kepala
kelompok kontrol sebelum dan 30° menunjukkan perbaikan pada
sesudah perlakuan dengan p value sebagian pasien, namun posisi ini
0,058 sedangkan PTIK sesudah hanya bermanfaat pada pasien
perlakuan pada kelompok yang mengalami TIK. Namun
intervensi ada pengaruh yang perlu kewaspadaan bagi petugas
signifikan dengan p value 0,032 kesehatan bila menemui pasien
yang menunjukkan TIK normal
Hasil penelitian ini mengindikasi-
pada awal gejala stroke,
kan bahwa elevasi posisi kepala
mengingat perdarahan dapat
30° dapat menghambat aliran
terjadi 3 – 5 hari setelah awal
darah serebral ke otak pada pasien
serangan.
dengan stroke hemoragik. Hal ini

G. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini masih memiliki


kepala pada posisi yang normal
keterbatasan diantaranya, pertama
tidak dilakukan saat pengambilan
tidak adanya pengklasifikasian
sampel penelitian. Ketiga,
kasus stroke hemoragik yang
penilaian adanya peningkatan TIK
berat, ringan dan sedang waktu
dengan gejala Trias PTIK masih
pengambilan sampel penelitian.
belum standar, peneliti
Kedua, saat melakukan pengaturan
menentukan adanya peningkatan
posisi kepala dengan elevasi 15 –
TIK bila ada satu gejala yang
30 derajat dari tempat tidur, fiksasi
muncul dari Trias PTIK.
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 166
165 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168

SIMPULAN DAN SARAN kelompok intervensi di Rumah Sakit


Simpulan Margono Soekarjo Purwokerto.
Dari hasil penelitian ini diperoleh Sedangkan pada kelompok control
gambaran tentang tekanan rata-rata tidak ditemukan perubahan tekanan
arterial (MAP), tekanan darah, dan rata-rata arteri, tekanan darah sistolik
yang memiliki gejala tekanan dan diastolic, dan TIK pada kelompok
intracranial pada klien stroke control dengan p value adalah 0,206,
hemoragik cukup tinggi baik pada 0,761 dan 0,092, 0,058 secara
kelompok control dan perlakuan. berurutan.
Selanjutnya terungkap juga tekanan Saran-saran
rata-rata arterial (MAP), tekanan
Berdasarkan kesimpulan tersebut
darah, dan yang menunjukkan gejala
dapat direkomendasikan hal-hasil
tekanan intrakranial pada klien stroke
sebagai berikut: pertama, perlunya
hemoragik sesudah perlakuan
pengaturan posisi elevasi kepala 30°
menunjukan penurunan pada
untuk menyokong perbaikan aliran
kelompok intervensi, sedangkan
darah arteri pada pasien dengan stroke
kelompok kontrol menunjukan tidak
hemoragik. Kedua, perlunya SOP
ada perubahan nilai MAP, Tekanan
tentang positioning pengaturan posisi
darah dan gejala peningkatan
kepala pada klien stroke hemoragik.
tekananan intrakranial.
Dan ketiga, perlu penelitian lebih
Pada akhirnya disimpulkan bahwa ada lanjut untuk mengkonfirmasi hasil
pengaruh elevasi posisi kepala pada temuan ini dan evaluasi secara
klien stroke hemoragik terhadap komprehensif terhadap standar
tekanan rata-rata arterial, tekanan perawatan pasien yang menyokong
darah dan tekanan intra kranial pengaturan posisi pasien untuk pasien
sesudah intervensi (p value 0,00) pada stroke hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
Dunn, LT (2002) Raised intracranial
Lim, L dan Wong, HB (2004). Effect
pressure. Journal of
of head posture on cerebral
Neurology, Neurosurgery,
hemodynamics: its influences on
and Psychiatry. 73
intracranial pressure, cerebral
Supplemen 1, 123-127.
perfusion pressure, and cerebral
Gorelick, P.B. (2000). Neurology Up oxygenation. Neurosurgery. 54.
Date:Stroke. From AAN 593-597.
Sylabus: 97 –113.
MERCK. (2007). Hemorrhagic Stroke.
Hickey (2002). Intracranial Diperoleh dari:
hypertension: theory and http://www.merck.com/mmhe/se
management of increased c06/ch086/ch086d.html
intracranial pressure. The [Tanggal: 23 Maret 2011].
Clinical Practice of Neurological
Mesiano, T.(2007). Perdarahan
and Neursosurgical Nursing. 5th
Subarakhnoid Traumatik. FK
ed. Lippincott William &
UI/RSCM. Diunduh
Wilkins, Philadelphia. 253-285
dari:http://images.omynenny.mu
Joseph V, dkk.(2006). Intracranial ltiply.multiplycontent.com/attac
pressure/ head elevation. hment/0/R@u
Diunduh Tanggal: 17 Februari uzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%
2011. 20traumatik%20Neurona%20by
http://pedscm.wustl.edu/ %20Taufik
all_net/ %20M.doc?nmid=88307927
English/Neuropage/Protect/icp- [Tanggal: 13 Februari 2011]
Tx-3.htm Nasissi, Denise.(2010). Hemorrhagic
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Stroke Emedicine.
Dokter Spesialis Saraf Medscape.[diunduh dari:
Indonesia.(2007). Guideline http://emedicine.medscape.com/
Stroke . Edisi Revisi.
167 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 154- 168
Supadi, Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik 168

article/793821-overview] Samino.(2006).Perjalanan Penyakit


[Tanggal: 24 M aret 2011] Peredaran Darah Otak. FK
Price, Sylvia A.(2006). Patofisiologi UI/RSCM. Diunduh dari:
Konsep Klinis Proses-proses http://www.kalbe.co.id/files/cdk/
Penyakit ed.6. EGC, Jakarta. files/13PerjalananPenyakitPered
Ropper AH, Brown RH.(2005). aranDarahOtak021.pdf/13Perjala
Adams and Victor’s Principles nanPenyakitPeredaranDarahOta
of Neurology. Edisi 8. BAB 4. k021.html [Tanggal: 12
Major Categories of Maret 2011]
Neurological Disease:
Tortora GJ, and Grabowski SR.
Cerebrovascular Disease.
(2002). Principles of anatomy
McGraw Hill: New York.
and Physiology. 10th ed. John
Rizaldy, P. (2007).Stroke di Indonesia.
Wiley & Sons. New York.
Diunduh dari:
http://artikelindonesia.com/strok Wibowo S, 1999. Upaya Pencegahan

e-di-indonesia.html [Tanggal: 21 Stroke: Berbagai Faktor Yang

April 2011] Dapat mempengaruhi ketaatan


Berobat Pasien. Manajemen
Sjahrir.( 2003). Stroke Iskemik.
Stroke Mutakhir. Berita
YandhiraAgung: Medan
Kedokteran Masyarakat. Vol.
Sotirios,A,T.(2000). Clinician’s
V. No. 2: 85-91
Pocket Guide: Differential
Diagnosis in Neurology and
Neurosurgery. George Thieme
Verlag: New York.
Sotirios AT.(2000) Differential
Diagnosis in Neurology and
Neurosurgery.New York.
Thieme Stuttgart.
Silbernagl, S.(2007). Florian Lang.
Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.
EGC: Jakarta.

You might also like