You are on page 1of 19

PERAN GURU PAI DALAM MENGAWASI SERTA MEMBINA SISWA-

SISWI DI MIM MUHAMMADIYAH UNTUK SHALAT BERJAMAAH

PROPOSAL

Diajukan Oleh

RAHMA WATI

NIM : 180201175

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya serta kesehatan, kesempatan, dan kemampuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini. Shalawat beserta salam tidak lupa pula kita

sanjung sajikan ke pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.

Alhamdulillah, dengan petunjuk dan karunia-Nya penulis telah selesai

menyusun Proposal Penelitian dengan Judul “Peran Guru Agama DI MIM

Muhammadiyyah Dalam Mengawasi Siswa-Siswinya Untuk Shalat

Berjamaah” Adapun kehadiran judul di atas tidak terlepas oleh dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih semoga Allah senantiasa

memberikan balasan atas amal kebajikannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan

dalam proposal ini, baik dari segi aspek bahasanya, pengetikan dan lainnya.

Karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima kritik dan

saran bagi pembaca agar proposal ini sesuai dengan apa yang diharapkan.

Terakhir penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca,

sehingga dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi pembaca.

Banda Aceh, 16 Juni 2021

ii
Penulis,

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBARAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................8

C. Tujuan Penelitian..................................................................................8

D. Manfaat Penelitian................................................................................9

E. Definisi Operasional.............................................................................10

F. Kajian Terdahulu yang Relevan...........................................................12

G. Metode Penelitian.................................................................................14

H. Sistematika Pembahasan.......................................................................18

DAFTAR KEPUSTAKAAN..........................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan pemeluknya untuk melaksanakan ibadah secara rutin,

ibadah yang dilakukan terasa lebih baik jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai

dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu ibadah yang

wajib dilakukan oleh pemeluk agama Islam setiap harinya adalah shalat fardhu.

Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan

Tuhannya. Dengan shalat kelezatan munajat kepada Allah akan terasa, pengabdian

kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu juga penyerahan kepada segala urusaan

kepada-Nya. Shalat juga mengantar seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan

keselamatan dari-Nya. Shalat adalah perilaku ihsan hamba terhadap Tuhannya.

Ihsan shalat adalah menyempurnakan dengan membulatkan budi dan hati

sehingga pikiran, penghayatan dan anggota badan menjadi satu, tertuju kepada

Allah.

Shalat yang dikerjakan lima waktu sehari semalam, dalam waktu yang telah

ditentukan merupakan fardhu ain. Shalat fardhu dengan ketetapan waktu

pelaksanaannya dalam Al-Qur’an dan Al-sunnah mempunyai nilai disiplin yang

tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkannya. Aktivitas ini tidak boleh

dikerjakan dengan ketentuan diluar syara’. Dalam shalat seorang muslim berikrar

kepada Allah bahwa sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matinya hanya bagi

Tuhan sekalian alam.

1
2

Shalat fardhu atau sering disebut dengan shalat lima waktu adalah rukun

Islam yang paling utama setelah dua kalimah syahadat. Shalat wajib atas setiap

muslim laki-laki maupun perempuan dalam kondisi apapun, baik dalam keadaan

aman, takut, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan musafir, dan setiap

keadaan memilliki cara khusus sesuai dengan kondisi masing-masing. Adapun

shalat yang diwajibkan dalam sehari semalam terdiri dari lima shalat, yaitu

Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.

Didalam Islam, shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa disamai dengan

ibadah lain, shalat memiliki keutamaan yang sangat agung, dan memiliki

kedudukan yang sangat tinggi dalam islam, karena shalat merupakan tiang agama,

di mana agama tidak akan berdiri tegak kecuali dengannya.

Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab di akhirat kelak. Shalat

juga merupakan pembeda hakiki antara seorang mukmin dan kafir. Shalat

merupakan sebaik-baik amalan setelah syahadat.

Pelaksanaan shalat fardhu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

cara sendiri-sendiri dan dengan cara berjamaah. Namun, shalat yang dilakukan

secara berjamaah lebih utama dan lebih tinggi pahalanya dari shalat yang

dilakukan secara sendirian (munfarid). Hal ini berdasarkan hadist Nabi Saw:

َّ َ،‫اهلل بْ ِن عُمَر‬ ِ ‫ عن عب ِد‬،‫ عن نَا فِ ع‬،‫ك‬ ِ ِ


‫َأن‬ َْ ْ َ ْ َ ٌ ‫َأخَبَرنَا َمال‬ ْ :‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ف‬ َ ‫َح َّد ثَنَا َعْب ُد اهلل بْ ُن يُ ْو ُس‬
‫صاَل ةَ الْ َف ِّذ بِ َسْب ٍع َو ِع ْش ِريْ َن‬
َ ‫ض ُل‬
ِ
ُ ‫«صاَل ةُ اجْلَ َما َعة َن ْف‬:
َ ‫ال‬َ َ‫صلَّی اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ
َ ‫َر ُس ْو َل اهلل‬
.)‫ (رواه البخاري ومسلم‬.»ً‫َد َر َجة‬
3

Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata,


telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan
shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist di atas dapat diambil kesimpulan bahwa shalat berjamaah lebih

afdhal dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat. Sehingga

Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya agar melaksanakan shalat

berjamaah kepada umat Islam karena banyak sekali hikmah dan keutamaan dalam

menjalankan shalat berjamaah apalagi shalat yang wajib (fardhu).

Para ulama sepakat bahwa hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkad,

namun pendapat lain mengatakan bahwa shalat berjamaah dalam shalat fardhu

yang lima waktu adalah wajib ain (fardhu ain) bagi laki-laki yang mukallaf dan

mampu, baik sedang tidak bepergian maupun sedang dalam perjalanan. Rasulullah

Saw sangat menekankan kepada kaum muslimin untuk melaksanakan shalat

berjamaah sehingga para sahabat tidak pernah meninggalkannya kecuali ada uzur

yang darurat. Rasulullah Saw bersabda:

‫ َعن َأيِب‬،‫ َع ِن اَألع َر ِج‬،‫نَاد‬ ِ ‫الز‬ِّ ‫ َعن َأيِب‬،‫ك‬ ٌ ِ‫َأخبَرنَا َمال‬ َ :‫قَال‬ َ ،‫ف‬ َ ‫وس‬
ُ ُ‫بن ي‬
ِ َّ ‫ح‬
ُ ‫َد َثنَا َعب ُد اهلل‬
ِِ ِ ِ :‫قَال‬ ِ َ ‫َأن رس‬
‫مت َأن‬ ُ َ‫ لَقَد مَه‬،‫«والَّذي نَفس ي بِيَده‬ َ َ ‫ول اهلل صلی اهلل عليه وسلم‬ ُ َ َّ ،‫ُهَر َير َة‬
ِ ِ ِ َّ‫ مُث‬،‫ب َفيحطَب‬ ٍ ‫ُ حِب‬
‫ف‬َ ‫ مُثَّ ُأخَال‬،‫َّاس‬ ُ َّ‫ مُث‬،‫آم َر بالصَّاَل ة َفُي َؤ ذَّ َن هَلَا‬
َ ‫آم َر َر ُجاًل َفيَ ُؤ َّم الن‬ ُ َ ُ َ‫آم َر َط‬
ِ ِ‫فس ي ب‬ ِ َ‫َال فَُأحِّر َق علَي ِهم بي وَتهم والَّ ِذي ن‬
ُ ‫ لَو يَعلَ ُم َأح‬،‫يَد ِه‬
‫َد ُهم َأنَّهُ جَيِ ُد َعرقً ا‬ َ ُ ُُ َ َ
ٍ ‫ِإىَل ِرج‬
.)‫ (رواه البخاري‬.»َ‫ لَ َش ِه َد العِ َشاء‬،‫ني‬ ِ َ‫ني َحسنَت‬
َ
ِ َ‫رمات‬ ِ ِ
َ ‫مَس ينًا َأو م‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata,
telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Demi Dzat yang jiku berada di
tangan-Nya, sungguh akku ingin memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu
bakar kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan dan aku perintahkan
seseorang untuk memimpin orang-orang shalat. Sedangkan aku akan mendatangi
orang-orang (yang tidak ikut shalat berjamaah) lalu aku bakar rumah-rumah
4

mereka. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang


diantara kalian mengetahui bahwa ia akan memperoleh daging yang gemuk, atau
dua potongan daging yang bagus, pasti mereka akan mengikuti shalat Isya
berjamaah.” (HR. Bukhari)

Dari hadist tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa begitu pentingnya

melaksanakan shalat fardhu berjamaah karena keutamaan dan pahalanya yang

sangat besar sampai-sampai Rasulullah Saw mengancam ingin membakar rumah-

rumah orang yang meninggalkannya.

Pembiasaan shalat dan memberikan pemahaman akan pentingnya shalat bisa

dilakukan oleh orangtua sejak anak berusia tiga sampai tujuh tahun, karena diusia

tersebut anak sangat gemar meniru segala sesuatu yang dilihat dan dipelajarinya

sehingga membuat mereka terbiasa menjalankan berbagai macam kegiatan

terutama ibadah shalat. Islam juga mengajarkan jika anak sudah berusia sepuluh

tahun, namun diia masih tidak mau mengerjakan shalat, maka boleh untuk

dipukul, hal ini berdasarkan hadist Rasulullah Saw:

َ ‫يل َع ْن َس َّوا ٍر َأيِب مَح ْ َز َة ق‬


‫َال َأبُو َد ُاود‬ ِ ‫ي ح َّ ِإ‬
ُ ‫َد َثنَا مْسَع‬ َّ ‫َد َثنَا ُمَؤ َّم ُل بْ ُن ِه َش ٍام َي ْعيِن الْيَ ْش ُك ِر‬
َّ ‫ح‬
ِ ‫يه عن جَد‬ ِِ ٍ ‫الص ْيريِف ُّ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي‬ ‫يِن‬
‫ِّه‬ ْ َ ‫ب َع ْن َأب‬ َ َّ ُّ ‫َو ُه َو َس َّو ُار بْ ُن َد ُاو َد َأبُو مَح ْ َز َة الْ ُم َز‬
ِِ ِ ِ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُم ُروا َْأواَل َد ُك ْم بِالصَّاَل ة َو ُه ْم َْأبنَاءُ َس ْب ِع س ن‬
‫ني‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ق‬
.)‫ (رواه أبو داود‬.»‫اج ِع‬ ِ ‫اض ِربوهم علَيها وهم َأبناء ع ْش ٍر و َفِّرقُوا بينهم يِف الْمض‬
َ َ ْ ُ َ َْ َ َ ُ َْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ ‫َو‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Mu’ammal bin Hisyam Al-
Yasykuri telah menceritakan kepada kami Ismail dari Sawwar Abu Hamzah
berkata Abu Dawud; Dia adalah Sawwar bin Dawud Abu Hamzah Al-Muzani
Ash-Shairafi dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dia berkata;
Rasulullah Saw bersabda:“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila
sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak
melaksan.akannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu
Daud)
5

Dari hadist di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orangtua wajib

mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk mengerjakan shalat sejak

kecil, sehingga saat anak sudah menduduki usia baligh, beribadah akan menjadi

kebiasaan yang mendarah daging didalam dirinya. Namun kenyataan yang ada

masih banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang masih kurang pemahaman

tentang pentingnya shalat, apalagi shalat berjamaah, sehingga membuat mereka

juga kurang berminat untuk melaksanakannya.

Seringkali anak muda jaman sekarang jarang sekali yang mengikuti

shalat berjamaah, terlebih jika mereka di sibukkan dengan kegiatan sekolah

dan yang lainnya. Padahal dalam shalat berjamaah itu Rasulullah sedang

mengajarkan kepada kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih

besar ketimbang shalat sendirian. Dengan kita shala berjamaah kita semua

seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus

seirama. Tidak boleh saling silang antara makmum yang lain.

Maka disini peran guru PAI sangat penting sekali dalam mengawasi serta

membina siswa-siswi untuk senantiasa shalat berjamaah, karena guru PAI

membawakan pelajaran yang didalamnya terdapat materi-materi tentang

pemahaman agama yang lebih dalam dan dipertajam dengan pembiasaan dan

mendorong siswa terbiasa melaksanakaan kewajibannya dimana dalam

pembelajaran tersebut seorang guru PAI bertanggung jawab langsung dan

mengawasi kepada peserta didik untuk menjalankan perintah shalat. Dengan di

berikannya masukan – masukan dari guru PAI bahwa shalat itu penting bagi

setiap muslim, maka akan tumbuh kesadaraanya.


6

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti mengenai “Peran Guru PAI Dalam

Mengawasi serta Membina Siswa-Siswi di MIM Muhammadiyah (Aceh

Barat Daya) Dalam Shalat Berjamaah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peran guru PAI dalam mengawasi serta membina shalat


berjamaah siswa-siswi di MIM Muhammadiyah ?
2. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan siswa-siswanya untuk shalat
berjamaah ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang di uraikan, maka penelitian ini dilakukan agar

lebih mendalami fokus penelitian dengan tujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru agama dalam membina/

mengawasi siswa-siswanya untuk shalat, terutama shalat berjamaah.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan

D. Manfaat Penelitian
7

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka penelitian ini memiliki manfaat diantaranya:

1. Dari Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khazanah keilmuan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam shalat bahwa seorang guru,

apalagi guru agama juga bertanggung jawab dalam mengawasi/membina siswa-

siswinya untuk shalat. Walaupun tidak seutuhnya guru yang berperan dalam

membentuk karakter siswa tersebut.

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa PAI

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

mahasiswa lulusan PAI sebagai calon guru tentang pentingnya guru sebagai

teladan agar tujuan pendidikan dapat dicapai melalui penanaman budi pekerti di

lingkungan sekolah.

b. Bagi Para Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dalam

membina siswa-siswa untuk senantiasa melaksankan shalat dalam kehidupannya.

c. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, dan wawasan

tentang pentingnya penanaman shalat kepada anak sejak dini, agar menjadi

individu yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.

E. Definisi Operasional
8

1. Peran

Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan. Peran

didefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh

seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial dalam organisasi.

Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan

dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat. Peran diartikan sebagai

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan

oleh seorang dalam suatu peristiwa. Peran adalah aktivitas yang dijalankan

seseorang atau suatu lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh

suatu lembaga/organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang

merupakan fungsi dari lembaga tersebut.

Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tinkah laku individu yang

memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran

menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang

memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut Abu

Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya

individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan

status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto,

yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan.


9

Dapat disimpulkan bahwa pengertian peran adalah suatu sikap atau

perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap

seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal hal

diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan media online

terutama pada media yang penulis teliti yaitu sripoku.com, peran tidak berarti

sebagai hak dan kewajiban individu melainkan merupakan tugas dan

wewenang media itu sendiri.

2. Guru

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Menurut Mhohd Fadhil Al-Djamali dalam buku Ilmu Pendidikan Islam,

menyebutkan bahwa guru adalah orang yang mengarahkan manusia kepada

kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat derajat kemanusiaan sesuai dengan

kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Guru adalah orang dewasa yang

bertanggung jawab terhadap peserta didik.

3. Agama
10

4. Shalat Berjamaah

Shalat menurut syara’ adalah menyembah Allah SWT dengan beberapa

perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri

dengan salam. Fardhu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu yang

wajib dilakukan. Sedangkan berjamaah adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara bersama-sama atau secara berkelompok. Shalat fardhu berjamaah yang

penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah shalat yang wajib dikerjakan

seorang muslim yang sudah baligh dalam sehari semalam lima waktu yang

dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok dimana salah satu dari jamaah

bertindak sebagai pimpinan yang disebut imam, sementara orang atau beberapa

yang berada dibelakangnya mengikuti gerak-gerik imam yang disebut dengan

makmum.

F. Kajian Terdahulu yang Relevan

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di MIM Muhammadiyah Aceh Barat

Daya. Penelitian ini di lakukan dengan cara turun lansung ke lokasi yang
11

telah ditentukan untuk mendapatkan data dalam penulisan ini, yaitu data

yang berhubungan dengan persoalan yang akan peneliti kaji.

2. Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu

penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan setiap

peristiwa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Menurut Suharsimi

Arikunto dalam buku Nawawi & Martini, deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lainnya yang hasilnya

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Adapun jenis penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research),

dimana peneliti harus terjun langsung ke lapangan ditempat penelitian

berlangsung. Tujuan penelitian lapangan adalah untuk mengumpulkan, mengolah

dan menganalisis data yang bersumber dari lokasi penelitian.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Adapun data

primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil observasi,

wawancara,dan studi dokumentasi yang melibatkan guru agama dan

data siswa yang di ambil dari data Bimbingan penyuluhan

b. Data Sekunder
12

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang

memiliki informasi atau data tersebut. Adapun data sekunder adalah pengumpulan

data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan subjek datanya

diperoleh dari teknik-teknik tersebut yang kemudian dijawab oleh responden.

4. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data

dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran

media tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai dua orang guru

agama di MIM

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan

jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai

peristiwa yang sedang diselidiki.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi tertulis dari sumber atau dokumen-dokumen, baik berupa buku,

gambar-gambar, majalah, peraturan-peraturan, catatan harian dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah data-data tentang

gambaran umum gampong Drien Jalo, baik data yang berhubungan dengan batas
13

wilayah geografis, keadaan remaja, dan lain sebagainya. Namun, data yang lebih

valid dalam membuktikan faktor penyebab rendahnya minat remaja dalam

melaksanakan shalat fardhu berjamaah adalah dengan melakukan wawancara

langsung dengan kepala desa, imum syik, remaja, serta para jamaah lainnya.

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Blang pidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Alasan peneliti memilih lokasi ini, karena fenomena atau peristiwa yang ada di

lokasi tersebut berkaitan langsung dengan subjek yang akan diteliti oleh peneliti.

6. Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan metode kualitatif yang dilakukan

dengan cara memanfaatkan data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

sehingga memberikan pemahaman yang lebih jelas dari hasil yang telah diperoleh.

Pada tahap analisis data ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana proses

mendapatkan hingga memindahkan hasil data ke dalam sebuah penulisan hasil

penelitian.

Data yang diperoleh ketika melakukan wawancara, observasi dan

dokumentasi perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data

adalah langkah pertama dalam analisis data yang sama dengan merangkum data

yang telah ada, memilih hal-hal yang pokok dan hal-hal yang menurut peneliti itu

penting serta perlu untuk dicatat sebagai sumber data.

Setelah melakukan reduksi data, maka peneliti akan melakukan langkah

selanjutnya yaitu menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, menyajikan data

adalah dengan teks yang bersifat naratif.


14

Selanjutnya melakukan penarikan kesimpulan terhadap data yang sudah

dianalisis dengan kedua langkah di atas, maka akan dilakukan pengambilan

kesimpulan yang mungkin bersifat sementara jika tidak bisa dilengkapi dengan

bukti-bukti nyata saat peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan observasi.

Kesimpulan pada penelitian kualitatif merupakan temuan baruu yang sebelumnya

belum pernah ada. Maka ada kemungkinan ketika peneliti kembali ke lapangan,

data akan berkembang karena penelitian kualitatif ini prinsip pokok teknik

analisanya ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi

data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami penulisan proposal, maka disusun

dalam kerangka sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan sebagai

berikut: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Kajian Terdahulu yang Relevan, Metode Penelitian, Sistematika

Pembahasan, dan Daftar Kepustakaan.


15

You might also like