You are on page 1of 12

Makalah

Taksonomi Bloom Tentang Ilmu Pendidikan

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Masturin, M. Ag

Oleh :

Infitahul Wardah ( 1910310018 )

Nada Zulfia ( 1910310019 )

Farida Nur Wahidah ( 1910310020 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2020/2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar dari jenjang sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi akan
memberikan herarki pengetahuan dari yang rendah menuju yang tinggi. Pengetahuan yang
luas akan menjadi spesifik jika telah ditetapkan dalam suatu kurikulum dan disusun dalam
tujuan pembelajaran. Penggunaan kata operasional dalam tujuan pembelajaran juga akan
memberikan deskripsi tingkat ke dalaman materi. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran antara
jenjang sekolah dasar tentu memiliki perbedaan. Dengan tujuan pembelajaran pada sekolah
menengah maupun perguruan tinggi.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan,


dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi bebrapa domain yaitu: kognitif, afektif,dan
psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara herarkies (bertingkat), Mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks, tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan mnyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga
seringpula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”.

Taksonomi Bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agara dengan
adanya taksonomi para pendidikan dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan
intruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi
berherarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi semua hal yang bergerak,
benda diam, tempat, dan kejadian sapai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan
menurut bebrapa skema taksonomi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Taksonomi Bloom ?

2. Bagaimana sejarah Taksonomi Bloom?

3. Bagaimana isi Taksonomi Bloom ?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian Taksonomi Bloom.

2. Mengetahui sejarah Taksonomi Bloom.

3. Mengetahui isi Taksonomi Bloom.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi Bloom

Istilah taksonomi (taxonomy) diambil dari bahasa Yunani yaitu “Tassein” yang berarti
untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. 1 Taksonomi dapat diartian sebagai
lasifiasi hierarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Jadi, tasonomi adalah
ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi (Wikipedia, 2010 :1).2 Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses belajar.3

Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasian menurut beberapa skema taksonomi. Taksonomi merupakan
suatu tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan penelitianiliah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada
tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom beserta dengan kawan-kawanya, Benjamin S. Bloom
adalah seorang psikolog bidang pendidikan dari Amerika Serikat.4

Taksonomi Bloom telah digunakan sejak lama sebagai dasar untuk menyusun
berbagai tujuan pendidikan, membuat materi uji, dan merancang kurikulum di seluruh dunia.
Kerangka pikir ini memudahkan pendidik dalam memahami, menata, dan
mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan. Taksonomi Bloom direvisi dikarenaan
masyaraat dan dunia telah banyak mengalami perubahan seja tahun 1956, dan perubahan-
perubahan ini memengaruhi cara berpikir, termasuk pula perubahan praktik-praktik
pendidikan.

Pengetahuan dalam Taksonomi Bloom menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi


pengetahuan dalam tasonomi revisi. Pengetahuan tetap dipertahankan dalam tasonomi revisi
namun bertransformasi sebagai dimensi tersendiri, asumsinya dikarenaan setiap kategori
dalam taksonomi membutuhkan pengetahuan sebagai hal yang harus dipelajari oleh peserta

1
Ina Magdalena, Evaluasi Pembelajaran SD (Teori Dan Praktik), Sukabumi : CV Jejak, 2020, 37
2
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran ; Disesuaian Dengan Kuriulum 2013, Jakarta :
Kencana, 2017, 88
3
Retno Utari, Taksonomi Bloom ; Apa Dan Bagaimana Menggunakannya,Jurnal Pusdiklat KNPK, 2011, 1
4
Ina Magdalena, Evaluasi Pembelajaran SD (Teori Dan Praktik), Sukabumi : CV Jejak, 2020, 37-38

4
didik. Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif.

Perkembangan konsep-konsep pembelajaran berfokus pada proses aktif, kognitif dan


konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna. Peserta didik diasumsikan sebagai pelaku
yang aktif dalam aktivitas belajar, mereka memilih informasi yang akan dipelajari, dan
mengontruksi makna berdasarkan informasi. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif
perihal pembelajaran menjadi pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan perihal
yang diketahui peserta didik sebagai pengetahuan, dan bagaimana peserta didik berpikir
melalui proses kognitif, tentang apa yang mereka ketahui ketika berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.5

Jenjang Taksonomi Bloom memberikan arti penting dalam pembelajaran yakni untuk
menentukan tujuan pembelajaran, memperkuat proses pembelajaran, dan menyusun
instrumen penilaian.Widodo (2005 : 9) menjelaskan kelebihan taksonomi yang baru dalam
kaitannya dengan asesmen. Karena pengetahuan dipisah dalam proses kognitif, guru dapat
segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum diukur.6

B. Sejarah Taksonomi Bloom

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi
Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi
hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai
dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan
5
Feri Sulianta, Literasi Digital, Riset, Perembangannya Dan Prespektif Social Studies, Bandung : Published,
2020, 70
6
Didi Nur Jamaludin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 44

5
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Konsep ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.7

Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian


mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan.
Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap
kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah
pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke
dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai
produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat
dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:

1. Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai
konsep itu.

2. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa
terlebih dahulu memahami isinya. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring
dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid
Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990.
Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara
hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan
berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam
kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukkan
kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.8

C. Pandangan Bloom Tentang Pendidikan

7
Siti Hawa Abdullah, Pendidikan Sejarah Pemikiran, Pemahaman dan Empati, Semarang : Penerbit USM,
2019, 28
8
Siti Hawa Abdullah, Pendidikan Sejarah Pemikiran, Pemahaman dan Empati, Semarang : Penerbit USM,
2019, 30

6
Pemikiran tentang dimensi pengetahuan tidak lepas dari pengaruh Benjamin Samuel
Bloom yang lahir di Lansford, Pennsylvania pada tanggal 21 Februari 1913. Beliau seorang
ahli psikolog pendidikan dari Amerika Serikat, dengan kontribusi besar dalam penyusunan
taksonomi tujuan pendidikan. Beliau juga merupakan pencetus teori belajar tuntas sekaligus
menjadi penasihat pendidikan dalam berbagai Negara. Teori beliau menjadi bahan kajian
utama dalam dunia pendidikan, karena landasan filosofinya sangat komprehensif yang
mengatkan bahwa aktivitas belajar maupun hasil belajar memiliki tiga ranag meliputi,
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Bloom menjelaskan tiga jenis aktivitas pembelajaran
meliputi kognitif sebagai domain pengetahuan, afektif sebagai domain perkembangan
perasaan, emosional, sikap, dan psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan fisik.9

Beberapa aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan menjadi dasar dalam paradigma
hasil belajar dan penilaian proses belajar. Oleh karena itu, jenjang Taksonomi Bloom
memiliki hubungan yang kuat dengan pencapaian kompetensi dalam satuan mata pelajaran
baik itu kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam menerapkan
pengetahuan, melakukan penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah dan pembuatan kurva
kreatif peserta didik.10

1. Aspek Kognitif

Dalam aspek Kognitif (pengetahuan) lama memiliki enam tingkatan


pengetahuan yang dilakukan dalam aktivitas belajar meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Bloom (1956)
the cognitive domain involves knowledge and the development of intellectual
skills. Hal tersebut memberikan arti bahwa domain kognitif meliputi
pengetahuan dan pengembangan ketrampilan intelektual. Berikut tingkatan
domain kognitif sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Pemahaman (Comprehension)

c. Aplikasi (Apply)

d. Analisis (Analysis)

9
Didi Nur Jamaludin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 42
10
Husamah, Yuni Pantiwati, dkk. Belajar dan Pembelajaran, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2018, 146

7
e. Sintesis (Synthesis)

f. Evaluasi (Evaluation)

Sedangkan Lorin W Anderson melakukan revisi pada taksonomi aspek


kognitif yakni pertama mengubah kata operasional pada tingkatan pengetahuan
dari kata benda menjadi kata kerja misalnya pada kata analisis menjadi
menganalisis. Kedua, mengubah posisi sintesis menjadi mencipta, serta
meletakkan tahapan mencipta sebagai tahapan teratas dalam taksonomi Bloom
Revisi. Ketiga, pembagian domain kognitif terdiri atas dimensi proses kognitif
dan dimensi pengetahuan.

Dimensi proses kognitif menunjukkan jenjang tingkatan yang paling


rendah menuju tingkatan yang paling tinggi, dari yang sederhana menuju
kompleks. Dimensi proses kognitif terdiri dari, menghafal (remember),
memahami (understand), mengaplikasikan (Applying), mrnganalisis (analyzing),
mengevaluasi (evaluating), membuat (create). Sedangkan dimensi Pengetahuan
terdiri atas empat jenis pengetahuan meliputi, pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif Taksonomi Bloom sering dikenal dengan sebutan aspek


sikao. Berdasarkan terminologi, aspek afektif memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan sikao, dalam bahasa inggris sikap sering kali diartikan
dalam istilah attitude. Menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) bahwa
afektif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal emosional,
seperti perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Dengan
demikian aspek afektif bisa dimaknai sebagai kepribadian, karena berkaitan
dengan perasaan dan nilai-nilai yang melekat. Pembentukan afektif dengan
lima tahap meliputi:

a. Menerima (Receiving)

b. Menanggapi (Responding)

c. Menilai (Valuing)

8
d. Mengorganisasikan (Organization)

e. Menghayati nilai/ memiliki karakter (Internalizing values,


Characterization)

3. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik taksonomi bloom meliputi gerakan fisik,


koordinasi, meniru dan oenggunaan berbagai ketrampilan motorik.
Pengembangan ketrampilan ini membutuhkan latihan dan diukur dalam hal
kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik pelaksanaan. Jika
memperhatikan pendapat Bloom pada aspek psikomotorik sebagai proses
pembelajaran suatu ketrampilan yang bersifat motorik dengan nemperhatikan
aspek psikoligis. Maka, guru perlu menguatkan pembelajaran yang
berorientasi pada aspek psikomotorik, karena hampir semua pembelajaran itu
memiliki potensi pengembangan aspek psikomotorik. Tahapan dalam aspek
psikomotorik diantaranya:

a. Persepsi (perception)

b. Persiapan (set)

c. Pembimbingan (Guided Response)

d. Terampil Dasar (Mechanism)

e. Merespon tindakan komplek/ ahli (Complex overt response/ expert)

f. Mengadaptasikan (Adaptation)

g. Mengkreasikan (origination)11

11
Didi Nur Jamaluddin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 46-48

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah taksonomi (taxonomy) diambil dari bahasa Yunani yaitu “Tassein”


yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi
dapat diartian sebagai klasifikasi hierarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Jadi, tasonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi
(Wikipedia, 2010 :1). Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom
yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam
proses belajar.

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam


Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase
terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan
hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang
dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan
tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak
level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep
kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.

Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu


kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam aspek Kognitif (pengetahuan) lama
memiliki enam tingkatan pengetahuan yang dilakukan dalam aktivitas belajar meliputi
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) bahwa afektif merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan hal-hal emosional, seperti perasaan, nilai-nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Dengan demikian aspek afektif bisa dimaknai
sebagai kepribadian, karena berkaitan dengan perasaan dan nilai-nilai yang melekat.

10
Aspek psikomotorik taksonomi bloom meliputi gerakan fisik, koordinasi, meniru dan
oenggunaan berbagai ketrampilan motorik. Pengembangan ketrampilan ini
membutuhkan latihan dan diukur dalam hal kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur,
atau teknik pelaksanaan.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, dari berbagai uraian diatas diharapkan
pembaca dapat menambah pengetahuan tentang Taksonomi Bloom Tentang Ilmu
Pendidikan yang dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Semua yang tertulis di
atas, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini banyak kekurangan dan masih
membutuhkan pengarahan serta bimbingan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
dari pembaca guna perbaikan makalah berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Didi Nur. 2020. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran. Kudus: Buku


Ajar.

Magdalena, Ina. 2020. Evaluasi Pembelajaran SD (Teori dan Praktik). Sukabumi:


CV Jejak.

Yaumi, Muhammad. 2017. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Sulianta, Feri. 2020. Literasi Digital, Riset, Perkembangannya dan Perspektif


Social Studies. Bandung: Published.

Abdullah, Siti Hawa. 2019. Pendidikan Sejarah Pemikiran, Pemahaman dan


Empati. Semarang: USM.

Husamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

12

You might also like