You are on page 1of 7

CiE 8 (2) (2019)

Chemistry in Education
Terakreditasi SINTA 5
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PROFIL MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI


MATERI ASAM BASA MELALUI MODEL BLENDED LEARNING

Sri Nurhayati, dan Masya Marchelina Natasukma

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel
Diterima : Juni 2019 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil miskonsepsi peserta didik
Disetujui : Juli 2019 pada pembelajaran multirepresentasi materi asam basa melalui model blended
Dipublikasikan : OKt 2019 learning. Penelitian ini menggunakan desain mix method eksplanatori sekuensial.
Pembelajaran blended learning yang dilakukan menggunakan social network
Edmodo dan pembelajaran secara face to face di kelas. Miskonsepsi dideteksi
dengan menggunakan soal tes diagnostik three­tier multiple choice. Data kualitatif
Kata kunci: miskonsepsi,
didapatkan dengan menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Profil
mikroskopis,
miskonsepsi peserta didik menunjukkan yang paham konsep 32%., tidak paham
multirepresentasi, asam basa,
konsep 21%, menebak 4%, miskonsepsi positif 12%, miskonsepsi negatif 6%,
blended learning
dan miskonsepsi 25%. Profil miskonsepsi peserta didik menunjukkan paham
konsep paling tinggi pada makroskopis (66%), miskonsepsi positif paling tinggi
Keywords: misconception,
pada mikroskopis (25%), tidak paham konsep (35%), menebak (5%), miskonsepsi
microscopic, multi­representation,
negatif (11%), dan miskonsepsi (34%) paling tinggi pada simbolik.
acid­base, blended learning

Abstract
The purpose of this study is to determine the profile of students' misconceptions in multi­
representation of acid­basic learning through the blended learning model. This study uses a
sequential explanatory mix method design. Blended learning was carried out using
Edmodo social network and face to face learning in class. Misconceptions are detected using
three­tier multiple choice diagnostic test questions. Qualitative data were obtained by using
questionnaires, observations, and interviews. The profile of students' misconceptions shows
that they understand 32% of the concept, do not understand the concept of 21%, guess 4%,
positive misconception 12%, negative misconception 6%, and misconception 25%. The
students' misconception profile showed the highest concept of understanding in macroscopic
(66%), the highest positive misconception in microscopic (25%), not understanding the
concept (35%), guessing (5%), negative misconception (11%), and misconception (34%) is
highest in symbolic.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi :
E-mail: srinurhayati.budi@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Sri Nurhayati / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
Pendahuluan dijelaskan secara detail karena pada level ini
Ilmu pengetahuan Kimia memuat banyak konsep yang tidak dapat dilihat ataupun
banyak konsep-konsep yang abstrak sehingga diamati secara langsung.
membuat peserta didik menafsirkan sendiri Munculnya miskonsepsi peserta didik
konsep-konsep yang dirasa sulit untuk menunjukkan ketidakmampuan peserta didik
dipahami. Penafsiran konsep oleh peserta didik dalam menghubungkan tiga level representasi
dilakukan sesuai dengan prakonsep yang yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbolik.
sebelumnya sudah dimiliki oleh peserta didik. Penjelasan fenomena kimia langsung dengan
Prakonsep yang salah dari peserta didik dapat memberikan 3 level representasi secara
berpengaruh dalam munculnya miskonsepsi bersamaan akan membuat peserta didik
dari peserta didik. Ide awal yang dimiliki oleh menjadi semakin mengalami miskonsepsi
peserta didik menjadi penting karena (Sirhan, 2007). Penjelasan konsep kimia harus
berpengaruh terhadap pemahaman konsep diberikan secara runtut dan progresif dimulai
peserta didik. Hal tersebut menjadikan dari makroskopis, kemudian mikroskopis,
pemahaman konsep pada ilmu pengetahuan selanjutnya simbolik (Shui-Te et al., 2018). Hal
Kimia adalah hal yang krusial karena Kimia tersebut menunjukkan bahwa metode mengajar
merupakan subjek materi yang berlandaskan dan model pembelajaran yang diterapkan juga
konsep (Stojanovska et al., 2014). berpengaruh dalam terjadinya miskonsepsi
Miskonsepsi yang dialami oleh peserta pada peserta didik.
didik dikarenakan peserta didik memiliki Penerapan model pembelajaran dengan
pemahaman pada konsep yang tidak sesuai blended learning memberikan perbedaan hasil
dengan penjelasan ilmiah. Miskonsepsi dapat belajar dibandingkan dengan hanya
disebabkan oleh intuisi peserta didik yang salah menerapkan pembelajaran dengan face to face
terhadap konsep, ide awal yang salah, dan learning saja (Syarif, 2012). Perbedaan hasil yang
penjelasan yang tidak lengkap terhadap suatu signifikan menunjukkan peningkatan hasil
konsep, sehingga menyebabkan penalaran belajar dan motivasi belajar peserta didik
peserta didik menjadi salah terhadap konsep (Sjukur, 2012). Pembelajaran dengan model
tersebut (Astuti et al., 2016). Miskonsepsi juga blended learning dapat melengkapi kekurangan
bisa terjadi karena pengalaman belajar pada dari pembelajaran yang dilakukan secara tatap
peserta didik sebelum menerima konsep baru muka di kelas. Pembelajaran secara online dapat
dan miskonsepsi tersebut dapat menghambat memberikan kebebasan peserta didik untuk
pemahaman konsep baru (Aufschnaiter & belajar dimana saja dan kapan saja karena tidak
Rogge, 2010). Miskonsepsi pada Kimia terbatas oleh pertemuan di kelas saja.
disebabkan karena kompleksnya perhitungan Pembelajaran model blended learning
serta level representasi yang berbeda dalam mempermudah interaksi antara guru dengan
penjelasan suatu fenomena kimia (Sheppard, peserta didik dengan memanfaatkan social
2006). network. Social network yang mudah untuk
Fenomena kimia dijelaskan oleh ahli digunakan dan tidak berbayar menjadi daya
kimia dengan menggunakan tiga representasi tarik tersendiri. Salah satu jejaring sosial yang
yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbolik. berbasis school environment adalah Edmodo.
Representasi pada level makroskopis Pembelajaran Kimia khususnya pada
menjelaskan fenomena yang terjadi nyata dan materi asam basa memerlukan model
dapat diamati secara langsung maupun dalam pembelajaran yang memudahkan proses
kehidupan sehari-hari. Representasi pada level pembelajaran karena materi asam basa
mikroskopis adalah level abstrak yang merupakan salah satu materi yang dianggap
menjelaskan fenomena pada level makroskopis. sulit bagi peserta didik. Model blended learning
representasi pada level mikroskopis menjelaskan berbantuan Edmodo dalam pembelajaran
konsep-konsep pada level partikel yaitu pada multirepresentasi materi asam basa diharapkan
level atom-atom, molekul-molekul, dan ion-ion. dapat memberikan pemahaman peserta didik
Representasi pada level simbolik menjelaskan pada tiga level representasi secara utuh
fenomena kimia dengan menvisualisasikan pada
persamaan kimia, permsamaan matematika, Metode Penelitian
grafik, mekanisme reaksi, dan analogi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(Chandrasegaran et al., 2007). Fenomena pada mengetahui profil miskonsepsi peserta didik
level mikroskopis menjadi krusial untuk pada pembelajaran multirepresentasi materi

2
Sri Nurhayati/ Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

asam basa melalui model blended learning. Jenis Tahapan setelah validasi oleh ahli yaitu
penelitian yang dilakukan adalah mix method uji coba soal tes diagnostik. Soal tes diagnostik
eksplanatori sekuensial dengan menggunakan yang dibuat sejumlah 25 butir soal. Soal tes
data dan hasil penelitian kualitatif untuk diagnostik yang telah diuji coba kemudian
membantu menafsirkan data dan hasil dianalisis validitas, reliabilitas, daya beda, dan
penelitian kuantitatif (Cresswell & Clark, 2013). tingkat kesukaran. Hasil reliabilitas soal
Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur menunjukkan nilai 0,745 dan terdapat 15 soal
Don Bosko Semarang kelas XI IPA 1 semester yang valid dan dapat digunakan untuk
genap tahun ajaran 2018/2019. Waktu penelitian. 15 soal yang valid sudah memenuhi
penelitian dimulai pada bulan Desember 2018 indikator soal.
sampai bulan Februari 2019. Tahap implementasi dilaksanakan
Penelitian dimulai dengan selama 7 pertemuan tatap muka dikelas.
pengumpulan data sebagai langkah awal. Pertemuan pertama digunakan untuk
Langkah ini dilakukan dengan analisis masalah pengenalan Edmodo dan pembuatan akun
dan kajian pustaka. Analisis masalah yang Edmodo oleh peserta didik. Pertemuan kedua
dilakukan di SMA PL Don Bosko Semarang hingga pertemuan kelima merupakan
menunjukkan bahwa pembelajaran materi asam implementasi pembelajaran multirepresentasi
basa belum dijelaskan pada level mikroskopis materi asam basa dengan model blended learning
dengan maksimal. Pembelajaran juga terfokus berbantuan Edmodo. Pertemuan keenam
pada face to face learning. Miskonsepsi yang dilakukan praktikum. pertemuan ketujuh
dialami oleh peserta didik juga belum terdeteksi dilaksanakan tes untuk mendeteksi miskonsepsi
karena belum dilakukan pendeteksian dengan soal tes diagnostik three­tier multiple
miskonsepsi. Kajian pustaka dilakukan untuk choice. Pengisian angket dan wawancara
mencari solusi yang sesuai dengan masalah di mendalam yang dilakukan diluar jam sekolah.
lapangan. Teknik analisis data yang digunakan
Tahap selanjutnya yaitu perencanaan yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis
dengan menyusun instrumen yang digunakan data kualitatif dilakukan dengan menelaah hasil
untuk penelitian. Instrumen yang digunakan angket tanggapan peserta didik, hasil observasi
untuk mendeteksi miskonsepsi peserta didik keterampilan praktikum, dan hasil wawancara
yaitu soal tes diagnostik three­tier multiple choice mendalam dengan peserta didik. Analisis data
dengan alasan tertutup. Instrumen lain yang kuantitatif dilakukan pada jawaban peserta
dibuat yaitu silabus, RPP, lembar kerja peserta didik pada soal tes diagnostik untuk mengetahui
didik, dan akun Edmodo. Instrumen yang presentase profil miskonsepsi peserta didik pada
dibuat untuk mendukung data kuantitatif pembelajaran multirepresentasi materi asam
adalah lembar angket, lembar wawancara, dan basa. Tanggapan peserta didik terhadap
lemabar observasi. Instrumen yang dibuat pembelajaran multirepresentasi materi asam
divalidasi oleh ahli agar layak untuk digunakan basa melalui model blended learning diukur
penelitian. dengan menggunakan lembar angket dan
Tabel 1. Rekapitulasi profil miskonsepsi peserta didik pada materi asam basa

3
Sri Nurhayati / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

Tabel 2. Interpretasi kombinasi jawaban soal tes

lembar wawancara. Hasil profil miskonsepsi peserta didik per


kategori representasi ditunjukkan pada Gambar
Hasil dan Pembahasan
2.
Profil miskonsepsi peserta didik dilihat
dari kombinasi jawaban peserta didik pada Dimensi mikroskopis pada materi asam
tingkat 1, 2, dan 3. Rekapitulasi profil basa yaitu penggunaan pH meter untuk
miskonsepsi peserta didik pada setiap mendeteksi larutan asam basa, mengidentifikasi
representasi dapat dilihat pada Tabel 1. larutan asam basa dengan menggunakan kertas
Interpretasi kombinasi jawaban peserta didik lakmus, menggunakan trayek pH pada beberapa
pada soal tes diagnostik three­tier multiple choice indikator buatan untuk menganalisis pH dari
dapat dilihat pada Tabel 2. Diagram profil larutan asam basa, pembuatan indikator dari
miskonsepsi peserta didik ditunjukkan pada bahan alami untuk mengidentifikasi larutan
Gambar 1. asam basa, menjabarkan kelebihan dan
kekurangan dari teori-teori asam basa. Dimensi
Rekapitulasi profil miskonsepsi peserta
mikroskopis menjelaskan konsep yang berada
didik secara keseluruhan menunjukkan bahwa
pada tingkat partikular yaitu reaksi asam basa
peserta didik yang masuk dalam kategori paham
menurut teori Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan
konsep memiliki presentase yang paling tinggi
Lewis, analisis pH larutan, derajat ionisasi,
dibanding dengan kategori lain yaitu sebesar
kesetimbangan ion dalam larutan asam basa,
32%. Sedangkan presentase paling rendah yaitu
dan tetapan ionisasi pada asam basa
peserta didik yang berada dalam kategori
monoprotik dan poliprotik. Dimensi simbolik
menebak atau untung-untungan yaitu sebesar
yaitu berupa tanda atau bahasa serta bentuk-
4%. Profil miskonsepsi pada peserta didik juga
bentuk untuk mengkomunikasikan hasil
dianalisis pada setiap kategori representasi.

Gambar 1. Diagram profil miskonsepsi peserta didik

4
Sri Nurhayati/ Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)

Gambar 2. Diagram profil miskonsepsi peserta didik tiap kategori representasi


pengamatan terdiri dari nama-nama senyawa, (2003) bahwa peserta didik lebih mudah dalam
rumus kimia, simbol, perhitungan matematis, mengkaitkan antara representasi simbolik
dan persamaan kimia. dengan makroskopis daripada dengan
Diagram profil miskonsepsi peserta representasi mikroskopis.
didik per kategori representasi pada Gambar 2 Analisis hasil pembelajaran dapat
menunjukkan bahwa peserta didik paham dilihat dari hasil tes diagnostik dan hasil
konsep paling tinggi pada representasi wawancara peserta didik. Berdasarkan diagram
makroskopis, miskonsepsi positif paling tinggi profil miskonsepsi peserta didik pada
pada representasi mikroskopis, dan tidak paham pembelajaran materi asam basa yang
konsep, menebak, miskonsepsi negatif, serta ditunjukkan oleh Gambar 1, peserta didik yang
miskonsepsi paling tinggi pada representasi paham konsep memiliki jumlah yang paling
simbolik. banyak dibandingkan dengan kategori lain.
Pembelajaran secara multirepresentasi Peserta didik paham konsep didominasi pada
yang diberikan sesuai dengan penelitian representasi makroskopis. Hasil pembelajaran
sebelumnya yang dilakukan oleh dengan menerapkan multirepresentasi
Chandrasegaran et al. (2007) yaitu dengan menunjukkan bahwa peserta didik banyak yang
progresif mulai dari fenomena nyata yang dapat mengalami kesalahan konsep pada level
diamati langsung oleh peserta didik melalui representasi simbolik. Hal ini disebabkan karena
pengalaman belajar misalnya perubahan warna pemahaman peserta didik pada level
pada larutan asam basa setelah diberi larutan mikroskopis yang tidak utuh. Pemahaman
indikator, perubahan warna larutan pada pH peserta didik pada level mikroskopis yang
yang berbeda, perubahan warna kertas lakmus, cenderung tertinggal dapat menyebabkan
perbedaan ciri-ciri fisik larutan asam dan basa, peserta didik kesulitan dalam mengembangkan
dilanjutkan dengan penjelasan pada tingkat pemahaman konseptual serta dapat
representasi mikroskopis dengan melibatkan menyebabkan terjadinya kesalahan konsep. Hal
penjelasan pada level atom, ion, dan molekul ini sesuai dengan hasil penelitian dari (Tasker &
serta penggunaan simbol-simbol kimia, rumus Dalton, 2006) yang mengungkapkan bahwa
dan persamaan kimia, trayek, dan animasi yang banyak kesalahan konsep yang terjadi dalam
melambangkan materi. kima berasal dari ketidakmampuan peserta
didik dalam memvisualisasikan struktur dan
Peserta didik yang memiliki proses pada level mikroskopis. pemahaman
pemahaman utuh dapat mentransfer dan yang tidak lengkap pada level mikroskopis dapat
menghubungkan antara fenomena makroskopis, menyebabkan peserta didik kesulitan dalam
mikroskopis, dan simbolik. Kunci dalam memecahkan masalah terkait dengan
pemecahan masalah kimia adalah kemampuan perhitungan matematis pada level simbolik
dalam merepresentasikan fenomena kimia pada (Devetak et al., 2004). Hal tersebut yang
level mikroskopis (Treagust, 2007). Hal ini menyebabkan kesalahan konsep terbesar terjadi
sesuai dengan hasil penelitian Treagust et al. pada level simbolik. Temuan-temuan

5
Sri Nurhayati / Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
miskonsepsi peserta didik pada setiap asam basa Bronsted-Lowry dan persamaan
representasi sangat beragam. Miskonsepsi yang reaksi asam lemah diprotik. Butir soal pada
dialami oleh peserta didik ditunjukkan pada representasi simbolik juga memberikan konsep
Tabel 3. dengan visualisasai berupa gambar pada reaksi
Diagram profil miskonsepsi peserta ionisasi larutan CH3COOH.
didik tiap representasi yang ditunjukkan pada Hasil wawancara dengan peserta didik
Gambar 2 memberikan informasi mengenai mengenai soal-soal representasi simbolik
perbandingan analisis profil miskonsepsi pada menunjukkan peserta didik tidak memahami
representasi makroskopis, mikroskopis, dan rumus-rumus kimia untuk menghitung nilai pH,
simbolik. Representase makroskopis memiliki konsentrasi asam basa, derajat ionisasi, serta
presentase peserta didik paham konsep yang konsetrasi ion H+ dan OH-. Sehingga ketika
paling tinggi. Hal ini menunjukkan peserta didik menjawab soal-soal yang merupakan
lebih mudah untuk memahami konsep yang perhitungan matematis, peserta didik hanya
bersifat konkret dan merupakan fenomena yang menebak jawaban. Peserta didik ada juga yang
dapat diamati secara langsung. Peserta didik bisa menuliskan perhitungan matematis dari
lebih mudah memahami konsep pada beberapa soal representasi simbolik, namun
representasi makroskopis yang berkaitan dengan hasil perhitungan yang diberikan salah karena
perubahan warna kertas lakmus untuk menguji dalam menghitung peserta didik tidak teliti.
sifat larutan, mengidentifikasi jenis larutan Peserta didik menyatakan bahwa kesulitan
menggunakan indikator alami, menganalisis pH dalam memahami reaksi-reaksi kimia baik pada
larutan dengan menggunakan trayek pH dari reaksi yang melibatkan asam maupun basa.
beberapa indikator buatan, dan menganalisis Tingkat pemahaman peserta didik yang
sifat larutan dengan menggunakan pH meter. rendah dan tingkat miskonsepsi peserta didik
Representase mikroskopis memiliki yang tinggi pada level mikroskopis
presentase peserta didik yang mengalami menunjukkan bahwa peserta didik tidak
miskonsepsi positif paling tinggi. Peserta didik menguasai materi prasyarat yang berhubungan
mengalami miskonsepsi positif pada konsep- dengan materi asam basa. materi prasyarat yang
konsep yang terkait dengan fenomena yang dimaksud seperti stoikiometri larutan, reaksi
terjadi pada skala partikular. Pemahaman pada kimia, dan kesetimbangan kimia. Kesalahan
level mikroskopis peserta didik yang salah pemahaman dan penguasaan konsep yang tidak
menyebabkan peserta didik kesulitan dalam utuh menyebabkan peserta didik kesulitan
mengembangkan pemahaman konseptual serta dalam memahami konsep baru yang diteruma.
dapat menyebabkan terjadinya kesalahan Penjelasan konsep kimia yang harus progresif,
konsep. Peserta didik dapat menyebutkan runtut, dan berkesinambungan menjad sangat
konsep yang benar namun tidak mengetahui penting agar peserta didik tidak mengalami
alasan dari konsep tersebut (Bayrak, 2013). miskonsepsi (Shui-Te et al., 2018).
Representase simbolik memiliki Pembelajaran multirepresentasi materi
presentase yang tinggi pada peserta didik yang asam basa dengan model blended learning
mengalami miskonsepsi, miskonsepsi negatif, mendapatkan respon yang baik dari peserta
tidak paham konsep, dan menebak jawaban. didik. Respon peserta didik diukur
Peserta didik masih kesulitan dalam memahami menggunakan angket. Hasil perhitungan angket
konsep yang berhubungan dengan representasi tanggapan peserta didik menunjukkan 1 peserta
kimia pada level simbolik. Desyana (2014) didik memberikan respon sangat baik, 21
menyebutkan bahwa representasi kimia pada peserta didik memberikan respon baik, dan 6
level simbolik meliputi gambar, aljabar, model peserta didik memberikan respon kurang baik.
fisik, rumus kimia, persamaan reaksi, grafik, Terdapat kelebihan dan kekurangan dari
dan mekanisme reaksi. Butir soal pada penggunaan model blended learning.
representasi simbolik memberikan konsep yang Kelebihannya yaitu peserta didik menjadi lebih
terkait dengan perhitungan matematis yaitu mudah untuk mengakses materi dan penugasan
nilai pH, konsentrasi asam dan basa, yang diberikan oleh guru serta lebih mudah
konsentrasi ion H+ dan OH-, derajat ionisasi, untuk berinteraksi dan belajar secara online.
dan tetapan kesetimbangan ionisasi asam basa. Kekurangannya yaitu fasilitas dari peserta didik
Butir soal pada representasi simbolik yang yang tidak merata dapat menghambat
memberikan konsep terkait persamaan reaksi pembelajaran secara online.
yaitu persamaan reaksi asam basa menurut teori

6
Sri Nurhayati/ Journal of Chemistry In Education 8 (2) (2019)
Pembelajaran dengan blended learningg Available at: www.
dapat menggeser prinsip pembelajaran dari journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/
teacher center menuju student center secara 1094428108318066.
dinamis karena saling melengkapi antara face to Desyana, V., 2014. Analisis Kemampuan Multipel
face learning dengan e­learning. Menurut Sjukur Representasi Siswa SMP Negeri di Kota
Pontianak pada Materi Klasifikasi Benda,
(2012) pembelajaran dengan model blended Pontianak.
learning dapat meningkatkan motivasi belajar
Devetak, I., D. Krnel, & K. S. W. Grm, 2004.
peserta didik. Peningkatan motivasi peserta Submicroscopic Representation as a Tool for
didik dapat meningkatkan pula hasil belajar. Hal Evaluating Students’ Chemical Conception.
tersebut sejalan dengan hasil penelitian bahwa Acta Chim. Slov., 51, pp.799–814.
peserta didik yang paham konsep memiliki Mubarak, S., E. Susilangingsih, & E. Cahyono, 2016.
presentase paling tinggi dibandingkan dengan Pengembangan Tes Diagnostik Three-tier
kategori lain. Model blended learning membuat Multiple Choice untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Peserta Didik Kelas XI. Journal
aktivitas pembelajaran menjadi lebih variatif of Innovative Science Education, 5(2),
dan tidak hanya bertumpu pada informasi yang pp.101–110.
diberikan oleh guru di kelas (Syarif, 2012). Sheppard, J.M. & W. B. Young, 2007. Agility
literature review: Classifications , Training
Simpulan
and Testing. Journal of Sport Sciences,
Simpulan dari penelitian ini adalah 24(9), pp.919–932.
profil miskonsepsi peserta didik menunjukkan Shui-Te, L., I. W. Kusuma, S. Wardhani, & Harjito.
yang paham konsep 32%., tidak paham konsep 2018. Hasil Identifikasi Miskonsepsi Siswa
21%, menebak 4%, miskonsepsi positif 12%, Ditinjau Dari Aspek Makroskopis,
miskonsepsi negatif 6%, dan miskonsepsi 25%. Mikroskopis, dan Simbolik (MMS) pada
Profil miskonsepsi peserta didik menunjukkan Pokok Bahasan Partikulat di Taiwan. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 12(1),
paham konsep paling tinggi pada makroskopis pp.2019–2030.
(66%), miskonsepsi positif paling tinggi pada
Sirhan, G., 2007. Learning Difficulties in Chemistry:
mikroskopis (25%), tidak paham konsep (35%), An Overview. Journal of Turkish Science
menebak (5%), miskonsepsi negatif (11%), dan Education, 4(2), pp.2–20.
miskonsepsi (34%) paling tinggi pada simbolik. Sjukur, S.B., 2012. Pengaruh Blended Learning
Hal tersebut menunjukkan peserta didik Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
mengalami miskonsepsi tingkat partikulat. Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 2(November 2012), pp.368–378.
Daftar Pustaka Stojanovska, M., V. M. Petruševski, & B.
Astuti, F., T. Redjeki, & N. D. Nurhayati, 2016. Goptrajanov, 2014. Study of The Using
Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebabnya Three Levels of Thinking and
pada Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Representation. Section of Natural,
Sukoharjo pada Materi Pokok Stoikiometri. Matemathical and Biotechnical Sciences,
Jurnal Pendidikan Kimia, 5(2), pp.10–17. 35(1), pp.37–46.
Aufschnaiter, C. V. & C. Rogge, 2010. Syarif, I., 2012. Pengaruh Model Blended Learning
Misconceptions or Missing Conceptions? Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(2),
Technology Education, 6(1), pp.3–18. pp.234–249.
Bayrak, B.K., 2013. Using Two-Tier Test to Identify Tasker, R. & R. Dalton, 2006. Research Into Practice:
Primary Students ’ Conceptual Visualisation of the Molecular World Using
Understanding and Alternative Conceptions Animations. Chemistry Education Research
in Acid Base. Mevlana International Journal and Practice, 7(2), pp.141–159.
of Education, 3(2), pp.19–26.
Treagust, D., G. Chittleborough, & T. Mamiala,
Chandrasegaran, A.L., D. F. Treagust, & M. 2003. The Role of Submicroscopic and
Mocerino, 2007. The development of a two- Symbolic Representations in Chemical
tier multiple-choice diagnostic instrument Explanations. International Journal of
for evaluating secondary school students ’ Science Education, 25(11), pp.1353–1368.
ability to describe and explain chemical
reactions using multiple levels of Treagust, D.F., 2007. Development and Use of
representation. Chemistry Education Diagnostic Tests to Evaluate Students’
Research and Practice, 8(3), pp.293–307. Misconceptions in Science. International
Journal of Science Education, 10(2),
Creswell, J. & P. V. Clark, 2013. Designing and pp.150–169.
Conducting Mixed Methods Research,

You might also like