You are on page 1of 40

Islamic Economics and Finance in

INDONESIA
Group 01
OUR TEAM
11190860000017 11190860000031 11190860000063 11190860000071

Fauzan al-hafidh Wilda Hanifah Nadhifah Adiratna Geetar Sabda


Mohammad Alan
KEY POINTS

01 02 03 04 05
Economic Growth Poverty in Islam and Traditional Islamic Contemporary
In Indonesia Indonesia Government in Financial Indonesian
Indonesia Institutions Islamic Financial
in Indonesia Institutions
01
Economic Growth
in Indonesia
Indonesia has withstood the effects of the global crisis relatively well. For
a country whose economy and political stability were ruined by the Asian
Crisis, it was particularly important to avoid a comparable economic
collapse and social unrest during the global crisis that erupted at the end
of 2008-09.

The challenge for Indonesia now is to sustain growth beyond the recovery

Indonesia is the largest archipelago economy in the world, comprising


more than 12 000 islands.
A SNAPSHOT OF THE INDONESIAN MACROECONOMIC SITUATION

Indonesia is recovering from the global crisis and the strength of the global
recovery will affect Indonesia’s growth prospects.

Economic activity lost steam as a result of the global crisis in the second
half of 2008. The rupiah depreciated by as much as 30% against the US
dollar.

On the supply side, activity has been strongest in the non-tradeable


sectors.

In an uncertain external environment, policies to boost economic


competitiveness can also have a pay-off in terms of promoting growth.
ISLAMIC ECONOMY DEVELOPMENT IN INDONESIA

Shari’ah banking only became available in Indonesia in the mid-1990s.


Previously former Presidents Sukarno and Suharto had been unwilling to
support the introduction of Islamic law for banking, on the basis of the
country’s racial and religious diversity.
02
Poverty in Indonesia
Kemiskinan adalah buah dari tingginya ketimpangan ekonomi yang terjadi
di masyarakat, World Bank mengartikan kemiskina sebagai kondisi
terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia yang bisa berupa fisik dan
sosial. Kekurangan fisik adalah ketidakcukupan kebutuhan dasar materi
dan biologis, termasuk kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan dan
rumah. Kemudian dari sosial adanya resiko kehidupan, kondisi
tergantungan, ketidakberdayaan dan kepercayan diri yang kurang.
2 JENIS KEMISKINAN

Kemiskinan
Absolut
Kemiskinan yang dikaitkan
dengan perkiraan tingkat
pendapatan dan kebutuhan yang
hanya dibatasi pada kebutuhan
pokok
Kemiskinan
Relatif
Kemiskinan dilihat dari aspek
ketimpangan sosial, karena ada
orang yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya tetapi masih jauh
lebih rendah dibanding
masyarakat sekitarnya
KEMISKINAN DALAM ISLAM

As-sakan adalah kata asal dari miskin artinya lawan kata dari hal yang
bergolak dan bergerak, seperti dikatakan Ibnu Faris ―Huruf sin, kaf dan
nun adalah huruf asli dan umum menandakan pada suatu makna kebalikan
dari hal yang bergerak dan bergejolak, seperti dikatakan, ‗Sakana asy-
syai‘u yaskunu sukunan sakinan.
UKURAN DAN STANDAR KEMISKINAN

Miskin memliliki ukuran dan standar golongan orang – orang yang tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dan apabila kata
miskin disebutkan secara sendiri maka kata tersebut mencakup juga
golongan fakir demikian juga sebaliknya.Tetapi jika keduanya disebutkan
secara berbarengan, para ulama berbeda pendapat tentang mana diantara
mereka yang paling memerlukan bantuan. Kriteria fakir dan miskin
sebagaimana telah dipaparkan dalam surat At-Taubah ayat 60.
UKURAN KEMISKINAN KONVENSIONAL

Garis Kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep


kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan pendekatan
ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran.
FAKTOR PENYABAB KEMISKINAN

Faktor Internal

Faktor ini berasal dari


dalam diri seseorang.

Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari


dalam diri seseorang.
Secara umum penyebab kemiskinan dapat dikategorikan dalam
tiga bentuk, antara lain, sebagai berikut :
• Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan
dengan kebijakan, peraturan maupun lembaga yang ada dimasyarakat sehingga dapat
meng- hambat peningkatan produktivitas dan mobilitas masyarakat.

• Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang berhubungan dengan adanya nilainilai yang
tidak produktif dalam masyarakat, tingkat pendidikan yang rendah, kondisi kesehatan
dan gizi yang buruk.

• Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang ditunjukkan oleh kondisi alam maupun
geografis yang tidak mendukung, misalnya daerah tandus, kering, maupun keterisolasian
daerah.
KEMISKINAN BANYAK DIHUBUNGKAN DENGAN :

• Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

• Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;


penyebab sub-budaya ("subcultural"), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.

• Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi.

• Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
KEMISKINAN DI INDONESIA

• Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen, menurun 0,05 persen poin terhadap
September 2020 dan meningkat 0,36 persen poin terhadap Maret 2020.

• Jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 27,54 juta orang, menurun 0,01 juta orang terhadap
September 2020 dan meningkat 1,12 juta orang terhadap Maret 2020.

• Persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2020 sebesar 7,88 persen, naik menjadi 7,89 persen
pada Maret 2021.

• Dibanding September 2020, jumlah penduduk miskin Maret 2021 perkotaan naik sebanyak 138,1 ribu orang.

• Garis Kemiskinan pada Maret 2021 tercatat sebesar Rp472.525,00/ kapita/bulan dengan komposisi Garis
Kemiskinan Makanan sebesar Rp349.474,00 (73,96 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar
Rp123.051,00 (26,04 persen).

• Pada Maret 2021, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,49 orang anggota rumah
tangga.
Bank Dunia menjelaskan bahwa setidaknya ada empat hal pendorong utama
ketimpangan yang terjadi di Indonesia, yaitu:

Ketimpangan Pekerjaan yang


01 peluang 02 tidak merata

Tingginya Ketahanan
03 konsentrasi 04 ekonomi yang
kekayaan rendah
03
Islam and Government
in Indonesia
Islam secara bertahap masuk diasia tenggara melalui pedagang petualang india sekitar
abad pertama masehi, indonesia dengan awal negara bagian yang beragama hindu budha
dan kerajaan hindu budha menjadi negara pertama menerima islam dengan masuk secara
sedikit demi sedikit

Kontradiksi dalam penerimaan islam dirasakan pada masa periode kolonial dan modern
yang bersifat internal

Islam penting dalam perkembangan modern Perlawanan Indonesia terhadap


pemerintahan colonial dan partai politik Muslim terus memainkan peran penting dalam
politik Indonesia kontemporer.

Disamping sifat Islam yang sangat sinkretis di Indonesia, atau islam yang sedang dalam
proses penyesuaian dan pencampuradukkan antara beberapa aliran agama yang ada
untuk mencari keserasian, dan keseimbangan.
Meskipun Indonesia telah merdeka dan didirikan di sepanjang garis demokrasi liberal,
dengan sistem parlementer multi-partai, kebebasan pers dan kebebasan berorganisasi
termasuk pembentukan serikat pekerja, akan tetapi presiden pertama Indonesia yaitu
Jenderal Sukarno, sangat menentang gaya pemerintahan barat.

Penggulingan tentara terhadap percobaan kudeta komunis tahun 1965 dan penggantian
rezim "Orde Lama" Presiden Sukarno oleh pemerintah "Orde Baru" Presiden Suharto hanya
memperkuat posisi Golkar dalam skema itu.

Setelah secara efektif menyingkirkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pertumpahan
darah tahun 1965, pemerintah Suharto melihat Islam militan sebagai ancaman terbesar
berikutnya.

Meskipun kaum Islamis yang lebih kuat tidak pernah meninggalkan harapan mereka untuk
sebuah negara Islam, sebagian besar orang Indonesia menerima status quo pada
keyakinan agama mereka
Setelah menjabat selama 32 tahun, akhirnya Prof. Dr.ing. Ir. H.
Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng terpilih menjadi Presiden Republik
Indonesia yang ketiga.

Di masa-masa awal era reformasi banyak pemimpin Muslim terkemuka


mendirikan partai politik baru; di antara mereka adalah: Abdurrahman
Wahid, pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) yang mendirikan Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Amein Rais, para pemimpin Muhammadiyah
mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), Deliar Noer mendirikan Partai
Ummah (PUI), dan Yusril Ihza Mahendra mendirikan Partai Bulan Bintang
(PBB).
Berkurangnya dukungan terhadap partai-partai Islam itu disebabkan oleh
beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, antara lain :

• Mayoritas umat tidak lagi memahami Islam sebagai ideologi politik sebagai hasil dari kebijakan
deidelogisasi politik pada masa Orde Baru,
• Ada perubahan karakteristik pemilih menjadi lebih rasional dari pada emosional, dan lebih
pragmatis dari pada idealis, termasuk adanya gejala politik uang (money politics),
• Keuangan dan kepemimpinan partai-partai nasionalis relatif lebih kuat dibandingkan dengan
partai-partai Islam,
• Munculnya konflik internal partai Islam yang berakhir pada pemecatan atau pemisahan diri pihak-
pihak yang berbeda pendapat, meski konflik semacam ini juga terjadi pada partai-partai
nasionalis,
• Partai-partai nasionalis mengakomodasi aspirasi dan kepentingan umat Islam
• Partai-partai nasionalis juga mengakomodasi sejumlah pemimpin Islam masuk ke dalam partai-
partai nasionalis.
Ketika dunia Muslim telah bergulat dengan peran Islam dalam masyarakat
modern, Indonesia juga terlibat dalam perhitungan spiritual nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, mayoritas Muslim di Indonesia telah
memeluk tanda-tanda religiusitas yang lebih terbuka dan bergeser ke arah
pengabdian gaya Arab. Hal tersebut dapat dilihat dari pakaian dan
kerudung yang mengalir, nama-nama Arab dan arsitektur kebaktian Timur
Tengah
04
Traditional Islamic
Financial Institutions in
Indonesia
Setelah melewati beberapa halangan dan rintangan yang menyebabkan
lambatnya lembaga keuangan islam masuk ke Indonesia, akhirnya kini
lembaga keuangan Islam pun berkembang pesat dan mendapat dukungan
antusias dari banyak orang muda dan intelektual. Hasil kerja Biro Syari'ah
Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia, khususnya di daerah-
daerah tertentu, memiliki permintaan perbankan syariah yang cukup besar.
Fase pertama berdirinya bank syariah Indonesia dimulai pada tahun 1930-
an. Fase ini dikenal dengan fase berpikir atau teoretis.

Bank syariah hanya dibahas secara teoritis di kalangan ulama dan


intelektual Muslim sampai tahun 1960-an.

Hingga pada tahun 1982, hubungan antara pemerintah Indonesia dan Islam
sedikit membaik.

Pada bulan Oktober 1988, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Paket


Kebijakan (PAKTO) tentang liberalisasi industri perbankan yang
menyatakan bahwa perbankan dapat didirikan dengan bunga 0%.

Gerakan untuk mengintensifkan pendirian bank syariah di tanah air dimulai


pada tahun 1990.
Dalam istilah islam, Ijon dibahasakan sebagai mukhadarah.

Ijon tersebar luas di seluruh Jawa dan terjadi juga di tempat lain pulau. ijon
secara populer dipahami sebagai bentuk pembayaran kreditdalam produk
pertanian yang, pada saat pinjamandiberikan, masih hijau di lapangan.
Contoh Praktik Ijon
Kasus 1
Pada bulan Februari, seorang petani di Pemalang meminjam Rp 3.000 dan setuju lo
membayar kembali dalam bentuk 2 kwintal pudi basah. Pada Mei, setelah panen, harga pa&
di pasar Rp 2.250 per kuintal. Oleh karena itu, pemberi pinjaman ijon menerima kembali Rp
4.500, keuntungan atau bunganya menjadi Rp 1.500, Le. 50 persen selama tiga bulan atau
16,7 persen per bulan. Dalam kasus sederhana ini, dimana peminjaman dalam bentuk uang
dan pengembalian dalam bentuk padi, hak atas padi hijau di ladang tetap menjadi milik
peminjam.
Contoh Praktik Ijon
Kasus 2
Seorang buruh keluarga meminjam Rp 100. Jika ia memiliki tunai, ia dapat mengembalikan
Rp 150 dalam bentuk uang, bunganya dihitung dengan tingkat bunga Rp 10 untuk setiap 35
hari atau sekitar 8% per bulan. Alternatifnya, dia bisa melunasi hutangnya dengan bekerja
pada pemberi pinjaman, tenaganya dihargai Rp 30 per hari, dibandingkan dengan harga
pasar yang berlaku sebesar Rp 50 per hari. Untuk membayar kembali Rp 150 ia harus
bekerja selama lima hari, pemberi pinjaman menerima setara dengan Rp (50 X 5 =)250,
termasuk komponen bunga Rp 150 selama enam bulan atau 25 persen sebulan
Contoh Praktik Ijon
Kasus 3
Pada bulan Juli seorang petani tembakau membutuhkan uang untuk menyewa dan
mengolah tanah untuk tembakau. Ke mendapat pinjaman berupa sepeda motor Yamaha
berumur dua tahun yang dijualnya seharga Rp 85.000. Pinjaman itu harus dilunasi pada
bulan Desember dengan 10 kwintal tembakau kering. Pada bulan Desember harga pasar
tembakau adalah Rp 20.000 per kuintal. Pemberi pinjaman dengan demikian menerima
tembakau senilai Rp 200.000, pengembalian Rp 115.000 atau sekitar 23 persen per bulan.
Dalam hal ini, hasil panen dijual bahkan sebelum hijau di ladang - bahkan sebelum ditanam
Menurut Islamic Social Finance Report (2020) keuangan sosial
Islam diidentifkasikan pada tiga kategori utama, yaitu:

Pertama, Instrumen tradisional Islam berbasis flantropi; zakat, sedekah, dan


wakaf.

Kedua, Yayasan berbasis kerja sama; qard dan kafala.

Ketiga, Bentuk modern lainnya dari layanan keuangan Islam, yaitu keuangan
mikro syariah; sukuk, takaful.
Keuangan sosial Islam merupakan lembaga dan instrumen yang
berlandaskan pada prinsip syariah dan berfokus pada pencapaian kebaikan
bersama, sehingga pada praktiknya, Islam melarang praktik-praktik
eksploitatif seperti:

• Spekulasi keuangan, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai masyir


(investasi dengan risiko besar dengan harapan memperoleh nilai lebih).

• Bunga atau riba.

• Ketidakjelasan kontrak, gharar (sebuah kesepakatan dalam suatu akad/


kontrak yang salah satu pihaknya dirugikan karena adanya informasi
yang tidak jelas dan hal sejenisnya).
05
Contemporary Indonesian
Islamic Financial
Institutions
Bank Indonesia telah membentuk Komite Pengembangan Perbankan
Syariah yang terdiri dari Oversight Committee, Expe Committee dan
Working Committee.

Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan lingkungan


yang kondusif bagi perkembangan perbankan syariah.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat setiap


tahunnya, padahal pasar keuangan syariah merupakan elemen baru di
Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan semakin banyaknya
lembaga keuangan syariah, asuransi syariah, reksa dana syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya.
Bank Indonesia telah membentuk Komite Pengembangan Perbankan
Syariah yang terdiri dari Oversight Committee, Expe Committee dan
Working Committee.

Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan lingkungan


yang kondusif bagi perkembangan perbankan syariah.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat setiap


tahunnya, padahal pasar keuangan syariah merupakan elemen baru di
Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan semakin banyaknya
lembaga keuangan syariah, asuransi syariah, reksa dana syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya.
Pengenalan Prosedur Standar Akuntansi

Sampai saat ini, terdapat 20 bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah di
Indonesia, seperti Bank Permata, Bank Danamon, Bank Sinarmas, dsb. Dan 14 bank umum
syariah di Indonesia seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah,
dsb. Sektor perbankan syariah terus memberikan fasilitas perbankan dan keuangan
serupa yang telah disediakan oleh bank konvensional tetapi sesuai dengan hukum
Syariah. Salah satunya adalah regulasi yang jelas mengenai standar prosedur akuntansi
yang digunakan perbankan syariah.
Bentuk Pinjam Meminjam di Indonesia

Formulir Pinjaman Formulir Pembelian di muka. Bentuk Bagi Hasil


a. Pembiayaan Cost Plus — Murabahah a. Trust Financing/Bagi Hasil Wali Amanat —
b. Beli dengan Spesifikasi — Istishna Mudharabah / Mudharabah Muqayyadah
c. Beli dengan Pengiriman yang Ditangguhkan — b. b. Pembiayaan Kemitraan/Partisipasi —
Bai al Salam Musyarakah
d. Sewa dan Sewa Beli — Ijarah Mutahia Bit- c. Pinjaman Kebajikan — Qard al Hasan
tamlik (IMBT) d. Perjanjian Jaminan — Rahn
e. Agensi/Kepercayaan — Wakalah
Formulir Peminjaman f. Agensi — Havalah
a. Tabungan Ummat
b. Tabungan Trendi
c. Tabungan Ukhuwah
d. Tabungan Arafah
e. Deposito Fulinves
f. Giro Wadi’ah
g. Dana Pensiun Lembaga keuangan
‫ٱلْ َح ْم ُد ل ٰ ِّلل‬
End of slide show, Feel free to ask if you have any
question.

You might also like