Professional Documents
Culture Documents
Makalah KEL 4 Praktikum Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi D3RK
Makalah KEL 4 Praktikum Ilmu Perilaku Dan Etika Profesi D3RK
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. K.Bertens
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral)
yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai Bersama
b. Siti Nafsiah
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai
sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai
sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain
(orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian,
keterampilan, profesionalisme, dan tanggung jawab.
c. Doni Koesoema A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud
sebagai jabatan
didalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian
tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut
serta pelayanan baku terhadap masyarakat
A. Profesi
B. Profesional
PEMBAHASAN
Studi Kasus
Identifikasi Masalah:
- UU No. 5 tahun 1997
Pasal 33
1. Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan
farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/atau
lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan
mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan
psikotropika.
Pasal 34
1. Pabrik obat, pedagang besar farmasi, apotek, rumah sakit,
puskesmas, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan wajib
melaporkan catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
kepada Menteri secara berkala.
Pasal 14
4. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas
dan balai pengobatan, puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
Pasal 14
1. Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter
2. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan
kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
dokter dan kepada pengguna/pasien.
6. Penyerahan psikotropika oleh dokter sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan dalam hal :
a) menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan;
b) menolong orang sakit dalam keadaan darurat;
c) menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
7. Psikotropika yang diserahkan dokter sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) hanya dapat diperoleh dari apotek.
Pasal 5 :
Ayat 1 :
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
Ayat 2 :
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Ayat 3 :
Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.
Pasal 9 :
Pasal 1 :
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan,
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Pasal 2 :
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya
meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Pasal 12 :
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 32 :
Ayat 1 :
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu.
Ayat 2 :
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.
Pasal 53 :
Ayat 1 :
Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
dan keluarga.
Ayat 3 :
Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa
pasien dibanding kepentingan lainnya.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan
kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien. (2)
Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Pasal 85
1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa pasien
dan pencegahan kecacatan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu.
Pasal 102
Ayat 1 :
Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan
psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
• PP 51 tahun 2009 pasal 24 ayat c:
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, Apoteker dapat menyerahkan obat keras, narkotika
dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan:
• Berdasarkan UU 36 tahun 2009 pasal 102 ayat 2 dan PP 51
tahun 2009 pasal 24 ayat c, tindakan Apoteker S merupakan
sebuah pelanggaran dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian karena memberikan obat Valisanbe rectal yang
isinya adalah Diazepam yang termasuk dalam golongan
psikotropika.
• Akan tetapi tindakan Apoteker S tidak sepenuhnya salah
kerena keadaan anak tersebut dalam kondisi darurat yang
memerlukan penanganan secepatnya (UU 36 tahun 2009
pasal 32 ayat 1 dan pasal 53 ayat 3).
• Keputusan Apoteker S memberikan Diazepam didasari oleh
alasan kemanusiaan serta dasar kompetensi dan ilmu
pengetahuan di bidang farmasi yang dimilikinya
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29490604/Makalah_Kelompok_IV_doc
x
http://repository.unissula.ac.id/19550/4/BAB%20I.pdf
https://id.scribd.com/document/385245406/Materi-Tugas-Studi-
Kasus
https://www.academia.edu/8794455/KUMPULAN_MATERI_ETIKA_
KEFARMASIAN_KASUS_DAN_KODE_ETIK_SERTA_IMPLEMENTASI
NYA
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%
2035%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20di%20A
potek.pdf