You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Oleh:

Kelompok 3

Ni Wayan Yuda Krisna Dewi 1913031004

Vitri Widiantari 1913031018

Anak Agung Istri Brahmani Prita Dewi 1913031022

Kelas : V A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
I. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi
II. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi melalui cara titrasi.
III. DASAR TEORI
Dalam reaksi kimia, prosesnya ada yang berlangsung dengan cepat dan ada
pula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa
anorganik biasanya berlangsung secara cepat sehingga mekanisme reaksi yang terjadi
sulit dipelajari. Berbeda halnya dengan reaksi-reaksi pada senyawa organik yang
berlangsung dengan lambat. Cepat lambatnya reaksi dipelajari dalam kinetika reaksi
yang didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsetrasi reaktan (mol/liter) persatuan
waktu (detik). Laju reaksi merupakan perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Persamaan laju reaksi dari suatu reaksi
tidak dapat diramalkan dari persamaan stoikiometrinya, melainkan harus ditentukan
dengan eksperimen.
Berdasarkan teori, reaksi ditentukan oleh konsentrasi zat-zat yang bereaksi.
Semakin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi, maka semakin cepat pula reaksi
berlangsung. Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat dapat bermacam-
macam. Ada reaksi yang berlangsung dua kali lebih cepat jika konsentrasi pereaksi
dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya dan adapula reaksi yang berlangsung
empat kali lebih cepat jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali. Untuk laju reaksi
yang mengikuti persamaan:
aA + bB → C + D
secara matematika laju reaksinya dapat dinyatakan dengan: V = k [A]m [B]n, dimana
k adalah konstanta laju reaksi yang tidak bergantung pada konsentrasi tetapi
bergantung pada temperatur, [A] adalah konsentrasi zat A, [B] adalah konsentrasi zat
B, m adalah orde reaksi terhadap zat A dan n adalah orde reaksi terhadap zat B.
Pangkat-pangkat pada faktor konsentrasi dalam persamaan laju reaksi ini disebut
dengan orde reaksi.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penentuan orde reaksi dan
tetapan laju dari penyabunan etil asetat oleh ion hroksida dengan cara titrasi dan
konduktometri. Reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dapat ditulis
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + OH- → CH3COO- + C2H5OH…………..…..(1)

Pada penentuan ini, jalannya reaksi diikuti dengan cara penentuan konsentrasi OH-
pada waktu tertentu yaitu dengan mengambil sejumlah tertentu larutan kemudian
dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung asam berlebih. Penetralan dari basa
dalam campuran reaksi oleh asam akan menghentikan reaksi. Jumlah basa yang ada
dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan dapat diketahui dengan menitrasi
sisa asam oleh larutan standar basa.

IV. ALAT DAN BAHAN

Tabel 1. Alat

No. Nama alat Jumlah


1. Stopwatch 1 buah
2. Gelas kimia 100 mL 3 buah
3. Gelas ukur 50 mL 1 buah
4. Batang pengaduk 1 buah
5. Pipet tetes 2 buah
6. Kaca arloji 1 buah
7. Spatula 1 buah
8. Termometer 100°C 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Pipet volumetrik 5 mL 1 buah
11. Filler 1 buah
12. Gelas kimia 250 mL 1 buah
13. Tabung reaksi 1 rak
14. Pemanas 1 buah

Tabel 2. Bahan

No. Nama bahan Jumlah


1. Etil asetat 250 mL
2. HCl 20 mL
3. NaOH 50 mL
4. Akuades 250 mL

V. CARA KERJA
1. Etil asetat ditimbang dalam botol timbang dilarutkan dengan aquades hingga
diperoleh etil asetat 0,02 M 250 mL.
2. Etil asetat 0,02 M dibagi menjadi 2 bagian, 50 mL etil asetat 0,02 M (labu A) dan
50 mL NaOH 0,02 M (labu B).
3. Labu A dan labu B dimasukkan ke labu Erlenmeyer tertutup.
4. Labu A dan B diletakkan dalam termostat hingga suhu kedua labu sama.
5. Dimasukkan masing-masing 20 mL HCl 0,02 M ke dalam 6 labu Erlenmeyer.
6. Ketika suhu labu A dan B sama, NaOH (labu B) dan etil asetat (labu A)
dicampurkan dengan cepat dan stopwatch dijalankan ketika kedua larutan
bercampur.
7. Ketika stopwatch menunjukkan menit ke 3; 8; 15; 25; 40 dan 65 menit, 10 mL
larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,02 M.
8. Sisa campuran labu A dan B dipanaskan.
9. Setelah didinginkan, 10 mL larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,02 M.

VI. DATA PENGAMATAN


Cara Titrasi
Waktu (menit) V NaOH + HCl yang V NaOH untuk
CH3COOC2H5 (mL) ditambahkan (mL) titrasi (mL)
3 10 20 16
8 10 20 16,5
15 10 20 16,6
25 10 20 17,5
40 10 20 17,6
65 10 20 18
Sisa campuran 10 20 18,5
Standardisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat:
Konsentrasi larutan etil asetat : 0,005 M
Volume larutan etil asetat : 10 mL
Volume larutan NaOH titrasi : 5,5 mL
Konsentrasi NaOH setelah standarisasi : 0,0182
Konsentrasi HCl yang digunakan dalam reaksi: 0,0167 M.
VII. PENGOLAHAN DATA.
• Konsentrasi NaOH
V1 M1 a = V2 M2 b
10 mL x 0,005 M x 2 = 5,5 mL x M NaOH x 1
M NaOH = 0,0182 M
• Cara titrasi
M NaOH yang digunakan untuk titrasi setelah dilakukan standarisasi adalah 0,0182
M HCl yang digunakan adalah 0,0167 M.
a. Waktu kontak 3 menit
➢ M HCl sisa berdasarkan titrasi
V1 M1 a = V2 M2 b
16 mL x 0,0182 M x 1 = 20 mL x M2 x 1
M HCl sisa = 0,0146 M
➢ M HCl bereaksi
M HCl bereaksi = M HCl awal – M HCl sisa
M HCl bereaksi = 0,0167 M – 0,0146 M
M HCl bereaksi = 0,0021 M
➢ M NaOH yang bereaksi dengan CH3COOC2H5
M NaOH sisa = M HCl bereaksi
M NaOH bereaksi = M NaOH awal – M NaOH sisa
M NaOH bereaksi = 0,0182 M – 0,0021 M
M NaOH bereaksi = 0,0161 M
➢ M CH3COOC2H5 bereaksi
M CH3COOC2H5 = M NaOH bereaksi
M CH3COOC2H5 = 0,0161 M
Dilakukan cara yang sama untuk menghitung konsentrasi pada masing-masing waktu kontak
lainnya. Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut.

Waktu 𝑴 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑪𝟐 𝑯𝟓 Log V M HCl M OH- [CH3COOC2H5] Log X


𝒕
(menit) sisa X mol/L X mol/L
(Ms-1) V
3 8,94 x 10-5 -4,0487 0,0146 0,0161 0,0161 -1,7932
8 3,44 x 10-5 -4,4634 0,0150 0,0165 0,0165 -1,7825
15 1,84 x 10-5 -4,7352 0,0151 0,0166 0,0166 -1,7799
25 1,16 x 10-5 -4,9355 0,0159 0,0174 0,0174 -1,7595
40 7,29 x 10-6 -5,1373 0,0160 0,0175 0,0175 -1,7570
65 4,59 x 10-6 -5,3382 0,0164 0,0179 0,0179 -1,7471
Sisa 4,36 x 10-6 -5,3605 0,0168 0,0183 0,0183 -1,7375
campuran

1. Dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk mengukur laju reaksi. Buatlah
kurva laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi etil asetat
NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
V = k [NaOH]m [CH3COOC2H5]n
V = k [CH3COOC2H5]m+n
Log V = log k + (m+n) log [CH3COOC2H5]
Log V = log k + (m+n) log X
Berdasarkan hasil analisis data, kemudian dibuuatkan kurva hubungan antara log
V dengan log C. Berikut hubungannya.

Kurva Log V terhadap Log [CH3COOC2H5]


-1,73
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
-1,74

-1,75

-1,76
log V

-1,77 log X

-1,78 Linear (log X)

-1,79

-1,8 y = -0,0409x - 1,9644


R² = 0,9233
-1,81
log X

2. Hitung orde reaksi dan tetapan laju reaksi


Berdasarkan grafik di atas, maka dapat ditentukan orde reaksi dan nilai k melalui
persmaan regresi linier garis lurus. Pada praktikum ini mendapatkan persamaan garis,
yaitu y = -0,0409x – 1,9644. Yang mana nilai tan a sama dengan kemiringan garis
atau gradien yang merupakan nilai (m+n). Hal ini ditentukan melalui persamaan:

log V = log k + (m+n) log X


log V = (m+n) log X + log k
Jika dihubungkan dengan persamaan garis yang diperoleh dari grafik regresi linier,
maka dapat ditentukan bahwa gradien (m) dari persamaan garis sama dengan
(m+n), yang mana intersep (b) sama dengan log k, dan y sama dengan log V,
sehingga nilai (m+n) yang merupakan orde reaksi dan k yang merupakan suatu
tetapan dapat ditentukan.

y = -0,0409x – 1,9644

m = -0,0409

m = (m+n)

-0,0409 = (m+n)

m + n = -0,0409
Sedangkan nilai intersep (b) termasuk nilai log k, sehingga nilai k dapat
ditentukan sebagai berikut.

b = log k = -1,9644

k = 0,0108543

Jadi, dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai k adalah sebesar
0,0108543.

VIII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi
saponifikasi etil asetat dan NaOH dengan metode titrasi. Percobaan ini diawali dengan
menyediakan larutan etil asetat 0,02 M sebanyak 50 mL dan larutan NaOH sebanyak
50 mL dengan konsentrasi 0,0182 M yang telah distandarisasi dengan asam oksalat.
Langkah pertama adalah menempatkan masing – masing larutan etil asetat dan NaOH
dalam labu erlenmeyer tertutup. Setelah masing-masing larutan mencapi suhu
thermostat yaitu 31oC kedua larutan ini dicampurkan dengan tujuan melihat pengaruh
suhu terhadap laju reaksi, karena suhu merupakan salah satu faktor penentu laju reaksi.
Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan semakin cepat, karena kalor yang diberikan
akan menambah kecepatan energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya tumbukan antar
partikel akan bertambah besar, dan sebaliknya, sehinga dibuat masing-masing larutan
dengan suhu yang sama.
Pada saat pencampuran etil asetat dengan NaOH, waktu untuk mengukur dibuat
berbeda-beda, yakni 3 menit, 8 menit, 15 menit, 25 menit, 40 menit, dan 65 menit.
Setelah dicapai menit ke tiga campuran etil asetat dan NaOH dipipet sebanyak 10 mL
dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi larutan HCl 0,0167 M
sebanyak 20 mL. Penambahan larutan HCl ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya
NaOH yang tersisa dalam proses saponifikasi tersebut, cara yang dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi NaOH adalah dengan mentitrasi HCl sisa menggunkaan larutan
NaOH 0,0182 M karena sisa HCl yang tidak bereaksi dengan NaOH (dari campuran
etil asetat-NaOH) akan bereaksi dengan NaOH saat dilakukan titrasi. Namun, sebelum
dilakukannya proses titrasi ditambahkan terlebih dahulu fenolftalein sebagai indikator.
Setelah proses titrasi dilakukan diperoleh data berupa volume NaOH yang
dibutuhkan untuk menentralkan HCl sisa. Hal yang sama juga dilakukan pada saat
mencapai menit ke 8; 15; 25; 40; dan 65. Volume NaOH yang digunakan untuk
mentitrasi HCl sisa semakin banyak seiring dengan semakin lamanya reaksi anatara etil
asetat dengan NaOH. Hal tersebut disebabkan karena HCl yang tersisa semakin lama
semakin banyak, karena semakin sedikitnya jumalah sisa NaOH yang telah bereaksi
dengan etil asetat Peningkatan volume NaOH yang dibutuhkan dari menit ke-3 hingga
menit ke-65 dapat dilihat pada tabel pengamatan. Berdasarkan analisis data pada menit
ke-65 diperoleh konsentrasi HCl sisa sama dengan konsentrasi HCl awal yaitu 0,0167.
Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada lagi sisa NaOH dari reaksi (etil asetat-
NaOH) sehingga HCl dalam labu tersebut tetap dan tidak bereaksi. Setelah menit ke-
65 dilakukan pemanasan pada campuran etil asetat-NaOH dengan tujuan untuk
mempercepat proses laju reaksi. Setelah dipanaskan dilakukan hal yang sama yaitu
dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam 20 mL HCl 0,0167 M dan di titrasi dengan
NaOH diperoleh data bahwa volume NaOH yang dibutuhkan adalah sama dengan pada
menit ke-65 hal tersebut membuktikan bawa pada menit ke-65 memang benar reaksi
saponifikasi telah berlangsung secara keseluruhan sehingga tidak ada lagi sisa NaOH.
Berdasarkan analisis data pada tabel 4 di atas, maka dapat dibuat kurva
hubungan antara log V dengan log [CH3COOC2H5] sehingga orde reaksi dan tetepan
laju reaksi dapat ditentukan melalui regresi garis lurus. Persamaan yang diperoleh yaitu
y = -0,0409x – 1,9644, dari persamaan ini diperoleh orde reaksi (m+n) sebesar -0,0409
dan tetapan laju reaksi (k) sebesar 0,0108543. Secara teori, orde reaksi dari etil asetat
dan NaOH adalah 2 namun pada percobaan ini diperoleh hasil yang negatif yang berarti
bahwa laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi. Penyebab terjadinya ketidak
sesuain hasil dan teori disebabkan oleh beberapa faktor yakni kurang tepatnya
konsentrasi dari larutan etil asetat yang digunakan karena etil asetat bersifat volatil
sehingga pada saat pembuatan larutan kemungkinan terdapat beberapa yang telah
menguap dan pada saat pencampuran dengan NaOH juga tidak tertutup dengan baik,
sehingga konsentrasi yang digunakan tidak tepat.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa
orde reaksi saponifikasi etil asetat dan NaOH sebesar -0,0409 dan tetapan orde reaksi
(k) sebesar 0,0108543. Orde rekasi yang diperoleh tidak sesuai teori karena
disebabkan oleh beberapa faktor.
X. SARAN
Dalam melakukan percobaan ini, praktikan harus memperhatikan langkah kerja
dengan cermat. Praktikan juga harus melakukan kalibrasi alat dan memperhatikan
kemurnian bahan yang digunakan untuk mendapatkan hasil percobaan yang maksimal
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pemilihan konsentrasi juga harus tepat yang
mana menyesuaikan dengan sifat dari larutan tersebut untuk meminimalisir kesalahan
dalam percobaan. Pengolahan data-data juga harus dilakukan dengan teliti agar tidak
terjadi kesalahan terhadap perhitungan yang mana akan mengakibatkan kesalahan pada
hasil akhir, pembahasan, maupun kesimpulan.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Agnesthika,Zoya. 2016. Laporan Praktikum Kimia Fisika Pengaruh Suhu dan
Konsentrasi Terhadap Kecepatan Reaksi. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/12173198/Laporan_Praktikum_Kimia_Fisika_Pen
garuh_Suhu_dan_Konsentrasi_Terhadap_Kecepatan_Reaksi. diakses pada
tanggal 6 November 2021.
Retug, Nyoman dan Dewa Sastrawidana. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: IKIP N Singaraja.
Suardana, I Nyoman, dkk. 2002. Buku Ajar Kimia Fisika II. Singaraja: IKIP Singaraja.
Wiratini, N. M dan I N Retug. 2014. Buku Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: Undiksha.

You might also like