You are on page 1of 35

Praktek Kerja Lapangan (PKL) I

Tindakan Karantina Biji Pinang (Areca chatecu) Sebelum Ekspor


Balai Besar Karantina Pertanian Belawan
PROVINSI SUMATRA UTARA

OLEH
SANDI GUNAWAN

NIRM : 01.02.19.090

PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI


JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2021
Judul : Tindakan Karantina Biji Pinang (Areca chatecu)
Sebelum Ekspor

Nama : Sandi Gunawan

NIRM : 01.02.19.090

Program studi : Penyuluhan Perkebunan Presisi

Jurusan : Perkebunan

Menyetujui:

Pendamping I Pendamping II

Mawar Indah P, S.TP, M.Si Dr. Linda Tri Wira Astuti, SP. MP
NIP. 19801227 200312 2 004 NIP. 19801021 200312 2 002

Mengetahui :
Ketua jurusan Ketua Prodi

Dr. Iman Arman, SP. MM Dr. Iman Arman, SP. MM


NIP. 19711205 200112 1 001 NIP. 19711205 200112 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Praktik
Kerja Lapangan (PKL) I yang berjudul “Tindakan Karantina Biji Pinang Sebelum
Ekspor di Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Provinsi Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Yuliana Kansrini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan


Pertanian Medan (POLBANGTAN MEDAN)
2. Orang tua yang memberi dukungan terhadap penulisan proposal ini.
3. Ibu Mawar Indah Perangin-angin, S.TP, M.Si Dan Ibu Dr. Linda Tri Wira
Astuti, SP. MP selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam
penyusunan proposal PKL ini.
4. Bapak Dr. Iman Arman, SP. MM selaku Ketua Program Studi dan Ketua
Jurusan, beserta seluruh dosen beserta staf pengajar Politeknik Pembangunan
Pertanian Medan (POLBANGTAN) yang telah memberikan ilmunya selama
kegiatan perkuliahan berlangsung.
5. Pimpinan dan staf di Balai Besar Karantina Pertanian Belawan yang sudah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKL.
6. Teman-teman mahasiswa Penyuluhan Perkebunan Presisi yang telah memberi
saran dalam pembuatan proposal ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.

Proposal PKL ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan
maupun yang lainnya. Kritik dan saran sangat diharapkan penulis untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga proposal ini bermanfaat sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan PKL.

Medan, 2 Agustus 2021

Sandi Gunawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................5
1.3 Manfaat PKL......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 Sejarah Tanaman Pisang....................................................................................6
2.2 Deskripsi Tanaman Pisang.................................................................................8
2.3 Morfologi Tanaman Pisang................................................................................9
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Pinang.....................................................................10
2.5 Sejarah Karantina.............................................................................................11
2.6 Karantina Tumbuhan.......................................................................................12
2.7 Karantina Tumbuhan.......................................................................................13
2.8 Tujuan dan Fungsi Karantina Indonesia..........................................................15
BAB III METODE PELAKSANAAN..............................................................17
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................17
3.2 Materi Kegiatan...............................................................................................17
3.3 Prosedur Pelaksanaan.......................................................................................20
Daftar Pustaka.....................................................................................................23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKL I.......................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Pinang dan Daun Pinang...........................................................10

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin PKL I...........................................................25


Lampiran 2. Surat Izin Pelaksanan PKL I.............................................................26

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan

mahasiswa untuk belajar bekerja praktis pada dunia

usaha/dunia industri/dunia kerja yang diharapkan dapat

menjadi sarana penerapan keterampilan dan keahlian

mahasiswa. Mahasiswa akan memperoleh keterampilan yang

tidak hanya bersifat kognitif dan afektif, namun juga

psikomotorik yang meliputi keterampilan fisik, intelektual,

sosial dan manajerial. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa dengan

cara ikut bekerja sehari-hari pada dunia usaha/dunia

industri/dunia kerja yang layak dan representatif dijadikan

lokasi PKL.

Pinang (Areca catechu) merupakan komoditas

pertanian Indonesia, yang dipasar internasional dikenal

dengan sebutan ”betel nut”. Biasanya pinang yang diekspor

adalah dalam bentuk biji atau buah utuh (Yudistira, 2014).

Buah ini memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai

bahan baku industri kimia maupun farmasi (obat-obatan), hal

ini menyebabkan buah pinang mempunyai prospektif yang

baik untuk ekspor (Yudistira, 2014).

Pinang (Area catechu L) adalah salah satu tanaman

tahunan yang satu famili dengan kelapa (palmae) yang sudah

1
sejak lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat

tradisional. Dahulu biji pinang yang sudah tua digunakan

oleh ibu-ibu sebagai campuran memakan sirih dan untuk

pinang muda biasanya dijadikan minuman yang berkhasiat

untuk memacu stamina pria dewasa (afrodisiak), serta untuk

mengobati impotensi atau lemah syahwat. Balitbang 2012

menyatakan bahwa biji pinang mengadung tanin 15 % dan

alakaloid 0,3 -0,6 %. Senyawa fenol pada biji pinang dapat

menetralisir senyawa pemicu kanker. Satriani, 2017

menerangkan bahwa Tannin merupakan salah satu senyawa

polifenol berperan dalam mengencangkan gusi dan

menghentikan pendarahan.

Biji pinang yang bernilai ekspor tinggi mempunyai

kualitas yang baik, hal ini dapat dilihat dari proses

penyimpanan di gudang sebelum diekspor

(Miftahorrachman, 2007). Biji pinang yang disimpan dapat

mengalami perubahan kualitas dan kuantitas. Serangan

serangga pada biji-bijian menyebabkan kerugian kuantitas

dan kualitas dan nilai hasil panen menjadi lebih rendah.

Serangga tidak hanya mengkonsumsi biji-bijian tetapi juga

mencemarinya dengan produk sampingan metabolisme dan

bagian-bagian tubuh. Di banyak negara berkembang,

kerugian biji-bijian pasca panen secara keseluruhan, yang

2
cukup umum sekitar 10–15% (Neethirajan, 2005).

Pinang sebagai salah satu tanaman palma cukup

potensial dan memiliki nilai ekonomi sebagai bahan baku

industri kimia dan farmasi. Pemanfaatannya terutama untuk

acara seperti ramuan sirih pinang, pada upacara adat, atau

untuk keperluan rumah tangga. Dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman pinang

untuk keperluan farmasi dan industri makin berkembang.

Disamping prospektif untuk ekspor, pinang juga dapat

dikategorikan sebagai tanaman perkebunan serbaguna. Di

pasar internasional dikenal sebagai areca nut atau batt nut

yang dapat diekspor dalam bentuk biji atau buah utuh.

Bagian lain dari tanaman pinang yang bermanfaat, antara

lain sebagai bahan bangunan, tanaman hias, dan banyak

digunakan dalam acara adat yang melambangkan hubungan

sosial dan budaya (Mustika, dkk, 2010).

Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan pinang,

permintaan untuk ekspor juga terus meningkat. Negara

tujuan ekspor saat ini meliputi Pakistan, Nepal, Bangladesh,

India, Singapura dan Thailand. Indonesia menjadi produsen

utama pinang dunia dengan produksi yang terus meningkat

setiap tahun dan mencapai 100.000 ton pada tahun 2006.

Namun, pada 5 tahun terakhir produksi pinang indonesia

3
mengalami penurunan sekitar 18% dari tahun 2006

(Maskromo dan Miftahorrachman, 2012).

Badan Karantina Pertanian merupakan organisasi

pemerintah yang berada di lingkup Kementerian Pertanian.

Karantina pertanian memiliki tugas pokok dan fungsi

(TUPOKSI) dalam mencegah masuk/keluar dan tersebarnya

hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme

pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) baik dari luar

negara dan atau dari dalam negara serta antar area di dalam

negara Republik Indonesia. Dalam memenuhi peran tersebut

Karantina Pertanian memiliki 52 kantor pelayanan dengan

394 wilayah kerja di seluruh Indonesia. Sebagai garda

terdepan dalam pencegahan masuk/keluar dan tersebarnya

HPHK dan OPTK, Karantina Pertanian berada di tempat

pemasukan dan atau pengeluaran yang telah ditetapkan,

antara lain yaitu di bandar udara, pelabuhan laut, pelabuhan

sungai, pelabuhan penyeberangan, dan kantor pos. Dalam

upaya pencegahan tersebut, Karantina Pertanian menerapkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan penerapan

tindakan karantina meliputi Pemeriksaan, Pengasingan,

Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan

dan Pembebasan (8P). Dalam mendukung tupoksi dalam

pencegahan, karantina pertanian berperan aktif dalam

4
mendukung gerakan ekspor dan peningkatan pertanian yaitu

dengan peningkatan pelayanan dan pengembangan metode

pemeriksaan agar dapat mempercepat layanan sesuai dengan

aturan yang berlaku (Dipayana, 2009).

Dalam menyambut pasar global dan mewujudkan

daya saing produk pertanian di pasar Internasional,

Kementerian Pertanian yang diperankan oleh Badan

Karantina Pertanian berkaitan dengan penyediaan

sumberdaya pertanian yang berkelanjutan guna menjamin

keamanan pangan. Pelaksanaan fungsi tersebut dilakukan

melalui kegiatan pengawasan dan sertifikasi impor dan

ekspor, verifikasi dan audit kesesuaian persyaratan teknis,

sertapenetapan kawasan/area dan sertifikasi karantina antar

area. Ekspor merupakan salah satu mekanisme meningkatkan

kesejahteraan petani dengan memperkenalkan produk

pertanian lokal kepada dunia. Peningkatan kesejahteraan

tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas produk yang

baik, salah satunya terbebas dari hama penyakit tanaman

serta residu kimiawi berbahaya.

Diharapkan dengan adanya peran serta Karantina

Pertanian dalam perlindungan dan keamanan pangan serta

pelayanan dalam kegiatan lalulintas produk pertanian dapat

meningkatkan daya saing dan peningkatan produk pertanian

5
lokal di pasar internasional.

6
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memperoleh berbagai pengalaman di lapangan secara

langsung seperti :

1. Dapat memahami proses tindakan karantina biji pinang dan kualitas

produk ekspor yang dihasilkan

2. Mengetahui segmen pasar dan produk yang dihasilkan

3. Memahami permasalahan yang ada dilapangan

4. Dapat mengembangkan sikap kreatif, inovatif mahasiswa yang mengarah

kepada pertumbuhan minat kewirausahaan

1.3 Manfaat PKL


Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu :

1. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan

menggunakan daya nalarnya dengan cara memberi komentar logis

terhadap kegiatan yang dikerjakan dalam bentuk laporan kegiatan yang

sudah dibakukan

2. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan sikap kerja mahasiswa berkarakter

3. Sebagai bahan pembelajaran dalam meningkatkan wawasan agribisnis

terkait dengan ekspor biji pinang

4. Mahasiswa dapat mengetahui proses tindakan karantina biji pinang yang

berkualitas

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Pinang


Asal usul tanaman pinang (Areca catechu L.) hingga saat ini belum

diketahui dengan pasti. Namun, tanaman ini diduga merupakan tanaman asli Asia

Selatan. Penyebarannya meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara serta beberapa

pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari tanaman ini terdapat di Semenanjung

Malaya (Malay-Archipelago), Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (East Indies

Island). Pola penyebaran spesies Areca di Indonesia terutama di Malaya,

Kalimantan dan Sulawesi yang terdiri dari 24 spesies. Kelompok Hindia Timur

merupakan pusat keragaman tanaman pinang terbesar. Luas tanaman pinang di

Indonesia ±147.890 ha dengan penyebaran hampir di semua wilayah Indonesia,

terutama di Pulau Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha,

Kalimantan luas 4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha.

Produksi biji kering dapat mencapai 69.881 ton dengan volume ekspor pada tahun

2009 sebesar 197,197 ton.

Linneaus menamakan Areca catechu pada saat melakukan deskripsi pada

tahun 1753. Areca berasal dari kata Melayu adeka atau adaka.

Kata Catechu berasal dari bahasa Portugis cacho (dalam bahasa Inggris cutch),

kemudian ditranskrip ke dalam bahasa Jepang sebagai catechu dan digunakan

sebagai kata asli untuk obat-obatan dari kata Acacia catechu, yang diimpor dari

Jepang ke Jerman pada abad ke-17 sebagai Terra japonica. Budidaya pinang

secara komersial hanya dilakukan di India, Bangladesh dan Sri Lanka. Di

Indonesia, tanaman pinang tumbuh secara liar atau ditanam sebagai tanaman

8
pekarangan kecuali di beberapa daerah di Sumatera sebagian petani sudah mulai

membudidayakan walaupun tidak dalam areal yang luas. Pinang sudah umum

dimanfaatkan di India, Sri Lanka, Maldives, Bangladesh, Myanmar dan sebagian

besar masyarakat di Kepulauan Asia Pasifik. Juga populer di Indonesia Thailand,

Kamboja, Malaysia, Vietnam, Filipina, Laos dan Cina.

Keragaman karakter pinang berdasarkan genetiknya cukup luas. Beberapa

karakter yang dapat dijadikan sebagai pembeda antar varietas antara lain, tinggi

batang, warna buah, ukuran buah dan produksi buahnya. Di India, terdapat 5

varietas unggulan yang didasarkan pada produksi buah matang/pohon/tahun.

Kelima varietas tersebut adalah: a) Mangala 10 kg buah matang/ pohon/ tahun; b)

Sumangala 17,25 kg buah matang/pohon/tahun; c) Sree Mangala 15,63 kg buah

matang/pohon/ tahun; d) Mohitnagar 15,8 kg buah matang/pohon/tahun; dan e)

Calicut 18,89 kg buah matang/ pohon/tahun. Sejak tahun 1980-an Balai Penelitian

Tanaman Palma telah melakukan eksplorasi pinang unggul di berbagai daerah di

Indonesia, dan berhasil mengoleksi 41 aksesi pinang. Dalam koleksi tersebut, 24

aksesi diantaranya memiliki keunggulan produksi. Karakteristik ke-24 aksesi

pinang Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel Karakteristik koleksi ex

situ pinang di Kebun Percobaan Kayuwatu, Sulawesi Utara.

Berdasarkan produktivitas buah per tandan per pohon, beberapa aksesi

memperlihatkan produktivitas tinggi, aksesi-aksesi tersebut adalah Betara (131.35

butir), Bengkulu-1 (119 butir), Sumbar (100 butir), Nifasi-1 (91 butir), Oyehe (83

butir), Sumbar-2 (81 butir), Sumut-2 (79 butir), Jaharun (79 butir), Sumut-1

(75.38 butir), Muara Sabak Timur-3 (73.07 butir), Kalisusu (71 butir), Molinow-2

9
(67 butir), Sumbar-3 (65.36 butir), Kampung Harapan (65 butir), Kaliharapan (63

butir), Bengkulu-2 (61.92 butir), Galangsuka (60 butir), Mongkonai (59 butir),

dan Muara Sabak Timur-2 (53.17 butir). Varietas pinang yang sudah dilepas

Menteri Pertanian Indonesia dan menjadi varietas unggul ialah Pinang Betara[8].

Ketersediaan pohon induk pinang produksi tinggi sebagai sumber benih

merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengembangan tanaman

pinang. Seleksi pohon induk dilakukan dalam suatu populasi tanaman atau suatu

blok pertanaman. Beberapa tahap dalam menghasilkan bahan tanaman yang

berkualitas meliputi evaluasi Blok Penghasil Tinggi, seleksi Pohon Induk, seleksi

benih dan teknik perkecambahan yang baik. Dalam memperbanyak tanaman

pinang, persyaratan yang sangat penting adalah benih berasal dari pohon induk

unggul. Beberapa karakter yang menjadi persyaratan dalam memilih pohon induk

unggul pinang adalah: (1) Berbunga lebih awal  sampai dengan 7 tahun); (2)

Persentase buah jadi atau fruit set tinggi; (3) Jarak antar nodus (ruas batang)

pendek; (4) Jumlah daun banyak (minimal 7, tergantung varietas); (5) Produksi

tandan minimal 4 tandan per tahun dan (6) Produksi buah per tandan minimal di

atas 50 butir. Selain itu, disarankan tidak memilih pohon induk yang berasal dari

blok pertanaman yang telah berumur lebih dari 25 tahun karena cenderung

menurun produktivitasnya.

2.2 Deskripsi Tanaman Pinang


Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu dari jenis

tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan antara lain untuk dikonsumsi, bahan

industri kosmetika, kesehatan, dan bahan pewarnaan pada industri tekstil

10
(Ihsanurrozi, 2014). Tumbuhan ini tumbuh dan tersebar luas di wiliyah India,

Malaysia, Taiwan, Indonesia dan negara asia lainnya, baik secara individu

maupun populasi (Jaiswal et al., 2011), umumnya tumbuhan ini ditanam sebagai

tanaman pagar atau pembatas perkebunan (Staples & Bevacqua, 2006).

Adapun klasifikasi ilmiah dari pinang, sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Order : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Areca

Species : Areca catechu L.

(Cronquist dalam Ihsanurrozi, 2014).

2.3 Morfologi Tanaman Pinang

Pinang merupakan tumbuhan palma family Arecaceae yang tingginya

dapat mencapai 12 hingga 30 m, berakar serabut berwarna putih, batang tegak

lurus bergaris tengah 15 sampai 20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang

lepas terlihat jelas. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan

berbuah pada umur 5 hingga 8 tahun tergantung pada keadaan tanah, tanah

dengan kelembaban yang baik dan memiliki rentang pH 5-8 sangat mendukung

untuk pertumbuhan (Staples & Bevacqua, 2006).

Daun memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 m, daunnya tunggal

11
menyirip bertoreh sangat dalam tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk

roset batang (Jaiswal et al., 2011).

a. Pohon pinang b. Daun Pinang

Gambar 1. Pohon Pinang dan Daun Pinang

Pinang merupakan tumbuhan berumah satu (monoceous) dengan

perbungaan uniseksual dimana bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam

satu perbungaan (Staples & Bevacqua, 2006).

Kumpulan bunga jantan yang terletak di bagian terminal (ujung)

perbungaan ukurannya kecil dan mudah sekali rontok, sedangkan bunga

betinanya yang terletak di bagian pangkal memiliki ukuran yang lebih besar

dengan panjang sekitar 1,2 hingga 2 cm. Bunga jantan dan betina memiliki enam

tepal yang sesil, berwarna putih dan beraroma (Ihsanurrozi, 2014).

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Pinang


Pohon pinang merupakan tanaman tropis yang lebih sensitif dibandingkan

dengan tanaman tropis lainnya dimana tanaman pinang sangat mudah kering dan

sebaiknya ditanam di tanah lempung dengan pengairan yang mencukupi untuk

12
tumbuh secara maksimal. Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman atau

dibudidayakan dan terkadang tumbuh liar di tepi sungai atau di tempat-tempat

lain. Pohon pinang tumbuh tegak dan tingginya 10–30 m, diameternya 15–20 cm

dan batangnya tidak bercabang. Pinang termasuk jenis tanaman yang cukup

dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya pun cukup luas di

berbagai daerah. Nama lain dari pinang yang terkenal di Indonesia adalah Jambe,

Penang, Woham, Pineng, Pineung (Jawa), Batang Mayang, Batang Bongkah,

Batang Pinang, Pining, Bonai (Sumatera), Gahat, Gehat, Kahat Laam, Hunoto,

Luguto, Poko Rapu, Amongun (Sulawesi), Biwa, Biwasoi, Mucillo Palm

(Maluku). Tanaman Pinang dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0-1.000 m

dpl (meter diatas permukaan laut). Tanaman pinang idealnya ditanam pada

ketinggian di bawah 600 m diatas permukaan laut.

Tanah yang baik untuk pengembangan pinang adalah tanah beraerasi baik,

solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah laterik, lempung merah dan

alluvial, pinang membutuhkan curah hujan antara 750-4.000 mm/tahun dengan

bulan basah antara 3-6 bulan atau tersedia air sepanjang tahun (pada lahan pasang

surut). Selain itu,  pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum antara

20 °C-32 °C, dengan kelembaban udara antara 50-90%, keasaman (pH) tanah

yang baik untuk pertumbuhan tanaman pinang adalah sekitar 4-8 dan memerlukan

penyinaran langsung untuk pertumbuhannya di lapangan sekitar 6 hingga 8 jam

per hari untuk memperoleh produksi secara optimal.

2.5 Sejarah Karantina


Istilah karantina berasal dari bahasa italia “quaranta giorni” yang berati

13
“empat puluh hari”. Pelaksanaan karantina telah di mulai sejak abad ke-14 yang

bertujuan untuk melindungi kota-kota di Venesia dari penyakit yang dibawa oleh

awak kapal yang berasal dari Eropa. Pada tahun 1374 kapal-kapal yang akan

berlabuh di pelabuhan Venezia yang berasal dari pelabuhan-pelabuhan Eropa

yang telah terinfeksi penyakit berbahaya “Bubonic Plague” diharuskan berada di

laut selama 40 hari sebelum merapat ke daratan Venesia. Perlakuan 40 hari

tersebut telah cukup waktu untuk mengidentifikasi dan memperlakukan penyakit

hingga dalam kondisi normal. Kapal-kapal yang telah dikarantina selama 40 hari

akan diberi bendera berwarna kuning yang menunjukkan bahwa kapal tersebut

telah diperbolehkan berlabuh di daratan Venesia.

2.6 Karantina Tumbuhan


Karantina dibentuk untuk mencegah pemasukan, kemapanan, atau

penyebaran hama dan patogen. Hama dan patogen dapat terbawa masuk ke suatu

wilayah melalui manusia, binatang, produk-produk yang berasal dari binatang dan

tumbuhan, dan tanah. Oleh karena itu apabila bahan-bahan tersebut hendak

memasuki suatu wilayah maka harus melalui inspeksi karantina untuk dilakukan

perlakuan atau bahkan pemusnahan apabila terbukti terinfeksi hama dan penyakit.

Keberadaan karantina di suatu negara dapat meminimalkan resiko masuknya

hama dan patogen berbahaya dari wilayah lain sehingga mampu membentengi

produk pertanian, industri, lingkungan, sektor pariwisata dan budaya dari

kehancuran.

Semua tumbuhan atau bagian dari tumbuhan seperti buah, biji, batang,

daun, bunga, dan serbuk sari harus dilakukan pemeriksaan dan bila perlu

14
dilakukan perlakuan. Khusus untuk tanaman hidup yang hendak memasuki suatu

wilayah harus dipastikan tanaman tersebut terbebas dari hama dan penyakit

sebelum dibawa ke stasiun pemeriksaan karantina.

2.7 Karantina Indonesia


Pada Tahun 1877 sudah dicetuskan peraturan perundang undangan yang

berkait dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877

(Staatsblad No.262) tentang larangan pemasukan tanaman kopi dan biji kopi dari

Srilanka. Pada tahun 1914 sebagai tindak lanjut dari Ordonansi 28 Januari 1914

(Staatsblad No.161) penyelenggaraan kegiatan perkarantinaan secara institusional

di Indonesia secara nyata baru dimulai oleh sebuah organisasi pemerintah

bernama Instituut voor Plantenzekten en Cultures (Balai Penyelidikan Penyakit

Tanaman dan Budidaya). Pada tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional

karantina di pelabuhan-pelabuhan diawasi secara sentral oleh Direktur Balai

Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya, serta ditetapkan seorang pegawai

Balai yang kemudian diberi pangkat sebagai Plantenziektenkundigeambtenaar

(pegawai ahli penyakit tanaman). Pada tahun 1939 Dinas karantina tumbuh-

tumbuhan (Planttenquarantine Diest) menjadi salah satu dari 3 seksi dari Balai

Penyelidikan Penyakit Tanaman (Instituut voor Plantenziekten). Pada tahun 1957

dengan Keputusan Menteri Pertanian, dinas tersebut ditingkatkan statusnya

menjadi Bagian. Pada tahun 1961 BPHT diganti namanya menjadi LPHT

(Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman) yang merupakan salah satu

dari 28 lembaga penelitian dibawah Jawatan Penelitian Pertanian. Tahun 1966

dalam reorganisasi dinas karantina tumbuhan tidak lagi ditampung dalam

15
organisasi Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) yang merupakan penjelmaan

LPHT. Kemudian Karantina menjadi salah satu Bagian di dalam Biro Hubungan

Luar Negeri Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Pada tahun 1969, status

organisasi karantina tumbuhan diubah kembali dengan ditetapkannya Direktorat

Karntina Tumbuh-tumbuhan yang secara operasional berada dibawah Menteri

Pertanian dan secara administratif dibawah Sekretariat Jenderal. Dengan status

Direktorat tersebut, status organisasi karantina tumbuhan meningkat dari eselon

III menjadi eselon II. Pada tahun 1974, organisasi karantina diintegrasikan dalam

wadah Pusat Karantina Pertanian dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Tahun 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan No.

861 tahun 1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang notabene baru diisi

karatina tumbuhan ex Direktorat Karantina Tumbuhan), mempunyai rentang

kendali manajemen yang luas. Pusat Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari

5 Balai (eselon III), 14 Stasiun (eselon IV), 38 Pos (eselon V) dan 105.

Wilayah Kerja (non structural)yang tersebar diseluruh Indonesia. Pada

tahun 1983 Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan Litbang

Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional langsung

dibawah Menteri Pertanian . Namun kali ini kedua unsur karantina (hewan dan

tumbuhan) benar-benar diintegrasikan. Pada tahun 1985 Direktorat Jenderal

Peternakan menyerahkan pembinaan unit karantina hewan, sedangkan Badan

Litbang Pertanian menyerhkan pembinaan unit karantina tumbuhan, masing-

masing kepada Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Pada tahun 2001

terbentuklah Badan Karantina Pertanian, Organisasi eselon I di Departemen

16
Pertanian melalui Keppres No. 58 Tahun 2001.

Karantina Pertanian di Indonesia merupakan tanggung jawab Departemen

Pertanian yang pelaksanaannya oleh Badan Karantina Pertanian, Organisasi

Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh

seorang Kepala Badan. Di tingkat Pusat, Kepala Badan Karantina Peratanian

dibantu oleh 4 pejabat eselon II, 10 pejabat eselon III dan 24 pejabat eselon IV.

Ditingkat lapangan Kepala Barantan dibantu oleh Kepala UPT terdiri atas 39 UPT

Karantina Hewan, 43 UPT Karantina Tumbuhandan 1 Balai Uji standar.

2.8 Tujuan dan Fungsi Karantina Indonesia


Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan

dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan

penyakit (organisme pengganggu) dari luar negeri atau dari suatu area ke area lain

di dalam negeri, atau keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia.

Undangundang tersebut dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Indonesia

Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Isi peraturan perundang-

undangan tentang karantina sudah diharmonisasikan dengan ketentuan dan

persetujuan internasional yang ditetapkan melalui persidangan International Plant

Protection Convention (IPPC) “Konvensi Internasional Perlindungan Tanaman”.

Pada UU No. 16 Th. 1992 telah diatur persyaratan ekspor dan impor yang cukup

ketat yaitu keharusan adanya Phytosanitary Certificate (PC) “Surat Kesehatan

Tanaman” dan Animal Health Certificate (AHC) “Surat Kesehatan Hewan” dari

negara asal atau tujuan yang menyertai komoditas yang dilalulintaskan.

17
Pelaksanaan fungsi karantina tumbuhan di Indonesia dilakukan oleh Badan

Karantina Pertanian di bawah Departemen Pertanian Indonesia. Tujuan pelaksaan

fungsi karantina ini adalah:

1) mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari

luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia;

2) mencegah tersebarnya OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilayah

negara Republik Indonesia; dan

3) mencegah keluarnya OPT tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia

apabila negara tujuan menghendakinya.

18
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I Mahasiswa dilaksanakan pada

tanggal 09 Agustus 2021 sampai 10 September 2021 di Balai Besar Karantina

Pertanian Belawan Provinsi Sumatera Utara.

Jadwal kegiatan pelaksanaan PKL I tersaji pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKL I

No. Kegiatan Waktu Lokasi


1 Sosialisasi PKL I 27 Juli 2021 On-line
2 Penyusunan proposal 02 – 07 Agustus 2021 Lokasi masing-
masing
3 Konsultasi proposal 02 – 07 Agustus 2021 On-line
PKL I
4 Pelaksanaan PKL 09 Agustus – 10 September Off-line Lokasi PKL
2021
5 Supervisi dan 23 Agustus – 09 September Off-line dan On-line
monitoring 2021 Lokasi PKL
6 Penyusunan laporan 13 – 17 September 2021 Lokas masing-
masing
7 Ujian PKL I 20 – 28 September 2021 On-line

.
3.2 Materi Kegiatan
Adapun untuk materi kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan PKL I

ini adalah Tindakan Karantina, yaitu :

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan OPT dilakukan pada pintu-pintu masuk terhadap hewan

piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan

19
atau tumbuhan. Pintu masuk yang digunakan sebagai tempat pemeriksaan

meliputi bandar udara, pelabuhan, penyeberangan, kantor pos, dan pos lintas

batas.

2. Pengasingan

Pengasingan dilakukan terhadap hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang diduga

terjangkit OPTK dan membutuhkan waktu khusus sampai terlihat timbulnya

gejala “masa inkubasi”.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan langsung pada sample hewan piaraan, tumbuhan

dan bagian tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan.

Pengamatan dilakukan di dalam laboratorium pada pos-pos pengataman..

4. Perlakuan

Perlakuan dilakukan pada hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan,

produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang diketahui terdapat

OPT yang bukan OPTK. Tujuan dilakukan perlakuan tersebut adalah untuk

mengurangi populasi OPT. Perlakuan yang umum dilakukan adalah fumigasi.

5. Penahanan

Penahanan dilakukan terhadap hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang ditengarai

tidak dilengkapi dengan PC atau AHC, dan atau diduga mengandung OPTK.

Apabila ternyata importir mampu menunjukkan PC atau AHC dan ternyata tidak

20
terdapat OPTK pada hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan, produk

yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang hendak dimasukkan ke

wilayah Republik Indonesia; maka hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan tersebut

diperbolehkan masuk.

6. Penolakan

Penolakan dilakukan terhadap hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang tidak

dilengkapi dengan PC atau AHC dan atau hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan berasal dari dari

daerah yang terdapat OPTK A1.

7. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang setelah

dilakukan pengataman terbukti bahwa hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan mengandung

OPTK A1. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar disaksikan oleh semua

pejabat karantina setempat dan juga eksportir dan importir.

8. Pembebasan

Pembebasan dilakukan terhadap hewan piaraan, tumbuhan dan bagian

tumbuhan, produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang dilengkapi

dengan PC atau AHC dan hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan,

produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan tersebut tidak berasal dari

21
daerah yang endemik terdapat OPTK A1 serta dari hasil pemeriksaan dan

pengamatan jelas terbukti bahwa hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan,

produk yang terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan terbebas dari OPTK

maupun OPT.

Tindakan karantina dilakukan dengan penuh kecermatan dan kewaspadaan

agar OPTK tidak sampai lolos masuk ke wilayah Republik Indonesia. Sebagai

perbandingan di negara Australia petugas karantina memanfaatkan anjing untuk

melacak adanya hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan, produk yang

terbuat dari bahan hewan atau tumbuhan yang dibawa penumpang lewat kabin

atau hewan piaraan, tumbuhan dan bagian tumbuhan, produk yang terbuat dari

bahan hewan atau tumbuhan yang terbawa melalui surat di kantor pos.

3.3 Prosedur Pelaksanaan


1. Survei calon lokasi PKL

Mahasiswa melakukan survei secara mandiri pada calon lokasi PKL yang

memenuhi persyaratan. Hasil survei calon lokasi yang memenuhi persyaratan,

selanjutnya ditetapkan sebagai lokasi PKL oleh Direktur Polbangtan.

2. Pembekalan

Pembekalan PKL dimaksudkan agar mahasiswa dalam melaksanakan PKL

dapat mewujudkan capaian pembelajaran yang ditetapkan. Pembekalan diberikan

kepada mahasiswa dan dilaksanakan secara on-line. Pembekalan dimaksudkan

untuk menginformasikan kepada mahasiswa tentang gambaran lokasi PKL yang

telah ditetapkan, pemberian materi PKL, dan menyamakan persepsi pelaksanaan

22
PKL. Pembekalan diberikan oleh Dosen yang kompetensinya relevan dengan

materi. Materi pembekalan disesuaikan dengan bidang pada setiap program studi.

3. Penyusunan proposal

Mahasiswa wajib menyusun proposal PKL yang disusun berdasarkan hasil

survei calon lokasi dan dibimbingan dosen pembimbing.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan PKL sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Direktur

Polbangtan, di bawah bimbingan dosen pembimbing internal dan pembimbing

eksternal. Alokasi waktu pelaksanaan PKL disesuaikan dengan kebutuhan

program studi. Pelaksanaan PKL di lapangan dilakukan oleh mahasiswa sesuai

perencanaan di proposal. Pembimbing internal dan pembimbing eksternal,

melakukan monitoring dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa selama

pelaksanaan di lapangan.

5. Penyusunan laporan

Mahasiswa wajib menyusun laporan PKL dengan bimbingan dosen. Konsultasi

mahasiswa kepada pembimbing internal dan eksternal dilakukan di lokasi PKL

dan/atau secara on-line. Laporan PKL dibuat rangkap 5 (lima), diserahkan kepada

pembimbing internal, pembimbing eksternal, program studi/jurusan, dan arsip

mahasiswa.

6. Ujian

Mahasiswa wajib mengikuti ujian PKL. Bahan ujian yang perlu dipersiapkan

mahasiswa yaitu portofolio kegiatan PKL dan laporan PKL yang telah

mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing internal. Ujian diawali dengan

23
penyajian portofolio kegiatan PKL dan mempresentasikan hasil PKL, selanjutnya

dilakukan ujian secara lisan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Yudistira, NO, D. Bakti ve F. Zahara. 2014 Metil Bromid (CH 3 fumigantlar


Hama Areca Somun Depo wevil (olarak Br) Araecerus fasciculatus )
(Coleoptera: Anthribidae) tohumları Pinang'da ile. J. Çevrimiçi Tarımsal
Teknoloji . 2 (4): 1634-1639.

Miftahorrachman. 2013. Jambi Penghasil Komoditi Pinang Terbaik. IAARD


Press. Bogor.

Neethirajan, S., C. Karunakaran, D.S. Jayas and N.D.G. White. 2007. Detection
techniques for stored-product insects in grain. Food Control 18 : 157–162.

Mustika, S. Fathurrahman, Mahfudz dan M.S. Saleh. 2010. Perkecambahan Benih


Pinang

Maskromo, I. dan Miftahorrachman. 2012. Keragaman Genetik Plasma Nutfah


Pinang (Areca catechu L.) di Propinsi Gorontalo. J. Littri. 13(4): 119 – 124.

Diphayana, W. (2009). Karantina Tumbuhan Di Indonesia. Jakarta: PT Lantana


Camara.

Hamzah, A. 2005. Peranan Survei Organisme Pengganggu Tumbuhan dalam


Penataan Koleksi dan Database Hubungannya dengan Globalisasi
Perdagangan. Rapat Teknis Perlindungan Tanaman. 7 halaman.

Untung, K. 2004. Relevansi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman dengan

25
Sistem Manajemen Keamanan Pangan Sanitari Fitosanitari dan Perdagangan
Internasional. Kuliah Tamu Magister Agribisnis. Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta. 13 halaman.

LAMPIRAN

26
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin PKL I

Lampiran 2. Surat Izin Pelaksanan PKL I

27
28

You might also like