You are on page 1of 15

PENTINGNYA SOSIOLOGI DALAM BERINTERAKSI DI MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Ilmu Sosial yang Dibimbing Oleh Ibu
Risma Dwi Arizona, M.Pd

Oleh

Prasti Rahayu / 208200082

Qhia Astitya Ahmadi / 208200083

Ya’lu M. Hubbik / 208200093

PROGRAM STUDI TADRIS IPS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONOROGO

Oktober 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pentingnya Sosiologi Dalam Berinteraksi di Masyarakat

Nama penulis : Prasti Rahayu (208200082)

Qhia Astitya Ahmadi (208200083)

Ya’lu M. Hubbik (208200093)

Ponorogo, 09 November 2020

Menyetujui,

Dr. M. Syafiq Humaisi, M.Pd

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pentingnya Sosiologi Dalam Berinteraksi di
Masyarakat

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. M.
Syafiq Humaisi, M.Pd pada Mata Kuliah Struktur Ilmu Sosial. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pentingnya Sosiologi Dalam Berinteraksi di
Masyarakat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………………………...1

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………...2

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………...3

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………4

Abstraksi …………………….…………………………………………………………………...5

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………..…………...………6

A. Latar Belakang……………………..……………………………………………….…..…6
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………6
C. Tujuan ……………………………..………..……………………………..……….…..…7

BAB II Hasil dan Pembahasan ……..……………………………………………...……………8

A. Sejarah Kelahiran Sosiologi………….………………………………………….…..……..8


B. Karakteristik Sosiologi……….……………………………………………………..….…14
C. Kegunaan dan Peran Sosiologi Dalam Masyarakat……..……………………..……..…..

BAB III Kesimpulan dan Saran………………………………...………………………………

Daftar Pustaka………………………………………..……………………………………...……

4
Pentingnya Sosiologi Dalam Berinteraksi di Masyarakat

Abstrak :

Sociology is the study of the reciprocal relationship between various kinds of social phenomena, for
example, economic and religious phenomena, law and morals, law and economy, social and political
movements and so on. In this case, sociology studies human interaction in society or groups, which
includes the study of various kinds of social phenomena, social structures, or the process of taking place in
social life. Therefore, this lesson is an interesting lesson for students because these subjects are related to
students' lives in interacting in society.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara aneka macam gejala sosial,
misalnya gejala ekonomi dengan agama, hukum dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik dan sebagainya. Dalam hal ini, sosiologi mempelajari interaksi manusia dalam
masyarakat atau kelompok, yang meliputi kajian berbagai macam gejala sosial, struktur
kemasyarakatan, ataupun proses berlangsungnya kehidupan bermasyarakat. Karena itu, pelajaran ini
merupakan pelajaran yang menarik bagi siswa karena matapelajaran tersebut terkait dengan kehidupan
siswa dalam berinteraksi di masyarakat.

5
Bab I

Pendahuluan

A. LatarBelakang

Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara
keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Sosiologi juga dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum artinya sosiologi mempelajari gejala umum yang
ada pada setiap interaksi manusia, bukan mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu
sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial
yang hidup bermasyarakat dan selalu melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam
penelitian ini peneliti melihat dari sudut pandang sosiologi pendidikan.

Menurut Dr. Ellwood, “sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain”

Manusia dalam kehidupannya selalu mengalami proses belajar dan mempelajari sesuatu. Di dalam
proses tersebut setiap orang mempelajari orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dari itu sosiologi pendidikan tidak lepas dari hubungan antaraindividu sebagai aktor yang
mempelajarilingkungan sosialnya.Dalam studi sosiologi pendidikan yang memadai mencakup
pengertian individu dan lingkungan sosialnya, dimana individu dan lingkungan sosialnya tadi
tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi terjalinlah hubungan timbal balik antara keduanya. Tingkah
laku individu dari semenjak lahir sampai meninggal dunia adalah terus-menerus dikondisikan oleh
kebudayaan masyarakat, maka sosiologi pendidikan tidak hanya bersasaran khusus kepada lembaga-
lembaga atau medan pendidikan yang formal seperti sekolah tetapi harus meliputi juga lembaga-
lembaga yang lain misalnya keluarga, kelompok permainan, lembaga-lembaga agama dan media-
media lain.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Kelahiran Sosiologi

6
2. Karakteristik Sosiologi
3. Kegunaan dan Peran Sosiologi Dalam Masyarakat

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Kelahiran Sosiologi
2. Untuk Mengetahui Karakteristik Sosiologi
3. Untuk Mengetahui Kegunaan dan Peran Sosiologi Dalam Masyarakat

7
BAB II

Hasil dan Pembahasan

A. Sejarah Lahirnya Sosiologi


Lahirnya sosiologi dilatar belakangi oleh dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Industri
(Inggris) dan Revolusi Sosial (Perancis), yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
masyarakat Eropa Barat, sehingga terjadi kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang
ada.
Istilah sosiologi sendiri digunakan pertama kali oleh Auguste Comte (1789-1857). Beberapa
sumbangannya antara lain:
a. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan,
perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematis
b. Ia mengatakan, bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala sosial, manusia akan
melewati tiga jenjang. Yaitu jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjang positif,
yakni objek yang dikaji harus berupa fakta dan kajian harus bermanfaat serta
mengarah pada kepastian dan kecermatan.
c. Ia mengatakan sosiologi merupakan ‘ratu’ ilmu sosial dan menempati peringkat
teratas dalam hierarki ilmu-ilmu.
d. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian besar, yaitu statika sosial (social statics)
serta dinamika sosial (social dynamics).
Setelah itu istilah sosiologi dikembangkan oleh Karl Max (1818-1883) yang mengembangkan
konsep sejarah perjuangan kelas, yaitu lahirnya kelompok borjuis dan kelas proletar.
Kemudian muncul Herbert Spencer (1820-1903) ynag beranggapan bahwa objek sosiologi
yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industry. Termasuk pula
asosiasi masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan, dan ilmu
pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
Selanjutnya ada Emile Durkheim (1858-1917)  yang berpendapat bahwa sosiologi meneliti
lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. Durkheim dan rekan-rekannya
mengklasifikasikan sosiologi menjadi tujuh bagian berdasarkan pokok bahasannya, yaitu
sosiologi umum, sosiologi agama, sosiologi hokum dan  moral, sosiologi tentang kejahatan,
sosiologi ekonomi, sosiologi masyarakat, sosiologi estetika.

8
Menurut Max Weber (1864-1920) sendiri, sosiologi sebagai ilmu berusaha memberikan
pengertian adalah tentang aksi-aksi sosial. Weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu
yang berupaya memahami ‘tindakan sosial’.
Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead
yang menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia, yang berlangsung melalui beberapa
tahap, yaitu tahap paly stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
Sampai sekarang, pemikiran-pemikiran para tokoh sosiologi tersebut masih digunakna dan
dikembangkan. Di Indonesia, sosiologi hadir pada tahun 1950-an. Tokoh-tokoh sosiologi di
Indonesia antara lain; Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi, dan Hasan Shadily.
A. Konsep Sosiologi
Ada beberapa pendapat sarjana yang telah mencoba untuk memberikan definidi sosiologi,
yaitu sebagai berikut.
1. Comte mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat. Sosiologi berupaya
memahami kehidupan bersama manusia, sejauh kehidupan itu dapat ditinjau atau diamati
melalui metode empiris.
2. Petirim A. Sorokin mengatakan, bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial dan juga antara gejala
sosial dengan gejala nonsosial. Menurut beliau sosiologi juga mempelajari ciri-ciri umum
daripada semua jenis gejala-gejala sosial.
3. McGee (1977)menjelaskan sosiologi sebagai berikut.
a. Sebagai studi tentang kelompok-kelompok manusia dan pengaruh mereka terhadap
perilaku individu.
b. Sebagai studi tentang tatanan sosial dan perubahan sosial.
c. Sebagai pencarian sebab-sebab sosial dari hal-hal, cara-cara di mana fenomena
sosial mempengaruhi perilaku manusia.
4. Roucek dan Warren mengemukakan, bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.
5. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff  berpendapat, bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

9
6. J.A.A. van Doorndsn C.J. Lammers mengemukakan, bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat
stabil.
7. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial.
8. Y.B.A.F. Mayor Polak mengatakan bahwa sosiologi adalah sebagai berikut.
a. Ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan.
b. Sosiologi bukanlah mempelajari apa yang diharuskan atau apa yang diharapkan,
tetapi apa yang ada, maka dengan sendirinya pengetahuan tentang apa yang ada,
selanjutnya menjadi bahan untuk bertindak dan berusaha.
9. Menurut Hassan Shadily, bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama
dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai
kehidupan itu.
10. Soerjono Soekantomendefinisikan sosiologi sebagai ilmu sosial yang kategoris, murni,
abstrak, berusa mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat
umum.
Jika dirumuskan dalam bahasa yang lebih sederhana, sosiologo adalah: ilmu yang mengkaji
interaksi manusia dengan manusia yang lain dalam kelompok dan produk-produk yang timbul
dari interaksi tersebut, seperti nilai, norma, serta kebiasaan yang dianut olehnya.
B. Objek Kajian Sosiologi
Definisi dari para ahli di atas menunjukkan betapa luas dan rumitnya masyarakat sebagai
objek kajian sosiologi. Berdasarkan batasannya, definisi sosiologi mempunyai ciri-ciri:
1. Sebagai ilmu yang mengkaji interaksi manusia dan manusia yang lain
2. Dalam kelompok (seperti; keluarga, kelas sosial atau masyarakat)
3. Produk-produk yang timbul dari interaksi tersebut, seperti nilai, norma, serta
kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan, bahwa objek studi atau kajian sosiologi adalah
masyarakat, yakni hubungan antara manusia dan proses sebab-akibat yang timbul dari hubungan
masyarakat.
C. Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Comte

10
Beberapa filosof  Barat yang menelaah masyarakat secara sistematis sebelum Comte adalah
sebagai berikut.
1. Plato (429-347 SM). Yang menyatakan, bahwa masyarakat sebenarnya merupakan
refleksi dari manusia perorangan.
2. Aristoteles (384-322 SM). Menurut Aristoteles, pengertian politik dipergunakan
dalam arti yang luas, yakni mencakup juga masalah ekonomi dan sosial.
3. Ibnu Khaldun (1332-1406). Menurut beliau, factor-faktor yang menyebabkan
bersatunya manusia di dalam suku-suku, klan, Negara, dansebagainya adalah rasa
solidaritas. Factor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau
kegiatan –kegiatan bersama antara manusia.
4. Thomas More,dan Campanella. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-
gagasan terhadap adanya masyarakat-masyarakat yang ideal. Sedangkan N.
Machiavelli menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Pengaruh ajaran
Machiavelli antara lain; suatu ajaran, bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan
perhatian pada mekanisme pemerintahan.
5. Hobbes (1588-1679). Hobbes beranggapan, bahwa dalam keadaan alamiah,
kehidupan manusia didasarkan pada keinginan-keinginan yang mekanis, sehingga
manusiaselalu saling berkelahi. Akan tetapi mereka memiliki fikiran, bahwa hidup
damai dan tenteram adalah jauh lebih baik.
6. John Locke (1632-1704). Menurutnya manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak
asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan, dan hak atas harta benda. Bila pihak
yang mempunyai wewenanggagal untuk memmennuhi syarat-syarat kontrak, maka
warga-warga masyarakat berhak untuk memilih pihak lain.
7.  J. J. Rousseau (1712-1778) berpendapat, bahwa kontrak antara pemerintah dengan
yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang mempunyai
keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum, yang berbeda dengan keinginan
masing-masing individu.
8. Saint Simon (1760-1825). Ajaran-ajaran darinya yang terutama menyatakan bahwa
manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.
D. Teori-Teori Sosiologi Sebelum Comte

11
Teori-teori sosiologi sebelum Comte banya dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain maupun data
yang mencolok, misalnya dari geografi, biologi, antropologi, ilmu hokum, dan sebagainya.
Pengelompokkan ke dalam mazhab-mazhab akan didasarkan pada pengelompokkan Soekanto
(1984).
a. Mazhab Geografi dan Linkungan
1. Edward Bucle dari Inggris (1821-1862). Bucle meneruskan ajaran-ajaran
sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat.
Taraf  kemakmuran suatu masyarakat sangat tergantung pada keadaan alam di mana
masyarakat hidup.
2. Le Play (1806-1888). Di a menganalisis keluarga sebagai unit sosial yang
fundamental dari masyakat. Organisasi keluarga ditentukan oleh cara-cara
mempertahankan kehidupan, yaitu cara mereka bermata pencarian, yang tergantung
pada lingkungan timbale balik antara factor-faktor tempat, pekerjaan, dan manusia.
b. Mazhab Organis dan Evolusioner
1. Herbert Spencer (1820-1903). Suatu organism, menurut Spencer, akan bertambah
sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara
bagian-bagiannya.
2. W.G. Summer (1840-1910). Salah satu hasil karya klasiknya yang berada dalam
kepustakaan sosiologi menjelaskan konsep  folkways, yaitu kebiasaan-kebiasaan
sosial yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat.
3. Emily Durkheim (1855-1971). Durkheim menyatakan, bahwa unsur baku dalam
masyarakat adalah faktor solidaritas.
4. Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936). Yang penting bagi Tonnies adalah
bagaiman warga-warga kelompok masyarakat mengadakan hubungan dengan
sesamanya.
c. Mazhab Formal
1. George Simmel (1858-1918). Menurut Simmel, elemen-elemen dari masyarakat
mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara
elemen-elemen tersebut. Bentuk-bentuk tadi sebenarnya adalah elemen-elemen itu
sendiri.

12
2. Leopold von Wiese (1876-1961). Ia berpendapat, bahwa sosiologi harus
memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia, tanpa
mengabaikan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah.
3. Alverd Vierkandt (1867-1953). Ia menyatakan, bahwa sosiologi menyoroti situasi-
situasi mental, yang tak dapat teranalisis secara tersendiri, tapi merupakan hasil
perlakuan yang timbul sebagai akibat interaksi antarindividu-individu dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
d. Mazhab Psikologi
1. Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis. Dia berpandangan, bahwa gejala sosial
mempunyai sifat psikologi yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwsa dari
individu-individu, di mana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan
keinginan-keinginan.
2. Richard Horton Cooley (1864-1924). Bagi Cooley, individu dan masyarakat saling
melengkapi, di mana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam
masyarakat.
3. L.T. Hobhouse (1864-1929). Hobhouse menolak penerapan dari prinsip-prinsip
biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan criteria
yang diperlukan untuk mengukur perubahan sosial.
e. Mazhab Ekonomi
1. Karl Max (1818-1883). Menurutnya selama masyarakat masih terbagi atas kelas-
kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan
kekayaan.
2. Max Weber (1864-1920). Ia menyatakan, bahwa semua bentuk organisasi sosial
harus diteliti menurut perilakuan warga-warganya, yang motivasinya serasi dengan
harapan warga-warga lainnya.
f. Mazhab Hukum
Tujuan utama kaidah-kaidah hukum  ini adalah untuk mengembalikan keadaan pada situasi
semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum.
 Menurut Max Weber, ada empat tipe ideal hukum.
1. Hukum irasional dan materiil.
2. Hukum irasional dan formal

13
3. Hukum rassional dan materiil
4. Hukum rasional  dan formal

B. Karakteristik Sosiologi

Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan oleh
Harry M. Johnson dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction (1960) yang
menjelaskan:

1. Sosiologi bersifat empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi
(pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat spekulatif,
melainkan objektif.

2. Sosiologi bersifat teoretis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi
dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara
logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori.

3. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang
sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori yang sudah ada
itu.

4. Sosiologi bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah baik
buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://oursociology.wordpress.com/2012/11/21/karakteristik-sosiologi/

15

You might also like