You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG NUSA INDAH RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Oleh:
NAMA : ANNUR RIZKY
NIM : P17230191015

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Judul :

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Iga Kurnia Rohmah, M. Tr.Kep Defi Andriyanto, A. Md.Kep


NIP. NIP. 19771221 200901 1 005
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Cairan dan Elektrolit

BAB I

1.1 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1) Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-
partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena
(IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.Untuk
mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain (Khrisna, I Nyoman Endi Ananda Dan Utara Hartawan,
2017, n.d.).
Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:
a. Cairan intraselular (CIS)
CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70%
dari tootal cairan tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media
terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor,1889). Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% dari berat tubuh atau 2/3 dari total body water.
Sedangkan sisanya, yaitu 1/3 TBW atau 20% berat tubuh, berada diluar sel
yang disebut cairan ekstraselular (CES) (Price & Wilson, 1986).
b. Cairan ekstraselular (CES)
CES Yaitu merupakan cairan yang terdapat sel dan menyusun sekitar 30%
dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskular, cairan interstisiel,
dan cairan transelular. Cairan interstisel berada diantara ruang antar-sel,
plasma darah, cairan celebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam
keseimbangan cairan. Untuk mempertahankan keseimbangan kimia dan
elektrolit tubuh serta mempertahankan pH normal, tubuh melakukan
mekanisme perputaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
adalah: anion dan kation. (Saraswati Dayus, 2020, n.d.)
2) Etiologi/ Penyebab
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
A. Usia : Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-
50ml/kgBB/hari.
B. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
C. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
D. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
E. Kondisi sakit.
F. Tindakan medis .
G. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
H. Pembedahan.

 Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan


harian diantaranya:
1. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
2. Hiperventilasi.
3. Suhu lingkungan yang tinggi.
4. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
5. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria.
 Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan harian,
diantaranya:
1. Hipotermi.
2. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
3. Oliguria atau anuria.
4. Hampir tidak ada aktivitas.
5. Retensi cairan misal gagal jantung.

3) Klasifikasi/jenis gangguan
Cairan di dalam tubuh terbagi dalam dua kompartemen yaitu intraseluler dan
ekstraseluler. Ekstraseluler terbagi dalam ruang interstisial dan intravaskuler
1. Cairan intraselular berada dalam sel-sel tubuh. Pada orang dewasa cairan
intraseluler teradat 2/3 dari total cairan tubuh. Contoh cairan ini adalah
potassium (Kalium, K)
2. Cairan ekstraseluer merupakan cairan yang berada di luar sel. Cairan ini
merupakan 1/3 dari total cairan tubuh. Contoh cairan ekstraselular adalah
darah, cairan interselular, cairan transeluler atau third space dan cairan yang
terdapat di saluran pencernaan.

Perbedaan komposisi cairan tubuh terjadi karena adanya barier yang memisahkan
mereka.Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma.Dalam
keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan eletrolit
antar kompartemen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu
kompartemen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.

4) Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan ,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir
selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.

5) Tanda dan Gejala gangguan nutrisi


Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis
kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut.
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air
oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.

6) PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan kadar elektrolit : kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan
status hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah.
b. Darah lengkap : suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih dan sel darah
merah per milliliter kubik darah.
c. Berat jenis urin : mengukur derajat konsentrasi urine.
d. Kadar BUN: pemeriksaan masa perdarahan ini ditunjukkan pada kadar
trombosit, hemoglobin, eritrosit, limfosit, dll.
e. Kadar kreatinin darah : Bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal

7) Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau penngobatan
penyakit dasar. Obat – obatan tersebut misalnya : prednison yang dapat
mengurangi beratnya diare dan penyakit.
 Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral
serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
 Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat – obatan tidak
spesifik seperti defenosiklat ( lomotil ) dan loperamit ( imodium ) juga
diberikan untuk menurunkan motilitas.
 Preparat anti microbial diberikan bila preparat infeksius telah terindentifikasi
atau bila diare sangat berat.
 Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya
untuk anak kecil dan lansia.
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1) Identitas Berisi geografi klien yang mencakup nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan tempat kea), alamat dan tempat
tinggal. Keaadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal, apakah klien
tinggal sendiri atau dengan orang lain (berguna ketika perawat melakukan
perencanaan pulang (discharge planning pada klien).
2) Keluhan utama Keluhan utama pada klien dengan dengan ganguan kebutuhan
cairan dan elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau
hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh. fefes
keras dan berbentuk, kaleatihan umum, sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri
saat defekasi, mual, muntah, konstipasi, inkontenensia defekasi, diare.
3) Riwayat penyakit sekarang Berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami klien
dari rumah sampai ke Rumah Sakit.
4) Riwayat kesehatan masa lalu Pada riwayat kesehatan masa lalu, menanyakan
tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien meminta
pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berrapa
kali keluhan itu terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, apa yang
dilakukan ketika keluhan ini terjadi,apa yang dapat memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan, berhasil arau
tidakkah usaha tersebut, dan pertanyaan lainnya.
5) Riwayat penyakit dahulu
Pada tahap ini menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, apakah pernah mempunyai
keluhan yan sama, adakah pengobatan yang pernah dijaani dan riwayat alergi
obat karena obat yang dikonsumsi sebelumnya. Serta menanyakan tentang
riwayat merokok (usia ketika mulai merokok, rata-rata jumlah yang dikonsumsi
perhari, adakah usaha untuk berhenti merokok, usia berapa ketika berhenti
merokok)
B. Pola Kesehatan sehari – hari
POLA-POLA SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nutrisi sebelum Nutrisi saat sakit
a.Nutrisi sakit biasanya menurun tidak
terpenuhi dengan terpenuhi secara
baik maksimal

b. Eliminasi
BAK Biasanya Normal Berkurang karena
asupan cairan juga
berkurang

BAB
Biasanya Normal Berkurang karena
dalam sehari tidak adanya asupan
nutrisi

c. istirahat Cukup Kurang istirahat


masih merasa sakit

d. Personal Hygience Mampu dalam hal Kurang dan masih


apapun dibantu

e. Aktifitas Normal Aktifitas terbatas

C. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.
 Kepala : normal atau abnormal
 Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll.
 Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak, dll.
 Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih atau tidak, dll.
 Hidung : normal atau abnormal.
 Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
 Integumen : turgor kulit <2 detik atau tidak, adanya edema atau tidak,
adanya kelemahan otot atau tidak.
 Berat Badan : menurun atau tidak.

2.2 DiagnosaKeperawatan
Diagnosa Keperawatan Ditemukan Masalah Masalah Selesai

Tanggal Paraf Tanggal Paraf


Hipovolemia b.d kehilangan cairan
aktif d.d nadi lemah, TD menurun,
turgor menurun, membrane mukosa
kering, volume urin menurun.
Risiko ketidak seimbangan elektrolit
b.d Diare

2.3 IntervensiKeperawatan

Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

Hipovolemia b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi Intervensi: Manajemen


aktif d.d nadi lemah, TD menurun, keperawatan selama 3x24 Hipovolemia
turgor menurun, membrane mukosa jam, diharapkan Status Observasi
kering, volume urin menurun. cairan membaik dengan  Periksa tanda dan
kriteria hasil: gejala hipovolemia
1. Kekuatan nadi  Monitor intake dan
meningkat output cairan
2. Turgor kulit
Terapeutik
meningkat
 Hitung kebutuhan
3. Output urin
cairan
meningkat
 Berikan asupan cairan
4. TD membaik oral
5. Membran mukosa
Edukasi
membaik
 Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis

Risiko ketidak seimbangan elektrolit Setelah dilakukan intervensi Intervensi: Pemantauan


b.d Diare keperawatan selama 3x24 elektrolit
jam, diharapkan Observasi
Keseimbangan Elektrolit  Identifikasi
meningkat dengan kriteria kemungkinan penyebab
hasil: ketidakseimbangan
1. Serum natrium elektrolit
membaik  Monitor kadar elektrolit
2. Serum kalium serum
membaik  Monitor mual, muntah,
3. Serum klorida dan diare
membaik  Monitor kehilangan
4. Serum kalsium cairan
membaik  Monitor tanda dan
5. Serum magnesium gejala hipernatremia
membaik
6. Serum fosfor Terapeutik
membaik  Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan
Daftar Pustaka

Khrisna, I Nyoman Endi Ananda dan Utara Hartawan, 2017. (n.d.).


Saraswati Dayus, 2020. (n.d.).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

You might also like