Professional Documents
Culture Documents
8471 40801 1 PB
8471 40801 1 PB
Abstract
Misconception is a concept that is not according to the concept recognized by the experts. The
electrolyte and non-electrolyte solutions material are chemistry materials in senior high school
that is always misconception. This research aimed at knowing whether there was or not student
misconception, its percentage on electrolyte and non-electrolyte solutions material and the cause
of student misconception that was identified by using four-tier multiple choice diagnostic
instruments. This research was a descriptive research. The Purposive sampling technique was
used in taking the sample. Four-tier diagnostic test, documentation, observation and interview
techniques were used for collecting the data. The findings of this research showed that the
misconception happened in electrolyte and non-electrolyte solutions material. The analyzed data
showed that the average of student understanding levels were as follows: student who understood
concept (16%), student who misconceived (28,67%), student who did not understand concept
(24%) and student guessing (31,33%). Based on interview conducted to student about the causes
of misconception could be stated as follows: the teacher made student hard to understand the
material and student did not repeat the material given by teacher, so misconception happened to
students.
Kimia merupakan salah satu mata tes diakhir pembelajaran seperti tes objektif
pelajaran yang memuat sistem hafalan, atau essay.
perhitungan, dan konsep belajar yang harus Miskonsepsi kimia yang dialami siswa
dipahami. Materi yang diberikan dalam jelas sangat merugikan bagi kelancaran proses
kegiatan pembelajaran sangat banyak dan belajar mereka, apalagi jika miskonsepsi sudah
saling berhubungan, sehingga apabila salah satu terjadi lama dan tidak terdeteksi oleh baik oleh
konsep materi tidak tertanam dengan kuat maka siswa itu sendiri maupun guru (Astuti, et al.,
siswa cenderung akan mengalami kesulitan 2016: 10). Guru sering menjadi sumber gagasan
dengan konsep materi yang lain. yang keliru. Perlunya perhatian guru untuk
Siswa yang tidak dapat menguasai konsep mengetahui apakah siswa menngalami
dasar dengan baik dan benar mengakibatkan miskonsepsi sehingga guru dapat mengevaluasi
siswa tersebut mengalami kesulitan untuk proses pembelajaran serta sumber belajar agar
memahami konsep-konsep dalam kimia dengan tidak mengalami miskonsepsi yang merugikan
benar. Kesulitan ini menyebabkan siswa siswa.
memiliki pemahaman yang bemacam-macam Miskonsepsi dapat didiagnosa dengan
terhadap konsep kimia. Diantara pemahaman- melakukan wawancara, peta konsep, portofolio,
pemahaman tersebut, ada beberapa pemahaman test pilihan ganda.untuk mengatasi kelemahan
yang tidak sesuai dengan pandangan pilihan ganda, waawancara dan peta konsep
masyarakat ilmiah yang disebut dengan dalam mendeteksi miskonsepsi maka
miskonsepsi (Nurjaimah, et al., 2016: 16). ditambahkan alasan mengapa siswa memilih
Miskonsepsi diartikan sebagai prasangka jawaban tersebut. Penggunaan tes diagnostik
atau pemahaman tentang suatu konsep yang diawal maupun diakhir pembelajaran dapat
diyakini secara kuat. Namun, konsep yang membantu guru menemukan miskonsepsi siswa
diyakini tidak sesuai dengan konsep-konsep pada materi yang dipelajari (Fariyani, et al.,
ilmiah para ahli (Al Qadri, et al., 2019: 47). 2015: 42).
Miskonsepsi yang dialami siswa haruslah Instrumen diagnostic four-tier merupakan
dipahami dan ditemukan oleh para guru agar pengembangan dari tes diagnostik pilihan
dapat membantu siswa memperbaiki ganda tiga tingkat (Sheftyawan, 2018: 147).
miskonsepsi yang dialaminya sehingga berhasil Dimana pada tier-1 pada four-tier diagnostic
secara efektif. Apabila miskonsepsi tetap instrumen (FTDT) merupakan butir soal dan
dibiarkan dapat mempengaruhi hasil belajar jawaban soal dalam bentuk pilihan ganda. Tier-
siswa dan proses belajar siswa selanjutnya 2 merupakan tingkat keyakinan siswa dalam
(Sheftyawan, 2018: 147). memilih jawaban pada tier-1. Tier-3 adalah
Salah satu faktor yang menyebabkan ungkapan alasan siswa dalam memilih jawaban
terjadinya miskonsepsi adalah karena materi pada tier-1. Tier-4 menambahkan tingkat
kimia bersifat abstrak seperti pada materi keyakinan yang akan dipilih siswa dalam
larutan elektrolit dan non elektrolit. menjelaskan alasan pada tier-3 (Utari dan
Miskonsepsi yang sering terjadi terdapat pada Ermawati, 2018: 435).
konsep-konsep ionik, senyawa kovalen polar Penambahan tingkat keyakinan masing-
dan ionisasi. Karena konsep tersebut masih masing jawaban dan alasan dapat mengukur
terkait pada materi ikatan kimia sehingga pada perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga
materi larutan elektrolit dan non elektrolit siswa akan membantu dalam mendeteksi miskonsepsi
mengalami miskonsepsi yang berlanjut (Yakubi, et al., 2017: 20). Keunggulan yaang
(Medina, 2015: 4). dimiliki tes diagnostik empat tingkat adalah: (1)
Berdasarkan hasil studi awal, siswa pada membedakan tingkat keyakinan jawaban dan
umumnya sulit dalam memahami konsep kimia tingkat keyakinan alasan yang dipilih siswa
serta perhitungan kimia, hal ini dibuktikan sehingga dapat menggali lebih dalam tentang
dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam kekuatan pemahaman konsep siswa, (2)
beberapa materi kimia. Biasanya untuk mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa
mengukur kemampuan siswa guru melakukan lebih dalam, (3) menentukan bagian-bagian
materi yang memerlukan penekanan lebih, (4) tahapan ketiga yang terdiri dari dua pernyataan
merencanakan pembelajaran yang lebih baik yaitu yakin atau tidak yakin.
untuk membantu mengurangi miskonsepsi Observasi digunakan untuk melihat dan
siswa (Sholihat, et al., 2017: 177). mengamati secara langsung keadaan dilapangan
agar memperoleh gambaran yang lebih luas
2. METODE PENELITIAN tentang permasalahan yang diteliti. Jenis
Penelitian ini merupakan penelitian observasi yang digunakan adalah observasi
deskriptif yang mana penelitian ini bertujuan tidak sistematis yang mana dalam
menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan pelaksanaannya tidak dipersiapkan secara
kejadian yang terjadi pada saat sekarang. sistematis tentang apa yang diobservasi
Penelitian deskriptif tidak selalu menuntut (Widoyoko, 2012: 49).
adanya hipotesa, demikian pula manipulasi Dalam penelitian ini peneliti memilih
variabel tidak diperlukan, sebab gejala dan wawancara semi terstruktur, dimana tujuan dari
peristiwa telah ada, tinggal dideskripsikan. wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
Populasi dalam penelitian ini adalah permasalahan secara lebih terbuka, dimana
seluruh siswa kelas X MIA MA pihak yang diajak wawancara diminta
Muhammadiyah Pekanbaru yang berjumlah 38 pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2018:
orang. Teknik pengambilan sampel yang 387). Adapun yang ingin diproleh peneliti dari
digunakan adalah teknik purposive sampling. wawancara yaitu untuk mengetahui faktor-
Tekknik purposive sampling adalah faktor penyebab miskonsepsi. Sedangkan
pengambilan sampel sumber data yang dokumenasi digunakan untuk memperkuat data
didasarkan dengan pertimbangan tertentu. yang diperoleh langsung dari tempat penelitian,
Dimana pemilihannya didasarkan pada tujuan meliputi kurikulum, perangkat pembelajaran
spesifik dari penelitian. Sampel pada penelitian yang digunakan disekolah, nama seluruh guru
ini adalah satu kelas siswa/i X IPA MA bidang studi, laporan kegiatan. Data yang
Muhammadiyah Pekanbaru. Sedangkan untuk didapat dari hasil dokumentasi dapat berupa
teknik pengumpulan data yang digunakan nilai siswa dan foto-foto saat siswa
dalam penelitian ini adalah tes diagnostic four- mengerjakan tes diagnostik.
tier, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji coba instrumen dalam penelitian ini
Tes tertulis yang digunakan dalam meliputi validitas soal tes (validitas isi dan
penelitian ini yaitu berupa tes diagnostik four empiris), reliabilitas, tingkat kesukaran soal,
tier multiple choice diagnostic. Test ini terdiri dan daya pembeda soal. Sedangkan untuk
dari empat tahapan, tahapan pertama berupa analisis data hasil tes diagnostik dalam
soal pilihan ganda, tahapan kedua adalah penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
confidence level atau pertanyaan keyakinan kombinasi jawaban four tier test yang
terhadap tahapan pertama yang terdiri dari dua dimodifikasi dari Fitri Nurul Sholihat, Achmad
pernyataan yaitu yakin atau tidak yakin. Tahap Samsudin, dan Muhamad Gina Nugraha
ketiga berupa soal penalaran mengenai alasan (Sholihat, et al., 2017: 177).
jawaban terhadap tahapan pertama, dan tahap
keempat adalah pernyataan keyakinan terhadap
Tabel 1. Kategori Konsepsi Siswa Berdasarkan Jawaban pada Four-Tier Diagnostic Test
No Kategori Jawaban Tingkat Keyakinan Alasan Tingkat Keyakinan
Analisis yang dilakukan sesuai dengan rendah. Data keseluruhan tersebut dapat dilihat
tabel untuk menentukan siswa yang paham, pada Gambar 1 berikut.
tidak paham, miskonsepsi dan menebak
menggunakan teknik persentase berikut:
P=
Keterangan : 16% PAHAM KONSEP
28,67%
P = Persentase jumlah siswa pada paham TIDAK PAHAM KONSEP
konsep, tidak paham konsep, miskonsepsi, 24 MENEBAK
dan error % MISKONSEPSI
S = Banyaknya siswa pada paham konsep, 31,33%
tidak paham konsep, miskonsepsi, dan
error
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes Gambar 1. Persentase Pemahaman Konsep
Siswa
Setelah mengkategorikan hasil test siswa
dan menghitung persentase siswa yang a. Persentase Miskonsepsi pada Materi
mengalami miskonsepsi, selanjutnya Larutan Elektrolit dan Non Elekktrolit
mengkriteriakan miskonsepsi pada Tabel 2 Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan
berikut (Monita dan Suharto, 2016: 29). bahwa rata-rata siswa yang mengalami
miskonsepsi sebesar 28,67%, paham konsep
Tabel 2. Kriteria Miskonsepsi 16%, tidak paham konsep 24%, dan menebak
Persentase Miskonsepsi Kriteria Miskonsepsi sebesar 31,33%. Miskonsepsi paling tinggi
yaitu pada soal nomor 4 yaitu sebesar 53,33%
0 < Miskonsepsi ≤ 30 Rendah
yang membahas tentang pengelompokan
30 < Miskonsepsi ≤ 70 Sedang
larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan
70 < Miskonsepsi ≤ 100 Tinggi
daya hantar listrik. Untuk pemahaman konsep
siswa paling tinggi yaitu pada soal nomor 6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebesar 40%, sementara untuk siswa yang tidak
Berdasarkan hasil dari penelitian yang
paham konsep paling tinggi yaitu pada soal
telah dilakukan untuk menganalisis
nomor 10 dengan persentase 46,67% dan untuk
miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit
siswa yang menebak paling tinggi yaitu pada
dan nonelektrolit dikelas X MIA MA
soal nomor 1 dan 9 dengan persentase sebesar
Muhammadiyah Pekanbaru dengan
60%. Sedangkan hasil dari perhitungan
menggunakan instrumen tes diagnostik four-
persentase berdasarkan masing-masing konsep
tier secara umum didapatkan bahwa siswa
larutan elektrolit dan non elektrolit disajikan
mengalami miskonsepsi pada materi larutan
pada Gambar 2.
elektrolit dan nonelektrolit berada pada kriteria
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Larutan Elektrolit & Ciri-ciri Larutan Pengelompokan Penyebab Kemampuan Pengelompokkan
Nonelektrolit Elektrolit & Berdasarkan Daya Larutan Elektrolit dapat Larutan Elektrolit &
Berdasarkan Konsep Nonelektrolit Hantar Listrik Menghantarkan Listrik Nonelektrolit
Larutan Berdasarkan Senyawa
Paham Tidak Paham Menebak Miskonsepsi Ion dan Kovalen
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Paham Konsep Tidak Paham Konsep Menebak Miskonsepsi
Berdasarkan Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa larutan elektrolit adalah zat yang
bahwa miskonsepsi yang dialami siswa kelas X mengandung molekul-molekul yang bergerak
MA Muhammadiyah Pekanbaru hampir terjadi bebas dengan alasan karena elektrolit
pada semua soal yang ada dengan persentase mengandung molekul yang dapat bergerak
yang berbeda-beda. Pada Gambar 3 terlihat bebas. Dari jawaban tahap pertama dan alasan
bahwa miskonsepsi tidak terjadi hanya terdapat tersebut sudah menyatakan bahwa siswa
pada satu soal saja yaitu pada soal nomor 6. mengalami miskonsepsi. Jawaban yang
Sementera itu, miskonsepsi yang paling besar seharusnya pada soal nomor 1 yaitu larutan
yaitu pada soal nomor 4 dengan persentase elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan
sebesar 53,33% dengan kriteria sedang. arus listrik dikarenakan terjadi ionisasi pada
b. Miskonsepsi Siswa pada Setiap Konsep larutan elektrolit, yaitu pembentukan ion (+)
diukur Menggunakan Instrumen Test dan ion (-) dari suatu zat elektrolit dalam air
Diagnostic Four-tier sehingga larutan elektrolit dapat
1) Konsep Larutan Elektrolit dan menghantarkan arus listrik. Menurut Arrhenius,
Nonelektolit larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
Soal yang mewakili konsep ini adalah listrik karena mengandung ion-ion yang
soal nomor 5 dan 6. Pada konsep ini bergerak bebas dalam larutan. Ion-ion inilah
miskonsepsi hanya terjadi pada soal nomor 5. yang berperan dalam menghantarkan arus
Pada soal nomor 5 memiliki persentase listrik melalui larutan. Persentase paham
miskonsepsi sebesar 33,33% dengan kriteria konsep pada soal ini yaitu sebesar 33,33%
sedang. Soal nomor 5 membahas tentang dengan kriteria sedang, persentase yang
larutan bersifat nonelektrolit berdasarkan data menebak sebesar 60% dengan kriteria tinggi.
pengamatan. Miskonsepsi yang terjadi karena Pada saat observasi, guru sudah sangat baik
siswa beranggapan bahwa pasangan larutan dalam menjelaskan konsep ini, tetapi pada saat
nonelektrolit yang benar adalah 4 dan 5 dengan diberikan tes banyak siswa yang menjawab
alasan bahwa larutan tersebut yang memiliki pertanyaan dengan menebak.
derajat ionisasi 0. Jawaban yang seharusnya Sedangkan pada soal nomor 7
pada soal nomor 5 ini adalah pasangan larutan persentase miskonsepsi siswa sebesar 40%
nomor 1 dan 2 yang merupakan pasangan non dimana pada soal ini membahas mengenai ciri-
elektrolit dikarenakan larutan yang memiliki ciri larutan elektrolit dan nonelektrolit.
derajat ionisasi= 0 adalah larutan non elektrolit, Miskonsepsi yang terjadi pada soal ini
dimana ciri-ciri dari larutan nonelektrolit yaitu disebabkan karena jawaban siswa yang
lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung menyatakan bahwa asam cuka memiliki derajat
gas. Persentase paham konsep pada soal ini ionisasi 0 dengan alasan karena jika tingkat
sebesar 33,33% dengan kriteria sedang, yang ionisasinya 0 maka lampu tidak
menebak sebesar 6,67% dengan kriteria rendah menyala.Jawaban yang benarnya adalah sedikit
dan siswa yang tidak paham konsep yatu sekali cuka yang terionisasi karena larutan
sebesar 26,67% dengan kriteria rendah. Pada asam cuka termasuk kedalam elektrolit lemah
saat observasi guru sudah sangat baik dalam yang mampu menghasilkan gelembung gas dari
menjelaskan konsep ini dibuktikan dengan perubahan ion menjadi listrik dan tidak mampu
banyaknya siswa yang paham konsep. untuk menyalakan lampu. Untuk persentase
2) Konsep Ciri-ciri Larutan Elektrolit dan siswa yang paham konsep pada soal ini yaitu
Nonelektrolit sebesar 6,67%, siswa yang tidak paham konsep
Soal yang mewakili konsep ini adalah 20% dan siswa yang menebak yaitu 33,33%.
noomor 1 dan 7. Miskonsepsi yang terjadi pada Pada saat observasi guru sudah menjelaskan
kedua soal memiliki persentase yang berbeda, dengan baik ciri-ciri dari larutan elektrolit,
pada butir soal nomor 1 yang membahas tetapi ketika siswa diberikan soal, banyak dari
tentang pengertian elektrolit diperoleh siswa siswa yang menjawab pertanyaan dengan
yang miskonsepsi sebesar 6,67%. Miskonsepsi dengan cara menebak.
yang terjadi dikarenakan siswa beranggapan
sebesar 46,67%, yang menebak sebesar 13,33% yang salah maka akan menyebabkan reasoning
dan persentase siswa yang miskonsepsi sebesar atau penalaran yang tidak lengkap. Siswa juga
33,33% dengan kriteria sedang. Siswa yang cendrung mengikuti perasaannya saja dalam
miskonsepsi pada soal ini disebabkan karena menentukan jawaban atau alasan. Penalaran
salah pada tahap satu dan tiga dimana siswa yang tidak lengkap ini mendominasi penyebab
beranggapan bahwa lelehan senyawa kovalen miskonsepsi siswa. Siswa membuat kesimpulan
polar tidak dapat menghantarkan arus listrik yang terlalu umum dan memberlakukan
karena perbedaan keelektronegatifan. Jawaban kesimpulan itu pada hampir seluruh konsep
yang seharusnya yaitu lelehan terdiri dari (Astuti, et al., 2016: 16).
molekul-molekul dikarenakan lelehan senyawa Berdasarkan hasil wawancara dengan
kovalen polar tidak cukup kuat untuk siswa, faktor penyebab terjadinya miskonsepsi
menghantarkan arus listrik karena ion-ion pada siswa yaitu disebabkan cara mengajar
kurang bergerak bebas. Berdasarkan observasi guru yang membuat siswa sulit memahami
yang dilakukan penyebab dari ketidakpahaman materi yang dipelajari serta didukung oleh
konsep dikarenakan tidak tersampaikan secara siswa yang tidak mengulang kembali pelajaran
baik mengenai konsep ini oleh guru dan tidak yang sudah diberikan sehingga siswa
diperhatikan secara seksama oleh siswa. mengalami miskonsepsi. Faktor lain dari siswa
5) Konsep Pengelompokan Larutan itu sendiri yaitu dikarenakan penalaran siswa
Elektrolit dan Nonelektrolit Berdasarkan yang kurang baik dan rendahnya kemampuan
Senyawa Ion dan Kovalen siswa terhadap konsep larutan elektrolit dan
Soal yang mewakili konsep ini yaitu nonelektrolit. Penyebab miskonsepsi dari siswa
soal nomor 9. Persentase siswa yang itu sendiri dapat dilihat dari banyaknya pola
mengalami miskonsepsi pada konsep ini yaitu jawaban siswa dalam menjawab tes yang
sebesar 26,67% dengan kriteria rendah. diberikan sehingga dapat dilihat siswa hanya
Miskonsepsi yang terjadi disebabkan karena menghafal tanpa memahami makna dari konsep
siswa menganggap HCl adalah senyawa ionik itu sendiri sehingga siswa tidak mampu
yang elektrolit, jawaban yang benar adalah HCl mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang
merupakan senyawa kovalen polar yang lainnya.
elektrolit. Hal ini disebabkan karena larutan
HCl merupakan senyawa kovalen polar yang 4. SIMPULAN
dapat menghantarkan arus listrik pada bentuk Berdasarkan analisis data yang diperoleh,
larutan. Larutan HCl merupakan asam kuat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sehingga terionisasi sempurna dalam miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan
pelarutnya. nonelektrolit hampir tersebar pada seluruh soal
HCl(aq) → H+(aq) + Cl- (aq) yang diuji cobakan kepada sampel dengan
Pada soal nomor 9 ini terlihat jumlah tingkat persentase tiap soal berbeda-beda.
siswa yang paham konsep sebesar 6,67%, yang Hanya pada soal nomor 6 saja yang tidak
tidak paham konsep sebesar 6,67% dan siswa terdapat miskonsepsi. Rata-rata tingkat
yang menebak sebesar 60%. Pada saat pemahaman konsep siswa kelas X MIA MA
observasi guru sudah baik dalam menjelaskan Muhammadiyah Pekanbaru pada materi larutan
konsep ini. Tetapi pada saat guru menjelaskan elektrolit dan non elektrolit adalah 16% siswa
konsep ini banyak siswa yang kurang yang paham konsep, 28,67% siswa yang
memperhatikan, sehingga ketika diberi soal mengalami miskonsepsi dengan kriteria rendah,
banyak siswa tersebut yang menjawabnya 24% siswa yang tidak paham konsep, dan
dengan menebak. 31,33% siswa yang menebak. Selanjutnya,
c. Penyebab Miskonsepsi Siswa pada Materi berdasarkan hasil wawancara dari siswa MA
Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Muhammadiyah Pekanbaru penyebab
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terjadinya miskonsepsi yaitu cara mengajar
oleh Fera Astuti, Tri Redjeki, dan Nanik Dwi guru yang membuat siswa sulit memahami
Nurhayati, ketika siswa mengalami penalaran materi yang dipelajari serta didukung oleh
siswa yang tidak mengulang kembali pelajaran Choice. Jurnal Peenelitian Pendidikan,
yang sudah diberikan sehingga siswa 19(1). ISSN 0126-4109, 2016.
mengalami miskonsepsi. Ramayulis. (2000). Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia.
5. REFERENSI Sheftyawan, Widya Bratha. (2018). Identifikasi
Al Qadri, Andi Ramdan, dkk. (2019). Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-
Miskonsepsi Peserta Didik Kelas XI Tier Diagnostic Test pada Materi Optik
SMAN 1 Gowa pada Materi Larutan Geometri. Jurnal Pembelajaran Fisika, 7
Penyangga Menggunakan Instrumen (2).
Three Tier Diagnostic Test. Jurnal Nalar Sholihat, Fitri Nurul, Achmad Samsudin,
Pendidikan, 7(1). ISSN 2477-0515. Muhamad Gina Nugraha. (2017).
Astuti, Fera, Tri Redjeki, Nanik Dwi Nurhayati. Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab
(2016). Identifikasi Miskonsepsi dan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-
Penyebabnya pada Siswa Kelas XI Mia tier Diagnostic Test pada Sub-Materi
Sma Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran Fluida Dinamika: Azas Kontinuitas.
2015/2016 pada Materi Pokok Jurnal Penelitian Pengembangan
Stoikimetri. Jurnal Pendidikan Kimia Fisika, 3(2). ISSN 2461-0933.
(JPK), 5(2). ISSN 2337-9995. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Fariyani, Qisthi, Ani Rusilowwati, dan Manajemen. Bandung: Alfa Beta.
Sugianto. (2015). Pengembangan Four- Utari, Juli I, Frida U. Ermawati. (2018).
Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap Pengembangan Instrumen Tes
Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas Diagnostik Miskonsepsi berformat Four-
X. Jurnal of Innovatif Science Education, Tier untuk Materi Suhu, Kalor dan
4(2). ISSN 22252-6412. Perpindahannya. Jurnal Inovasi
Medina, Pinta. (2015). Analisis Miskonsepsi Pendidikan Fisika, 7 (3). ISSN 22302-
Siswa Kelas X pada Materi Larutan 4496.
Elektrolit dan Nonelektrolit serta Reaksi Widiyanto, Arfiyan, Eko Sujarwanto, dan Suci.
Oksidasi dan Reduksi dalam (2018). Analisis Pemahaman Konsep
Pembelajaran Kimia di SMAN Kota Peserta Didik dengan Instrumen Four-
Padang. Jurnal Pendidikan dan Tier Diagnostic Test pada Materi
Teknologi Informasi, 2 (1). ISSN 22355- Gelombang Mekanik. Seminar Nasional
9977. Multidisiplin. ISSN 2654-3184.
Monita, Friesta Ade, Bambang Suharto. (2016). Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik
Idenfikasi dan Analisis Miskonsepsi Penyusunan Instrumen Penelitian.
Siswa Menggunakan Three-Tier Multiple Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Choice Diagnostic Instrument pada Yakubi, Malik, Zulfadli, Latifah Hanum.
Konsep Kesetimbangan Kimia. (2017). Menganalisis Tingkat
Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan
Sains, 7 (1). Kimia Menggunakan Instrumen
Nurjaimah, Rosi, Irma Ratna Kartika, Penilaian Four-Tier Multiple Choice
Muktiningsih Nurjaidi. (2016). Analisis (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA
Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA Pada Negeri 4 Banda Aceh). Jurnal Ilmiah
Materi Larutan Penyangga Menggunakan Mahasiswa Pendidikan Kimia, 2 (1).
Instrumen Tes Three Tier Multiple