You are on page 1of 12

Peran Wakaf Tunai dalam Pengentasan

Kemiskinan di Indonesia
Syaidatul Sa’diah
Universitas Darussalam Gontor
Email: syaidatul.sadiah.ei@mhs.unida.gontor.ac.id

ABSTRACT
Poverty that continues to increase encourages our awareness and concern as social beings to
participate in solving these problems. Indirectly, poverty has had a negative impact on the people
of Indonesia, especially in the fields of economy, health and education. Waqf is form of worship
activity that is recommended in Islam, because the reward of waqf always flows even though the
wakif has died. Cash Waqf has an important role in the economy as an Islamic fiscal instrument.
Using qualitative research methods that aim to provide an understanding of the problem under
study. While the data analysis used inductive qualitative, namely analyzing based on the data
that has been obtained and then developed into a hypothesis. If the data can be collected and the
hypothesis can develop into a theory. Cash waqf considered very relevant for all groups, especially
millenials who prioritize the effectiveness and efficiency of time and energy. The ease of cash waqf
has been felt, namely only by transferring to an account that can be accessed via cellphone because
it has been supported by e-banking, with the hope that this instrument can help the nation in
alleviating poverty that occurs as well as a means of worship and the achievement of social
welfare. The advantage of cash waqf is that it has the potential to be developed in Indonesia
because the range of mobilization can be more evenly distributed to the community compared to
the traditional waqf model in the form of physical assets.
Keyword: Poverty, Cash Waqf, Social Welfare

ABSTRAK
Kemiskinan yang terus mengalami peningkatan mendorong kesadaran serta kepedulian kita
sebagai makhluk sosial untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan problem tersebut. Secara tidak
langsung kemiskinan telah membawa dampak buruk bagi masyarakat Indonesia khususnya baik
pada bidang ekonomi, kesehatan maupun pendidikan. Wakaf merupakan salah satu bentuk
kegiatan ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam, karena pahala berwakaf selalu mengalir
meskipun sang wakif telah meninggal dunia. Wakaf uang memiliki peran penting dalam
perekonomian sebagai instrumen fiskal Islam. Menggunakan metode penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menyajikan pemahaman atas masalah yang diteliti. Sedangkan analisis data
yang digunakan yakni kualitatif yang bersifat induktif, yaitu menganalisa berdasarkan suatu data
yang telah diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Apabila data yang dapat
dikumpulkan dan hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut dapat berkembang menjadi suatu

1
teori. Wakaf tunai dianggap sangat relevan bagi semua kalangan khususnya kalangan milenial
yang mengutamakan keefektifan serta keefisienan waktu dan tenaga. Kemudahan berwakaf uang
telah dirasakan yaitu hanya dengan melakukan transfer ke rekening yang dapat diakses melalui
handphone karena telah di dukung dengan e-banking, dengan harapan instrumen ini dapat
membantu bangsa dalam mengentaskan kemiskinan yang terjadi serta sebagai sarana dalam
beribadah dan pencapaian kesejahteraan sosial. Keunggulan dari wakaf tunai yaitu lebih
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena daya jangkau mobilisasinya dapat lebih
merata kepada masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional yang berbentuk harta
fisik.
Kata Kunci: Kemiskinan, Wakaf Tunai, Kesejahteraan Sosial

I. LATAR BELAKANG

Kemiskinan merupakan permasalahan utama yang mengganggu aktivitas


perekonomian, baik kemiskinan yang sifatnya absolut maupun kemiskinan yang
bersifat relatif. Perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah disertai
distribusi pendapatan yang tidak merata menimbulkan adanya kemiskinan yang
parah. Penduduk miskin pada hakikatnya bertempat tinggal di daerah-daerah
pedesaan dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan
lainnya yang berkaitan dengan sektor ekonomi tradisional. Kesenjangan
ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan berpendapatan rendah merupakan dua
masalah umum kompleks di negara berkembang tak terkecuali Indonesia.

Kemiskinan terdiri dari beberapa indikator diantaranya adalah


kemiskinan, ketergantungan, keterasingan, ketidakberdayaan dan kerentanan
dalam mengadapi kondisi darurat. Berdasarkan data statistik 2021, presentase
penduduk miskin Indonesia pada September 2021 yaitu sebesar 9.71%, angka
tersebut telah mengalami penurunan dari bulan Maret 2021 dengan selisih
penurunan yaitu 0.43% dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya September
2020 memiliki selisih angka sebesar 0.48% 1. Dengan demikian, secara nyata
dapat diketahui bahwa presentase kemiskinan di tahun 2021 mengalami
penurunan, walaupun penurunan tersebut belum terlihat secara signifikan.
Berikut terdapat grafik presentase penduduk miskin:

1
Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2021, 2022, 2.

2
Gambar 1

Jumlah Presentase Penduduk Miskin

Sumber: Badan Pusat Statistik 2021

Dalam rangka mengatasi kemiskinan, beberapa upaya dan kebijakan telah


dilaksanakan pemerintah, agar permasalahan kemiskinan dapat teratasi.
Diantara kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah 1) Inpres Desa Tertinggal
(IDT), 2) Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dikeluarkan pada saat krisis, 3)
PNPM mandiri serta program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
masyarakat lainnya2. Disamping itu, upaya lain yang dilakukan guna
mengentaskan kemiskinan yaitu dengan memaksimalkan potensi kelembagaan
yang telah dianjurkan dalam ajaran Islam seperti halnya wakaf tunai.

Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang ditekankan


dalam agama Islam, sebab pahala berwakaf akan selalu mengalir meskipun sang
wakif telah meninggal dunia. Selain itu, anjuran berwaqaf berkaitan erat dengan
sadaaqah jariyah. Sebagaimana anjuran Rasulullah SAW yang tertuang dalam
sebuah hadist riwayat Ahmad3. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila seorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amal
perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (termasuk wakaf, ilmu yang
dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akannya”.

2
M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Multiplier Dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan
Kemiskinan,” Asy-Syir’ah: Jurnal Syariah Dan Hukum Vol. 46 No.1 (2012), p. 298.
3
Sudirman Hasan, Wakaf Uang (Malang: UIN Malik Press, 2011), p. 1.

3
Wakaf juga diartikan sebagai salah satu sumber dana yang memiliki
potensi dalam mengembangkan ekonomi umat4. Adapun peluang wakaf di
Indonesia tergolong sangat besar, selaras dengan jumlah penduduk yang
mayoritas muslim. Selain itu wakaf dapat digunakan sebagai dana untuk
meningkatkan infrastruktur dalam mempercepat target pembangunan serta
meningkaykan struktur sosial dalam proses pembangunan yang berperan secara
aktif pada sektor kesehatan, pendidikan dan investasi pelayanan publik. Oleh
karena itu, dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur,
diperlukan adanya wakaf tunai atau wakaf uang yang dikelola dengan
produktif. Dengan sifatnya yang fleksibel, sehingga memudahkan untuk
diterapkan kepada hal yang sifatnya produktif seperti pembangunan jalan tol,
gedung untuk disewakan, rumah sakit milik pemerintah dan lain sebagainya5.

Wakaf tunai dinilai sangat relevan untuk semua kalangan khususnya


kalangan milenial yang mengutamakan kefektifan serta kefisienan waktu dan
tenaga. Kemudahan berwakaf uang telah dirasakan yaitu hanya dengan
melakukan transfer ke rekening yang dapat diakses melalui handphone karena
telah di dukung dengan e-banking. Keberadaan wakaf telah membuktikan bahwa
perannya mendukung kebijakan fiskal pemerintah, sebab dengan adanya wakaf
dapat membantu masyarakat dhuafa yang membutuhkan. Lebih lanjut, wakaf
uang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan daya
jangkau mobilisasinya dapat lebih merata kepada masyarakat dibandingkan
dengan model wakaf tradisional-konvensional yang berbentuk harta fisik6.

II. PENELITIAN TERDAHULU


Ika Rinawati menulis jurnal yang berjudul Manfaat Wakaf Uang guna
Mengatasi Kemiskinan di Indonesia. Kajian ini merupakan studi literature yang
mengidentifikasi, menginterpretasi dan mengevaluasi semua sumber literature
terkait topik tertentu. Analisa yang digunakan yaitu metode meta-sintesis, yaitu
proses mengintegrasi data untuk memperoleh teori-teori serta pemahaman-
pemahaman baru yang lebih menyeluruh. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

4
Zainal Arifin Munir, “Revitalisasi Manajemen Wakaf Sebagai Penggerak Ekonomi
Masyarakat,” Journal de Jure, 2013, p. 5.
5
Nashrul Zaki Fahmi Fuadi, “Wakaf Sebagai Instrumen Ekonomi Pembangunan Islam,”
Economica: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 9 No.1 (2018), p. 151–77.
6
Syarif Hidayatullah, “Wakaf Uang Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di
Indonesia (Endowments Money in Perspektive Islamic Law and Indonesian Law),” Salam: Jurnal Sosial
Dan Budaya Syar-I Vol. 3 No.1 (2016), p. 103.

4
wakaf uang hadir tidak hanya sebagai opsi tetapi juga sebagai pembawa solusi
atas permasalahan kemiskinan yang terjadi. Partisipasi dan transaksi yang
mudah menjadi kelebihan tersendiri bagi kalangan masyarakat terutama
kalangan milenial untuk menjadi wakif (orang yang berwakaf). Manfaat yang
ditawarkan juga sangat banyak diantaranya adalah manfaat jangka pendek dan
manfaat jangka panjang. Manfaat dalam bidang ekonomi, bidang kesehatan, dan
bidang pendidikan yang ditujukan untuk kaum dhuafa7.
Ratna dewi menulis jurnal yang berjudul Analisis Potensi dan Literasi
Wakaf Tunai untuk Pengurangan Kemiskinan di Kota Padang. Metode yang
digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review yaitu rangkuman,
analisis dan sintesis dari literatur yang relevan dengan Potensi dan Literasi Wkaf
Tunai di Kota Padang jika dikelola secara optimal. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa Waqaf tunai merupakan alternatif untuk pembiayaan pembangunan dan
sumber dana untuk pengentasan kemiskinan. Jumlah dana waqaf tunai di
Indonesia sangat besar sekali, jika dikelola dengan baik akan memberikan
manfaat yang sangat besar. Beberapa alternatif pengumpulan dana waqaf tunai
adalah fundrising, dan Sertifikat Wakaf Uang8.
Siti Kalimah menulis jurnal yang berjudul Wakaf Tunai sebagai Solusi
Masalah Kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan
menggunakan wakaf tunai dapat membantu pengentasan kemiskinan yang bisa
dilakukan oleh pemerintah melalui program pemberdayaan masyarakat.
Tujuannya wakaf di Indonesia dapat memberikan kesejahteraan sosial bagi
masyarakat, maka diperlukan pengelolaan wakaf secara optimal oleh para
nadzir. Wakaf tunai mempunyai potensi ekonomi yang luar biasa untuk
membantu kaum dhuafa dan mengentaskan kemiskinan, terlebih lagi mengingat
mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga dana wakaf yang
dapat dihimpun dari masyarakat tertentu sangat besar9.
M. Nur Rianto Al Arif menulis jurnal yang berjudul Wakaf Uang dan
Pengaruhnya terhadap Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kajian pustaka dan penelitian

7
Ika Rinawati, “Manfaat Wakaf Uang Guna Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia,” An-Nisbah:
Jurnal Perbankan Syariah Vol. 2 No. 1 (2021), p. 101–115.
8
Ratna Dewi, “Analisis Potensi Dan Literasi Wakaf Tunai Untuk Pengurangan Kemiskinan Di
Kota Padang,” Menara Ilmu Vol. 15 No.1 (2021), p. 77–85.
9
Siti Kalimah, “Wakaf Tunai Sebagai Solusi Masalah Kemiskinan Di Indonesia,” Salimiya:
Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam Vol. 1 No.4 (2020), p. 91–111.

5
lapangan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa wakaf uang mempunyai peran
yang penting dalam upaya pengentasan kemiskinan10.
M. Nur Rianto Al Arif menulis jurnal yang berjudul Efek Multiplier Wakaf
Uang dan Pengaruhnya terhadap Program Pengentasan Kemiskinan. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa wakaf tunai memiliki efek pengganda di dalam
perekonomian, melalui efek inilah wakaf tunai dapat digunakan sebagai
instrument untuk mengentaskan kemiskinan melalui program pemberdayaan
masyarakat11.

III. LANDASAN TEORI


III.1 Kemiskinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemiskinan berasal dari
kata miskin yang memiliki arti kekurangan harta, serta berpenghasilan sangat
rendah12. Sementara Bappenas mengartikan kemiskinan sebagai kondisi
segolong atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan serta
13
mengembangkan kehidupan yang bermartabat . Secara umum kemiskinan
diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimumnya yang menyebabkan
14
ketidaknyamanan dalam hidup . Sedangkan menurut pandangan Islam,
kemiskinan merupakan permasalahan yang perlu diseleseikan, bahkan
merupakan suatu krisis yang dianggap berbahaya sehingga harus segera diatasi
dan diobati. Islam menegaskan bahwa penanggulangan kemiskinan merupakan
suatu hal seharusnya dilakukan serta tidak bertentangan dengan takdir ilahi.
Kemiskinan dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu pertama, dari sisi
pendapatan yang meliputi kemiskinan relatif dan kemiskinan. Kedua, apabila
ditinjau dari sisi penyebab yang mencakup kemiskinan natural, yaitu
kemiskinan kultural dan kemiskinan. Menurut Komite Penanggulangan
Kemiskinan Indonesia, faktor penyebab kemiskinan adalah memiliki pandangan
10
M. Nur Rianto Al Arif, “Wakaf Uang Dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan
Kemiskinan Di Indonesia,” Indo-Islamika Vol. 2 No.1 (2012), p. 17–29.
11
Arif, “Efek Multiplier Dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan,” Vol.
298–314.
12
“https://kbbi.web.id/kemiskinan,” n.d.
13
Erwan Agus Purwanto, “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Untuk
Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,” Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Vol. 10 No.3 (2007), p. 103.
14
Fitra Rizal dan Haniatul Mukaromah, “Filantropi Islam Solusi Atas Masalah Kemiskinan
Akibat Pandemi Covid-19,” Al-Manhaj: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial Islam Vol. 3 No.1 (2021), p. 47.

6
bahwa sebab-sebab kemiskinan yang terbagi menjadi 2 golongan, pertama
kemiskinan yang ditimbulkan karena faktor alamiah, yaitu kondisi lingkungan
yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai serta adanya becancana
alam yang menimpa. Kedua, kemiskinan yang disebabkan karena faktor non
alamiah, yaitu adanya kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik
yang tidak stabil serta kesalahan dalam pengelolaan sumber daya alam15.

3.2 Wakaf Uang

Wakaf diartikan sebagai perbuatan hukum waqif untuk memisahkan atau


menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan berdasarkan
keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut syariah16.
Menurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam putusan
fatwanya terkait wakaf tunai memberikan definisi bahwa “Wakaf ialah perbuatan
hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
dari benda miliknya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran Islam”17. Dalam perwakafan, pihak wakif dapat menentukan
peruntukkan hasil pengelolaan harta wakaf (mauquf ‘alaih). Berikut skema
Pengelolaan Wakaf Uang:

Secara etimologi, wakaf berarti menahan atau mencegah dalam melakukan

sesuatu. Sementara secara terminologi terdapat perbedaan pendapatan dari

kalangan ulama terkait definisi wakaf diantaranya sebagai berikut:

a. Wakaf menurut Abu Hanifah

15
Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, “Penanggulangan Kemiskinan Di
Indonesia,” Sekertariat Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 2002, p. 104.
16
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006,
n.d.
17
Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Buku II, B, n.d.

7
Menurut Abu Hanifah dan sebagian ulama madzhzab Hanafi wakaf adalah:

“Menahan benda yang statusnya tetap milik waqif (orang yang mewakafkan

hartanya), dan menyedekahkan manfaat benda untuk jalan kebaikan.” Dapat

disimpulkan definisi wakaf menurut madzhab ini bahwa kepemilikan benda

wakaf tetap berada di tangan wakaf, sedangkan yang disedekahkan adalah

manfaatnya saja.

b. Wakaf menurut pengikut madzhab Maliki

“Menjadikan manfaat benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk

diserahkan kepada orang yang berhak, melalui penyerahan berjangka waktu sesuai

dengan kehendak waqif. Sehingga wakaf menurut madzhab Maliki tidak

memutus hak kepemilikan terhadap benda wakaf, namun hanya sekedar

memutus pemanfaatan saja.

c. Wakaf menurut madzhab Syafi’i

“Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya disertai dengan kekekalan zat

benda, lepas dari penguasaan waqif dan dimanfaatkan pada sesuatu yang

diperbolehkan oleh agama. Berdasarkan definisi madzhab Syafii yang

berpandangan bahwa benda wakaf telah keluar dari kepemilikan pewakaf

serta menjadi barang yang ditahan untuk menjadi milik Allah. Oleh sebab itu

bagi pewakaf dilarang untuk memanfaatkannya bagi dirinya serta

diharuskan menyerahkan pemanfaatannya untuk jalan kebaikan.

d. Wakaf menurut madzhab Hambali

“Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat

disertai dengan kekalan zakat benda serta memutus semua hak wewenang atas benda

itu, sedangkan manfaatnya dipergunakan dalam hal kebajikan dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah"18.

18
M. Wahib Aziz, “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam,” International Journal Ihya’
‘ulum Al-Din Vol. 19 No.1 (2017), p. 8.

8
Disamping itu terdapat pula efek pengganda wakaf uang yang diartikan
untuk mengukur sejauh mana dampak suatu variabel ekonomi terhadap
perekonomian secara keseluruhan. Adapun suatu variabel ekonomi yang baik yaitu
yang memiliki efek pengganda yang luas dalam perekonomian, seperti halnya
investasi, pajak dan variabel lainnya termasuk zakat dan wakaf dalam sistem
ekonomi Islam. Lebih lanjut efek pengganda yang baik adalah yang memiliki nilai
lebih besar daripada satu.
Berdasarkan Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi:

ُ‫ت َسْب َع َسناَبِ َل يِف ْ ُك ِّل ُسْنُبلَ ٍة ِماَئة‬ ٍ ِ ِ ِ


ْ َ‫َمثَ ُل الَّذيْ َن يُْنف ُق ْو َن ْأم َواهَلُ ْم يِف ْ َسبِْي ِل اهلل َك َمثَ ِل َحبَّة َأْنبَت‬
‫اسع َعلِْي ٌم‬
ٌ ‫ف ل َم ْن يَشاَءُ َواهللُ َو‬
ِ ‫اع‬
ُ ‫ض‬
ِ ‫حبَّ ٍة واهلل ي‬.
َُُ َ َ
Artinya:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. 2:261).

IV. METODOLOGI
4.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk


pembaca memahami masalah yang diteliti. Sehingga penelitian ini dilakukan
dengan obyek yang utuh atau nyata, yaitu masalah umum dalam ekonomi
pembangunan dan publik19.

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari


penelitian kepustakaan yang telah ada. Bahan yang digunakan meliputi buku,
penelitian terdahulu dalam bentuk jurnal, artikel, website dan media lainnya
yang mendukung penelitian. Selain itu untui memperkuat analisis, peneliti
menggunakan rujukan berupa hukum maupun pasal yang ada.

4.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam proses analisis dan sintesis, yang
meliputi sumber atau literature. Analisis data yang digunakan yakni kualitatif
yang bersifat induktif, yaitu menganalisa berdasarkan suatu data yang telah
19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), p. 15.

9
diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Apabila data yang
dapat dikumpulkan dan hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut dapat
berkembang menjadi suatu teori.

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Permasalahan utama dalam kehidupan negara Indonesia yaitu jumlah
pengangguran dan kemiskinan. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan
diperlukan adanya pemahaman mengenai dimensi pengukuran kemiskinan
yang operasional. Adapun strategi dalam mengentaskan kemiskinan sepatutnya
dilakukan baik dengan pendekatan langsung maupun tidak langsung, baik
mikro ataupun makro dan dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu upaya
pemberdayaan yang masih belum dilakukan secara optimal namun memiliki
potensi yang besar untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan yaitu
dengan mengaplikasikan wakaf tunai.
Pada hakikatnya wakaf tunai bukanlah instrumen baru, melainkan praktek
instrumen ini sudah dikenal lama dalam sejarah Islam. Sebagaimana telah
terbuktikan pada UU No. 41 Tahun 2004 sebagai paying hukum pelaksanaan
wakaf tunai. Tujuan utama dari wakaf tunai yaitu menghimpun dana abadi yang
bersumber dari umat, dimana dana tersebut kemudian akan dimanfaatkan
untuk kepentingan dakwah maupun masyarakat lainnya yang membutuhkan.
Seseorang dapat berwakaf hanya dengan membeli selembar sertifikat wakaf
tunai yang diterbitkan oleh institusi pengelola wakaf (nadzir).
Hasil dana wakaf yang sudah terkumpul, selanjutnya akan diinvestasikan
oleh nadzir ke berbagai sektor usaha halal serta produktif, sementara keuntungan
yang didapat, dimanfaatkan kembali untuk kepentingan umat dan bangsa secara
menyeluruh. Beberapa fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit lembaga yang
bertahan dengan memanfaatkan dana wakaf, terlebih memberi kontribusi yang
signifikan terhadap kaum muslimin dan membangun kesejahteraan masyarakat.
Selaras dengan pendapat M. Nur Riyanto yang tertulis dalam jurnalnya
mengenai Wakaf Uang dan Pengaruhnya terhadap Program Pengentasan
Kemiskinan di Indonesia, wakaf tunai atau wakaf uang ini telah berperan
penting dalam membangun perekonomian selaku instrumen fiskal Islam. Dua
fungsi yang dimiliki wakaf tunai yaitu sebagai sarana ibadah serta pencapaian
kesejahteraan sosial. Lebih lanjut adanya pengembalian dari pengelolaan wakaf
tunai dapat dialokasikan sebagai instrument dalam program pengentasan

10
kemiskinan melalui sistem jaminan sosial20. Maka dari itu, wakaf tunai memiliki
potensi ekonomi yang luar biasa dalam membantu kaum dhuafa serta
mengentaskan kemiskinan.

VI. KESIMPULAN
Wakaf uang atau wakaf tunai sebagai instrumen fiskal Islam yang
ditawarkan sebagai bentuk solusi atas maraknya kemiskinan yang melanda
negara Indonesia saat ini. Dengan berbagai kemudahan transaksi yang sudah
dirasakan oleh semua kalangan terutama kalangan millennial, diharapkan dapat
membantu bangsa dalam mengentaskan kemiskinan yang terjadi. Manfaat yang
didapatkan ketika berwakaf uang tidak hanya dalam jangka pendek saja namun
juga dalam jangka panjang. Keunggulan dari wakaf tunai yaitu lebih berpotensi
untuk dikembangkan di Indonesia karena daya jangkau mobilisasinya dapat
lebih merata kepada masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional-
konvensional.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. Nur Rianto Al. (2012). “Efek Multiplier Dan Pengaruhnya Terhadap
Program Pengentasan Kemiskinan.” Asy-Syir’ah: Jurnal Syariah Dan Hukum Vol.
46 No.1.
———. (2012). “Wakaf Uang Dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan
Kemiskinan Di Indonesia.” Indo-Islamika 2 No.1.
Aziz, M. Wahib. (2017). “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam.”
International Journal Ihya’ ‘ulum Al-Din Vol. 19 No.1.
Dewi, Ratna. (2021). “Analisis Potensi Dan Literasi Wakaf Tunai Untuk
Pengurangan Kemiskinan Di Kota Padang.” Menara Ilmu Vol. 15 No.1.
Fuadi, Nashrul Zaki Fahmi. (2018). “Wakaf Sebagai Instrumen Ekonomi
Pembangunan Islam.” Economica: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 9 No.1.
Hasan, Sudirman. (2011). Wakaf Uang. Malang: UIN Malik Press.
Hidayatullah, Syarif. (2016). “Wakaf Uang Dalam Perspektif Hukum Islam Dan
Hukum Positif Di Indonesia (Endowments Money in Perspektive Islamic Law
and Indonesian Law).” Salam: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I Vol. 3 No.1.
“https://kbbi.web.id/kemiskinan,” n.d.

20
Arif, “Wakaf Uang Dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan Di
Indonesia,” p. 1433.

11
Indonesia, Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik. (2002). “Penanggulangan
Kemiskinan Di Indonesia.” Sekertariat Nasional Penanggulangan Kemiskinan.
Kalimah, Siti. (2020). “Wakaf Tunai Sebagai Solusi Masalah Kemiskinan Di
Indonesia.” Salimiya: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam Vol. 1 No.4.
Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Buku II, B., n.d.
Mukaromah, Fitra Rizal dan Haniatul. (2021). “Filantropi Islam Solusi Atas Masalah
Kemiskinan Akibat Pandemi Covid-19.” Al-Manhaj: Jurnal Hukum Dan Pranata
Sosial Islam Vol. 3 No.1.
Munir, Zainal Arifin. (2013). “Revitalisasi Manajemen Wakaf Sebagai Penggerak
Ekonomi Masyarakat.” Journal de Jure.
Purwanto, Erwan Agus. (2007). “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah
(UKM) Untuk Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Vol. 10 No.3.
Rinawati, Ika. (2021). “Manfaat Wakaf Uang Guna Mengatasi Kemiskinan Di
Indonesia.” An-Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah Vol. 2 No. 1.
Statistik, Badan Pusat. (2022). Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2021.
Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah No.42
Tahun 2006, n.d.

12

You might also like