You are on page 1of 9
SEMINAR NASIONAL KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI KONSEP DAN PRINSIP KONSERVASI BIODIVERSITAS Oleh ‘Tjut Sugandawaty Djohan Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada DISELENGARAKAN OLEH FMIPA UNIVERSITAS BENGKULU DAN HIGHER EDUCATION DEVELOPMENT SUPPORT (HEDS) USAID BENGKULU NOVEMBER 1995 Konsep dan Prinsip Konservasi Biodiversitas ‘Tjut Sugandawaty Djohan Laboratorium Ekologi, Fakultas Biolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 55281 Abstrak Pertumbuhan populasi manusia secara eksponensial telah mempengaruhi sumberdaya alam dan perubahan ckosistem pada tingkat yang hebat, dan telah mengancam kehidupan biodiversitas pada tingkat kritis. Aktivitas manusia teleh menyebebkan kepunaban berbagai spesies. Diversitas biologi sebagai ” grand master-piece” hasil proses evolusi yang menjejak pada milyar tahun yang lalu berada pada tingkat laju kemunduran yang luar biasa. Tulisan ini aichn membahas biologi konservasi dulu dan masa kini dan prinsip-prinsip biologi konservasi. Pada masa kini pendekatan biologi konservasi adalah multidisplin dan penglolaan biodiversitas spesies diarahkan kembali pada pada tingkat komunitas dan ekosistem alami. Kata kunsi: Populasi manusia, ancaman biodiversitas, konservasi komunitas, konservasi ekosistem. Pendshuluan Pertumbuhan populasi manusia secara eksponensial telah mempengaruhi sumber alam dunia pada tingkat perubahan habitat yang hebat yang telah mengancam kehidupan berjuta spesies dan berlangsungnya jasa ekosistem. Ekositem-ekosistem bumi sekarang sangat berbeda dengan ekosistem-ekosistem bumi 100 tahun yang lalu. Pada saat ini, banyak cekosistem alami telah dirubah oleh manusia. Beberapa ekosistem ini berada pada tingkat menuju kematian. Berjenis-jenis spesies dalam jumlah besar telah musnah, kemudian daur hidrologi dan kimia telah berubab, dan juga pada saat bersamaan milyar ton Inpisan tanah permukaan juga telah musnah. Penyebabnya adalah pertumbuhan populasi manusia dengan pertambahan sekitar 95 juta setiap tahun. Pertambahan populasi ini telah menekan planet bumi melampaui kemampuan elastisitasnya. Akibatnya, diversitas biologi sebagai "grand ‘master-piece” hasil proses evolusi yang menjejak pada milyar tahun yang lalu berada pada tingkat laju kemunduran yang luar biasa. Akibatnya, salah satu spesies yang menderita akibat perusakan ekologi ini adalah Homo sapiens, si pelaku sendiri (Meffe et al. 1994). Disampaikan pada Seminar Nasional Konservasi Keanekaragaman Hayati FMIPA Universitas ‘Bengkulu Dan Higher Education Development Support USAID, Bengkulu 20 November 1995. Perabahan ckosistem dan kerusakan lingkungan Di dalam sejarah kehidupan manusia, secara lingkungan kita berada pada tingkat kritis (Meffe et al, 1994). Tabel 1 merupakan sebagian contoh hutan dari berbagai tipe yang telah hilang dari permukaan bum. Tabel 1. Habitat hutan yang hilang (Dicuplik dari Meffe et al. 1994). Negara ‘Luas (kan”) % hilang ‘Thailand 507.267 4 Madagaskar 585.211 15 Costa Rica 3.733 >99 Pada saat yang sama, ekosistem-ekosistem baru terus dibentuk, misalnya pertanian monokultur, hutan perkebunan, lenskap yang tererosi dan berpotensi menjadi gurun, pengerukan estuari, pembuatan tambak udang, perubahan aliran sungai dengan membentuk kanal - kanal baru, kanal buatan, dan bendungan. Ekosistem baru ini merupakan kenampakan yang dominan pada tempat-tempat tertentu di atas permukaan bumi ini, Secara biologi, perubahan-perubahan ini dapat dihitung indeks laju spesies yang musnah dalam kaitan dengan pengubahan area alami ke area yang digunakan untuk kepentingan budaya. Kemudian seperti telah disebutkan sebelumnya, prospek populasi manusia yang terus bertambah, juga kekurangan pangan dan air, pencemaran lingkungan, dan penyakit tetap merupakan masalah nyata. Kelihatannya, pertumbuhan populasi manusia yang melampaui sumber daya alam mudah sekali mengarah ke tidak berdaya dan apatis terhadap kenyataan begitu banyak perusakan, Akan tetapi menurut Mefie et al. (1994), ada tiga alasan untuk tetap optimis: 1). Banyak negara yang sedang menurunkan laju tingkat pertumbuhan populasinya. Misalnya antara lain Costa Rica, Cube, Mexico, Venezuela, Thailand. Bahkan beberapa dekade, seperti Hungaria, dan Jerman Barat mempunyai perioda pertumbuhan populasi yang negative; 2). Perusakan biodiversitas pada masa kini, sebenarnya bukanlah melulu berhubungan dengan populasi penduduk, tapi hubungan ini lebih pada tempat hidup manusia dan jenis konsumsinya. Di negeri yang sedang berkembang, ekspansi pertanian dan kehutanan secara komersil telah menukarkan daerah miskin menjadi kota kummuh atau menyebabkan penduduk ini pindah ke lereng bukit terjal, dan dacrah ini secara ekologi sangat rentan; 3). Tingkat laju kelahiran tinggi. Bila kehidupan kesuksesan famili tergantung pda tenaga buruh yang tidak mempunyai keahlian, sehingga harapannya dengan. mempunyai keluarga yang besar akan memberikan insentif ekonomi yang besar. Maka kuncinya yaitu, pendidikan yang sesuai dan jenis pembangunan ekonomi yang sesuai, sehingga akan mereduksi laju pertumbuhan populasi. Umumnya, laju pertumbuhan populasi manusia dapat direduksi yaitu : bila jender mempunyai hak yang sama untuk pendidikan, bak yang sama pada distribusi penghasilan pedesaan, dan ekonomi berdasarkan tidak semata-mata pada ekploitasi sumber daya alam. ‘Apa yang ingin dikemukakan di sini yaitu kita harus berfikir secara luas mengenai Konservasi. Di sini, biodiversitas memerlukan hubungan yang kuat antara biologi Konservasi dan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (Meffe et al. 1994), Biologi konservasi merupakan respon masyarakat ilmiah terhadap krisis bodiversitas. Merupakan bidang ilmu baru, yang menggunakan dasar-dasar ekologi, biogeografi, genetika populasi, ekonomi, sosiologi, anthropologi, dan teori-teori lainnya yang berdasarkan disiplin imu yang mempertahankan diversitas biologi (biodiversitas) di dunia ((Meffe ef al. 1994). Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, di dalam sejarah kehidupan manusia, secara lingkungan kita berada pada tingkat yang sangat kritis. Sebelumnya, belum pemah ada gencrasi yang menjadi saksi perusakan lingkungan yang sedemikian parah. Bila kita saat ini tidak bertindak cepat, maka generasi berikutnya tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan biodiversitas di planet bumi ini. Menurut Soule (1985), perkembangan yang besar yang diperlukan dalam konservasi yaitu perpindahan dari analisis reaktif setiap krisis ke ilmu pengetahuan proaktif yang membuat kita untuk mengantisipasi krisis yang sedang berkembang dan mempersiapkan rencana-rencana pelaksaan yang jelas. Banyak orang bertanya, apa yang baru tentang biologi konservasi? Manusia telah menggunakan konservasi berpuluh tahun, bahkan berabad-abad. Ini memang benar, akan tetapi biologi konservasi berbeda , antara lain (Meffe et al. 1994): 1). Sekarang konservasi telah memasukkan kontribusi major orientasi teoritis perguruan tinggi. Kontribusi ini yaitu ‘model ekologi dan genetika yang diaplikasikan ke dunia nyata, Pemilahan palsu antara ilmu murni dan ilmu aplikasi telah ditinggalkan. Ini sejalan dengan penelitian dan pengelola. umber daya telah bergabung beik secara intelektual, pengalaman,dan pandangan- pandangan untuk membicarakan masalah-masalah lokal maupun global; 2). Kebanyakan masalah konservasi berakar pada ekonomi, filosofi pemanfaatan yang motivasinya yaitu hasil panen yang tinggi untuk spesies tertentu saja. Alam dipandang sebagai sumber yang menyediakan keuntungan untuk manusia. Pandangan ini kebanyakan dari negara — negara Barat. Schingga spesies tertentu saja dipilih untuk dikelola dengan hasil maksimum, misalnya hanya satu spesies saja seperti rusa, ikan trout, jenis kayu tertentu. Padahal, satu spesies ini hanyalah sebagian kecil dari kumpulan biodiversitas spesies yang besar di alam; 3). Biologi konservasi mengakui dan bekerjasama dengan kontribusi yang disampaikan oleh pakar non biologi untuk konservasi biodiversitas. Terutama, ilmu sosial, ekonomi, dan ilmu politik. Biclogi konservasi” baru”, memandang semua biodiversitas alam sama pentingnya dan mempunyai nilai yang sama, Sehingga dengan pandangan ini, pengelolaan diarahkan Kembali pada biodiversitas spesies pada tingkat komunitas dan ekosistem alami dari pada spesies tunggal. Ahli biologi konservasi baru ini juga memandang keragaman dan fungsi ekosistem yang sangat bervariasi secara kritis tidak hanya untuk menjaga beberapa spesies yang dipanen agar berkelanjutan, tapi juga mejaga kelangsungan spesies yang beragam yang masih belum kita pelajari. Peranan Universitas dalam biologi konservasi Di negara yang maju, biologi konservasi secara luas dipahami di perguruan tinggi. Pakar perguruan tanggi secara kontinyu mempunyai peranan penting dalam perkembangannya. Menurut Stanley (1994) ada empat karateristik yang perlu diperhatikan, yaitu: 1). Fokus diarahkan pada biodiversitas ( diversitas biologi atau keanekaragaman hayati); 2). Mempunyai dasar ilmiah yang kuat; 3). Fokus diarahkan pada multidisiptin dan pedakatan yang terpadu, 4). Inovatif pengukuran praktis untuk menghadapi krisis biodiversitas Konservasi biologi memfokuskan pada kajian dan konservasi biodiversitas dari pada hanya pemanfatan spesies tertentu, Cakupan kajian atau ruang lingkup topik biodiversitas sangat luas, sehingga tidak ada institusi di Luar universitas yang mempunyai pakar dengan berbagai disiplin dan spesialisasi Hanya di universitas, kita dapat menemukan berbagai pakar biologi populasi, ckologi, genetika, sosiologi,filsuf, ekonomi, dan pakar lainnya yang mempunyai minat dan peduli pada biodiversitas. Secara kontras, di lingkungan pemerintah yang menangani konservasi, mereka hanya mempunyai spesialisasi yang terbatas. Tentu saja keragaman minatnya memberi masukan yang terbatas pada berbagai aspek biologi konservasi (Stanley 1994). Biologi konservasi bertujuan : 1). Mendorong kolaborasi atau kerjasama diantara spesialis dari pelbagai disiplin ilmu yang peduli pada biodiversitas. Ideainya, kerjasama tersebut merupakan hasil kerjasama pemecahan permasalan, Dan juga sebagai ” center of exellence” dalam biologi konservasi dengan pendekatan disiplin terpadu (Meffe et al, 1994, Stanley 1994); 2). Mempelajari sistem ekologi alami yang cukup, sehingga mampu mempertahankan diversitas biologi dalam menghadapi populasi manusia yang meledak. Ledakan populasi populasu menyebabkan penggunaan berlebihan dan telah memilah (fragmen), menyederhanakan, menghomogenkan, dan merusak berbagai ekosistem pada tingkat pemusnahan spesies diantara 1000 — 10.000 lebih tinggi dari pada laju normal “kepunahan (extinction)” tanpa campur tangan manusia (Meffe et al. 1994). Pada tahun 1965, G. Evelyn Hutchinson (dalam Mefife ef al. 1994), Menguraikan bahwa alam adalah sebagai "ecological theater” (-teater ckologi) yang berfungsi sebagai panggung ekologi untuk "evolutionary play”, (= lakon evolusi). Schingga tidak ada metafora yang diringkas lebih baik lagi dari ini, yaitu: misi dari biologi konservasi adalah fo retain the actors in that evolutionary play and the ecological stage on which it is performed. Biologi konservasi bekerja keras untuk memelihara diversitas gen, spesies, populasi, habitat, cekosistem dan “landscape”. Biologi konservasi juga memelihara proses normal sejalan dengan diversitas tadi, misalnya seleksi alam, daur biogeokimia , fotosintesis, transfer ‘energi, daur hidrologi. Semua ini bersifat dinamik ” play”, yang aktor dan aksinya pada berbagai skala ruang dan waktu, Aktor tua menghilang, dan yang baru muncul. Yang jelas ” play” ini menghasilkan satu yaitu proses "evolusi dinamik” dalam perubahan latar belakang ckologi. Sehingga biologi konservasi berusaha untuk mempertahankan proses evolusi normal bekerja dalam setting ekologi fungsi. Biologi konservasi dan pengelolaan sumber daya ‘Menurut Salwasser (1994), biologi konservasi yang baru merupakan organisasi disiplin, yang umurnya lebih kurang 16 tahun. Akan tetapi di USA peranannya di dalam. manajemen simber daya dan program pemerintah masih belum begitu jelas. Kata Konservasi berarti merawat dan melindungi sumber daya ager tetap ada dan juga mencegah kehilangan dan penggunaan yang tidak pada tempatnya. Termasuk di sini yaitu preservasi (pengawetan), restorasi, mempertahankan manajemen panen yang berkelanjutan, pengayaan, daur ulang, memperpanjang kehidupan yang berguna, dan mempertahankan panen yang berkelanjutan. Schingga definisi umum biologi konservasi adalah untuk menggunakan secara bijaksana, merawat dan melindungi tumbuhan dan binatang untuk mencegah kehilangan dan penggunan yang tidak pada tempatnya schingga biodiversitas tetap ada atau berkelanjutan . Schingga biologi konservasi merupakan bidang ilmu yang sangat luas, yaitu lebih Iuas dari fokus hanya pada flora dan fauna langka soja. Issu yang dihadapi oleh biologi konservasi yaitu apakah akan menjadi fondasi biological science yang menyokong konservasi biodiversitas dan produktivites?. Atau akankeh hanya menjadi subspesial yang memfokus pada preservasi pada proses diversitas biologi yang langka saja? Kemudian, tujuan konservasi biologi hanya dapat dicapai jika seluruh anggota komunitas konservasi, peneliti perguruan tinggi, masyarakat baik di tingkat pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sendiri bekerja bersama pada issu biodiversitas. Komunitas konservasi akan mempunyai peranan yang penting di dalam pelestarian biodiversitas (Salwasser 1994). Prinsip-prinsip konservasi biologi Tiga paradigma biologi konservasi berikut ini sangat mendasar. Paradigma untuk penerapan konservasi yang memberi peluang pada aspek-aspek usaha konservasi dan ini sebaiknya ada pada setiap usaha di lapangan. Prinsip 1 : Perubahan evolusi (“evolutionary change”). Theodosius Dhobzansky seorang pakat genetika populasi berkata bahwa tidak ada satupun dalam biologi yang berarti kecuali cahaya evolusi. Sesungguhnya, evolusi menyatukan seluruh biclogi. Hanya cevolusilah yang dapat menerangkan the ground rule, jalannya kehidupan di dunia. Konservasionis akan bekerja dengan baik bila mengulangi metafora G-E. Hutchinson “ the ecological theater and evolutionary play” (panggung ekologi dan lakon evolusi).. Karena issu konservasi selurubnya berada pada arena biologi, maka evolusi harus sebagai petunjuk untuk pemecahan permasalahannya, Jawaban untuk masalah konservasi harus dikerjakan dalam kerangka evolusi. Bila dikerjakan secara Iain berarti melawan hukum alam, dan sesungguhnya ini merupakan usaha pendekatan yang tidak cerdas. Kebanyakan populasi mempunysi komposisi genetik yang berubah sejalan dengan waktu. Ini, misalnya dalam populasi kecil dapat disebabkan oleh “drift”, imigrasi, atau seleksi alam. Pada perspektif biologi konservasi, tujuannya tidaklah menghentikan perubahan genetik (evolusi), tidak untuk mengkonservasi “stafus quo”. Akan tetapi tujuan ini adalah untuk merespon perubahan lingkungan secara adaptasi (Meffe et al. 1994). Prinsip 2: Ekologi dinamika (“dynamic ecology”). Dunia ekologi ” the theater of evolution” adalah dinamik, dunia yang luas dan tidak seimbang (non equilibrium). Paradigma ekologi klasik yaitu paradigma equilibrium, yaitu sistem ekologi berada dalam equilibrium, dengan titik stabilya yaitu komunitas klimaks, Paradigma ini menghadirkan sistem tertutup dengan straktar dan fungsi pengaturan sendiri ("self regulating structure and fungtion”), dan merangkul konsep keseimbangan alam (“balance of nature"), homeostasis. Konservasi di bawah paradigma ini relatif mudah, yaitu pili sebagian alam untuk diproteksi ini akan mempertahankan komposisi spesies dan fungsinya secara tidak terbatas dan dalam kesetimbangan (Meffe et al. 1994). ‘Akan tetapi, penelitian ekologi puluhan tahun telah mengajarkan kita bahwa alam adalah dinamik. Konsep lama “balance of nature” mungkin secara estetik memuaskan, akan tetapi menyesatkan. Boleh jadi ckosistem atau populasi atau frekuensi gen setimbang pada waktu dan ruang tertentu. Akan tetapi pada waktu dan skala mang berikutnya, ekosistem ini akan menunjukkan karakter dinamikanya. Aplikasi prinsip ini pada struktur ekologi, misalnya cacah spesies dalam suatu komunitas, ini sejalan dengan struktur evolusi, misalnya dinamika karakternya (Meffe et al. 1994). Paradigma kontemporer dominan dalam ekologi menunjukkan bahwa sistem tidak dalam equilibrium dinamik, paling tidak secara tak terbatas, dan juga tidak punya titik stabil. Regulasi pada struktur ekologi dan fungsi umumnya tidak secara interna, akan tetapi secara eksterna. Regulasi ini dalam bentuk gangguan bencana alam, misalnya kebakeran, banjir, kemarau, angin topan, gempa bumi, dan peledakan hama penyakit atau parasit. ‘Sesungguhnya sekarang kita mengetahui bahwa biodiversitas pada ekosistem prairi temperate, hutan tropika, dan zona intertidal dipertahankan olch proses non-equilibrium. Ekosistem terdiri dari tipe habitat patchy (bertambalan) dan mozaik, tidak uniform. Komunitasnya tidak dapat dikatagorikan secara jelas. Ekosistem merupakan sistem dengan “fluxes” spesies, materi dan energi dan harus dimengerti dalam konteks sekelilingnya (Meffe et al, 1994), Prinsip 3: Kehadiran manusia. Manusia terus- menerus akan menjadi bagian alam dan kemunduran sistem ekologi. Sehingga kehadirannya harus dimasukkan di dalam perencanzan konservasi. Usaha konservasi dengan memberi dinding pembatas antara alam dan manusia akan gagal. Seperti telah dibicarakan, bahwa ekosistem terbuka untuk pertukaran materi, spesies, dan flux energi. Karena cagar alam (nature reserve) biasanya dikelilingi oleh lahan dan air yang digunakan secara intensif oleh manusia, maka sangat tidak mungkin mengisolasi reserve dari pengaruh luer. Pengaruh luar ini harus dimasukkan didalam perencanaan konservasi. Penutup Pertumbuhan populasi manusia secara luar biasa telah mempengaruhi hilangnya habitat alami, Keadaan ini sebagai tanda yang jelas bahwa kehidupan biodiversitas jutaan spesies berada pada posisi yang mengkhawatirkan. Bidang ilmu konservasi biologi ‘merupakan respon masyarakat ilmiah terhadap krisis ini. Tiga prinsip scbaiknya digunakan i dalam perencanaan konservasi biologi yaitu, 1.) Evolusi adalah dasar untuk seluruh biologi, dan harus menjadi fokus sentral konservasi. 2.) Sistem ekologi adalah dinamik dan nonequilbrium, perubahan merupakan bagian dari konservasi. 3.) Manusia adalah bagian dati alam dan harus dimasukkan dalam aksi konservasi. Biologi konservasi mempunyai karakteristik yang tidak umum seperti pada ilmu pengetahuan lainnya. Konservasi biologi memerlukan pendekatan multidisiplin. Konservasi biologi adalah inexact science yang beroperasi pada skala waktu. Daftar pustake .Meffe, K.M., C.R. Carrol, and Contributors. 1994. Principles of conservation biology. Sinauer Associates, Inc.. ‘Salwasser, H. 1994. Conservation biology and management resources. P. 9-10. In Meffe, KM, CR. Carroll, and Contributors {edit]. Principles of conservation biology. Sinaver Associates, Inc. ‘Stanley, A. 1994. An academic perspective: The role of the university in conservation biology. p. 5-7. In Meffe, K.M., CR. Carroll, and Contributors [edit]. Principles of conservation biology. Sinauer Associates, Inc. Soule, ME, 1985, Conservation biology and the “real world”. p.1 — 12. In ME. Soule [edit]. Conservation biology the sciense of scarcity and diversity. Sinauer Associates, Inc.

You might also like