You are on page 1of 81

BAHAN AJAR

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

Oleh:

Dr. I Made Tegeh, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


Bab I
Psikologi Pendidikan
Dasar Pengajaran

Psikologi Pendidikan ialah studi tentang orang yang belajar, pembelajaran dan
pengajaran (Reynold & Miller, 2003). Namun dari sisi lain psikologi pendidikan merupakan
akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan dan teori yang didasarkan pada pengalaman yang
seharusnya dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran sehari-hari dengan
cerdas.
Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Gilcman,1991).
Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa
keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga
pengajar dalam melaksanakan tugas mengajar.
Adapun hal-hal yang terdapat pada dasar pengajaran psikologi pendidikan ini,
diantaranya:
1. Apa yang membuat seseorang menjadi guru yang baik?
a). Mengetahui pokok permasalahan.
Pengetahuan atau kemampun yang tidak dimiliki seorang pelajar, guru harus dapat
mengetahui pokok permasalahan yang dimiliki oleh pelejar tersebut.
b). Menguasai keterampilan mengajar.
Menguasai keterampilan mengajar sangatlah penting karena hal itu merupakan suatu
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan
pembelajaran, agar proses mengajar dapat berjalan dengan efektif.
c). Apakah pengajar yang baik dapat diajarkan.
Seorang guru yang luar biasa tidak melakukan apa-apa pun yang juga tidak dapat
dilakukan oleh setiap guru yang lain, karena hal tersebut hanyalah masalah pengetahuan
prinsip-prinsip pengajaran efektif dan bagaimana menerapkannya.
d). Guru yang intensional (guru yang bertujuan)

1
Seorang guru yang memiliki tujuan adalah orang-orang yang secara terus menerus
memikirkan hasil yang mereka inginkan bagi siswa mereka dan bagaimana masing-
masing keputusan yang mereka ambil membawa anak-anak mereka menuju hasil tersebut.
2. Apa peran riset dalam psikologi pendidikan?
Riset dalam psikologi pendidikan terpusat pada proses menyampaikan informasi,
kemampuan, nilai dan sikap guru pada siswa mengenai penerapan prinsip-prinsip psikologi
pada praktek pengajaran.
Bertolak dari tujuan riset dalam psikologi pendidikan yaitu untuk membahas dengan
seksama pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas dan juga yang kurang begitu jelas, dengan
menggunakan metode objektif untuk menguji gagasan tentang faktor-faktor yang berperan
dalam pembelajaran.
Mengajar sebagai pengambilan keputusan riset dalam psikologi pendidikan ini adalah
menguji berbagai teori yang menuntun tindakan para guru dan orang-orang lain yang terlibat
dalam pendidikan.
3. Metode riset yang digunakan dalam psikologi pendidikan.
a). Eksperimen : peneliti dapat menciptakan perlakuan khusus dan menganalisa efeknya.
b). Studi korelasi : peneliti melakukan perubahan variabel untuk dapat melihat bagaimana
perubahan ini akan mempengaruhi variabel lain, dalam riset korelasi peneliti mempelajari
variabel-veriabel untuk melihat apakah semuanya berkaitan. Variabel dapat berkorelasi
positif, berkorelasi negatif dan tidak berkorelasi.
c). Riset deskriptif : Riset eksperimen dan korelasi mencari hubungan antara variable-
variabel.
d). Riset tindakan : bentuk khusus riset deskriptif yang dilangsungkan pendidikan diruang
kelas atau sekolah mereka mengajar.

4. Bagaimana saya dapat menjadi guru yang intensional.


Guru yang intensional yaitu orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap daya hasil,
mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengerahkan upaya yang konsisten, untuk
bertahan dihadapan rintangan dan untuk mencoba tanpa lelah hingga setiap siswa berhasil
(Bandura,1997 .)
Untuk menjadi guru yang intensional diharapkan memiliki rasa percaya diri, begitu
peduli, begitu terampil, begitu antusias dengan mata pelajaranya. Namun sebelum menjadi
guru yang intensional seyogyanya harus menjadi guru yang bersertifikat. Dan untuk
2
menempuh hal tersebut adanya suatu upaya yang dilakukanatara lain dengan mengikuti
sertifikasi guru.
Mendapatkan sertifikat mengajar adalah perlu, tetapi tidak cukup untuk menjadi seorang
guru yang intensional. Memandang dari pengalaman mengajar akan dapat menciptakan atau
memanfaatkan peluang-peluang untuk mengembangkan kemampuan sebagai seorang guru
yang intensional, sehubungan dengan itu maka hal-hal yang perlu dilakukan agar dapat
menjadi guru yang intensional di luar sertifikasi antaralain :
a). Adanya guru intensional sebagai monitoring.
Salah seorang guru yang mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang lebih dapat kita
jadikan sebagai monitoring didalam melaksanakan proses pembelajaran.
b). Mengikuti pengembangan profesi.
Memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk berpartisipasi dalam kegiatan segala
jenis lokakarya pengembangan profesi bagi guru yang disediakan oleh lembaga-lembaga
serta departemen pendidikan.
c). Pengajaran berbicara.
Saling berbagi pengalaman disetiap kesempatan kepada pengajar lain untuk menunjukkan
rasa simpati terhadap rekan-rekan kerja yang simpatik.
d). Ikutilah terbitan dan perhimpunan profesional.
Guru yang intensional ialah banyak membaca (gemar membaca), karena mereka dapat
mengambil manfaat dari hasil bacaan tersebut.

3
BAB II

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang


dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah
pertumbuhan, meskipun pada akhirnya ia mengalami penurunan (kematian). Perkembangan
manusia meliputi perkembangan fisik, kognitif, pribadi, sosial dan moral. Kebanyakan ahli
psikologi perkembangan percaya alam dan pengasuhan bersama-sama mempengaruhi
perkembangan. Teori perkembangan berkelanjutan terfokus pada pengalaman-pengalaman
sosial yang dilalui seorang anak, sedangkan teori terputus menekankan faktor-faktor bawaan
lahir dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan dapat sangat dipengaruhi keturunan,
kemampuan, keistimewaan, kepribadian, pengasuhan anak, budaya dan lingkungan.

Banyak ahli psikologi yang memberi pandangan mengenai teori-teori perkembangan


seperti teori perkembangan kognitif dan moral Jean Piaget, teori perkembangan kognitif Lev
Vygotsky, teori perkembangan pribadi dan sosial Erikson, dan teori perkembangan moral
Lawrence Kohlberg.

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Jean Piaget lahir di Swiss pada tahun 1896, adalah pakar psikologi perkembangan
yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Piaget menyelidiki mengapa dan
bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan
bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan
lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori
perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognitif
seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap
dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengelola informasi.

Perkembangan teori Piaget terjadi karena Piaget percaya bahwa semua anak
dilahirkan dengan kecendrungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan
memahaminya. Hal ini dilakukan dengan cara-cara dasar mengorganisasikan dan mengelola
informasi sebagai struktur kognitif. Anak-anak yang masih muda memperlihatkan pola-pola

4
perilaku dan pemikiran, yang disebut skema. Selain itu menurut Piaget adaptasi adalah proses
menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi
skema yang ada. Kadang-kadang ketika cara-cara lama untuk menghadapi dunia ini sama
sekali tidak berhasil, seorang anak mungkin akan mengubah skema yang ada dari sudut
informasi baru atau pengalaman baru proses ini disebut akomodasi.
a. Tahap-tahap Perkembangan menurut Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak-anak dan remaja menjadi empat
tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
1. Tahap sensorimotor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun) tahap ketika bayi
belajar tentang sekeliling mereka dengan menggunakan indera dan
kemampuan motor mereka. Pada tahap ini akan ditandai dengan
perkembangan pemahaman tentang ketepatan objek, karena anak-anak harus
belajar bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tepat ada sekalipun objek
tersebut tidak ada dalam kehadiran fisik anak itu.
2. Tahap praoperasional (usia 2 tahun hingga 7 tahun) tahap ketika anak-anak
belajar melambangkan segala sesuatu dalam pikiran. Pada tahap ini bahwa
anak-anak kecil tidak mempunyai pemahaman tentang prinsip konversi.
Pemikiran anak praoperasional juga dicirikan sebagai sesuatu yang dapat
dibalik. Reversibilitas adalah aspek pemikiran yang sangat penting. Karakter
lain pada tahan praoperasional ialah fokusnya pada keadaan.
3. Tahap operasional konkret ( usia 7 tahun hingga 11 tahun) tahap ketika anak-
anak mengembangkan kemampuan bernalar logis dan memahami konversi
tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi
situasi yang sudah dikenal.
4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun hingga dewasa) tahap dimana
seseorang dapat menghadapi situasi hipotesis dengan abstrak dan dapat
bernalar secara logis. Kondisi hipotesis merupakan kemampuan bernalar
tentang situasi dan kondisi yang belum pernah dialami. Menurut Piaget tahap
operasional formal mengakhir perkembangan kognitif, namun pertumbuhan
intelektual dapat saja terus berlangsung melampaui usia remaja.

2. Teori Perkembangan Moral Piaget

5
Teori Piaget tentang perkembangan kognitif juga mencakup suatu teori tentang
perkembangan penalaran moral. Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognitif
berkembang lebih dulu. Kemampuan kognitif kemudian menentukan kemampuan anak-anak
bernalar tentang situasi sosial. Untuk memahami penalaran moral anak-anak, Piaget
menghabiskan banyak waktu untuk mengamati anak-anak bermain gundu dan bertanya
kepada mereka tentang aturan mainnya. Piaget menemukan bahwa pada usia 6 tahun anak-
anak mengakui keberadaan aturan, walaupun mereka tidak konsisten dalam menaatinya.

Piaget (1964) memberi nama tahap pertama perkembangan moral sebagai moralitas
heteronom, hal ini juga disebut tahap ‘realisme moral” moralitas paksaan. Heteronom berarti
tunduk pada aturan yang diberlakukan oleh orang-orang lain. Selama periode ini, anak-anak
yang masih muda terus-menerus dihadapkan dengan orang tua dan orang-orang dewasa yang
memberitahukan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Piaget juga menggambarkan anak-anak pada tahap ini menilai moralitas perilaku
berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya. Piaget menemukan bahwa anak-anak tidak
sungguh-sungguh menggunakan dan menaati aturan hingga usia 10 tahun atau 12 tahun,
ketika anak-anak sanggup berfungsi formal.
Piaget juga mengamati bahwa anak-anak pada usia ini cenderung berdasarkan
penilaian moral pada maksud pelakunya. Anak-anak mengalami kemajuan dari tahap
moralitas heteronom ketahap moralitas otonom dengan perkembangan struktur kognitif tetapi
juga karena interaksi dengan teman-teman yang mempunyai status yang sama.

3. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Lev Semionovich Vygotsky adalah seorang psikologi Rusia. Karya Vygotsky
didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama, dia berpendapat bahwa hanya dari sudut
konteks historis dan budaya yang dialami anak-anak. Kedua, dia percaya bahwa
perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada bersama masing-masing orang ketika
mereka bertumbuh:simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi, dan memecahkan masalahnya. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan
kognitif sangat terkait dengan masukan orang-orang lain. Namum, sama dengan Piaget,
Vygotsky percaya bahwa perolehan sistem-sistem tanda terjadi dalam urutan langkah-
langkah tetap yang sama untuk semua anak.
Teori Vygotsky terjadi jika pembelajaran mendahului perkembangan dan teori ini
melibatkan internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini, sehingga sanggup berpikir dan
6
memecahkan masalah tanpa bantuan orang-orang lain. Langkah pertama dalam
perkembangan kemandirian dan pemikiran independen ialah belajar bahwa tindakan dan
suara mempunyai makna. Langkah kedua dalam mengembangkan struktur internal dan
kemandirian melibatkan praktik. Praktik bayi memberikan isyarat yang akan memperoleh
perhatian. Langkah terakhir melibatkan penggunaan tanda untuk berpikir dan memecahkan
masalah tanpa bantuan orang-orang lain.
Selain itu pula teori Vygotsky menjelaskan tentang percakapan pribadi, zona
perkembangan proksimal, dan pembelajaran kerja sama.
1. Percakapan pribadi adalah suatu mekanisme yang ditekankan Vygotsky untuk
mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi. Vygotsky
berpendapat bahwa anak-anak menyerap percakapan orang-orang lain dan
kemudian menggunakan percakapan itu untuk membantu diri sendiri yang sering
berbicara dengan diri sendiri, khususnya ketika dihadapkan dengan tugas-tugas
yang sulit.
2. Zona perkembangan proksimal. Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan
kognitif dan kemampuan menggunakan pemikiran untuk mengendalikan tindakan-
tindakan kita sendiri pertama-tama memerlukan penguasaan sistem. Sistem
komunikasi budaya dan kemudian belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk
mengukur proses pemikiran kita sendiri. Tugas-tugas dari zona perkembangan
proksimal adalah sesuatu yang masih belum dapat dikerjakan seorang anak
sendirian tetapi benar-benar dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau orang
dewasa yang lebih kompeten.
3. Perancahan. Menurut Vygotsky tentang pembelajaran sosial adalah perancahan
(scaffolding) bantuan yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih
kompeten. Perancahan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang
anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian menghilangkan
dukungan dan meminta anak tersebut memikul tanggung jawab yang makin besar.
4. Pembelajaran kerja sama. Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi
pembelajaran kerja sama dimana anak-anak bekerja sama untuk saling membantu
belajar.

Penerapan teori Vygotsky dalam pengajaran mempunyai dua implikasi utama. Yang
pertama ialah keinginan menyususn rencana pembelajaran kerja sama di antara kelompok-
kelompok siswa yang mempunyai tingkat-tingkat kemampuan yang berbeda. Kedua

7
pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran menekankan perancahan dengan siswa yang
mengambil makin banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.

4. Teori Perkembangan Pribadi dan Sosial Erikson


Bagian yang jadi fokus dari teori perkembangan pribadi dan sosial merupakan suatu
adaptasi teori-teori perkembangan psikiater besar Sigmund Freud dan karyanya sering disebut
teori psikososial, karena karya tersebut menceritakan prinsip-prinsip psikologis dan sosial.
Menurut Erikson beberapa persoalan yang sangat penting harus diatasi masing-masing orang
ketika mereka melewati masing-masing dari kedelapan tahap kehidupan.
1. Tahap I: Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (sejak lahir hingga 18 bulan)
Tujuan masa bayi ialah untuk mengembangkan kepercayaan dasar dalam dunia ini.
Erikson mendefinisikan kepercayaan dasar sebagai kepercayaan penuh terhadap
orang-orang lain dan juga masa kelayakan diri sendiri yang mendasar untuk
dipercaya.
2. Tahap II: Otonomi versus Keraguan (18 bulan hingga 3 Tahun) pada usia 2 tahun,
kebanyakan bayi dapat berjalan dan telah cukup banyak belajar tentang bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang-orang. Erikson percaya pada tahap ini anak-anak
mempunyai keinginan ganda untuk berpegang dan membiarkan pergi.
3. Tahap III: Inisiatif versus Rasa Bersalah (3 hingga 6 tahun) selama periode ini,
kemampuan motorik dan bahasa anak-anak yang terus menjadi dewasa
memungkinkan mereka makin agresif dan kuat dalam penjajakan lingkungan sosial
maupun fisik mereka.
4. Tahap IV: Kerajinan versus Interioritas (6 tahun hingga 12 tahun). Dengan masuk
sekolah, dunia sosial anak tersebut dengan sendirinya mengalami perluasan yang
sangat besar.
5. Tahap V: Identitas versus Kebingungan peran ( 12 tahun hingga 18 tahun) Erikson
percaya bahwa, selama masa remaja, fisiologi orang tersebut yang berubah pesat,
ditambah dengan tekanan untuk mengambil keputusan tentang pendidikan dan karir
masa depan menciptakan kebutuhan untuk mempertanyakan dan mendefinisikan
kembali identitas psikososial yang sudah dibentuk selama tahap-tahap sebelumnya.

8
6. Tahap VI: Keintiman versus Keterasingan (dewasa awal) begitu orang-orang yang
masih muda mengetahui siapa diri mereka dan kemana mereka akan pergi, tahap
tersebut dimulai untuk membagikan kehidupan mereka satu sama lain.
7. Tahap VII: Daya Regenerasi versus Penyerapan Diri (dewasa pertengahan) daya
regenerasi (generativity) adalah minat untuk membentuk dan menuntun generasi
berikut. Orang memperoleh data regenerasi dengan membesarkan anak-anak mereka
sendiri. Namum, krisis tahap ini juga dapat berhasil diatasi melalui bentuk-bentuk
produktivitas dan kreativitas lainnya.
8. Tahap VIII: Integritas versus Keputusan (Dewasa akhir) dalam tahap terakhir
perkembangan psikososial, orang melihat kembali seluruh masa hidup mereka dan
memecahkan krisis identitas terakhir mereka. Penerimaan, pencapaian, kegagalan, dan
keterbatasan tertinggi membawa suatu rasa integritas, atau keutuhan, suatu kesadaran
bahwa kehidupan seseorang telah menjadi tanggung jawabnya.

5. Tahap-tahap Penalaran Moral menurut Kohlberg


Teori tahap Kohlberg (1963,1969) tentang penalaran moral adalah penjabaran dan
perbaikan terhadap teori Piaget. Sama seperti Piaget, Kohlberg mempelajari bagaimana
anak-anak dan orang dewasa bernalar tentang aturan yang mengatur perilaku mereka dalam
situasi tertentu. Kohlberg tidak mempelajari permainan anak-anak, tetapi lebih menyelidiki
tanggapan mereka terhadap beberapa situasi yang terstruktur atau dilema moral.
Ketika orang mempertimbangkan dilema moral, penalaran mereka sendirilah yang
berperan penting bukan keputusan akhir mereka, menurut Kohlberg dia mempunyai teori
bahwa orang melewati tiga tingkat ketika mereka mengembangkan kemampuan penalaran
moral. Tiga tahapan tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Tahap I dan II: Tingkat Prakonvensional, menekankan pada orientasi hukuman dan
ketaatan. Konsekuensi fisik tindakan menentukan kebaikan dan keburukannya, dan
orientasi relativis instrumental yaitu apa yang benar adalah apa saja yang memuaskan
kebutuhan diri sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang-orang lain. Unsur-unsur

9
keadilan dan ketimbalbalikan ada, tetapi kebanyakan ditafsirkan dalam bentuk “ Anda
menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggungmu”.
2. Tahap III dan IV: Tingkat Konvensional individu, menganut aturan dan kadang-
kadang akan menomor duakan kebutuhan sendiri di belakang kebutuhan kelompok,
harapan keluarga, kelompok atau bangsa dipandang bernilai pada dirinya, tanpa
peduli konsekuensi-konsekuensinya yang langsung dan tampak jelas. Tahap ini
menekankan pada orientasi “anak baik” perilaku yang baik adalah apa saja yang
menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan disetujui oleh mereka. Seseorang
memperoleh persetujuan dengan bersikap “manis”, dan orientasi “hukuman dan
keteraturan” benar berarti melakukan kewajiban seseorang dengan memperlihatkan
sikap hormat kepada orang yang berwenang, dan mempertahankan tatanan sosial
tertentu pada dirinya.
3. Tahap V dan VI: Tingkat Pasca Konvensional, orang menidentifikasi nilai-nilainya
sendiri dari sudut prinsip-prinsip etika yang telah mereka pilih untuk diikuti. Tahap
ini menekannkan pada orientasi kontrak sosial. Apa yang benar ditentukan dari sudut
hak-hak individu umum dan dari sudut standar yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat, dan orientasi prinsip etika universal. Apa yang benar ditentukan oleh
keputusan suara hati menurut prinsip-prinsip etika yang dipilih pribadi. Prinsip-
prinsip ini adalah abstrak dan etis bukan ketentuan moral spesifik.

Para kritikus menunjukkan bahwa studi Kohlberg hanya berdasarkan pada subjek
pria. Berbagai studi memperlihatkan bahwa mungkin hanya ada sedikit kaitan antara apa
yang diucapkan anak-anak dan perilaku moral aktual mereka.

10
BAB V
TEORI-TEORI PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN

1. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk memperoleh kemampuan yang bukan
merupakan bawaan dari lahir yang bergantung pada pengalaman, termasuk umpan balik
dari lingkungan.Pembelajaran biasanya didefiniskan sebagai perubahan dalam diri
seorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll,2000).
Pembelajaran terjadi dengan banyak cara. Kadang-kadang pembelajaran bersifat
intensional, seperti ketika siswa memperoleh informasi yang disajikan di ruang kelas
atau ketika mereka melihat sesuatu di internet.Persoalan yang dihadapi para pendidik
adalah bagaimana membantu siswa untuk mempelajari informasi, ketrampilan, dan
konsep tertentu yang bermanfaat dalam kehidupan dewasa.Dari persoalan inilah para ahli
mengembangkan teori-teori perilaku dalam pembelajaran.

2. Teori Pembelajaran Perilaku yang telah Berkembang


Teori pembelajaran dikembangkan oleh 3 peneliti, dengan melakukan eksperimen
untuk memahami bagaimana manusia dan binatang belajar. Para peneliti awal yang
terpenting adalah Ivan Pavlov dan Edward Thorndike. Selanjutnya disusul oleh B.F.
Skinner yang dianggap penting karena studi-studinya tentang hubungan antara perilaku
dan konsekuensi.
a. Ivan Pavlov : Pengkondisian Klasik
Dilakukan pada akhir 1800-an dan awal 1900-an, seorang ilmuan Rusia dan
rekan-rekannya mempelajari proses pencernaan dalam anjing dengan rangsangan
lonceng. Riset awal tentang pembelajaran mempelajari efek rangsangan terhadap
perilaku refleks. Ivan Pavlov menyumbangkan gagasan tentang pengkondisian klasik,
dimana rangsangan netral (rangsangan yang tidak mempunyai efek terhadap
tanggapan tertentu) dapat memperoleh kemampuan untuk menimbulkan tanggapan
perilaku dan menghubungkannya dengan rangsangan tanpa dikondisikan (rangsangan
yang secara alami menimbulkan tanggapan tertentu) dengan memicu gerakan
refleks.Dengan kata lain setelah lonceng dan daging disodorkan bersama-sama, bunyi
lonceng itu sendiri mengakibatkan anjing tadi mengeluarkan air liur.
Kata kunci: Pengkondisian klasik merupakan proses yang secara berulang-
ulang menghubungkan rangsangan netral sebelumnya dengan rangsangan tanpa
11
pengkondisian(rangsangan yang secara alami menimbulkan tanggapan tertentu) guna
menimbulkan tanggapan yang dikondisikan.
b. Thorndike : Kaidah Efek
Thorndike seorang peneliti Amerika Serikat (Hilgard & Bower, 1966).Dalam
eksperimennya dengan menggunakan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak dan
dari sana kucing harus bisa meloloskan diri dari kotak untuk memperoleh makanan.
Dari eksperimennya mengembangkan kaidah Efek, yang menyatakan bahwa,
apabila tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam lingkungan tersebut,
kemungkinan tindakan itu akan diulangi dalam situasi yang sama akan meningkat.
Menekankan peran konsekuensi perilaku saat ini dalam menentukan perilaku pada
masa mendatang.Thorndike melangkah lebih jauh dari Pavlov dengan
memperlihatkan bahwa rangsangan yang terjadi setelah suatu perilaku mempunyai
pengaruh terhadap perilaku pada masa mendatang.
Kata Kunci: Kaidah efekmerupakan tindakan yang diikuti oleh efek yang
menyenangkan lebih besar kemungkinan diulangi dalam situasi yang sama, sedangkan
tindakan yang diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan lebih kecil kemungkinan
untuk diulangi.
c. Skinner : Pengkondisian Operan
Berpendapat bahwa perilaku refleks hanyalah sebagian kecil dari semua
tindakan.Skiner dalam eksperimennya menggunakan kotak berisi alat yang sangat
sederhana untuk mempelajari perilaku binatang.Kotak Skiner untuk tikus terdiri atas
balok yang jika ditekan oleh tikus maka corong makanan akan mengeluarkan butiran
makanan. Imbalan makanan itu telah mengkondisikan perilaku tikus tersebut, yang
memperkuat penekanan balok dan memperlemah semua perilaku lain.
Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku sering disebut pengkondisian operan (operant
conditioning).Skinner melanjutkan studi tentang hubungan antara perilaku dan
konsekuensi.Dia menggambarkan pengkondisian operan, dimana tindakan penguatan
dan tindakan penghukuman membentuk perilaku.

3. Beberapa Prinsif Pembelajaran Perilaku


Prinsip-prinsip pembelajaran perilaku meliputi:
Peran konsekuensi, tindakan penguatan (reinforce), tindakan penghukuman (punisher),
kesegeraan konsekuensi (immediacy of consequence) pembentukan (shaping), kepunahan
12
(extinction), jadwal penguatan (schedule of reinforcement), pemeliharaan dan peran
anteseden (role of antecedent).
a. Konsekuensi yang menyenangkan dapat meningkatkan frekuensi seseorang terlibat
dalam perilaku tertentu, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan
mengurangi frekuensi suatu perilaku tertentu.
b. Tindakan penguatan merupakan konsekuensi yang menyenangkan dapat
mempertahankan atau meningkatkan frekuensi perilaku, dan tindakan penghukuman
mengurangi frekuensinya. Penguatan dapat bersifat primer atau sekunder, positif atau
negative. Tindakan penguatan juga ada yang bersifat intrinsik(perilaku yang dinikmati
seseorang dengan terlibat didalamnya demi perilaku itu sendiri, tanpa sedikitpun
imbalan lain) dan yang bersifat ekstrinsik (pujian atau imbalan yang diberikan untuk
memotivasi orang yang terlibat dalam perilaku). Prinsif Premack menyatakan bahwa
cara untuk meningkatkan kegiatan yang kurang dinikmati ialah mengaitkannya
dengan kegiatan yang lebih dinikmati.
c. Hukuman meliputi pelemahan perilaku dengan memperkenalkan konsekuensi yang
tidak disukai atau menghilangkan tindakan penguatan.
d. Kesegeran konsekuensi dilakukan pada saat guru menghadapi prilaku yang tidak
pantas.
e. Pembentukan melalui umpan balik yang tepat waktunya pada masing-masing langkah
suatu tugas adalah suatu praktik pengajaran yang efektif yang didasarkan pada teori
pembelajaran perilaku.
f. Kepunahan adalah penghilangan perilaku yang dilemahkan secara perlahan-lahan
ketika penguatan ditarik.
g. Jadwal penguatan digunakan untuk meningkatkan probabilitas, frekuensi atau
ketahanan perilaku yang diinginkan. Jadwal penguatan dapat didasarkan pada rasio
atau interval dan dapat bersifat tetap atau bervariabel. Jadwal rasio tetap adalah suatu
tindakan penguatan yang diberikan setelah perilaku dalam jumlah tetap, sedangkan
jadwal rasio variable merupakan sesuatu dimana jumlah perilaku yang diinginkan
diberi imbalan setelah sejumlah perilaku yang tidak dapat diperkirakan banyaknya.
Jadwal interval tetap adalah penguatan dimana perilaku yang diinginkan diberi
imbalan setelah jumlah waktu yang tetap, sedangkan jadwal interval variabel
merupakan penguatan dimana perilaku yang diinginkan diberi imbalan setelah jumlah
waktu yang tidak dapat diperkirakan banyaknya.
h. Pemeliharan (maintenance) merupakan perilaku yang berkesinambungan.
13
i. Rangsangan anteseden ( peristiwa yang mendahului perilaku) berperan sebagai isyarat
yang menunjukkan perilaku mana saja akan dikuatkan atau dihukum. Dalam
rangsangan anteseden kita kenal diskriminasi dan generalisasi. Diskriminasi meliputi
penggunaan isyarat untuk mendeteksi perbedaan antara situasi-situasi stimulus,
sedangkan generalisasi melibatkan tanggapan pada kemiripan antara rangsangan-
rangsangan. Generalisasi adalah pengalihan atau pemindahan perilaku yang dipelajari
dalam suatu kondisi ke kondisi lain.

4. Bagaimana Teori Pembelajaran Sosial memberi Andil bagi pemahaman Kita


tentang Pembelajaran Manusia?
Teori pembelajaran sosial adalah teori pembelajaran yang menekankan bukan
hanya penguatan tetapi juga efek isyarat terhadap pemikiran dan efek pemikiran terhadap
tindakan.Teori pembelajaran sosial didasarkan pada pengakuan dan peran penting
pembelajaran pengamatan dan pembelajaran mandiri.Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura yang dikenal dengan Peniruan dan Pembelajaran
Pengamatan.
Analisis Bandura (1986) tentang pembelajaran pengamatan (observational
learning) melibatkan 4 fase yaitu:
1. Memberikan perhatian (memberikan perhatian pada orang yang ditiru).
2. Mengingat perilaku yang ditiru (mempercontohkan perilaku yang mereka
inginkan siswa tiru).
3. Mereproduksi perilaku tersebut (mencocokkan perilaku mereka dengan perilaku
orang yang ditiru).
4. Dan termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut (siswa meniru orang yang
ditiru dan siswa percaya akan meningkatkan peluang mereka dikuatkan).
Bandura berpendapat bahwa siswa seharusnya diajari mempunyai harapan untuk
kinerja mereka sendiri dan memperkuat diri sendiri.Konsep penting lainnya dalam teori
pembelajaran sosial adalah kemandirian.
Model pembelajaran mandiri dikembangkan oleh Meichenbaumyang
mengusulkan langkah-langkah untuk pembelajaran mandiri yang melambangkan suatu
bentuk perubahan perilaku kognitif.
Langkah-langkah yang dilibatkan dalam pengajaran diri sendiri menurut Meichenbaum
(1977) adalah:

14
1. Model orang dewasa melakukan suatu tugas sambil berbicara kepada diri sendiri
dengan lantang (peniruan kognitif).
2. Anak tersebut melakukan tugas yang sama dibawah pengarahan instruksi orang
yang menjadi contoh tersebut (panduan yang jelas dan eksternal).
3. Anak tersebut melakukan tugas tadi sambil mengajari diri sendiri dengan suara
lantang (panduan yang jelas terhadap diri sendiri).
4. Anak tersebut membisikkan instruksi tadi kepada diri sendiri ketika dia
menyelesaikan tugas tersebut (panduan yang jelas dan tidak terdengar kepada diri
sendiri).
5. Anak tersebut melakukan tugas tadi sambil memandu kinerjanya melalui
percakapan kepada diri sendiri (instruksi tersembunyi kepada diri sendiri).
Teori-teori pembelajaran perilaku sangat penting bagi penerapan pisikologi
pendidikan dalam pengelolaan ruang kelas, disiplin, motivasi, model pengajaran, dan
bidang-bidang lain. Namun, teori-teori pembelajaran perilaku mempunyai lingkup yang
terbatas, dalam arti bahwa teori tersebut hanya menjelaskan perilaku yang dapat diamati
yang dapat diukur secara langsung.Teori pembelajaran sosial sangat memberi andil
dalam pembelajaran prilaku manusia yaitu melalui pembelajaran mengamatan dan
pembelajaran mandiri.

15
BAB VI

PENGOLAHAN INFORMASI DAN TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Pikiran manusia adalah suatu pencipta makna. Sejak mikrodetik pertama Anda melihat,
mendengar, mencicipi, atau merasakan sesuatu, anda memuali suatu proses memutuskan
benda apa itu, bagaimana hal-hal itu terkait dengan apa yang telah anda ketahui, dan apakah
hal itu penting diingat dalam pikiran anda atau harus dibuang. Seluruh proses ini mungkin
terjadi dengan sadar, tidak sadar, atau keduanya. Pada pembahasan ini menguraikan
bagaimana informasi diterima dan diolah dalam pikiran, bagaimana daya ingat dan
kehilangan daya ingat bekerja,dan bagaimana guru dapat membantu siswa memahami dan
mengingat informasi, kemampuan, dan gagasan yang sangat penting. Bab ini juga
menyajikan teori-teori yang terkait dengan proses yang berlangsung dalam pikiran pelajar,
dan sarana membantu siswa menggunakan pikiran mereka dengan lebih efektif belajar,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

A. Apa yang Dimaksud dengan Model Pengolahan Informasi ?

Informasi terus menerus memasuki pikiran kita melalui indera kita. Kebanyakan
informasi ini hampir langsung dibuang dan kita mungkin bahkan tidak pernah menyadari
banyak diantaranya. Sebagian ditahan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan
kemudian dilupakan. Teori pengolahan informasi adalah teori pembelajaran kognitif yang
menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan dalam pikiran.

1. Rekaman Indera

Rekaman indera adalah komponen sistem daya ingat dimana informasi diterima
dan dipertahankan dalam waktu yang sangat singkat.

a. Persepsi

Ketika indera menerima rangsangan pikiran langsung mulai mengerjakan


beberapa di antaranya. Persepsi adalah penafsiran seseorang tentang rangsangan.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan pikiran secara aktif pada rangsangan tertentu


dengan menyingkirkan rangsangan-rangsangan lain.

16
c. Memperoleh Perhatian

Ada beberapa cara untuk memperoleh perhatian siswa yang semuanya masuk
dalam judul umum membangkitkan minat siswa. Salah satu caranya adlah
menggunakan isyarat yang menunjukkan “Hal itu penting”. Beberapa guru
menaikkan atau menurunkan suara mereka untuk menandakan bahwa meraka akan
memberitahukan informasi penting. Guru lain menggunakan gerakan tubuh,
pengulangan, atau posisi tubuh untuk menyampaikan pesan yang sama.

2. Daya Ingat Jangka Pendek atau Kerja

Daya ingat jangka pendek atau kerja adalah komponen daya ingat dimana
informasi dalam jumlah terbatas dapat disimpan selama beberapa detik. Pengulangan
adalah repetisi informasi dalam pikiran, yang dapat meningkatkan penyimpanannya.

3. Daya Ingat Jangka Panjang

komponen daya ingat dimana informasi dalam jumlah besar dapat disimpan untuk
kurun waktu yang lama.

a. Daya ingat episodik adalah bagian daya ingat jangka panjang yang menyimpan
citra pengalaman pribadi kita.
b. Daya ingat semantik adalah bagian ingat jangka panjang yang menyimpan fakta
dan pengetahuan umum.
c. Daya ingat prosedural adalah bagian daya ingat jangka panjang yang
menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.

4. Model-model Pengolahan Informasi Lain

Teori tingkat pengolahan adalah penjelasan tentang daya ingat yang


meningkatkan ingatan akan rangsangan dengan jumlah pengolahan mental yang diterima.

a. Model pengolahan sebaran paralel adalah suatu model yang didasarkan pada
gagasan bahwa informasi diperoleh secara serempak dalam rekaman indera, daya
ingat kerja dan daya ingat jangka panjang.

17
b. Model koneksionis adalah teori yang berpendapat bahwa pengetahuan disimpan
dalam otak dalam jaringan koneksi, bukan dalam sistem aturan atau masing-
masing informasi.
5. Riset tentang otak

Banyak temuan dari riset otak mungkin berperan penting bagi pendidikan dan
perkembangan anak. Salah satu terkait dengan perkembangan awal, dimana studi
menemukan bahwa jumlah rangsangan sejak dini dalam perkembangan anak terkait
dengan jumlah koneksi saraf, atau synapse, yang merupakan dasar untuk pembelajaran
dan daya ingat yang lebih tinggi (Black, 2003; Bruer, 1999).

B. Apa yang Menyebabkan Orang Mengingat atau Melupakan?


1. Mengingat dan melupakan
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang
menyebabkan lebih mudah atau lebih sulit mengingat informasi (lihat schacer, 2001).
a. Gangguan adalah hambatan mengingat informasi tertentu karena kehadiran
informasi lain dalam daya ingat.
b. Hambatan Retroaktif adalah penururnan kemampuan untuk mengingat informasi
yang dipelajari sebelumnya, yang diakibatkan oleh pembelajaran informasi
baru.
c. Hambatan Proaktif adalah penurunan kemampuan untuk mempelajari informasi
baru, yang diakibatkan oleh gangguan dari pengetahuan yang sudah ada.
d. Fasilitas proaktif adalah peningkatan kemampuan untuk mempelajari informasi
baru akibat kehadiran informasi yang diperoleh sebelumnya.
e. Fasilitas retroaktif adalah peningkatan pemahaman tentang informasi yang
dipelajari sebelumnya akibat perolehan informasi baru.
f. Efek kepertamaan adalah kecendrungan lebih mudah mengingat hal yang
pertama dalam daftar dari pada hal lain.
g. Efek kebaharuan adalah kecendrungan lebih mudah mengingat hal yang terakhir
dalam daftar dari pada hari lain.
h. Otomatiasi adalah tingkat kecepatan dan kemudahan sehingga tugas-tugas
dapaat dilakukan atau ketrampilan dibekali dengan sedikit upaya mental.
2. Latihan

18
Latihan berperan penting pada beberapa tahap pembelajaran. Informasi yang
diterima dalam daya ingat kerja harus diulangi dalam pikiran kalau informasi tersebut
ingin disimpan selama lebih dari pada beberapa detik. Informasi dalam daya ingat kerja
biasanya harus dilatih hingga ditempatkan dalam daya ingat jangka panjang (Willingham,
2004).

a. Latihan masal adalah teknik di mana fakta atau kemampuan yang akan dipelajari
sering diulangi dalam kurun waktu yang padat.
b. Latihan terdistribusi adalah teknik di mana hal-hal yang akan dipelajari diulangi
dalam beberapa selang waktu selama suatu kurun waktu.

C. Bagaimana Strategi Daya Ingat Dapat Diajarkan?


1. Pembelajaran verbal
Dalam banyak studi, para ahli psikologi telah mempelajari pembelajaran verbal
(verbal lerning), atau bagaimana siswa mempelajari bahan-bahan verbal, dalam
lingkungan laboratorium (Raajimakers & Shiffrin 1992). Tiga jenis tugas pembelajaran
verbal biasanya dilihat di ruang kelas telah diidentifikasi dan dipelajari secara luas
sebagai berikut.
a. Pembelajaran pasangan-berkaitan (paired-associate lerarning) adalah
pembelajaran sesuatu dalam pasangan yang berkaitan sehingga, ketika salah satu
anggota suatu pasangan disajikan, yang lain dapat diingat.
b. Pembelajaran serial (serial learning) adalah penghafalan serangkaian hal dalam
suatu urutan tertentu.
c. Pembelajaran ingatan-bebas (free-recall learning) adalah pembelajaran daftar hal
dalam urutan sembarang.

D. Apa yang Membuat Informasi Bermakna?


1. Pembelajaran Hafalan versus yang Bermakna

Ausubel (1963) membahas perbedaan antara pembelajaran hafalan dan pembelajaran


yang bermakna. Pembeajaran hafalan (rote learning) merujuk pada mengingat fakta-fakta
atau asosiasi, seperti tabel perkalian, simbol kimia untuk unsur-unsur, kata-kata dalam
bahasa asing, atau nama-nama tulang dan otot dalam tubuh manusia. Sebaliknya
pembelajaran yang bermakna tidak bersifat sewenang-wenang, dan hal itu terkait dengan
informasi atau konsep yang sudah dimiliki pelajar. Pengetahuan lembam adalah informasi
19
yang dipelajari yang seharusnya dapat diterapkan pada berbagai jenis situasi tetapi
penggunaannya terbatas pada penerapan terbatas yang sering artifisial.

2. Teori Skema

Sebagaimana kita catat sebelumnya, informasi yang bermakna disimpan dalam daya
ingat jangka panjang dalam jaringan fakta dan konsep yang saling terkait yang disebut
skemata. Telah diajarkan bahwa kebanyakan skemata yang berkembang dengan baik
diorganisasikan dalam hirarki yang mirip dengan kerangka, dengan informasi tertentu
dikelompokkan dalam katergori umum, yang dikelompokkan dalam kategori yang lebih
umum lagi.

E. Bagaimana Kemampuan Metakognisi Membantu Siswa Belajar?

Istilah metakognisi berarti pengetahuan tentang pembelajaran diri sendiri (Flavell,


1985; McCOrmick, 2003) atau bagaimana belajar. Kemampuan berpikir dan kemampuan
studi adalah contoh kemampuan metakognisi (metacognitive skill). Siswa dapat diajarkan
strategi-strategi untuk menilai pemahaman mereka sendiri, dengan mencari tahu berapa
banyak waktu yang akan mereka butuhkan untuk mempelajari sesuatu, dan memilih rencana
tindakan yang efektif untuk belajar atau menyelesaikan soal-soal (McCormick, 2003).

F. Strategi Studi Apa yang Membantu Siswa Belajar?


1. Membuat catatan
Strategi studi umum yang digunakan dalam membaca maupun dalam belajar dari
pengajaran di kelas ialah membuat catatan. Pembuatan catatan dapat efektif untuk jenis
bahan tertentu, karena hal itu dapat meminta pengolahan gagasan-gagasan utama dalam
pikiran, karena seseorang mengambil keputusan tentang apa yang harus ditulis.
2. Menggaris bawahi

Barangkali strategi studi yang paling umum ialah menggaris bawahi atau memberi
stabilo. Walaupun motode ini digunakan secara luas, riset tentang penggaris bawahan
pada umumnya menemukan sedikit manfaat (Anderson & Armbruster, 1984; Gaddy,
1998; Snowman, 1984).

3. Meringkas

20
Dalam meringkas diperlukan penulisan kalimat-kalimat singkat yang
menggambarkan gagasan utama informasi yang sedang dibaca. Keefektifan strategi ini
bergantung pada bagaimana hal itu digunakan (King, 1991; Slotte & Lonka 1999).

4. Menulis untuk belajar

Makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan bahwa, dengan meminta siswa
menjelaskan secara tertulis isi yang mereka pelajari, meraka akan terbantu memahami
dan mengingatnya (Klein, 1999).

5. Membuat garis besar dan memetakan

Garis besar (outlining) menyajikan butir-butir utama bahan tersebut dalam format
hierarkis, dengan masing-masing penjelasan yang diorganisasikan dalam kategori yang
lebih tinggi.

6. Metode PQ4R

Salah satuteknik studi yang paling terkenal untuk membantu siswa memahami dan
mengingat apa yang mereka baca ialah suatu prosedur yang disebut metode PQ4R
(Thomas & Robinson, 1972).

G. Bagaimana Strategi Pengajaran Kognisi Membantu Siswa Belajar?


1. Pengetahuan awal
David Ausubel (1963) mengembangkan suatu metode yang disebut organisator
awal (advance organizer) untuk mengarahkan siswa pada bahan yang akan mereka
pelajari dan membantu mereka mengingat informasi baru tersebut. Sama seperti
organisator awal, penggunaan analogi yang menjelaskan (perbandingan atau paralel) dapat
berperan dalam pemahaman dengan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan
latar belakang yang sudah terbentuk dengan baik.
Para ahli psikologi kognisi menggunakan istilah elaborasi untuk merujuk proses
pemikiran tentang bahan yang akan dipelajari dengan cara yang menghubungkan bahan

21
tersebut dengan informasi atau gagasan yang sudah ada dalam pikiran pelajar tersebut
(Ayaduray & Jacobs, 1997).
2. Mengorganisasikan informasi

Bahan yang diorganisasikan dengan baik akan jauh lebih mudah dipelajari dan
diingat daripada bahan yang diorganisasikan dengan buruk (Durson & Coggnis, 1991).
Pengorganisasisan hierarkis, di mana masalah spesifik dikelompokkan dibawah topik yang
lebih umum, tampaknya sangat membantu bagi pemahaman siswa.

a. Menggunakan teknik bertanya


Salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari naskah tertulis,
pengajaran, dan sumber informasi ialah penyertaan pertanyaan-pertanyaan yang
memerlukan siswa berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman mereka
sendiri tentang apa yang dikatakan naskah atau guru (Pressley et al, 1990).
b. Menggunakan model konseptual
Sarana lain yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa memahami
topik yang rumit ialah pengenalan model konseptual, atau diagram yang
memperlihatkan unsur-unsur proses berkaitan satu sama lain.

22
BAB VII
PELAJARAN YANG EFEKTIF

Pelajaran adalah dimana pendidikan terjadi dan semua aspek sekolah lainnya, mulai
dari bangunan, bisa hingga administrasi, dirancang untuk mendukung guru dalam
menyampaikan pelajaran yang efektif, mereka tidak mendidik pada dirinya. Kebanyakan guru
mengabiskan banyak waktu belajar mereka untuk memberikan pelajaran kebada siswanya.
Pelaksanaan pembelajaran yang efektif adalah inti keahlihan guru. Beberapa aspek penyajian
pelajaran harus dipelajari ditempat kerja, guru yang baik akan mahir dalam pelajaran tersebut
setiap tahun. Namun, para ahli psikologi pendidikan telah meneliti unsur-unsur yang berguna
dalam pelajaran yang efektif, dan kita mengetahui banyak hal yang berguna dalam
pengajaran sehari-hari pada setiap tingkatan kelas dan dalam setiap mata pelajaran. Pelajaran
yang efektif menggunakan berbagai metode pengajaran.

A. Pengajaran Langsung
Kadang-kadang cara yang paling efektif dan efisien untuk mengajari siswa ialah guru
menyajikan informasi, kemampuan atau konsep secara langsung. Istilah pengajaran langsunf
(direct instruction) digunakan untuk menggambarkan pelajaran dimana guru menyampaikan
informasi langsung kepada siswanya, dengan menata waktu pelajaran untuk mencapai suatua
sasaran yang telah ditentukan dengan jelas seefisien mungkin. Pengajaran langsung
khususnya tepat digunakan untuk mengajarkan isi informasi atau kemampuan yang telah
ditetapkan dengan baik yang harus dikuasi oleh semua siswa. Pengajaran ini akan kurang
tepat digunakan apabila perubahan konseptual yang mendalam merupakan sasaran atau
apabila penjajakan, penemuan dan sasaran terbuka menjadi tujuan pengajaran. Namun riset
baru-baru ini telah mendukung gagasan bahwa pengajaran langsung juga dapat digunakan
lebih efektif dari pada penemuan dalam pengembangan konseptual. Ciri khas pelajaran
pengajaran langsung yang efektif.
Pertama, guru memperbaharui siswa tentang setiap kemampuan yang mungkin
mereka perlukan untuk pelajaran hari ini, misalnya guru dapat dengan singkat mengulas
kembali pelajaran kemarin kalau pelajaran hari ini merupakan kelanjutannya. Kemudian,
guru lebih banyak mengajarkan kemampuan atau informasi, dengan memberi siswa
kesempatan melatih kemampuan tersebut atau mengungkapkan informasi tersebut, dan
bertanya kepada siswa atau memberikan pujian singkat untuk menentukan apakah mereka
mempelajari sasaran tersebut atau tidak.
23
Uraian singkat tentang pengajaran bagian-bagian pelajaran pengajaran langsung.
1. Ungkapkan sasaran pembelajaran dan arahkan siswa pada pelajaran tersebut
2. Ulangi kembali prasyarat
3. Sajikan bahan baru
4. Lanjutkan pemeriksaan pembelajaran
5. Sediakan latihan mandiri
6. Nilai kinerja dan berikan umpan balik
7. Berikan latihan terdistribusi dan periksa

B. Bagaimana Pengajaran langsung diajarkan


Struktur pelajaran umum mempunyai bentuk yang sangat berbeda dalam bidang-
bidang mata pelajaran yang berbeda dan pada tingkatan-tingkatan kelas yang berbeda.
Guru siswa yang lebih tua dapat membutuhkan beberapa hari untuk langkah-langkah
proses tersebut, yang berakhir dengan ujian formal atau ujian singkat. Guru yang lebih
muda dapat melewati selurus siklus tersebut dalam satu jam pelajaran di kelas, dengan
mengunakan penilaian tidak resmi pada akhir jam pelajaran. Urutkan kegiatan yang
diuraikan dengan singkat dalam kedua pelajaran ini mengalir sepanjang jalur logis, mulai
dari membangkitkan minat siswa, menyajikan informasi baru, membiarkan siswa melatih
pengetahuan atau kemampuan baru mereka, hingga penilaian. Langkah-langkah yang
teratur ini berperan penting untuk mengarahkan pelajaran, walaupun berbagai komponen
dan bagaimana hal itu diimplentasikan tentu saja akan tampak berbeda untuk mata
pelajaran dan kelas yang berbeda.

1. Ungkapkan sasaran pembelajaran


Langkah pertama dalam menyajikan pelajaran ialah merancanakannya dengan
cara tertentu sehingga alasan pengajaran dan pembelajaran tersebut terlihat jelas.
Apa yang anda ingin ketahui atau sanggup dilakukan kepada siswa pada akhir
pelajaran itu?. Penentuan sasaran pada awal pelajaran adalah langkah penting
dalam memberikan kerangka yang dapat menapung informasi, bahan pengajaran
dan kegiatan belajar.
2. Arahkan siswa pada pelajaran

24
Pada awal pelajaran, guru perlu membentuk suatu sikap mental yang positif, atau
sikap kesiapan, dalam diri siswa. Humor atau drama juga dapat membangun sikap
mental yang positif.
3. Ulangi kembali prasyarat
Untuk tugas utama berikut dalam suatu pelajaran, guru perlu memastikan bahwa
siswa telah menguasai kemampuan prasyarat dan menghubungkan informasi yang
sudah ada dalam pikiran mereka dengan informasi yang akan anda sajikan. Kalau
pelajaran hari ini merupakan kelanjutan pelajaran kemarin dan Anda cukup yakin
bahwa siswa memahami pelajaran kemarin, pengulangan tersebut mungkin hanya
mengingatkan mereka tentang pelajaran sebelumnya dan ajukanlah beberapa
pertanyaan kilat sebelum memulai sesuatu yang baru. Alasan mengapa guru
hendaknya mengulang prasyarat ialah untuk memberikan orgasisator awal.
4. Sajikan bahan baru
Disini dimulai isi utama pelajaran tersebut dan pada saat inilah guru menyajikan
informasi atau kemampuan baru.
a) Penekanan pelajaran
b) Kejelasan pelajaran
c) Penjelasan
d) Contoh yang dikerjakan
e) Peragaan, model dan ilustrasi
f) Video yang digabungkan
g) Mempertahankan perhatian
h) Pembahasan isi dan kecepatan
5. Lakukan pemeriksaan pembelajaran
Pemeriksaan pembelajaran memberi umpan balik kepada guru tentang tingkat
pemahaman siswa dan memungkinkan siswa menguji pemahaman mereka tentang
gagasan baru untuk memungkinkan siwsa menguji pemahaman mereka tentang
gagasan baru untuk mengetahui apakah mereka mengkapnya dengan benar.
Pemeriksaan dapat berbentuk pertanyaan kepada kelas. Pemeriksaan pemahaman
apakah tanggapan atas pemeriksaan pembelajaran berbentuk tertulis, fisik atau
lisan, tujuan pemeriksaan tersebut ialah memerikasa pemahaman. Maksudnya,
guru menggunakan pemeriksaan pembelajaran bukan untuk mengajar atau
memberikan latihan melainkan untuk mengetahui apakah siswa telah mengerti apa
yang baru saja mereka dengar. Guru menggunakan pemeriksaan tersebut untuk
25
menentukan kecepatan pengajaran mereka. Kalau siswa mengalami kesulitan,
guru harus memperlambat dan mengulangi topik baru.
6. Berikan latihan mandiri
Istilah latihan mandiri (independent practice) merujuk pada pekerjaan yang
dilakukan sendiri oleh siswa di kelas untuk melatih atau mengungkapkan atau
pengetahuan yang baru dipelajari. Latihan adalah tahap mendasar dalam proses
memindahkan informasai baru dalam daya ingat ingat kerja ke daya ingat jangka
panjang. Beberapa rekomendasi tentang penggunaan efektif waktu latihan mandiri
sebagai berikut.
a) Jangan berikan latihan mandiri hingga anda merasa yakin siswa dapat
mengerjakannya.
b) Upayakanlah penugasan latihan mandiri singkat.
c) Berikan petunjuk yang jelas.
d) Mintalah siswa untuk memulainya dan kemudian hindarilah gangguan.
e) Pantaulah pekerjaan mandiri.
f) Kumpulkan pekerjaan mandiri dan setarakan dalam nilai siswa.
7. Nilai kinerja dan berikan umpan balik
Setiap pelajaran seharusnya mengandung penilaian tentang sejauh mana siswa
telah menguasai sasaran yang ditetapkan untuk pelajaran tersebut. Guru dapat
melakukan penilaian ini secara informal dengan menanyai siswa, dapat
menggunakan pekerjaan mandiri sebagai penilaiannya, atau dapat memberikan
ujian singkat yang terpisah. Namun, cara apapun yang digunakan, gutu seharusnya
menilai keefektifan pelajaran tersebut dan seharusnya memberikan hasil penilaian
tersebut kepada siswa sesegera mungkin.
8. Berikan latihan terdistribusi dan peninjauan
Latihan atau tinjauan yang diberi jarak dari waktu ke waktu mengingatkan daya
ingat akan banyak jenis pengetahuan. Hal ini mempunyai bebrapa implikasi bagi
pengajaran. Pertama, hal itu menyiratkan bahwa peninjauan dan meringkaskan
informasi penting dari pelajaran-pelajaran sebelumnya meningkatkan
pembelajaran.

C. Keunggulan dan keterbatasan pengajaran langsung


Jelas bahwa metode pengajaran langsung dapat meningkatkan pengajaran
kemampuan dasar tertentu, tetapi juga sama-sama benar bahwa masih banyak harus
26
masih dipelajari tentang bagaimana dan untuk tujuan apa hal itu seharusnya
digunakan. Resep yang berasal dari studi tentang guru yang efektif tidak dapat
diterapkan tanpa kritis di ruamh kelas dan diharapkan menghasilkan perbedaan yang
sangat besar dalam pencapaian siswa. Program pendidikan struktural dan sistematis
yang didasarkan pada resep ini dapat sangat meningkatkan pencapaian siswa dalam
kemampuan-kemampuan dasar.

D. Bagaiman siswa mempelajari dan memindahkan konsep


Konsep adalah suatu gagsan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-contoh
khusus. Misalnya, bola merah,pensil merah dan kursi merah semua mengilustrasikan
konsep “merah”.
1. Pembelajaran dan pengajaran konsep
Konsep pada umunya di pelajari dengan dua cara. contohnya, seorang anak
mempelajari konsep “mobil” dengan cara mendengarkan. Pada awalnya anak
tersebut akan susah membedakan antara mobil dan kendaraan lainnya, namun
seiring berjalannya waktu anak tersebut akan dapat membedakan dengan jelas
“mobil dan “non mobil”.
Konsep kedua yaitu melalui definisi. Contohnya, seorang anak membedakan
antara “tante” dan “paman”. Dari definisi bahwa tante adalah seorang perempuan
dan paman adalah laki-laki akan mempermudah anak tersebut untuk membedakan
antara “tante” dan “paman”.
Kedua konsep itu dapat digunakan oleh pengajar untuk mengajar siswa. Guru
dapat memberikan contoh kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk
menyimpulkan suatu definisi. Guru dapat memerikan definisi kepada siswa,
kemudian meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh.
Tennyson dan Park 1980, hal. 59 mengusulkan agar guru mengikuti tiga aturan
ketika menyajikan contoh konsep sebagai berikut.
a. Urutkan contoh-contoh tersebut dari yang mudah hingga sulit
b. Pilih contoh yang berbeda satu dari yang lain
c. Bandingkan dan bedakan contoh dan bukan contoh.

2. Pengajaran untuk Pengalihan Pembelajaran


Siswa sering begitu terkukung dalam persiapan diri untuk ujian, dan guru
dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian, sehingga keduanya melupakan
27
tujuan utama sekolah, memberi siswa kemampuan dan pengetahuan yang perlu
bagi mereka untuk berfungsi dengan efektif sebagai orang dewasa. Adapun
beberapa pengajaran untuk pengalih pembelajaran. Jenis pengajaran yaitu sebagai
berikut.
a) Pembelajaran kehidupan nyata
b) Pembelajaran dan pemahaman awal
c) Pembelajaran dalam konteks
d) Pengalihan versus pembelajaran awal
e) Pengajaran eksplisit untuk pengalihan

E. Bagaimana diskusi digunakan dalam pengajaran


Guru menggunakan diskusi sebagai bagian dari pengajaran karena banyak
alasan
1. Topik subjektif dan kontroversial
Pertanyaan atau masalah yang sedang panas dibicarakan dan kontroversial.
Menurut riset hal ini dapat meningkatkan pengetahun tentang masalah-
masalah kontroversial dan juga mendorong pemahaman yang lebih
mendalam tentang berbagai sisi masalah.
2. Konsep yang sulit dan baru
Selain masalah yang subjektif dan kontroversial, diskusi dapat
menjelaskan topik yang mengandung satu jawaban yang benar tetapi yang
melibatkan konsep-konsep yang sulit yang memaksa siswa melihat sesuatu
dengan cara yang berbeda.
3. Sasaran afektif
Merupakan diskusi ketika afekti (sasaran yang berkaitan dengan sikap dan
nilai siswa)
4. Diskusi seluruh kelas
Dalam diskusi ini dibedakan menjadi diskusi kelompok, yang artinya
dibagi menjadi beberapa kelompok, dan diskusi seluruh kelas artinya
diskusi dilakukan tanpa kelompok, pada diskusi ini guru hanya memaikan
peran kurang dominan artinya hanya sebagai penuntun.
5. Diskusi kelompok kecil
Dalam diskusi ini siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan empat hingga enam orang untuk mendiskusikan topik
28
tertentu. Karena diskusi kelompok kecil mengharuskan agar siswa
kebanyakan bejkerja terlepas dari gurunnya.

29
BAB VIII
PENDEKATAN PENGAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
DAN KONSTRUKTIVIS

A. KONSTRUKTIVIS
1. Pandangan Pembelajaran Konstruktivis
Salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran
mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,dengan memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan,dan dengan
mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar untuk mengetahui strategi mereka
sendiri untuk belajar.
Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan-gagasan ini disebut teori
pembelajaran konstruktivis(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis melihat
pelajar terus menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-aturan lama dan kemudian
mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi berguna. Pandangan ini mempunyai implikasi
yang sangat besar bagi pengajaran., karena hal ini menyarankan peran yang jauh lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam banyak
ruang kelas. Karena penekanan pada siswa sebagai pelajar aktif,strategi konstruktivis sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa.
1.1 Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivis mempunyai akar lebih jauh dalam sejarah pendidikan.
Pembelajaran sosial: Pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori
Vigotsky,yang telah digunakan untuk mendukung metode pengajaran di ruang kelas yang
menekankan pembelajaran kerjasama,pembelajaran yang berbasis proyek dan penemuan.
Anak-anak belajar dan dia berpendapat,melalui interaksi bersama dengan orang dewasa dan
teman yang lebih mampu. Dalam proyek-proyek kerjasama seperti yang terdapat di
kelas,anak-anak dihadapkan pada proses pemikiran teman-teman mereka. Metode ini bukan
hanya memungkinkan hasil pembelajaran,tetapi juga memungkinkan proses pemikiran siswa.
Sehingga dalam hal ini,siswa dapat mendengarkan pembicaraan dan bisa mempelajari cara
orang-orang yang berhasil memecahkan masalah berpikir melalui pendekatan mereka.

30
Zona perkembangan proksimal: Konsep gagasan ini menyatakan bahwa ketika siswa
terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri,tetapi dapat mereka kerjakan
dengan bantuan teman atau orang dewasa. Ketika anak-anak bekerja sama masing-masing
anak kemungkinan akan mempunyai teman yang tampil dalam tugas tertentu dengan tingkat
kognisi yang sedikit lebih tinggi.
Masa magang kognisi: Istilah ini merujuk pada proses yang digunakan oleh para pelajar
untuk secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar baik itu orang
dewasa atau teman yang lebih tua dan lebih maju. Contoh dalam pekerjaan,karyawan
memberikan umpan balik kepada karyawan baru yang kurang berpengalaman. Ataupun
dalam pengajaran siswa dalam suatu bentuk magang.
Pembelajaran termediasi: Penafsiran gagasan Vygotsky saat ini menekankan gagasan
bahwa siswa seharusnya diberi tugas-tugas yang rumit dan kemudian diberi cukup bantuan
untuk mencapai tugas-tugas tersebut. Prinsip ini digunakan untuk mendukung penggunaan
proyek di ruang kelas,simulasi,penjajakan dalam komunitas,penulisan untuk pembaca
sesungguhnya dan tugas-tugas otentik lainnya.
1.2 Pembelajaran Kerja Sama
Pendekatan pengajaran konstruktivis biasanya menggunakan secara besar-besaran
pembelajaran kerjasama,berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit kalau mereka dapat membicarakan satu sama lain tentang
masalah. Penekanan pada sifat sosial pembelajaran dan penggunaan kelompok teman untuk
mencontohkan cara berpikir yang tepat serta menantang salah pemahaman satu sama lainnya.
1.3 Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan(discovery learning) adalah komponen penting pendekatan
konstruktivis modern yang mempunyai sejarah panjang dalam inovasi pendidikan. Dalam
pembelajaran penemuan,siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. Pembelajaran penemuan
mempunyai beberapa keunggulan. Hal itu membangkitkan keingintahuan siswa,dengan
memotivasi mereka untuk terus bekerja hingga mereka bisa menemukan jawaban. Siswa juga
mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara mandiri,karena
mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.

2. Mengembangkan Teknik-Teknik Kemandirian


Beberapa teknik pengajaran yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa
mengembangkan kemandirian meliputi: memberikan contoh,menunjukkan kinerja yang
31
berhasil,memberikan umpan balik demi perbaikan,memberikan petunjuk,mengajukan
pertanyaan dan memberikan struktur kognisi.
2.1 Pembelajaran Mandiri
Salah satu konsep utama teori pembelajaran konstruktivis ialah visi siswa ideal sebagai
pelajar yang mandiri. Pelajar yang mandiri(self-regulated learner) adalah siswa yang
mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta
kapan menggunakannya. Misalnya mereka tahu bagaimana mengurai solusi alternatif
(Greeno & Goldman,1998),mereka tahu bagaimana dan kapan membaca dengan sekilas dan
bagaimana kapan membaca untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan mereka tahu
bagaimana menulis untuk meyakinkan dan bagaimana menulis untuk menginformasikan
(Zimmerman & Kitsantas,1999). Apabila siswa mempunyai strategi pembelajaran yang
efektif maupun motivasi serta kegigihan menerapkan strategi ini hingga suatu tugas
terselesaikan dan mereka puas, kemungkinan mereka akan menjadi pelajar yang efektif dan
mempunyai motivasi sepanjang hidup untuk belajar.
2.2 Perancahan
Perancahan(scaffolding) adalah praktik yang didasarkan pada konsep Vygotsky tentang
pembelajaran terbantu. Dalam pembelajaran terbantu,guru adalah pelaku budaya yang
mengarahkan pengajaran sehingga siswa akan menguasai dan menginternalisasi kemampuan
yang memungkinkan fungsi kognisi yang lebih tinggi. Dalam istilah praktis,perancahan dapat
meliputi pemberian lebih banyak struktur kepada siswa pada awal serangkaian pelajaran dan
secara bertahap menyerahkan tanggung jawab kepada mereka untuk bekerja sendiri.
Misalnya siswa dapat diajarkan bagaimana mereka dapat merumuskan pertanyaan sendiri
tentang bahan yang sedang mereka baca. Sejak awal guru dapat mengusulkan
pertanyaan,dengan memberikan contoh jenis pertanyaan yang dapat diajukan siswa tetapi
kemudian siswa mengambil alih tugas merumuskan pertanyaan tersebut.
2.3 Prinsip Psikologi yang Berpusat pada Pelajar APA
Pada tahun 1992,Satuan Tugas Psikologi dalam Pendidikan dari Perhimpunan
Psikologi Amerika (APA-American Psychological Association) menerbitkan dokumen yang
disebut Learner-Centered Psychological Principles: Guidelines for School Redesign and
Reform. Dengan direvisi pada tahun 1977,terbitan ini menyajikan pandangan konsensus
tentang prinsip-prinsip pembelajaran dan motivasi di kalangan pakar psikologi pendidikan
terkemuka yang terutama bekerja dalam tradisi konstruktivis.
Berikut ada 14 prinsip APA yang berpusat pada pelajar : faktor kognisi dan metakognisi.

32
PRINSIP PENJELASAN
Prinsip 1 Pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat
Hakikat proses pembelajaran efektif apabila hal itu merupakan proses yang
intensional untuk membentuk makna dari informasi dan
pengalaman.
Prinsip 2 Pelajar yang berhasil dari waktu ke waktu dan dengan
Tujuan proses pembelajaran bantuan panduan pengajaran,dapat menciptakan
penyajian pengetahuan yang bermakna dan koheran.
Prinsip 3 Pelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi
Konstruksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dengan cara yang
bermakna.
Prinsip 4 Pelajar yang berhasil dapat menciptakan dan
Pemikiran strategis menggunakan persediaan strategi pemikiran dan
penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
rumit.
Prinsip 5 Strategi tingkat tinggi untuk memilih dan memantau
Pemikiran tentang pemikiran cara kerja pikiran mempermudah pemikiran yang kreatif
dan kritis.
Prinsip 6 Pembelajarn dipengaruhi oleh faktor-faktor
Konteks pembelajaran lingkungan,termasuk budaya,teknologi,dan praktik
pengajaran.
Prinsip 7 Apa dan berapa banyak dipelajari dipengaruhi oleh
Pengaruh motivasi dan emosi motivasi pelajar. Motivasi belajar pada gilirannya
terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan emosi,keyakinan,minat dan
tujuan,serta kebiasaan berpikir masing-masing orang.
Prinsip 8 Kreativitas,pemikiran tingkat tinggi dan keingintahuan
Motivasi intrinsik untuk belajar alami pelajar semuanya mempunyai andil terhadap
motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dirangsang
oleh oleh tugas-tugas baru dan sulit,relevan bagi minat
pribadi,dan memungkinkan pilihan dan pengendalian
pribadi.
Prinsip 9 Perolehan pengetahuan dan kemampuan yang rumit
Dampak motivasi pada upaya memerlukan upaya pelajar yang luas dan latihan
terpimpin. Tanpa motivasi pelajar untuk
belajar,kesediaan melakukan upaya ini tidak akan
mungkin tanpa paksaan.
Prinsip 10 Ketika masing-masing orang berkembang,mereka
Pengaruh perkembangan bertemu dengan peluang yang berbeda dan mengalami
terhadap pembelajaran hambatan yang berbeda untuk pembelajaran.
Pembelajaran akan paling efektif apabila perkembangan
yang berbeda di dalam dan seluruh ranah
fisik,intelektual,emosi dan sosial dipertimbangkan.
Prinsip 11 Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,

33
Pengaruh sosial terhadap hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan orang-
pembelajaran orang lain.
Prinsip 12 Pelajar mempunyai strategi,pendekatan dan kemampuan
Perbedaan individu dalam yang berbeda dalam pembelajaran yang merupakan
pembelajaran fungsi dari pengalaman dan warisan sebelumnya.
Prinsip 13 Pembelajaran akan paling efektif apabila perbedaan latar
Pembelajaran dan keragaman belakang bahasa,budaya,dan sosial pelajar
dipertimbangkan.
Prinsip 14 Penentuan dengan tepat,standar yang tinggi dan
Standar penilaian menantang,penilaian pelajar dan kemajuan pembelajaran
termasuk penilaian diagnostik, proses, dan hasil adalah
bagian integral proses pembelajaran tersebut.

Prinsip tersebut memberikan gambaran tentang pelajar yang aktif mencari


pengertahuan dengan: 1.Menafsirkan kembali informasi dan pengalaman bagi diri
sendiri,2.Termotivasi oleh diri sendiri melalui pencarian pengetahuan,3.Bekerjasama dengan
orang lain untuk bersama-sama membentuk makna,dan 4.Menyadari strategi
pembelajarannya sendiri dan mampu menerapkannya pada persoalan atau lingkungan yang
baru.
2.4 Metode Konstruktivis dalam Bidang Isi
Dalam metode konstruktivis dalam bidang isi dapat didasari dengan contoh pendekatan
timbal balik. Pada metode ini juga guru berpartisipasi dalam dialog,tetapi guru pun memberi
kesempatan kepada siswa untuk memimpin dan berbicara dalam dialog tersebut. Pada
pendekatan ini juga,guru harus memberikan banyak umpan balik dan pujian atas
partisipasinya dalam suatu kegiatan. Contoh seperti pada model proses penulisan,dimana
model ini melibatkan siswa dalam bekerja sama membantu satu sama lain untuk
merencanakan,menulis,merevisi,mengedit dan menerbitkan karangan. Maksudnya anak-anak
dapat saling membaca tulisan satu sama lain dan memberi gagasan yang membantu untuk
perbaikan isi dan juga mekanika terhadap ejaan atau tanda baca. Dalam proses ini anak-anak
akan memperoleh pemahaman tentang proses penulisan dan revisi. Ataupun contoh lainnya
pada pendekatan konstruktivis dalam Ilmu Pengetahuan Alam yang dalam mata pelajaran
ini,konstruktivis diwujudkan ke dalam penekanan pada kegiatan laboratorium praktis dan
investigatif,dengan mengidentifikasi pemahaman yang salah dan menggunakan pendekatan
eksperimen untuk memperbaiki pemahaman yang salah ini dan menggunakan pembelajaran
kerja sama.
B. PEMBELAJARAN KERJA SAMA DALAM PENGAJARAN

34
Dalam metode pengajaran pembelajaran pembelajaran kerja sama(cooperative
learning) atau pembelajaran dengan bantuan teman. Siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang dengan kemampuan campur dan ada juga
yang berpasangan. Mereka biasanya diajarkan kemampuan khusus yang akan membantu
mereka untuk bekerja sama dengan baik,seperti mendengarkan dengan aktif,memberikan
penjelasan dengan baik,menghindari tindakan yang mengecilkan semangat dan menyertakan
orang lain.
1. Metode Pembelajaran Kerja Sama
Banyak metode pembelajaran kerja sama yang benar-benar berbeda dikembangkan
dan teliti. Metode-metode pembelajaran kerja sama yang paling banyak dievaluasi diuraikan
dalam bagian-bagian berikut:
Divisi pencapaian tim siswa: Siswa ditempatkan pada tim-tim pembelajaran yang
beranggotakan empat orang yang bercampur tingkat kinerja,jenis kelamin,dan kesukuannya.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa
mengikuti ujian kecil masing-masing tentang bahan tersebut dan pada saat itu mereka tidak
boleh membantu satu sama lain. Nilai ujian kecil dibandingkan dengan rata-rata mereka
sendiri masa lalu dan angka diberikan berdasarkan sejauh mana mencapai atau melampaui
kinerja mereka sendiri sebelumnya. Angka ini kemudian dijumlahkan untuk membentuk nilai
tim dan tim yang memenuhi kriteria tertentu memperoleh sertifikat atau imbalan lainnya.
Dalam metode terkait dapat disebut sebagai turnamen. Dalam divisi ini terdiri atas siklus
kegiatan pengajaran biasa sebagai berikut:
 Mengajar: menyajikan pelajaran
 Studi tim: siswa bekerja di lembar kerja dalam tim merrka untuk menguasai bahannya
 Ujian: siswa mengikuti ujian masing-masing atau penilaian lain
 Penghargaan tim: nilai tim dihitung berdasarkan nilai anggota-anggota tim dan sertifikat,
berita berkala kelas untuk memperoleh nilai tinggi
Bacaan dan karangan terpadu kerja sama: Merupakan program komprehensif untuk
mengajar membaca dan menulis. Mereka terlibat dalam serangkaian kegiatan satu sama lain
termasuk membacakan,membuat perkiraan bagaimana cerita naratif yang akan
dihasilkan,meringkas cerita,menulis tanggapan atas cerita dan melatih ejaan,menafsirkan dan
perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama untuk menguasai gagasan utama dan
kemampuan pemahaman lainnya.
35
Jigsaw: Siswa ditempatkan dalam tim yang beranggotakan enam orang untuk mengerjakan
bahan akademis yang telah dipecah menjadi bagian-bagian. Misalnya biografi dapat dibagi
menjadi kehidupan awal,pencapaian awal,pencapaian pertama,kemunduran utama,kehidupan
kemudian dan dampaknya terhadap sejarah. Masing-masing anggota tim mengambil
bagiannya dan berikutnya anggota-anggota dari tim yang berbeda mempelajari bagian yang
sama untuk bertemu dalam kelompok pakar untuk membahas bagian mereka. Kemudian
siswa kembali pada tim mereka dan bergiliran mengajari teman-teman tim mereka tentang
bagian itu. Cara siswa yang lain dapat mempelajari bagian diluar bagian mereka dengan
mendengarkan dan mereka termotivasi untuk mendukung dan memperlihatkan minat
terhadap pekerjaan satu sama lain.
Pembelajaran bersama: Melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok tersebut dan
menyerahkan satu tugas yang sudah diselesaikan dan menerima pujian atau imbalan
berdasarkan hasil kelompok tersebut. Metode ini menekankan kegiatan pembentukan tim
sebelum siswa mulai bekerja sama dan diskusi teratur dalam kelompok tentang seberapa baik
mereka bekerja sama.
Penelitian kelompok: Merupakan rencana pengorganisasian ruang kelas umum dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan penyelidikan bersama,diskusi
kelompok dan perencanaan dalam proyek kerja sama ini. Masing-masing kelompok
melakukan pemaparan atau menyiapkan tampilan untuk menyampaikan temuannya pada
teman-teman yang lain.
Pembahasan kerja sama: Banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama di
kelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau dengar di kelas. Ketika salah satu
teman meringkas,yang lain mendengar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
C. KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DAN BERPIKIR
Siswa tidak dapat dikatakan telah mempelajari apapun yang bermanfaat kecuali
mereka mempunyai kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan soal.
1. Proses Menyelesaikan Soal
Siswa dapat diajarkan beberapa strategi yang telah diteliti dengan baik untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal. Bransford dan Stein (1993) mengembangkan dan
mengevaluasi strategi lima langkah yang disebut IDEAL:
I = Identifikasi soal dan peluang
D = Definisikan tujuan dan sajikan soalnya
E = Eksplorasi kemungkinan strategi
36
A = Antisipasi hasil dan tindakan
L = Lihat kembali dan pelajari
IDEAL dan strategi-strategi serupa dimulai dengan pertimbangan seksama tentang
soal apa yang perlu diselesaikan,sumber daya dan informasi apa yang tersedia dan bagaimana
soal tersebut dapat disajikan misalnya dalam lingkaran,gambar besar atau diagram aliran dan
kemudian dipecahkan menjadi langkah-langkah yang menghasilkan jawaban.
2. Pemikiran Kritis
Salah satu sasaran utama bersekolah ialah meningkatkan kemampuan siswa berpikir
kritis mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
diyakini (Marzano,1995). Contoh pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi asumsi
atau kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan kepada
siswa dengan diberikan banyak dilema,argumen logis dan tidak logis terhadap iklan yang sah
dan menyesatkan dan seterusnya. Pengajaran berpikir kritis yang efektif bergantung pada
penentuan suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan terhadap sudut pandang yang
berlainan dan diskusi bebas.
Beyer (1988) mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan
siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen memahami iklan dan seterusnya
yaitu sebagai berikut:
1. Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai
2. Membedakan informasi,pernyataan,atau alasan yang relevan dari yang tidak relevan
3. Menentukan ketepatan fakta pernyataan
4. Menentukan kredibilitas sumber
5. Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu
6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
7. Mendeteksi prasangka
8. Mengidentifikasi kekeliruan logika
9. Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran
10. Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan
Beyer mencatat bahwa hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan daftar
kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati informasi guna
mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak. Tugas utama dalam
mengajarkan pemikiran kritis kepada siswa ialah membantu mereka mempelajari bukan
hanya cara menggunakan strategi ini melainkan juga cara membuktikan kapan masing-
masing tepat gunanya.
37
D. PENDEKATAN YANG BERPUSAT PADA SISWA DAN KONSTRUKTIVIS
UNTUK MENINGKATKAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Salah satu aspek yang paling menantang dalam orientasi yang berpusat pada siswa
terhadap pengajaran ialah bagaimana menentukan apakah siswa sudah mencapai sasaran
pembelajaran dan mencapai tujuan yang dimaksudkan. Nilai pengajaran ini dengan
menggunakan berbagai ukuran. Sebagai guru yang intensional,dapat berupaya menyertakan
pendekatan konstruktivis,membantu menyiapkan siswa dalam melakukan perubahan.
Untuk membantu siswa lebih terampil jangan hanya gunakan pendekatan kerja
sama,tetapi berikanlah pengajaran langsung tentang kemampuan membantu dan
berkomunikasi pada awal pelajaran. Dapat juga memberikan umpan balik dalam kerja
kelompok,dengan mengingat bahwa riset telah menunjukkan siswa yang memberikan dan
atau menerima penjelasan panjang lebar mempelajari lebih banyak dalam suasana kerja sama.
Teknik-teknik ini akan membantu siswa mencapai tujuan.

38
BAB VIII
PENDEKATAN PENGAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
DAN KONSTRUKTIVIS

E. KONSTRUKTIVIS
2. Pandangan Pembelajaran Konstruktivis
Salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran
mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara
yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,dengan memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan,dan dengan
mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar untuk mengetahui strategi mereka
sendiri untuk belajar.
Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan-gagasan ini disebut teori
pembelajaran konstruktivis(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis melihat
pelajar terus menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-aturan lama dan kemudian
mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi berguna. Pandangan ini mempunyai implikasi
yang sangat besar bagi pengajaran., karena hal ini menyarankan peran yang jauh lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam banyak
ruang kelas. Karena penekanan pada siswa sebagai pelajar aktif,strategi konstruktivis sering
disebut pengajaran yang berpusat pada siswa.
5.1 Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivis mempunyai akar lebih jauh dalam sejarah pendidikan.
Pembelajaran sosial: Pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori
Vigotsky,yang telah digunakan untuk mendukung metode pengajaran di ruang kelas yang
menekankan pembelajaran kerjasama,pembelajaran yang berbasis proyek dan penemuan.
Anak-anak belajar dan dia berpendapat,melalui interaksi bersama dengan orang dewasa dan
teman yang lebih mampu. Dalam proyek-proyek kerjasama seperti yang terdapat di
kelas,anak-anak dihadapkan pada proses pemikiran teman-teman mereka. Metode ini bukan
hanya memungkinkan hasil pembelajaran,tetapi juga memungkinkan proses pemikiran siswa.
Sehingga dalam hal ini,siswa dapat mendengarkan pembicaraan dan bisa mempelajari cara
orang-orang yang berhasil memecahkan masalah berpikir melalui pendekatan mereka.

39
Zona perkembangan proksimal: Konsep gagasan ini menyatakan bahwa ketika siswa
terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka kerjakan sendiri,tetapi dapat mereka kerjakan
dengan bantuan teman atau orang dewasa. Ketika anak-anak bekerja sama masing-masing
anak kemungkinan akan mempunyai teman yang tampil dalam tugas tertentu dengan tingkat
kognisi yang sedikit lebih tinggi.
Masa magang kognisi: Istilah ini merujuk pada proses yang digunakan oleh para pelajar
untuk secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar baik itu orang
dewasa atau teman yang lebih tua dan lebih maju. Contoh dalam pekerjaan,karyawan
memberikan umpan balik kepada karyawan baru yang kurang berpengalaman. Ataupun
dalam pengajaran siswa dalam suatu bentuk magang.
Pembelajaran termediasi: Penafsiran gagasan Vygotsky saat ini menekankan gagasan
bahwa siswa seharusnya diberi tugas-tugas yang rumit dan kemudian diberi cukup bantuan
untuk mencapai tugas-tugas tersebut. Prinsip ini digunakan untuk mendukung penggunaan
proyek di ruang kelas,simulasi,penjajakan dalam komunitas,penulisan untuk pembaca
sesungguhnya dan tugas-tugas otentik lainnya.
5.2 Pembelajaran Kerja Sama
Pendekatan pengajaran konstruktivis biasanya menggunakan secara besar-besaran
pembelajaran kerjasama,berdasarkan teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit kalau mereka dapat membicarakan satu sama lain tentang
masalah. Penekanan pada sifat sosial pembelajaran dan penggunaan kelompok teman untuk
mencontohkan cara berpikir yang tepat serta menantang salah pemahaman satu sama lainnya.
5.3 Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan(discovery learning) adalah komponen penting pendekatan
konstruktivis modern yang mempunyai sejarah panjang dalam inovasi pendidikan. Dalam
pembelajaran penemuan,siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. Pembelajaran penemuan
mempunyai beberapa keunggulan. Hal itu membangkitkan keingintahuan siswa,dengan
memotivasi mereka untuk terus bekerja hingga mereka bisa menemukan jawaban. Siswa juga
mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara mandiri,karena
mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.

3. Mengembangkan Teknik-Teknik Kemandirian


Beberapa teknik pengajaran yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa
mengembangkan kemandirian meliputi: memberikan contoh,menunjukkan kinerja yang
40
berhasil,memberikan umpan balik demi perbaikan,memberikan petunjuk,mengajukan
pertanyaan dan memberikan struktur kognisi.
3.1 Pembelajaran Mandiri
Salah satu konsep utama teori pembelajaran konstruktivis ialah visi siswa ideal sebagai
pelajar yang mandiri. Pelajar yang mandiri(self-regulated learner) adalah siswa yang
mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta
kapan menggunakannya. Misalnya mereka tahu bagaimana mengurai solusi alternatif
(Greeno & Goldman,1998),mereka tahu bagaimana dan kapan membaca dengan sekilas dan
bagaimana kapan membaca untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan mereka tahu
bagaimana menulis untuk meyakinkan dan bagaimana menulis untuk menginformasikan
(Zimmerman & Kitsantas,1999). Apabila siswa mempunyai strategi pembelajaran yang
efektif maupun motivasi serta kegigihan menerapkan strategi ini hingga suatu tugas
terselesaikan dan mereka puas, kemungkinan mereka akan menjadi pelajar yang efektif dan
mempunyai motivasi sepanjang hidup untuk belajar.
3.2 Perancahan
Perancahan(scaffolding) adalah praktik yang didasarkan pada konsep Vygotsky tentang
pembelajaran terbantu. Dalam pembelajaran terbantu,guru adalah pelaku budaya yang
mengarahkan pengajaran sehingga siswa akan menguasai dan menginternalisasi kemampuan
yang memungkinkan fungsi kognisi yang lebih tinggi. Dalam istilah praktis,perancahan dapat
meliputi pemberian lebih banyak struktur kepada siswa pada awal serangkaian pelajaran dan
secara bertahap menyerahkan tanggung jawab kepada mereka untuk bekerja sendiri.
Misalnya siswa dapat diajarkan bagaimana mereka dapat merumuskan pertanyaan sendiri
tentang bahan yang sedang mereka baca. Sejak awal guru dapat mengusulkan
pertanyaan,dengan memberikan contoh jenis pertanyaan yang dapat diajukan siswa tetapi
kemudian siswa mengambil alih tugas merumuskan pertanyaan tersebut.
3.3 Prinsip Psikologi yang Berpusat pada Pelajar APA
Pada tahun 1992,Satuan Tugas Psikologi dalam Pendidikan dari Perhimpunan
Psikologi Amerika (APA-American Psychological Association) menerbitkan dokumen yang
disebut Learner-Centered Psychological Principles: Guidelines for School Redesign and
Reform. Dengan direvisi pada tahun 1977,terbitan ini menyajikan pandangan konsensus
tentang prinsip-prinsip pembelajaran dan motivasi di kalangan pakar psikologi pendidikan
terkemuka yang terutama bekerja dalam tradisi konstruktivis.
Berikut ada 14 prinsip APA yang berpusat pada pelajar : faktor kognisi dan metakognisi.

41
PRINSIP PENJELASAN
Prinsip 1 Pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat
Hakikat proses pembelajaran efektif apabila hal itu merupakan proses yang
intensional untuk membentuk makna dari informasi dan
pengalaman.
Prinsip 2 Pelajar yang berhasil dari waktu ke waktu dan dengan
Tujuan proses pembelajaran bantuan panduan pengajaran,dapat menciptakan
penyajian pengetahuan yang bermakna dan koheran.
Prinsip 3 Pelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi
Konstruksi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dengan cara yang
bermakna.
Prinsip 4 Pelajar yang berhasil dapat menciptakan dan
Pemikiran strategis menggunakan persediaan strategi pemikiran dan
penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
rumit.
Prinsip 5 Strategi tingkat tinggi untuk memilih dan memantau
Pemikiran tentang pemikiran cara kerja pikiran mempermudah pemikiran yang kreatif
dan kritis.
Prinsip 6 Pembelajarn dipengaruhi oleh faktor-faktor
Konteks pembelajaran lingkungan,termasuk budaya,teknologi,dan praktik
pengajaran.
Prinsip 7 Apa dan berapa banyak dipelajari dipengaruhi oleh
Pengaruh motivasi dan emosi motivasi pelajar. Motivasi belajar pada gilirannya
terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan emosi,keyakinan,minat dan
tujuan,serta kebiasaan berpikir masing-masing orang.
Prinsip 8 Kreativitas,pemikiran tingkat tinggi dan keingintahuan
Motivasi intrinsik untuk belajar alami pelajar semuanya mempunyai andil terhadap
motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dirangsang
oleh oleh tugas-tugas baru dan sulit,relevan bagi minat
pribadi,dan memungkinkan pilihan dan pengendalian
pribadi.
Prinsip 9 Perolehan pengetahuan dan kemampuan yang rumit
Dampak motivasi pada upaya memerlukan upaya pelajar yang luas dan latihan
terpimpin. Tanpa motivasi pelajar untuk
belajar,kesediaan melakukan upaya ini tidak akan
mungkin tanpa paksaan.
Prinsip 10 Ketika masing-masing orang berkembang,mereka
Pengaruh perkembangan bertemu dengan peluang yang berbeda dan mengalami
terhadap pembelajaran hambatan yang berbeda untuk pembelajaran.
Pembelajaran akan paling efektif apabila perkembangan
yang berbeda di dalam dan seluruh ranah
fisik,intelektual,emosi dan sosial dipertimbangkan.
Prinsip 11 Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial,

42
Pengaruh sosial terhadap hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan orang-
pembelajaran orang lain.
Prinsip 12 Pelajar mempunyai strategi,pendekatan dan kemampuan
Perbedaan individu dalam yang berbeda dalam pembelajaran yang merupakan
pembelajaran fungsi dari pengalaman dan warisan sebelumnya.
Prinsip 13 Pembelajaran akan paling efektif apabila perbedaan latar
Pembelajaran dan keragaman belakang bahasa,budaya,dan sosial pelajar
dipertimbangkan.
Prinsip 14 Penentuan dengan tepat,standar yang tinggi dan
Standar penilaian menantang,penilaian pelajar dan kemajuan pembelajaran
termasuk penilaian diagnostik, proses, dan hasil adalah
bagian integral proses pembelajaran tersebut.

Prinsip tersebut memberikan gambaran tentang pelajar yang aktif mencari


pengertahuan dengan: 1.Menafsirkan kembali informasi dan pengalaman bagi diri
sendiri,2.Termotivasi oleh diri sendiri melalui pencarian pengetahuan,3.Bekerjasama dengan
orang lain untuk bersama-sama membentuk makna,dan 4.Menyadari strategi
pembelajarannya sendiri dan mampu menerapkannya pada persoalan atau lingkungan yang
baru.
3.4 Metode Konstruktivis dalam Bidang Isi
Dalam metode konstruktivis dalam bidang isi dapat didasari dengan contoh pendekatan
timbal balik. Pada metode ini juga guru berpartisipasi dalam dialog,tetapi guru pun memberi
kesempatan kepada siswa untuk memimpin dan berbicara dalam dialog tersebut. Pada
pendekatan ini juga,guru harus memberikan banyak umpan balik dan pujian atas
partisipasinya dalam suatu kegiatan. Contoh seperti pada model proses penulisan,dimana
model ini melibatkan siswa dalam bekerja sama membantu satu sama lain untuk
merencanakan,menulis,merevisi,mengedit dan menerbitkan karangan. Maksudnya anak-anak
dapat saling membaca tulisan satu sama lain dan memberi gagasan yang membantu untuk
perbaikan isi dan juga mekanika terhadap ejaan atau tanda baca. Dalam proses ini anak-anak
akan memperoleh pemahaman tentang proses penulisan dan revisi. Ataupun contoh lainnya
pada pendekatan konstruktivis dalam Ilmu Pengetahuan Alam yang dalam mata pelajaran
ini,konstruktivis diwujudkan ke dalam penekanan pada kegiatan laboratorium praktis dan
investigatif,dengan mengidentifikasi pemahaman yang salah dan menggunakan pendekatan
eksperimen untuk memperbaiki pemahaman yang salah ini dan menggunakan pembelajaran
kerja sama.
F. PEMBELAJARAN KERJA SAMA DALAM PENGAJARAN

43
Dalam metode pengajaran pembelajaran pembelajaran kerja sama(cooperative
learning) atau pembelajaran dengan bantuan teman. Siswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa
dalam kelompok yang beranggotakan empat orang dengan kemampuan campur dan ada juga
yang berpasangan. Mereka biasanya diajarkan kemampuan khusus yang akan membantu
mereka untuk bekerja sama dengan baik,seperti mendengarkan dengan aktif,memberikan
penjelasan dengan baik,menghindari tindakan yang mengecilkan semangat dan menyertakan
orang lain.
2. Metode Pembelajaran Kerja Sama
Banyak metode pembelajaran kerja sama yang benar-benar berbeda dikembangkan
dan teliti. Metode-metode pembelajaran kerja sama yang paling banyak dievaluasi diuraikan
dalam bagian-bagian berikut:
Divisi pencapaian tim siswa: Siswa ditempatkan pada tim-tim pembelajaran yang
beranggotakan empat orang yang bercampur tingkat kinerja,jenis kelamin,dan kesukuannya.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa
mengikuti ujian kecil masing-masing tentang bahan tersebut dan pada saat itu mereka tidak
boleh membantu satu sama lain. Nilai ujian kecil dibandingkan dengan rata-rata mereka
sendiri masa lalu dan angka diberikan berdasarkan sejauh mana mencapai atau melampaui
kinerja mereka sendiri sebelumnya. Angka ini kemudian dijumlahkan untuk membentuk nilai
tim dan tim yang memenuhi kriteria tertentu memperoleh sertifikat atau imbalan lainnya.
Dalam metode terkait dapat disebut sebagai turnamen. Dalam divisi ini terdiri atas siklus
kegiatan pengajaran biasa sebagai berikut:
 Mengajar: menyajikan pelajaran
 Studi tim: siswa bekerja di lembar kerja dalam tim merrka untuk menguasai bahannya
 Ujian: siswa mengikuti ujian masing-masing atau penilaian lain
 Penghargaan tim: nilai tim dihitung berdasarkan nilai anggota-anggota tim dan sertifikat,
berita berkala kelas untuk memperoleh nilai tinggi
Bacaan dan karangan terpadu kerja sama: Merupakan program komprehensif untuk
mengajar membaca dan menulis. Mereka terlibat dalam serangkaian kegiatan satu sama lain
termasuk membacakan,membuat perkiraan bagaimana cerita naratif yang akan
dihasilkan,meringkas cerita,menulis tanggapan atas cerita dan melatih ejaan,menafsirkan dan
perbendaharaan kata. Mereka juga bekerja sama untuk menguasai gagasan utama dan
kemampuan pemahaman lainnya.
44
Jigsaw: Siswa ditempatkan dalam tim yang beranggotakan enam orang untuk mengerjakan
bahan akademis yang telah dipecah menjadi bagian-bagian. Misalnya biografi dapat dibagi
menjadi kehidupan awal,pencapaian awal,pencapaian pertama,kemunduran utama,kehidupan
kemudian dan dampaknya terhadap sejarah. Masing-masing anggota tim mengambil
bagiannya dan berikutnya anggota-anggota dari tim yang berbeda mempelajari bagian yang
sama untuk bertemu dalam kelompok pakar untuk membahas bagian mereka. Kemudian
siswa kembali pada tim mereka dan bergiliran mengajari teman-teman tim mereka tentang
bagian itu. Cara siswa yang lain dapat mempelajari bagian diluar bagian mereka dengan
mendengarkan dan mereka termotivasi untuk mendukung dan memperlihatkan minat
terhadap pekerjaan satu sama lain.
Pembelajaran bersama: Melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok tersebut dan
menyerahkan satu tugas yang sudah diselesaikan dan menerima pujian atau imbalan
berdasarkan hasil kelompok tersebut. Metode ini menekankan kegiatan pembentukan tim
sebelum siswa mulai bekerja sama dan diskusi teratur dalam kelompok tentang seberapa baik
mereka bekerja sama.
Penelitian kelompok: Merupakan rencana pengorganisasian ruang kelas umum dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan penyelidikan bersama,diskusi
kelompok dan perencanaan dalam proyek kerja sama ini. Masing-masing kelompok
melakukan pemaparan atau menyiapkan tampilan untuk menyampaikan temuannya pada
teman-teman yang lain.
Pembahasan kerja sama: Banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama di
kelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau dengar di kelas. Ketika salah satu
teman meringkas,yang lain mendengar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
G. KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DAN BERPIKIR
Siswa tidak dapat dikatakan telah mempelajari apapun yang bermanfaat kecuali
mereka mempunyai kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan soal.
3. Proses Menyelesaikan Soal
Siswa dapat diajarkan beberapa strategi yang telah diteliti dengan baik untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal. Bransford dan Stein (1993) mengembangkan dan
mengevaluasi strategi lima langkah yang disebut IDEAL:
I = Identifikasi soal dan peluang
D = Definisikan tujuan dan sajikan soalnya
E = Eksplorasi kemungkinan strategi
45
A = Antisipasi hasil dan tindakan
L = Lihat kembali dan pelajari
IDEAL dan strategi-strategi serupa dimulai dengan pertimbangan seksama tentang
soal apa yang perlu diselesaikan,sumber daya dan informasi apa yang tersedia dan bagaimana
soal tersebut dapat disajikan misalnya dalam lingkaran,gambar besar atau diagram aliran dan
kemudian dipecahkan menjadi langkah-langkah yang menghasilkan jawaban.
4. Pemikiran Kritis
Salah satu sasaran utama bersekolah ialah meningkatkan kemampuan siswa berpikir
kritis mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus
diyakini (Marzano,1995). Contoh pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi asumsi
atau kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan kepada
siswa dengan diberikan banyak dilema,argumen logis dan tidak logis terhadap iklan yang sah
dan menyesatkan dan seterusnya. Pengajaran berpikir kritis yang efektif bergantung pada
penentuan suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan terhadap sudut pandang yang
berlainan dan diskusi bebas.
Beyer (1988) mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan
siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen memahami iklan dan seterusnya
yaitu sebagai berikut:
11. Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai
12. Membedakan informasi,pernyataan,atau alasan yang relevan dari yang tidak relevan
13. Menentukan ketepatan fakta pernyataan
14. Menentukan kredibilitas sumber
15. Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu
16. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
17. Mendeteksi prasangka
18. Mengidentifikasi kekeliruan logika
19. Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran
20. Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan
Beyer mencatat bahwa hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan daftar
kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati informasi guna
mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak. Tugas utama dalam
mengajarkan pemikiran kritis kepada siswa ialah membantu mereka mempelajari bukan
hanya cara menggunakan strategi ini melainkan juga cara membuktikan kapan masing-
masing tepat gunanya.
46
H. PENDEKATAN YANG BERPUSAT PADA SISWA DAN KONSTRUKTIVIS
UNTUK MENINGKATKAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Salah satu aspek yang paling menantang dalam orientasi yang berpusat pada siswa
terhadap pengajaran ialah bagaimana menentukan apakah siswa sudah mencapai sasaran
pembelajaran dan mencapai tujuan yang dimaksudkan. Nilai pengajaran ini dengan
menggunakan berbagai ukuran. Sebagai guru yang intensional,dapat berupaya menyertakan
pendekatan konstruktivis,membantu menyiapkan siswa dalam melakukan perubahan.
Untuk membantu siswa lebih terampil jangan hanya gunakan pendekatan kerja
sama,tetapi berikanlah pengajaran langsung tentang kemampuan membantu dan
berkomunikasi pada awal pelajaran. Dapat juga memberikan umpan balik dalam kerja
kelompok,dengan mengingat bahwa riset telah menunjukkan siswa yang memberikan dan
atau menerima penjelasan panjang lebar mempelajari lebih banyak dalam suasana kerja sama.
Teknik-teknik ini akan membantu siswa mencapai tujuan.

47
BAB IX
MENGAKOMODASI PENGAJARAN UNTUK
MEMENUHI PENGAJARAN KEBUTUHAN PERORANGAN

Berangkatdarikeinginanuntukmemberikanpelayananberupa transfer
nilaidanmateridarimatapelajaran yang diempuolehseorangpengajarpadasuatu proses
pembelajaran yang klasikal (adanyarombonganbelajar).Karenaselainmenggunakanpemikiran
yang efektifuntukmemilihmetodepengajaran yang sesuai agar
didapatkualitaspemberianpelajaran yang baik,
keberhasilanpengajaruntukmelakukanpengajaran yang efektifjugadipengaruhiolehfaktor
internal darisiswa yang diajar (prasyaratbelajar, kondisipemahamansiswaterhadapmateri yang
disampaikan, motivasibelajar).
Hal inimenunjukbahwasebagai guru, selainmenyajikaninformasi (materi)
denganbaikjugaharusmemperhatikanbanyakunsurpengajaran, misalkan:

 Menyesuaikanpengajarandengantingkatpengetahuansiswa
 Memotivasisiswa
 Mengelolaperilakusiswa
 Mengelompokkansiswa
 Menilaipembelajaransiswa.

Untukmemahamisemuaunsurpengajaran yang efektif,


parapakarpsikologipendidikantelahmengajukanbeberapa model pengajaran yang efektif.

MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH CAROLL:


Diuraikanpengajarandarisudutmanajemenwaktu, sumberinformasidankegiatan yang
memastikanpembelajaransiswa.
Carollberpendapatbahwapembelajaranadalahfungsidari:

1. Waktu yang benar-benardigunakanuntukpembelajaran


(tergantungpdwaktuygdigunakanuntukbelajar, mutupengajaran, danketekunansiswa).
2. Waktu yang diperlukanuntukbelajar (tergantungkemampuansiswabelajar).

48
Waktu yang diperlukan/digunakansiswasemakinbanyakuntukbelajar,
makaakanlebihbaikpembelajarannya.

MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH QAIT (Quality Appropriates in Time)


Model inidikemukankanolehSLAVIN (1987)denganunsur:

1. MutuPengajarantergantungpadaprodukmutukurikulumdanpenyajipelajarantersebut.

Aspek-aspekpentingdarimutupengajaran:

 Sejauhmanapelajarantersebutmasukakaldanmudahdiingatbagisiswa.
 Untukituguru harusmenyajikanbahansecaraberurutandantertata
(mengaitkanantarainformasibarudenganapa yang sudahdiketahuisiswa)
denganmenggunakanstrategi-strategikognitif.
 Pemantauan yang baik. Sejauhmana guru
memantauseberapabaiksiswabelajardanmenyesuaikecepatanpengajaran
(tidakterlalucepat/lambat).

2. Tingkat pengajaran yang tepat,


pengajaransudahtepatapabilasuatupelajarantidakterlalumudahdantidakterlalusulitbagisisw
a.
Tingkat pengajaran yang tepatberkaitandenganpengorganisasiankelas,
karenafaktabahwamemangadatingkatkeberagamansiswapadasatukelas.
Sehinggatingkatpencapaian/keberhasilananpemahanansiswapadasatukelasjugaberagam.

3. Insentif, sejauhmanasiswatermotivasimengerjakantugasdari guru.

Insentif/motivasiiniberasaldarikarakteristik :

 tugas-tugasitusendiri,
 siswa (keinginanatauorientasipositif)
 imbalan yang disediakan guru atausekolah (nilai, ijazah).

4. Waktu,

Waktu yang cukup, meliputi 2 faktoryaitujumlahwaktu

49
i. yang dijadwalkanuntukmengajar
ii. yangbenar-benardigunakan guru untukmengajar.
Ke-duajeniswaktuinidipengaruhiolehstrategimanagemendandisiplin di kelas
(terkaitandenganperilakudankesiapanbaiksiswamaupun guru).

Hubungandarike-

empatunsurtersebutdiatasdapatdigambarkansebagaiberikut:

CARA PENGELOMPOKAN SISWA UNTUK MENGAKOMODASI PERBEDAAN


PENCAPAIAN
Menyesuaikanpengajaranmenurutperbedaansiswaadalahsalahsatupersoalanpendidikan
yang paling mendasardanseringmenghasilakankebijakan-kebijakan yang
saratdenganmuatanpolitikdaanemosi (Atkins &Ellsessor, 20033; Loveness, 1998).

1. Pengelompokankemampuanantarkelas (between class ability grup; Slavin, 1991).


Pengelompokansiswa yang mempunyaitingkatankemampuanataupencapaian yang
telahditentukandalamsatukelas,sehinggarentangtingkatkinerjasiswadapatdikurangi.Tiapke
lasmempunyaimempunyaitingkatpencapaian yang berbeda.
Padapengelompokanini, memudahkan guru melakukanpengajaran.Padariset yang
pernahdilakukan, pengelompokaninisedikitmenguntungkanbagisiswa di
kelasjalurtinggi.Tetapisisteminiakansangatmerugikanpadakelasberjalurrendah
 karenapanutanpositif yang terlalusedikit.

50
 Pemberianharapan yang rendah (karenadisesuaikandengantingkatansiswa)
mengakibatkansemakinrendahnyamutu yang dihasilkan.
 Dan yang paling merugikan, efekstigmatisasinyaterhadapsiswa di jalurrendah
(keberhasilanakademistidak di jalurmereka).

2. Pengelompokankemampuandalamkelas (within class ability).


Siswadalamkelasheterogendikelompokkansesuaidengantingkatkinerjanyaataubahkand
ikelompokkandenganmelakukanpenyebarantingkatkinerjadenganharapansiswadengankine
rjatinggidapatmenjadipanutansiswadengankinerjarendah.
Untukpengelompokanjenisiniseorang guru dituntutsangatkreatifdanberwawasanluas.
3. PengorganisasiantanpakelasatauPengelompokanlintasusia (Fogarty 1993; Pavan, 1992).
Mencapaipencapaianpositifapabilahalinidifokuskanpadapengelompokan yang
fleksibeluntukpengajarantetapikurangefektifapabilamempunyaifokus yang
kuatpadapengajaran yang diindividualisasi

Semuapengelompokanpastinyaakanmenimbulkankeuntungandankerugian.Persoalanm
engakomodasiperbedaansiswadianggapsangatpentingsehinggabanyakpendidiktelahmenyaran
kan agar pengajaranseluruhnyadiindividualisasisehinggasiswadapatbekerjasendiri-
sendirisesuaidengankecepatansiswasendiri.Sudutpandanginimengakibatkanpembentukan
program pengajaranindividualisasidanpengajaranberbasiskomputer.
Namununtukmetodepengajaranbagikelasdengansiswa yang
heterogendapatmenggunakanmetodepembelajarankerjasama yang tepat.Siswa yang
tingkatkinerjanyaberbedadapatmembantusatusama lain.
Ataujugabisamemggunakanmetodepengajaranberbasisproyek.

PEMBELAJARAN PENGUASAAN/ MASTERY LEARNING (Guskey, 1995)


Gagasanadalahmemastikanbahwahampirsemuatelahmempelajarikemampuantertentuhi
nggatingkatpenguasaan yang
telahditentukansebelumberalihkekemampuanberikutnya.Memberikanwaktusebanyak yang
diperlukan (adanya proses pemberianpelajarantambahandanpengayaan).
Prinsip-prinsippembelajaranpenguasaan:

51
 Guru diharapmampumembagiisidanataukemampuanmenjadi unit-unit kecil yang
dapatdisajikansecaraberurutandanamenggunakanstrategipembelajaran yang
masukakal.
 Siswadengankinerjatinggidiberikanmengembangkanpeluangpengayaan yang relevan.
Sehinggamemperluaskesempatanbagisiswa yang membutuhkanlebihbanyakwaktu.
(mengantisipasiperbedaanwaktuuntukpemenuhankebutuhanperorangan).
 Adanyaevaluasiformatifterusmenerus
 Adanyaevaluasisumatif (summative evaluation)
untukmengetahuiapakahsasaran(tujuantertentu) yang diinginkantelahtercapai.
 Strategipengajaranperbaikanusaisekolah, pengajaranpribadiantarteman/ lintasusia
.ataupenggunaanpara professional dapatdipilihsebagaistrategitambahan.
 Perlunya guru bersikapselektifterhadappenetapanmateri yang perludikuasai.

Cara-caramengidividualisasikanpengajaran :

 Pengajaranpribadiolehteman
 Pengajaranpribadioleh orang dewasa / lintasusia

Cara ini membutuhkan kerjasama dari beberapa komponen sekolah. Dan


perluadanyapelatihan
minimal/singkapbagipengajarpribadi.Pengajardanmuridpribadiperlumempunyaipemahaman
yang samatentangperandanharapannya, mendapatkanpengawasan,
sertapendokumentasiankemajuanbelajar.

Teknologiyang digunakandalampendidikanuntuk proses pengajaran:

1. didalamkelasuntukmerencanakandanmenyajikanisi.
2. Meneliti, melatihdanmenyiapkanmakalahdanpresentasi.

Teknologiuntukpengajaran:menggunakanpengolah kata, pengolahangka (spreadsheet)


danpresentasi.
Teknologipembelajaran: penggunaankomputeruntukmelakukanpengajaranatauuntuk
proses pembelajaranitusendiri, misalkan:

 E-mail
 penulisan multi media
 basis data

52
 simulasi/penelitian
 pencetakangrafis
 penggunaan internet
 permainankemampuan
 referensi CD-ROM
 pengolah kata

Perangkatteknologipendidikanterapan:

 PDA
 Papantuliselektronik
 LCD
 USB/Flash Disk/Memory Card.

Program Pendidikan yang tersediauntuksiswa yang ditempatkandalamresiko


Untukmemberikanpendidikanpadaanakdenganlatarbelakangkeluarmiskin,
mempunyaipenyakit yang beresiko,
Banyakdipengaruhiolehfaktorsosialekonomidanstrukturkeluarga. Ada 3 program
pendidikanyaitu :

1. Pendidikankompensasi,
Untukmencegahataumemulihkanmasalahpembelajaran di
kalangansiswadarikomunitas yang berstatussosioekonomilebihrendah.Terdapatprogram
penarikandimanasiswaditempatkandalamkelasterpisahuntukmemperolehpemulihan.Just
believe No children Left Behind.
2. Program intervensi
Intervensidini, untukmendidikbayidanbalita yang
beresikountukmencegahkemungkinanmembutuhkanpemulihankemudianhari.

Reading recovery: untukmemberikanpengajaranperorangankepadasiswakelassatu yang


tidakdapatmembacadenganmemadai. Gurudiharapkanmemperolehpelatihankhusus.

3. Pendidikankhusus
Untuksiswa yang berkebutuhankhusus.

53
BAB X
MEMOTIVASI SISWA BELAJAR
1. DEFINISI
Apa yang membuat siswa belajar? Motivasi mungkin menjadi salah satu jawaban
yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Motivasi adalah salah satu komponen pembelajaran
yang terpenting yang sulit diukur. Secara umum motivasi adalah suatu penggerak, pendorong
dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. Dalam arti yang
lebih serius yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, motivasi diartikan sebagai suatu
proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu (Murphy & Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk,2000; Stipek,2002). Ada banyak
jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi bukan hanya
berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, namun
juga berperan penting dalam menentukan seberapa banyak informasi yang akan dipelajari
siswa dalam kegiatan yang mereka lakukan.

2. TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang semata-mata dimaksudkan
untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapat menjadi seperti apa. Berikut merupakan beberapa teori motivasi dalam pembelajaran.
2.1 Motivasi & Teori Pembelajaran Perilaku
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan
diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau
perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada
membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada
seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka
mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995). Dalam
teori ini dikenal dua hal yang sangat penting yaitu imbalan atau penghargaan (reward)
dan penguatan (reinforcement) serta penentuan nilai dari suatu insentif.

2.2 Motivasi & Kebutuhan Manusia


Abraham Maslow (1954) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok. Salah satu konsep penting yang diperkenalkan oleh
54
Maslow ialah Hierarki Kebutuhan Maslow yaitu perbedaan antara kebutuhan
kekurangan(deficiency needs) dan kebutuhan pertumbuhan(growth needs). Berikut
merupakan hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan kekurangan (fisiologi,
keselamatan, cinta, dan harga diri) adalah kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan
fisik dan dan psikologi; kebutuhan ini harus dipuaskan, tetapi begitu sudah
terpuaskan, motivasi orang yang memuaskannya hilang. Sebaliknya, kebutuhan
pertumbuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu,
menghargai keindahan, atau untuk bertumbuh kembang dengan dihargai orang lain,
tidak dapat pernah terpuaskan seluruhnya. Bahkan, semakin sanggup orang memenuhi
kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di sekeliling mereka,
motivasi mereka mungkin akan makin besar untuk mempelajari lebih banyak lagi.

Aktualisasi diri
Kebutuhan
Pertumbuhan penghargaan
sosial
keamanan
Kebutuhan
Kekurangan fisiologi

Gambar Hierarki Kebutuhan Maslow

2.3 Motivasi & Teori Atribusi


Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan
untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi
formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang
lain. Menurut Weiner (1980-1992) atribusi adalah teori kontemporer yang paling
berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan
bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan
gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan
untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri. Sebenarnya istilah atribusi
mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam
tiga karakteristik, yakni :

55
a. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal.
Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena faktor-faktor yang kami
percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang
berasal di lingkungan kita.
b. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak
stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin
akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
c. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak
terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat
mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak
terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat
mengubahnya.
Menurut Weiner, faktor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat
faktor yakni antara lain:
a. Ability yakni kemampuan, adalah faktor internal dan relative stabil dimana
peserta didik tidak banyak latihan kontrol langsung.
b. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan faktor eksternal
yang sebgaian besar di luar pembelajaran kontrol.
c. Effort yakni upaya, adalah faktor internal dan tidak stabil dimana peserta
didik dapat latihan banyak kontrol.
d. Luck yakni faktor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan
kontrol sangat kecil.

2.4 Motivasi & Pembelajaran Mandiri


Pembelajaran mandiri berkaitan erat dengan sasaran siswa. Siswa yang sangat
termotivasi untuk mempelajari sesuatu mempunyai kemungkinan yang lebih besar
daripada siswa lain yang dengan sadar merencanakan pembelajaran mereka,
melakukan rencana pembelajaran dan mengingat informasi yang mereka peroleh
(Radosevich et al., 2004; Zimmerman, 2000). Misalnya, siswa yang mempunyai
motivasi membaca yang tinggi mempunyai kemungkinan yang lebih besar membaca
sendiri dan menggunakan strategi pemahaman yang efektif (Miller, Partelow & Sen,
2004). Schunk dan Zimmerman (2003) berpendapat bahwa motivasi untuk terlibat ke
dalam pembelajaran mandiri tidak sama dengan motivasi pencapaian pada umumnya,

56
karena pembelajaran mandiri mengharuskan pelajar mengambil tanggung jawab yang
bebas untuk belajar, bukan untuk mentaati tuntutan guru.

2.5 Motivasi & Teori Pengharapan


Teori pengharapan (expectancy theory) adalah teori motivasi yang didasarkan pada
keyakinan bahwa upaya orang untuk berhasil bergantung pada harapan mereka
terhadap imbalan(Pinteich, 2003; Stipek, 2002; Wigfield & Eccles, 2000). Teori ini
mengisyaratkan bahwa motivasi orang untuk mencapai sesuatu bergantung pada hasil
perkiraan mereka tentang peluang keberhasilan dan nilai yang mereka berikan pada
keberhasilan. Dengan kata lain teori pengharapan adalah jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika
harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya
akan menjadi rendah.

2.6 Motivasi & Orientasi Sasaran/Pencapaian


Motivasi berprestasi merupakan konsep yang dikembangkan pertama kali oleh
Alexander Murray dengan istilah need for achievement(Petri, 1981). Selanjutnya
McClelland dan Atkinson melanjutkannya dengan penelitian tentang hal tersebut
dalam bentuk konsep teoritik tentang motivasi berprestasi(Buck, 1988). Motivasi
berprestasi menurut McClelland dan Atkinson (Buck, 1988) adalah upaya untuk
mencapai sukses dengan berkompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Standar
keunggulan yang dimaksud adalah berupa prestasi orang lain atau prestasi sendiri
yang pernah diraih sebelumnya. Heckhausen (1967) memberi pengertian motivasi
berprestasi sebagai usaha keras idividu untuk meningkatkan atau mempertahankan
kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar
keunggulan sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat
kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan
dengan prestasi sendiri (berkaitan dengan diri sendiri) dan perbandingan dengan orang
lain (berkaitan dengan orang lain). Menurut McClelland karakteristik orang yang
berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu:
a. sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat;

57
b. menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran
misalnya; dan
c. menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Dalam motivasi berbasis pencapaian ini, ada dua sasaran pencapaian yang
membedakannya, yaitu sasaran pembelajaran dan sasaran kinerja. Berikut adalah tabel
analisis sasaran pencapaian tentang iklim ruang kelas.
Tabel Analisis Sasaran Pencapaian Tentang Iklim Ruang Kelas
Dimensi Iklim Sasaran Pembelajaran Sasaran Kinerja
Keberhasilan Peningkatan, kemajuan Nilai yang tinggi, kinerja
didefinisikan sebagai…. normatif yang tinggi
Nilai diletakkan pada…. Upaya/pembelajaran Kemampuan yang
biasanya tinggi
Alasan kepuasan…. Kerja keras, tantangan Berkinerja lebih baik
daripada orang lain
Guru berorientasi pada… Bagaimana siswa belajar Bagaimana siswa
berkinerja
Pandangan terhadap Bagian dari pembelajaran Menimbulkan kecemasan
kesalahan/kekeliruan…
Fokus perhatian… Proses pembelajaran Kinerja sendiri
dibandingkan orang lain
Alas an upaya… Mempelajari sesuatu yang Nilai yang tinggi,
baru berkinerja lebih baik
daripada orang lain
Kriteria evaluasi… Kemajuan mutlak Normatif
Sumber : Dari C. Amcs dan J. Archer, “Achievement Goals in the Classroom”, Jornal
Of Educational Psycology, 80, hal. 261. Hak Cipta 1988 oleh American Psycologyal
Association. Dicetak ulang dengan ijin

Mencari Keberhasilan VS Menghindari Kegagalan Athikson (1964), dengan


memperluas karya McCelland tentang motivasi pencapaian, mencatat bahwa orang-
orang dapat termotivasi untuk berhasil melalui salah satu dari dua cara yaitu; mencari
keberhasilan atau menghindari kegagalan. Dia menemukan bahwa beberapa orang
lebih termotivasi untuk menghindari kegagalan daripada mencari keberhasilan
(penghindar kegagalan), sedangkan orang lain lebih termotivasi untuk mencari
keberhasilan daripada menghindari kegagalan(pencari keberhasilan). Motivasi pencari
keberhasilan meningkat setelah ada kegagalan karena mereka menggiatkan upaya
mereka untuk berhasil. Penghindar kegagalan mengurangi upaya mereka setelah ada
kegagalan (Weiner, 1986).

58
Mengkomunikasikan Harapan yang Positif Penting bagi guru mengkomunikasikan
kepada siswa mereka harapan yang dapat mereka pelajari. Ada beberapa cara guru
mengkomunikasikan harapan positif, seperti.
a. Tunggulah siswa menjawab
b. Hindarilah perbedaan pencapaian yang tidak perlu diantara siswa
c. Perlakukan semua siswa dengan sama

3. MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK


Ada dua jenis motivasi dalam belajar, yaitu.
3.1 Motivasi Instrinsik
Motivasi Instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan,
keinginan diterima oleh orang lain.
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi instrinsik adalah.
a. Bangkitkan minat belajar siswa
b. Pertahankan keingintahuan siswa
c. Gunakan berbagai cara penyajian yang menarik
d. Bantu siswa menentukan sasaran mereka
3.2 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Instrinsik adalah motivasi yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar
individu. Seperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik adalah.
a. Ungkapkan harapan yang jelas
b. Berikan umpan balik yang jelas dan langsung (hadiah, pujian, hukuman, nilai)
c. Ciptakan saingan kompetisi

4. MEMBERI IMBALAN ATAS KINERJA, UPAYA, DAN PENINGKATAN MUTU


Sistem intensif yang digunakan di ruang kelas seharusnya difokuskan pada upaya
siswa, bukan kemampuan. Sarana utama untuk memberi imbalan kepada siswa karena
memberikan upaya terbaik mereka ialah memberi imbalan pada upaya secara langsung
dengan memuji siswa atas upaya mereka atau, sebagaimana dilakukan di banyak sekolah,
dengan memberikan nilai atau peringkat terpisah atas upaya disertai nilai kinerja biasa atau
59
menyertakan upaya sebagai bagian penting nilai siswa. Berikut beberapa cara guru
memberikan imbalan atas kinerja, upaya, dan peningkatan mutu siswa.
4.1 Menggunakan Pujian dengan Efektif
Pujian memounyai banyak tujuan dalam pengajaran di ruang kelas terutama
digunakan untuk memperkuat perilaku yang tepat dan memberikan umpan balik kepada
siswa tentang apa yang mereka lakukan dengan benar.Secara keseluruhan, penggunaan
pujian dengan sering adalah yang baik khususnya anak-anak yang masih muda dan di
ruang kelas yang mempunyai banyak siswa yang berpencapaian rendah(Brophy, 1998;
Evanse, 1996). Namun, yang lebih penting daripada jumlah pujian yang diberikan ialah
cara memberikannya. Pujian akan efektif sebagai sarana motivasi di ruang kelas adalah
sejauh pujian tersebut bersyarat, khusus, dan terpercaya (Sutherland, Wehby &
Copeland, 2000). Berikut adalah kategori atau panduan pujian yang efektif;
a. Diberikan dengan bersyarat.
b. Menyebutkan secara khusus bagian-bagian pencapaian.
c. Memperlihatkan spontanitas, keragaman, dan tanda-tanda kredibilitas lain;
memperlihatkan perhatian yang jelas terhadap pencapaian siswa.
d. Memberikan imbalan sebagi perolehan kriteria kinerja yang telah ditentukan
(namun, yang dapat meliputi kinerja upaya).
e. Memberikan informasi kepada siswa tentang kompetensi mereka atau nilai
pencapaian mereka.
f. Mengarahkan siswa pada penghargaan yang lebih baik tentang perilaku yang
terkait dengan tugas mereka dan pemikiran tentang penyelesaian soal.
g. Menggunakan pencapaian siswa sebelumnya sebagai konteks untuk
menggambarkan pencapaian saat ini.
h. Diberikan sebagai penghargaan atas upaya yang bernilai atau keberhasilan
tugas-tugas yang sulit.
i. Menghubungkan keberhasilan dengan upaya dan kemampuan, yang
menyiratkan bahwa keberhasilan serupa dapat diharapkan pada masa
mendatang.
j. Memusatkan perhatian siswa pada perilaku mereka sendiri yang relevan
dengan tugas.
k. Menumbuhkan penghargaan dan atribusi yang diinginkan tentang perilaku yang
terkait dengan tugas setelah proses tersebut diselesaikan.
4.2 Mengajari Siswa Memuji Diri Sendiri
60
Makin banyak terdapat bukti bahwa siswa dapat belajar memuji diri sendiri dan
bahwa hal ini meningkatkan keberhasilan akademis mereka. Strategi ini adalah
komponen utama pembelajaran mandiri (Schunk & Zimmer, 1997).
4.3 Menggunakan Nilai sebagai Intensif

61
BAB XI

LINGKUNGAN PEMBELAJARAN

Pengertian Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan Pembelajaran (manajemen kelas) adalah penyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif
meliputi strategi yang digunakan guru untuk menciptakan pengalaman ruang kelas yang positif dan
produktif.Strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah
dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga menggunakan waktu kelas dengan baik, menciptakan
atmosfer yang kondusif bagi minat dan penelitian, dan membolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan
imajinasi siswa.

Menggunakan Alokasi Waktu Untuk Pengajaran

Alokasi waktu (allocated time): waktu yang tersedia bagi siswa untuk memperoleh
kesempatan belajar

1. Mencegah Waktu yang Hilang


Waktu yang hilang disebabkan oleh kehilangan hari-hari atau jam pelajaran seluruhnya, dimana
hal ini mengganggu aliran pelajaran untuk mengusai kurikulum.

2. Mencegah Permulaan yang Terlambat dan Penyelesaian Diri


Awal yang cepat dan tepat waktu untuk memulai pelajaran berperan penting untuk menentukan suasana
pengajaran yang disengaja.
3. Mencegah Gangguan
Gangguan tidak hanya langsung mengurangi waktu untuk pengajaran, gangguan juga memutuskan
semangat pelajaran tersebut, sekaligus mengurangi perhatian siswa pada tugas yang ada
4. Menangani Prosedur Rutin
Siswa hendaknya tahu prosedur-prosedur lain yang harus menjadi rutinitas siswa, sehingga pembelajaran
tidak habis digunakan untuk mengatur rutinitas sederhana di ruang kelas.
5. Meminimalkan Waktu yang Dihabiskan untuk Disiplin
Metode untuk mendisiplinkan siswa hendaknya tidak panjang lebar dan mengganggu jam pengajaran.

Menggunakan Waktu Sibuk dengan Efektif

62
Waktu Sibuk (waktu tugas) adalah waktu yang benar-benar digunakan masing-masing siswa
untuk menyelesaikan pekerjaan/tugasnya.Cara terbaik untuk meningkatkan waktu siswa dalam
tugas ialah memberikan pelajaran yang menarik, memikat dan relevan dengan minat siswa.

1. Memberikan Pelajaran Yang memikat.


Memberikan pelajaran yang begitu menarik, memikat dan relevan dengan minat siswa akan
meningkatkan waktu siswa dalam tugas.
2. Mempertahankan Daya Gerak(momentum).
Mempertahankan daya gerak adalah kunci untuk mempertahankan keterlibatan tetap tinggi. Daya
Gerakmerujuk pada upaya menghindari gangguan atau perlambatan (Kounin, 1970)
3. Mempertahankan Kemulusan Pengajaran
Kemulusan (smoothness) adalah istilah untuk menyebut pada fokus yang berkesinambungan pada urutan
pengajaran yang bermakna.
4. Pengelolaan Peralihan
Peralihan adalah pergantian dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.

Tiga Aturan untuk manajemen peralihan, yaitu:

1. Ketika melakukan peralihan guru seharusnya memberi tanda yang jelas yang sudah diajarkan kepada
siswa untuk menanggapinya.
2. Siswa harus merasa yakin tentang apa yang akan mereka lakukan ketika tanda diberikan
3. Lakukan peralihan semua sekaligus, siswa dilatih untuk melakukan peralihan sebagai satu kelompok,
bukannya satu per satu siswa.
5. Mempertahankan Fokus Kelompok Selama Pelajaran.
Artinya menggunakan strategi pengorganisasian ruang kelas dan teknik bertanya yang memastikan
bahwa semua siswa di kelas tersebut tetap terlibat dalam pelajaran tersebut, Dua komponen utama
konsep kounin tentang mempertahankan fokus kelompok yaitu akuntabilitas dan penyiagaan kelompok.
6. Mempertahankan Fokus Kelompok selama Tugas Kelas
Penting seorang guru memantau kegiatan tugas kelas dan memeriksa secara informal pekerjaan setiap
siswa, dimana guru harus tersedia untuk bekerja bersama siswa.
7. Kejelian.
Kejalian (withitness) adalah istilah yang menggambarkan tindakan mengajar yang menunjukkan
kesadaran terhadap perilaku siswa setiap saat.
8. Tumpang Tindih
Tumpang tindih (overlapping) merujuk pada kemampuan guru memberikan perhatian pada gangguan
atau masalah perilaku sambil melanjutkan pelajaran.

Manajemen Ruang Kelas

63
Kebanyakan riset tentang manajemen ruang kelas terjadi di ruang kelas yang diorganisasikan secara
tradisional dimana siswa hanya memiliki sedikit pilihan dan sedikit interaksi antara satu dengan lainnya.
Riset memperlihatkan bahwa perencanaan dan landasan akal sehat dasar masih membutuhkan waktu
yang lama untuk mencegah masalah disiplin agar tidak pernah berkembang lagi.Tindakan sederhana yang
dapat dilakukan meliputi mengawali tahun ajaran dengan tepat, menata ruang kelas demi pembelajaran yang
efektif, menetapkan peraturan dan prosedur kelas dan menjelaskan harapan tentang perilaku kepada siswa
(Marzano, 2003).
1. Mengawali Tahun Ajaran dengan Benar
Hari-hari pertama sekolah sangat berperan penting dalam menetapkan peraturan di kelas,
terdapat enam karakteristik manajer ruang kelas yang efektif yaitu:

1. Manajer yang efektif mempunyai rencana yang jelas dan spesifik untuk memperkenalkan siswa pada
peraturan dan prosedur ruang kelas dan menggunakan sebanyak mungkin hari-hari yang diperlukan
untuk melaksanakan rencana mereka hingga siswa tahu bagaimana berbaris, meminta bantuan dan
seterusnya.
2. Manajer yang efektif bekerja dengan seluruh kelas pada awalnya, mereka terlibat dengan seluruh
kelas senantiasa, jarang membiarkan siswa tanpa sesuatu yang harus dikerjakan atau tanpa
pengawasan.
3. Manajer yang efektif menggunakan waktu tambahan selama hari-hari pertama sekolah untuk
memperkenalkan prosedur dan membahas peraturan kelas.
4. Manajer yang efektif mengajarkan prosedur spesifik kepada siswa.
5. Sebagai kegiatan pertama, manajer yang efektif menggunakan tugas yang sederhana dan
menyenangkan, bahan untuk pelajaran pertama disiapkan dengan baik, disajikan dengan jelas dan
beragam.
6. Manajer yang efektif memberi reaksi langsung untuk menghentikan setiap perilaku yang buruk.
2. Menetapkan Peraturan Kelas
Tiga prinsip untuk melakukan proses ini yaitu: Pertama, peraturan kelas seharusnya berjumlah sedikit.
Kedua, peraturan kelas seharusnya masuk akal dan dipandang adil oleh setiap siswa.Ketiga, peraturan
kelas seharunya diterangkan dengan jelas dan sengaja diajarkan kepada siswa (Doyle, 1990b; Metzger,
2002).Tujuan utama menjelaskannya adalah memberikan kewenangan moral bagi prosedur spesifik.

Strategi untuk mengelola perilaku buruk yang rutin.

Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak akan dapat tercipta kalau siswa tidak menghormati guru atau
guru tidak menghormati siswa, walaupun pada akhirnya memang guru sebagai pemimpin yang menetapkan
dan menegakkan peraturan yang harus ditaati siswa.
1. Prinsip Intervensi Terkecil

64
Prinsip terpenting mengatasi masalah perilaku rutin adalah bahwa guru seharusnya
memperbaiki perilaku buruk dengan menggunakan intervensi yang paling sederhana yang
akan membawa hasil (Kyle & Rogien, 2004; Nelson, Lott & Glenn, 1997).

2. Pencegahan
Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan pelajaran yang menarik dan hidup,
beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis
bahan dan pendekatan, memperlihatkan humor dan antusiasme yang tinggi dan menggunakan
pembelajaran kerjasama atau pembelajaran yang berbasis proyek.
3. Isyarat Non Verbal
Keuntungan mengkomunikasikan pesan dengan isyarat non verbal adalah bahwa pelajaran tidak akan
terganggu. Isyarat non verbal hanya mempunyai efek terhadap siswa yang berperilaku buruk saja.
4. Memuji Perilaku yang Bertentangan dengan Perilaku Buruk
Strategi ampuh mengurangi perilaku buruk di kelas ialah memastikan untuk memuji siswa atas perilaku
yang bertentangan dengan perilaku buruk yang ingin dikurangi.
5. Memuji Siswa Lain
Guru hendaknya mengupayakan memuji siswa lain yang berperilaku baik, sehingga akan menyadarkan
siswa yang berperilaku kurang baik.
6. Peringatan Lisan
Peringatan lisan sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa, peringatan tersebut
seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk, Kalimat peringatan positif akan
mengkomunikasikan harapan yang lebih positif bagi perilaku masa depan dari pada kalimat negatif
(Everton et al, 2003).
7. Peringatan Berulang
Ketika siswa menolak mentaati peringatan sederhana, strateginya ialah mengulangi peringatan tersebut
dan mengabaikan setiap dalih/bantahan yang tidak relevan.
8. Menerapkan Konsekuensi
Langkah terakhir adalah mengajukan pilihan kepada siswa untuk mematuhi atau menanggung
konsekuensinya.

Menggunakan Analisis Perilaku Terapan untuk Mengelola Masalah Perilaku yang Lebih Parah.

Prinsip dasar teori pembelajaran perilaku adalah bahwa, jika perilaku apapun dapat
berlangsung dari waktu ke waktu, perilaku itu dapat dipertahankan oleh tindakan penguatan.Untuk
mengurangi perilaku buruk guru harus memahami tindakan penguatan mana yang tepat bagi siswa.
Tindakan penguatan yang paling umum bagi perilaku buruk di ruang kelas yaitu :

1. Perhatian Guru

65
Kadang siswa berperilaku buruk karena ingin mendapat perhatian guru, untuk mengatasi
masalah ini dengan cara memberikan perhatian kepada siswa ketika berkinerja dengan baik,
dan abaikan ketika siswa tersebut berperilaku buruk, namun ketika hal ini tidak memungkinkan
langkah yang bisa dilakukan adalahpemberian skorsing kepada siswa.

2. Perhatian Teman Sebaya


Dua langkah utama untuk mengatasi perilaku buruk yang didukung teman-temannya, salah
satunya dengan memindahkan siswa yang berperilaku buruk dari ruang kelas sehingga akan
menghilangkan perhatian teman sebaya darinya, langkah lainnya adalah menggunakan
kebergantungan kelompok (group contingencies) yaitu strategi dimana seluruh kelas (atau
kelompok dalam kelas) diberi imbalan atas perilaku setiap orang.

3. Pembebasan dari Keadaan atau Kegiatan yang Tidak Menyenangkan


Pelibatan siswa dengan aktif kedalam pelajaran dapat mencegah kebosanan atau kelelahan
siswa. Guru dapat mencegah frustasi dengan menggunakan bahan pelajaran yang memastikan
tingkat keberhasilan yang tinggi bagi semua siswa.

Prinsip Analisis Perilaku Terapan

Pembentukan dan penggunaan setiap program analisis perilaku terapan memerlukan tindak
lanjut terhadap langkah yang dimulai dari pengamatan perilaku tersebut, implementasi program,
hingga evaluasi program(Schloss & Smith, 1994).

Langkah-langkah program analisis perilaku terapan, yaitu:

1. Identifikasi Perilaku dan Tindakan Penguatan Sasaran


Langkah pertama ialah mengamati siswa yang berperilaku buruk untuk mengidentifikasi satu
atau sejumlah kecil perilaku untuk menjadi target pertama dan untuk melihat tindakan
penguatan apa saja mempertahankan perilaku tersebut. Tujuan lain pengamatan ini adalah
untuk menentukan garis dasar yang menjadi patokan untuk membandingkan peningkatan.
Perilaku pertama yang harus dibidik seharusnya perilaku yang parah, mudah diamati dan yang
terpenting sering terjadi.

2. Tentukan Perilaku Garis Dasar


Sebelum menentukan langkah yang harus dilakukan kepada siswa, sebaiknya melakukan
pengamatan terhadap siswa untuk melihat seberapa sering terjadi perilaku yang diamati.

3. Pilihlah Tindakan Penguatan dan Kriteria untuk Penguatan

66
Tindakan penguatan meliputi pujian, perlakuan istimewa, dan imbalan yang berwujud.Pujian
khususnya sangat efektif bagi siswa yang berperilaku buruk untuk mendapatkan perhatian
guru.Selain pujian guru dapat memberikan senyuman atau hadiah kecil lainnya kepada siswa
ketika siswa berperilaku pantas.

4. Pilihlah Tindakan Penghukuman dan Kriteria untuk Hukuman, Kalau Perlu.


Hukuman sering menghasilkan kebencian; sehingga, sekalipun hukuman tersebut
menyelesaikan masalah, hal itu dapat menciptakan masalah lain (Skinner, 1968). sebaiknya hal
tersebut dihindari karena tidak kondusif bagi penciptaan lingkungan ruang kelas yang bahagia
dan sehat (Webber & Schevermann, 1993).

Tindakan penghukuman adalah setiap rangsangan yang tidak menyenangkan yang akan dicoba
untuk dihindari seseorang. O’Leary dan O’Leary (1972) menyebutkan tujuh prinsip bagi
penggunaan hukuman yang efektif dan manusiawi, yaitu :

1. Gunakan hukuman dengan tidak terlalu sering.


2. Jelaskan kepada anak kenapa dia dihukum.
3. Berikan kepada anak sarana alternatif untuk memperoleh penguatan positif.
4. Berilah penguatan kepada anak tersebut atas perilaku yang bertentangan dengan perilaku yang
ingin guru perlemah.
5. Jangan pernah gunakan hukuman fisik.
6. Jangan pernah berikan hukuman ketika dalam keadaan sangat marah/emosional.
7. Berikan hukuman ketika perilaku dimulai bukan setelah berakhir.
Salah satu hukuman yang efektif adalah penyingkiran (time out).Konsekuensi ini, kalau
diterapkan secara langsung dan konsisten, akan segera hampir menghilangkan perilaku yang
buruk (White & Bailey, 1990).

5. Kurangilah Frekuensi Penguatan


Begitu perilaku siswa sudah membaik dan stabil pada tingkatan yang baru, frekuensi penguatan
dikurangi, pengurangan frekuensi penguatan membantu mempertahankan perilaku baru dalam
jangka panjang.

Program Analisis Perilaku Terapan

67
Terdapat beberapa strategi penguatan yaitu penguatan yang berbasis keluarga dan program
laporan harian.

1. Penguatan Berbasis Keluarga


Guru memberikankartu laporan harian atau mingguan untuk dibawa pulang, dan orang tua
diberi petunjuk untuk memberikan hak istimewa/imbalan berdasarkan laporan guru.

Penguatan berbasis keluarga mempunyai beberapa kelebihan daripada strategi manajemen


perilaku lain. Pertama, orang tua dapat memberikan imbalan dan hak istimewa yang jauh lebih
manjur daripada yang dapat diberikan sekolah.Kedua, penguatan ini memberikan berita baik
kepada orang tua tentang anak mereka.Ketiga, penguatan ini mudah dilakukan.

2. Kartu Laporan Harian


Langkah-langkah untuk membentuk dan mengimplementasikan sistem kartu laporan harian :

1. Putuskan perilaku mana saja dimasukkan ke dalam kartu laporan harian.


Pilihlah salah satu atau beberapa perilaku yang menjadi dasar kartu laporan harian tersebut, buatlah
rencana penilaian untuk perilaku individu, dan ciptakanlah suatu bentuk kartu laporan standar.
2. Jelaskan program tersebut kepada orang tua
Program penguatan berbasis keluarga bergantung partisipasi orang tua, sangat penting memberi
tahu program tersebut kepada orang tua dan bekerjasama.Komunikasi dengan orang tua
berlangsung singkat, positif dan informal dan menghasilkan perasaan bahwa “kita akan
menyelesaikannya secara bersama-sama”.
3. Ketika perilaku membaik, kurangilah frekuensi laporan tersebut.
Bila penguatan berbasis keluarga berhasil, hal itu sering berhasil dengan dramatis.Begitu perilaku
membaik dan stabil, kurangi frekuensi laporan kepada orang tua.
3. Program Kebergantungan Kelompok
Program kebergantungan kelompok (group contingency program) adalah sistem penguatan
dimana seluruh kelompok di beri imbalan berdasarkan perilaku anggota-anggota
kelompoknya.Keuntungan kebergantungan kelompok ialah bahwa hal itu relatif mudah
dilakukan.Teori dibalik kebergantungan kelompok ialah bahwa, ketika suatu kelompok diberi
imbalan berdasarkan perilaku anggota-anggotanya. Anggota-anggota kelompok itu akan
mendorong satu sama lain melakukan apapun yang membantu kelompok itu untuk
memperoleh imbalan tadi (Slavin, 1990).

4. Menciptakan Program Kebergantungan Kelompok


Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tentukan perilaku mana saja yang dikuatkan, misalnya dengan menetapkan seperangkat peraturan
kelas.

68
2. Buatlah sistem angka yang tepat menurut perkembangan, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan untuk mengimplementasikan program manajemen perilaku yaitu : menilai perilaku kelas
setiap jam pelajaran atau selama masing-masing kegiatan, cara lain dengan menilai kelas tersebut
pada waktu yang berbeda sepanjang hari itu.
3. Pertimbangkanlah pengurangan angka untuk perilaku buruk yang parah.
4. Kurangilah frekuensi angka dan tindakan penguatan, ketika perilaku membaik.
5. Gabungkanlah kebergantungan kelompok dan individu.
Etika Metode Perilaku

Strategi analisis perilaku dapat bekerja baik bila diterapkan dengan tepat, strategi ini membawa
perilaku bahkan siswa yang paling mengganggu sekalipun ke tingkat yang dapat dikelola.

1. Cara Mencegah Perilaku yang Parah


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku yang parah diantaranya:

1. Program Pencegahan
Dengan menciptakan lingkungan ruang kelas yang aman dan prososial dan dengan terbuka membahas
perilaku yang beresiko dan cara untuk menghindarinya (Learning First Alliance, 2001; Stipek, de la
Sota & Weistbaupt, 1999).Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memainkan peran sosial
sebagai sukarelawan, pengajar pribadi, atau pemimpin dalam kegiatan yang memberi manfaat bagi
sekolah dan komunitas mereka (Allen, 2003; Rosenberg, Mc Keon& Dinero, 1999). Penciptaan ruang
kelas yang demokratis dan partisipatif dapat memberi kepada siswa cara untuk mencapai
penghargaandan pengendalian dalam lingkungan yang positif, yang mengurangi perlunya berperilaku
buruk (Hymean & Snook, 2000).

2. Mengidentifikasi Penyebab Perilaku Buruk.


Beberapa siswa berperilaku buruk karena mereka beranggapan bahwa imbalan untuk perilaku buruk
mengalahkan imbalan untuk perilaku yang baik.
3. Menegakkan Peraturan dan Praktek
Peraturan sebaiknya ditegakkan dengan tegas tetapi adil, penerapan kaku, kebijakan “toleransi nol”
sering ditemukan kontradiktif.
4. Menegakkan Kehadiran Sekolah
Kemangkiran dan kenakalan sangat berkaitan, dimana ketika siswa tidak masuk sekolah mereka sering
menimbulkan kesulitan dalam komunitas.
5. Periksa dan Hubungi
Adalah model yang meminta “ pemantau “ yang berbasis sekolah bekerjasama dengan siswa, keluarga
dan karyawan sekolah untuk meningkatkan kehadiran dan keterlibatan siswa di sekolah. Beberapa
unsur yang masuk kategori ini diantaranya:

69
a. Pembinaan hubungan, menumbuhkan saling kepercayaan dan komunikasi terbuka, yang
dipelihara melalui komitmen jangka panjang yang difokuskan pada keberhasilan pendidikan
siswa.
b. Pemantauan rutin indikator yang dapat diubah; secara sistematis memeriksa tanda-tanda
peringatan penarikan diri yang cepat tersedia bagi personel sekolah dan yang dapat diubah
melalui intervensi.
c. Intervensi individualisasi dan tepat waktu; memberikan dukungan yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu, berdasarkan tingkat keterlibatan dengan sekolah yang dikaitkan dengan
pengaruh keluarga dan sekolah dan pemanfaatan sumber daya lokal
d. Komitmen jangka panjang ; berkomitmen tinggal bersama siswa dan keluarga selama setidaknya
2 tahun.
e. Ketekunan plus; mempertahankan sumber motivasi akademis yang tetap, berkelanjutan dan
konsistensi dalam pesan bahwa “pendidikan adalah masa depan”.
f. Penyelesaian masalah; meningkatkan perolehan kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara
membangun dan mencari jala keluar bukannya sumber kesalahan.
g. Afiliasi dengan sekolah dan pembelajaran; memfasilitasi akses siswa dan partisipasi aktif ke dalam
kegiatan dan acara yang berkaitan dengan sekolah.

2. Menghindari Jalur Khusus


Kelas yang berjalur rendah adalah tempat pembiakan ideal bagi kelompok sebaya nakal yang
anti sosial(Howard, 1978). Ini seharusnya diatasi dalam konteks kelas biasa sebanyak mungkin,
bukannya di kelas pendidikan khusus yang terpisah (Madden & Slavin, 1983b; Safer, 1982)

3. Mempraktekkan Intervensi
Strategi manajemen ruang kelas seharusnya digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak
tepat sebelum hal itu meningkat menjadi kenakalan. Peningkatan perilaku dan keberhasilan
siswa di sekolah dapat mencegah kenakalan (Walker, Ramsey dan Gresham, 2003/2004a,b)

4. Meminta Keterlibatan Keluarga


Ketika terjadi perilaku buruk, orang tua seharusnya diberitahukan.Kalau perilaku buruk
tertahan, orang tua sebaiknya dilibatkan dalam menentukan program.

5. Menggunakan Mediasi Teman Sebaya


Mediator sebaya lebih efektif dalam menyelesaikan berbagai masalah antar pribadi, mulai dari
penghinaan dan anggapan ketidakadilan dikalangan siswa hingga pencurian dan serangan fisik
(Johnson & Johnson, 2001)

6. Menerapkan Konsekuensi dengan Bijaksana

70
Penyingkiran memperburukmasalah kemangkiran, karena menyebabkan siswa tertinggal dalam
pekerjaan, memberi mereka pengalaman jauh lebih efektif.

BAB 12
PELAJAR YANG MEMPUNYAI PENGECUALIAN

Istilah pelajar dengan pengecualian (learners with exceptionalities) digunakan untuk


menggambarkan orang-orang yang kinerja fisik, mental atau perilaku mereka begitu berbeda dari
yang biasa, sehingga pelayanan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelajar tersebut.
Dalam pengertian tertentu, setiap anak mempunyai pengecualian, tidak ada dua anak yang benar-
benar mirip dalam cara belajar dan perilaku, dalam kegiatan mereka, dalam kemampuan dan
motivasinya. Semua siswa akan memperoleh manfaat dari program yang disesuaikan secara unik
dengan kebutuhan masing-masing.
Namun dalam prakteknya, sekolah tidak memenuhi secara tepat kebutuhan setiap siswa, demi
efisiensi siswa dikelompokkan ke dalam kelas dan diberi pengalaman belajar secara umum untuk
member pengajaran bagi jumlah besar dengan biaya yang sedang. Sistem ini tidak masalah bagi
sebagian besar siswa, namun eada beberap siswa yang tidak mudah masuk ke dalam sistem ini.
Beberapa siswa mempunyai PENGECUALIAN, yaitu siswa yang mempunyai cacat fisik atau indera,
keterbelakangan mental, gangguan emosi dan perilaku, ketidakmampuan belajar yang membatasi
kemampuan siswa dalam berpartisipasi dan sulit belajar di ruang kelas umum. Diperlukan pelayanan
pendidikan secara khusus begai siswa yang mempunyai pengecualian tersebut.
Hal ini dipersulit dengan adanya julukan-julukan khusus seperti “ keterbelakangan mental”,
“ketidakmampuan belajar”, “autis”, dll, yang seringkali menjadi julukan yang sangat melekat pada

71
pribadi siswa. Hal ini mengakibatkan perubahan yang sulit dan menjadi rintangan tersendiri bagi
siswa. Para professional pendidikan termasuk guru harus menghindari penggunaan julukan tersebut,
walaupun tanpa sengaja melucuti kemanusiaan mereka, memisahkan mereka secara sosial dengan
teman sebaya, ataupun mendorong deskriminasi terhadap mereka (Trent, Artiles & Englert, 1989).
Dalam merujuk pada pelajar atau orang yang mempunyai ketidakmampuan, ada dua prinsip
dasar yang tetap diingat (Smith, 2001), yaitu :
1. Mendahulukan orang
2. Menghindari menyamakan orang tersebut dengan ketidakmampuan
Misal : untuk pelajar yang mempunyai ketidakmampuan belajar, dia bukan “orang yang tidak mampu
belajar”, tapi yang diingat pertama “dia adalah siswa”, fakta bahwa dia tidak mampu belajar adalah hal
kedua. Karena definisi dari ketidakmampuannya akan memberinya ketidakadilan, bagaimanapun juga
setiap anak mempunyai karakteristik pada diri masing-masing, dan ketidakmampuan hanyalah salah
satunya.
Namun ada pengecualian, orang yang mempunyai ketidakmampuan melihat juga dapat disebut sebagai “buta”,
yang tidak adapat mendengat dapat disebut juga sebagai “tuli”, hal ini meringkas kata ketidakmampuan yang
secara umum dapat diterima, mudah didefinisikan dan diukur.
Kategori Ketidakmampuan (Individuals with Disabilities Education Act/IDEA) :
1. KETIDAKMAMPUAN BELAJAR : Gangguan dalam proses psikologi dasar dalam memahami atau
dalam menggunakan bahasa,lisan atau tulisan dalam keterlibatan pembelajaran, atau disebut juga dengan
kesulitan dalam belajar.
2. GANGGUAN BERBICARA ATAU KOMUNIKASI : gangguan dalam penggunaan maupun penyusunan
kata, makna, kalimat yang tidak baik untuk menyampaikan pemikiran, gagasan dan perasaan secara
lengkap, sehingga terdengar tidak benar dan lengkap.
3. KETERBELAKANGAN MENTAL : yaitu keterbatasan mendasar pada fungsi, kondisi ini biasanya
muncul pada saat dilahirkan, yang mengakibatkan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan perilaku
penyesuaian diri yang buruk.
4. GANGGUAN EMOSI ATAU PERILAKU : gangguan yang memperihatkan satu atau lebih karakteristik
dalam jangka waktu lama dean dengan kadar yang nyata sehingga mempengaruhi kinerja nak secara
merugikan, seperti : ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan secara fisik, ketidakmam[puan
mebina hubungan antar teman, depresi yang mendalam, kecenderungan mengembangkan gejala fisik
ketakutan, perilaku atau perasaan yang tidak normal. HGangguan ini meliputi penderita skizofrenia,
gangguan emosi.
5. KELEMAHAN TULANG : kondisi yang merugikan yang mempengaruhi kinerja anak, kelemahan yang
diakibatkan oleh anomaly bawaan (seperti folio, kurang lengkap anggota tubuh, dll).
6. KELEMAHAN KESEHATAN LAINNYA: kekuatan atau vitalitas yang terbatas yang terjadi akbibat
masalah kesehatan kronis dan akut, seperti asma, epilepsy, leukemia,penyakit jantung, dll.
7. KESULITAN PENDENGARAN : gangguan yang mengakibatkan ketidakmampuan memdengar untuk
memperoleh informasi. Biasanya penderita dapat menggunakan alat bantu dengar. Biasa disebut dengan
“TULI” atau tuna rungu

72
8. KETIDAKMAMPUAN PENGLIHATAN : ada dua kelompok yaitu : PENGLIHATAN RENDAH
(keterbatasan melihat masih dapat dibantu dengan alat bantu yaitu kacamata ataupun lensa kontak (soft
lens), dan KEBUTAAN (tidak mempunyai kegunaan penglihatan fungsional yang harus dididik melalui
saluran indera setuhan atau yang lain (Smith, 2001).
9. AUTISME : ketidakmampuan perkembangan yang sangat mempengaruhi komunikasi verbal dan
nonverbal dan interaksi sosial.
10. KEBUTAAN-TULI : kelemahan pendengaran dan penglihatan serentak dan gabungan tersebut
mengakibatkan kebutuhan akan komunikasi dan perkembangan dan pengajaran lainyang begitu parah.
11. CIDERA OTAK TRAUMATIK (TBI - TRAUMATIC BRAIN INJURY) : cidera baru pada otak yang
diakibatkan oleh kekuatan fisik dari luar, yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional seluruhnya atau
sebagian atau kerusakan psikologis, atau keduanya, yang secara merugikan mempengaruhi kinerja
pendidikan anak.

Pada tahun 1992, American Association on Mental Retardation (AAMR) mendefinisikan keterbelakangan
mental sebagai berikut :
Keterbelakangan mental (mental retardation) merujuk pada keterbatasan mendasar pada fungsi saat ini.
Keterbatasan itu dicirikan oleh fungsi intelektual yang sangat dibawah rata-rata, yang muncul bersamaan dengan
keterbatasan terkait dalam dua atau lebih bidang kemampuan penyesuaian diri yang dapat diterapkan berikut :
komunikasi, pemeliharaan diri, kehidupan keluarga, kemampuan sosial, kegunaan komunitas, pengarahan diri,
kesehatan dan keselamatan, kecakapan fungsional, waktu senggang dan kerja.
Keterbelakangan mental terlihat sebelum usia 18 tahun. (Luckasson et al.,m 19992, hal. 1)
Definisi ini berarti keterbelakangan mental mempunyai nilai rendah dalam ujian kecerdasan dan juga
memperlihatkan kesulitan memepertahankan standar kebebasan pribadi dn tanggung jawab sosial yang
diharapkan dari usia dan kelompok budaya mereka. (Luckasson et al., 1992; MacLean, 1996). Penyebab
Keterbelakangan Mental terdapat pada warisan genetik; kelainan kromosom, seperti sindrom Down (Turner &
Alborrz, 2003)

Tingkat Kecerdasan
Konsep tentang IQ atau tingkat kecerdasan (intelligence quotient), yang berasal dari nilai ujian
terstandarisasi (lihat Dennis & Tapsfield, 1996; McArdle & Woodwock, 1998). Siswa yang mempunyai IQ di
atas 70 pada umumnya dianggap berada dalam rentang normal. Namun selaras dengan rekomendasi AAMR,
para professional pendidikan tidak menggunakan IQ sendirian untuk menentukan kadar keparahan kelemahan
kognisi. Mereka mempertimbangkan kinerja siswa di sekolah dan rumah, nilai ujian lain, dan latar belakang
budaya.

Penggolongan Keterbelakangan Mental


Pada masa lalu, orang-orang yang menyandang keterbelakangan mental terutama dikategorikan
menurut nilai IQ mereka yang meliputi keterbelakangan ringan (IQ 50-55 hingga 70-75), keterbelakangan
sedang (IQ 35-40 hingga 50-55), keterbelakangan parah (IQ 20-25 hingga 35-40), dan keterbelakangan luar
biasa (IQ di bawah 20-25) (Luckasson et al., 1992). Dalam sistem penggolongan lama, siswa yang

73
menyandang keterbelakangan ringan, biasanya IQ antara 55 dan 70, dianggap dapat “dapat dididik” (EMR—
educable mental retardation); maksudnya mampu mempelajari kemampuan akademis dasar hingga tingkat kelas
lima sedangkan IQ 40-55 digolongkan “dapat dilatih” (TMR--trainable mental retardation); maksudnya mampu
mempelajari kemampuan pemeliharaan diri independen dan kemampuan kerja untuk tempat kerja yang
terlindungi (MacMillan&Forness, 1992). Nilai ujian kecerdasan yang seharusnya mendekati 100 bagi orang
yang mempunyai kecerdasan rata-rata.
Definisi AAMR saat ii menekankan kemampuan orang yang menyandang keterbelakangan mental dalam dua
bidang utama – fungsi intelektual dan kemampuan penyesuaian diri – dan mengkategorikan orang berdasarkan
dukungan yang mereka butuhkan (Smith, 2001).
Tipe intensitas dukungan menurut Luckasson et al., 1992 adalah :
1. Dukungan sekali-sekali
2. Dukungan terbatas
3. Dukungan luas
4. Dukungan mendalam

Mengajarkan Kemampuan Perilaku Adaptasi siswa dalam bidang-bidang berikut (lihat Hardman, Drew,
Egan & Wolf, 1996; Wehmeyer, 2001):
1. Mengatasi tuntutan sekolah
2. Mengembangkan hubungan antar-pribadi
3. Mengembangkan kemampuan bahasa
4. Perkembangan sosioemosi
5. Pemeliharaan pribadi

Ketidakmampuan Belajar (LD-learning disabilities) adalah istilah umum untuk berbagai kelompok gangguan
yang dicirikan oleh kesulitan yang berarti dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan mendengar,
berbicara, membaca, menulis, bernalar, atau menghitung. Gangguan ini berasal dari orang tersebut dan dapat
terjadi sepanjang hidup.
Definisi yang lebih terdahulu juga menyebut secara khusus disleksia, kemampuan yang sangat lemah
untuk membaca; disgrafia, suatu kemampuan lemah untuk untuk menulis; dan diskalkulia, kemampuan yang
lemah untuk memepelajari matematika.
Beberapa karakteristik ketidakmampuan belajar adalah sebagai berikut:
 Kecerdasan normal atau bahkan berbakat.
 Ketidaksesuaian antara kecerdasan dan kinerja.
 Keterlambatan pencapaian.
 Kekurangan perhatian atau kekacauan pikiran yang tinggi.
 Hiperaktivitas atau dorongan hati.
 Koordinasi motorik dan kemampuan hubungan ruang yang buruk.
 Kesulitan menyelesaikan soal.
 Anomali persepsi, seperti membalik huruf, kata, atau angka.
 Kesulitan dengan kegiatan yang dimotivasi diri sendiri dan mandiri.

74
 Terlalu mengandalkan guru dan teman sebaya untuk mengerjakan tugas.
 Gangguan spesifik daya ingat, pemikiran, atau bahasa.
 Kemampuan sosial yang tidak dewasa.
 Pendekatan yang tidak tertata terhadap pembelajaran.

Definisi ketidakmampuan belajar secara historis telah mengharuskan agar terdapat pembedaan serius antara
kinerja aktual dan kinerja yang mungkin telah diperkirakan berdasarkan satu ujian fungsi kognisi atau lebih,
seperti ujian IQ (Meyer, 2000; Siegel, 2003).
Karakteristik siswa yang tidak mempunyai ketidakmampuan belajar cenderung mempunyai harga diri
akademis yang lebih rendah daripada siswa yang mampu, walaupun dalam bidang non-akademis harga diri
mereka tidak berbeda dari harga diri anak-anak lain (Bear, Minke & Manning, 2001; Elbaum & Vaughn, 2001;
Gresham & MacMillan, 1997; Kelly & Norwitch, 2004; Manning, Bear & Minke, 2001).

Mengajari Siswa yang Mempunyai Ketidakmampuan Belajar


1. Menekankan pencegahan
Pengajaran perseorangan utuk siswa kelas satu yang menangani kemampuan membaca dapat sangat efektif
mencegah ketidakmampuan membaca (Elbaum, Vaughn, Hughes & Moody, 2000; Lyons et al., 1993;
Morris, Tyner & Perney, 2000; Wasik & Slavin, 1993).
Penggunaan stategi membaca dini yang menekankan fonem, yang bermanfaat bagi kebanyakan anak, sangat
penting bagi sebagian besar anak-anak yang berisiko mengalami ketidakmampuan membaca. (Cavanaugh et
al., 2004; Schneider, Roth & Ennemoser, 2000; Snow, Burns & Griffin, 1998; Torgeson et al., 1999).
2. Mengajarkan kemampuan pembelajaran belajar
Siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar yang diajari secara langsung strategi belajar dan strategi
kognisi lain terbukti berkinerja jauh lebih baik di sekolah (Bryant, Ugel, Thompson & hampff, 1999;
Deshler, Ellis & Lenz, 1996; Gersten et al., 2001; Harris , Graham & Pressley, 2001; Jitendra et al., 2004;
Swanson, 2001; Swanson & Hoskyn, 1998).
3. Sering berikan umpan balik
Siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar mempunyai kemungkinan yang lebih kecil daripada siswa
lain yang mampu bekerja secara produktif untuk jangka waktu yang lama dengan sedikit atau sama sekali
tanpa umpan balik. Mereka berkinerja lebih baik dalam situasi di mana mereka sering memperoleh umpan
balik tentang upaya mereka.
4. Gunakan strategi pengajaran yang melibatkan siswa dengan aktif ke dalam pelajaran
Siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar sangat tidak mungkin belajar dari pengajaran yang
panjang. Mereka berkinerja paling baik ketika mereka dilibatkan dengan aktif yaitu banyak menggunakan
proyek praktis, pembelajaran kerja sama, dan metode pembelajran aktif lainnya.
5. Gunakan metode manajemen ruang kelas yang efektif
Metode manajemen ruang kelas yang efektif dapat sangat banyak mengurangi perilaku buruk, khususnya
strategi yang menekankan pencegahan.
6. Koordinasikan pelayanan pelengkap dengan pengajaran di ruang kelas

75
Banyak siswa yang mempunyai ketidakmampuan belajar akan membutuhkan semacam pelayanan
pelengkap, seperti pengajaran pribadi kelompok kecil, guru sumber pengetahuan tertentu, pengajaran
perorangan, atau pengajaran yang dibantu komputer.

Siswa yang Mempunyai Gangguan Hiperaktivitas Kekurangan Perhatian


ADHD—attention deficit hyperactivity disorder— mengalami kesulitan mempertahankan perhatian
karena keampuan terbatas untuk berkonsentrasi (Mash & Wolfe, 2003). ADHD meliputi tindakan yang tidak
terkendali, kekurangan perhatian, dan kadang-kadang perilaku hiperaktif. Anak-anak yang mempunyai ADHD
tidak memenuhi syarat untuk memperoleh pendidikan khusus kecuali mereka juga mempunyai kondisi
ketidakmampuan lain yang didefinisikan dalam undang-undang (Aleman, 1990).
Saran spesifik untuk guru kelas pendidikan umum yang mempunyai siswa ADHD meliputi hal-hal
berikut (lihat Schlozman & Schlozman, 2000; Smith, 2001; Teeter, 2000):
 Pastikan siswa memahami semua peraturan dan prosedur ruang kelas.
 Pertimbangkan dengan seksama susunan duduk siswa yang menderita ADHD untuk mencegah kekacauan
pikiran dan untuk memepertahankan siswa ini agar tetap dekat dengan guru.
 Berpegang erat pada prinsip-prinsip manajemen ruang kelas yang efektif.
 Pahamilah bahwa perilaku tertentu, walaupun tidak tidak diinginkan, tidak dimaksudkan untuk tidak
patuh—siswa dapat saja tidak sanggup mengendalikan perilaku mereka.
 Biarkanlah siswa yang hiperaktif mempunyai banyak kesempatan tampil aktif.
 Kelompokkanlah siswa yang menderita ADHD dengan bijaksana., dengan mempertimbangkan tujuan
kelompok tersebutdan siswa lain yang akan menjadi anggota kelompok tersebut.
 Pertahankanlah komunikasi yang berlangsung terus dengan keluarga siswa.

Siswa yang Mempunyai Kelemahan Berbicara atau Bahasa


1. Siswa yang mengalami gangguan berbicara
Masalah artikulasi lisan yang paling sering terjadi di kalangan anak-anak kelas awal sekolah dasar.
Gangguan berbicara dari segala jenis didiagnosa dan disembuhkan oleh ahli patologi berbicara atau ahli terapi
berbicara.
2. Siswa yang mempunyai gangguan bahasa
Gangguan bahasa (language disorder) adalah kelemahan kemampuan memahami bahasa atau
mengungkapkan gagasan kedalam bahsa ibu seseorang (Bernstein & Tiegerman-Farber, 2002). Kesulitan
memahami bahasa (gangguan bahasa reseptif) atau berkomunikasi (gangguan bahasa ekspresif) dapat berasal
dari masalah fisik seperti kelemahan pendengaran atau berbicara.

Siswa yang Mempunyai Gangguan Emosi dan Perilaku


Gangguan emosi dan perilaku adalah pengecualian yang dicirikan oleh masalah pembelajaran, hubungan antar-
pribadi, dan pengendalian perasaan dan perilaku. Siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
(emotional and behavioral disorder) telah didefinisikan sebagai orang yang kinerja pendidikannya secara
merugikan dipengaruhi dalam jangka waktu yang lama dengan kadar yang menyolok oleh setiap kondisi berikut
:

76
1. Ketidakmampuan belajar yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor intelektual, indera, atau kesehatan.
2. Ketidakmampuan membina atau mempertahankan hubungan antar-pribadi yang memuaskan dengan teman
sebaya dan guru.
3. Tipe perilaku atau perasaan yang tidak tepat dalam lingkungan normal.
4. Suasana hati ketidakbahagian atau depresi mendalam yang umum.
5. Kecenderungan mengembangkan gejala fisik, rasa sakit, atau ketakutan yang dikaitkan dengan masalah
pribadi atau sekolah.
Penyebab gangguan emosi dan perilaku mempengaruhi keluarga dapat mengganggu rasa keamanan dan harga
diri siswa dalam suatu kurun waktu. Perubahan struktur keluarga, misalnya dapat mengakibatkan anak murung,
marah, tidak aman, dan kesepian.
Karakteristik siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku meliputi pencapaian akademik yang
buruk, hubungan antar-pibadi yang buruk, dan harga diri yang buruk (Lewis & Sullivan, 1996). Quay & Werry
(1986) mencatat empat kategori umum: gangguan kelakuan, kecemasan-penarikan diri, ketidakdewasaan, dan
gangguan agresi sosial.

Siswa yang Mengalami Autisme


Departemen Pendidikan AS (1991) mendefinisikan autisme (autism) sebagai ketidakmampuan
perkembangan yang sangat mempengaruhi interaksi sosial dan komunikasi verbal dan nonverbal. Autisme
biasanya terlihat jelas sebelum usia tiga tahun dan biasanya sangat menarik diri dan mengalami kesulitan yang
begitu parah menyangkut bahasa sehingga mereka dapat saja sama sekali bisu. Mereka sering terlibat ke dalam
kegiatan merangsang diri sendiri seperti berayun, memutar badan, atau mengepakkan tangan. Namun, mereka
dapat mempunyai kemampuan normal atau bahkan luar biasa dalam bidang-bidang tertentu.

Siswa yang Mengalami Kelemahan Indera, Fisik, dan Kesehatan


Kelemahan indera merupakan masalah yang menyangkut kemampuan menerima informasi melalui
indera tubuh. Siswa yang mengalami ketidakmampuan penglihatan dianggap sebagai kadar memampuan yang
tidak dapat diperbaiki sehingga tidak dapat melihat dengan baik.
Siswa yang tuli atau sulit mendengar dianggap sebagai ketidakmampuan yang tidak dapat diperbaiki
untuk mendengar dengan baik.

SISWA YANG BERBAKAT DAN BERTALENTA


Bakat adalah kemampuan intelektual, kreativitas, atau talenta yang luar biasa. Undang-undang Orang
yang Berbakat dan Bertalenta 1978 menyatakan bahwa
Orang yang berbakt dan bertalenta adalah anak-anak . . . yang diidentifikasi . . . memiliki kemampuan
yang diperlihatkan atau potensial yang memberikan bukti kemampuan kinerja yang tinggi dalam bidang
seperti kemampuan intelektual, kreatif, akademis tertentu atau kepemimpinan atau dalam seni
pertunjukan atau visual dan dengan alasan itu memerlukan pelayanan atau kegiatan yang tidak biasa
diberikan oleh sekolah (Undang-undang Publik 95-561, Bagian 902).
Karakteristik siswa yang berbakat dan bertalenta yaitu tampil unggul secara akademis dan biasanya belajar
membaca lebih awal. Pendidikan siswa yang berbakat biasanya program percepatan dan program pengayaan.

77
Program percepatan merupakan peningkatan cepat melalui pelajaran tingkat lanjut bagi siswa yang berbakat
atau bertalenta. Program pengayaan merupakan program dimana tugas atau kegiatan dirancang untuk
memperluas atau memperdalam pengetahuan siswa yang menguasai pelajaran di ruang kelas dengan cepat.

PENDIDIKAN KHUSUS (special education) merupakan program yang memenuhi kebutuhan siswa yang
mempunyai ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Keenam prinsip Undang-undang Pendidikan Individu
yang Mempunyai Ketidakmampuan (IDEA) ’97 sebagai berikut :
1. Pendidikan umum cuma-cuma yang tepat.
2. Evaluasi yang tepat.
3. Program pendidikan individualisasi.
Program yang disesuaikan dengan kebutuhan pelajar yang mempunyai pengecualian.
4. Lingkungan yang paling sedikit membatasi.
5. Partisipasi orang tua dan siswa ke dalam pengambilan keputusan.
6. Perlindungan prosedur.

Berbagai jenis pelayanan pendidikan khusus, sebagai berikut:


1. Pendidikan khusus lebih dari 3 jam per hari; pendidikan khusus yang berdiri sendiri.
2. Sekolah pagi khusus
3. Penempatan ruang kelas pendidikan umum.
4. Kolaborasi dengan guru konsultasi dan profesional lain.
5. Untuk beberapa jenis ketidakmampuan, guru keliling (bepergian) memberikan pelayanan khusus kepada
siswa beberapa kali per minggu.
6. Pelayanan terkait.
Pengajaran tim yang melibatkan guru pendidikan umum dan pendidikan khusus juga meningkatkan komunikasi
di antara para guru (Hardin & McNelis, 1996)

PENYATUAN/PENGGABUNGAN
Sebagaimana telah dicatat, klausa mengharuskan agar siswa yang mempunyai pengecualian
ditempatkan ke dalam lingkungan yang paling sedikit membatasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketentuan ini menghasilkan hubungan yang sangat meningkat antara siswa yang mempunyai ketidakmampuan
dan siswa yang mampu. Penyatuan penuh berarti bahwa siswa yang mempunyai ketidakmampuan atau berisiko
menerima semua pengajaran mereka dapat lingkungan pendidikan umum; pelayanan dukungan diberikan
kepada siswa. Penyatuan sebagian berarti bahwa siswa memperoleh kebanyakan pengajaran mereka dalam
lingkungan pendidikan umum, tetapi siswa tersebut dapat dicabut ke lingkungan pengajaran lain apabila
lingkungan seperti itu dianggap sesuai bagi kebutuhan masing-masing siswa tadi.
Riset tentang penyatuan—mainstreaming (pengelompokan utama) telah terfokus pada siswa yang
mengalami ketidakmampuan belajar, keterbelakangan ringan, dan gangguan emosi ringan, yang kekurangannya
dapat diistilahkan “ketidakmampuan akademis ringan”(mild academic disabilities) (Holloway, 2001; Manset &
Semmel, 1997). Beberapa studi telah membandingkan siswa yang mempunyai ketidakmampuan ringan dalam
kelas pendidikan khusus dengan siswa dalam kelas pendidikan umum. Ketika guru pendidikan umum

78
menggunakan metode pengajaran yang dirancang untuk mengakomodasi berbagai jenis kemampuan siswa,
siswa yang mengalami ketidakmampuan ringan pada umumnya belajar jauh lebih baik di ruang kelas
pendidikan umum daripada di kelas pendidikan khusus.
Menyesuaikan pengajaran unttuk siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, sebagai berikut:
1. Penyesuaian format untuk tugas tertulis
2. Penyesuaian isi
3. Penyesuaian cara komunikasi
Mengajarkan strategi pembelajaran dan kesadaran metakognisi yaitu dengan cara seperti metode membuat
catatan, meringkas dan menghafal telah sangat berhasil di kalangan anak-anak dan remaja yang mempunyai
ketidakmampuan belajar.

PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM MEMBANTU KETIDAKMAMPUAN SISWA


Penggunaan komputer mempunyai empat kelebihan dalam membantu pengajaran individual bagi siswa
yang mempunyai ketidakmampuan, yaitu :
1. Komputer dapat membantu mengindividualisasikan pengajaran dari sudut metode penyampaian,
kecepatan penyajian, seperti teks yang dapat diperbesar,dll
2. Komputer dapat memberikan umpan balik perbaikan langsung dan penekanan peran aktif anak dalam
pembelajaran.
3. Kompuetr dapat memikat perhatian anak yang pikirannya mudah kacau
4. Pengajaran dengan komputer dapat memberikan motivasi dan bersifat sabar

Bagi siswa yang mempunyai pengendalian motorik terbatas :


1. Penggunaan mouse dan cursor memungkinkan siswa yang mempunyai keterbatasan dalam
penggunaan keyboard
2. Adanya touch screen juga dapat memudahkan siswa hanya dengan menekan langsung pada
layar, bukan pada keyboard

Bagi siswa yang mempunyai kelemahan visual :


1. Teks yang dapat diperbesar pada layar dapat memudahkan siawa yang mempunyai
keterbatasan visual
2. Scanner memungkinkan siswa men-scan atau mengcopy dokumen
3. Alat bantu suara/audio dapat menyampaikan suara secara lantang, alat ini dapat menyimpan
dokumen dalam bentuk format audio.

SISTEM SAHABAT DAN PENGAJARAN PRIBADI OLEH TEMAN


Salah satu cara membant siswa yang mempunyai ketidakmampuan adalah dengan memberikan bantuan
pengajaran dari siswa yang pintar/mampu, yaitu dengan sistem tutor teman sebaya untuk membantu masalah
belajar dan sistem sahabat untuk kebutuhan non-pengajaran.

79
Siswa yang sukarela menjadi sahabat siswa berkebutuhan khusus tersebut dapat membantu siswa dalam
menyelsaikan tugas rutin di ruang kelas, menyesuaikan diri dengan ruang kelas pendidikan umum, memberikan
pengarahan untuk melakukan kegiatan.
Cara lainnya dalam membantu siswa berkebutuhan khusus ini adalah dengan menggunakan pengajaran
pribadi oleh teman/ tutor teman sebaya. Namun teman tersebut harus diajari bagaimana memberikan bantuan
dengan memberikan contoh dan menjelaskan, bagaimana memberikan umpan balik positif dan perbaikan
spesifik, dan kapan siswa tersebut bekerja sendiri.

PENGGABUNGAN SOSIAL SISWA YANG MEMPUNYAI KETIDAKMAMPUAN


Penempatan siswa dalam raung kelas umum hanyalah salah satu cara dalam memberikan pengajaran
yang sama baiknya dengan mereka yang normal, namun peran guru disini sangat penting dalam memberikan
efek pencapaian pengajaran dan perilaku siswa. Salah satu strateginya adalah : dengan menggunakan metode
pembelajaran kerja sama (Nevin, 1998; Slavin & Stevens, 1991; Stevens & Slavin, 1995a).
Kiat-kiat untuk menyatukan siswa sekolah menengah di ruang kelas pendidikan umum :
Siswa SMP yang mempunyai ketidakmampuan belajar :
1. Secara khusus ajarkan strategi merekam diri sendiri seperti menanyakan “Apakah saya memberikan
perhatian?”
2. Hubungkanlah bahan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan
mengambil implikasi spesifik dari informasi yang tidak asing lagi
3. Ajarkanlah penggunaan sarana peningkatan daya ingat external, spereti daftar dan pembuatan
catatan.
4. Doronglah untuk mengunakan alat bantu misalnya alat rekam, dll

Siswa sekolah menengah yang mempunyai gangguan emosi dan perilaku :


1. Ciptakan hubunganpositif dalam ruang kelas, melalui penggunaan kelompok belajar dengan
penugasan yang bersifat kelompok
2. Gunakanlah standart untuk semua siswa bagi kelakuan dan konsekuensi perilaku yang positif dan negatif
3. Fokuskan upaya guru untuk mengembangkan hubungan yang positif dengan menyapanya secara teratur,
bicara secara informal pada waktu yang tepat, memberikan perhatian terhadap kinerja tugasnya.
4. Sadarilah perubahan perilaku sering terjadi secara bertahap, kadang terjadi sesuatu yang heboh, dll.
5. Bekerjasamalah dengan tim guru untuk menyadari perilaku guru yang mungkin saja
merugikan/mempengaruhi kinerja siswa.

80

You might also like