You are on page 1of 20

NATAPRAJA

Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara

Volume 5 Nomor 2 Tahun 2017 Halaman 107-126

RESPONSIVITAS GENDER DALAM PROSES PEMBERDAYAAN


OLEH YAYASAN ANNISA SWASTI (STUDI PADA SEKOLAH KEPEMIMPINAN
BURUH GENDONG PASAR BERINGHARJO)

Pradita Debby Mutiara1

ABSTRACT
This research aims to analyze benefits gained by carrying workers, and how gender
responsiveness in the activities of the Sekolah Buruh Gendong operated by Yayasan
Annisa Swasti (Yasanti). The research method used was descriptive qualitative with
Longwe analysis technique. The result of the research showed that the leadership school of
the workers has provided the benefit of structured access to education for 25 women
workers, so that this activity increases the capacity of the carrying workers. Through
Langwe's analytical techniques, the upgrading of the carrying women capacity has led to a
critical awareness and participation of the carrying workers about their existence, both as
a woman and as a worker. Critical awareness creates courage to speak so that they can
hold an audience with members of the Yogyakarta City House of Representatives and two
(2) workers have became the paralegal representatives in LBH (Legal Aid Institute).
However, the school activities have not guaranteed the carrying workers’ economic
welfare and also have no control over health insurance or social protection.
Keywords: Gender Responsiveness, Longwe Analysis, and Yasanti

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh buruh gendong,
serta bagaimana responsivitas gender pada kegiatan Sekolah Buruh Gendong yang
dilakukan oleh Yasanti. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan teknik analisis Longwe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah
kepemimpinan buruh gendong telah memberikan manfaat berupa akses pendidikan secara
terstruktur kepada 25 orang buruh gendong perempuan, sehingga kegiatan ini
meningkatkan kapasitas buruh gendong. Melalui teknik analisis Langwe, peningkatan
kapasitas buruh gendong telah melahirkan kesadaran kritis dan partisipasi dari para buruh
gendong tentang eksistensi mereka, baik sebagai perempuan maupun sebagai seorang
pekerja. Kesadaran kritis melahirkan keberanian berbicara sehingga buruh gendong
mengadakan audiensi dengan anggota DPRD Kota Yogyakarta serta dua (2) orang buruh
gendong menjadi perwakilan paralegal di LBH (Lembaga Bantuan Hukum). Namun,
kegiatan sekolah buruh gendong belum menjamin kesejahteraan ekonomi dan mereka juga
tetap tidak memiliki kontrol terhadap jaminan kesehatan maupun perlindungan sosial.
Kata Kunci: Responsivitas Gender, Analisis Longwe, dan Yayasan Annisa Swasti

1 Analis, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
email: pradymut_1604@yahoo.com

107
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

PENDAHULUAN
Kehidupan perekonomian di DIY, 2009 dalam Prahara, 2010). Selama
pedesaan yang tidak menentu ini sebagian besar buruh gendong merasa
menyebabkan arus migrasi dari desa ke nyaman dalam menjalankan pekerjaannya.
kota semakin sulit untuk dibendung. Salah Meskipun secara medis terdapat beberapa
satu dampak migrasi adalah munculnya resiko penyakit yang mengintai mereka.
buruh gendong yang terdapat di beberapa Resiko cedera, seperti keseleo dan nyeri
pasar tradisional Kota Yogyakarta. punggung merupakan resiko penyakit
Buruh gendong merupakan salah seringkali diderita oleh buruh gendong
satu pilihan pekerjaan yang diambil oleh perempuan. Selain itu bagi buruh gendong
para migran untuk berusaha menyambung perempuan, jenis pekerjaan ini juga
hidup mereka di daerah perkotaan. Buruh menjadi ancaman terhadap sistem
gendong biasanya merupakan sosok kesehatan reproduksi mereka (Susanto et
perempuan lanjut usia yang menyandang al., 2013).
selendang jarit lurik (kain bermotif lurik) Melihat kondisi buruh yang
dan menenteng srumbung di memprihatinkan, Yasanti (Yayasan
punggungnya. Sebagian besar buruh Annisa Swasti) sebagai organisasi sosial
gendong hanya menggunakan jarit lurik yang telah berdiri sejak tahun 1982 ini
untuk menggendong barang yang relatif memiliki misi untuk mendorong usaha-
besar, sedangkan srumbung digunakan usaha mewujudkan kehidupan
untuk membawa barang-barang yang berorganisasi buruh yang independen dan
relatif kecil (Hidayah, 2007). demokratis, serta menumbuhkan
Sebagai salah satu pasar terbesar kesadaran kritis komunitas buruh
di Kota Yogyakarta, jumlah buruh khususnya buruh perempuan melalui
gendong di pasar Beringharjo selalu pengorganisasian, pendidikan, dan
mengalami peningkatan. Dari hasil advokasi. Demi mewujudkan misi
pendataan yang dilakukan oleh Dinas tersebut, ada beberapa kegiatan yang telah
Pasar, buruh gendong perempuan yang dilaksanakan oleh Yasanti selama ini.
terdaftar di dalam paguyuban pada tahun Salah satu kegiatan yang telah berjalan
2009 adalah sebanyak 459 orang, pada tahun 2014 adalah “Sekolah
sedangkan yang tidak tergabung masih Kepemimpinan Buruh Gendong”. Tujuan
banyak lagi (Dinas Pengelola Pasar Kota dari kegiatan ini adalah untuk

108
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

memberikan pendidikan dan pelatihan 2012; Fapohunda, 2012; Singh, 2013;


berupa pengorganisasian, penyadaran Arora, 2012; Horn, 2010; Anaeto dan
gender, kepemimpinan, kewirausahaan, Asoegwu, 2013; Fonjong, Fombe dan
kesehatan reproduksi, dan lain-lain Lang, 2013). Ketiga, adalah penelitian-
(Yasanti, 2003). penelitian yang memberikan saran bahwa
Selama ini sudah ada beberapa kebijakan berperspektif gender sangat
penelitian yang membahas tentang kondisi dibutuhkan guna memberikan
pekerja perempuan di sektor informal. perlindungan sosial bagi perempuan yang
Secara garis besar penelitian-penelitian bekerja di sektor informal (Oberhauser
tersebut dapat dibagi ke dalam tiga dan Yeboah, 2011; Ganu dan Boateng,
kecenderungan utama. Pertama, 2012; Horn, 2010; Mahmood, et al, 2014).
penelitian-penelitian yang menganalisa Yasanti sebagai LSM (Lembaga
pengaruh globalisasi yang semakin Swadaya Masyarakat) yang memiliki
memperparah posisi perempuan pada perhatian terhadap nasib buruh, telah
pembagian kerja baik secara global memiliki berbagai macam pengalaman
maupun nasional, serta mengakibatkan yang bersinggungan dengan kehidupan
ketidaksetaraan gender dalam mengakses para buruh gendong secara langsung.
aset dan kekuasaan. Hal ini memengaruhi Dengan demikian, informasi tentang
pembagian kerja pada level rumah tangga, bagaimana responsivitas gender pada
sehingga membuat perempuan yang setiap kegiatan yang pernah dilakukan
memiliki peran domestik dan reproduksi oleh Yasanti menjadi penting untuk
hanya mampu bekerja di sektor informal dilakukan. Evaluasi terhadap proses
(Omoyibo dan Ajayi, 2011; Oberhauser pendampingan buruh gendong perlu
dan Yeboah, 2011; Oberhauser, 2010). dilakukan untuk melihat sejauh mana
Kedua, penelitian-penelitian yang level keberdayaan dari perempuan yang
memandang bahwa perempuan yang selama ini telah mendapatkan
bekerja di sektor informal pada program/kegiatan penguatan serta bekerja
kenyataannya memiliki kontribusi yang di sektor informal. Oleh sebab itu,
cukup besar terhadap pertumbuhan penelitian ini berfokus pada salah satu
ekonomi, yang menjadi salah satu faktor kegiatan yang dilakukan oleh Yasanti,
penting keberhasilan negara bersaing yaitu Sekolah Buruh Gendong dengan
dalam era globalisasi (Ganu dan Boateng, menggunakan teknik analisis Longwe

109
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

sebagai alat analisisnya. Dengan melihat Fukuyama menegaskan bahwa


apakah kegiatan tersebut memang telah peran negara bukanlah institusi super
responsif gender dalam arti power yang mampu melakukan seluruh
mengakomodasi kepentingan dan fungsi dengan sendirian. Keterlibatan civil
kebutuhan perempuan buruh gendong society merupakan komponen penting
yang dianggap rentan. Misalnya dalam membantu tugas negara serta
bagaimana partisipasi aktif, peningkatan menentukan kualitas governance.
kesejahteraan, keberdayaan, serta posisi Konsep civil society dalam
tawar mereka sebagai tenaga kerja sektor konsepsi Gramsci merupakan pemahaman
informal setelah adanya kegiatan ini. yang mencakup seluruh aparatus transmisi
Perspektif gender sangat diperlukan yang lazim disebut universitas, LSM,
sebagai alternatif untuk melihat apakah media massa, gereja, sekolah, serikat
kegiatan tersebut memang sudah dagang, partai politik, dan asosiasi budaya
memasukkan pengalaman perempuan yang berbeda dari proses produksi dan
secara subyektif, ataukah malah masih aparatur negara (Subono, 2003)
bias gender. Civil society selalu identik dengan
gerakan sosial yang berusaha
Konsep Civil Society meningkatkan kesadaran melalui upaya
Konsep civil society selalu pendidikan. Dan gerakan sosial selalu
berkaitan dengan Good Governance. membawa dampak perubahan signifikan
Pemerintah tidak lagi hanya berperan terhadap struktur sosial masyarakat yang
sebagai pengontrol, tapi juga sebagai ada selama ini. Pada konsep yang lebih
fasilitator ataupun koordinator. Menurut luas, civil society didefinisikan sebagai
Lembaga Administrasi Negara, good berikut: Civil society ditujukan pada arena
governance adalah penyelenggaraan aksi kolektif yang bersifat non-koersi di
pemerintah negara yang solid dan antara beberapa pihak yang berbagi
bertanggung jawab, serta efisien dan kepentingan, tujuan, dan nilai. Civil
efektif, dengan menjaga “kesinergian” society seringkali berisi organisasi-
interaksi yang konstruktif di antara organisasi kemanusiaan, organisasi non-
domain-domain negara, sektor swasta, dan governmental, kelompok komunitas,
masyarakat. organisasi perempuan, organisasi agama,
asosiasi profesional, ikatan perdagangan,

110
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

gerakan sosial, asosiasi usaha, koalisi, dan dan pergerakan masalah lingkungan
kelompok advokasi (Awan, 2012). secara global” (Stiglitz, 2006).
Globalisasi mempunyai dampak
Pekerja Sektor Informal
positif dan negatif. Dampak globalisasi
Era liberalisasi pada saat ini tidak
yang paling kentara adalah peningkatan
diragukan lagi telah membawa
perempuan pada angkatan kerja yang
peningkatan angkatan kerja bagi
dibayar, dibandingkan laki-laki (Standing,
perempuan di belahan dunia manapun.
1999). Marchad & Runyan (2000) dan
Trend ini secara garis beras telah
Pyle & Ward (2003) mendeskripsikan
dipahami sebagai “feminisasi tenaga
bahwa proses global telah mengubah
kerja” (ILO, 2004). Pada saat yang
sistem, hubungan serta peran gender dan
bersamaan menurut Heintz, juga diketahui
memperparah kesenjangan gender, namun
bahwa perempuan terkonsentrasi pada
sekaligus juga menjadi satu kesatuan dari
pekerjaan informal dengan kualitas gaji
relitas dan ideologi gender. Proses
yang rendah, terutama pada negara yang
globalisasi memaksa para perempuan
sedang berkembang (Amrutkar, 2012).
untuk keluar dari rumah dan mulai bekerja
Renooy (1990), ekonomi informal adalah
dengan kemampuan dan keahlian yang
pekerjaan yang “tidak memiliki regulasi
sangat minim. Pendidikan dan keahlian
dan hukum formal, lebih fleksibel
yang minim membuat para perempuan
dibanding ekonomi formal, berinteraksi
tersebut terpaksa bekerja di sektor
dan terfragmentasi dengan ekonomi
informal yang tidak terlindungi.
formal, bergantung pada jaringan sosial/
Untuk memahami mengapa
keluarga, dan pendapatan yang pas-pasan”
globalisasi memiliki dampak yang
(Rokicka dan Ruzik, 2010).
berbeda terhadap laki-laki dan perempuan,
Globalisasi dan Perspektif Feminisme maka peneliti akan menggunakan
Marxis perspektif Marxis untuk mencari akar
Stiglitz (2006) mengungkapkan penyebabnya. Feminis Marxis percaya
bahwa globalisasi merupakan proses yang bahwa kapitalisme adalah suatu sistem
mencakup berbagai hal yaitu “aliran hubungan kekuasaan dan juga hubungan
gagasan dan pengetahuan secara pertukaran (Tong, 2010). Selain itu,
internasional, pemahaman budaya, feminis Marxis juga memandang bahwa
munculnya kelompok masyarakat dunia, kapitalisme adalah suatu sistem hubungan

111
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

kekuasaan, dimana kapitalisme digambar- perempuan terpisah secara biologis


kan sebagai suatu masyarakat yang di (Handayani dan Sugiarti, 2008).
dalamnya setiap hubungan transaksional, Sedangkan menurut John and Gordon
pada dasarnya adalah eksploitatif. (2005), “Gender merupakan perbedaan
Majikan yang mempunyai kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang
lebih besar, mengkoersi pekerja untuk disebabkan karena adanya konstruksi
bekerja lebih keras lagi tanpa mempunyai sosial” (Boyi, 2013). Sedangkan menurut
kemungkinan untuk mendapatkan Cleves (1993), “Gender merupakan satu
perbaikan upah. Marx menganggap bahwa set peran, seperti kostum dan topeng,
sistem kapitalisme yang digunakan untuk diperlihatkan kepada masyarakat
diseluruh bagian dunia karena adanya bahwa kita adalah feminin atau maskulin.”
proses globalisasi merupakan sistem yang Perbedaan pada peran dan perlaku gender
eksploitatif, karena majikan membayar seringkali menimbulkan kesenjangan
pekerja hanya untuk kekuatan bekerjanya, dimana salah satu gender menjadi lebih
tanpa membayar untuk pengeluaran kuat dan yang lain menjadi kurang
sesungguhnya atas energi dan intelegensi beruntung (World Health Organization,
manusia yang diambil dan ditransfer WHO, 2009). Reeves dan Baden (2000)
menjadi komoditi yang dihasilkan mereka. mengungkapkan bahwa meski tidak
disebabkan oleh perbedaan asal daerah,
Definisi Gender dan Jenis Kelamin
namun kebanyakan kesenjangan gender
(Sex)
terjadi di wilayah pedesaan karena disini
Untuk dapat melakukan analisis
budaya masih sangat dijunjung tinggi.
gender terlebih dahulu harus dipahami
Budaya dan tradisi seringkali digunakan
antara pengertian gender dan pengertian
oleh laki-laki untuk mempertahankan
seks. Seks adalah pembagian jenis
pembatasan akses terhadap potensi
kelamin yang ditentukan secara biologis
perempuan (Gyeke and Owusu, 2013).
dan melekat pada jenis kelamin tertentu.
Seks berarti perbedaan laki-laki Konsep Pemberdayaan Perempuan
dan perempuan sebagai makhluk yang Zimmerman dan Rappaport
secara kodrati memiliki fungsi-fungsi menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan
organisme yang berbeda. Dalam arti merupakan sebuah “kemampuan individu
perbedaan jenis kelamin, seks untuk memperoleh kontrol baik secara
mengandung pengertian laki-laki dan sosial, politik, ekonomi, ataupun psikologi

112
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

melalui akses terhadap informasi, Menurut Sumodiningrat (1997),


pengetahuan dan keahlian, pembuatan sedikitnya ada tiga aspek yang dicakup
keputusan, kesadaran diri, partisipasi dalam memaknai pemberdayaan wanita,
komunitas, serta kontrol yang dirasakan.” yaitu: (1) menciptakan kondisi yang
Pemberdayaan juga dapat diartikan kondusif yang mampu mengembangkan
sebagai sebuah proses untuk potensi wanita; (2) memperkuat potensi
meningkatkan kesadaran diri diantara para (modal) sosial wanita demi meningkat
anggota organisasi melalui identifikasi mutu kehidupannya; (3) mencegah dan
kondisi ketidakberdayaan melalui upaya melindungi wanita, serta mengentaskan
untuk menghilangkannya, baik dengan ketertindasan dan kemarginalan segala
menggunakan teknik formal maupun bidang kehidupan mereka. Sedangkan
informal dari organisasi tersebut (Carr, Kabeer (2001) dalam Mayoux, (2005)
2011). menyatakan bahwa terdapat lima unsur
Pada dasarnya konsep utama yang perlu diperhatikan dalam
pemberdayaan menginginkan “perempuan proses pemberdayaan perempuan, yaitu
mempunyai kontrol terhadap beberapa welfare (kesejahteraan), access (akses),
sumber daya materi dan non materi yang consientisation (konsientisasi),
penting dan pembagian kembali participation (partisipasi) dan equality of
kekuasaan di dalam maupun di antara control (kesetaraan dalam kekuasaan).
masyarakat” (Moser, 1989). Moser (1993)
Strategi Pengarusutamaan Gender
menyatakan bahwa strategi pemberdayaan
untuk Kesetaraan Gender
bukan bermaksud menciptakan
Perjuangan kesetaraan gender
perempuan lebih unggul dari laki-laki
dapat dilihat dari pergeseran strategi dari
kendati menyadari pentingnya
waktu ke waktu. Darwin (2005),
meningkatkan kekuasaan, namun
menyebutkan bahwa pada awalnya
pendekatan ini mengidentifikasikan
gerakan perempuan dalam pembangunan
kekuasaan bukan sebagai dalam rangka
(Women In Development, disingkat WID)
dominasi yang satu terhadap yang lain,
merupakan reaksi kaum feminis terhadap
melainkan lebih condong dalam kapasitas
pengkotakan perempuan dalam ranah
perempuan meningkatkan kemandirian
domestik, dan tidak mempunyai hak yang
dan kekuatan internal.
sama dengan laki-laki untuk mengenyam
pendidikan serta mengembangkan karir

113
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

atau mencari nafkah di luar rumah. Upaya sangat penting dalam mendorong upaya
ini memang dapat meningkatkan angka tersebut. Kebijakan ini kemudian
partisipasi perempuan dalam proses dipertegas juga dalam Peraturan Presiden
pembangunan, tetapi tidak dalam tingkat No. 5 tahun 201 tentang RPJMN 2010-
keberdayaan mereka. Kelemahan 2014 yang menetapkan gender sebagai
penerapan strategi ini kemudian direspon salah satu isu lintas bidang yang harus
dengan strategi kedua, yaitu Gender dan diintegrasikan dalam semua bidang
Pembangunan (Gender and Development, pembangunan (Kementrian Pemberdayaan
disingkat GAD). Gerakan yang populer Perempuan dan Perlindungan Anak,
pada tahun 1980-an ini, memfokuskan 2011). Meski telah memiliki landasan
padapersoalan yang lebih mendasar di hukum, namun dapat dilihat bahwa upaya
dalam pembangunan yaitu hubungan untuk mengarusutamakan gender di
gender yang tidak adil. Untuk Indonesia masih membutuhkan
menyempurnakan GAD, maka muncul lah perjuangan yang cukup panjang.
Gender Mainstreaming (GM) atau
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah METODE PENELITIAN
pematangan dari strategi GAD yang Analisis gender diperlukan sebagai
tujuan utamanya adalah menjadikan sebuah teknik untuk melihat gambaran
gender sebagai arus utama (mainstream) yang lebih sempurna tentang adanya
pembangunan. Sasarannya adalah perbedaan maupun saling ketergantungan
kebijakan (negara), aksi (masyarakat), laki-laki dan perempuan dalam proses
serta institusi (negara dan masyarakat) pembangunan, serta adanya perbedaan
agar menjadi sensitif gender atau tingkat manfaat yang diperoleh laki-laki
menjadikan gender sebagai arus utamanya dan perempuan dari hasil pembangunan.
(Darwin, 2005). Melalui teknik ini, berbagai kesenjangan
Di Indonesia, upaya menginte- maupun isu gender yang terjadi di dalam
grasikan perspektif gender dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat
pembangunan telah dilakukan lebih dari teridentifikasi. Untuk mengungkapkan
satu dasarwarsa. Terbitnya INPRES No. hubungan sosial laki-laki dan perempuan,
9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender maka dikembangkan berbagai macam
(PUG) dalam Pembangunan Nasional teknik analisis seperti: Teknik Analisis
menjadi satu titik tolak kebijakan yang Harvard, Moser, Longwe, Munro, CVA,

114
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

Matriks Analisis Gender, Analisis hambatan. Hal tersebut terjadi karena


Logframe, Konsep Seaga dan Teknik sebagai pekerja, eksistensi mereka sebagai
Participatory Rural Appraisal Berdimensi bagian dari warga pasar masih belum
Gender serta kerangka Analisis GAP dan diakui secara formal oleh pemerintah.
POP (Handayani dan Sugiarti, 2008). Selain itu kondisi pasar yang tidak
Namun di dalam penelitian ini, representatif terhadap pekerjaan buruh
tidak semua teknik analisis gender akan gendong, lantai yang bertingkat-tingkat,
dijelaskan secara terperinci. Selanjutnya lokasi jalan yang sempit dan semrawut
hanya akan dijelaskan tentang teknis seringkali membahayakan buruh gendong
teknik analisis Longwe. Teknik analisis saat melakukan pekerjaannya. Sedangkan
Longwe akan digunakan untuk melihat biaya pengobatan harus mereka tanggung
responsivitas gender di dalam kegiatan sendiri karena kebijakan BPJS hanya
Sekolah Buruh Gendong yang dilakukan menaungi warga Kota Yogyakarta saja,
oleh Yasanti. Teknik ini akan digunakan padahal kebanyakan buruh gendong bukan
untuk melihat level keberdayaan buruh berasal dari Kota Yogyakarta.
gendong yang selama ini telah difasilitasi Selain masalah perlindungan
oleh Yasanti. Teknik analisis ini kesehatan yang sampai saat ini masih
dikembangkan dengan lima kriteria menjadi polemik, masalah lain yang
analisis yang meliputi: kesejahteraan, seringkali dihadapi oleh para buruh
akses, kesadaran kritis, partisipasi dan gendong adalah kondisi pasar yang tidak
kontrol. representatif terhadap keberadaan mereka.
Selain itu kondisi parkiran yang simpang
PEMBAHASAN siur saat ini juga seringkali menganggu
Proses Pemberdayaan Buruh Gendong pekerjaan mereka. Tidak adanya
oleh Yayasan Annisa Swasti perlindungan sosial bagi buruh gendong
Salah satu permasalahan mendasar lebih terjadi karena pemerintah
yang menjadi perhatian khusus dari menganggap telah melakukan upaya
Yasanti adalah mengenai masalah maksimal bagi mereka. Pemerintah
kesehatan. Hingga saat ini jaminan memang sadar karena buruh gendong
perlindungan atas kerja layak dan akses mayoritas adalah perempuan maka
buruh gendong terhadap sumber-sumber dibutuhkan perhatian khusus, akan tetapi
ekonomi masih banyak mengalami pemerintah merasa tidak seharusnya

115
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

memanjakan buruh gendong. Jika kerjasama antara Yasanti, IWE (Institute


dibandingkan dengan warga pasar lainnya, Women Empowernment) beserta dengan
pemerintah merasa bahwa perlakuan Paguyuban Buruh Gendong untuk
mereka terhadap buruh gendong terlalu mendorong serta memperkuat kapasitas
berlebihan sehingga seringkali para buruh gendong. Kegiatan ini
mengakibatkan kecemburuan bagi warga bertujuan untuk memperkuat kapasitas
pasar. kepemimpinan buruh gendong agar dapat
merepresentasikan diri mereka, baik di
Proses Pemberdayaan Buruh Gendong
dalam lingkungan keluarga, komunitas,
oleh Yayasan Annisa Swasti melalui
maupun masyarakat sekitar. Selain itu
Kegiatan Sekolah Kepemimpinan
kegiatan ini juga diharapkan akan mampu
Buruh Gendong
memperkuat kapasitas buruh gendong
Melihat kealphaan negara dalam
dalam mengakses sumber-sumber
memberikan perhatian terhadap nasib
ekonomi yang bermanfaat bagi
buruh gendong perempuan, maka Yasanti
penghidupan mereka yang lebih layak. Di
hadir untuk mengisi celah tersebut.
dalam kegiatan ini, upaya penyadaran di
Dengan mengakomodir para buruh
lakukan melalui aktivitas belajar mengajar
gendong perempuan yang bekerja di Pasar
baik di dalam maupun di luar ruangan,
Beringharjo, Provinsi Daerah Istimewa
guna meningkatkan pengetahuan dan
Yogyakarta, mereka berusaha untuk
ketrampilan mereka sebagai seorang
kembali meningkatkan kesadaran kaum
perempuan maupun sebagai seorang buruh
perempuan akan hak-hak mereka sebagai
gendong. Di sini para buruh gendong di
seorang perempuan maupun sebagai
didik untuk menjadi seorang pemimpin
seorang buruh gendong. Dengan harapan
yang nantinya diharapkan akan mampu
bahwa kesadaran tersebut dapat
memobilisasi rekan-rekan mereka dalam
membantu mereka keluar dari
menyuarakan pendapat, serta
permasalahan-permasalahan yang saat ini
menyampaikan praktek-praktek
mereka hadapi. Oleh sebab itu, munculah
diskriminatif yang pernah mereka terima
inisiatif sebuah kegiatan yang dinamakan
selama ini.
“Sekolah Kepemimpinan Buruh
Kegiatan ini mengikutsertakan 25
Gendong”.
orang buruh gendong dari 4 (empat)
Sekolah Kepemimpinan Buruh
perwakilan pasar, yaitu Pasar Beringharjo,
Gendong merupakan sebuah bentuk

116
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

Pasar Gamping, Pasar Kranggan, dan menunjukkan gambar-gambar yang


Pasar Giwangan. Namun tingkat memperlihatkan ketidakadilan bagi
kehadiran dari para buruh gendong perempuan, dan meminta para buruh
tersebut cukup baik karena sejak awal gendong untuk menceritakan gambar
sudah ada kontrak yang mengikat tersebut sesuai pemahaman mereka
komitmen mereka. Kegiatan ini juga masing-masing. Selain itu pendekatan
hanya mengikutsertakan sebagian kecil personal approach juga digunakan untuk
buruh gendong, karena memang tujuan mendapatkan kepercayaan dari para buruh
awalnya adalah untuk memperoleh kader- gendong.
kader yang nantinya akan berperan
Capaian Intervensi Pemberdayaan
menjadi ketua dan kemudian mengajak
Yasanti pada Buruh Gendong
teman-teman buruh gendong lain yang
1. Output
belum berorganisasi untuk ikut
Terdapat 25 buruh gendong
berorganisasi dan ikut menyuarakan
perempuan yang mengikuti kegiatan ini.
pendapatnya.
Mayoritas buruh gendong perempuan
Sekolah Kepemimpinan Buruh
tersebut berasal dari Sentolo Kulonprogo.
Gendong telah dilaksanakan sejak awal
Namun, banyak pula yang berasal dari
bulan Oktober 2013 hingga pada bulan
daerah lain. Para buruh gendong dapat
Mei 2014. Kegiatan ini diisi dengan
mengikuti kegiatan ini karena sejak awal
berbagai macam materi yang disampaikan
mereka merupakan anggota dari
oleh beberapa fasilitator yang bekerja
Paguyuban Sayuk Rukun, paguyuban
sama dengan Yasanti. Penyampaian
yang menaungi buruh gendong yang ada
materi dilakukan menggunakan metode
di pasar Beringharjo dan telah lama
induktif agar fasilitator dapat berinteraksi
menjalin kerja sama dengan LSM Yasanti.
dengan para buruh gendong. Dengan
Kegiatan Sekolah Kepemimpinan Buruh
menggunakan metode induktif dan contoh
Gendong dimulai sejak Oktober 2013
nyata dari pengalaman sehari-hari, para
hingga Mei 2014.
fasilitator berusaha mencari cara untuk
Dengan menjadi anggota
meningkatkan kesadaran dari para buruh
Paguyuban Sayuk Rukun dan mengikuti
gendong tersebut. Selain menggunakan
kegiatan Yasanti, buruh gendong
metode tersebut fasilitator juga
setidaknya mendapatkan beberapa
menggunakan metode gambar. Fasilitator
manfaat langsung. Setiap 25 hari sekali,

117
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

tepatnya pada Minggu Pon, Yasanti rutin Beliau merasa senang dapat bergabung di
mengadakan acara pengajian di Masjid paguyuban dan kegiatan tersebut, karena
Pasar Beringharjo. Acara pengajian selain mempererat hubungan antara
tersebut biasanya juga disertai dengan sesama buruh gendong juga sekaligus
pengobatan gratis dan pembagian menambah pengetahuan dan wawasan
sembako. Selain beberapa manfaat mengenai hak nya sebagai perempuan
tersebut, buruh gendong yang mengikuti sekaligus sebagai buruh gendong.
acara pengajian juga memiliki koperasi Namun, tidak semua buruh
simpan-pinjam sederhana. gendong perempuan yang ditemui dapat
2. Outcome menceritakan tentang apa saja manfaat
Outcome di dalam bagian ini yang diperoleh selama mengikuti kegiatan
adalah mengenai hasil aktual apa saja sekolah. Ketika ditanya mengenai materi
yang telah diperoleh buruh gendong apa saja yang pernah diberikan pada saat
perempuan setelah mengikuti kegiatan Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong,
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong. Mbah Giyah mengaku sudah banyak yang
Adakah perbaikan kondisi dari para buruh lupa. Buruh gendong perempuan yang
gendong sebelum atau sesudah kegiatan mengikuti kegiatan Sekolah
ini, seberapa paham mereka tentang Kepemimpinan Buruh Gendong mayoritas
materi yang diajarkan, serta pengalaman- sudah tidak berusia muda. Mbah Giyah
pengalaman baru apa saja yang mereka sebagai salah satu peserta sekolah pun
peroleh selama mengikuti kegiatan sudah berusia 71 tahun. Jadi wajar saja
pemberdayaan yang diselenggarakan oleh kalau sudah lupa dengan berbagai materi
Yasanti. ajar yang diberikan oleh para fasilitator
Bu Isah sebagai salah satu sekolah. Ketika peneliti melakukan
informan utama mengungkapkan bahwa di wawancara dengan para buruh gendong,
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong harus diakui bahwa yang dapat menjawab
beliau mendapat banyak sekali materi ajar pertanyaan-pertanyaan mengenai seluk
seperti tentang gender, hak asasi manusia, beluk kegiatan sekolah secara mantap
kepemimpinan, kewirausahaan, dan lain- hanyalah Bu Isah. Kemudian buruh
lain. Beruntung beliau merupakan lulusan gendong lain yang dapat memberikan
SMP, sehingga bisa baca-tulis dan dapat gambaran mengenai kegiatan sekolah
mengikuti kegiatan tersebut dengan baik. secara lebih detil adalah Bu Satiyem.

118
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

Buruh gendong lain hanya sepintas saja kegiatan Sekolah Kepemimpinan Buruh
mengingat kegiatan tersebut dan tidak Gendong. Tujuan utama dari Kegiatan
terlalu lancar dalam memberikan Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong
gambaran seputar kegiatan tersebut. adalah memberikan pendidikan dan
Selain itu, para buruh gendong pelatihan (pengorganisasian, penyadaran
yang mengikuti kegiatan Sekolah gender, kepemimpinan, kewirausahaan,
Kepemimpinan Buruh Gendong juga kesehatan reproduksi, dll) yang akan
mengalami pengalaman baru ketika diajak membangkitkan jiwa kritis para peserta
audiensi dengan para anggota DPRD Kota untuk memperjuangkan hak-haknya.
Yogyakarta. Setelah berakhirnya Kegiatan Kemudian apakah sudah ada dampak
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong, langsung atau tidak langsung yang
upaya advokasi terhadap nasib para buruh dihasilkan dari kegiatan ini, akan terlihat
gendong masih terus dilanjutkan. Pada dari penuturan Pak Wahyu dari ICM.
hari Hak Asasi Manusia Sedunia tanggal Setelah kegiatan ini berakhir beliau
15 Desember 2014, perwakilan buruh menuturkan bahwa terdapat dua orang
gendong dari 4 pasar (Pasar Beringharjo, buruh gendong yang bahkan pada
Pasar Kranggan, Pasar Gamping dan Pasar akhirnya menjadi perwakilan untuk
Giwangan) didampingi dengan Yasanti paralegal di LBH.
dan beberapa LSM pendukung lainnya Selain hal tersebut, nampaknya
mengadakan aksi damai di depan halaman belum ada lagi akibat langsung yang
Kantor DPRD Kota Yogyakarta. Di dalam diperoleh setelah kegiatan Sekolah
kegiatan tersebut, beberapa perwakilan Kepemimpinan Buruh Gendong Berakhir.
buruh gendong diminta untuk maju ke Hingga bulan Mei 2015, ketika diadakan
depan dan menceritakan tentang aksi memperingati Hari Buruh Sedunia
pengalaman dan kehidupannya sebagai tuntutan dari buruh gendong dan Yasanti
seorang buruh gendong. masih sama, yaitu Pemerintah diminta
3. Performance (Dampak) untuk mengakui buruh gendong sebagai
Performance adalah gambaran pekerja dan menerbitkan kebijakan daerah
lebih tinggi dari output maupun outcome. terkait kerja layak dan akses terhadap
Di sini digambarkan tentang akibat sumber daya ekonomi bagi buruh
langsung maupun tidak langsung yang gendong, termasuk kerja layak; dan
diakibatkan oleh tercapainya tujuan dari Pemerintah, pengguna jasa dan

119
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

perusahaan memberikan jaminan sosial/ aksi damai dan audiensi dengan anggota
BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan, DPRD Kota Yogyakarta untuk
serta Jaminan K3 bagi rakyat pekerja mengajukan tuntutan upah layak dan
formal dan informal. Jadi dapat jaminan kesehatan. Namun hingga saat ini
disimpulkan bahwa hingga saat ini belum tuntutan tersebut juga masih belum bisa
ada perbaikan kebijakan dari pemerintah terkabul. Upaya perlindungan kesehatan
terkait nasib buruh gendong, ataupun yang dapat diberikan Yasanti adalah
pekerja di sektor inforamal secara umum. melalui pengobatan gratis yang
dilaksanakan bersamaan dengan pengajian
Analisis Responsivitas Gender Kegiatan
Minggu Pon. Selebihnya pihak Yasanti
Sekolah Kepemimpinan Buruh
hanya bisa mengupayakan tuntutan BPJS
Gendong
Ketenagakerjaan dan Kesehatan dapat
1. Level Kesejahteraan: Peningkatan
diwujudkan oleh pemerintah setempat.
Pendapatan Buruh Gendong
2. Level Akses: Terbukanya Akses Buruh
Dari penuturan para buruh
Gendong pada Sumber Daya Produktif
gendong sebelumnya, dapat dilihat
Sejak awal, pelaksanaan kegiatan
bagaimana peran kegiatan Sekolah
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong
Kepeminpinan Buruh Gendong dalam
memang hanya ditujukan kepada 25 (dua
meningkatkan keberanian mereka dalam
puluh lima) buruh gendong perempuan
menawar upah yang seharusnya mereka
yang berasal dari 4 (empat) perwakilan
peroleh. Bu Isah mengungkapkan bahwa
pasar yaitu pasar Beringharjo, pasar
kegiatan ini sangat bermanfaat, karena
Giwangan, pasar Kranggan dan pasar
beliau bisa memperoleh keberanian dalam
Gamping. Hal ini terjadi karena ruang
bicara maupun dalam meminta upah yang
lingkup kerja Yasanti memang hanya
lebih layak. Meskipun demikian jika
berfokus pada buruh perempuan, baik
disandingkan dengan pendapatan manool
buruh gendong, buruh industri, maupun
(buruh gendong laki-laki) hingga saat ini
buruh rumahan. Oleh karena itu, dapat
sesungguhnya pendapatan buruh gendong
dilihat bahwa buruh gendong perempuan
perempuan juga masih rendah.
memiliki akses yang lebih baik dibanding
Setelah kegiatan Sekolah
manool di dalam memperoleh kegiatan
Kepemimpinan Buruh Gendong berakhir,
pemberdayaan oleh Yasanti.
buruh gendong perempuan, Yasanti dan
LSM pendukung lain telah mengadakan

120
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

Telah dijelaskan pula bahwa akses dibutuhkan karena sebagai perempuan


buruh gendong perempuan dalam tugas utama mereka adalah menjadi ibu
memperoleh manfaat dari kegiatan- dan mengasuh anak.
kegiatan pemberdayaan dari Yasanti, juga Akan tetapi melalui kegiatan ini,
jauh lebih terbuka jika dibandingkan kesadaran kritis dari para buruh gendong
dengan buruh gendong laki-laki. Melalui perempuan kembali digali melalui
kegiatan pengajian pada Minggu Pon, beberapa materi pelajaran yang telah
buruh gendong perempuan dapat disusun sedemikian rupa dan disampaikan
memperoleh manfaat seperti pengobatan oleh fasilitator yang kompeten pula.
gratis, koperasi simpan-pinjam, maupun Sedikit banyak kegiatan ini juga
pembagian sembako. Dimana akses memberikan kesadaran bagi buruh
tersebut tidak tersedia bagi para buruh gendong perempuan. Para buruh gendong
gendong laki-laki. yang ditemui mengungkapkan bahwa pada
3. Level Kesadaran Kritis: Terbentuknya akhirnya mereka sadar tentang gender dan
Kesadaran Kritis Buruh Gendong apa itu sesungguhnya peran gender.
terhadap Peran Gender 4. Level Partisipasi: Aksi Damai dan
Tujuan utama dari Kegiatan Audiensi dengan Anggota DPRD Kota
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong Yogyakarta
adalah upaya penyadaran akan hak-hak Setelah mendapat pembelajaran
buruh gendong, baik sebagai seorang yang cukup guna meningkatkan kesadaran
perempuan maupun sebagai seorang kritis, para buruh gendong perempuan
pekerja. Di dalam upaya penyadaran diajak berpartisipasi dalam menyuarakan
tersebut, para fasilitator berusaha pendapat dan bertemu dengan para
mengambil contoh nyata dari kehidupan anggota DPRD Kota Yogyakarta. Setelah
sehari-hari para buruh gendong tersebut. berakhirnya Kegiatan Sekolah
Seringkali mereka tidak menyadari Kepemimpinan Buruh Gendong, upaya
permasalahan-permasalahan tersebut. advokasi terhadap nasib para buruh
Karena unsur budaya patriarki yang kuat, gendong masih terus dilanjutkan. Pada
para buruh gendong perempuan hari Hak Asasi Manusia Sedunia tanggal
menganggap bahwa apa yang mereka 15 Desember 2014, perwakilan buruh
hadapi saat ini adalah sebuah kodrat. gendong dari 4 pasar (Pasar Beringharjo,
Pendidikan ataupun keahlian khusus tidak Pasar Kranggan, Pasar Gamping dan Pasar

121
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

Giwangan) didampingi dengan Yasanti menawar upah menggendong mereka,


dan beberapa LSM pendukung lainnya namun pada kenyataannya daya tawar
mengadakan aksi damai di depan halaman mereka terhadap upah yang lebih baik
Kantor DPRD Kota Yogyakarta. Di dalam juga masih sulit terwujud. Analisis profil
kegiatan tersebut, beberapa perwakilan akses dan kontrol terhadap sumber daya
buruh gendong diminta untuk maju ke yang ada dapat digunakan untuk melihat
depan dan menceritakan tentang siapa yang memiliki peluang dan
pengalaman dan kehidupannya sebagai penguasaan terhadap suatu sumber daya.
seorang buruh gendong. Beberapa buruh Meski buruh gendong perempuan
gendong yang maju ada yang nampak mempunyai akses terhadap kegiatan
malu-malu ketika diminta untuk berbicara pemberdayaan dari Yasanti, namun belum
di podium. Namun sebagian lain banyak tentu mereka memiliki kontrol terhadap
yang terlihat sudah biasa mengungkapkan sumber daya produktif tertentu.
pendapatnya di depan umum.
Setelah melakukan aksi damai di SIMPULAN
halaman depan kantor DPRD Kota Kegiatan Sekolah Kepemimpinan
Yogyakarta, upaya audiensi dengan para Buruh Gendong yang diselenggarakan
anggota dewan juga dilakukan oleh oleh Yasanti telah memberikan akses
perwakilan buruh gendong dan Yasanti. kepada 25 orang buruh gendong
Perwakilan buruh gendong akhirnya dapat perempuan yang menjadi anggota di
bertemu dan menyampaikan segala keluh dalam Paguyuban Sayuk Rukun. Upaya
kesahnya ke hadapan para anggota dewan, peningkatan kapasitas buruh gendong
dengan Yasanti sebagai salah satu melalui kegiatan ini pun juga telah
pendukungnya. dilengkapi dengan modul pembelajaran
5. Level Kontrol: Kemandirian Buruh dan jadwal kelas yang terstrukutur.
Gendong Sekolah diikuti oleh 25 buruh gendong
Disini level antara buruh gendong perempuan, dari 6 buruh gendong
dan pedagang, maupun pengunjung di perempuan yang mengikuti kegiatan
Pasar Beringharjo (sebagai pengguna jasa sekolah, hanya 2 orang saja yang dapat
buruh gendong) masih jauh dari setara. secara lengkap menjelaskan tentang
Meski setelah berakhirnya kegiatan ini proses pelaksanaan sekolah dan
para buruh gendong mengaku lebih berani menceritakan kembali apa saja materi

122
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

yang telah diterima. Selain itu, melalui Namun di dalam menganalisis


kegiatan ini para buruh gendong juga data, peneliti juga menggunakan
merasakan pengalaman yang baru yaitu perspektif feminisme Marxis dalam
audiensi dengan anggota DPRD Kota mengkaji manfaat apa saja yang
Yogyakarta serta dua orang buruh seharusnya diperoleh oleh para peserta
gendong menjadi perwakilan paralegal di Kegiatan Sekolah Kepemimpinan Buruh
LBH. Gendong. Perspektif ini percaya bahwa
Selain itu, melalui teknik analisis ketika konsep patriarki dan sistem
Longwe juga dapat dilihat bahwa kapitalisme dunia dikawinkan maka
peningkatan kapasitas yang dapat dicapai hasilnya adalah opresi besar-besaran
melalui kegiatan Sekolah Kepemimpinan terhadap kaum perempuan. Selain itu teori
Buruh Gendong adalah dimensi akses, Ekonomi Marxis menambahkan bahwa
kesadaran kritis dan partisipasi. Beberapa yang mempunyai kekuasaan lebih besar,
buruh gendong perempuan yang menjadi mengkoersi pekerja untuk bekerja lebih
anggota paguyuban Sayuk Rukun, di keras lagi tanpa mempunyai kemungkinan
berikan akses untuk mengikuti kegiatan untuk mendapatkan perbaikan upah.
Sekolah Kepemimpinan Buruh Gendong Feminis Marxis lebih daripada
oleh Yasanti. Dari proses pembelajaran kelompok feminis lain, juga menjadikan
ini, maka mulai muncul kesadaran kritis kesejahteraan ekonomi dan kemandirian
dari para buruh gendong tentang sebagai perhatian utama mereka dan
eksistensi mereka, baik sebagai memfokuskan pada persilangan antara
perempuan maupun sebagai seorang pengalaman perempuan sebagai pekerja
pekerja. Dengan serangkaian proses dan posisi perempuan di dalam keluarga.
pembelajaran yang telah diberikan, pada Namun kedua aspek ini sepertinya belum
akhirnya mereka mulai memiliki bisa diperoleh melalui kegiatan ini.
keberanian untuk berbicara dan Karena hingga berakhirnya kegiatan
mengungkapkan pendapatannya. Hingga pemberdayaan ini, keadaan buruh
pada akhir tahun 2014, Yasani dan LSM gendong masih jauh dari kesejahteraan
pendukung lainnya mengadakan aksi dan mereka juga tetap tidak memiliki
damai dan audiensi dengan anggota kontrol terhadap jaminan kesehatan
DPRD Kota Yogyakarta. maupun perlindungan sosial.

123
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA Daulay, Harmona. tt. Pemberdayaan


Arora, Rashmi Umesh. 2012. Gender Perempuan (Studi Kasus Pedagang
Inequality, Economic Development, Jamu di Gedung Johor Medan).
and Globalization: A State Level Jurnal Harmoni Sosial, Vol. 1,
Analysis of India. The Jornal of No. 1
Developing Areas, Vol 46, No 1, Darwin, Muhadjir. 2005. Negara dan
147-164. Perempuan: Reorientasi
Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Awan, Shehzadi Zamurrad. 2012. Role of Media Wacana.
Civil Society in Empowering
Pakistani Women. A Research Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender
Journal of South Asian Studies, Vol. dan Transformasi Sosial.
27, No. 2, pp.439-458. Yogyakarta: Insist Press.

Bhat, Bilal Ahmad. 2011. Gender Fapohunda, Tinuka M. 2012. Gender and
Earnings and Poverty Reduction: Development: Challenges to
Post-Communist Uzbekistan. Women Involvement in Nigeria’s
Journal of Asian and African Development. International Journal
Studies, Vol 46, N0 6, 629-649. of Academic Research in Business
and Social Science, Vol 2, No 6, 14-
Boyi, Abubakar Aminu. 2013. Gender 28.
Studies and Sustainable
Development in Nigeria. Journal of Fonjong, L., Lawrence Fombe, & Irene
Educational and Social Research, Sama-Lang. 2013. The Paradox of
Vol 3, No 10, 31-35. Gender Discrimination in Land
Ownership and Women
Carr, Gloria F. 2011. Empowerment: A Contribution to Poverty Reduction
Framework to Develop Advocacy in in Anglophone Cameroon. Geo
African American Grandmothers Journal, Vol 78, 575-589.
Providing Care for Their
Grandchildren. International Fukuyama, Francis. 2005. Memperkuat
Scholarly Research Network. Negara: Tata Pemerintah dan Tata
Dunia Abad 21. Jakarta: PT
Claros, Augusto Lopez dan Saadia Zahidi. Gramedia Pustaka Utama
2005. Woman Empowerment:
Measuring The Global Gender Gap. Gatot, Raden Yulianus. 1999. Motivasi
World Economic Forum. Diakses Kerja Buruh Gendong dalam
dari situs : www.weforum.org Meningkatkan Ketahanan Keluarga
(Studi Penelitian di Pasar
Creswell, John.W. 2012. Research Beringharjo, Kotamadya
Design: Pendekatan Kualitatif, Yogyakarta Provinsi DIY) (Tesis).
Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: UGM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

124
Pradita Debby Mutiara – Responsivitas Gender dalam . . .

Gyeke, Mavis Dako & Prince Owusu. Daerah Responsif Gender. Jakarta:
2013. A Qualitative Study Exploring Kementrian Pemberdayaan
Factors Contributing to Gender Perempuan dan Perlindungan Anak.
Inequality in Rural Ghana.
Mediterranean Journal of Social Mahmood, Nehdia., et al. 2014. Socio-
Economic Effect of Globalization
Sciences, Vol 4, 481-489.
on Working Women in Sargodha
Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. City Pakistan. Mediterranean
Konsep dan Teknik Penelitian Journal of Social Sciences, Vol 5,
Gender. Malang: UMM Press. No 3, 561-567.

Heintz, James. 2006. Globalization, Mayoux, Linda. 2001. Gender Equity,


Economic Policy and Employment: Equality, and Women’s
Poverty and Gender Implication. Empowerment: Principle,
Employment Policy Unit, Development and Framework. Aga
Employment Strategy Department, Khan Foundation. Diakses dari situs
ILO, Geneva. http://www.genfinances.net.

Hidayah, Nur. 2007. Eksistensi Buruh Moleong, Lexy. 2011. Metodologi


Gendong Sebagai Pilihan Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pekerjaan di Sektor Informal Rosdakarya.
(Studi Kasus di Pasar Giwangan,
Yogyakarta). Socia: Jurnal Ilmu- Muftiyanah, Amin (dkk), Pamuji, (ed).
Ilmu Sosial, Vol.4, No.2, Hal.27- 2003. Profil Endong-endong Pasar
Beringharjo. YASANTI:
47.
Yogyakarta.
Horn, Zoe. 2010. No Cushion to Fall Back
On: Global Recession and Nugroho, Riant. 2008. Gender dan
Informally Employed Women in the Administrasi Publik: Studi Tentang
Global South. Women Policy Kualitas Kesetaraan Gender Dalam
Administrasi Publik Indonesia
Journal of Harvad, Vol.7, 23-38.
Pasca Reformasi 1998-2002.
ILO. 2004. Global Employment Trends Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
for Women. Geneva: International
Nurhaeni Ismi Dwi Astuti. 2010.
Labour Office
Kebijakan Publik Pro Gender.
ILO. 2011. Penilaian Landasan Surakarta: UNS Press.
Perlindungan Sosial Berdasarkan
Dialog Nasional di Indonesia: Oberhauser, Ann M. & Muriel A.Yeboah.
Menuju Landasan Perlindungan 2011. Heavy Burdens: Gendered
Livelihood Strategies of Porters in
Sosial. Jakarta: ILO
Accra, Ghana. Singapore Journal of
Kementrian Pemberdayaan Perempuan Tropical Geography 32, 22-37.
dan Perlindungan Anak. 2011.
Perencanaan dan Penganggaran

125
NATAPRAJA Vol. 5 No. 2, Desember 2017

Oberhauser, Ann M. 2010. (Re)Scaling Stiglitz, Joseph E. 2006. Making


Gender and Globalization: Globalization Work: Menyiasati
Livelihood Strategies in Acrra, Globalisasi Menuju Dunia yang
Ghana. ACME: An International E- Lebih Adil. Bandung: Mizan
Jornal for Critical Geographies, 9 Pustaka.
(2), 221-244.
Subarsono. 2010. Analisis Kebijakan
Omoyibo, Kingsley Ufuoma & Ben Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Ibukun Ajayi. 2011. Understanding Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gender and Global Africa: A
Critical Perspective. Gender & Subono, Iman Nur. 2003. Civil Society,
Behaviour. 9 (1), 3729-3751. Patriarki, dan Hegemoni. Civic,
Vol,1 No.2.
Prahara, Sowanya Ardi. 2010. Makna
Kerja Pada Buruh Gendong Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian
Perempuan di Pasar Peringharjo Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Yogyakarta (Sebuah Studi Sumarto, Hetifah Sj. 2003. Inovasi,
Fenomenologi) (Tesis). Yogyakarta: Partisipasi dan Good Governance:
UGM. 20 Prakarsa Inovatif dan
Pratikno. 2005. Good Governance and Partisipatif di Indonesia. Jakarta:
Governability. Jurnal Ilmu Sosial Yayasan Obor Indonesia.
dan Ilmu Politik, Vol. 8 No. 3. Sumodiningrat, G. 1997. Pembangunan
Ransom, Elizabeth & Carmen Bain. 2011. Daerah dan Pemberdayaan
Gendering Agricultural Aid: An Masyarakat. Jakarta: Bina Rena
Analysis of Whether International Pariwara.
Development Assistance Targets Syadzily, TB Ace Hasan dan Burhanuddin
Women and Gender. Gender and (editor). 2003. Civil Society dan
Society, Vol 25, No 1, 48-74. Demokrasi: Survey Tentang
Rokicka, Magdalena and Anna Ruzik. Partisipasi Sosial-Politik Warga
2010. The Gender Pay Gap in Jakarta. Jakarta: INCIS.
Informal Employment in Poland. Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist
CASE Network Studies & Analyses Thought: Pengantar Paling
No. 406, pp. 1-46. Komprehensif kepada Arus Utama
Sedarmayanti. 2004. Good Governance Pemikiran Feminis. Yogyakarta:
(Pemerintah yang Baik) Bagian Jalasutra.
Kedua: Membangun Sistem
Manajemen Kinerja Guna
Meningkatkan Produktivitas Menuju
Good Governance (Kepemerintahan
yang Baik). Bandung: Mandar Maju.

126

You might also like