Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKL Agk Kel.6
Laporan PKL Agk Kel.6
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
RIRIN LESTARI
MUHAMMAD F .SETIADY
FIRDA W.F WATORA 5134111842
SWIETENIA D. FATIE 5134111865
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
Kelompok 6
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
kasih dan kemurahan-Nya hingga penulis dapat mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan
Asuhan Gizi Klinik (AGK) di Rumah Sakit RSUD SELE BE SOLU.
Penulis menyadari selama mengikuti PKL serta penyusunan laporan
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan, sehingga dalam kesempatan ini penulis
hendak menyampaikan terima kasih kepada:
1. Direktur RS Sele Be Solu Sorong yang telah mengijinkan pelaksanaan
PKL AGK di RS Sele Be Solu.
2. Direktur Poltekkes Kemenkes Sorong Papua Barat yang telah membantu
pelaksanaan PKL AGK di RS Sele Be Solu.
3. Ibu Agustina Noni, SKM, sebagai kepala instalasi Gizi RSUD Sele Be
Solu Sorong.
4. Ibu Radeni Ramdany, M.kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Sorong Papua Barat.
5. Ibu Irawati, AMG, selaku pembimbing lapangan di RSUD Sele Be Solu
atas bimbingan dan arahan selama PKL AGK.
6. Dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
selama PKL dan kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan laporan ini.
Selama Praktek Kerja Lapangan di RSUD Sele Be Solu. Penulis sadari
telah melakukan banyak kesalahan, begitu pula dengan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Kelompok 6
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.antropometri
Antropometri keterangan
BB 79 kg
TB 156 cm
IMT 32, 51 kg/M2
Status gizi obesitas
7
2. Fisik/klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis 8 Februari 2021
Jenis pemeriksaan Hasil Keterangan
Keadaan umum Lemas rendah
Suhu 36 C
o
Normal
Nadi 90x/menit Tidak normal
Tekanan darah 140/100 mmHg tinggi
Kolestrol 258 mg/dl tinggi
Sumber : Rekam Medis
3. Laboratorium
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi 8 Februari
Hasil pemeriksaan hematologi Nilai normal Keterangan
WBC 13,9 3,8- 10,6 Tinggi
RBC 5,15 4,4-5,90 Normal
HGB 15,6 12,0-16,0 Normal
HCT 45,3 40,0-54,0 Normal
PLT 248 150-400 Normal
PCT 0,27 0,100_0,500 Rendah
4. Riwayat Makan
a. Sebelum intervensi
9
Kesimpulan Total asupan masih kurang, asupan kurang
<80% (Depkes 1996)
5. Sosial Ekonomi
BAB II
PENENTUAN MASALAH
B. Riwayat Makan
1. Sebelum intervensi
10
Ikan kuah Ikan oci segar ½ ekor
bening Minyak kelapa 1 sdm
sawit
Selingan Buah apel Apel merah 1 buah
Malam (19.00) Bubur Beras giling 3 sdm
11
NI.1.2 Asupan energy tidak Total konsumsi
adekuat yang energy yang
berkaitan dengan kurang dari
kurangnya kebutuhan, rata
pengetahuan pasien rata total
tentang makanan asupan pasien
dan zat gizi hanya 40,3%
atau 653,1 kkal
ditandai dengan
NI.2.1 asupan makanan dan hasil recall 24
minuman peroral jam sebelum
tidak adekuat yang intervensi yaitu
disebabkan oleh E: 40,3%
kondisi fisik pasien P: 31.5%
(batuk & sesak) L: 47,8%
KH: 44
12
sering biokimia
mengkonsumsi menunjukan
makanan berminyak cholesterol =
258 mg/dl
sedangkan
nilai normalnya
< 200 mg/dl
13
2. Domain problem klinik (NC)
14
BAB III
15
3. Perencanaan kebutuhan energi dan zat gizi
Pengkajian data antropometri untuk mengetahui status gizi
pasien.Data diperlukan antara lain berat badan dan tinggi
badan.Kemudian dilakukan perhitungan BB ideal (BBI) dan di peroleh
hasil BBI Ny.D.E 50,4 ±79 Kg.BB Aktual Ny.D.E tergolong Obesitas
karena berada di atas kisaran IMT normal menurut perhitungan, setelah
mengetahui status gizi maka dilakukan energi dan zat gizi pada pasien
Ny.D.E menggunakan rumus Harris Benedict yaitu:
16
B. Implementasi Asuhan Gizi (menu yang dikasi saat intervensi selama
beberapa hari)
1. Diet Pasien
Jenis Diet : Diet Tinggi Protein dan Rendah Kalori
Bentuk Makanan : Lunak/oral
Frekuensi pemberian : 3x makanan utama 2x selingan
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
17
proteolitik, yang selanjutnya menghancurkan integritas dari tight junction
antara sel-sel epitel. Sekali fungsi dari epitel ini dihancurkan, maka alergen
dan partikel lain dapat dengan mudah masuk ke area yang lebih dalam
yaitu di daerah lamina propia. Penyusun daripada tungau-tungau pada
debu rumah ini yang memiliki aktivitas protease ini dapat memasuki
daerah epitel dan mempenetrasi daerah yang lebih dalam di saluran
pernafasan.
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan imune dan
nonimunologi juga merupakan pencetus daripada asma termasuk rokok
dan perokok pasif. Kira-kira 25% sampai 30% dari penderita asma adalah
seorang perokok. Hal ini menyimpulkan bahwa merokok ataupun terkena
asap rokok akan meningkatkan morbiditas dan keparahan penyakit dari
penderita asma. Terpapar asap rokok yang lama pada pasien asma akan
berkontribusi terhadap kerusakan dari fungsi paru, yaitu penurunan kira-
kira 18% dari FEV 1 selama 10 tahun.
B. Patofisiologi
18
saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini
penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan
karena perubahan struktural atau disebut juga “remodelling”.3Proses
inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan
yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing
process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel
yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru. Proses penyembuhan
tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan
jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma
kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses penyembuhan dan
inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan struktur yang
komplek yang dikenal dengan airway remodelling.
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan
jaringan yang menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi
berulang-ulang. Proses remodeling ini yang menyebabkan terjadinya
asma. Namun, pada onset awal terjadinya proses ini kadang-kadang
sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik, dikatakan proses
remodeling ini dapat menyebabkan asma secara simultan. Proses dari
remodeling ini dikarakteristikan oleh peningkatan deposisi protein
ekstraselular matrik di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan
peningkatan daripada ukuran sel atau hipertropi dan peningkatan
jumlah sel atau hiperplasia.
19
menyebabkan perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding
saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat memperberat
penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos.
C. Penyebab
Asma adalah kondisi ketika saluran udara pada sistem pernapasan mengalami
penyempitan dan menghasilkan lendir berlebih. Kondisi ini lantas membuat
seseorang jadi kesulitan bernapas, sesak napas, batuk-batuk, dan
mengi.Penyakit pernapasan ini bisa dialami oleh semua golongan usia, tidak
terkecuali lansia. Sama seperti asma pada kelompok usia lainnya, penyebab
asma pada lansia sendiri hingga kini belum dapat diketahui secara pasti.
Namun, ada sejumlah faktor pemicu terjadinya asma, seperti:
Alergi debu
Paparan polusi udara
Infeksi saluran pernapasan
Melakukan olahraga berat
Penyakit keturunan
D. Diagnosis asma
20
1.Di dengarkan suara mengi (wheezing)sering pada anak-anak apabila
didapatkan pemeriksaan dada yang normal, tidak dapat mengeksklusi
diagnosis sama, apabila terdapat:
a) Memiliki riwayat dari:
Batuk, yang memburuk dimalam hari
Mengi yang berulang
Kesulitan berafas
Sesak nafas yang nberulang
Keluhan terjadi dan memburuk saat malam
b) Keluhan terjadi atau memburuk saat musim tertentu
c) Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat
keluarga asma atau penyakit atopi
d) Keluhan terjadi atau memburuk apabila terpapar:
Bulu binatang
Aerosol bahan kimia
Perubahan temperature
Debu tungau
Obat-obatan (aspirin,beta bloker)
Beraktivitasg.Serbuk tepung sarih.Infeksi saluran pernafasan
Rokok
Ekspresi emosi yang kuat
21
tidak langsung hiper-responsif jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang
standar adalah pemeriksaan spirometri dan peak expiratory flow meter
(arus puncak ekspirasi).Pemeriksaan lain yang berperan untuk diagnosis
antara lain uji provokasi bronkus dan pengukuran status alergi. Uji
provokasi bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas
rendah. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifikserum, namun cara ini
tidak terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya membantu dalam
mengidentifikasi faktor pencetus.
E. Penatalaksanaan Gizi Asma
Tujuan utama penatalasanaan diet pada penderita asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Penatalaksanaan diet penyakit asma :
Diet yang diberikan diet rendah kalori :
Kebutuhan
Energi : 1.618
Protein : 100,8gr
Lemak : 35,95 gr
Karbohitrat : 226gr
Syarat diet :
• Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
• Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
• Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
• Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori
energi,kalori protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram.
Cairan vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh,Makanan yang
diberikan dalam bentuk mudah dicerna, Makanan tidak merangsang, ‘;=indari
bahan makanan yang mengandung sulfit dapat me
22
BAB Antropometr Hasil Identifikasi masalah gizi
V i
A. Monitoring (tabel progres antro, tabel progres fisik/klinis, tabel progres lab,
tabel progres diet/makan)
23
2. Fisik/klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis 8 Februari 2021
3. Laboratorium
24
Sumber : Rekam Medis
25
Berdasarkan tujuan diet yang direncanakan untuk asuhan gizi pasien
dalma rangka intervensi, ternyata intervensi hanya berhasil memberikan
makana yang seimbang sesuai daya terima pasien.
BAB VI
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Sundaru, H. Sukamto.(2006),Asma Bronkial, In: Sudowo, AW. Setiyohadi, B.
Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid
I,Edisi Keempat,Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp: 247-252.
I. Bara, A. Ozier, J-M. Tunon de Lara, R. Marthan and P. Berger.
Pathophysiology of bronchial smoothmuscle remodelling in asthma. Eur Respir J
2010; 36: 1174–1184
McFaden, ER. (2005), Asthma, In: Kasper, DL. Pauci, AS. Longo, DL.
Draunwald, E. Hauser, SL. Jameson, JL. (eds), Harrison’s Principal of Medicine,
16thed, Vol 2, McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515
Chesnutt, MS. Prendergast, TJ. (2007), Lung, In: McPhee, SJ. Papadakis, MA.
(eds) Current Medical Diagnosis and Treatment, 46thed, McGrawHill,
Philadelphia, pp:230-241.
G. Horvath and A. Wanner. Inhaled corticosteroids: effects on theairway
vasculature in bronchial asthma. Eur Respir J 2006; 27: 172–187
LAMPIRAN
28
FORMULIR ASUHAN GIZI TERSTANDAR
No. RM : 082745
Nama : Ny. D
PENGKAJIAN GIZI
29
A. ANTROPOMETRI
BBI = ( TB-100)-10%(TB-100)
= (156 – 100) -10% ( 156 – 100)
= 56 -5,6
= 50,4
TB = 156 cm
BB:=79 kg
IMT = BB/〖TB〗^2 =79/〖156〗^2 =79/1,65=79/2,45=32,51
〖KG/〗^M2
Status gizi = obesitas
B. BIOKIMIA/LABORATORIUM/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 februari 2021
Hasil pemeriksaan Nilai normal Keterangan
hematologi dewasa Anak
WBC 13,9 3,8- 10,6 5,0-13,5 Tinggi
RBC 5,15 4,4-5,90 3,5-5,4 Normal
HGB 15,6 12,0-16,0 10,5-15,0 Normal
HCT 45,3 40,0-54,0 36,0-44,0 Normal
PLT 248 150-400 150-400 Normal
PCT 0,27 0,100_0,500 0,100-0,500 Rendah
30
31
C. KLINIS (RIWAYAT PENYAKIT & FISIK KLINIS)
Suhu : 360c
Nadi :90x/menit
Tekanan darah:140/100 mmHg
Lemas ,Sesak nafas ,batuk lendir ,dan susah dikeluarkan
D. RIWAYAT GIZI
Sekarang
Diet RS : diet rendah kalori
Recall asupan sebelum masuk rumah sakit
Energi : 40,3% lemak : 47,8 %
Protein : 31,5 % karbohitrat : 44 %
Dahulu
Pola makan : Pasien suka mengkonsumsi makanan berminyak seperti gorengan
suka memasak menggunakan santan. Suka mengonsumsi roti
(sarapan dengan 4 lembar roti tawar)
Alergi makanan : tidak ada
Komsumsi silingan : jajanan berminyak seperti goreng-gorengan dan satan
DIAGNOSIS GIZI
32
INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet
Berdasarkan data NCP pada pasien memiliki tujuan antara lain:
• Berperilaku hidup sehat
• Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gendre dan
kebutuhan fisik.
• Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2
• Mengurangi asupan energi sehingga tercapai penurunan berat badan normal
• Memperbaiki pola dan kebiasaan makan
• Untuk mengurangi asupan kalori dan tatalaksanan diet gizi untuk pasien
Asma Bronchiale.
• Membantu memberikan informasi tentang Asma Bronchiale
Kebutuhan
Energi : 1.618
Protein : 100,8gr
Lemak : 35,95 gr
Karbohitrat : 226gr
Syarat diet :
• Energi diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 1618 kkal
• Protein 2 gram dari total kebutuhan yaitu 100,8 gram
• Lemak diberikan 25% dar total kebutuhan yaitu 35,95 gram
• Kebutuhan Karbohidrat di dapat dari hasil pengurangan kalori energi,kalori
protein, dan kalori lemak yaitu 226,46 gram
Perhitungan kebutuhan :
Wanita: BMR = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB)- (4,7 x U)
655 + (9,6 x 50,4) + (1,8 x156) – (4,7 x 41)
655 + 483,84 + 280,8 – 192,7
1.226,94 kKal
Total Energi =BMR x FS x FA
= 1.226 x 1,2 x1,1
= 1.618
Kebutuhan Protein = 2 gram x BBI
= 2 x 50,4
33
=100,8 gram.
= [(100,8 x 4)/ 1.618] x 100
= 24%
Kebutuhan Lemak= 20% x 1.618
= 323,6:9
= 35,95 => 36 gr (pembulatan)
Kebutuhan Karbohidrat = kalori energi –( kalori protein+kalori lemak)
= 100 –( 24% – 20%)
= 56%
KH = (56% x 1.618)/4=226,46 gr => 226 gr (pembulatan)
MONITORING & EVALUASI
B. RIFLET
34
TAMPAK DEPAN
35
TAMPAK BELAKANG
36