You are on page 1of 36

LAPORAN STUDI KASUS PKL AGK LANJUT

PASIEN ASMA BRONCHIALE


DI BAGIAN RUANG ASTER
RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6
RIRIN LESTARI
MUHAMMAD F .SETIADY
FIRDA W.F WATORA 5134111842
SWIETENIA D. FATIE 5134111865

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER
DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKKES SORONG PROGRAM STUDI D.III GIZI
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus


Pasien Asma Asma Bronchiale Di Bagian Ruang Aster
RSUD Sele Be Solu Kota Sorong

Disusun oleh
Kelompok 6
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Sorong, 24 Februari 2021

Kepala Instalasi Gizi Clinical Instruktur RS


RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG

Agustina Noni, SKM Irawati, AMG


NIP: 197508082002122009 NIP :198108282004122001

Ketua Jurusan Gizi Clinical Instruktur Kampus

Radeny Ramdany, SKM,M.Kes Ibu Sriyanti, M.Si


NIP :198904162012122001 NIP:198803172010122005

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
kasih dan kemurahan-Nya hingga penulis dapat mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan
Asuhan Gizi Klinik (AGK) di Rumah Sakit RSUD SELE BE SOLU.
Penulis menyadari selama mengikuti PKL serta penyusunan laporan
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan, sehingga dalam kesempatan ini penulis
hendak menyampaikan terima kasih kepada:
1. Direktur RS Sele Be Solu Sorong yang telah mengijinkan pelaksanaan
PKL AGK di RS Sele Be Solu.
2. Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong Papua Barat yang telah membantu
pelaksanaan PKL AGK di RS Sele Be Solu.
3. Ibu Agustina Noni, SKM, sebagai kepala instalasi Gizi RSUD Sele Be
Solu Sorong.
4. Ibu Radeni Ramdany, M.kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Sorong Papua Barat.
5. Ibu Irawati, AMG, selaku pembimbing lapangan di RSUD Sele Be Solu
atas bimbingan dan arahan selama PKL AGK.
6. Dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
selama PKL dan kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan laporan ini.
Selama Praktek Kerja Lapangan di RSUD Sele Be Solu. Penulis sadari
telah melakukan banyak kesalahan, begitu pula dengan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Kelompok 6

3
DAFTAR ISI

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR LAMPIRAN

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


Kasus Ny. D masuk rumah sakit tanggal 8 februari 2021 dengan
keluhan Mengeluh sesak nafas, batuk lendir dan susah bernafas keluhan
dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,riwayat penyakit sekarang
,pasien megeluh sesak nafas ,batuk lendir dan susah dikeluarkan. Riwayat gizi
pasien sebelum masuk rumah sakit asupan makan pasien sudah berkurang,
karena meengikuti diet yang dianjurkan oleh dokter klinik
Asma bronkial merupakan penyakit penyempitan saluran pernapasan
yang disebabkan oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap
berbagai macam rangsangan. Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat
sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat maupun dengan
obat (Admin, 2011). Ny .D sendiri sudah riwayat penyakit ini dari keluarga.

B. Data Dasar Pasien (antro, fisik/klinis, lab, riwayat makan (%asupan))


1. Antropometri

Tabel 1.antropometri
Antropometri keterangan
BB 79 kg
TB 156 cm
IMT 32, 51 kg/M2
Status gizi obesitas

7
2. Fisik/klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis 8 Februari 2021
Jenis pemeriksaan Hasil Keterangan
Keadaan umum Lemas rendah
Suhu 36 C
o
Normal
Nadi 90x/menit Tidak normal
Tekanan darah 140/100 mmHg tinggi
Kolestrol 258 mg/dl tinggi
Sumber : Rekam Medis

3. Laboratorium
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 8 Februari
Hasil pemeriksaan hematologi Nilai normal Keterangan
WBC 13,9 3,8- 10,6 Tinggi
RBC 5,15 4,4-5,90 Normal
HGB 15,6 12,0-16,0 Normal
HCT 45,3 40,0-54,0 Normal
PLT 248 150-400 Normal
PCT 0,27 0,100_0,500 Rendah

MVC 88,0 76-96 Normal


MCH 30,3 27-32 Normal
MCHC 34,4 23-36 Normal
RDW 13,7 11,6-14,8 Normal
MPV 10,9 4,0-11,0 Normal
PDW 14,1 10,0-18,0 Normal
Normal
DIFF
LYM 13,1 20,0-40,0 Normal
MON 5,7 4 0-8,0 Normal
NEUT 81,2 40,0-70,0 Tinggi
8
Glukosa 87 mg/dl 80-160 mg/dl
sewaktu
Cholesterol 253 mg/dl ≤ 200 mg/dl
Sumber: Rekam Medis

4. Riwayat Makan
a. Sebelum intervensi

Tabel 4 : recall 24 jam sebelum intervensi 9 frebuari 2021


Waktu Menu Bahan makan Gram
Pagi (08.00) Bubur Beras giling 3 sdm
Telur rebus Telur ayam ½ butir
Selingan(10.00 Roti tawar Roti putih 4 lembar
)
Siang ( 12.00) Bubur Beras giling 4 sdm
Sayur sop Wortel 3 sdm
Kentang
Buncis
Ayam
Ikan kuah Ikan oci segar ½ ekor
bening Minyak kelapa 1 sdm
sawit
Selingan Buah apel Apel merah 1 buah
Malam (19.00) Bubur Beras giling 3 sdm

b. Asupan Zat Gizi Sebelum Intervensi


Tabel 5. Asupan Zat Gizi 9 februari 2021
Zat gizi Kebutuhan Total asupan % asupan
Energi (kkal) 1618 653,1 40,3%
Protein (g) 100,8 31,6 31,5%
Lemak (g) 37 17,2 47,8%
Karbohidrat (g) 226,46 99,7 44%

9
Kesimpulan Total asupan masih kurang, asupan kurang
<80% (Depkes 1996)

5. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi : menengah

BAB II

PENENTUAN MASALAH

A. Temuan Masalah (tabel masalah gizi: antro, fisik/klinis, lab, riwayat


makan, pengetahun)
Tabel 2.1.Temuan Masalah sebelum Intervensi

Indikator Masalah Keterangan


Antropometri 32, 51 kg/M2 Status gizi lebih
Fisik/Klinis 140/100 mmHg Tinggi
Laboratorium 253 mg/dl tinggi
Asupan <80% kurang

B. Riwayat Makan
1. Sebelum intervensi

Tabel 2.2 : recall 24 jam sebelum intervensi 9 frebuari 2021


Waktu Menu Bahan makan Gram
Pagi (08.00) Bubur Beras giling 3 sdm
Telur rebus Telur ayam ½ butir
Selingan(10.00 Roti tawar Roti putih 4 lembar
)
Siang ( 12.00) Bubur Beras giling 4 sdm
Sayur sop Wortel 3 sdm
Kentang
Buncis
Ayam

10
Ikan kuah Ikan oci segar ½ ekor
bening Minyak kelapa 1 sdm
sawit
Selingan Buah apel Apel merah 1 buah
Malam (19.00) Bubur Beras giling 3 sdm

2. Intervensi di rumah sakit

Waktu Menu Bahan makan Gram


Pagi (08.00) Bubur Beras giling 3 sdm
Suiran ayam Ayam segar 3 sdm
goreng
Sayur sop Wortel 3 sdm
Kentang
Buncis
Telur dadar telur ayam telur ayam
Selingan(09.00 Roti tawar Roti putih 4 lembar
)
Siang ( 12.00) Bubur Beras giling 3 sdm
Wortel 4 sdm
Kentang
Buncis

Selingan Buah apel Apel merah 1 buah


Malam (19.00) Bubur Beras giling 3 sdm
Ikan oci kuah Ikan oci stengah
bening
C. Diagnosa Gizi

1. Diagnosis gizi sebelum intervensi

Tabel 7.Domain intake (NI)


Problem penyebab Tanda/gejala

11
NI.1.2 Asupan energy tidak Total konsumsi
adekuat yang energy yang
berkaitan dengan kurang dari
kurangnya kebutuhan, rata
pengetahuan pasien rata total
tentang makanan asupan pasien
dan zat gizi hanya 40,3%
atau 653,1 kkal

ditandai dengan
NI.2.1 asupan makanan dan hasil recall 24
minuman peroral jam sebelum
tidak adekuat yang intervensi yaitu
disebabkan oleh E: 40,3%
kondisi fisik pasien P: 31.5%
(batuk & sesak) L: 47,8%
KH: 44

NI.5.6.1 Kurang pengetahuan Total konsumsi


terkait makanan dan lemak yang
zat gizi terutama kurang dari
tentang aspan kebutuhan,
lemak, pasien takut yaitu 17,2 gram
mengkonsumsi atau hanya
makanan berlemak 47,8% dari
karena Riwayat kebutuhan
penyakit kolestrol

Riwayat makan Ditandai


NI.5.6.2 pasien yang dulu dengan data

12
sering biokimia
mengkonsumsi menunjukan
makanan berminyak cholesterol =
258 mg/dl
sedangkan
nilai normalnya
< 200 mg/dl

Kurangnya Asupan protein


NI.5.7.1 pengetahuan terkait kurang dari
makanan dan zat kebutuhan yaitu
gizi terutama 31,6 gram atau
tentang asupan hanya 31,5%
protein dari kebutuhan

NI.5.8.1 Kurangnya Asupan


pengetahuan terkait karbohidrat
masalah gizi kurang dari
terutama asupan kebutuhan yaitu
karbohidrat, dari 99,7 gram atau
hasil recall sebelum hanya 44%
intervensi, pasien
hanya
mengkonsumsi Nasi
hanya 5 sdm

13
2. Domain problem klinik (NC)

Tabel 11. Domain problem klinik (NC)

problem Penyebab Tanda/gejala

NC.2.2 Perubahan nilai Peningkatan serum


laboratorium terkait lipid ditandai
gizi (spesifik) dengan naiknya
kadar kolestrol 258
mg/dl

NC.3.3 Berat badan pasien IMT pasien


berlebih dengan pola mencapai 32,51
makan yang salah kg/m2 (diatas
normal)

14
BAB III

RENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi (dietnya, prinsip, syarat, bentuk makanan,


perhitungan kebutuhan, menu)
1. Tujuan Diet
Berdasarkan data NCP pada pasien memiliki tujuan antara lain:
 Berperilaku hidup sehat
 Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur,
gendre dan kebutuhan fisik.
 Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2
 Mengurangi asupan energi sehingga tercapai penurunan berat badan
normal
 Memperbaiki pola dan kebiasaan makan
 Untuk mengurangi asupan kalori dan tatalaksanan diet gizi untuk
pasien Asma Bronchiale.
 Membantu memberikan informasi tentang Asma Bronchiale.
2. Prinsip/Syarat Diet
 Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
 Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
 Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
 Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori
energi,kalori protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram

15
3. Perencanaan kebutuhan energi dan zat gizi
Pengkajian data antropometri untuk mengetahui status gizi
pasien.Data diperlukan antara lain berat badan dan tinggi
badan.Kemudian dilakukan perhitungan BB ideal (BBI) dan di peroleh
hasil BBI Ny.D.E 50,4 ±79 Kg.BB Aktual Ny.D.E tergolong Obesitas
karena berada di atas kisaran IMT normal menurut perhitungan, setelah
mengetahui status gizi maka dilakukan energi dan zat gizi pada pasien
Ny.D.E menggunakan rumus Harris Benedict yaitu:

Wanita: BMR = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB)- (4,7 x U)


655 + (9,6 x 50,4) + (1,8 x156) – (4,7 x 41)
655 + 483,84 + 280,8 – 192,7
1.226,94 kKal
Total Energi =BMR x FS x FA
= 1.226 x 1,2 x1,1
= 1.618
Kebutuhan Protein = 2 gram x BBI
= 2 x 50,4
=100,8 gram.
= [(100,8 x 4)/ 1.618] x 100
= 24%
Kebutuhan Lemak= 20% x 1.618
= 323,6:9
= 35,95 => 36 gr (pembulatan)
Kebutuhan Karbohidrat = kalori energi –( kalori protein+kalori lemak)
= 100 –( 24% – 20%)
= 56%
56 % x 1.618
KH = =226,46 gr => 226 gr (pembulatan)
4

16
B. Implementasi Asuhan Gizi (menu yang dikasi saat intervensi selama
beberapa hari)
1. Diet Pasien
Jenis Diet : Diet Tinggi Protein dan Rendah Kalori
Bentuk Makanan : Lunak/oral
Frekuensi pemberian : 3x makanan utama 2x selingan

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Epidemiologi Dan Etiologi Asma Bronkial


Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering
dijumpai pada awal kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali
sebelum berumur 10 tahun dan sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum
umur 40 tahun. Pada usia anak-anak, terdapat perbandingan 2:1 untuk laki-
laki dibandingkan wanita, namun perbandingan ini menjadi sama pada
umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang
lain dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara
5 –7 %.4,5.
Atopi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan
asma. Asma alergi sering dihubungkan dengan riwayat penyakit alergi
pribadi maupun keluarga seperti rinitis, urtikaria, dan eksema. Keadaan ini
dapat pula disertai dengan reaksi kulit terhadap injeksi intradermal dari
ekstrak antigen yang terdapat di udara, dan dapat pula disertai dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan atau respon positif terhadap tes
provokasi yang melibatkan inhalasi antigen spesifik.
Pada manusia alergin berupa debu rumah (tungau) marupakan
pencetus tersering dari eksaserbasi asma. Tungau-tungau tersebetut secara
biologis dapat merusak struktur daripada saluran nafas melalui aktifitas

17
proteolitik, yang selanjutnya menghancurkan integritas dari tight junction
antara sel-sel epitel. Sekali fungsi dari epitel ini dihancurkan, maka alergen
dan partikel lain dapat dengan mudah masuk ke area yang lebih dalam
yaitu di daerah lamina propia. Penyusun daripada tungau-tungau pada
debu rumah ini yang memiliki aktivitas protease ini dapat memasuki
daerah epitel dan mempenetrasi daerah yang lebih dalam di saluran
pernafasan.
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan imune dan
nonimunologi juga merupakan pencetus daripada asma termasuk rokok
dan perokok pasif. Kira-kira 25% sampai 30% dari penderita asma adalah
seorang perokok. Hal ini menyimpulkan bahwa merokok ataupun terkena
asap rokok akan meningkatkan morbiditas dan keparahan penyakit dari
penderita asma. Terpapar asap rokok yang lama pada pasien asma akan
berkontribusi terhadap kerusakan dari fungsi paru, yaitu penurunan kira-
kira 18% dari FEV 1 selama 10 tahun.

B. Patofisiologi

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan


proses yang sangat kompleksdan melibatkan beberapa komponen yaitu
hiperresponsif dari bronkial, inflamasi dan remodeling saluran pernafasan.

1. Penyempitan Saluran Napas


Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya
gejala dan perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya penyempitan saluran napas yaitu kontraksi
otot polos saluran napas, edema pada saluran napas, penebalan dinding
saluran napas dan hipersekresi mukus.
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap
berbagai mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah
mekanisme dominan terhadap penyempitan saluran napas dan
prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator. Edema pada

18
saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini
penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan
karena perubahan struktural atau disebut juga “remodelling”.3Proses
inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan
yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing
process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel
yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru. Proses penyembuhan
tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan
jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma
kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses penyembuhan dan
inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan struktur yang
komplek yang dikenal dengan airway remodelling.
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan
jaringan yang menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi
berulang-ulang. Proses remodeling ini yang menyebabkan terjadinya
asma. Namun, pada onset awal terjadinya proses ini kadang-kadang
sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik, dikatakan proses
remodeling ini dapat menyebabkan asma secara simultan. Proses dari
remodeling ini dikarakteristikan oleh peningkatan deposisi protein
ekstraselular matrik di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan
peningkatan daripada ukuran sel atau hipertropi dan peningkatan
jumlah sel atau hiperplasia.

2. Hiperreaktivitas saluran napas


Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan
patofisiologis yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma.
Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap reaktivitas yang
berlebihan atau hiperreaktivitas ini belum diketahui dengan pasti tetapi
mungkin berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas
(hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang

19
menyebabkan perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding
saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat memperberat
penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos.

C. Penyebab
Asma adalah kondisi ketika saluran udara pada sistem pernapasan mengalami
penyempitan dan menghasilkan lendir berlebih. Kondisi ini lantas membuat
seseorang jadi kesulitan bernapas, sesak napas, batuk-batuk, dan
mengi.Penyakit pernapasan ini bisa dialami oleh semua golongan usia, tidak
terkecuali lansia. Sama seperti asma pada kelompok usia lainnya, penyebab
asma pada lansia sendiri hingga kini belum dapat diketahui secara pasti.
Namun, ada sejumlah faktor pemicu terjadinya asma, seperti:
 Alergi debu
 Paparan polusi udara
 Infeksi saluran pernapasan
 Melakukan olahraga berat
 Penyakit keturunan

D. Diagnosis asma

Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan


nafas yang reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat
penyakit/gejala:
 bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
 gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa beratdi dada, dan berdahak.
 gejala timbul/memburuk di malam hari.
 respons terhadap pemberian bronkodilator.
Selain itu melalui anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat
keluarga (atopi), riwayat alergi/atopi, penyakit lain yang memberatkan,
perkembanganpenyakit dan pengobatan.Adapun beberapa tanda dan gejala
yang dapat meningkatkan kecurigaan terhadap asma adalah :

20
1.Di dengarkan suara mengi (wheezing)sering pada anak-anak apabila
didapatkan pemeriksaan dada yang normal, tidak dapat mengeksklusi
diagnosis sama, apabila terdapat:
a) Memiliki riwayat dari:
 Batuk, yang memburuk dimalam hari
 Mengi yang berulang
 Kesulitan berafas
 Sesak nafas yang nberulang
 Keluhan terjadi dan memburuk saat malam
b) Keluhan terjadi atau memburuk saat musim tertentu
c) Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat
keluarga asma atau penyakit atopi
d) Keluhan terjadi atau memburuk apabila terpapar:
 Bulu binatang
 Aerosol bahan kimia
 Perubahan temperature
 Debu tungau
 Obat-obatan (aspirin,beta bloker)
 Beraktivitasg.Serbuk tepung sarih.Infeksi saluran pernafasan
 Rokok
 Ekspresi emosi yang kuat

2. Keluhan berespon dengan pemberian terapi anti asma


Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda obstruksi
saluran nafas dan tanda yang khas adalah adanya mengi pada auskultasi.
Namunpada sebagian penderita dapat ditemukan suara nafas yang
normal pada auskultasi walaupun pada pengukuran faal paru telah terjadi
penyempitan jalan nafas.
Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas,
reversibiliti kelainan faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian

21
tidak langsung hiper-responsif jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang
standar adalah pemeriksaan spirometri dan peak expiratory flow meter
(arus puncak ekspirasi).Pemeriksaan lain yang berperan untuk diagnosis
antara lain uji provokasi bronkus dan pengukuran status alergi. Uji
provokasi bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas
rendah. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifikserum, namun cara ini
tidak terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya membantu dalam
mengidentifikasi faktor pencetus.
E. Penatalaksanaan Gizi Asma
Tujuan utama penatalasanaan diet pada penderita asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Penatalaksanaan diet penyakit asma :
Diet yang diberikan diet rendah kalori :
Kebutuhan
Energi : 1.618
Protein : 100,8gr
Lemak : 35,95 gr
Karbohitrat : 226gr
Syarat diet :
• Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
• Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
• Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
• Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori
energi,kalori protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram.

Cairan vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh,Makanan yang
diberikan dalam bentuk mudah dicerna, Makanan tidak merangsang, ‘;=indari
bahan makanan yang mengandung sulfit dapat me

22
BAB Antropometr Hasil Identifikasi masalah gizi
V i

IMT (indeks IMT :


massa tubuh) 79/1562 Berdasarkan perhitungan
: 79/2,4336 IMT, status gizi Ny. DE
IMT : BB/TB2 termasuk dalam kategori
IMT : 32,51 kelebihan berat badan
kg/m2 (Gemuk)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring (tabel progres antro, tabel progres fisik/klinis, tabel progres lab,
tabel progres diet/makan)

1. Data antropometri pasien

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Antropometri

23
2. Fisik/klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis 8 Februari 2021

Jenis Hasil Keterangan


pemeriksaan

Keadaan umum Lemas

Suhu 36oC Normal

Nadi 90x/menit Normal

Tekanan darah 140/100 mmHg Tinggi

Kolestrol 258 mg/dl Tinggi

3. Laboratorium

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 8 Februari

Hasil Pemeriksaan Nilai Keterangan


Hematologi Normal

WBC 13,9 3,8- 10,6 Tinggi

PCT 0,27 0,100_0,50 Rendah


0

NEUT 81,2 4 0-8,0 Tinggi


40,0-70,0

Cholesterol 253 ≤ 200 Tinggi


mg/dl mg/dl

24
Sumber : Rekam Medis

4. Implementasi Asuhan Gizi

Tabel 4. Implementasi asuhan gizi

Diet Pasien Keterangan


Jenis Diet Diet Tinggi Protein Dan Rendah
Kalori
Bentuk Makanan Lunak/Oral
Frekuensi Pemberian 3x Makanan Utama 2x Silingan

B. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien (dijelaskan diet yang diberikan bagaimana?


Apakah bisa dihabiskan oleh pasien atau tidak, edukasi yang diberikan
berhasil atau tidak)

1. Perkembangan Pengobatan yang Berhubungan dengan Gizi


Selama tiga hari intervensi dilakukan, pasien mendapatkan
pengobatan yang berhubungan dengan gizi. Dimana makanan yang pasien
terima dalam bentuk lunak yang dsesuaikan dengan kondisi pasien dan
rendah garam. Pasien juga mengkonsumsi buah yang kami anjurkan untuk
membantu menormalkan Hb pasien.
2. Perkembangan Terapi Diet
Diet yang diberikan kepada pasien adalah Protein Tinggi, Rendah
Energi, Rendah Koleastrol dalam bentuk makanan lunak/oral. Pemberian
jenis diet ini disarankan pada hasil diagnosis medis, diagnosis gizi serta
anamnesis yang menunjukkan bahwa pasien mengalami Asma Bronkial.

25
Berdasarkan tujuan diet yang direncanakan untuk asuhan gizi pasien
dalma rangka intervensi, ternyata intervensi hanya berhasil memberikan
makana yang seimbang sesuai daya terima pasien.

BAB VI

KESIMPULAN

26
DAFTAR PUSTAKA

Megan Stapleton, PharmD, Amanda Howard-Thompson. Smoking and Asthma.


JABFM May–June 2011 Vol. 24 No. 3, p.313-322
Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto,
E. et al. (2004), Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta
N. Miglino, M. Roth, M. Tamm and P. Borger. House dust mite extract
downregulatesC/EBPa in asthmatic bronchial smooth muscle cells. Eur Respir J
2011; 38: 50–58
O’Byrne, P. Bateman, ED. Bosquet, J. Clark, T. Otha, K. Paggiaro, P. et al.
(2010), Global Initiative for AsthmaGlobal Strategy for Asthma Management and
Prevention, Ontario Canada

27
Sundaru, H. Sukamto.(2006),Asma Bronkial, In: Sudowo, AW. Setiyohadi, B.
Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid
I,Edisi Keempat,Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp: 247-252.
I. Bara, A. Ozier, J-M. Tunon de Lara, R. Marthan and P. Berger.
Pathophysiology of bronchial smoothmuscle remodelling in asthma. Eur Respir J
2010; 36: 1174–1184
McFaden, ER. (2005), Asthma, In: Kasper, DL. Pauci, AS. Longo, DL.
Draunwald, E. Hauser, SL. Jameson, JL. (eds), Harrison’s Principal of Medicine,
16thed, Vol 2, McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515
Chesnutt, MS. Prendergast, TJ. (2007), Lung, In: McPhee, SJ. Papadakis, MA.
(eds) Current Medical Diagnosis and Treatment, 46thed, McGrawHill,
Philadelphia, pp:230-241.
G. Horvath and A. Wanner. Inhaled corticosteroids: effects on theairway
vasculature in bronchial asthma. Eur Respir J 2006; 27: 172–187

Mario Castro, Adalberto S. Rubin, Michel Laviolette. Effectiveness and Safety of


Bronchial Thermoplasty inthe Treatment of Severe Asthma. Am J Respir Crit
Care Med Vol 181. pp 116–124, 2010

LAMPIRAN

28
FORMULIR ASUHAN GIZI TERSTANDAR

No. RM : 082745

Nama : Ny. D

Jenis kelamin : perempuan

Tempat tanggal lahir : 10 desember 1979 / 41 th

diagnosis medis : asma bronchiale

PENGKAJIAN GIZI

29
A. ANTROPOMETRI
BBI = ( TB-100)-10%(TB-100)
= (156 – 100) -10% ( 156 – 100)
= 56 -5,6
= 50,4
TB = 156 cm
BB:=79 kg
IMT = BB/〖TB〗^2 =79/〖156〗^2 =79/1,65=79/2,45=32,51
〖KG/〗^M2
Status gizi = obesitas

B. BIOKIMIA/LABORATORIUM/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 februari 2021
Hasil pemeriksaan Nilai normal Keterangan
hematologi dewasa Anak
WBC 13,9 3,8- 10,6 5,0-13,5 Tinggi
RBC 5,15 4,4-5,90 3,5-5,4 Normal
HGB 15,6 12,0-16,0 10,5-15,0 Normal
HCT 45,3 40,0-54,0 36,0-44,0 Normal
PLT 248 150-400 150-400 Normal
PCT 0,27 0,100_0,500 0,100-0,500 Rendah

MVC 88,0 76-96 77-101 Normal


MCH 30,3 27-32 23-31 Normal
MCHC 34,4 23-36 29,0-36,0 Normal
RDW 13,7 11,6-14,8 11,6-14,8 Normal
MPV 10,9 4,0-11,0 4,0-11,0 Normal
PDW 14,1 10,0-18,0 10,0-18,0 Normal
Normal
DIFF
LYM 13,1 20,0-40,0 20,0-40,0
MON 5,7 4 0-8,0 4 0 – 8,0 Normal
NEUT 81,2 40,0-70,0 40,0-70,0 Normal
tinggi

30
31
C. KLINIS (RIWAYAT PENYAKIT & FISIK KLINIS)
Suhu : 360c
Nadi :90x/menit
Tekanan darah:140/100 mmHg
Lemas ,Sesak nafas ,batuk lendir ,dan susah dikeluarkan
D. RIWAYAT GIZI
Sekarang
Diet RS : diet rendah kalori
Recall asupan sebelum masuk rumah sakit
Energi : 40,3% lemak : 47,8 %
Protein : 31,5 % karbohitrat : 44 %

Dahulu
Pola makan : Pasien suka mengkonsumsi makanan berminyak seperti gorengan
suka memasak menggunakan santan. Suka mengonsumsi roti
(sarapan dengan 4 lembar roti tawar)
Alergi makanan : tidak ada
Komsumsi silingan : jajanan berminyak seperti goreng-gorengan dan satan
DIAGNOSIS GIZI

Asupan energy tidak Total konsumsi energy yang


NI.1.2
adekuat yang berkaitan kurang dari kebutuhan, rata
dengan kurangnya rata total asupan pasien
pengetahuan pasien hanya 40,3% atau 653,1
tentang makanan dan kkal
zat gizi

ditandai dengan hasil recall


NI.2.1 asupan makanan dan 24 jam sebelum intervensi
minuman peroral tidak yaitu
adekuat yang E: 40,3%
disebabkan oleh kondisi P: 31.5%
fisik pasien (batuk & L: 47,8%
sesak) KH: 44

32
INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet
Berdasarkan data NCP pada pasien memiliki tujuan antara lain:
• Berperilaku hidup sehat
• Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gendre dan
kebutuhan fisik.
• Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2
• Mengurangi asupan energi sehingga tercapai penurunan berat badan normal
• Memperbaiki pola dan kebiasaan makan
• Untuk mengurangi asupan kalori dan tatalaksanan diet gizi untuk pasien
Asma Bronchiale.
• Membantu memberikan informasi tentang Asma Bronchiale

Prinsip diet dan jenis diet


2. Prinsip/Syarat Diet
• Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
• Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
• Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
• Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori energi,kalori
protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram

Kebutuhan
Energi : 1.618
Protein : 100,8gr
Lemak : 35,95 gr
Karbohitrat : 226gr
Syarat diet :
• Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
• Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
• Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
• Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori energi,kalori
protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram
Perhitungan kebutuhan :
Wanita: BMR = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB)- (4,7 x U)
655 + (9,6 x 50,4) + (1,8 x156) – (4,7 x 41)
655 + 483,84 + 280,8 – 192,7
1.226,94 kKal
Total Energi =BMR x FS x FA
= 1.226 x 1,2 x1,1
= 1.618
Kebutuhan Protein = 2 gram x BBI
= 2 x 50,4

33
=100,8 gram.
= [(100,8 x 4)/ 1.618] x 100
= 24%
Kebutuhan Lemak= 20% x 1.618
= 323,6:9
= 35,95 => 36 gr (pembulatan)
Kebutuhan Karbohidrat = kalori energi –( kalori protein+kalori lemak)
= 100 –( 24% – 20%)
= 56%
KH = (56% x 1.618)/4=226,46 gr => 226 gr (pembulatan)
MONITORING & EVALUASI

B. RIFLET

34
TAMPAK DEPAN

35
TAMPAK BELAKANG

36

You might also like