Professional Documents
Culture Documents
Makalah Taksonomi Bloom Ilmu Pendidikan
Makalah Taksonomi Bloom Ilmu Pendidikan
Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2020/2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar dari jenjang sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi akan
memberikan herarki pengetahuan dari yang rendah menuju yang tinggi. Pengetahuan yang
luas akan menjadi spesifik jika telah ditetapkan dalam suatu kurikulum dan disusun dalam
tujuan pembelajaran. Penggunaan kata operasional dalam tujuan pembelajaran juga akan
memberikan deskripsi tingkat ke dalaman materi. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran antara
jenjang sekolah dasar tentu memiliki perbedaan. Dengan tujuan pembelajaran pada sekolah
menengah maupun perguruan tinggi.
Taksonomi Bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agara dengan
adanya taksonomi para pendidikan dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan
intruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi
berherarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi semua hal yang bergerak,
benda diam, tempat, dan kejadian sapai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan
menurut bebrapa skema taksonomi.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah taksonomi (taxonomy) diambil dari bahasa Yunani yaitu “Tassein” yang berarti
untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. 1 Taksonomi dapat diartian sebagai
lasifiasi hierarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Jadi, tasonomi adalah
ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi (Wikipedia, 2010 :1).2 Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses belajar.3
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasian menurut beberapa skema taksonomi. Taksonomi merupakan
suatu tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan penelitianiliah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada
tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom beserta dengan kawan-kawanya, Benjamin S. Bloom
adalah seorang psikolog bidang pendidikan dari Amerika Serikat.4
Taksonomi Bloom telah digunakan sejak lama sebagai dasar untuk menyusun
berbagai tujuan pendidikan, membuat materi uji, dan merancang kurikulum di seluruh dunia.
Kerangka pikir ini memudahkan pendidik dalam memahami, menata, dan
mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan. Taksonomi Bloom direvisi dikarenaan
masyaraat dan dunia telah banyak mengalami perubahan seja tahun 1956, dan perubahan-
perubahan ini memengaruhi cara berpikir, termasuk pula perubahan praktik-praktik
pendidikan.
1
Ina Magdalena, Evaluasi Pembelajaran SD (Teori Dan Praktik), Sukabumi : CV Jejak, 2020, 37
2
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran ; Disesuaian Dengan Kuriulum 2013, Jakarta :
Kencana, 2017, 88
3
Retno Utari, Taksonomi Bloom ; Apa Dan Bagaimana Menggunakannya,Jurnal Pusdiklat KNPK, 2011, 1
4
Ina Magdalena, Evaluasi Pembelajaran SD (Teori Dan Praktik), Sukabumi : CV Jejak, 2020, 37-38
4
didik. Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif.
Jenjang Taksonomi Bloom memberikan arti penting dalam pembelajaran yakni untuk
menentukan tujuan pembelajaran, memperkuat proses pembelajaran, dan menyusun
instrumen penilaian.Widodo (2005 : 9) menjelaskan kelebihan taksonomi yang baru dalam
kaitannya dengan asesmen. Karena pengetahuan dipisah dalam proses kognitif, guru dapat
segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum diukur.6
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi
Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi
hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai
dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih
tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan
5
Feri Sulianta, Literasi Digital, Riset, Perembangannya Dan Prespektif Social Studies, Bandung : Published,
2020, 70
6
Didi Nur Jamaludin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 44
5
pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Konsep ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.7
1. Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai
konsep itu.
2. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa
terlebih dahulu memahami isinya. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring
dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid
Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990.
Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara
hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan
berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam
kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukkan
kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.8
7
Siti Hawa Abdullah, Pendidikan Sejarah Pemikiran, Pemahaman dan Empati, Semarang : Penerbit USM,
2019, 28
8
Siti Hawa Abdullah, Pendidikan Sejarah Pemikiran, Pemahaman dan Empati, Semarang : Penerbit USM,
2019, 30
6
Pemikiran tentang dimensi pengetahuan tidak lepas dari pengaruh Benjamin Samuel
Bloom yang lahir di Lansford, Pennsylvania pada tanggal 21 Februari 1913. Beliau seorang
ahli psikolog pendidikan dari Amerika Serikat, dengan kontribusi besar dalam penyusunan
taksonomi tujuan pendidikan. Beliau juga merupakan pencetus teori belajar tuntas sekaligus
menjadi penasihat pendidikan dalam berbagai Negara. Teori beliau menjadi bahan kajian
utama dalam dunia pendidikan, karena landasan filosofinya sangat komprehensif yang
mengatkan bahwa aktivitas belajar maupun hasil belajar memiliki tiga ranag meliputi,
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Bloom menjelaskan tiga jenis aktivitas pembelajaran
meliputi kognitif sebagai domain pengetahuan, afektif sebagai domain perkembangan
perasaan, emosional, sikap, dan psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan fisik.9
Beberapa aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan menjadi dasar dalam paradigma
hasil belajar dan penilaian proses belajar. Oleh karena itu, jenjang Taksonomi Bloom
memiliki hubungan yang kuat dengan pencapaian kompetensi dalam satuan mata pelajaran
baik itu kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan dalam menerapkan
pengetahuan, melakukan penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah dan pembuatan kurva
kreatif peserta didik.10
1. Aspek Kognitif
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (Comprehension)
c. Aplikasi (Apply)
d. Analisis (Analysis)
9
Didi Nur Jamaludin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 42
10
Husamah, Yuni Pantiwati, dkk. Belajar dan Pembelajaran, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2018, 146
7
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
2. Aspek Afektif
a. Menerima (Receiving)
b. Menanggapi (Responding)
c. Menilai (Valuing)
8
d. Mengorganisasikan (Organization)
3. Aspek Psikomotorik
a. Persepsi (perception)
b. Persiapan (set)
f. Mengadaptasikan (Adaptation)
g. Mengkreasikan (origination)11
11
Didi Nur Jamaluddin, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, Kudus : Buku Ajar, 2020, 46-48
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Aspek psikomotorik taksonomi bloom meliputi gerakan fisik, koordinasi, meniru dan
oenggunaan berbagai ketrampilan motorik. Pengembangan ketrampilan ini
membutuhkan latihan dan diukur dalam hal kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur,
atau teknik pelaksanaan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, dari berbagai uraian diatas diharapkan
pembaca dapat menambah pengetahuan tentang Taksonomi Bloom Tentang Ilmu
Pendidikan yang dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Semua yang tertulis di
atas, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini banyak kekurangan dan masih
membutuhkan pengarahan serta bimbingan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
dari pembaca guna perbaikan makalah berikutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12