Professional Documents
Culture Documents
Makalah Material Teknik
Makalah Material Teknik
Kelompok 3
Nama Anggota :
Era Hasfi Stratain ( 4.21.18.0.14)
Ikhsan Abbiyu ( 4.21.18.0.16)
Irvan Anang Ma’arif ( 4.21.18.0.17)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta ridho-Nya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Proses Heat Treatment Non
Equilibrium pada Pisau Tanto” dengan baik.
Dalam kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Pengajar/Pembimbing Bapak Sri Harmanto, ST, MT, yang telah membimbing
penulis selama proses pembelajaran. Orang tua serta teman – teman yang telah
memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis hingga terselesaikannya
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua orang.
2
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 2
2. Daftar Isi 3
3. BAB I : Pendahuluan 4
a. Latar Belakang 4
b. Tujuan 5
c. Manfaat 6
d. Rumusan Masalah 6
4. BAB II : Studi Masalah 7
5. BAB III : Hasil dan Pembahasan 22
6. BAB IV : Kesimpulan 29
7. Daftar Pustaka 30
3
BAB I
Pendahuluan
Terdapat banyak mata kuliah, yang diajarkan, dalam jurusan teknik mesin.
Salah satunya adalah mata kuliah material teknik.
Salah satu proses yang penting bagi beberapa material adalah proses
perlakuan panas atau heat treatment. Proses heat treatment (perlakuan panas)
adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan
memanaskan specimen pada elektrik terance (tungku) pada temperatur
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media
pendingin seperti udara, air, air garam, oli, dan solar yang masing-masing
mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Proses heat treatment
terdiri dari heat treatment near equilibrium dan heat treatment equilibrium.
4
Pisau adalah salah satu alat potong yang sering dan umum digunakan oleh
seluruh kalangan masyarakat, baik di Indonesia dan di seluruh dunia. Walaupun
terlihat kecil, alat ini memiliki banyak manfaat, baik untuk memotong sayur
mayur dan buah-buahan serta benda-benda yang lebih keras.
Pisau Tanto adalah senjata tradisional jepang yang pendek dengan panjang
bilah kurang dari 1 shaku ( 11,93 inchi) yang di bentuk oleh Hira Zukuri Tanto,
yang berusia 436 tahun dari periode Koto.
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami proses heat treatment,
pada umumnya, dan proses heat treatment non equilibrium pada
khususnya.
b. Mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih mengetahui proses
pembuatan dan proses heat treatment non equilibrium yang dilakukan
untuk memproduksi pisau Tanto
c. Mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih memahami dan
mengetahui pengaruh proses heat treatment non equilibrium pada
proses pembuatan pisau.
5
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih memahami proses heat treatment,
pada umumnya, dan proses heat treatment non equilibrium, pada
khususnya.
b. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih mengetahui proses pembuatan dan
proses heat treatment non equilibrium yang dilakukan pada proses
produksi pisau Tanto.
c. Mahasiswa dan pembaca dapat lebih memahami dan mengetahui
pengaruh proses heat treatment non equilibrium pada proses pembuatan
pisau Tanto.
6
BAB II
Studi Pustaka
2.1. Heat Treatment
a. Pengertian
2. Mengurangi tegangan.
3. Melunakkan.
7
c. Macam-Macam Heat Treatment
8
Proses Full Annealing juga berfungsi:
Ø Membulatkan sementit ‘proeutectoid” atau karbida lainnya
sehingga memperbaiki keuletan baja.
Ø Menghasilkan kekerasan/kekuatan yang minimum
sehingga mudah dilakukan deformasi pada pengerjaan dingin.
Ø Menghilangkan struktur martensit pada baja paduan yang
mungkin terbentuk akibat pendinginan relatif cepat melewati
transformasi g à a
Ø Biasanya dilakukan pada baja yang akan dipasok
kepasaran
Proses ini juga merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan
pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur,
memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki
machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan
memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja
hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3
sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius
diatas garis A1).
9
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada
proses Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja
paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai
struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan
cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini
meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah.
Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus
dihancurkan dengan proses spheroidizing.
Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan
pemanasan sampai disekitar temperature kritis A1 bawah atau sedikit
dibawahnya dan dibiarkan pada temperature tersebut dalam waktu yang
lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena berada pada
temperature yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang
tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur menjadi bola-
bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar dalam
matriks ferrite.
iv. Homogenezing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur
tinggi di daerah fasa austenit, jauh diatas titik kritis (A3 dan Acm).
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek segregasi
kimia akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk
memperbaiki mampu pengerjaan panas (hot workability).
v. Normalizing
Proses ini merupakan proses perlakuan panas yang
menghasilkan perlite halus, pendinginannya dengan menggunakan
media udara, lebih keras dan kuat dari hasil anneal. Secara teknis
prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya dilakukan
dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk
baja hypoeutectoid , 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk
10
baja hypereutectoid 50 Derajat Celcius diatas garis Acm). Kemudian
dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat
daripada pendinginan pada annealing.
Normalizing membentuk mikrostruktur lebih halus
dibandingkan full annealing meskipun pemanasan dilakukan pada
temperature yang lebih tinggi akibat laju pendinginan lebih cepat.
1. Case Hardening
Pengerasan permukaan (Case hardening) merupakan proses
pengerasan permukaan baja dan besi cor dengan cara memasukkan
unsur-unsur karbon atau nitrogen atau karbon dan nitrogen ke
permukaan baja dan besi cor tersebut dalam bentuk larutan padat
fasa austenit, sehingga komposisi austenit dipermukaan baja dan besi
cor berubah dan dengan melalui proses hardening dan quenching
diperoleh sifat dan kualitas yang baik, antara lain:
- Kekerasan yang tinggi
- Ketahanan terhadap pemakaian
- Ketahanan terhadap kelelahan dan lain-lain.
11
a. Proses case hardening terdiri dari:
- Carborizing
- Carbonitriding
- Nitriding
2. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah
atau di atas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat.
Untuk proses ini dilakukan dengan input panas dan transfer panas
dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk merubah struktur baja
sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang keras.
Prosesnya adalah baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770-
830º C (tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat kemudian didinginkan secara mendadak
dengan mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin yang lain.
Dengan pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu yang cukup
bagi austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan
sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan austenit berubah
menjadi martensit.
12
Temperatur yang tepat untuk proses hardening, dapat dilihat
pada diagram dibawah :
3. Tempering
Digunakan untuk mengurangi tegangan sisa, melunakkan bahan
setelah di hardening dan meningkatkan keuletan. Hal ini karena baja
yang dikeraskan dengan pembentukan martensite biasanya sangat
getas sehingga tidak cukup baik untuk berbagai pemakaian.
Pembentukan martensite juga menggunakan tegangan sisa yang
sangat tinggi dan kurang menguntungkan karena itu setelah
pergeseran diikuti tempering. Prosesnya adalah dengan memanaskan
baja berstruktur martensite sampai dibawah suhu kritis, ditahan
kemudian dipanaskan kembali pada temperatur dibawah eutectoid
untuk melunakkan martensite dengan mengubah strukturnya menjadi
partikel besi karbit ferrite. Macam-macam tempering yaitu:
a. Martempering
Merupakan perbaikan dari prosedur quenching dan
digunakan untuk mengurangi distorsi dan chocking selama
pendinginan. Caranya benda kerja dipanaskan sampai ke
temperature pengerasannya dengan cara yang biasa,
medium yang digunakan adalah cairan garam. Temperature
cairan garam tersebut dijaga konstan diatas temperature Ms
dari baja yang bersangkutan. Benda kerja yang diproses
didiamkan dalam cairan garam tersebut sampai temperature
diseluruh bagian benda homogen, tetapi tidak terlalu lama
13
karena bisa mengakibatkan bertransformasi menjadi fasa-
fasa yang lebih lunak seperti pearlite dan bainite.
14
2.2. Pisau
A. Pengertian Pisau
Pisau adalah bilah besi tipis dan tajam yang bertangkai yang berfungsi sebagai
alat pengiris.
B. Macam-macam Pisau
a. Berdasarkan Bentuk Bilah Pisau
1. Normal
Bilah Normal atau bilah biasa ini memiliki mata
pisau yang lurus dengan ujung yang melengkung tanpa putus
hingga punggung bilah. Bilah seperti ini cukup multi fungsi
dan didapat dibanyak jenis pisau fungsional seperti pisau
dapur dan pisau survival. Konstruksi bilah ini membantu
2. Ujung Buntut
Pisau dengan ujung yang melengkung yang cukup terkenal
adalah Scimitar. Pisau tukang daging profesional ini sangat
berguna untuk memotong daging yang berukuran cukup besar.
Jenis bilah ini sangat berguna untuk mengiris atau menyayat
objek seperti daging atau ikan. Bilah ini juga sering digunakan
untuk menguliti binatang karena mata bilahnya memiliki
panjang yang maksimal.
3. Ujung Jatuh
Pisau dengan bilah mata jatuh atau drop point seperti ini
cukup berguna untuk membuat lobang atau menusuk objek
tertentu. Pisau dengan bilah seperti ini dapat digunakan sebagai
alat survival sekaligus dalam pertarungan karena tidak hanya
memiliki fungsi untuk memotong atau mengiris tapi juga
15
memiliki keutamaan dalam penusukan tergantung sepanjang apa
bagian punggu bilahnya yang melengkung.
6. Kaki Kambing
Bilah Kaki Kambing atau Sheep Foot diberi nama sesuai
dengan bentuknya yang menyerupai kaki kambing. Bilah ini
memiliki mata pisau yang lurus dan tulang punggung yang
melengkung kebawah. Bilah ini cukup populer dalam dunia
16
responden darurat seperti SAR dan Penyelamatan yang lainnya.
Bilah jenis ini sangat baik digunakan dalam pemotongan dan
pengirisan sehingga mudah digunakan untuk memotong sabuk
dan tali kekang dan sebagainya. Jenis bilah ini juga sering
digunakan oleh para pelayar karna memudahkan mereka untuk
memotong berbagai ukuran tali tanpa takut akan merusak layar
dan peralatan pelayaran lainnya.
7. Wharncliffe
Hampir mirip dengan pisau kaki kambing, pisau dengan
tipe bilah seperti ini memiliki mata yang lurus namun
punggungnya melengkung. Pisau dengan bilah seperti ini juga
merupakan favorit bagi para pelayar atau Sailor. Tipe bilah ini
dapat menghindarkan pemotongan yang tidak disengaja pada
bidang yang tidak di inginkan saat kapal bergerak.
8. Spey
Bilah seperti ini dahulu dikenal oleh petani-petani di
Amerika untuk mengebiri binatang. Mata pisau yang panjang
bertemu dengan potongan yang pendek tapi agak ketengah dari
arah punggung pisau sebenarnya tidak terlalu efektif untuk
menusuk, tapi dapat membuat lobang atau sobekan lebih besar
dan pendek. Bilah seperti ini juga banyak ditemui pada pisau lipat
para pemburu binatang dengan perangkap tertentu kemudian
mengambil bulu-bulunya.
10. Keris
Bilah keris mungkin adalah salah satu bilah pisau
tradisional Indonesia yang paling familiar bagi kita. Bilah ini
tidak memiliki fungsi memotong, menyayat atau mengiris
seperti bilah-bilah yang lain. Namun fokus pada penusukan.
17
Pada zaman dahulu Keris secara fungsional digunakan dalam
peperangan untuk menghabisi lawan yang sudah hampir mati
dengan cara menusuk lawan pada dada, punggung atau
pinggir lehernya.
11. Tanto
Bilah Tanto berasal dari Jepang dan memiliki
karakter yang sangat mencolok. Ujung bilah yang sejajar,
menyatu dengan tulang belakang atau hampir dibawah tulang
belakang sedikit memberikannya kesan seperti pedang
Samurai. Dengan mata pisau yang datar kemudian mengikuti
ujung yang membulat memberikan struktur yang kuat bagi
sebuah desain pisau.
18
2.3. Pisau Tanto
a. Pengertian
Tanto adalah senjata tradisional jepang yang pendek
dengan panjang bilah kurang dari 1 shaku ( 11,93 inchi) yang di
bentuk oleh Hira Zukuri Tanto, yang berusia 436 tahun dari
periode Koto. Bagian punggung pisau memiliki sapuan atas yang
lembut dan bersamaan dengan bagian tengah pisau ketika
disapukan. Pada bagian ujung tepi pisau mengalami peningkatan
ketebalan yang menghasilkan bagian ujung yang kuat dan
kemampuan sayat yang bertenaga. Diharapkan, pisau ini dapat
berfungsi untuk menyerang lawan.
Tanto
digunakan
dalam seni bela
diri tua yang
dikenal
dengan
Tantojutsu.
Fungsi utama dari
jenis bilah ini
adalah untuk menusuk dan pembuatan lobang dengan ujungnya.
Meskipun fungsi utamanya adalah untuk menusuk, mata pisaunya
juga dapat digunakan untuk mengiris. Pisau Tanto dahulu juga
digunakan oleh tentara jepang yang kalah untuk bunuh diri mereka
yang terkenal yaitu Harakiri.
19
b. Keuntungan dan Kelemahan Pisau Tanto
1. Keuntungan
Kuat : Kekuatan adalah hal paling menonjol dari pisau
Tanto apabila dibandingkan dengan pisau lainnya. Setiap
pisau Tanto di desain dengan kualitas tinggi, sebaik bagian
pemotongnya. Desainnya dibuat untuk jenis alat pemotong
kuat yang memiliki kemampuan untuk melakukan tusukan
hingga ke benda yang sangat keras. Bagian bilah yang
diperkuat juga membuat pisau ini bisa digunakan untuk
menusuk suatu objek secara terus menerus tanpa menemui
masalah seperti patahnya bilah pisau. Kualitasnya juga tidak
dapat dengan mudah memburuk karena aus walaupun sering
digunakan.
20
Mengasah - Mata pisau Tanto mudah dipertajam dan
sebagian besar mata pisau ini memiliki bevel sekunder sama
seperti kebanyakan desain pisau lainnya. Tanto dengan
bilah lurus dapat dengan mudah diasah di atas batu,
sedangkan batang keramik dan tangkai dapat digunakan
untuk bilah yang sedikit melengkung.
BAB III
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Setelah itu, lakukan quenching pada mata pisau dengan mencelupkan
pisau ke dalam air. Jangan lupa untuk menggoyang-goyangkan mata
pisau saat berada didalam media quenching.
Kemudian, lakukan proses tempering dengan memasukan mata pisau
ke dalam oven dengan suhu 330℃ derajat Celcius.
Bersihkan lah kerak-kerak dan clay hasil pembakaran, setelah
proses tempering dilakukan, sebagai proses finishing.
Lalu, buat lah tangkai dari kayu dan pasangkan pada mata pisau,
yang telah jadi.
Kemudian, buat lah sarung pisau dari balok kayu yang lain.
Terakhir, pasangkan sarung itu pada pisau Tanto yang telah jadi.
23
Sehingga, hal ini membuat bagian bawah mata pisau (area lebih tipis)
dapat mengiris atau memotong bahan-bahan yang keras dan bagian atas
mata pisau (area potong lebih tebal) tidak mudah patah karena
berstruktur lebih lunak dan lebih ulet. Struktur pisau Tanto setelah
proses differential hardening dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Akan tetapi, benda yang memiliki kekerasan yang tinggi akan lebih
mudah patah. Sehingga, untuk meningkatkan ketangguhan pada bagian
bawah pisau dilakukan lah proses tempering pada Pisau Tanto. Proses
tempering yang dilakukan adalah proses martempering. Proses
martempering dilakukan seperti diagram dibawah.
24
Setelah proses pemanasan hingga suhu 330℃ atau 626℉ ,pisau ini
tetaplah berstruktur martensite. Namun, akibat pemanasan, kandungan
karbon pada martensite menjadi berkurang, sehingga terbentuk lah
Troostite, seperti pada diagram struktur hasil proses tempering
dibawah ini.
25
Akan tetapi, proses tempering tetaplah memberikan dampak positif
bagi pisau Tanto. Dampak positif ini adalah bertambahnya ketangguhan
pada pisau Tanto, khususnya pada bagian bawah mata pisau (area
potong yang lebih tipis). Sehingga, bagian itu memiliki kekerasan yang
tinggi, namun tidak mudah gopal ketika memotong benda-benda yang
sangat keras. Akhirnya, pisau ini pun bisa tetap mengiris benda-benda
tajam dengan kekerasan nya yang tinggi, karena tetap memiliki struktur
martensite yang telah di tempering.
26
Selain itu, keuletan dari pisau Tanto, khususnya bagian bawah
pisau (area yang lebih tipis), pun meningkat, seiring berkurangnya
karbon, yang juga menyebabkan penurunan ketegangan struktur hasil
tempering dalam pisau Tanto. Sehingga membuat strukturnya tetap
keras, tetapi lebih lunak.
Meningkatnya keuletan dan ketangguhan seiring juga dengan
peningkatan kemampuan penyerapan energi oleh pisau. Sehingga, pisau
ini dapat penyerap energi maksimum sekitar 90 – 100 Joule.
Peningkatan keuletan, peningkatan kemampuan penyerapan energi,
serta besar kemampuan penyerapan energi pada pisau Tanto setelah
proses tempering, dapat dilihat pada diagram-diagram di bawah ini.
27
Oleh karena itu, berdasarkan data diatas, pengaruh proses heat
treatment non equilibrium membuat pisau ini menjadi pisau yang awet
karena tidak mudah patah, namun tetap memiliki kekerasan yang tinggi,
sehingga dapat mengiris benda-benda yang keras.
28
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Proses pembuatan pisau Tanto meliputi :
o Proses pembentukan mata pisau dengan memotong baja
W1 dengan kandungan karbon 0,8%, berbentuk kotak
menyerupai pola pisau Tanto, yang sebelumnya telah
dibuat.
o Proses perlakuan panas non equilibrium pada mata pisau,
yang terdiri dari proses differential hardening, proses
quenching, dan proses tempering, pada mata pisau yang
telah dipotong.
o Proses pembentukan tangkai pisau dan sarung pisau yang
selanjutnya dipasangkan pada mata pisau Tanto, yang telah
mendapat perlakuan panas non equilibrium dan telah di-
finishing.
Proses heat treatment non equilibrium membuat pisau Tanto
memiliki struktur seperti senjata Katana. Sehingga, pisau ini
memiliki mata pisau bagian atas (area yang lebih tebal) yang ulet
dan tangguh. Selain itu, bagian bawah mata pisau (area potong
yang lebih tipis) juga menjadi tinggi tingkat kekuatan, keuletan,
dan kemampuan menyerap energinya, namun tetap tergolong
keras. Hal ini membuat pisau Tanto menjadi tidak mudah patah
atau gopal namun tetap dapat mengiris benda-benda keras.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Shah, K P.2014.Tempering.https://practicalmaintenance.net/?p=1532. 26
Juni 2019
Swords, Superior.2014. What is Clay Tempering?.
https://superiorswords.com/what-is-clay-tempering/. 21 Juni 2019
Koss.2018.Knife Making - Dark Modern Tanto.
https://www.youtube.com/watch?v=C2rerrceUQw. 17 Juni 2019
Engineering, Real.2018. Heat Treatment -The Science of Forging (feat.
Alec Steele). https://www.youtube.com/watch?v=6jQ4y0LK1kY&t=503s.
20 Juni 2019
Ahmadi, Asyraaf.2018. 15 jenis Bilah Pisau yang banyak digunakan
secara
Internasional.https://asyraafahmadi.com/in/pengetahuan/spesialisasi/
persenjataan/pisau/bilah-pisau/.22 Juni 2019
31