Professional Documents
Culture Documents
Makalah Manajemen Bimbingan Dan Konseling
Makalah Manajemen Bimbingan Dan Konseling
Oleh :
1. Indriani Noor Agustin (1910310030)
2. Eka Miftakhussa’adah (1910310021)
3. Naila Darojatil Ulya (1910310034)
Pgmi - A
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaturan pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga
pelayanan BK benar-benar memberikan kontribusi yang baik dan diingikan pada
pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah. Suatu program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak mungkin tersusun apabila tidak diatur dalam suatu sistem
manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu sendiri akan banyak ditentukan oleh
kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan,
mengaktifkan, dan mengontrol sumber daya yang ada. Pelaksanaan manajemen
bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi program
pelayanan BK, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para peserta didik,
satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan
dengan baik pelaksanaan bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang
telah dilaksanakan dalam Bimbingan Konseling tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.
3. Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Manajemen bimbingan dan konseling menurut pendapat Sugiyo yaitu,
kegiatan yang diawali dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian aktivitas, dan semua unsur pendukung bimbingan dan konseling,
menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling, memotivasi sumber daya manusia agar mencapai tujuan kegiatan
bimbingan dan konseling. Manajemen bimbingan dan konseling dapat diartikan
sebagai proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada
individu melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduannya agar individu memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalah-masalahnya serta dapat memecahkan masalahnya.3
Dalam konteks Bimbingan dan Konseling (BK), manajemen mengupayakan
agar tercapainya efektivitas dan efisiensi serta tercapainya tujuan. Oleh karena itu,
manajemen diperlukan dalam bimbingan dan konseling berdasarkan tiga alasan
yaitu, untuk mencapai tujuan, untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan
yang saling bertentangan, dan untuk mencapai keefektivas serta efisien.4
Manajemen bimbingan dan konseling yang optimal perlu dilakukan
sehingga bimbingan dan konseling benar-benar memberikan kontribusi pada
penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan. Kegiatan ini
didukung oleh manajemen pelayanan yang baik pula untuk tercapainya
peningkatan mutu manajemen bimbingan dan konseling di sekolah.5
3
membantu peserta didik memahami diri sendiri dan lingkungannya.
Kompetensi mengelola program harus dimiliki oleh guru BK atau Konselor.
Menurut Sukardi (2008:37) kegiatan penyusunan program bimbingan dan
konseling disekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui
berbagai bentuk survei, untuk menginvestikan tujuan, kebutuhan, kemampuan
sekolah, serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan
konseling.6
Terdapat tiga jenis program bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:
Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode berisikan materi yang
merupakan sinkronisasi dari unsur-unsur :
6
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan Aplikasinya, (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2018), 13-14.
7
Wardati, Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya,2011), 75.
4
b. Bidang-bidang bimbingan.
c. Jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
5
f. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan;
g. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan
pengajaran di sekolah yang bersangkutan;
h. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa;
i. Mempertimbangkan peran yang penting dalam menghubungkan
sekolah dengan masyarakat;
j. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program
itu sendiri, kemajuan siswa yang dibimbing, kemajuan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap para petugas pelaksananya, dan
k. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan
dalam hal pelayanan kelompok dan individu, pelayanan yang diberikan
oleh guru pembimbing, penggunaan alat ukur yang objektif dan
subjektif, penelaahan tentang siswa dan pemberian konsleing,
pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan, dan
pemberian konseling umum dan khusus.
6
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
b. Pelayanan Responsif
7
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada
konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, karena apabila sebab tidak segera dibantu
dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Konseling individual, konseling kritis, konsultasi
dengan orang tua, guru, dan ahli tangan kepada ahli lain adalah ragam
bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
Layanan resposif merupakan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang menghadapi masalah dan kebutuhan yang memerlukan
pertolongan dengan segera. Tujuan layanan responsif adalah
membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang
mengalami hambatan. Kegiatan dalam mencapai tugas tugas
perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan
sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi
konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan
masalah sosial pribadi, karier, dan atau masalah pengembangan
pendidikan. Fokus layanan responsif bergantung pada masalah atau
kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan
keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting
bagi perkembangan dirinya secara positif.
8
10) Masalah pergaulan bebas (free sex)
11) Masalah tawuran
12) Manajemen stres
13) Masalah dalam keluarga.
9
pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi
tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
b) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka
pencapaian tujuannya
c) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
d) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Fokus layanan perencanaan individual berkaitan erta dengan
pengembangan aspek akademik, karier, dan sosial-pribadi. Secar
perinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup perkembangan
aspek:
1) Akademik, meliputi memanfaatkan keterampilan belajar,
melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan,
memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan
memahami nilai belajar sepanjang hayat.
2) Karier, meliputi eksplorasi peluang-peluang karier, mengeksplorasi
latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan
bekerja yang positif.
3) Sosial-pribadi, meliputi pengembangan konsep diri yang positif,
dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
10
dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan siswa. Layanan dukungan sistem
merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,
infrastruktur, dan pengembangan kemampuan profesional konselor
secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan
kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
konseli.
Menurut Depdiknas (2008; 213) layanan dukungan sistem
meliputi aspek-aspek: 1). Pengembangan jejaring baik dengan pihak
orang tua, guru, staf sekolah, maupun kerjasama dengan ahli terkait
pelayanan bimbingan dan konseling. 2). Kegiatan manajemen yang
meliputi kegiatan pengembangan program, pengembangan staf,
pemanfaatan sumber daya, serta pengembangan penataan kebijakan.
3). Riset dan pengembangan yang merupakan aktivitas konselor yang
berhubungan dengan pengembangan profesional secara berkelanjutan.
Pengembangan program bimbingan dan konseling disekolah
memegang peranan yang penting dalam rangka keberhasilan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Untuk itu,
dalam mengembangkan program bimbingan ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan
dan konseling
b. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan
c. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas
yang diperlukan
d. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan
e. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan
f. Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan
bimbingan dan konseling.
11
Menurut Gybers & Henderson (2006:41) fase-fase dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling disekolah disekolah
meliputi empat fase yaitu sebagai berikut:
1) Perencanaan (Planning)
Menurut Sukardi (2002:20) perencanaan pada dasarnya
mengandung makna sebagai persiapan menyusun suatu keputusan
berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan
suatu pekerjaan yang terarah pada tujuan tertentu. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam proses perencanaan ini antara lain: 1). Identifikasi
target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), 2). Isi pokok program
(tujuan dan ruang lingkup program), dan 3). Organisasi program layanan
(pengorganisasian layanan bimbingan).
Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan
bimbingan dan konseling disekolah, maka terdapat beberapa kegiatan
yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa
b. Penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang
hendak dicapai
c. Analisis situasi dan kondisi sekolah
d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan
e. Penetapan metode dan teknik yang akan dipergunakan dalam
kegiatan
f. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan
yang telah ditetapkan
g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling yang direncanakan
h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan
usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan
tersebut.
12
visi dan misi yang telah ditetapkan oleh sekolah/madrasah. Dari rumusan
tersebut dibuatlah sebuah rencana program bimbingan dan konseling
yang terdiri dari program tahunan, program semesteran, program
bulanan, dan program mingguan yang kemudian dalam kegiatan harian
dalam bimbingan dan konseling disekolah/madrasah.9
2) Perancangan (designing)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan
yakni menyangkut aspek-aspek berikut ini:
a. Kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan
b. Siapa saja yang harus diberi layanan , apakah semua siswa
dengan pendekatan pengembangan atau beberapa siswa dengan
pendekatan kuratif?
c. Keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing,
mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau
menyebarkan informasi dengan mempertimbangkan prioritas
tertentu?
d. Bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program
pendidikan lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu
mendukung program pengajaran?
3) Penerapan (Implententing)
Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu
memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah
dirancang sebelumnya sehingga terdapat kesesuaian antara program
yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program
terlaksana dengan baik.
4) Penilaian (Evaluating)
Evaluasi merupakan langkah penting dalam keseluruhan
manajemen program bimbingan dan konseling komprehensif. Tanpa
evaluasi terhadap pelaksanaan program, tidak mungkin dapat diketahui
dan diidentifikasi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah direncanakan sebelumnya. Penilaian
atau evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan usaha
9
Shilphy A. Octavia, Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah/Madrasah, (Yogyakarta:
DEEPUBLISH, 2019), 56-57.
13
mengukur, menilai, atau menentukan derajat kualitas pelaksanaan
program. Selain itu, evaluasi pelaksanaan program juga diperlukan untuk
memperoleh balikan (feed-back) terhadap keefektifan aktivitas dan
layanan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam
program pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat penting untuk
mengumpulkan informasi untuk mengetahui dan menentukan efektivitas
dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu
peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami kebutuhan-
kebutuhan, kemampuan, dan kelemahannya. Kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang konselor dalam mengevaluasi program bimbingan
dan konseling adalah : 1). Melakukan evaluasi hasil, proses, dan
program bimbingan dan konseling, 2). Melakukan penyesuain proses
layanan bimbingan dan konseling, 3). Menginformasikan hasil
pelaksanaan evaluasi layanan bimbingan dan konseling kepada pihak
terkait, dan 4). Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi
dan mengembangkan program bimbingan dan konseling.
Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam suasana
kontak langsung dengan siswa (kegiatan kontak), tanpa kontak langsung
dengan siswa (kegiatan non kontak. Kegiatan tersebut perlu dijadwalkan
yaitu sebagai betikut:
a. Kegiatan yang memerlukan kontak langsung dengan siswa.
1) Semua kegiatan layanan memerlukan kontak langsung
dengan siswa, baik kontak secara langsung perorangan
maupun klasikal.
2) Kegiatan aplikasi instrumental seperti mengisi angket,
testing, sosiometri, dan juga observasi memerlukan kontak
langsung dengan siswa,
3) Untuk kegiatan melalui kontak langsung dengan siswa
diperlukan waktu tersendiri, dengan catatan siswa tidak
boleh dirugikan dalam kegiaatan belajarnya dengan guru
maat pelajaran. Alokasi waktunya minimum satu jam dan
maksimum dua jam pelajaran dalam satu minggu perkelas,
jam pelajaran ini diisi dengan : Kegiatan aplikasi
14
instrumentasi, layanan informasi klasikal, layanan
pembelajaran klasikal, layanan penempatan/penyaluran
klasikal. Sedangkan evaluasi klasikal kegiatan bimbingan
dan konseling minggu sebelumnya serta perencanaan
kegiatan minggu berikutnya.
b. Kegiatan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok dilaksanakan diluar jam
pelajaran sekolah. Kegiatan diluar jam pelajaran sekolah dapat
mencapai 50% dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah (SK Mendikbud No.25/O/1995).
c. Kegiatan kontak langsung dengan siswa
1) Kegiatan seperti pengelolaam himpunan data, pengolahan
hasil aplikasi instrumentasi, penyiapan alat/bahan
bimbingan, konferensi kasus, kunjungan rumah, pengelolaan
hasil belajar siswa sebagai bahan bimbingan, pengelolaan
administrasi bimbingan dan konseling. Termasuk
pengelolaan ahli tangan kasus, serta penyusunan rencana dan
laporan kegiatan bimbingan dan konseling sehari-hari
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan siswa.
2) Kegiatan non kontak itu dapat dilaksanakan pada jam-jam
pelajaran disekolah.
d. Hak panggil.
Untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling guru
pembimbing memiliki hak panggil terhadap siswa asuh yang
menjadi tanggung jawabnya, dengan catatan siswa yang dipanggil
tidak boleh dirugikan dalam mengikuti mata pelajarannya.
e. Jadwal kegiatan
1) Kegiatan kontak baik diluar maupun didalam jam pelajaran
sekolah dan kegiatan non kontak didalam maupun diluar jam
pelajaran sekolah oleh guru pembimbing dijadwalkan dan
direncanakan kegiatannya disusun secara tertulis diketahui
dan disetujui oleh Kepala Sekolah.
2) Kegiatan didalam dan diluar jam pelajaran sekolah diatur
sedemikian rupa dengan memperhatikan
15
3) Jam wajib bekerja guru pembimbing
4) Keseimbangan kehadiran guru pembimbing di sekolah pada
jam pelajaran sekolah dan luar jam pelajaran sekolah
5) Kegiatan kontak dan non-kontak serta rencana kegiatannya
disampaikan oleh guru pembimbing kepada siswa secara
jelas serta dapat diketahui dan mendapat peneguhan oleh
kepala sekolah.10
10
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan Aplikasinya,
(Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP,2018),15-24.
16
informasi kita bisa tau sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan
bimbingan. Informasi ini dapat ditetapkan sebagai langkah awal tindak
lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya.11
1) Tujuan evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang
telah ditetapkan. Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling secara umum yaitu:
a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau
subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan
konseling.
b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi peaksanaan
program dalam kurun waktu tertentu.
11
Wardati, Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011), 87.
12
Darmawan Harefa, Teori Manajemen bimbingan dan konseling ,(Banyumas: PM Publisher, 2020),
160.
17
a. Memberikan umpan balik (feedback) kepada guru pembimbing
(konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program
bimbingan konsling.
b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru
mata pelajaran, dan orang tua siswa agar bisa berkolab orasi
untuk meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan
dan konseling.
3) Aspek-aspek yang Dievaluasi
Dalam program kegiatan bimbingan terdapat 2 aspek yaitu
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses yang dimaksud
yaitu untuk mengetahui sampai mana efektivitas layanan bimbingan
dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil yang dimaksud
untuk memperoleh informasi efektivitas layanan bimbingan dan
konseling yang dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik dari segi
proses maupun hasil antara lain:
a. Kesesuaian antara program dan pelaksanaan,
b. Keterlaksanaan program,
c. Hambatan-hambatan yang di jumpai,
d. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar,
e. Respon siswa, personil sekolah, orang tua dan masyarakat
terhadap suatu layanan bimbingan,
f. Perubahan kemajuan siswa dilihatdari pencapaian yujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil
belajar, dan keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah.
4) Langkah-langkah Evaluasi.
Dalam melaksanakan evaluasi program yang ditempuh yaitu
sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah atau beberapa petanyaan.
Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang
diperlukan untuk mengambil keputusan, maka dari itu konselor
perlu mempersiapkan pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan
hal-hal yang akan di evaluasi. Terdapat 2 aspek pokok yang
terkait dengan dasarnya pertanyaan tersebut yaitu: (1) tingkat
18
keterlaksanaan program (aspek proses) dan (2) tingkat
ketercapaian tujuan program ( aspek hasil).
b. Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpulan data.
Untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun suatub instrument yang relevan dengan kedua aspek
tersebut.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Menelaah tentang program apa saja yang telah dilaksanakan
maupun yang belum dilaksanakan dan tujuan mana yang sudah
atau belum tercapai.
d. Melakukan tindak lanjut (follow up).
Kegiatan tindak lanjut meliputi 2 kegiatan yaitu (1)
Memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah. Kurang tepat atau
relevan dengan tujuan yang di capai, (2) mengembangkan
program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal
yang di pandang dapat meningkat efektivitas atau kualitas
program.13
13
Wardati, Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:Prestasi
Pustakaraya,2011) 88-91
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen berasal dari bahasa Inggris dengan kata kerja “to manage” yang
artinya Mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol. Manajemen adalah
20
ilmu mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang di
dukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasni yang mencapai tujuan
tertentu. Bimbingan dan konseling merupakan suatu komponen penyelenggaraan
pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan social, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Manajemen bimbingan dan
konseling dapat diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing
atau konselor kepada individu melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduannya agar individu memiliki kemampuan atau kecakapan melihat
dan menemukan masalah-masalahnya serta dapat memecahkan masalahnya.
Penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah merupakan seperangkat
kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei, untuk menginvestikan
tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta persiapan sekolah untuk melaksanakan
program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling terdiri dari
empat komponen pelayanan. fase-fase dalam pengembangan program bimbingan dan
konseling disekolah disekolah meliputi empat fase yaitu
perencanaan,perancangan,penerapan, dan penilaian. Dalam evaluasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling Evaluasi diartikan sebagai suatu proses pengumpulan
informasi unruk mengetahui efektivitas keterlaksanaan dan ketercapaian suatu kegitan
yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Dalam keseluruhan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh
umpan balik terhadap efektifitas layanan bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan. Dengan adanya informasi kita bisa tau sejauh mana derajat keberhasilan
kegiatan layanan bimbingan. Informasi ini dapat ditetapkan sebagai langkah awal
tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya. Penilaian
perlu di programkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian baik menganai
proses maupun hasil perlu dianalisis untuk di jadikan dasar dan tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan. Dengan melakukan
sebuah penilaian secara komperhensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau
informasi yang dapat disajikan bahan untuk pertanggung jawaban / akuntabilitas
pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Minimal evaluasi dilakukan pada
akhir tahun ajaran dan menjadi salah satu dasar pengembangan program untuk tahun
ajaran berikutnya.
B. Saran
21
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
1. Sebagai seorang guru dalam mengajar harus merancang pelaksanaan pembelajaran
semaksimal mungkin. Karena selain mengajar guru juga harus bisa dalam mengelola
kelas dimana seorang guru haru smampu menciptakan suasana yang kondusif didalam
kelas. Bahwasanya tugas seorang guru SD itu tidak mudah dibanding dengan guru di
sekolah mengah lainnya.
2. Sesuatu yang paling utama dimiliki guru adalah kaitan dengan perencanaan
pengajaran, tipe belajar ini perlu mendapat perhatian, sebab hal ini menjadi salah satu
faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran yang diberikan kepada siswa.
Dengan kata lain, agar siswa belajar mencapai taraf yang lebih tinggi, diperlukan
kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang telah
diuraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Harefa, Darmawan dan Kamiludin Telaumbanu. 2020. Teori Manajemen Bimbingan dan
Konseling. Banyumas: PM Publisher.
Herawati, Endang Sri Budi dan Adiman. 2020. Tata Kelola Administrasi Sekolah.
Pasuruhan: Qiara Media.
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan
Aplikasinya. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Wardati, Mohammad Jauhar. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Djehaut, Safrianus Haryanto. 2015. Bimbingan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Absolute
Media.
Octavia, Shilphy A.. 2019. Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling di
Sekolah/Madrasah. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
22