Professional Documents
Culture Documents
Bahan Ajar Psikologi
Bahan Ajar Psikologi
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
Psikologi Pendidikan ialah studi tentang orang yang belajar, pembelajaran dan
pengajaran (Reynold & Miller, 2003). Namun dari sisi lain psikologi pendidikan merupakan
akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan dan teori yang didasarkan pada pengalaman yang
seharusnya dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran sehari-hari dengan
cerdas.
Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991).
Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa
keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga
pengajar dalam melaksanakan tugas mengajar.
Adapun hal-hal yang terdapat pada dasar pengajaran psikologi pendidikan ini,
diantaranya:
1. Apa yang membuat seseorang menjadi guru yang baik?
a). Mengetahui pokok permasalahan.
Pengetahuan atau kemampun yang tidak dimiliki seorang pelajar, guru harus dapat
mengetahui pokok permasalahan yang dimiliki oleh pelejar tersebut.
b). Menguasai keterampilan mengajar.
Menguasai keterampilan mengajar sangatlah penting karena hal itu merupakan suatu
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan
pembelajaran, agar proses mengajar dapat berjalan dengan efektif.
c). Apakah pengajar yang baik dapat diajarkan.
Seorang guru yang luar biasa tidak melakukan apa-apa pun yang juga tidak dapat
dilakukan oleh setiap guru yang lain, karena hal tersebut hanyalah masalah pengetahuan
prinsip-prinsip pengajaran efektif dan bagaimana menerapkannya.
d). Guru yang intensional (guru yang bertujuan)
1
Seorang guru yang memiliki tujuan adalah orang-orang yang secara terus menerus
memikirkan hasil yang mereka inginkan bagi siswa mereka dan bagaimana masing-
masing keputusan yang mereka ambil membawa anak-anak mereka menuju hasil tersebut.
2. Apa peran riset dalam psikologi pendidikan?
Riset dalam psikologi pendidikan terpusat pada proses menyampaikan informasi,
kemampuan, nilai dan sikap guru pada siswa mengenai penerapan prinsip-prinsip psikologi
pada praktek pengajaran.
Bertolak dari tujuan riset dalam psikologi pendidikan yaitu untuk membahas dengan
seksama pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas dan juga yang kurang begitu jelas, dengan
menggunakan metode objektif untuk menguji gagasan tentang faktor-faktor yang berperan
dalam pembelajaran.
Mengajar sebagai pengambilan keputusan riset dalam psikologi pendidikan ini adalah
menguji berbagai teori yang menuntun tindakan para guru dan orang-orang lain yang terlibat
dalam pendidikan.
3. Metode riset yang digunakan dalam psikologi pendidikan.
a). Eksperimen : peneliti dapat menciptakan perlakuan khusus dan menganalisa efeknya.
b). Studi korelasi : peneliti melakukan perubahan variabel untuk dapat melihat bagaimana
perubahan ini akan mempengaruhi variabel lain, dalam riset korelasi peneliti mempelajari
variabel-veriabel untuk melihat apakah semuanya berkaitan. Variabel dapat berkorelasi
positif, berkorelasi negatif dan tidak berkorelasi.
c). Riset deskriptif : Riset eksperimen dan korelasi mencari hubungan antara variable-
variabel.
d). Riset tindakan : bentuk khusus riset deskriptif yang dilangsungkan pendidikan diruang
kelas atau sekolah mereka mengajar.
3
BAB II
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Perkembangan teori Piaget terjadi karena Piaget percaya bahwa semua anak
dilahirkan dengan kecendrungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan
memahaminya. Hal ini dilakukan dengan cara-cara dasar mengorganisasikan dan mengelola
informasi sebagai struktur kognitif. Anak-anak yang masih muda memperlihatkan pola-pola
4
perilaku dan pemikiran, yang disebut skema. Selain itu menurut Piaget adaptasi adalah proses
menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi
skema yang ada. Kadang-kadang ketika cara-cara lama untuk menghadapi dunia ini sama
sekali tidak berhasil, seorang anak mungkin akan mengubah skema yang ada dari sudut
informasi baru atau pengalaman baru proses ini disebut akomodasi.
a. Tahap-tahap Perkembangan menurut Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak-anak dan remaja menjadi empat
tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
1. Tahap sensorimotor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun) tahap ketika bayi
belajar tentang sekeliling mereka dengan menggunakan indera dan
kemampuan motor mereka. Pada tahap ini akan ditandai dengan
perkembangan pemahaman tentang ketepatan objek, karena anak-anak harus
belajar bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tepat ada sekalipun objek
tersebut tidak ada dalam kehadiran fisik anak itu.
2. Tahap praoperasional (usia 2 tahun hingga 7 tahun) tahap ketika anak-anak
belajar melambangkan segala sesuatu dalam pikiran. Pada tahap ini bahwa
anak-anak kecil tidak mempunyai pemahaman tentang prinsip konversi.
Pemikiran anak praoperasional juga dicirikan sebagai sesuatu yang dapat
dibalik. Reversibilitas adalah aspek pemikiran yang sangat penting. Karakter
lain pada tahan praoperasional ialah fokusnya pada keadaan.
3. Tahap operasional konkret ( usia 7 tahun hingga 11 tahun) tahap ketika anak-
anak mengembangkan kemampuan bernalar logis dan memahami konversi
tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi
situasi yang sudah dikenal.
4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun hingga dewasa) tahap dimana
seseorang dapat menghadapi situasi hipotesis dengan abstrak dan dapat
bernalar secara logis. Kondisi hipotesis merupakan kemampuan bernalar
tentang situasi dan kondisi yang belum pernah dialami. Menurut Piaget tahap
operasional formal mengakhir perkembangan kognitif, namun pertumbuhan
intelektual dapat saja terus berlangsung melampaui usia remaja.
5
Teori Piaget tentang perkembangan kognitif juga mencakup suatu teori tentang
perkembangan penalaran moral. Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognitif
berkembang lebih dulu. Kemampuan kognitif kemudian menentukan kemampuan anak-anak
bernalar tentang situasi sosial. Untuk memahami penalaran moral anak-anak, Piaget
menghabiskan banyak waktu untuk mengamati anak-anak bermain gundu dan bertanya
kepada mereka tentang aturan mainnya. Piaget menemukan bahwa pada usia 6 tahun anak-
anak mengakui keberadaan aturan, walaupun mereka tidak konsisten dalam menaatinya.
Piaget (1964) memberi nama tahap pertama perkembangan moral sebagai moralitas
heteronom, hal ini juga disebut tahap ‘realisme moral” moralitas paksaan. Heteronom berarti
tunduk pada aturan yang diberlakukan oleh orang-orang lain. Selama periode ini, anak-anak
yang masih muda terus-menerus dihadapkan dengan orang tua dan orang-orang dewasa yang
memberitahukan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Piaget juga menggambarkan anak-anak pada tahap ini menilai moralitas perilaku
berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya. Piaget menemukan bahwa anak-anak tidak
sungguh-sungguh menggunakan dan menaati aturan hingga usia 10 tahun atau 12 tahun,
ketika anak-anak sanggup berfungsi formal.
Piaget juga mengamati bahwa anak-anak pada usia ini cenderung berdasarkan
penilaian moral pada maksud pelakunya. Anak-anak mengalami kemajuan dari tahap
moralitas heteronom ketahap moralitas otonom dengan perkembangan struktur kognitif tetapi
juga karena interaksi dengan teman-teman yang mempunyai status yang sama.
Penerapan teori Vygotsky dalam pengajaran mempunyai dua implikasi utama. Yang
pertama ialah keinginan menyususn rencana pembelajaran kerja sama di antara kelompok-
kelompok siswa yang mempunyai tingkat-tingkat kemampuan yang berbeda. Kedua
7
pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran menekankan perancahan dengan siswa yang
mengambil makin banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.
8
6. Tahap VI: Keintiman versus Keterasingan (dewasa awal) begitu orang-orang yang
masih muda mengetahui siapa diri mereka dan kemana mereka akan pergi, tahap
tersebut dimulai untuk membagikan kehidupan mereka satu sama lain.
7. Tahap VII: Daya Regenerasi versus Penyerapan Diri (dewasa pertengahan) daya
regenerasi (generativity) adalah minat untuk membentuk dan menuntun generasi
berikut. Orang memperoleh data regenerasi dengan membesarkan anak-anak mereka
sendiri. Namum, krisis tahap ini juga dapat berhasil diatasi melalui bentuk-bentuk
produktivitas dan kreativitas lainnya.
8. Tahap VIII: Integritas versus Keputusan (Dewasa akhir) dalam tahap terakhir
perkembangan psikososial, orang melihat kembali seluruh masa hidup mereka dan
memecahkan krisis identitas terakhir mereka. Penerimaan, pencapaian, kegagalan, dan
keterbatasan tertinggi membawa suatu rasa integritas, atau keutuhan, suatu kesadaran
bahwa kehidupan seseorang telah menjadi tanggung jawabnya.
1. Tahap I dan II: Tingkat Prakonvensional, menekankan pada orientasi hukuman dan
ketaatan. Konsekuensi fisik tindakan menentukan kebaikan dan keburukannya, dan
orientasi relativis instrumental yaitu apa yang benar adalah apa saja yang memuaskan
kebutuhan diri sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang-orang lain. Unsur-unsur
9
keadilan dan ketimbalbalikan ada, tetapi kebanyakan ditafsirkan dalam bentuk “ Anda
menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggungmu”.
2. Tahap III dan IV: Tingkat Konvensional individu, menganut aturan dan kadang-
kadang akan menomor duakan kebutuhan sendiri di belakang kebutuhan kelompok,
harapan keluarga, kelompok atau bangsa dipandang bernilai pada dirinya, tanpa
peduli konsekuensi-konsekuensinya yang langsung dan tampak jelas. Tahap ini
menekankan pada orientasi “anak baik” perilaku yang baik adalah apa saja yang
menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan disetujui oleh mereka. Seseorang
memperoleh persetujuan dengan bersikap “manis”, dan orientasi “hukuman dan
keteraturan” benar berarti melakukan kewajiban seseorang dengan memperlihatkan
sikap hormat kepada orang yang berwenang, dan mempertahankan tatanan sosial
tertentu pada dirinya.
3. Tahap V dan VI: Tingkat Pasca Konvensional, orang menidentifikasi nilai-nilainya
sendiri dari sudut prinsip-prinsip etika yang telah mereka pilih untuk diikuti. Tahap
ini menekannkan pada orientasi kontrak sosial. Apa yang benar ditentukan dari sudut
hak-hak individu umum dan dari sudut standar yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat, dan orientasi prinsip etika universal. Apa yang benar ditentukan oleh
keputusan suara hati menurut prinsip-prinsip etika yang dipilih pribadi. Prinsip-
prinsip ini adalah abstrak dan etis bukan ketentuan moral spesifik.
Para kritikus menunjukkan bahwa studi Kohlberg hanya berdasarkan pada subjek
pria. Berbagai studi memperlihatkan bahwa mungkin hanya ada sedikit kaitan antara apa
yang diucapkan anak-anak dan perilaku moral aktual mereka.
10
BAB V
TEORI-TEORI PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN
1. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk memperoleh kemampuan yang bukan
merupakan bawaan dari lahir yang bergantung pada pengalaman, termasuk umpan balik
dari lingkungan.Pembelajaran biasanya didefiniskan sebagai perubahan dalam diri
seorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll,2000).
Pembelajaran terjadi dengan banyak cara. Kadang-kadang pembelajaran bersifat
intensional, seperti ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan di ruang kelas
atau ketika mereka melihat sesuatu di internet.Persoalan yang dihadapi para pendidik
adalah bagaimana membantu siswa untuk mempelajari informasi, ketrampilan, dan
konsep tertentu yang bermanfaat dalam kehidupan dewasa.Dari persoalan inilah para ahli
mengembangkan teori-teori perilaku dalam pembelajaran.
14
1. Model orang dewasa melakukan suatu tugas sambil berbicara kepada diri sendiri
dengan lantang (peniruan kognitif).
2. Anak tersebut melakukan tugas yang sama dibawah pengarahan instruksi orang
yang menjadi contoh tersebut (panduan yang jelas dan eksternal).
3. Anak tersebut melakukan tugas tadi sambil mengajari diri sendiri dengan suara
lantang (panduan yang jelas terhadap diri sendiri).
4. Anak tersebut membisikkan instruksi tadi kepada diri sendiri ketika dia
menyelesaikan tugas tersebut (panduan yang jelas dan tidak terdengar kepada diri
sendiri).
5. Anak tersebut melakukan tugas tadi sambil memandu kinerjanya melalui
percakapan kepada diri sendiri (instruksi tersembunyi kepada diri sendiri).
Teori-teori pembelajaran perilaku sangat penting bagi penerapan pisikologi
pendidikan dalam pengelolaan ruang kelas, disiplin, motivasi, model pengajaran, dan
bidang-bidang lain. Namun, teori-teori pembelajaran perilaku mempunyai lingkup yang
terbatas, dalam arti bahwa teori tersebut hanya menjelaskan perilaku yang dapat diamati
yang dapat diukur secara langsung.Teori pembelajaran sosial sangat memberi andil
dalam pembelajaran prilaku manusia yaitu melalui pembelajaran mengamatan dan
pembelajaran mandiri.
15
BAB VI
Pikiran manusia adalah suatu pencipta makna. Sejak mikrodetik pertama Anda melihat,
mendengar, mencicipi, atau merasakan sesuatu, anda memuali suatu proses memutuskan
benda apa itu, bagaimana hal-hal itu terkait dengan apa yang telah anda ketahui, dan apakah
hal itu penting diingat dalam pikiran anda atau harus dibuang. Seluruh proses ini mungkin
terjadi dengan sadar, tidak sadar, atau keduanya. Pada pembahasan ini menguraikan
bagaimana informasi diterima dan diolah dalam pikiran, bagaimana daya ingat dan
kehilangan daya ingat bekerja,dan bagaimana guru dapat membantu siswa memahami dan
mengingat informasi, kemampuan, dan gagasan yang sangat penting. Bab ini juga
menyajikan teori-teori yang terkait dengan proses yang berlangsung dalam pikiran pelajar,
dan sarana membantu siswa menggunakan pikiran mereka dengan lebih efektif belajar,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan.
Informasi terus menerus memasuki pikiran kita melalui indera kita. Kebanyakan
informasi ini hampir langsung dibuang dan kita mungkin bahkan tidak pernah menyadari
banyak diantaranya. Sebagian ditahan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan
kemudian dilupakan. Teori pengolahan informasi adalah teori pembelajaran kognitif yang
menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan dalam pikiran.
1. Rekaman Indera
Rekaman indera adalah komponen sistem daya ingat dimana informasi diterima
dan dipertahankan dalam waktu yang sangat singkat.
a. Persepsi
b. Perhatian
16
c. Memperoleh Perhatian
Ada beberapa cara untuk memperoleh perhatian siswa yang semuanya masuk
dalam judul umum membangkitkan minat siswa. Salah satu caranya adlah
menggunakan isyarat yang menunjukkan “Hal itu penting”. Beberapa guru
menaikkan atau menurunkan suara mereka untuk menandakan bahwa meraka akan
memberitahukan informasi penting. Guru lain menggunakan gerakan tubuh,
pengulangan, atau posisi tubuh untuk menyampaikan pesan yang sama.
Daya ingat jangka pendek atau kerja adalah komponen daya ingat dimana
informasi dalam jumlah terbatas dapat disimpan selama beberapa detik. Pengulangan
adalah repetisi informasi dalam pikiran, yang dapat meningkatkan penyimpanannya.
komponen daya ingat dimana informasi dalam jumlah besar dapat disimpan untuk
kurun waktu yang lama.
a. Daya ingat episodik adalah bagian daya ingat jangka panjang yang menyimpan
citra pengalaman pribadi kita.
b. Daya ingat semantik adalah bagian ingat jangka panjang yang menyimpan fakta
dan pengetahuan umum.
c. Daya ingat prosedural adalah bagian daya ingat jangka panjang yang
menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
a. Model pengolahan sebaran paralel adalah suatu model yang didasarkan pada
gagasan bahwa informasi diperoleh secara serempak dalam rekaman indera, daya
ingat kerja dan daya ingat jangka panjang.
17
b. Model koneksionis adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan disimpan
dalam otak dalam jaringan koneksi, bukan dalam sistem aturan atau masing-
masing informasi.
5. Riset tentang otak
Banyak temuan dari riset otak mungkin berperan penting bagi pendidikan dan
perkembangan anak. Salah satu terkait dengan perkembangan awal, dimana studi
menemukan bahwa jumlah rangsangan sejak dini dalam perkembangan anak terkait
dengan jumlah koneksi saraf, atau synapse, yang merupakan dasar untuk pembelajaran
dan daya ingat yang lebih tinggi (Black, 2003; Bruer, 1999).
18
Latihan berperan penting pada beberapa tahap pembelajaran. Informasi yang
diterima dalam daya ingat kerja harus diulangi dalam pikiran kalau informasi tersebut
ingin disimpan selama lebih dari pada beberapa detik. Informasi dalam daya ingat kerja
biasanya harus dilatih hingga ditempatkan dalam daya ingat jangka panjang (Willingham,
2004).
a. Latihan masal adalah teknik di mana fakta atau kemampuan yang akan dipelajari
sering diulangi dalam kurun waktu yang padat.
b. Latihan terdistribusi adalah teknik di mana hal-hal yang akan dipelajari diulangi
dalam beberapa selang waktu selama suatu kurun waktu.
2. Teori Skema
Sebagaimana kita catat sebelumnya, informasi yang bermakna disimpan dalam daya
ingat jangka panjang dalam jaringan fakta dan konsep yang saling terkait yang disebut
skemata. Telah diajarkan bahwa kebanyakan skemata yang berkembang dengan baik
diorganisasikan dalam hirarki yang mirip dengan kerangka, dengan informasi tertentu
dikelompokkan dalam katergori umum, yang dikelompokkan dalam kategori yang lebih
umum lagi.
Barangkali strategi studi yang paling umum ialah menggaris bawahi atau memberi
stabilo. Walaupun motode ini digunakan secara luas, riset tentang penggaris bawahan
pada umumnya menemukan sedikit manfaat (Anderson & Armbruster, 1984; Gaddy,
1998; Snowman, 1984).
3. Meringkas
20
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat singkat yang
menggambarkan gagasan utama informasi yang sedang dibaca. Keefektifan strategi ini
bergantung pada bagaimana hal itu digunakan (King, 1991; Slotte & Lonka 1999).
Makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan bahwa, dengan meminta siswa
menjelaskan secara tertulis isi yang mereka pelajari, meraka akan terbantu memahami
dan mengingatnya (Klein, 1999).
Garis besar (outlining) menyajikan butir-butir utama bahan tersebut dalam format
hierarkis, dengan masing-masing penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang
lebih tinggi.
6. Metode PQ4R
Salah satuteknik studi yang paling terkenal untuk membantu siswa memahami dan
mengingat apa yang mereka baca ialah suatu prosedur yang disebut metode PQ4R
(Thomas & Robinson, 1972).
21
tersebut dengan informasi atau gagasan yang sudah ada dalam pikiran pelajar tersebut
(Ayaduray & Jacobs, 1997).
2. Mengorganisasikan informasi
Bahan yang diorganisasikan dengan baik akan jauh lebih mudah dipelajari dan
diingat daripada bahan yang diorganisasikan dengan buruk (Durson & Coggnis, 1991).
Pengorganisasisan hierarkis, di mana masalah spesifik dikelompokkan dibawah topik yang
lebih umum, tampaknya sangat membantu bagi pemahaman siswa.
22
BAB VII
PELAJARAN YANG EFEKTIF
Pelajaran adalah dimana pendidikan terjadi dan semua aspek sekolah lainnya, mulai
dari bangunan, bisa hingga administrasi, dirancang untuk mendukung guru dalam
menyampaikan pelajaran yang efektif, mereka tidak mendidik pada dirinya. Kebanyakan guru
mengabiskan banyak waktu belajar mereka untuk memberikan pelajaran kebada siswanya.
Pelaksanaan pembelajaran yang efektif adalah inti keahlihan guru. Beberapa aspek penyajian
pelajaran harus dipelajari ditempat kerja, guru yang baik akan mahir dalam pelajaran tersebut
setiap tahun. Namun, para ahli psikologi pendidikan telah meneliti unsur-unsur yang berguna
dalam pelajaran yang efektif, dan kita mengetahui banyak hal yang berguna dalam
pengajaran sehari-hari pada setiap tingkatan kelas dan dalam setiap mata pelajaran. Pelajaran
yang efektif menggunakan berbagai metode pengajaran.
A. Pengajaran Langsung
Kadang-kadang cara yang paling efektif dan efisien untuk mengajari siswa ialah guru
menyajikan informasi, kemampuan atau konsep secara langsung. Istilah pengajaran langsunf
(direct instruction) digunakan untuk menggambarkan pelajaran dimana guru menyampaikan
informasi langsung kepada siswanya, dengan menata waktu pelajaran untuk mencapai suatua
sasaran yang telah ditentukan dengan jelas seefisien mungkin. Pengajaran langsung
khususnya tepat digunakan untuk mengajarkan isi informasi atau kemampuan yang telah
ditetapkan dengan baik yang harus dikuasi oleh semua siswa. Pengajaran ini akan kurang
tepat digunakan apabila perubahan konseptual yang mendalam merupakan sasaran atau
apabila penjajakan, penemuan dan sasaran terbuka menjadi tujuan pengajaran. Namun riset
baru-baru ini telah mendukung gagasan bahwa pengajaran langsung juga dapat digunakan
lebih efektif dari pada penemuan dalam pengembangan konseptual. Ciri khas pelajaran
pengajaran langsung yang efektif.
Pertama, guru memperbaharui siswa tentang setiap kemampuan yang mungkin
mereka perlukan untuk pelajaran hari ini, misalnya guru dapat dengan singkat mengulas
kembali pelajaran kemarin kalau pelajaran hari ini merupakan kelanjutannya. Kemudian,
guru lebih banyak mengajarkan kemampuan atau informasi, dengan memberi siswa
kesempatan melatih kemampuan tersebut atau mengungkapkan informasi tersebut, dan
bertanya kepada siswa atau memberikan pujian singkat untuk menentukan apakah mereka
mempelajari sasaran tersebut atau tidak.
23
Uraian singkat tentang pengajaran bagian-bagian pelajaran pengajaran langsung.
1. Ungkapkan sasaran pembelajaran dan arahkan siswa pada pelajaran tersebut
2. Ulangi kembali prasyarat
3. Sajikan bahan baru
4. Lanjutkan pemeriksaan pembelajaran
5. Sediakan latihan mandiri
6. Nilai kinerja dan berikan umpan balik
7. Berikan latihan terdistribusi dan periksa
24
Pada awal pelajaran, guru perlu membentuk suatu sikap mental yang positif, atau
sikap kesiapan, dalam diri siswa. Humor atau drama juga dapat membangun sikap
mental yang positif.
3. Ulangi kembali prasyarat
Untuk tugas utama berikut dalam suatu pelajaran, guru perlu memastikan bahwa
siswa telah menguasai kemampuan prasyarat dan menghubungkan informasi yang
sudah ada dalam pikiran mereka dengan informasi yang akan anda sajikan. Kalau
pelajaran hari ini merupakan kelanjutan pelajaran kemarin dan Anda cukup yakin
bahwa siswa memahami pelajaran kemarin, pengulangan tersebut mungkin hanya
mengingatkan mereka tentang pelajaran sebelumnya dan ajukanlah beberapa
pertanyaan kilat sebelum memulai sesuatu yang baru. Alasan mengapa guru
hendaknya mengulang prasyarat ialah untuk memberikan orgasisator awal.
4. Sajikan bahan baru
Disini dimulai isi utama pelajaran tersebut dan pada saat inilah guru menyajikan
informasi atau kemampuan baru.
a) Penekanan pelajaran
b) Kejelasan pelajaran
c) Penjelasan
d) Contoh yang dikerjakan
e) Peragaan, model dan ilustrasi
f) Video yang digabungkan
g) Mempertahankan perhatian
h) Pembahasan isi dan kecepatan
5. Lakukan pemeriksaan pembelajaran
Pemeriksaan pembelajaran memberi umpan balik kepada guru tentang tingkat
pemahaman siswa dan memungkinkan siswa menguji pemahaman mereka tentang
gagasan baru untuk memungkinkan siwsa menguji pemahaman mereka tentang
gagasan baru untuk mengetahui apakah mereka mengkapnya dengan benar.
Pemeriksaan dapat berbentuk pertanyaan kepada kelas. Pemeriksaan pemahaman
apakah tanggapan atas pemeriksaan pembelajaran berbentuk tertulis, fisik atau
lisan, tujuan pemeriksaan tersebut ialah memerikasa pemahaman. Maksudnya,
guru menggunakan pemeriksaan pembelajaran bukan untuk mengajar atau
memberikan latihan melainkan untuk mengetahui apakah siswa telah mengerti apa
yang baru saja mereka dengar. Guru menggunakan pemeriksaan tersebut untuk
25
menentukan kecepatan pengajaran mereka. Kalau siswa mengalami kesulitan,
guru harus memperlambat dan mengulangi topik baru.
6. Berikan latihan mandiri
Istilah latihan mandiri (independent practice) merujuk pada pekerjaan yang
dilakukan sendiri oleh siswa di kelas untuk melatih atau mengungkapkan atau
pengetahuan yang baru dipelajari. Latihan adalah tahap mendasar dalam proses
memindahkan informasai baru dalam daya ingat ingat kerja ke daya ingat jangka
panjang. Beberapa rekomendasi tentang penggunaan efektif waktu latihan mandiri
sebagai berikut.
a) Jangan berikan latihan mandiri hingga anda merasa yakin siswa dapat
mengerjakannya.
b) Upayakanlah penugasan latihan mandiri singkat.
c) Berikan petunjuk yang jelas.
d) Mintalah siswa untuk memulainya dan kemudian hindarilah gangguan.
e) Pantaulah pekerjaan mandiri.
f) Kumpulkan pekerjaan mandiri dan setarakan dalam nilai siswa.
7. Nilai kinerja dan berikan umpan balik
Setiap pelajaran seharusnya mengandung penilaian tentang sejauh mana siswa
telah menguasai sasaran yang ditetapkan untuk pelajaran tersebut. Guru dapat
melakukan penilaian ini secara informal dengan menanyai siswa, dapat
menggunakan pekerjaan mandiri sebagai penilaiannya, atau dapat memberikan
ujian singkat yang terpisah. Namun, cara apapun yang digunakan, gutu seharusnya
menilai keefektifan pelajaran tersebut dan seharusnya memberikan hasil penilaian
tersebut kepada siswa sesegera mungkin.
8. Berikan latihan terdistribusi dan peninjauan
Latihan atau tinjauan yang diberi jarak dari waktu ke waktu mengingatkan daya
ingat akan banyak jenis pengetahuan. Hal ini mempunyai bebrapa implikasi bagi
pengajaran. Pertama, hal itu menyiratkan bahwa peninjauan dan meringkaskan
informasi penting dari pelajaran-pelajaran sebelumnya meningkatkan
pembelajaran.
29
BAB VIII
PENDEKATAN PENGAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
DAN KONSTRUKTIVIS
A. KONSTRUKTIVIS
1. Pandangan Pembelajaran Konstruktivis
Salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran
mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,dengan memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan,dan dengan
mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar untuk mengetahui strategi mereka
sendiri untuk belajar.
Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan-gagasan ini disebut teori
pembelajaran konstruktivis(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis melihat
pelajar terus menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-aturan lama dan kemudian
mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi berguna. Pandangan ini mempunyai implikasi
yang sangat besar bagi pengajaran., karena hal ini menyarankan peran yang jauh lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam banyak
ruang kelas. Karena penekanan pada siswa sebagai pelajar aktif,strategi konstruktivis sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa.
1.1 Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivis mempunyai akar lebih jauh dalam sejarah pendidikan.
Pembelajaran sosial: Pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori
Vigotsky,yang telah digunakan untuk mendukung metode pengajaran di ruang kelas yang
menekankan pembelajaran kerjasama,pembelajaran yang berbasis proyek dan penemuan.
Anak-anak belajar dan dia berpendapat,melalui interaksi bersama dengan orang dewasa dan
teman yang lebih mampu. Dalam proyek-proyek kerjasama seperti yang terdapat di
kelas,anak-anak dihadapkan pada proses pemikiran teman-teman mereka. Metode ini bukan
hanya memungkinkan hasil pembelajaran,tetapi juga memungkinkan proses pemikiran siswa.
Sehingga dalam hal ini,siswa dapat mendengarkan pembicaraan dan bisa mempelajari cara
orang-orang yang berhasil memecahkan masalah berpikir melalui pendekatan mereka.
30
Zona perkembangan proksimal: Konsep gagasan ini menyatakan bahwa ketika siswa
terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri,tetapi dapat mereka kerjakan
dengan bantuan teman atau orang dewasa. Ketika anak-anak bekerja sama masing-masing
anak kemungkinan akan mempunyai teman yang tampil dalam tugas tertentu dengan tingkat
kognisi yang sedikit lebih tinggi.
Masa magang kognisi: Istilah ini merujuk pada proses yang digunakan oleh para pelajar
untuk secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar baik itu orang
dewasa atau teman yang lebih tua dan lebih maju. Contoh dalam pekerjaan,karyawan
memberikan umpan balik kepada karyawan baru yang kurang berpengalaman. Ataupun
dalam pengajaran siswa dalam suatu bentuk magang.
Pembelajaran termediasi: Penafsiran gagasan Vygotsky saat ini menekankan gagasan
bahwa siswa seharusnya diberi tugas-tugas yang rumit dan kemudian diberi cukup bantuan
untuk mencapai tugas-tugas tersebut. Prinsip ini digunakan untuk mendukung penggunaan
proyek di ruang kelas,simulasi,penjajakan dalam komunitas,penulisan untuk pembaca
sesungguhnya dan tugas-tugas otentik lainnya.
1.2 Pembelajaran Kerja Sama
Pendekatan pengajaran konstruktivis biasanya menggunakan secara besar-besaran
pembelajaran kerjasama,berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit kalau mereka dapat membicarakan satu sama lain tentang
masalah. Penekanan pada sifat sosial pembelajaran dan penggunaan kelompok teman untuk
mencontohkan cara berpikir yang tepat serta menantang salah pemahaman satu sama lainnya.
1.3 Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan(discovery learning) adalah komponen penting pendekatan
konstruktivis modern yang mempunyai sejarah panjang dalam inovasi pendidikan. Dalam
pembelajaran penemuan,siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. Pembelajaran penemuan
mempunyai beberapa keunggulan. Hal itu membangkitkan keingintahuan siswa,dengan
memotivasi mereka untuk terus bekerja hingga mereka bisa menemukan jawaban. Siswa juga
mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara mandiri,karena
mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
32
PRINSIP PENJELASAN
Prinsip 1 Pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat
Hakikat proses pembelajaran efektif apabila hal itu merupakan proses yang
intensional untuk membentuk makna dari informasi dan
pengalaman.
Prinsip 2 Pelajar yang berhasil dari waktu ke waktu dan dengan
Tujuan proses pembelajaran bantuan panduan pengajaran,dapat menciptakan
penyajian pengetahuan yang bermakna dan koheran.
Prinsip 3 Pelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi
Konstruksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dengan cara yang
bermakna.
Prinsip 4 Pelajar yang berhasil dapat menciptakan dan
Pemikiran strategis menggunakan persediaan strategi pemikiran dan
penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
rumit.
Prinsip 5 Strategi tingkat tinggi untuk memilih dan memantau
Pemikiran tentang pemikiran cara kerja pikiran mempermudah pemikiran yang kreatif
dan kritis.
Prinsip 6 Pembelajarn dipengaruhi oleh faktor-faktor
Konteks pembelajaran lingkungan,termasuk budaya,teknologi,dan praktik
pengajaran.
Prinsip 7 Apa dan berapa banyak dipelajari dipengaruhi oleh
Pengaruh motivasi dan emosi motivasi pelajar. Motivasi belajar pada gilirannya
terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan emosi,keyakinan,minat dan
tujuan,serta kebiasaan berpikir masing-masing orang.
Prinsip 8 Kreativitas,pemikiran tingkat tinggi dan keingintahuan
Motivasi intrinsik untuk belajar alami pelajar semuanya mempunyai andil terhadap
motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dirangsang
oleh oleh tugas-tugas baru dan sulit,relevan bagi minat
pribadi,dan memungkinkan pilihan dan pengendalian
pribadi.
Prinsip 9 Perolehan pengetahuan dan kemampuan yang rumit
Dampak motivasi pada upaya memerlukan upaya pelajar yang luas dan latihan
terpimpin. Tanpa motivasi pelajar untuk
belajar,kesediaan melakukan upaya ini tidak akan
mungkin tanpa paksaan.
Prinsip 10 Ketika masing-masing orang berkembang,mereka
Pengaruh perkembangan bertemu dengan peluang yang berbeda dan mengalami
terhadap pembelajaran hambatan yang berbeda untuk pembelajaran.
Pembelajaran akan paling efektif apabila perkembangan
yang berbeda di dalam dan seluruh ranah
fisik,intelektual,emosi dan sosial dipertimbangkan.
Prinsip 11 Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,
33
Pengaruh sosial terhadap hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan orang-
pembelajaran orang lain.
Prinsip 12 Pelajar mempunyai strategi,pendekatan dan kemampuan
Perbedaan individu dalam yang berbeda dalam pembelajaran yang merupakan
pembelajaran fungsi dari pengalaman dan warisan sebelumnya.
Prinsip 13 Pembelajaran akan paling efektif apabila perbedaan latar
Pembelajaran dan keragaman belakang bahasa,budaya,dan sosial pelajar
dipertimbangkan.
Prinsip 14 Penentuan dengan tepat,standar yang tinggi dan
Standar penilaian menantang,penilaian pelajar dan kemajuan pembelajaran
termasuk penilaian diagnostik, proses, dan hasil adalah
bagian integral proses pembelajaran tersebut.
34
Dalam metode pengajaran pembelajaran pembelajaran kerja sama(cooperative
learning) atau pembelajaran dengan bantuan teman. Siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang dengan kemampuan campur dan ada juga
yang berpasangan. Mereka biasanya diajarkan kemampuan khusus yang akan membantu
mereka untuk bekerja sama dengan baik,seperti mendengarkan dengan aktif,memberikan
penjelasan dengan baik,menghindari tindakan yang mengecilkan semangat dan menyertakan
orang lain.
1. Metode Pembelajaran Kerja Sama
Banyak metode pembelajaran kerja sama yang benar-benar berbeda dikembangkan
dan teliti. Metode-metode pembelajaran kerja sama yang paling banyak dievaluasi diuraikan
dalam bagian-bagian berikut:
Divisi pencapaian tim siswa: Siswa ditempatkan pada tim-tim pembelajaran yang
beranggotakan empat orang yang bercampur tingkat kinerja,jenis kelamin,dan kesukuannya.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa
mengikuti ujian kecil masing-masing tentang bahan tersebut dan pada saat itu mereka tidak
boleh membantu satu sama lain. Nilai ujian kecil dibandingkan dengan rata-rata mereka
sendiri masa lalu dan angka diberikan berdasarkan sejauh mana mencapai atau melampaui
kinerja mereka sendiri sebelumnya. Angka ini kemudian dijumlahkan untuk membentuk nilai
tim dan tim yang memenuhi kriteria tertentu memperoleh sertifikat atau imbalan lainnya.
Dalam metode terkait dapat disebut sebagai turnamen. Dalam divisi ini terdiri atas siklus
kegiatan pengajaran biasa sebagai berikut:
Mengajar: menyajikan pelajaran
Studi tim: siswa bekerja di lembar kerja dalam tim merrka untuk menguasai bahannya
Ujian: siswa mengikuti ujian masing-masing atau penilaian lain
Penghargaan tim: nilai tim dihitung berdasarkan nilai anggota-anggota tim dan sertifikat,
berita berkala kelas untuk memperoleh nilai tinggi
Bacaan dan karangan terpadu kerja sama: Merupakan program komprehensif untuk
mengajar membaca dan menulis. Mereka terlibat dalam serangkaian kegiatan satu sama lain
termasuk membacakan,membuat perkiraan bagaimana cerita naratif yang akan
dihasilkan,meringkas cerita,menulis tanggapan atas cerita dan melatih ejaan,menafsirkan dan
perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama untuk menguasai gagasan utama dan
kemampuan pemahaman lainnya.
35
Jigsaw: Siswa ditempatkan dalam tim yang beranggotakan enam orang untuk mengerjakan
bahan akademis yang telah dipecah menjadi bagian-bagian. Misalnya biografi dapat dibagi
menjadi kehidupan awal,pencapaian awal,pencapaian pertama,kemunduran utama,kehidupan
kemudian dan dampaknya terhadap sejarah. Masing-masing anggota tim mengambil
bagiannya dan berikutnya anggota-anggota dari tim yang berbeda mempelajari bagian yang
sama untuk bertemu dalam kelompok pakar untuk membahas bagian mereka. Kemudian
siswa kembali pada tim mereka dan bergiliran mengajari teman-teman tim mereka tentang
bagian itu. Cara siswa yang lain dapat mempelajari bagian diluar bagian mereka dengan
mendengarkan dan mereka termotivasi untuk mendukung dan memperlihatkan minat
terhadap pekerjaan satu sama lain.
Pembelajaran bersama: Melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok tersebut dan
menyerahkan satu tugas yang sudah diselesaikan dan menerima pujian atau imbalan
berdasarkan hasil kelompok tersebut. Metode ini menekankan kegiatan pembentukan tim
sebelum siswa mulai bekerja sama dan diskusi teratur dalam kelompok tentang seberapa baik
mereka bekerja sama.
Penelitian kelompok: Merupakan rencana pengorganisasian ruang kelas umum dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan penyelidikan bersama,diskusi
kelompok dan perencanaan dalam proyek kerja sama ini. Masing-masing kelompok
melakukan pemaparan atau menyiapkan tampilan untuk menyampaikan temuannya pada
teman-teman yang lain.
Pembahasan kerja sama: Banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama di
kelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau dengar di kelas. Ketika salah satu
teman meringkas,yang lain mendengar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
C. KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DAN BERPIKIR
Siswa tidak dapat dikatakan telah mempelajari apapun yang bermanfaat kecuali
mereka mempunyai kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan soal.
1. Proses Menyelesaikan Soal
Siswa dapat diajarkan beberapa strategi yang telah diteliti dengan baik untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal. Bransford dan Stein (1993) mengembangkan dan
mengevaluasi strategi lima langkah yang disebut IDEAL:
I = Identifikasi soal dan peluang
D = Definisikan tujuan dan sajikan soalnya
E = Eksplorasi kemungkinan strategi
36
A = Antisipasi hasil dan tindakan
L = Lihat kembali dan pelajari
IDEAL dan strategi-strategi serupa dimulai dengan pertimbangan seksama tentang
soal apa yang perlu diselesaikan,sumber daya dan informasi apa yang tersedia dan bagaimana
soal tersebut dapat disajikan misalnya dalam lingkaran,gambar besar atau diagram aliran dan
kemudian dipecahkan menjadi langkah-langkah yang menghasilkan jawaban.
2. Pemikiran Kritis
Salah satu sasaran utama bersekolah ialah meningkatkan kemampuan siswa berpikir
kritis mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
diyakini (Marzano,1995). Contoh pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi asumsi
atau kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan kepada
siswa dengan diberikan banyak dilema,argumen logis dan tidak logis terhadap iklan yang sah
dan menyesatkan dan seterusnya. Pengajaran berpikir kritis yang efektif bergantung pada
penentuan suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan terhadap sudut pandang yang
berlainan dan diskusi bebas.
Beyer (1988) mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan
siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen memahami iklan dan seterusnya
yaitu sebagai berikut:
1. Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai
2. Membedakan informasi,pernyataan,atau alasan yang relevan dari yang tidak relevan
3. Menentukan ketepatan fakta pernyataan
4. Menentukan kredibilitas sumber
5. Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu
6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
7. Mendeteksi prasangka
8. Mengidentifikasi kekeliruan logika
9. Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran
10. Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan
Beyer mencatat bahwa hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan daftar
kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati informasi guna
mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak. Tugas utama dalam
mengajarkan pemikiran kritis kepada siswa ialah membantu mereka mempelajari bukan
hanya cara menggunakan strategi ini melainkan juga cara membuktikan kapan masing-
masing tepat gunanya.
37
D. PENDEKATAN YANG BERPUSAT PADA SISWA DAN KONSTRUKTIVIS
UNTUK MENINGKATKAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Salah satu aspek yang paling menantang dalam orientasi yang berpusat pada siswa
terhadap pengajaran ialah bagaimana menentukan apakah siswa sudah mencapai sasaran
pembelajaran dan mencapai tujuan yang dimaksudkan. Nilai pengajaran ini dengan
menggunakan berbagai ukuran. Sebagai guru yang intensional,dapat berupaya menyertakan
pendekatan konstruktivis,membantu menyiapkan siswa dalam melakukan perubahan.
Untuk membantu siswa lebih terampil jangan hanya gunakan pendekatan kerja
sama,tetapi berikanlah pengajaran langsung tentang kemampuan membantu dan
berkomunikasi pada awal pelajaran. Dapat juga memberikan umpan balik dalam kerja
kelompok,dengan mengingat bahwa riset telah menunjukkan siswa yang memberikan dan
atau menerima penjelasan panjang lebar mempelajari lebih banyak dalam suasana kerja sama.
Teknik-teknik ini akan membantu siswa mencapai tujuan.
38
BAB VIII
PENDEKATAN PENGAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
DAN KONSTRUKTIVIS
E. KONSTRUKTIVIS
2. Pandangan Pembelajaran Konstruktivis
Salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran
mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,dengan memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan,dan dengan
mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar untuk mengetahui strategi mereka
sendiri untuk belajar.
Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan-gagasan ini disebut teori
pembelajaran konstruktivis(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis melihat
pelajar terus menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-aturan lama dan kemudian
mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi berguna. Pandangan ini mempunyai implikasi
yang sangat besar bagi pengajaran., karena hal ini menyarankan peran yang jauh lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam banyak
ruang kelas. Karena penekanan pada siswa sebagai pelajar aktif,strategi konstruktivis sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa.
5.1 Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivis mempunyai akar lebih jauh dalam sejarah pendidikan.
Pembelajaran sosial: Pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori
Vigotsky,yang telah digunakan untuk mendukung metode pengajaran di ruang kelas yang
menekankan pembelajaran kerjasama,pembelajaran yang berbasis proyek dan penemuan.
Anak-anak belajar dan dia berpendapat,melalui interaksi bersama dengan orang dewasa dan
teman yang lebih mampu. Dalam proyek-proyek kerjasama seperti yang terdapat di
kelas,anak-anak dihadapkan pada proses pemikiran teman-teman mereka. Metode ini bukan
hanya memungkinkan hasil pembelajaran,tetapi juga memungkinkan proses pemikiran siswa.
Sehingga dalam hal ini,siswa dapat mendengarkan pembicaraan dan bisa mempelajari cara
orang-orang yang berhasil memecahkan masalah berpikir melalui pendekatan mereka.
39
Zona perkembangan proksimal: Konsep gagasan ini menyatakan bahwa ketika siswa
terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri,tetapi dapat mereka kerjakan
dengan bantuan teman atau orang dewasa. Ketika anak-anak bekerja sama masing-masing
anak kemungkinan akan mempunyai teman yang tampil dalam tugas tertentu dengan tingkat
kognisi yang sedikit lebih tinggi.
Masa magang kognisi: Istilah ini merujuk pada proses yang digunakan oleh para pelajar
untuk secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar baik itu orang
dewasa atau teman yang lebih tua dan lebih maju. Contoh dalam pekerjaan,karyawan
memberikan umpan balik kepada karyawan baru yang kurang berpengalaman. Ataupun
dalam pengajaran siswa dalam suatu bentuk magang.
Pembelajaran termediasi: Penafsiran gagasan Vygotsky saat ini menekankan gagasan
bahwa siswa seharusnya diberi tugas-tugas yang rumit dan kemudian diberi cukup bantuan
untuk mencapai tugas-tugas tersebut. Prinsip ini digunakan untuk mendukung penggunaan
proyek di ruang kelas,simulasi,penjajakan dalam komunitas,penulisan untuk pembaca
sesungguhnya dan tugas-tugas otentik lainnya.
5.2 Pembelajaran Kerja Sama
Pendekatan pengajaran konstruktivis biasanya menggunakan secara besar-besaran
pembelajaran kerjasama,berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit kalau mereka dapat membicarakan satu sama lain tentang
masalah. Penekanan pada sifat sosial pembelajaran dan penggunaan kelompok teman untuk
mencontohkan cara berpikir yang tepat serta menantang salah pemahaman satu sama lainnya.
5.3 Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan(discovery learning) adalah komponen penting pendekatan
konstruktivis modern yang mempunyai sejarah panjang dalam inovasi pendidikan. Dalam
pembelajaran penemuan,siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. Pembelajaran penemuan
mempunyai beberapa keunggulan. Hal itu membangkitkan keingintahuan siswa,dengan
memotivasi mereka untuk terus bekerja hingga mereka bisa menemukan jawaban. Siswa juga
mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara mandiri,karena
mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
41
PRINSIP PENJELASAN
Prinsip 1 Pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat
Hakikat proses pembelajaran efektif apabila hal itu merupakan proses yang
intensional untuk membentuk makna dari informasi dan
pengalaman.
Prinsip 2 Pelajar yang berhasil dari waktu ke waktu dan dengan
Tujuan proses pembelajaran bantuan panduan pengajaran,dapat menciptakan
penyajian pengetahuan yang bermakna dan koheran.
Prinsip 3 Pelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi
Konstruksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dengan cara yang
bermakna.
Prinsip 4 Pelajar yang berhasil dapat menciptakan dan
Pemikiran strategis menggunakan persediaan strategi pemikiran dan
penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
rumit.
Prinsip 5 Strategi tingkat tinggi untuk memilih dan memantau
Pemikiran tentang pemikiran cara kerja pikiran mempermudah pemikiran yang kreatif
dan kritis.
Prinsip 6 Pembelajarn dipengaruhi oleh faktor-faktor
Konteks pembelajaran lingkungan,termasuk budaya,teknologi,dan praktik
pengajaran.
Prinsip 7 Apa dan berapa banyak dipelajari dipengaruhi oleh
Pengaruh motivasi dan emosi motivasi pelajar. Motivasi belajar pada gilirannya
terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan emosi,keyakinan,minat dan
tujuan,serta kebiasaan berpikir masing-masing orang.
Prinsip 8 Kreativitas,pemikiran tingkat tinggi dan keingintahuan
Motivasi intrinsik untuk belajar alami pelajar semuanya mempunyai andil terhadap
motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dirangsang
oleh oleh tugas-tugas baru dan sulit,relevan bagi minat
pribadi,dan memungkinkan pilihan dan pengendalian
pribadi.
Prinsip 9 Perolehan pengetahuan dan kemampuan yang rumit
Dampak motivasi pada upaya memerlukan upaya pelajar yang luas dan latihan
terpimpin. Tanpa motivasi pelajar untuk
belajar,kesediaan melakukan upaya ini tidak akan
mungkin tanpa paksaan.
Prinsip 10 Ketika masing-masing orang berkembang,mereka
Pengaruh perkembangan bertemu dengan peluang yang berbeda dan mengalami
terhadap pembelajaran hambatan yang berbeda untuk pembelajaran.
Pembelajaran akan paling efektif apabila perkembangan
yang berbeda di dalam dan seluruh ranah
fisik,intelektual,emosi dan sosial dipertimbangkan.
Prinsip 11 Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,
42
Pengaruh sosial terhadap hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan orang-
pembelajaran orang lain.
Prinsip 12 Pelajar mempunyai strategi,pendekatan dan kemampuan
Perbedaan individu dalam yang berbeda dalam pembelajaran yang merupakan
pembelajaran fungsi dari pengalaman dan warisan sebelumnya.
Prinsip 13 Pembelajaran akan paling efektif apabila perbedaan latar
Pembelajaran dan keragaman belakang bahasa,budaya,dan sosial pelajar
dipertimbangkan.
Prinsip 14 Penentuan dengan tepat,standar yang tinggi dan
Standar penilaian menantang,penilaian pelajar dan kemajuan pembelajaran
termasuk penilaian diagnostik, proses, dan hasil adalah
bagian integral proses pembelajaran tersebut.
43
Dalam metode pengajaran pembelajaran pembelajaran kerja sama(cooperative
learning) atau pembelajaran dengan bantuan teman. Siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang dengan kemampuan campur dan ada juga
yang berpasangan. Mereka biasanya diajarkan kemampuan khusus yang akan membantu
mereka untuk bekerja sama dengan baik,seperti mendengarkan dengan aktif,memberikan
penjelasan dengan baik,menghindari tindakan yang mengecilkan semangat dan menyertakan
orang lain.
2. Metode Pembelajaran Kerja Sama
Banyak metode pembelajaran kerja sama yang benar-benar berbeda dikembangkan
dan teliti. Metode-metode pembelajaran kerja sama yang paling banyak dievaluasi diuraikan
dalam bagian-bagian berikut:
Divisi pencapaian tim siswa: Siswa ditempatkan pada tim-tim pembelajaran yang
beranggotakan empat orang yang bercampur tingkat kinerja,jenis kelamin,dan kesukuannya.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa
mengikuti ujian kecil masing-masing tentang bahan tersebut dan pada saat itu mereka tidak
boleh membantu satu sama lain. Nilai ujian kecil dibandingkan dengan rata-rata mereka
sendiri masa lalu dan angka diberikan berdasarkan sejauh mana mencapai atau melampaui
kinerja mereka sendiri sebelumnya. Angka ini kemudian dijumlahkan untuk membentuk nilai
tim dan tim yang memenuhi kriteria tertentu memperoleh sertifikat atau imbalan lainnya.
Dalam metode terkait dapat disebut sebagai turnamen. Dalam divisi ini terdiri atas siklus
kegiatan pengajaran biasa sebagai berikut:
Mengajar: menyajikan pelajaran
Studi tim: siswa bekerja di lembar kerja dalam tim merrka untuk menguasai bahannya
Ujian: siswa mengikuti ujian masing-masing atau penilaian lain
Penghargaan tim: nilai tim dihitung berdasarkan nilai anggota-anggota tim dan sertifikat,
berita berkala kelas untuk memperoleh nilai tinggi
Bacaan dan karangan terpadu kerja sama: Merupakan program komprehensif untuk
mengajar membaca dan menulis. Mereka terlibat dalam serangkaian kegiatan satu sama lain
termasuk membacakan,membuat perkiraan bagaimana cerita naratif yang akan
dihasilkan,meringkas cerita,menulis tanggapan atas cerita dan melatih ejaan,menafsirkan dan
perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama untuk menguasai gagasan utama dan
kemampuan pemahaman lainnya.
44
Jigsaw: Siswa ditempatkan dalam tim yang beranggotakan enam orang untuk mengerjakan
bahan akademis yang telah dipecah menjadi bagian-bagian. Misalnya biografi dapat dibagi
menjadi kehidupan awal,pencapaian awal,pencapaian pertama,kemunduran utama,kehidupan
kemudian dan dampaknya terhadap sejarah. Masing-masing anggota tim mengambil
bagiannya dan berikutnya anggota-anggota dari tim yang berbeda mempelajari bagian yang
sama untuk bertemu dalam kelompok pakar untuk membahas bagian mereka. Kemudian
siswa kembali pada tim mereka dan bergiliran mengajari teman-teman tim mereka tentang
bagian itu. Cara siswa yang lain dapat mempelajari bagian diluar bagian mereka dengan
mendengarkan dan mereka termotivasi untuk mendukung dan memperlihatkan minat
terhadap pekerjaan satu sama lain.
Pembelajaran bersama: Melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok tersebut dan
menyerahkan satu tugas yang sudah diselesaikan dan menerima pujian atau imbalan
berdasarkan hasil kelompok tersebut. Metode ini menekankan kegiatan pembentukan tim
sebelum siswa mulai bekerja sama dan diskusi teratur dalam kelompok tentang seberapa baik
mereka bekerja sama.
Penelitian kelompok: Merupakan rencana pengorganisasian ruang kelas umum dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan penyelidikan bersama,diskusi
kelompok dan perencanaan dalam proyek kerja sama ini. Masing-masing kelompok
melakukan pemaparan atau menyiapkan tampilan untuk menyampaikan temuannya pada
teman-teman yang lain.
Pembahasan kerja sama: Banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama di
kelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau dengar di kelas. Ketika salah satu
teman meringkas,yang lain mendengar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
G. KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DAN BERPIKIR
Siswa tidak dapat dikatakan telah mempelajari apapun yang bermanfaat kecuali
mereka mempunyai kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan soal.
3. Proses Menyelesaikan Soal
Siswa dapat diajarkan beberapa strategi yang telah diteliti dengan baik untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal. Bransford dan Stein (1993) mengembangkan dan
mengevaluasi strategi lima langkah yang disebut IDEAL:
I = Identifikasi soal dan peluang
D = Definisikan tujuan dan sajikan soalnya
E = Eksplorasi kemungkinan strategi
45
A = Antisipasi hasil dan tindakan
L = Lihat kembali dan pelajari
IDEAL dan strategi-strategi serupa dimulai dengan pertimbangan seksama tentang
soal apa yang perlu diselesaikan,sumber daya dan informasi apa yang tersedia dan bagaimana
soal tersebut dapat disajikan misalnya dalam lingkaran,gambar besar atau diagram aliran dan
kemudian dipecahkan menjadi langkah-langkah yang menghasilkan jawaban.
4. Pemikiran Kritis
Salah satu sasaran utama bersekolah ialah meningkatkan kemampuan siswa berpikir
kritis mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
diyakini (Marzano,1995). Contoh pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi asumsi
atau kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan kepada
siswa dengan diberikan banyak dilema,argumen logis dan tidak logis terhadap iklan yang sah
dan menyesatkan dan seterusnya. Pengajaran berpikir kritis yang efektif bergantung pada
penentuan suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan terhadap sudut pandang yang
berlainan dan diskusi bebas.
Beyer (1988) mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan
siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen memahami iklan dan seterusnya
yaitu sebagai berikut:
11. Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai
12. Membedakan informasi,pernyataan,atau alasan yang relevan dari yang tidak relevan
13. Menentukan ketepatan fakta pernyataan
14. Menentukan kredibilitas sumber
15. Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu
16. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
17. Mendeteksi prasangka
18. Mengidentifikasi kekeliruan logika
19. Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran
20. Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan
Beyer mencatat bahwa hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan daftar
kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati informasi guna
mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak. Tugas utama dalam
mengajarkan pemikiran kritis kepada siswa ialah membantu mereka mempelajari bukan
hanya cara menggunakan strategi ini melainkan juga cara membuktikan kapan masing-
masing tepat gunanya.
46
H. PENDEKATAN YANG BERPUSAT PADA SISWA DAN KONSTRUKTIVIS
UNTUK MENINGKATKAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Salah satu aspek yang paling menantang dalam orientasi yang berpusat pada siswa
terhadap pengajaran ialah bagaimana menentukan apakah siswa sudah mencapai sasaran
pembelajaran dan mencapai tujuan yang dimaksudkan. Nilai pengajaran ini dengan
menggunakan berbagai ukuran. Sebagai guru yang intensional,dapat berupaya menyertakan
pendekatan konstruktivis,membantu menyiapkan siswa dalam melakukan perubahan.
Untuk membantu siswa lebih terampil jangan hanya gunakan pendekatan kerja
sama,tetapi berikanlah pengajaran langsung tentang kemampuan membantu dan
berkomunikasi pada awal pelajaran. Dapat juga memberikan umpan balik dalam kerja
kelompok,dengan mengingat bahwa riset telah menunjukkan siswa yang memberikan dan
atau menerima penjelasan panjang lebar mempelajari lebih banyak dalam suasana kerja sama.
Teknik-teknik ini akan membantu siswa mencapai tujuan.
47
BAB IX
MENGAKOMODASI PENGAJARAN UNTUK
MEMENUHI PENGAJARAN KEBUTUHAN PERORANGAN
Berangkatdarikeinginanuntukmemberikanpelayananberupa transfer
nilaidanmateridarimatapelajaran yang diempuolehseorangpengajarpadasuatu proses
pembelajaran yang klasikal (adanyarombonganbelajar).Karenaselainmenggunakanpemikiran
yang efektifuntukmemilihmetodepengajaran yang sesuai agar
didapatkualitaspemberianpelajaran yang baik,
keberhasilanpengajaruntukmelakukanpengajaran yang efektifjugadipengaruhiolehfaktor
internal darisiswa yang diajar (prasyaratbelajar, kondisipemahamansiswaterhadapmateri yang
disampaikan, motivasibelajar).
Hal inimenunjukbahwasebagai guru, selainmenyajikaninformasi (materi)
denganbaikjugaharusmemperhatikanbanyakunsurpengajaran, misalkan:
Menyesuaikanpengajarandengantingkatpengetahuansiswa
Memotivasisiswa
Mengelolaperilakusiswa
Mengelompokkansiswa
Menilaipembelajaransiswa.
48
Waktu yang diperlukan/digunakansiswasemakinbanyakuntukbelajar,
makaakanlebihbaikpembelajarannya.
1. MutuPengajarantergantungpadaprodukmutukurikulumdanpenyajipelajarantersebut.
Aspek-aspekpentingdarimutupengajaran:
Sejauhmanapelajarantersebutmasukakaldanmudahdiingatbagisiswa.
Untukituguru harusmenyajikanbahansecaraberurutandantertata
(mengaitkanantarainformasibarudenganapa yang sudahdiketahuisiswa)
denganmenggunakanstrategi-strategikognitif.
Pemantauan yang baik. Sejauhmana guru
memantauseberapabaiksiswabelajardanmenyesuaikecepatanpengajaran
(tidakterlalucepat/lambat).
Insentif/motivasiiniberasaldarikarakteristik :
tugas-tugasitusendiri,
siswa (keinginanatauorientasipositif)
imbalan yang disediakan guru atausekolah (nilai, ijazah).
4. Waktu,
49
i. yang dijadwalkanuntukmengajar
ii. yangbenar-benardigunakan guru untukmengajar.
Ke-duajeniswaktuinidipengaruhiolehstrategimanagemendandisiplin di kelas
(terkaitandenganperilakudankesiapanbaiksiswamaupun guru).
Hubungandarike-
empatunsurtersebutdiatasdapatdigambarkansebagaiberikut:
50
Pemberianharapan yang rendah (karenadisesuaikandengantingkatansiswa)
mengakibatkansemakinrendahnyamutu yang dihasilkan.
Dan yang paling merugikan, efekstigmatisasinyaterhadapsiswa di jalurrendah
(keberhasilanakademistidak di jalurmereka).
Semuapengelompokanpastinyaakanmenimbulkankeuntungandankerugian.Persoalanm
engakomodasiperbedaansiswadianggapsangatpentingsehinggabanyakpendidiktelahmenyaran
kan agar pengajaranseluruhnyadiindividualisasisehinggasiswadapatbekerjasendiri-
sendirisesuaidengankecepatansiswasendiri.Sudutpandanginimengakibatkanpembentukan
program pengajaranindividualisasidanpengajaranberbasiskomputer.
Namununtukmetodepengajaranbagikelasdengansiswa yang
heterogendapatmenggunakanmetodepembelajarankerjasama yang tepat.Siswa yang
tingkatkinerjanyaberbedadapatmembantusatusama lain.
Ataujugabisamemggunakanmetodepengajaranberbasisproyek.
51
Guru diharapmampumembagiisidanataukemampuanmenjadi unit-unit kecil yang
dapatdisajikansecaraberurutandanamenggunakanstrategipembelajaran yang
masukakal.
Siswadengankinerjatinggidiberikanmengembangkanpeluangpengayaan yang relevan.
Sehinggamemperluaskesempatanbagisiswa yang membutuhkanlebihbanyakwaktu.
(mengantisipasiperbedaanwaktuuntukpemenuhankebutuhanperorangan).
Adanyaevaluasiformatifterusmenerus
Adanyaevaluasisumatif (summative evaluation)
untukmengetahuiapakahsasaran(tujuantertentu) yang diinginkantelahtercapai.
Strategipengajaranperbaikanusaisekolah, pengajaranpribadiantarteman/ lintasusia
.ataupenggunaanpara professional dapatdipilihsebagaistrategitambahan.
Perlunya guru bersikapselektifterhadappenetapanmateri yang perludikuasai.
Cara-caramengidividualisasikanpengajaran :
Pengajaranpribadiolehteman
Pengajaranpribadioleh orang dewasa / lintasusia
1. didalamkelasuntukmerencanakandanmenyajikanisi.
2. Meneliti, melatihdanmenyiapkanmakalahdanpresentasi.
E-mail
penulisan multi media
basis data
52
simulasi/penelitian
pencetakangrafis
penggunaan internet
permainankemampuan
referensi CD-ROM
pengolah kata
Perangkatteknologipendidikanterapan:
PDA
Papantuliselektronik
LCD
USB/Flash Disk/Memory Card.
1. Pendidikankompensasi,
Untukmencegahataumemulihkanmasalahpembelajaran di
kalangansiswadarikomunitas yang berstatussosioekonomilebihrendah.Terdapatprogram
penarikandimanasiswaditempatkandalamkelasterpisahuntukmemperolehpemulihan.Just
believe No children Left Behind.
2. Program intervensi
Intervensidini, untukmendidikbayidanbalita yang
beresikountukmencegahkemungkinanmembutuhkanpemulihankemudianhari.
3. Pendidikankhusus
Untuksiswa yang berkebutuhankhusus.
53
BAB X
MEMOTIVASI SISWA BELAJAR
1. DEFINISI
Apa yang membuat siswa belajar? Motivasi mungkin menjadi salah satu jawaban
yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Motivasi adalah salah satu komponen pembelajaran
yang terpenting yang sulit diukur. Secara umum motivasi adalah suatu penggerak, pendorong
dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Dalam arti yang
lebih serius yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, motivasi diartikan sebagai suatu
proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu (Murphy & Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk,2000; Stipek,2002). Ada banyak
jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi bukan hanya
berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, namun
juga berperan penting dalam menentukan seberapa banyak informasi yang akan dipelajari
siswa dalam kegiatan yang mereka lakukan.
2. TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang semata-mata dimaksudkan
untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapat menjadi seperti apa. Berikut merupakan beberapa teori motivasi dalam pembelajaran.
2.1 Motivasi & Teori Pembelajaran Perilaku
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan
diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau
perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada
membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada
seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka
mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995). Dalam
teori ini dikenal dua hal yang sangat penting yaitu imbalan atau penghargaan (reward)
dan penguatan (reinforcement) serta penentuan nilai dari suatu insentif.
Aktualisasi diri
Kebutuhan
Pertumbuhan penghargaan
sosial
keamanan
Kebutuhan
Kekurangan fisiologi
55
a. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal.
Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena faktor-faktor yang kami
percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang
berasal di lingkungan kita.
b. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak
stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin
akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
c. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak
terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat
mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak
terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat
mengubahnya.
Menurut Weiner, faktor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat
faktor yakni antara lain:
a. Ability yakni kemampuan, adalah faktor internal dan relative stabil dimana
peserta didik tidak banyak latihan kontrol langsung.
b. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan faktor eksternal
yang sebgaian besar di luar pembelajaran kontrol.
c. Effort yakni upaya, adalah faktor internal dan tidak stabil dimana peserta
didik dapat latihan banyak kontrol.
d. Luck yakni faktor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan
kontrol sangat kecil.
56
karena pembelajaran mandiri mengharuskan pelajar mengambil tanggung jawab yang
bebas untuk belajar, bukan untuk mentaati tuntutan guru.
57
b. menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran
misalnya; dan
c. menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Dalam motivasi berbasis pencapaian ini, ada dua sasaran pencapaian yang
membedakannya, yaitu sasaran pembelajaran dan sasaran kinerja. Berikut adalah tabel
analisis sasaran pencapaian tentang iklim ruang kelas.
Tabel Analisis Sasaran Pencapaian Tentang Iklim Ruang Kelas
Dimensi Iklim Sasaran Pembelajaran Sasaran Kinerja
Keberhasilan Peningkatan, kemajuan Nilai yang tinggi, kinerja
didefinisikan sebagai…. normatif yang tinggi
Nilai diletakkan pada…. Upaya/pembelajaran Kemampuan yang
biasanya tinggi
Alasan kepuasan…. Kerja keras, tantangan Berkinerja lebih baik
daripada orang lain
Guru berorientasi pada… Bagaimana siswa belajar Bagaimana siswa
berkinerja
Pandangan terhadap Bagian dari pembelajaran Menimbulkan kecemasan
kesalahan/kekeliruan…
Fokus perhatian… Proses pembelajaran Kinerja sendiri
dibandingkan orang lain
Alas an upaya… Mempelajari sesuatu yang Nilai yang tinggi,
baru berkinerja lebih baik
daripada orang lain
Kriteria evaluasi… Kemajuan mutlak Normatif
Sumber : Dari C. Amcs dan J. Archer, “Achievement Goals in the Classroom”, Jornal
Of Educational Psycology, 80, hal. 261. Hak Cipta 1988 oleh American Psycologyal
Association. Dicetak ulang dengan ijin
58
Mengkomunikasikan Harapan yang Positif Penting bagi guru mengkomunikasikan
kepada siswa mereka harapan yang dapat mereka pelajari. Ada beberapa cara guru
mengkomunikasikan harapan positif, seperti.
a. Tunggulah siswa menjawab
b. Hindarilah perbedaan pencapaian yang tidak perlu diantara siswa
c. Perlakukan semua siswa dengan sama
61
BAB XI
LINGKUNGAN PEMBELAJARAN
Lingkungan Pembelajaran (manajemen kelas) adalah penyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif
meliputi strategi yang digunakan guru untuk menciptakan pengalaman ruang kelas yang positif dan
produktif.Strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah
dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga menggunakan waktu kelas dengan baik, menciptakan
atmosfer yang kondusif bagi minat dan penelitian, dan membolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan
imajinasi siswa.
Alokasi waktu (allocated time): waktu yang tersedia bagi siswa untuk memperoleh
kesempatan belajar
62
Waktu Sibuk (waktu tugas) adalah waktu yang benar-benar digunakan masing-masing siswa
untuk menyelesaikan pekerjaan/tugasnya.Cara terbaik untuk meningkatkan waktu siswa dalam
tugas ialah memberikan pelajaran yang menarik, memikat dan relevan dengan minat siswa.
1. Ketika melakukan peralihan guru seharusnya memberi tanda yang jelas yang sudah diajarkan kepada
siswa untuk menanggapinya.
2. Siswa harus merasa yakin tentang apa yang akan mereka lakukan ketika tanda diberikan
3. Lakukan peralihan semua sekaligus, siswa dilatih untuk melakukan peralihan sebagai satu kelompok,
bukannya satu per satu siswa.
5. Mempertahankan Fokus Kelompok Selama Pelajaran.
Artinya menggunakan strategi pengorganisasian ruang kelas dan teknik bertanya yang memastikan
bahwa semua siswa di kelas tersebut tetap terlibat dalam pelajaran tersebut, Dua komponen utama
konsep kounin tentang mempertahankan fokus kelompok yaitu akuntabilitas dan penyiagaan kelompok.
6. Mempertahankan Fokus Kelompok selama Tugas Kelas
Penting seorang guru memantau kegiatan tugas kelas dan memeriksa secara informal pekerjaan setiap
siswa, dimana guru harus tersedia untuk bekerja bersama siswa.
7. Kejelian.
Kejalian (withitness) adalah istilah yang menggambarkan tindakan mengajar yang menunjukkan
kesadaran terhadap perilaku siswa setiap saat.
8. Tumpang Tindih
Tumpang tindih (overlapping) merujuk pada kemampuan guru memberikan perhatian pada gangguan
atau masalah perilaku sambil melanjutkan pelajaran.
63
Kebanyakan riset tentang manajemen ruang kelas terjadi di ruang kelas yang diorganisasikan secara
tradisional dimana siswa hanya memiliki sedikit pilihan dan sedikit interaksi antara satu dengan lainnya.
Riset memperlihatkan bahwa perencanaan dan landasan akal sehat dasar masih membutuhkan waktu
yang lama untuk mencegah masalah disiplin agar tidak pernah berkembang lagi.Tindakan sederhana yang
dapat dilakukan meliputi mengawali tahun ajaran dengan tepat, menata ruang kelas demi pembelajaran yang
efektif, menetapkan peraturan dan prosedur kelas dan menjelaskan harapan tentang perilaku kepada siswa
(Marzano, 2003).
1. Mengawali Tahun Ajaran dengan Benar
Hari-hari pertama sekolah sangat berperan penting dalam menetapkan peraturan di kelas,
terdapat enam karakteristik manajer ruang kelas yang efektif yaitu:
1. Manajer yang efektif mempunyai rencana yang jelas dan spesifik untuk memperkenalkan siswa pada
peraturan dan prosedur ruang kelas dan menggunakan sebanyak mungkin hari-hari yang diperlukan
untuk melaksanakan rencana mereka hingga siswa tahu bagaimana berbaris, meminta bantuan dan
seterusnya.
2. Manajer yang efektif bekerja dengan seluruh kelas pada awalnya, mereka terlibat dengan seluruh
kelas senantiasa, jarang membiarkan siswa tanpa sesuatu yang harus dikerjakan atau tanpa
pengawasan.
3. Manajer yang efektif menggunakan waktu tambahan selama hari-hari pertama sekolah untuk
memperkenalkan prosedur dan membahas peraturan kelas.
4. Manajer yang efektif mengajarkan prosedur spesifik kepada siswa.
5. Sebagai kegiatan pertama, manajer yang efektif menggunakan tugas yang sederhana dan
menyenangkan, bahan untuk pelajaran pertama disiapkan dengan baik, disajikan dengan jelas dan
beragam.
6. Manajer yang efektif memberi reaksi langsung untuk menghentikan setiap perilaku yang buruk.
2. Menetapkan Peraturan Kelas
Tiga prinsip untuk melakukan proses ini yaitu: Pertama, peraturan kelas seharusnya berjumlah sedikit.
Kedua, peraturan kelas seharusnya masuk akal dan dipandang adil oleh setiap siswa.Ketiga, peraturan
kelas seharunya diterangkan dengan jelas dan sengaja diajarkan kepada siswa (Doyle, 1990b; Metzger,
2002).Tujuan utama menjelaskannya adalah memberikan kewenangan moral bagi prosedur spesifik.
Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak akan dapat tercipta kalau siswa tidak menghormati guru atau
guru tidak menghormati siswa, walaupun pada akhirnya memang guru sebagai pemimpin yang menetapkan
dan menegakkan peraturan yang harus ditaati siswa.
1. Prinsip Intervensi Terkecil
64
Prinsip terpenting mengatasi masalah perilaku rutin adalah bahwa guru seharusnya
memperbaiki perilaku buruk dengan menggunakan intervensi yang paling sederhana yang
akan membawa hasil (Kyle & Rogien, 2004; Nelson, Lott & Glenn, 1997).
2. Pencegahan
Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan pelajaran yang menarik dan hidup,
beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis
bahan dan pendekatan, memperlihatkan humor dan antusiasme yang tinggi dan menggunakan
pembelajaran kerjasama atau pembelajaran yang berbasis proyek.
3. Isyarat Non Verbal
Keuntungan mengkomunikasikan pesan dengan isyarat non verbal adalah bahwa pelajaran tidak akan
terganggu. Isyarat non verbal hanya mempunyai efek terhadap siswa yang berperilaku buruk saja.
4. Memuji Perilaku yang Bertentangan dengan Perilaku Buruk
Strategi ampuh mengurangi perilaku buruk di kelas ialah memastikan untuk memuji siswa atas perilaku
yang bertentangan dengan perilaku buruk yang ingin dikurangi.
5. Memuji Siswa Lain
Guru hendaknya mengupayakan memuji siswa lain yang berperilaku baik, sehingga akan menyadarkan
siswa yang berperilaku kurang baik.
6. Peringatan Lisan
Peringatan lisan sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa, peringatan tersebut
seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk, Kalimat peringatan positif akan
mengkomunikasikan harapan yang lebih positif bagi perilaku masa depan dari pada kalimat negatif
(Everton et al, 2003).
7. Peringatan Berulang
Ketika siswa menolak mentaati peringatan sederhana, strateginya ialah mengulangi peringatan tersebut
dan mengabaikan setiap dalih/bantahan yang tidak relevan.
8. Menerapkan Konsekuensi
Langkah terakhir adalah mengajukan pilihan kepada siswa untuk mematuhi atau menanggung
konsekuensinya.
Menggunakan Analisis Perilaku Terapan untuk Mengelola Masalah Perilaku yang Lebih Parah.
Prinsip dasar teori pembelajaran perilaku adalah bahwa, jika perilaku apapun dapat
berlangsung dari waktu ke waktu, perilaku itu dapat dipertahankan oleh tindakan penguatan.Untuk
mengurangi perilaku buruk guru harus memahami tindakan penguatan mana yang tepat bagi siswa.
Tindakan penguatan yang paling umum bagi perilaku buruk di ruang kelas yaitu :
1. Perhatian Guru
65
Kadang siswa berperilaku buruk karena ingin mendapat perhatian guru, untuk mengatasi
masalah ini dengan cara memberikan perhatian kepada siswa ketika berkinerja dengan baik,
dan abaikan ketika siswa tersebut berperilaku buruk, namun ketika hal ini tidak memungkinkan
langkah yang bisa dilakukan adalahpemberian skorsing kepada siswa.
Pembentukan dan penggunaan setiap program analisis perilaku terapan memerlukan tindak
lanjut terhadap langkah yang dimulai dari pengamatan perilaku tersebut, implementasi program,
hingga evaluasi program(Schloss & Smith, 1994).
66
Tindakan penguatan meliputi pujian, perlakuan istimewa, dan imbalan yang berwujud.Pujian
khususnya sangat efektif bagi siswa yang berperilaku buruk untuk mendapatkan perhatian
guru.Selain pujian guru dapat memberikan senyuman atau hadiah kecil lainnya kepada siswa
ketika siswa berperilaku pantas.
Tindakan penghukuman adalah setiap rangsangan yang tidak menyenangkan yang akan dicoba
untuk dihindari seseorang. O’Leary dan O’Leary (1972) menyebutkan tujuh prinsip bagi
penggunaan hukuman yang efektif dan manusiawi, yaitu :
67
Terdapat beberapa strategi penguatan yaitu penguatan yang berbasis keluarga dan program
laporan harian.
68
2. Buatlah sistem angka yang tepat menurut perkembangan, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk mengimplementasikan program manajemen perilaku yaitu : menilai perilaku kelas
setiap jam pelajaran atau selama masing-masing kegiatan, cara lain dengan menilai kelas tersebut
pada waktu yang berbeda sepanjang hari itu.
3. Pertimbangkanlah pengurangan angka untuk perilaku buruk yang parah.
4. Kurangilah frekuensi angka dan tindakan penguatan, ketika perilaku membaik.
5. Gabungkanlah kebergantungan kelompok dan individu.
Etika Metode Perilaku
Strategi analisis perilaku dapat bekerja baik bila diterapkan dengan tepat, strategi ini membawa
perilaku bahkan siswa yang paling mengganggu sekalipun ke tingkat yang dapat dikelola.
1. Program Pencegahan
Dengan menciptakan lingkungan ruang kelas yang aman dan prososial dan dengan terbuka membahas
perilaku yang beresiko dan cara untuk menghindarinya (Learning First Alliance, 2001; Stipek, de la
Sota & Weistbaupt, 1999).Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memainkan peran sosial
sebagai sukarelawan, pengajar pribadi, atau pemimpin dalam kegiatan yang memberi manfaat bagi
sekolah dan komunitas mereka (Allen, 2003; Rosenberg, Mc Keon& Dinero, 1999). Penciptaan ruang
kelas yang demokratis dan partisipatif dapat memberi kepada siswa cara untuk mencapai
penghargaandan pengendalian dalam lingkungan yang positif, yang mengurangi perlunya berperilaku
buruk (Hymean & Snook, 2000).
69
a. Pembinaan hubungan, menumbuhkan saling kepercayaan dan komunikasi terbuka, yang
dipelihara melalui komitmen jangka panjang yang difokuskan pada keberhasilan pendidikan
siswa.
b. Pemantauan rutin indikator yang dapat diubah; secara sistematis memeriksa tanda-tanda
peringatan penarikan diri yang cepat tersedia bagi personel sekolah dan yang dapat diubah
melalui intervensi.
c. Intervensi individualisasi dan tepat waktu; memberikan dukungan yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu, berdasarkan tingkat keterlibatan dengan sekolah yang dikaitkan dengan
pengaruh keluarga dan sekolah dan pemanfaatan sumber daya lokal
d. Komitmen jangka panjang ; berkomitmen tinggal bersama siswa dan keluarga selama setidaknya
2 tahun.
e. Ketekunan plus; mempertahankan sumber motivasi akademis yang tetap, berkelanjutan dan
konsistensi dalam pesan bahwa “pendidikan adalah masa depan”.
f. Penyelesaian masalah; meningkatkan perolehan kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara
membangun dan mencari jala keluar bukannya sumber kesalahan.
g. Afiliasi dengan sekolah dan pembelajaran; memfasilitasi akses siswa dan partisipasi aktif ke dalam
kegiatan dan acara yang berkaitan dengan sekolah.
3. Mempraktekkan Intervensi
Strategi manajemen ruang kelas seharusnya digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak
tepat sebelum hal itu meningkat menjadi kenakalan. Peningkatan perilaku dan keberhasilan
siswa di sekolah dapat mencegah kenakalan (Walker, Ramsey dan Gresham, 2003/2004a,b)
70
Penyingkiran memperburukmasalah kemangkiran, karena menyebabkan siswa tertinggal dalam
pekerjaan, memberi mereka pengalaman jauh lebih efektif.
BAB 12
PELAJAR YANG MEMPUNYAI PENGECUALIAN
71
pribadi siswa. Hal ini mengakibatkan perubahan yang sulit dan menjadi rintangan tersendiri bagi
siswa. Para professional pendidikan termasuk guru harus menghindari penggunaan julukan tersebut,
walaupun tanpa sengaja melucuti kemanusiaan mereka, memisahkan mereka secara sosial dengan
teman sebaya, ataupun mendorong deskriminasi terhadap mereka (Trent, Artiles & Englert, 1989).
Dalam merujuk pada pelajar atau orang yang mempunyai ketidakmampuan, ada dua prinsip
dasar yang tetap diingat (Smith, 2001), yaitu :
1. Mendahulukan orang
2. Menghindari menyamakan orang tersebut dengan ketidakmampuan
Misal : untuk pelajar yang mempunyai ketidakmampuan belajar, dia bukan “orang yang tidak mampu
belajar”, tapi yang diingat pertama “dia adalah siswa”, fakta bahwa dia tidak mampu belajar adalah hal
kedua. Karena definisi dari ketidakmampuannya akan memberinya ketidakadilan, bagaimanapun juga
setiap anak mempunyai karakteristik pada diri masing-masing, dan ketidakmampuan hanyalah salah
satunya.
Namun ada pengecualian, orang yang mempunyai ketidakmampuan melihat juga dapat disebut sebagai “buta”,
yang tidak adapat mendengat dapat disebut juga sebagai “tuli”, hal ini meringkas kata ketidakmampuan yang
secara umum dapat diterima, mudah didefinisikan dan diukur.
Kategori Ketidakmampuan (Individuals with Disabilities Education Act/IDEA) :
1. KETIDAKMAMPUAN BELAJAR : Gangguan dalam proses psikologi dasar dalam memahami atau
dalam menggunakan bahasa,lisan atau tulisan dalam keterlibatan pembelajaran, atau disebut juga dengan
kesulitan dalam belajar.
2. GANGGUAN BERBICARA ATAU KOMUNIKASI : gangguan dalam penggunaan maupun penyusunan
kata, makna, kalimat yang tidak baik untuk menyampaikan pemikiran, gagasan dan perasaan secara
lengkap, sehingga terdengar tidak benar dan lengkap.
3. KETERBELAKANGAN MENTAL : yaitu keterbatasan mendasar pada fungsi, kondisi ini biasanya
muncul pada saat dilahirkan, yang mengakibatkan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan perilaku
penyesuaian diri yang buruk.
4. GANGGUAN EMOSI ATAU PERILAKU : gangguan yang memperihatkan satu atau lebih karakteristik
dalam jangka waktu lama dean dengan kadar yang nyata sehingga mempengaruhi kinerja nak secara
merugikan, seperti : ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan secara fisik, ketidakmam[puan
mebina hubungan antar teman, depresi yang mendalam, kecenderungan mengembangkan gejala fisik
ketakutan, perilaku atau perasaan yang tidak normal. HGangguan ini meliputi penderita skizofrenia,
gangguan emosi.
5. KELEMAHAN TULANG : kondisi yang merugikan yang mempengaruhi kinerja anak, kelemahan yang
diakibatkan oleh anomaly bawaan (seperti folio, kurang lengkap anggota tubuh, dll).
6. KELEMAHAN KESEHATAN LAINNYA: kekuatan atau vitalitas yang terbatas yang terjadi akbibat
masalah kesehatan kronis dan akut, seperti asma, epilepsy, leukemia,penyakit jantung, dll.
7. KESULITAN PENDENGARAN : gangguan yang mengakibatkan ketidakmampuan memdengar untuk
memperoleh informasi. Biasanya penderita dapat menggunakan alat bantu dengar. Biasa disebut dengan
“TULI” atau tuna rungu
72
8. KETIDAKMAMPUAN PENGLIHATAN : ada dua kelompok yaitu : PENGLIHATAN RENDAH
(keterbatasan melihat masih dapat dibantu dengan alat bantu yaitu kacamata ataupun lensa kontak (soft
lens), dan KEBUTAAN (tidak mempunyai kegunaan penglihatan fungsional yang harus dididik melalui
saluran indera setuhan atau yang lain (Smith, 2001).
9. AUTISME : ketidakmampuan perkembangan yang sangat mempengaruhi komunikasi verbal dan
nonverbal dan interaksi sosial.
10. KEBUTAAN-TULI : kelemahan pendengaran dan penglihatan serentak dan gabungan tersebut
mengakibatkan kebutuhan akan komunikasi dan perkembangan dan pengajaran lainyang begitu parah.
11. CIDERA OTAK TRAUMATIK (TBI - TRAUMATIC BRAIN INJURY) : cidera baru pada otak yang
diakibatkan oleh kekuatan fisik dari luar, yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional seluruhnya atau
sebagian atau kerusakan psikologis, atau keduanya, yang secara merugikan mempengaruhi kinerja
pendidikan anak.
Pada tahun 1992, American Association on Mental Retardation (AAMR) mendefinisikan keterbelakangan
mental sebagai berikut :
Keterbelakangan mental (mental retardation) merujuk pada keterbatasan mendasar pada fungsi saat ini.
Keterbatasan itu dicirikan oleh fungsi intelektual yang sangat dibawah rata-rata, yang muncul bersamaan dengan
keterbatasan terkait dalam dua atau lebih bidang kemampuan penyesuaian diri yang dapat diterapkan berikut :
komunikasi, pemeliharaan diri, kehidupan keluarga, kemampuan sosial, kegunaan komunitas, pengarahan diri,
kesehatan dan keselamatan, kecakapan fungsional, waktu senggang dan kerja.
Keterbelakangan mental terlihat sebelum usia 18 tahun. (Luckasson et al.,m 19992, hal. 1)
Definisi ini berarti keterbelakangan mental mempunyai nilai rendah dalam ujian kecerdasan dan juga
memperlihatkan kesulitan memepertahankan standar kebebasan pribadi dn tanggung jawab sosial yang
diharapkan dari usia dan kelompok budaya mereka. (Luckasson et al., 1992; MacLean, 1996). Penyebab
Keterbelakangan Mental terdapat pada warisan genetik; kelainan kromosom, seperti sindrom Down (Turner &
Alborrz, 2003)
Tingkat Kecerdasan
Konsep tentang IQ atau tingkat kecerdasan (intelligence quotient), yang berasal dari nilai ujian
terstandarisasi (lihat Dennis & Tapsfield, 1996; McArdle & Woodwock, 1998). Siswa yang mempunyai IQ di
atas 70 pada umumnya dianggap berada dalam rentang normal. Namun selaras dengan rekomendasi AAMR,
para professional pendidikan tidak menggunakan IQ sendirian untuk menentukan kadar keparahan kelemahan
kognisi. Mereka mempertimbangkan kinerja siswa di sekolah dan rumah, nilai ujian lain, dan latar belakang
budaya.
73
menyandang keterbelakangan ringan, biasanya IQ antara 55 dan 70, dianggap dapat “dapat dididik” (EMR—
educable mental retardation); maksudnya mampu mempelajari kemampuan akademis dasar hingga tingkat kelas
lima sedangkan IQ 40-55 digolongkan “dapat dilatih” (TMR--trainable mental retardation); maksudnya mampu
mempelajari kemampuan pemeliharaan diri independen dan kemampuan kerja untuk tempat kerja yang
terlindungi (MacMillan&Forness, 1992). Nilai ujian kecerdasan yang seharusnya mendekati 100 bagi orang
yang mempunyai kecerdasan rata-rata.
Definisi AAMR saat ii menekankan kemampuan orang yang menyandang keterbelakangan mental dalam dua
bidang utama – fungsi intelektual dan kemampuan penyesuaian diri – dan mengkategorikan orang berdasarkan
dukungan yang mereka butuhkan (Smith, 2001).
Tipe intensitas dukungan menurut Luckasson et al., 1992 adalah :
1. Dukungan sekali-sekali
2. Dukungan terbatas
3. Dukungan luas
4. Dukungan mendalam
Mengajarkan Kemampuan Perilaku Adaptasi siswa dalam bidang-bidang berikut (lihat Hardman, Drew,
Egan & Wolf, 1996; Wehmeyer, 2001):
1. Mengatasi tuntutan sekolah
2. Mengembangkan hubungan antar-pribadi
3. Mengembangkan kemampuan bahasa
4. Perkembangan sosioemosi
5. Pemeliharaan pribadi
Ketidakmampuan Belajar (LD-learning disabilities) adalah istilah umum untuk berbagai kelompok gangguan
yang dicirikan oleh kesulitan yang berarti dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan mendengar,
berbicara, membaca, menulis, bernalar, atau menghitung. Gangguan ini berasal dari orang tersebut dan dapat
terjadi sepanjang hidup.
Definisi yang lebih terdahulu juga menyebut secara khusus disleksia, kemampuan yang sangat lemah
untuk membaca; disgrafia, suatu kemampuan lemah untuk untuk menulis; dan diskalkulia, kemampuan yang
lemah untuk memepelajari matematika.
Beberapa karakteristik ketidakmampuan belajar adalah sebagai berikut:
Kecerdasan normal atau bahkan berbakat.
Ketidaksesuaian antara kecerdasan dan kinerja.
Keterlambatan pencapaian.
Kekurangan perhatian atau kekacauan pikiran yang tinggi.
Hiperaktivitas atau dorongan hati.
Koordinasi motorik dan kemampuan hubungan ruang yang buruk.
Kesulitan menyelesaikan soal.
Anomali persepsi, seperti membalik huruf, kata, atau angka.
Kesulitan dengan kegiatan yang dimotivasi diri sendiri dan mandiri.
74
Terlalu mengandalkan guru dan teman sebaya untuk mengerjakan tugas.
Gangguan spesifik daya ingat, pemikiran, atau bahasa.
Kemampuan sosial yang tidak dewasa.
Pendekatan yang tidak tertata terhadap pembelajaran.
Definisi ketidakmampuan belajar secara historis telah mengharuskan agar terdapat pembedaan serius antara
kinerja aktual dan kinerja yang mungkin telah diperkirakan berdasarkan satu ujian fungsi kognisi atau lebih,
seperti ujian IQ (Meyer, 2000; Siegel, 2003).
Karakteristik siswa yang tidak mempunyai ketidakmampuan belajar cenderung mempunyai harga diri
akademis yang lebih rendah daripada siswa yang mampu, walaupun dalam bidang non-akademis harga diri
mereka tidak berbeda dari harga diri anak-anak lain (Bear, Minke & Manning, 2001; Elbaum & Vaughn, 2001;
Gresham & MacMillan, 1997; Kelly & Norwitch, 2004; Manning, Bear & Minke, 2001).
75
Banyak siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar akan membutuhkan semacam pelayanan
pelengkap, seperti pengajaran pribadi kelompok kecil, guru sumber pengetahuan tertentu, pengajaran
perorangan, atau pengajaran yang dibantu komputer.
76
1. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual, indera, atau kesehatan.
2. Ketidakmampuan membina atau mempertahankan hubungan antar-pribadi yang memuaskan dengan teman
sebaya dan guru.
3. Tipe perilaku atau perasaan yang tidak tepat dalam lingkungan normal.
4. Suasana hati ketidakbahagian atau depresi mendalam yang umum.
5. Kecenderungan mengembangkan gejala fisik, rasa sakit, atau ketakutan yang dikaitkan dengan masalah
pribadi atau sekolah.
Penyebab gangguan emosi dan perilaku mempengaruhi keluarga dapat mengganggu rasa keamanan dan harga
diri siswa dalam suatu kurun waktu. Perubahan struktur keluarga, misalnya dapat mengakibatkan anak murung,
marah, tidak aman, dan kesepian.
Karakteristik siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku meliputi pencapaian akademik yang
buruk, hubungan antar-pibadi yang buruk, dan harga diri yang buruk (Lewis & Sullivan, 1996). Quay & Werry
(1986) mencatat empat kategori umum: gangguan kelakuan, kecemasan-penarikan diri, ketidakdewasaan, dan
gangguan agresi sosial.
77
Program percepatan merupakan peningkatan cepat melalui pelajaran tingkat lanjut bagi siswa yang berbakat
atau bertalenta. Program pengayaan merupakan program dimana tugas atau kegiatan dirancang untuk
memperluas atau memperdalam pengetahuan siswa yang menguasai pelajaran di ruang kelas dengan cepat.
PENDIDIKAN KHUSUS (special education) merupakan program yang memenuhi kebutuhan siswa yang
mempunyai ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Keenam prinsip Undang-undang Pendidikan Individu
yang Mempunyai Ketidakmampuan (IDEA) ’97 sebagai berikut :
1. Pendidikan umum cuma-cuma yang tepat.
2. Evaluasi yang tepat.
3. Program pendidikan individualisasi.
Program yang disesuaikan dengan kebutuhan pelajar yang mempunyai pengecualian.
4. Lingkungan yang paling sedikit membatasi.
5. Partisipasi orang tua dan siswa ke dalam pengambilan keputusan.
6. Perlindungan prosedur.
PENYATUAN/PENGGABUNGAN
Sebagaimana telah dicatat, klausa mengharuskan agar siswa yang mempunyai pengecualian
ditempatkan ke dalam lingkungan yang paling sedikit membatasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketentuan ini menghasilkan hubungan yang sangat meningkat antara siswa yang mempunyai ketidakmampuan
dan siswa yang mampu. Penyatuan penuh berarti bahwa siswa yang mempunyai ketidakmampuan atau berisiko
menerima semua pengajaran mereka dapat lingkungan pendidikan umum; pelayanan dukungan diberikan
kepada siswa. Penyatuan sebagian berarti bahwa siswa memperoleh kebanyakan pengajaran mereka dalam
lingkungan pendidikan umum, tetapi siswa tersebut dapat dicabut ke lingkungan pengajaran lain apabila
lingkungan seperti itu dianggap sesuai bagi kebutuhan masing-masing siswa tadi.
Riset tentang penyatuan—mainstreaming (pengelompokan utama) telah terfokus pada siswa yang
mengalami ketidakmampuan belajar, keterbelakangan ringan, dan gangguan emosi ringan, yang kekurangannya
dapat diistilahkan “ketidakmampuan akademis ringan”(mild academic disabilities) (Holloway, 2001; Manset &
Semmel, 1997). Beberapa studi telah membandingkan siswa yang mempunyai ketidakmampuan ringan dalam
kelas pendidikan khusus dengan siswa dalam kelas pendidikan umum. Ketika guru pendidikan umum
78
menggunakan metode pengajaran yang dirancang untuk mengakomodasi berbagai jenis kemampuan siswa,
siswa yang mengalami ketidakmampuan ringan pada umumnya belajar jauh lebih baik di ruang kelas
pendidikan umum daripada di kelas pendidikan khusus.
Menyesuaikan pengajaran unttuk siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, sebagai berikut:
1. Penyesuaian format untuk tugas tertulis
2. Penyesuaian isi
3. Penyesuaian cara komunikasi
Mengajarkan strategi pembelajaran dan kesadaran metakognisi yaitu dengan cara seperti metode membuat
catatan, meringkas dan menghafal telah sangat berhasil di kalangan anak-anak dan remaja yang mempunyai
ketidakmampuan belajar.
79
Siswa yang sukarela menjadi sahabat siswa berkebutuhan khusus tersebut dapat membantu siswa dalam
menyelsaikan tugas rutin di ruang kelas, menyesuaikan diri dengan ruang kelas pendidikan umum, memberikan
pengarahan untuk melakukan kegiatan.
Cara lainnya dalam membantu siswa berkebutuhan khusus ini adalah dengan menggunakan pengajaran
pribadi oleh teman/ tutor teman sebaya. Namun teman tersebut harus diajari bagaimana memberikan bantuan
dengan memberikan contoh dan menjelaskan, bagaimana memberikan umpan balik positif dan perbaikan
spesifik, dan kapan siswa tersebut bekerja sendiri.
80