Professional Documents
Culture Documents
Artikel SPAI Kelompok 10
Artikel SPAI Kelompok 10
BERBASIS ISLAM
1
Ailman Nurparid 1801963
2
Shinta Andini 1808038
3
Tiara Lestari 1806096
Departemen Pendidikan Bahasa Sunda, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Email: tiaralestari@upi.edu3
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui urgensi pendidikan karakter dizaman
sekarang. Pendidikan karakter yang dimaksud adalah pendidikan karakter yang
didalamnya mengandung nilai-nilai kesundaan yang mana banyak dikenal orang
dengan budayanya yang soméah hadé ka sémah dan beberapa nilai baik yang
dapat mengembangkan karakter generasi muda. Adapun nilai kesundaan yang
diteliti adalah beberapa contoh dari nilai kesundaan yang sesuai dengan ajaran
Islam. Penelitian ini dilakukan menggunakan métode déskriptif dan studi pustaka.
Dimana penulis menjelaskan secara rinci hal-hal yang berhubungan dengan nilai
kesundaan dalam membentuk karakter sesuai dengan ajaran Islam. Hal-hal
tersebut didasarkan pada studi pustaka baik buku maupun jurnal dan disertai
kondisi aktual pada masa sekarang. Hasil yang didapatkan adalah beberapa contoh
nilai kesundaan yang ternyata relevan dan dapat diimplementasikan didalam
pelaksanaan pendidikan karakter. Nilai-nilai kesundaan tersebut tentunya sejalan
dengan ajaran keislaman yang memerintahkan manusia untuk memiliki akhlak
yang terpuji.
Kata Kunci : Pendidikan karakter, Nilai kesundaan, Ajaran Islam
PENDAHULUAN berbedabeda. Pada setiap budaya
tersebut mengandung nilai tersendiri,
Dalam rangka membangun karakter
nilai ini yang menjadi khas pada setiap
yang mulia pada peserta didik, sebuah
penganutnya. Nilai budaya adalah nilai-
Lembaga Pendidikan atau setiap sekolah
nilai yang disepakati dan tertanam dalam
baiknya menerapkan “tradisi (budaya)
suatu masyarakat, lingkup organisasi,
sekolah” untuk membentuk karakter
lingkungan masyarakat, yang mengakar
yang baik (Saihu, 2019: 25), dan dapat
pada suatu kebiasaan, kepercayaan,
menanamkan pada masyarakat sehingga
simbol-simbol dengan karakteristik
terciptanya kerukunan antar beragama
tertentu. Nilai budaya ini akan semakin
(Saihu, 2019:177).
kokoh jika masyarakatnya menerapkan
Undang-undang tahun 2017 Pasal 441 budaya yang berkarakter, karena bangsa
menyatakan Masyarakat harus saling yang maju adalah bangsa yang memiliki
menghormati adat istiadat dan budaya karakter yang baik. Hal ini sejalan
setempat, kearifan lokal atau tradisi dengan yang diungkapkan Sauri
masyarakat setempat dapat dikatakan (2019:14) bahwa karakter berarti
sebagai jalur pendidikn yang dilakukan individu memiliki pengetahuan tentang
melalui keluarga dan masyarakat itu potensi dirinya, yang ditandai dengan
sendiri (Saihu dan Agus Mailana, 2019: nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri,
164). Hal ini sejalan dengan peraturan rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan
pemerintah tahun 2018 yang inovatif, mandiri, hidup sehat,
menyatakan masyarakat perlu bertanggungjawab, cinta ilmu, sabar,
melibatkan dan memberdayakan potensi berhati-hati, rela berkorban, pemberani,
lingkungan sebagai sumber belajar dapat dipercaya, jujur, menempati janji,
seperti keberadaan dan dukungan pegiat adil, rendah hati, malu berbuat salah,
seni dan budaya, tokoh masyarakat, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja
alumni, dunia usaha, dan dunia industri. keras, tekun, ulet/gigih, ulet, berinisiatif,
Kesundaan merupakan salah satu berpikir positif, disiplin, antisipatif,
budaya yang terletak di Jawa Barat dan inisiatif, visioner, bersahaja,
memiliki kebudayaan yang sangat unik. bersemangat dinamis, hemat, efisien,
menghargai waktu,
Budaya tidak bisa dilepaskan dari
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
masyarakat. Budaya adalah karakteristik
produktif, ramah, cinta keindahan
dan pengetahuan dari sekelompok orang
keindahan/estetis, sportif, tabah, terbuka,
tertentu, termasuk bahasa, agama,
dan tertib. Karakter juga bisa diartikan
kuliner, kebiasaan sosial, musik, dan
sebagai kearifan, pandangan hidup, ilmu
seni. Indonesia memiliki banyak budaya
pengetahuan dan berbagai strategi
mulai dari sabang hingga merauke yang
kehidupan yang dilakukan masyarakat
setempat sebagai bentuk memanuhi Pada dasarnya seseorang dibekali
kabutuhan hidup bermasyarakat (Saihu, dengan berbagai potensi, yang
2019: 70). dengannya berpeluang untuk mendorong
ia kea rah tindakan, sikap, serta
Dari penjelasan macam-macam karakter
perbuatan positif dan negative (Saihu,
tersebut masyarakat membutuhkan
2019: 199-200). Jalmi Masagi terlihat
sosok individu yang memiliki karakter
jelas pengaruhnya terhadap karakter
yang baik, khususnya terhadap anak-
anak bangsa. Selain bisa
anak milenial sebagai aset bangsa dan
mengembangkan budaya kesundaan
individu yang akan melanjutkan tongkat
tetapi memiliki suatu nilai yang
estafet kepemimpinan negara Indonesia.
mengajak kepada anak bangsa cinta
Pada dasarnya gubernur Jabar pada
dengan budaya dan memiliki karakter
tahun 2018 telah meluncurkan salah satu
yang sesuai dengan adat kesundaan.
program yang mendukung pendidikan
Dari penjelasan tersebut penulis ingin
karakter di dalam masyarakat sunda
membuat suatu tulisan yang berbentuk
yang disebut dengan Jabar Masagi.
Artikel yang berjudul Internalisasi
Jabar Masagi merupakan suatu program pendidikan karakter melalui nilai-nilai
yang diluncurkan gubernur Jawa Barat kesundaan Jalmi Masagi disekolah
pada tahun 2018. Jabar masagi ini di menengah kejuaruan.
launching (diluncurkan) dengan tujuan
untuk menjadikan manusia unggul yang
memiliki empat nilai yaitu (1) badannya METODE PENELITIAN
harus sehat; (2) cerdas; (3) berakhlak;
Metode yang digunakan dalam
dan (4) religius. (Khoirun. 2018). Jabar
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
masagi dibentuk secara luas di
dengan pendekatan studi kasus yang
lingkungan masyarakat Jawa Barat
bertujuan mengungkapkan suatu apa
mulai lingkungan keluarga, sekolah, dan
adanya. Menurut Arikunto (2005:26)
masyarakat. Jika dilihat secara khusus
mengungkapkan bahwa penelitian
Jabar Masagi ini bisa di fokuskan
deskriptif tidak di maksudkan untuk
menjadi satu program, yaitu Jalmi
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
Masagi, dimana Jalmi Masagi ini
menggambarkan apa adanya tentang
dibentuk menjadi salah satu program
suatu variabel. Menurut Arikunto
yang memfokuskan ke masyarakatnya
(2006:12 ) Jenis penelitian yang
secara langsung yang berada
digunakan adalah pendekatan kualitatif,
dilingkungan pendidikan atau biasa
yaitu penelitian yang digunakan untuk
disebut dengan anak-anak milenial.
meneliti pada kondisi obyek alamiah,
peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan warna tersendiri terhadap dunia
secara kualitatif, analisis data bersifat pendidikan khususnya di Indonesia,
induktif/kualitatif. Jenis penelitian meskipun dalam kenyataannya
termasuk dalam penelitian eksploratif
pendidikan karakter itu telah ada
yaitu dilakukan untuk mengetahui dan
seiring dengan lahirnya sistem
menjelaskan permasalahan yang
pendidikan Islam karena pendidikan
awalnya peneliti hanya memahami
karakter itu merupakan ruh dari pada
permasalahan yang ada secara umum,
baru kemudian peneliti melakukan
pendidikan Islam itu sendiri.