You are on page 1of 31

MAKALAH MATERIALTEKNIK

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT


NON EQUILIBRIUM PADA PISAU TANTO

Kelompok 3
Nama Anggota :
Era Hasfi Stratain ( 4.21.18.0.14)
Ikhsan Abbiyu ( 4.21.18.0.16)
Irvan Anang Ma’arif ( 4.21.18.0.17)

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta ridho-Nya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Proses Heat Treatment Non
Equilibrium pada Pisau Tanto” dengan baik.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah


Material Teknik, yang bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami
pengaruh proses heat treatment non equilibrium pada pisau Tanto.

Dalam kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Pengajar/Pembimbing Bapak Sri Harmanto, ST, MT, yang telah membimbing
penulis selama proses pembelajaran. Orang tua serta teman – teman yang telah
memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis hingga terselesaikannya
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari


kata sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah ta’ala.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat
membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua orang.

2
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar 2
2. Daftar Isi 3
3. BAB I : Pendahuluan 4
a. Latar Belakang 4
b. Tujuan 5
c. Manfaat 6
d. Rumusan Masalah 6
4. BAB II : Studi Masalah 7
5. BAB III : Hasil dan Pembahasan 22
6. BAB IV : Kesimpulan 29
7. Daftar Pustaka 30

3
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Teknik mesin adalah salah satu jurusan yang terdapat di banyak perguruan
tinggi di Indonesia. Jurusan ini adalah jurusan yang mempelajari segala hal yang
mempunyai mekanisme gerak, atau sederhananya segala hal buatan manusia yang
memiliki kemampuan untuk bergerak & digerakkan, seperti pesawat terbang,
kapal laut dan sepeda. Selain itu, jurusan ini memberikan pengetahuan yang dititik
beratkan pada bidang konversi energi, perancangan, proses produksi dan
manufaktur serta memberikan pengetahuan dasar operasional dan manajerial
pengelolaan industri.

Terdapat banyak mata kuliah, yang diajarkan, dalam jurusan teknik mesin.
Salah satunya adalah mata kuliah material teknik.

Material teknik yaitu material yang digunakan untuk menyusun sebuah


benda dan digunakan untuk perekayasaan dan perancangan di bidang teknik. Di
dalam mata kuliah ini, mahasiswa teknik mesin akan dikenalkan dengan berbagai
macam material, yang berhubungan dengan dunia teknik mesin. Selain itu, yang
paling penting, mahasiswa juga akan diajarkan proses dalam mengelola material-
material itu menjadi hal-hal yang bermanfaat bagi industri dan masyarakat.

Salah satu proses yang penting bagi beberapa material adalah proses
perlakuan panas atau heat treatment. Proses heat treatment (perlakuan panas)
adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan
memanaskan specimen pada elektrik terance (tungku) pada temperatur
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti udara, air, air garam, oli, dan solar yang masing-masing
mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Proses heat treatment
terdiri dari heat treatment near equilibrium dan heat treatment equilibrium.

4
Pisau adalah salah satu alat potong yang sering dan umum digunakan oleh
seluruh kalangan masyarakat, baik di Indonesia dan di seluruh dunia. Walaupun
terlihat kecil, alat ini memiliki banyak manfaat, baik untuk memotong sayur
mayur dan buah-buahan serta benda-benda yang lebih keras.

Pisau Tanto adalah senjata tradisional jepang yang pendek dengan panjang
bilah kurang dari 1 shaku ( 11,93 inchi) yang di bentuk oleh Hira Zukuri Tanto,
yang berusia 436 tahun dari periode Koto.

Proses pembuatan pisau Tanto bukan hanya memotong besi menjadi


berbentuk pisau. Akan tetapi, pembuatannya juga melewati proses yang panjang,
termasuk melewati proses heat treatment non equilibrium.. Semua proses ini
pastinya memberikan dampak bagi pisau hasil produksi. Oleh karena itu, untuk
mengetahui lebih dalam tentang proses pembuatan pisau dan dampak heat
treatment non equilibrium bagi pisau Tanto, maka penulis membuat makalah
dengan judul ”Pengaruh Proses Heat Treatment Non Equilibrium pada Pisau
Tanto” guna memenuhi tugas semester dua, tahun pelajaran 2019/2020, dalam
mata kuliah Material Teknik pada Program Studi Sarjana Terapan Produksi dan
Perawatan, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang.

1.2. Tujuan
a. Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami proses heat treatment,
pada umumnya, dan proses heat treatment non equilibrium pada
khususnya.
b. Mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih mengetahui proses
pembuatan dan proses heat treatment non equilibrium yang dilakukan
untuk memproduksi pisau Tanto
c. Mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih memahami dan
mengetahui pengaruh proses heat treatment non equilibrium pada
proses pembuatan pisau.

5
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih memahami proses heat treatment,
pada umumnya, dan proses heat treatment non equilibrium, pada
khususnya.
b. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih mengetahui proses pembuatan dan
proses heat treatment non equilibrium yang dilakukan pada proses
produksi pisau Tanto.
c. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih memahami dan mengetahui
pengaruh proses heat treatment non equilibrium pada proses pembuatan
pisau Tanto.

1.4 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses pembuatan dan proses perlakuan panas (heat
treatment) non equilibrium pada proses produksi pisau Tanto?
b. Bagaimana pengaruh proses heat treatment non equilibrium, di dalam
proses produksi, terhadap pisau Tanto hasil produksi?

6
BAB II
Studi Pustaka
2.1. Heat Treatment

a. Pengertian

Heat Treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk


mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik
terance (tungku) pada temperatur rekristalisasi selama periode waktu tertentu
kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli, dan
solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh
struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau
paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya
diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu
maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginan dan batas temperatur sangat menetukan.
b. Tujuan Heat Treatment

Tujuan dari perlakuan panas tersebut meliputi :

1.    Meningkatnya kekuatan dan kekerasannya.

2.    Mengurangi tegangan.

3.    Melunakkan.

4.    Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan


sebelumnya.

5.    Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap


keuletan bahan, serta beberapa maksud yang lain.

7
c. Macam-Macam Heat Treatment

Secara umum perlakukan panas (heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :

1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)

a) Tujuan dari perlakuan panas near equilibrium adalah untuk :


a. Melunakkan struktur kristal
b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.
b) Jenis dari perlakukan panas near equibrium :

i. Full Annealing (annealing)


Full Annealing ialah suatu proses laku panas (heat treatment)
yang sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses
pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses Anneling ini dimulai
dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu,
menahan pada temperature tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu
agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu mendinginkan logam atau
paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat.
Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis
atau kondisi benda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu
penahanan, laju pendinginan (cooling rate), dll.

8
Proses Full Annealing juga berfungsi:
Ø Membulatkan sementit ‘proeutectoid” atau karbida lainnya
sehingga memperbaiki keuletan baja.
Ø Menghasilkan kekerasan/kekuatan yang minimum
sehingga mudah dilakukan deformasi pada pengerjaan dingin.
Ø Menghilangkan struktur martensit pada baja paduan yang
mungkin terbentuk akibat pendinginan relatif cepat melewati
transformasi g à a
Ø Biasanya dilakukan pada baja yang akan dipasok
kepasaran
Proses ini juga merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan
pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur,
memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki
machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan
memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja
hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3
sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius
diatas garis A1).

ii. Stress relief Annealing


Process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa
akibat proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan
karbon dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat
strukturmikronya berupa martensite. Agar kekerasannya meningkat
tetapi struktur mikronya tidak martensite, dapat dilakukan dengan
pengerjaan dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek dari
cold working ini akan menimbulkan tegangan dalam atau tegangan sisa.
Untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses stress
relief annealing.
iii. Spheroidizing

9
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada
proses Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja
paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai
struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan
cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini
meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah.
Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus
dihancurkan dengan proses spheroidizing.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan
pemanasan sampai disekitar temperature kritis A1 bawah atau sedikit
dibawahnya dan dibiarkan pada temperature tersebut dalam waktu yang
lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena berada pada
temperature yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang
tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur menjadi bola-
bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar dalam
matriks ferrite.

iv. Homogenezing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur
tinggi di daerah fasa austenit, jauh diatas titik kritis (A3 dan Acm).
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek segregasi
kimia akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk
memperbaiki mampu pengerjaan panas (hot workability).
v. Normalizing
Proses ini merupakan proses perlakuan panas yang
menghasilkan perlite halus, pendinginannya dengan menggunakan
media udara, lebih keras dan kuat dari hasil anneal. Secara teknis
prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya dilakukan
dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk
baja hypoeutectoid , 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk

10
baja hypereutectoid 50 Derajat Celcius diatas garis Acm). Kemudian
dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat
daripada pendinginan pada annealing.
Normalizing membentuk mikrostruktur lebih halus
dibandingkan full annealing meskipun pemanasan dilakukan pada
temperature yang lebih tinggi akibat laju pendinginan lebih cepat.

vi. Process Anneal


Merupakan proses perlakuan panas yang ditujukan untuk
melunakkan dan menaikkan kembali keuletan benda kerja agar dapat
dideformasi lebih lanjut. Pada dasarnya proses Annealing dan Stress
relief Annealing itu mempunyai kesamaan yakni bahwa kedua proses
tersebut dilakukan masih dibawah garis A1 (temperature kritis A1)
sehingga pada dasarnya yang terjadi hanyalah rekristalisasi saja.

2. Non Equilibrium (Tidak setimbang)

a. Tujuan perlakuan panas Non Equilibrium adalah untuk


mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi.

b. Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium :

1. Case Hardening
Pengerasan permukaan (Case hardening) merupakan proses
pengerasan permukaan baja dan besi cor dengan cara memasukkan
unsur-unsur karbon atau nitrogen atau karbon dan nitrogen ke
permukaan baja dan besi cor tersebut dalam bentuk larutan padat
fasa austenit, sehingga komposisi austenit dipermukaan baja dan besi
cor berubah dan dengan melalui proses hardening dan quenching
diperoleh sifat dan kualitas yang baik, antara lain:
- Kekerasan yang tinggi
- Ketahanan terhadap pemakaian
- Ketahanan terhadap kelelahan dan lain-lain.

11
a. Proses case hardening terdiri dari:
- Carborizing
- Carbonitriding
- Nitriding
2. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah
atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat.
Untuk proses ini dilakukan dengan input panas dan transfer panas
dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk merubah struktur baja
sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang keras.
Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770-
830º C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat kemudian didinginkan secara mendadak
dengan mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin yang lain.
Dengan pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu yang cukup
bagi austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan
sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan austenit berubah
menjadi martensit.

Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang


tinggi, kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik.
Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam
baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur
pemanasan (temperatur autenitising), holding time dan laju
pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang
yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Proses hardening dapat dilihat pada diagram dibawah :

12
Temperatur yang tepat untuk proses hardening, dapat dilihat
pada diagram dibawah :

3. Tempering
Digunakan untuk mengurangi tegangan sisa, melunakkan bahan
setelah di hardening dan meningkatkan keuletan. Hal ini karena baja
yang dikeraskan dengan pembentukan martensite biasanya sangat
getas sehingga tidak cukup baik untuk berbagai pemakaian.
Pembentukan martensite juga menggunakan tegangan sisa yang
sangat tinggi dan kurang menguntungkan karena itu setelah
pergeseran diikuti tempering. Prosesnya adalah dengan memanaskan
baja berstruktur martensite sampai dibawah suhu kritis, ditahan
kemudian dipanaskan kembali pada temperatur dibawah eutectoid
untuk melunakkan martensite dengan mengubah strukturnya menjadi
partikel besi karbit ferrite. Macam-macam tempering yaitu:
a. Martempering
Merupakan perbaikan dari prosedur quenching dan
digunakan untuk mengurangi distorsi dan chocking selama
pendinginan. Caranya benda kerja dipanaskan sampai ke
temperature pengerasannya dengan cara yang biasa,
medium yang digunakan adalah cairan garam. Temperature
cairan garam tersebut dijaga konstan diatas temperature Ms
dari baja yang bersangkutan. Benda kerja yang diproses
didiamkan dalam cairan garam tersebut sampai temperature
diseluruh bagian benda homogen, tetapi tidak terlalu lama

13
karena bisa mengakibatkan bertransformasi menjadi fasa-
fasa yang lebih lunak seperti pearlite dan bainite.

Gambar 1.7 Proses Martempering


b. Austempering
Tujuannya adalah meningkatkan ductility,
ketahanan impact dan mengurangi distorsi. Struktur yang
dihasilkan adalah bainite. Austempering adalah proses
perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari
diagram transformasi isothermal untuk memperoleh
struktur yang seluruhnya bainite. Pendinginan dilakukan
dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan
dibiarkan demikian sampai transformasi menjadi bainite
selesai.

14
2.2. Pisau
A. Pengertian Pisau
Pisau adalah bilah besi tipis dan tajam yang bertangkai yang berfungsi sebagai
alat pengiris.
B. Macam-macam Pisau
a. Berdasarkan Bentuk Bilah Pisau
1. Normal
Bilah Normal atau bilah biasa ini memiliki mata
pisau yang lurus dengan ujung yang melengkung tanpa putus
hingga punggung bilah. Bilah seperti ini cukup multi fungsi
dan didapat dibanyak jenis pisau fungsional seperti pisau
dapur dan pisau survival. Konstruksi bilah ini membantu

pengguna terutama untuk pemotongan karena panjang mata


pisau cukup maksimal.

2. Ujung Buntut
Pisau dengan ujung yang melengkung yang cukup terkenal
adalah Scimitar. Pisau tukang daging profesional ini sangat
berguna untuk memotong daging yang berukuran cukup besar.
Jenis bilah ini sangat berguna untuk mengiris atau menyayat
objek seperti daging atau ikan. Bilah ini juga sering digunakan
untuk menguliti binatang karena mata bilahnya memiliki
panjang yang maksimal.

3. Ujung Jatuh
Pisau dengan bilah mata jatuh atau drop point  seperti ini
cukup berguna untuk membuat lobang atau menusuk objek
tertentu. Pisau dengan bilah seperti ini dapat digunakan sebagai
alat survival sekaligus dalam pertarungan karena tidak hanya
memiliki fungsi untuk memotong atau mengiris tapi juga

15
memiliki keutamaan dalam penusukan tergantung sepanjang apa
bagian punggu bilahnya yang melengkung.

4 & 5 Ujung Klip


Pisau dengan bilah berujung klip berguna untuk
mencongkel objek tertentu. Ujung depan punggung bilah bisa
berbentuk potongan melengkung keatas atau lurus. Potongan ini
dapat ditajamkan untuk membuat mata yang kedua atau double
blade  yang hanya boleh digunakan oleh militer terutama
dibeberapa negara bagian di Amerika.
Selain untuk mencongkel, ujung yang langsing ini juga
dapat berguna untuk memotong ditempat yang sempit. Pisau
dengan bilah seperti ini yang paling terkenal adalah Bowie Knife.

6. Kaki Kambing
Bilah Kaki Kambing atau Sheep Foot diberi nama sesuai
dengan bentuknya yang menyerupai kaki kambing. Bilah ini
memiliki mata pisau yang lurus dan tulang punggung yang
melengkung kebawah. Bilah ini cukup populer dalam dunia

16
responden darurat seperti SAR dan Penyelamatan yang lainnya.
Bilah jenis ini sangat baik digunakan dalam pemotongan dan
pengirisan sehingga mudah digunakan untuk memotong sabuk
dan tali kekang dan sebagainya. Jenis bilah ini juga sering
digunakan oleh para pelayar karna memudahkan mereka untuk
memotong berbagai ukuran tali tanpa takut akan merusak layar
dan peralatan pelayaran lainnya.

7. Wharncliffe
Hampir mirip dengan pisau kaki kambing, pisau dengan
tipe bilah seperti ini memiliki mata yang lurus namun
punggungnya melengkung. Pisau dengan bilah seperti ini juga
merupakan favorit bagi para pelayar atau Sailor. Tipe bilah ini
dapat menghindarkan pemotongan yang tidak disengaja pada
bidang yang tidak di inginkan saat kapal bergerak.

8. Spey
Bilah seperti ini dahulu dikenal oleh petani-petani di
Amerika untuk mengebiri binatang. Mata pisau yang panjang
bertemu dengan potongan yang pendek tapi agak ketengah dari
arah punggung pisau sebenarnya tidak terlalu efektif untuk
menusuk, tapi dapat membuat lobang atau sobekan lebih besar
dan pendek. Bilah seperti ini juga banyak ditemui pada pisau lipat
para pemburu binatang dengan perangkap tertentu kemudian
mengambil bulu-bulunya.

10. Keris
Bilah keris mungkin adalah salah satu bilah pisau
tradisional Indonesia yang paling familiar bagi kita. Bilah ini
tidak memiliki fungsi memotong, menyayat atau mengiris
seperti bilah-bilah yang lain. Namun fokus pada penusukan.

17
Pada zaman dahulu Keris secara fungsional digunakan dalam
peperangan untuk menghabisi lawan yang sudah hampir mati
dengan cara menusuk lawan pada dada, punggung atau
pinggir lehernya.

11. Tanto
Bilah Tanto berasal dari Jepang dan memiliki
karakter yang sangat mencolok. Ujung bilah yang sejajar,
menyatu dengan tulang belakang atau hampir dibawah tulang
belakang sedikit memberikannya kesan seperti pedang
Samurai. Dengan mata pisau yang datar kemudian mengikuti
ujung yang membulat memberikan struktur yang kuat bagi
sebuah desain pisau.

12. Pisau Cincang


Pisau cincang atau mincing knife adalah salah satu
pisau yang menggunakan mata pisau bulat seperti ini. Pisau
cincang digunakan baik oleh tukang daging professional atau
untuk mencincang-cincang sayuran. Pisau dengan bilah
seperti ini juga sering kita temui pada pisau pemotong pizza.
Dengan bilah seperti ini pemotongan bahan makanan tidak
rusak dan dapat mempertahankan bentuk yang di ingatkan.

18
2.3. Pisau Tanto
a. Pengertian
Tanto adalah senjata tradisional jepang yang pendek
dengan panjang bilah kurang dari 1 shaku ( 11,93 inchi) yang di
bentuk oleh Hira Zukuri Tanto, yang berusia 436 tahun dari
periode Koto. Bagian punggung pisau memiliki sapuan atas yang
lembut dan bersamaan dengan bagian tengah pisau ketika
disapukan. Pada bagian ujung tepi pisau mengalami peningkatan
ketebalan yang menghasilkan bagian ujung yang kuat dan
kemampuan sayat yang bertenaga. Diharapkan, pisau ini dapat
berfungsi untuk menyerang lawan.

Tanto
digunakan
dalam seni bela
diri tua yang
dikenal
dengan
Tantojutsu.
Fungsi utama dari
jenis bilah ini
adalah untuk menusuk dan pembuatan lobang dengan ujungnya.
Meskipun fungsi utamanya adalah untuk menusuk, mata pisaunya
juga dapat digunakan untuk mengiris. Pisau Tanto dahulu juga
digunakan oleh tentara jepang yang kalah untuk bunuh diri mereka
yang terkenal yaitu Harakiri.

Tanto Amerika merupakan modifikasi dari Tanto Jepang


yang mulai populer diawal tahun 1980an diusung perusahaan pisau
terkenal yaitu Cold Steel. Pisau ini terkenal dengan kekuatan
ujungnya untuk menusuk, bagian bawah handlenya yang kuat.
Karakteristik ini menghasilkan bilah pisau yang kuat dan tahan
lama. Bilah pisau ini ujungnya sama tinggi dengan bilah
berpunggung lurus namun memiliki mata tambahan didepan seperti
pahat yang miring. Bentuk mata pisau kedua ini menghasilkan
ujung mata pisau yang lebih kuat dan tajam. Selain itu dengan
bentuk seperti ini, mata pisau lebih mudah di asah.

19
b. Keuntungan dan Kelemahan Pisau Tanto
1. Keuntungan
 Kuat : Kekuatan adalah hal paling menonjol dari pisau
Tanto apabila dibandingkan dengan pisau lainnya. Setiap
pisau Tanto di desain dengan kualitas tinggi, sebaik bagian
pemotongnya. Desainnya dibuat untuk jenis alat pemotong
kuat yang memiliki kemampuan untuk melakukan tusukan
hingga ke benda yang sangat keras. Bagian bilah yang
diperkuat juga membuat pisau ini bisa digunakan untuk
menusuk suatu objek secara terus menerus tanpa menemui
masalah seperti patahnya bilah pisau. Kualitasnya juga tidak
dapat dengan mudah memburuk karena aus walaupun sering
digunakan.

 Titik Pisau Pahat - Titik pisau Tanto memiliki gaya yang


mirip dengan pahat yang memberi pisau lebih banyak daya
dan daya tahan dibandingkan dengan jenis titik pisau
lainnya. Untuk mencapai ini, persentase yang baik dari total
komponen logam terkonsentrasi di dekat titik sudu.
Meskipun desain pisau khusus ini umumnya tidak dianggap
sebagai ideal dan praktis untuk digunakan di hutan
belantara, itu adalah desain yang bagus untuk senjata
pertahanan. Titik pahat pada salah satu ujungnya
merupakan pelengkap yang baik untuk gagang pada ujung
yang berlawanan dan membuat desain pisau keseluruhan
yang sangat kuat.

 Desain Jepang - Bilahnya terinspirasi oleh desain bilah


Jepang, dan mirip dengan, tetapi tidak persis sama dengan
bentuk bilah Katana yang memiliki kamasu kissaki atau
ujung barakuda. Bilah Tanto dilengkapi dengan titik bilah
yang disejajarkan dengan tulang punggungnya. Pengaruh
desain dan pengerjaan Jepang kuno juga memberikan daya
tarik sejarah yang agak estetis pada mata pisau Tanto
modern.

 Pommel - Pommel Tanto terbuat dari baja, dan


diruncingkan. Dengan menggunakan sejumlah kecil bahan,
itu dirancang khusus untuk memberikan kemampuan untuk
menyerap dampak yang berasal dari pemogokan berat.
Sebagai hasilnya, bahkan pukulan kecil yang tampaknya
dari pukulan dapat memiliki efek kuat yang sama dari
senjata tumpul saat digunakan melawan penyerang atau
penyerang.

20
 Mengasah - Mata pisau Tanto mudah dipertajam dan
sebagian besar mata pisau ini memiliki bevel sekunder sama
seperti kebanyakan desain pisau lainnya. Tanto dengan
bilah lurus dapat dengan mudah diasah di atas batu,
sedangkan batang keramik dan tangkai dapat digunakan
untuk bilah yang sedikit melengkung.

2. Kerugian Pisau Tanto

Meskipun pisau tanto bagus untuk ditusuk, mereka


tidak memiliki perut melengkung seperti titik jatuh atau
mata pisau klip, atau jika mereka memiliki perut, itu
hanya yang lembut. Karena alasan ini mereka tidak akan
sebaik tugas-tugas tertentu yang memanfaatkan perut
pisau. Misalnya, tanto tidak akan menjadi pisau yang
bagus untuk permainan menguliti. Kurangnya perut
berarti hampir mustahil untuk mengikuti kontur hewan
saat Anda menguliti kulitnya.
Kurangnya perut juga bisa membuat frustasi untuk
persiapan makanan. Anda tidak akan bisa
"mengayunkan" pisau itu bolak-balik seperti pisau koki,
yang akan membuat memotong jauh lebih sulit untuk
dilakukan. Mungkin juga sulit melakukan hal-hal seperti
membuat goresan melalui tali. Karena alasan ini saya
tidak cenderung membeli banyak tantos. Untuk apa yang
saya lakukan dengan pisau harian, saya suka perut.
Beberapa orang menyukai tampilan dan kekuatan
penetrasi dari pisau berbilah tanto, atau kemampuan
untuk menggunakannya untuk mengikis dan memahat,
tetapi secara pribadi saya suka pisau dengan perut. Itu
hanya saya, dan ada banyak ruang untuk berbagai
perspektif.

BAB III

21
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Proses Pembuatan Pisau Tanto


 Buat pola dengan menggunakan kertas membentuk pisau tanto.
 Lalu, ambil benda kerja yang berbahan Baja Karbon W1 dengan
kandungan karbon 0,8% yang berbentuk kotak. Rekatkan pola pada
benda kerja. Potong benda kerja dengan gerinda sesuai dengan pola
yang telah ditempelkan.
 Setelah itu, haluskan bilah pisau, yang baru dipotong, dengan mesin
gerinda duduk, yang dilengkapi batu gerinda halus.
 Kemudian, titik bagian tangkai dengan menggunakan penitik sesuai
dengan pola pisau yang ditempel.
 Bor titik tersebut.
 Lalu gambar pola mata pisau.
 Jepit mata pisau dengan klem dan tang paruh burung.
 Lalu, gerinda hingga membentuk bagian yang tipis dan tajam
dibagian depan, serta agak tebal dibagian belakang pisau. Kemudian,
Ulir bagian lubang, yang tadi di bor.
 Gerinda kembali bagian tangkai sampai mengkilap dan ukurannya
sesuai keinginan.
 Lalu, asah mata pisau.
 Tandai bagian tangkai dengan menggunakan penggores dan
penggaris.
 Lalu, kikir daerah yang akan dibuat tangkai menggunakan kikir, agar
lebih memperjelas bagian tangkai dan mata pisau.
 Oleskan clay pada bagian atas area potong mata pisau. Namun, biar
kan bagian bawah (bagian lebih tajam dan tipis) tetap terbuka.
 Pasang klem pada mata pisau. Lalu, lakukan proses hardening
hingga mencapai suhu kira-kira 723℃ dengan memanaskan mata
pisau pada tungku, yang berisi arang dengan api besar.

22
 Setelah itu, lakukan quenching pada mata pisau dengan mencelupkan
pisau ke dalam air. Jangan lupa untuk menggoyang-goyangkan mata
pisau saat berada didalam media quenching.
 Kemudian, lakukan proses tempering dengan memasukan mata pisau
ke dalam oven dengan suhu 330℃ derajat Celcius.
 Bersihkan lah kerak-kerak dan clay hasil pembakaran, setelah
proses tempering dilakukan, sebagai proses finishing.
 Lalu, buat lah tangkai dari kayu dan pasangkan pada mata pisau,
yang telah jadi.
 Kemudian, buat lah sarung pisau dari balok kayu yang lain.
 Terakhir, pasangkan sarung itu pada pisau Tanto yang telah jadi.

b. Pengaruh Proses Heat Treatment Non Equilibrium pada Pisau Tanto


Dilihat dari proses nya, pembuatan pisau Tanto menerapkan proses
non equilibrium pada perlakuan panasnya. Sebelum proses hardening,
lapisan atas mata pisau (area potong yang lebih tebal) dilapisi oleh clay
tahan temperatur tinggi, seperti pada proses pembuatan senjata Katana.
Proses hardening ini disebut sebagai differential hardening. Dari proses
ini, menyebabkan bagian atas mata pisau (bagian yang lebih tebal)
mengalami pemanasan lebih lambat, sehingga tidak dapat berubah
menjadi struktur austenite. Sedangkan, bagian mata pisau (area potong
yang lebih tipis), yang terbuka, mengalami proses pemanasan lebih
cepat, sehingga strukturnya berubah menjadi austenite. Setelah proses
quenching, bagian bawah mata pisau, akhirnya berubah menjadi
martensite, sedangkan bagian atas mata pisau (area potong yang lebih
tebal) hanya berubah menjadi struktur yang lebih lunak. Namun, karena
baja W1 ( bahan pada pembuatan pisau) hanya membutuhkan perlakuan
panas pada permukaan, maka pada bagian dalam pisau, strukturnya pun
masih berupa struktur asli W1. Dari proses hardening ini, bagian bawah
mata pisau Tanto (area potong lebih tipis) menjadi lebih keras
dibandingkan bagian atas mata pisau (area potong lebih tebal).

23
Sehingga, hal ini membuat bagian bawah mata pisau (area lebih tipis)
dapat mengiris atau memotong bahan-bahan yang keras dan bagian atas
mata pisau (area potong lebih tebal) tidak mudah patah karena
berstruktur lebih lunak dan lebih ulet. Struktur pisau Tanto setelah
proses differential hardening dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Akan tetapi, benda yang memiliki kekerasan yang tinggi akan lebih
mudah patah. Sehingga, untuk meningkatkan ketangguhan pada bagian
bawah pisau dilakukan lah proses tempering pada Pisau Tanto. Proses
tempering yang dilakukan adalah proses martempering. Proses
martempering dilakukan seperti diagram dibawah.

24
Setelah proses pemanasan hingga suhu 330℃ atau 626℉ ,pisau ini
tetaplah berstruktur martensite. Namun, akibat pemanasan, kandungan
karbon pada martensite menjadi berkurang, sehingga terbentuk lah
Troostite, seperti pada diagram struktur hasil proses tempering
dibawah ini.

Akibat proses tempering, sebenarnya, kekerasan pisau ini menjadi


berkurang. Jika dilihat berdasarkan tabel, kekerasan akhir dari pisau
Tanto ini berkisar pada angka 56 HRC.

25
Akan tetapi, proses tempering tetaplah memberikan dampak positif
bagi pisau Tanto. Dampak positif ini adalah bertambahnya ketangguhan
pada pisau Tanto, khususnya pada bagian bawah mata pisau (area
potong yang lebih tipis). Sehingga, bagian itu memiliki kekerasan yang
tinggi, namun tidak mudah gopal ketika memotong benda-benda yang
sangat keras. Akhirnya, pisau ini pun bisa tetap mengiris benda-benda
tajam dengan kekerasan nya yang tinggi, karena tetap memiliki struktur
martensite yang telah di tempering.

26
Selain itu, keuletan dari pisau Tanto, khususnya bagian bawah
pisau (area yang lebih tipis), pun meningkat, seiring berkurangnya
karbon, yang juga menyebabkan penurunan ketegangan struktur hasil
tempering dalam pisau Tanto. Sehingga membuat strukturnya tetap
keras, tetapi lebih lunak.
Meningkatnya keuletan dan ketangguhan seiring juga dengan
peningkatan kemampuan penyerapan energi oleh pisau. Sehingga, pisau
ini dapat penyerap energi maksimum sekitar 90 – 100 Joule.
Peningkatan keuletan, peningkatan kemampuan penyerapan energi,
serta besar kemampuan penyerapan energi pada pisau Tanto setelah
proses tempering, dapat dilihat pada diagram-diagram di bawah ini.

27
Oleh karena itu, berdasarkan data diatas, pengaruh proses heat
treatment non equilibrium membuat pisau ini menjadi pisau yang awet
karena tidak mudah patah, namun tetap memiliki kekerasan yang tinggi,
sehingga dapat mengiris benda-benda yang keras.

28
BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
 Proses pembuatan pisau Tanto meliputi :
o Proses pembentukan mata pisau dengan memotong baja
W1 dengan kandungan karbon 0,8%, berbentuk kotak
menyerupai pola pisau Tanto, yang sebelumnya telah
dibuat.
o Proses perlakuan panas non equilibrium pada mata pisau,
yang terdiri dari proses differential hardening, proses
quenching, dan proses tempering, pada mata pisau yang
telah dipotong.
o Proses pembentukan tangkai pisau dan sarung pisau yang
selanjutnya dipasangkan pada mata pisau Tanto, yang telah
mendapat perlakuan panas non equilibrium dan telah di-
finishing.
 Proses heat treatment non equilibrium membuat pisau Tanto
memiliki struktur seperti senjata Katana. Sehingga, pisau ini
memiliki mata pisau bagian atas (area yang lebih tebal) yang ulet
dan tangguh. Selain itu, bagian bawah mata pisau (area potong
yang lebih tipis) juga menjadi tinggi tingkat kekuatan, keuletan,
dan kemampuan menyerap energinya, namun tetap tergolong
keras. Hal ini membuat pisau Tanto menjadi tidak mudah patah
atau gopal namun tetap dapat mengiris benda-benda keras.

29
DAFTAR PUSTAKA

 Aantekuk.2016. Annealing, Normalizing &


Spheroidizing.http://aantekuk28.blogspot.com/2013/05/annealing-
normalizing-spheroidizing.html. 20 Juni 2019
 Himateklas.2015. Proses Hardening pada Baja Carbon Tinggi.
http://hima-tl.ppns.ac.id/proses-hardening-pada-baja-carbon-tinggi/. 24
Juni 2019
 Artikata.com.2012. Definisi 'pisau'. https://www.artikata.com/arti-345369-
pisau.html. 21 Juni 2019
 BladeReviews.com.2016. All About Tanto Blade Knives.
https://bladereviews.com/tanto-blade-knives/. 22 Juni 2019
 Stainless Steel, Dongha.2013. AISI W-1 1.1545 Tool Steel.
https://tubingchina.com/AISI-SAE-W1-tool-steel.htm. 20 Juni 2019
 Knife Up.2013. Advantages Of A Tanto Blade.
https://knifeup.com/advantages-of-a-tanto-blade/.18 Juni 2019
 Yusuf, Affandi.2013. Perlakuan Panas.
http://yusufaya.blogspot.com/2013/05/perlakuan-panas.html. 25 Juni 2019
 Panoramic.2010. Proses Pengerasan Permukaan (surface hardening)
dengan Metoda Liquid
Nitriding.http://wira-atmawijaya.blogspot.com/2010/03/proses-
pengerasan-permukaan-surface.html. 24 Juni 2019
 Forge, Crossed Heart.2015. Process of Clay Tempering a Tanto Blade.
http://islandblacksmith.ca/process/yaki-ire-clay-tempering/.26 Juni 2019
 Hunter, Edward.2003. The Japanese Blade: Technology and Manufacture.
https://www.metmuseum.org/toah/hd/japb/hd_japb.htm. 27 Juni 2019
 Expert, Survival Knife.2018. Tanto Blade Survival Knives.
https://www.survivalknifeexperts.com/collections/tanto-blade-survival-
knives. 23 Juni 2019

30
 Shah, K P.2014.Tempering.https://practicalmaintenance.net/?p=1532. 26
Juni 2019
 Swords, Superior.2014. What is Clay Tempering?.
https://superiorswords.com/what-is-clay-tempering/. 21 Juni 2019
 Koss.2018.Knife Making - Dark Modern Tanto.
https://www.youtube.com/watch?v=C2rerrceUQw. 17 Juni 2019
 Engineering, Real.2018. Heat Treatment -The Science of Forging (feat.
Alec Steele). https://www.youtube.com/watch?v=6jQ4y0LK1kY&t=503s.
20 Juni 2019
 Ahmadi, Asyraaf.2018. 15 jenis Bilah Pisau yang banyak digunakan
secara
Internasional.https://asyraafahmadi.com/in/pengetahuan/spesialisasi/
persenjataan/pisau/bilah-pisau/.22 Juni 2019

31

You might also like