You are on page 1of 6

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN CEPAT PADA KOAGULASI

MENGGUNAKAN METODE PENGADUK MAGNETIK

Putri Novika Lestari 1*, Amilia Linggawati2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
2
Dosen Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
*
putri.novika@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Coagulation is a process of destabilizing colloidal loads with a substance called


coagulant. This study studied the coagulation of synthetic mud water samples using
alum coagulant. Coagulation was carried out by the magnetic stirrer method at 200 rpm
(fixed stirring) with a stirring time variation of 1; 2; 3 and 4 minutes. Parameters
observed in this study were color, turbidity and TDS (Total Dissolve Solid). The optimal
stirring time was 3 minutes with efficiency of removal 99.88% for color, 100% of
turbidity and 6.47% of TDS (Total Dissolve Solid).

Keywords : Coagulation, magnetic stirrer, stirring time

ABSTRAK
Koagulasi merupakan suatu proses destabilisasi muatan koloid dengan suatu zat yang
disebut koagulan. Penelitian ini mempelajari koagulasi sampel air lumpur sintetik
menggunakan koagulan tawas. Koagulasi dilakukan dengan metode metode pengaduk
magnetik pada kecepatan pengadukan 200 rpm (pengadukan tetap) dengan variasi
waktu pengadukan 1; 2; 3 dan 4 menit. Parameter kualitas air yang diamati adalah
warna, kekeruhan dan TDS (Total Dissolve Solid). Hasil analisis optimal pada waktu
pengadukan dengan efisiensi penyisihan warna sebesar 99.88%, kekeruhan 100% dan
TDS sebesar 6.47%.

Kata kunci: Koagulasi, pengaduk magnetik, waktu pengadukan

PENDAHULUAN pengadukan, jenis koagulan, dan dosis


koagulan. Beberapa peneliti telah
Koagulasi merupakan suatu proses melakukan pengolahan air secara
destabilisasi muatan koloid dengan suatu koagulasi, dari penelitian tersebut
zat yang disebut koagulan. Faktor-faktor digunakan alat pendukung koagulasi
yang mempengaruhi koagulasi yaitu seperti jar test (skala laboratorium),
kecepatan pengadukan, waktu

1
namun tidak semua laboratorium 009, Spektrofotometer UV-Vis (UV-Vis
memiliki alat tersebut sehingga Genesys 10S), Turbidimeter (Orbeco-
digunakan alat alternatif pengganti jar Hellige), Neraca analitis (Mettler Toledo
test yaitu pengaduk magnetik. AL204), Hot Plate Stirrer, Magnetic
Pengaduk magnetik memiliki prinsip Stirrers, desikator, sedimentation cone,
yang sama dengan jar test yaitu botol sampel dan peralatan gelas standar
pengadukan. Pengaduk magnetik lainnya.
merupakan suatu alat yang digunakan Bahan yang digunakan dalam
untuk mengaduk cairan kimia dengan penelitian ini adalah air lumpur sintetik,
menggunakan putaran medan magnet kertas saring Whatman No.42, tawas,
untuk memutar stir bars sehingga larutan buffer pH 4 dan 7 dan Akuades.
membantu proses homogenasi. Seperti
namanya, alat ini tidak dapat dilepaskan b. Persiapan sampel air lumpur
dengan magnetic bar yang berfungsi Tanah lumpur basah dijemur selama
untuk melakukan pengadukan tersebut. kurang lebih 12 jam di bawah sinar
Penelitian ini mempelajari matahari hingga kering untuk
pengaruh variasi waktu pengadukan menghilangkan sebagian kadar air.
cepat selama koagulasi menggunakan Setelah kering, lumpur tersebut digerus
metode pengaduk magnetik. Koagulan sampai halus, lalu diayak menggunakan
yang digunakan pada penelitian ini ayakan 100-200 mesh. Sampel yang
adalah koagulan komersial yaitu tawas. digunakan adalah yang tertahan di 200
Menurut Winarni et al (2011), dosis mesh. Sampel tersebut dicampur dengan
tawas yang digunakan adalah 0,5 g tawas air dan dihomogenkan dengan
dalam 500 mL air sampel. Winarni et al, perbandingan 0,5 g sampel lumpur
(2011) telah melakukan penelitian terkait dilarutkan dalam 1 L air (Xu et al.,
koagulasi menggunakan koagulan tawas, 2016). Sampel yang telah dihomogenkan
penelitian tersebut melaporkan bahwa didiamkan selama 24 jam kemudian
dosis tawas optimum dapat menurunkan dipisahkan antara suspensi dan larutan
partikel pengotor yang terdapat dalam koloidnya. Larutan koloid dari air
air sampel pada dosis 0,5 gram dalam lumpur tersebut diukur pHnya dan
500 mL air sampel dengan penyisihan dimasukkan ke dalam botol untuk
warna 98% dan kekeruhan 95%. Air dilakukan analisis warna, kekeruhan, dan
sampel uji merupakan koloid dari TDS.
campuran lumpur kering yang dicampur
dengan akuades. Tujuan penggunaan air c. Analisis parameter air lumpur
lumpur sebagai sampel uji adalah untuk sebelum dikoagulasi
menyamakan kondisi sampel jika dilihat Air lumpur sebelum dikoagulasi
dari beberapa parameter yang akan diuji terlebih dahulu dianalisis untuk
seperti warna, kekeruhan dan TDS menentukan karakteristik air lumpur
(Total Dissolve Solid). awal. Parameter air lumpur yang diamati
adalah warna, kekeruhan, dan TDS.
METODE PENELITIAN Analisis parameter ini diulangi sebanyak
3 kali.
a. Alat dan Bahan 1. Kekeruhan
Peralatan yang digunakan dalam Kekeruhan sampel air lumpur
penelitian ini adalah pH meter pen pH- sintetik pasca koagulasi dianalisis

2
menggunakan alat turbidimeter. Alat d. Koagulasi menggunakan koagulan
tersebut dikalibrasi terlebih dahulu tawas dengan metode pengaduk
menggunakan baku standar kekeruhan. magnetik
Sampel dimasukkan ke dalam tabung Beaker glass ukuran 1000 mL
Nephelometer, kemudian dimasukkan ke diambil sebanyak 4 buah, kedalam
dalam alat Turbidimeter. Nilai masing-masing beaker glass diisi dengan
kekeruhan yang ditunjukkan pada alat 500 mL sampel air lumpur sintetik dan
tersebut kemudian dicatat. diletakkan di atas alat pengaduk
magnetik. Setelah itu, ditambahkan
2. Warna koagulan tawas sebanyak 0,5 g pada
Analisis warna sampel air lumpur masing-masing gelas beaker yang telah
sintetik dilakukan menggunakan berisi sampel air lumpur (Winarni et al,
spektrofotometer UV-Vis (Spectroquant 2011). Pada koagulasi tersebut kinerja
pharo 300) pada panjang gelombang 510 koagulan tawas menggunakan metode
nm. Alat tersebut dikalibrasi terlebih pengaduk magnetik diamati melalui
dahulu menggunakan akuades. analisis variasi waktu pengadukan cepat.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam Berdasarkan kajian Fitriani (2018),
kuvet dan intensitas warna yang terukur koagulasi ini dimulai dengan
dicatat. pengadukan cepat 200 rpm (pengadukan
tetap) dan dikontakkan pada variasi
3. TDS (Total Dissolved Solid) waktu 1; 2; 3; 4 menit. Untuk
Sebanyak 50 mL sampel hasil pengadukan lambat dilakukan sesuai
koagulasi disaring menggunakan kertas dengan prosedur standar yaitu 40 rpm
saring whatman No. 42 dan ditampung selama 10 menit.
filtratnya ke dalam gelas beaker. Gelas
beaker yang telah berisi filtrat
dipanaskan hingga semua airnya HASIL DAN PEMBAHASAN
menguap. Gelas beaker tersebut
dikeringkan di dalam oven pada suhu a. Pembuatan sampel air lumpur
100 ± 5ᴼC sampai benar-benar kering, sintetik
kemudian dimasukkan ke dalam
Sampel air lumpur sintetik dibuat
desikator selama 15 menit dan
dari tanah lumpur yang berwarna coklat
ditimbang. Berat yang didapat dicatat
kehitaman. Setelah proses pengeringan,
dan nilai TDS ditentukan dengan
penggerusan, pengayakan dan
menggunakan persamaan (2.1) :
pencampuran dengan air, maka
TDS = ...................(2.1) dihasilkan air lumpur yang berwarna
kuning kecoklatan.

Keterangan :
b. Analisis air lumpur sebelum
W1 = berat gelas beaker sebelum koagulasi
penyaringan (mg) Air lumpur sebelum koagulasi
W2 = berat gelas beaker sesudah dianalisis terlebih dahulu berdasarkan
penyaringan (mg) parameter warna, kekeruhan, dan TDS
(Total Dissolved Solid). Hasil analisis air
lumpur sebelum koagulasi ditampilkan

3
pada Tabel 1.
d. Analisis parameter air lumpur
Tabel 1. Karakter air lumpur sintetik sintetik setelah koagulasi
sebelum koagulasi menggunakan metode pengaduk
Parameter Karakter air magnetik dengan variasi waktu
lumpur pasca pengadukan
koagulasi Sampel air lumpur sintetik setelah
koagulasi dengan variasi waktu
Kekeruhan (NTU) 671 pengadukan cepat dianalisis parameter
warna, kekeruhan dan TDS dilihat pada
Warna (TCU) 10.625 Gambar 1.
TDS (mg/L) 926

c. Analisis air lumpur setelah koagulasi


Setelah koagulasi, maka perlu
dilakukan analisis kualitas air sesuai
parameter sebelum koagulasi yaitu
warna, kekeruhan dan TDS. Analisis
parameter kualitas air lumpur sintetik
setelah koagulasi dilakukan untuk
mengetahui kinerja metode pengaduk
magnetik pada variasi waktu Gambar 1. Analisis parameter air lumpur
pengadukan. Hasil analisis parameter air sintetik menggunakan metode
lumpur sintetik meliputi warna, pengaduk magnetik pada
kekeruhan dan TDS dengan variasi kecepatan pengadukan 200
waktu pengadukan cepat setelah rpm.
koagulasi menggunakan metode
pengaduk magnetik ditampilkan pada Intensitas warna air lumpur sebelum
Tabel 2. koagulasi adalah 10.625 TCU. Pada
Tabel 2. Karakter air lumpur setelah penggunaan metode pengaduk magnetik
koagulasi menggunakan metode penurunan intensitas warna optimum
pengaduk magnetik pada waktu pengadukan selama 3 menit
Waktu Penyisihan (%) dengan intensitas warna 12 TCU
pengadukan
(efesiensi penyisihan 99,98%). Waktu
(menit)
Warna Kekeruhan TDS
pengadukan bertujuan untuk membentuk
turbulensi dalam air sehingga dapat
1 99,87 100 98,57 mendispersikan koagulan ke dalam air
secara merata. Turunnya intensitas
2 99,84 99,98 98,79 warna pada air lumpur disebabkan
3 99,88 100 98,86 karena adanya interaksi antara koagulan
yang memiliki muatan positif dengan
4 99,84 100 99,06 partikel koloid dari sampel air lumpur
yang memiliki muatan negatif. Hal ini

4
akan menyebabkan netralisasi muatan sudah dilakukan proses koagulasi, yaitu
sehingga terjadi destabilisasi koloid Pb, Ni, Zn, Mg dan Ca. Tingginya nilai
membentuk mikroflok (Widyaningsih TDS pasca koagulasi juga dipengaruhi
dan Syafei, 2013). oleh penggunaan koagulan tawas karena
Kekeruhan menggambarkan sifat tawas mudah terhidrolisis dalam air.
optik air yang ditentukan berdasarkan Menurut Abidin (2012), dalam koagulan
banyaknya cahaya yang diserap dan tawas terdapat ion sulfat (SO42-) yang
dihamburkan oleh bahan-bahan yang disebabkan oleh reaksi reaksi hidrolisis
terdapat di dalam air (Effendi, 2003). yang disertai dengan pelepasan ion
Intensitas kekeruhan air lumpur sebelum hidrogen. Kandungan ion-ion yang
koagulasi 671 NTU. Koagulasi dengan cukup tinggi pada koagulan tawas
menggunakan variasi waktu pengadukan merupakan penyebab dari tingginya
mampu menurunkan nilai kekeruhan air konsentrasi TDS pada air limbah.
lumpur. Penurunan intensitas kekeruhan Menurut Fitriani (2018) ion-ion logam
menggunakan metode pengaduk yang berasal dari air sampel juga dapat
magnetik optimum pada waktu meningkatkan nilai TDS air tersebut
pengadukan 3 menit dengan intensitas meskipun sudah dilakukan koagulasi.
kekeruhan 0 NTU (efesiensi penyisihan Ion-ion yang mudah larut ini memiliki
100%). Menurut Metcalf et al, (2004), ikatan yang sangat kuat terhadap air
berkurangnya kekeruhan karena sampel, sehingga tidak bisa dipisahkan
penggunaan biokoagulan akibat dengan proses koagulasi.
terjadinya sweep floc coagulation yaitu Menurut Aktas et al, (2012) waktu
partikel koloid terjerap oleh makroflok. pengadukan yang melebihi waktu
Selain itu, kekeruhan berkurang seiring pengadukan optimum tidak lagi
dengan penyisihan zat organik yaitu memperbesar ukuran flok, karena flok
asam humat yang diikat koagulan sudah berada pada kondisi jenuh.
menjadi flok. Penambahan waktu pengadukan akan
TDS merupakan kelanjutan dari menurunkan presentase efektifitas
analisis TSS yaitu zat padat yang lolos koagulasi karena flok-flok akan terurai
pada kertas saring pada analisis TSS. kembali menjadi partikel-partikel kecil
Nilai TDS air lumpur sintetik sebelum yang sulit mengendap. Fitriani (2018)
koagulasi adalah 926 mg/L. Pada juga melaporkan bahwa semakin lama
penggunaan metode pengaduk magnetik waktu pengadukan maka proses
penurunan nilai TDS optimum pada pembentukan flok semakin banyak,
waktu pengadukan 3 menit dengan nilai namun penambahan waktu pengadukan
TDS 866 mg/L (efesiensi penyisihan yang berlebihan dapat menurunkan
6,47%). efesiensi penyisihan padatan. Hasil
Merujuk pada Gambar 1, terlihat analisis parameter kualitas air meliputi
bahwa nilai TDS setelah koagulasi warna, kekeruhan, dan TDS setelah
dengan pengaduk magnetik dengan koagulasi menggunakan metode
variasi waktu pengadukan cepat justru pengaduk magnetik pada kecepatan
90% semakin meningkat dibandingkan pengadukan tetap 200 rpm optimum
dengan nilai TDS sebelum koagulasi. pada waktu pengadukan selama 3 menit
Hargreaves et al., (2018) menyatakan dan mampu menurunkan padatan
bahwa ada beberapa ion-ion logam yang tersuspensi (pengotor) pada air sampel
sangat larut dalam air limbah meskipun lumpur sintetik.

5
KESIMPULAN alumunium sulfat pada proses
penjernihan air menggunakan
Hasil analisis kualitas air warna, metode genetic. Jurnal Teknik
kekeruhan dan TDS lumpur sintetik Pomits. 2(2):2301-9271.
setelah koagulasi menggunakan metode
pengaduk magnetik pada kecepatan Hargreaves, A.j., Peter, V., Jonathan,
pengadukan tetap 200 rpm didapatkan W., Luca, A., Carios, C., Gabriela,
hasil optimum pada waktu pengadukan D., Elise, C., & Pablo , C. 2018.
selama 3 menit dengan penyisihan warna Impacts of coagulation-flocculation
99,88%, kekeruhan 100% dan TDS treatment on the size distribution
6,47%. and bioavailability of trace metals
(Cu, Pb, Ni, Zn) in municipal
UCAPAN TERIMA KASIH wastewater. Water Research.
128(1):120-128.
Penelitian ini berlangsung ats dukungan
dana hibah skema penelitian unggulan Metcalf, E, I., George, T., & Franklin, B.
Universitas Riau tahun anggaran 2018 2004. Wastewater Engineering
No. 635/UN.19.5.1.3/PP.2018. Treatment and Reuse. New York:
Mc Graw Hill.
DAFTAR PUSTAKA
Widyaningsih, H.A., & Syafei, A.D.
Abidin, Z. 2012. Perbandingan 2013. Resirkulasi flok untuk
penggunaan PAC dan alum sebagai kekeruhan rendah pada kali
koagulan pada air limbah industri pelayaran sidoarjo dengan sistem
PT. Nalco Indonesia. Skripsi. batch. Jurnal Teknik Lingkungan.
Bogor. Universitas Pakutan. 4(1): 121-130.
Aktas, T.S., Fujibayashi, M., Maruo, C.,
Nomura, M., & Nishimura, O. 2012. Winarni., Iswanto, B., & Karina, C.
Influence of velocity gradient and 2011. Pengaruh pengadukan pada
rapid mixing time on flocs formed koagulasi menggunakan alum.
by polysilica iron (PSI) and Jurnal Sains dan Teknologi.
polyaluminum chloride (PACl). 5(6):201-206.
Journal Desalination And Water
Treatment. 2(2): 891-898.
Xu. Y., Chen. T., Cui. F., & Shi. W.
Effendi, H. 2012. Telaah Kualitas Air. 2016. Effect of reused alum-humic-
Yogyakarta: Kanisius. floc on coagulan performance and
characteristics formed by aluminum
Fitriani, H.N. 2018. Pengaruh laju dan salt coagulants in humic-acid water.
waktu pengadukan dalam proses Chemical Engineering Journal.
koagulasi sampel air sungai siak 287:225-232.
menggunakan koagulan cair
berbasis lempung alam. Skripsi.
Pekanbaru : Universitas Riau.

Gamayanti, N. 2013. Estimasi dosis

You might also like