You are on page 1of 5

BAB 3

ANALISIS
3.1 Prosedur Sistem Rujukan
Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan
kesehatan secara bermutu, sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus
menggunakan biaya yang mahal. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Sistem rujukan
mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang yang mempunyai masalah
kesehatan tertentu untuk memeriksakan kesehatannya.
Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer yang
berfungsi sebagai kontak pertama pelayanan kesehatan formal dan gate keeper
rujukan sesuai standar pelayanan medis. Puskesmas harus dapat memberikan
penanganan awal kasus medis yang masih dapat ditangani di puskesmas sebelum
dilakukan rujukan kepada pasien.
Pelaksanaan rujukan yang terjadi di lapangan berbeda bahwa beberapa
rujukan terjadi atas permintaan pasien, pasienpun menentukan dalam pemberian
rujukan. Namun tak jarang pula pada puskesmas terdapat pasien yang bersikeras
untuk meminta dirujuk padahal kondisi kesehatannya tidak membutuhkan rujukan
sehingga tak jarang dokter dan petugas rujukan berdebat dengan pasien yang
meminta rujukan atas permintaan sendiri. Pasien menuntut jika menginginkan
rujukan karena mereka kurang percaya dengan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama, sehingga walaupun dijelaskan berulang-ulang bahwa
penyakitnya dapat diobati di puskesmas namun bersikeras untuk tetap meminta
rujukan dengan mengancam untuk keluar dari puskesmas.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) meliputi puskesmas atau yang
setara, praktik dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara, dan
rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara (Faulina, 2016). Prosedur rujukan
diawali dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan di FKTP dalam hal ini puskesmas. Jika
puskesmas tidak memiliki kemampuan dan kewenangan serta pasien
membutuhkan pelayanan kesehatan lanjutan, puskesmas wajib merujuk.
Pelaksanaan rujukan harus memenuhi standar prosedur meliputi merujuk,
menerima rujukan, membalas rujukan, menerima balasan rujukan, pengelolaan
pasien di ambulans, dan rujukan kasus khusus. Rujukan juga harus memenuhi
persyaratan yaitu klinis dan administratif. Kelengkapan sarana dan prasarana di
puskesmas juga akan memperngaruhi dokter dalam memberikan rujukan kepada
pasien.
3.2 Bentuk Pelayanan
Bentuk pelayanan puskesmas dalam 6 pokok program kerja yaitu:
1. Program promosi kesehatan meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan
menyangkut PHBS, dan pembentukan desa siaga. Program promosi kesehatan
merupakan program pelayanan kesehatan di puskesmas yang berhubungan
langsung dengan penyuluhan kesehatan masyarakat, yaitu sosialisasi tentang
kesehatan, PHBS, pembentukan desa siaga dan praktek cuci tangan
menggunakan sabun.
2. Program kesehatan lingkungan meliputi rumah sehat, air bersih, dan SPAL.
Program kesehatan lingkungan merupakan program pelayanan kesehatan di
puskesmas yang berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar baik di
lingkungan sekitar puskesmas maupun lingkungan pemukiman. Kegiatan-
kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan puskesmas
meliputi: penyehatan air, penyehatan makanan dan minumam, pengawasan
pembuangan kotoran manusia, pengawasan dan pembuangan sampah dan
limbah, penyehatan pemukimam, pengawasan sanitasi tempat umum,
pengamanan polusi industri pengamanan pestisida, dan klinik sanitasi.
3. Program KIA/KB meliputi KB aktif dan KB tidak aktif, K1 murni dan K1 tidak
murni. Program KIA/KB merupakan hal yang memberikan pelayanan
kebidanan dasar kepada ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan antenatal,
pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir,
memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer sesuai kebutuhan memantau
cakupan pelayanan kebidanan dasar dan penanganan kedaruratan kebidanan
neonatal, meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan,
menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya KIA, memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh
bayi baru lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap
hangat, menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana
neonatal sakit, melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita
dan anak pra sekolah yang meliputi perawatan bayi baru lahir, pemeriksaan
kesehatan rutin, pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi.
4. Program perbaikan gizi meliputi pengukuran status gizi, ASI eksklusif, dan
imunisasi. Program gizi masyarakat merupakan program pelayanan kesehatan
di puskesmas yang berhubungan langsung dengan kesehatan gizi ibu dan anak,
yaitu pemberian vitamin A, monitoring ASI Eksklusif, pemberian Fe pada ibu
hamil, pemantauan status gizi buruk dan kekurangan energi kronik (KEK) pada
ibu hamil baik dan lain sebagainya. Upaya pencegahan dan perbaikan gizi di
puskesmas meliputi: upaya perbaikan gizi keluarga, upaya perbaikan gizi
Institusi, upaya penanggulangan kelainan gizi, pencegahan dan
penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium, pencegahan dan
penanggulangan anemia besi, pencegahan dan penanggulangan kurang kalori
energi protein dan kurang energi kronis, pencegahan dan penanggulangan
kekurangan vitamin A, pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan
gizi mikro lain, dan pencegahan dan penenggulangan masalah gizi lebih.
5. Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular (P2M) meliputi
penyakit HIV/AIDS, hepatitis, demam berdarah, kusta, TB paru, diare,
campak, ISPA dan lain-lain sedangkan penyakit tidak menular meliputi kanker,
rematik, asma, diabetes millitus (DM), hipertensi, penyakit jantung, gangguan
sirkulasi, dan lain-lain. Program P2M merupakan program pelayanan kesehatan
di puskesmas yang berhubungan langsung dengan pengendalian dan
pemberantasan penyakit menular dan tidak menular, yaitu dengan pemeriksaan
sampel darah dan pemberian obat dengan upaya-upaya berupa pengobatan
dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di
tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai
termasuk rujukan pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan
misalnya: abatisasi pada kejadian luar biasa (KLB), DBD, kaporisasi pada
sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, melakukan kegiatan pendukung
yaitu penyuluhan, pengamatan dan logistik. Program pencegahan adalah
mencegah agar penyakit menular tidak menyebar di dalam masyarakat yang
dilakukan dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
6. Program Pengabdian & Pemberdayaan Masyarakat (P3M) meliputi pelayanan
medis dan usaha kesehatan sekolah. Program P3K merupakan program
pelayanan kesehatan di puskesmas yang berhubungan langsung dengan
pemberi pertolongan terhadap penyakit yang dialami pasien yang datang
berobat. Pelayanan Medik Rawat Jalan adalah pelayanan medik yang dilakukan
oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi
bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang pelayanan
kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa
pelayanan kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis kelamin, yang
dapat diselenggarakan pada ruang praktek.
3.3 Macam Rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
didalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah)
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
a. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi
(pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik
sanitasi puskesmas.
Secara konseptual sistem rujukan terdiri atas:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah
medik perorangan yang antara lain meliputi:
a) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operasional dan lain-lain.
b) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang
lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
a) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan
kamtibmas, dan lain-lain.
c) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada
saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan
massal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
d) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral.
e) Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat

You might also like