You are on page 1of 16

EKONOMI MONETER

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK


EMI 209E C8 EP
Dosen Pengampu: Dr. Ni Putu Wiwin Setyari, S.E., M.Si

OLEH:
KELOMPOK 12

Nama Kelompok:

1. Kadek Ryan Pramana Dipta (2007511271)


2. Kadek Helia Rayani (2007511272)
3. I Dewa Gede Bagas Budiartha (2007511278)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas paper sederhana ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas paper ini kami membahas tentang “Lembaga
Keuangan Bukan Bank”. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper Ini. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran serta dukungan
kami butuhkan demi kesempurnaan tugas paper. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 10 Maret 2022

Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank..................................................... 4
2.1.1 Fungsi dan Peran Lembaga Keuangan Bukan Bank............................... 4
2.2 Macam-Macam Lembaga Keuangan Bukan Bank............................................. 4
2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup LPD.................................................................. 4
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................... 46
2.1 Kesimpulan......................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu,
1.2.1 Apa saja pengertian lembaga keuangan bukan bank?
1.2.1.1 Apa saja fungsi dan peran lembaga keuangan bukan bank?
1.2.2 Apa saja macam-macam lembaga keuangan bukan bank?
1.2.3 Apa saja pengertian dan ruang lingkup LPD?

1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu,
1.3.1 Mengetahui bagaimana pengertian lembaga keuangan bukan bank.
1.3.1.1 Mengetahui bagaimana fungsi dan peran lembaga keuangan bukan bank.
1.3.2 Mengetahui bagaimana macam-macam lembaga keuangan bukan bank.
1.3.3 Mengetahui bagaimana pengertian dan ruang lingkup LPD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank


Secara sederhana lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya
menyalurkan dana atau kedua-duanya. Sebagai lembaga perantara (intermediary), antara
pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, lembaga keuangan
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu lembaga keuangan depository dan lembaga keuangan
non-depository. Lembaga keuangan depository sebagian besar dananya diperoleh dengan
cara menghimpun dana dari masyarakat, yang dilakukan dengan menawarkan jasa tabungan
atau simpanan. Simpanan ini bisa berupa giro, tabungan, deposito, dan simpanan-simpanan
lain. Selanjutnya dana ini ditawarkan pada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
lain misalnya kredit, atau untuk membeli aset keuangan lain. Contoh lembaga keuangan
depository adalah bank (bank umum, bank perkreditan rakyat, bank syariah, bank
perkreditan rakyat syariah), dan lembaga simpan pinjam (misalnya koperasi).
Lembaga non-depository, adalah lembaga keuangan dimana penghimpunan dana
masyarakat tidak dilakukan dengan menawarkan produk tabungan atau simpanan, melainkan
dengan cara lain. Contoh lembaga keuangan non-depository adalah asuransi, lembaga
pembiayaan, lembaga dana pensiun, lembaga reksa dana (mutual funds), dan lembaga-
lembaga lain.
Pengertian lembaga keuangan bukan bank atau sering juga digunakan istilah lembaga
keuangan non-bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang
secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan
kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan untuk mendapatkan kemakmuran dan keadilan masyarakat.
2.1.1 Fungsi dan Peran Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang
menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan
ini adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris), credit
union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana
pensiun, pegadaian dan bisnis serupa. Pada umumnya lembaga keuangan ini dibagi
kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank
(asuransi, pegadaian, perusahaan sekuritas, lembaga pembiayaan, dll).
Fungsi lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara
pemilik modal dan pasar uang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari
investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga
keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana
uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan, sehingga resiko dari
para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana
tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Ini merupakan
tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan.
Lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank dalam sistem keuangan
negara memiliki 13 sekurang-kurangnya 7 peran pokok, yaitu

1. Peran tabungan (Saving function)

Sistem keuangan menyediakan suatu mekanisme dan instrumen

tabungan, misalnya: obligasi, saham dan instrumen lain yang

diperjualbelikan di pasar uang dan pasar modal yang dapat memberikan

pendapatan bagi pemiliknya. Dana dari kepemilikan instrumeninstrumen

tersebut pada akhirnya dapat dipergunakan kembali untuk melakukan

investasi dalam produksi barang dan jasa yang pada akhirnya dapat

memacu kegiatan perekonomian lebih baik lagi.

2. Peran kekayaan (Wealth function)

Suatu sistem keuangan menyediakan instrumen keuangan yang

dapat menyimpan dana yang berlebih dari masyarakat dalam bentuk

obligasi, saham, surat utang negara, dan instrumen lain, dimana nilai

instrumen-instrumen ini tidak akan berkurang malah akan memberikan

pendapatan yang tidak sedikit bagi pemiliknya. Bandingkan apabila uang


yang dimiliki dipergunakan untuk membeli barang bergerak sebagai

pilihan dalam menyimpan harta, nilai barang bergerak l tersebut akan

berkurang dari waktu ke waktu akibat mengalami penyusutan.

3. Peran likuiditas (Liquidity function)

Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan dapat

dikonversi menjadi kas atau uang tunai dengan cepat dan resiko yang

kecil, apabila sang pemilik instrumen membutuhkan uang tunai. Uang

yang disimpan di bank dapat mengalami penurunan nilai akibat terjadinya


inflasi, dan juga hasil yang diberikan dari tabungan dana di bank relatif

kecil bila dibandingkan dengan instrumen keuangan di pasar-pasar

keuangan.

4. Peran kredit (Credit function)

Pasar keuangan disamping menyediakan likuiditas dan

memfasilitasi arus dana tabungan, juga menyediakan fasilitas kredit untuk

membiayai kebutuhan konsumsi dan investasi. Konsumen membutuhkan

kredit untuk membeli barang-barang, misalnya rumah dan mobil.

Sedangkan sektor usaha membutuhkan kredit untuk membiayai produksi

dan investasi yang dilakukan.

5. Pembayaran (Payment function)

Sistem keuangan juga menyediakan instrumen untuk melakukan

mekanisme pembayaran atas transaksi barang dan jasa. Instrumen yang

biasa digunakan antara lain: cek, giro, kartu kredit dan kartu debit. Jasa-

jasa yang ditawarkan oleh pihak bank dewasa ini sangat bervariasi dalam

hal jasa pembayaran, misalnya: kliring, transfer elektronik, phone banking,

dan banyak lagi. Mekanisme pembayaran atau transfer secara online

menjadi suatu trend baru yang dilakukan oleh pihak perbankan, dan juga
dapat menjadi suatu alternatif bagi perbankan dalam memperoleh

pendapatan dan meningkatkan fee base income mereka.

2.2 Macam-Macam Lembaga Keuangan Bukan Bank


Berdasarkan beberapa pengamatan, lembaga keuangan non-depository yang
berkembang saat antara lain:
1. Perusahaan asuransi (insurance companies).
2. Lembaga pembiayaan (finance companies).
3. Perusahaan Sekuritas (securities firms).
4. Dana pensiun (pension funds).
5. Reksa dana (mutual funds).
6. Perusahaan lindung nilai (hedge funds).
Sama halnya dengan perbankan, di beberapa negara, lembaga keuangan non-
depository mempunyai model yang kurang lebih sama, namun terdapat penyesuaian bentuk
teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut.
Di Indonesia, pengertian lembaga keuangan non-depository atau lembaga keuangan
non-bank, tertera dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No KEP38/MK/IV/1/1972
Tentang Perobahan dan Tambahan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
KEP-792/MK/IV/12/1970. Dalam Surat Keputusan tersebut yang dimaksud "lembaga
keuangan" ialah semua badan yang melalui kegiatankegiatannya dibidang keuangan,
secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan
mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya kedalam masyarakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan-perusahaan. Kegiatan bidang keuangan meliputi,
1. Menghimpun dana-dana dengan djalan mengeluarkan kertas berharga.
2. Memberikan kredit terutama kredit jangka menengah dan panjang kepada
perusahaan-perusahaan/projek-projek baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun
swasta.
3. Mengadakan penyertaan modal didalam perusahaan-perusahaan/ projekprojek.
penyertaan modal tersebut bersifat sementara sampai sahamsahamnya dapat
diperjual belikan dipasar modal.
4. Bertindak sebagai perantara dari perusahaan-perusahaan indonesia dan badan-
badan hukum pemerintah untuk mendapatkan sumber permodalan berupa
pinjaman dan penyertaan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
5. Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan peserta/kompanyon baik dalam
maupun luar negeri untuk mengadakan joint venture.
6. Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan tenaga ahli dan memberi
nasehat-nasehat keahlian.
7. Melakukan usaha-usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetudjuan
menteri keuangan.
Selanjutnya, bentuk-bentuk lembaga keuangan non-bank mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan perekonomian dan industri lembaga keuangan global. Pada
masa sekarang, masing-masing lembaga keuangan non-bank diatur dengan aturan yang
berbeda-beda. Dengan aturan ini, selanjutnya lembaga keuangan beroperasi sesuai aturan
yang berlaku.
Adapun jenis-jenis lembaga keuangan non-bank yang ada (sesuai aturan yang
berlaku) di Indonesia saat ini antara lain: Perusahaan pembiayaan (finance companies),
Lembaga asuransi, Dana pensiun, Pegadaian, Perusahaan efek/sekuritas (securities
company), dan Perusahaan investasi (investment companies).
1. Perusahaan Pembiayaan (Finance Companies)
Perusahaan pembiayaan merupakan lembaga keuangan yang menawarkan
berbagai macam jasa pembiayaan, baik untuk pembiayaan investasi maupun
untuk pembiayaan konsumen. Operasional perusahaan ini diatur dengan PP No. 1
Tahun 1988. Menurut PP No. 1 Tahun 1988 ini, Lembaga Pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Selain itu, Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank
maupun Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.
Dalam PP No. 1 Tahun 1988 tersebut, perusahaan pembiayaan di
Indonesia dapat berupa:
a. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company)
adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang
untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau
berkala.
b. Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah badan usaha
yang melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa
dengan menggunakan kartu kredit.
c. Perusahaan Anjak piutang (Factoring Company) adalah badan usaha
yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
d. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara "Finance Lease" maupun "Operating Lease"
untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
e. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah
badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
perdagangan surat berharga.
f. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan
pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu.
2. Lembaga Asuransi (Insurance Companies)
Perusahaan asuransi menawarkan jasa perlindungan atas risiko, baik
berupa risiko jiwa, risiko kesehatan, risiko bisnis, maupun perlindungan lain
misalnya harta. Lembaga ini menawarkan jasa atas dasar sistem kontrak, sehingga
termasuk kategori contractual institution. Dalam operasionalnya, lembaga
keuangan asuransi ini diatur dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian. Berdasarkan UU tersebut, pengertian perusahaan asuransi
adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui
pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota
masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya
seseorang; dan usaha penunjang usaha jasa asuransi yang menyelenggarakan jasa
keperantaraan, penilaian kerugian asuransi dan jasa keaktuariaan. Usaha asuransi
terdiri dari:
a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.
b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
c. Usaha asuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
atau Perusahaan Asuransi Jiwa.
Sedangkan usaha penunjang asuransi terdiri dari:
a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi
dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
b. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penempatan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi
dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian
terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria.
e. Usaha agen asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam
rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
3. Dana Pensiun (Pension Funds)
Dana pensiun menawarkan pengelolaan dana pensiun dengan memberikan
jaminan pendapatan di masa pensiun. Lembaga ini juga menawarkan jasa atas
dasar kontrak, sehingga masuk dalam kategori contractual institution. Di
Indonesia, operasional usaha dana pensiun ini diatur dengan Undang-Undang
Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun. Berdasarkan UU ini, pengertian
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program
yang menjanjikan manfaat pensiun. Jenis Dana Pensiun ada dua, yaitu
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja, yang terdiri dari:
1) Dana Pensiun Pemberi Kerja, adalah Dana Pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan
karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program
Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi
kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai
peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi
Kerja.
2) Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan, adalah Dana Pensiun
Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran
Pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan
pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan, adalah Dana Pensiun yang
dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun
pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan.
4. Pegadaian
Pegadaian adalah lembaga keuangan yang menawarkan jasa gadai. Jasa
gadai prinsipnya adalah jasa kredit namun dengan sistem gadai yaitu dengan
jaminan barang bergerak. Di Indonesia, perusahaan pegadaian ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang awalnya berbentuk Perusahaan
Jawatan (Perjan), namun saat ini berbentuk Perusahaan Umum (Perum).
Operasional lembaga ini diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000
Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Berdasarkan PP tersebut,
Perusahaan Umum Pegadaian menyelenggarakan usaha sebagai berikut.
a. Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
b. Penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan
jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit
toko emas, dan industri perhiasan emas serta usaha-usaha lainnya
yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan,
dengan persetujuan Menteri Keuangan.
5. Perusahaan Efek (Securities Companies)
Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas adalah lembaga keuangan yang
memberikan jasa penjaminan emisi (underwriting), perantara (brokerage), pelaku
perdagangan efek/saham (dealer), dan pengelola investasi (investment
management). Karena jasa yang ditawarkan lebih dominan pada jasa investasi,
maka perusahaan ini termasuk dalam kategori investment institution.
Di Indonesia operasional perusahaan efek diatur dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, karena perusahaan efek merupakan
komponen penting dari pasar modal. Berdasarkan UU tersebut, Perusahaan Efek
adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. Sementara Manajer
Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk
para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan
sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Reksa Dana (Mutual Fund)
Salah satu bentuk perusahaan investasi di Indonesia adalah Reksadana.
Reksadana merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan dalam
bentuk reksadana, yaitu mengelola dana dalam berbagai bentuk investasi dengan
prinsip memberikan pendapatan yang maksimum dengan risiko tertentu. Sama
halnya dengan perusahaan sekuritas, karena Reksadana merupakan komponen
penting dari pasar modal, maka pengaturan operasional Reksadana adalah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Menurut Undang-undang tersebut Reksadana adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dari
pengertian tersebut, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana,
yaitu
a. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi.
b. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah
terdiversifikasi.
c. Manajer investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat
investor.
Dalam reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang
ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun
kerugian dan menerima deviden atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai
Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut. Kekayaan reksadana yang dikelola
oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang
tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang
akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur.

2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup LPD


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA

You might also like