You are on page 1of 7

A.

Daftar Cues
1. Ahli gizi diharapkan dapat melakukan skrining gizi sebagai salah satu proses asuhan
gizi pasien
2. Ahli gizi diharapkan dapat melaksanakan asuhan gizi secara optimal dengan
melakukan skrining gizi untuk memilih pasien prioritas pada kegiatan manajemen
bangsal
3. Ahli gizi mampu memberikan skrining gizi dengan tools yang tepat hingga dapat
memberikan asuhan gizi kepada pasien sesuai kondisi
4. Ahli gizi di Rumah Sakit Brawijaya diharakan mampu memberikan pelayanan terbaik
dengan memilih pasien prioritas untuk dilakukan skrining gizi
5. Ahli gizi di Rumah Sakit Brawijaya mampu memberikan layanan gizi optimal kepda
setiap pasien dengan memperhatikan Sumber Daya Manusia dan efisiensi waktu
6. Ahli gizi di ruang rawat Rumah Sakit Brawijaya diharapkan dapat memberikan asuhan
gizi optimal berdasarkan tingkat kegawatan dari skrining gizi pada seluruh pasien di
ruang perawatan

Cues yang disepakati :


Ahli gizi di Rumah Sakit Brawijaya mampu melakukan skrining gizi yang tepat untuk
menentukan prioritas pasien sebagai bagian dari kegiatan manajemen bangsal sehingga
dapat memberikan asuhan gizi yang optimal pada seluruh pasien.

B. Daftar Learning Objectif


1. Mahasiswa mampu menentukan prinsip dan tujuan dari skrining gizi?
2. Mahasiswa mampu menentukan alur skrining gizi pasien meliputi persiapan, proses,
dan output?
3. Mahasiswa mampu menentukan pertimbangan dalam menentukan tools yang
digunakan dalam skrining gizi agar hasil yang didapatkan bisa maksimal?
4. Mahasiswa mampu menentukan skrining gizi bila dikaitkan dengan status gizi?
5. Mahasiswa mampu menentukan kaitan antara skrining gizi dan asuhan gizi?
6. Mahasiswa mampu menentukan proses asuhan gizi yang baik agar capaiannya dapat
optimal?
7. Mahasiswa mampu menentukan standar yang digunakan sebagai acuan untuk memilih
pasien yang menjadi prioritas?

C. Hasil Brainstroming
1. Mahasiswa mampu menentukan prinsip dan tujuan dari skrining gizi?
a. Prinsip Skrining Gizi
Prinsip skrining gizi adalah cepat, sederhana, efisien, mudah dilakukan, murah,
sensitive, spesifik, tidak mengakibatkan resiko, valid, dan reliable. Beberapa
penjelasan mengenai setiap prinsip diantaranya reliabel adalah kemampuan
skrining yang dapat menunjukkan hasil yang konsisten bila dikerjakan lebih dari
satu kali terhadap subjek pengamatan yang sama dengan kondisi yang sama,
sensitivitas adalah kemampuan skrining untuk menyatakan positif orang-orang
yang beresiko malnutrisi, spesifisitas adalah kemampuan skrining untuk
menyatakan negatif orang-orang yang tidak beresiko malnutrisi, valid
menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan untuk menggali data dapat
digunakan untuk mengukur.

b. Tujuan Skrining Gizi


 Mengidentifikasi pasien atau klien yang berisiko atau tidak beresiko malnutrisi
atau dalam keadaan khusus. kondisi khusus yang dimaksud yaitu pasien dengan
kelainan metabolic, hemodialysis, anak, geriatric, kanker dengan kemoterai
atau radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis dan
sebagainya (Suryani, et al. 2018).
 Mengidentifikasi adanya malnutrisi maupun masalah terkait gizi pada individu,
skrining gizi juga diperlukan dalam penentuan assesmen yang akan dilakukan
(Mahan dan Escott-Scomp, 2008).

2. Mahasiswa mampu menentukan alur skrining gizi pasien meliputi persiapan, proses,
dan output?
Skrining gizi digunakan untuk mengetahui pasien yang berisiko dan tidak berisiko
malnutrisi atau pasien dalam kondisi khusus (Penyakit metabolic, hemodialysis, anak
luka bakar, dll). Skrining gizi ini dilakukan pada pasien baru 1x24 jam oleh assessment
awal perawat. Alat skrining yang digunakan di RS adalah MUST, NRS 2002, MNA,
SNAQ, STAMP, PNI dan SGA. Proses skrining gizi ini cepat, sederhana, efisien,
mudah dilakukan, murah, valid dan reaibel. Output yang dihasilkan adalah ketika
pasien tersebut dalam kategori sedang maka skrining dapat dilanjutkan oleh ahli gizi.
ketika pasien tersebut dalam resiko malnutrisi sehingga akan dilakukan assessment
yang terdiri dari ADIME oleh ahli gizi. Apabila pasien kritis dengan resiko gangguan
gizi bera maka tidak dikerjakan oleh ahli gizi. apabila pasien kritis dengan resiko
gangguan berat maka tidak dikerjakan oleh ahli gizi saja tetapi dilakukan Bersama ke
tim. Skrining gizi yang tepat maka dapat mencegah adanya kejadia malnutrisi dirumah
sakit serta mempercepat proses penyembuhan pasien (Herawati, 2014).

3. Mahasiswa mampu menentukan pertimbangan dalam menentukan tools yang


digunakan dalam skrining gizi agar hasil yang didapatkan bisa maksimal?
Disesuiakan dengan kondisi atau usia pasien seperti pada anak-anak, dewasa, dan
lansia. pada anak-anak tools yang diguanakan ada NRS, PYMS, STAMP,
STRONGkids, SGNA. Pada dewasa ada NRS 2002, MUST, MST, NSSA, SNAQ,
SGA. Pada lansia ada NRI, GNRI, MNA, NSI (Kemenkes, 2018).

Anak
Tools Indikator/ Kelebihan Kekurangan Interpretasi
Parameter
PYMS  Riwayat  Memiliki Tidak Skor :
penurunan sensitivitas mengetahui
asupan dan penyakit yang  Skor 1 menunjukkan
makan dalam spesifisitas mendasari malnutrisi tingkat
1 minggu lebih tinggi sedang.
sebelumnya  Lebih  Skor ≥ 2 menunjukkan
 Riwayat praktis malnutrisi tingkat
penurunan untuk anak berat.
berat badan beresiko
dan kaitan kurang gizi
antara  Lebih
penyakit reliable
dengan  Paling
kebutuhan sesuai
gizi pasien. dengan
atropometri
malnutrisi
akut &
kronis
 lebih praktis
untuk
skrining
pada anak
yang
berisiko
kekurangan
gizi
Strongkids  SGA Menunjukkan  Susah Skor :
 Penyakit hubungan status digunakan
resiko tinggi gizi dan lama  Tidak terlalu  Risiko tinggi (4-5)
 Asupan rawat spesifik poin
 Kehilangan/  Risiko sedang (1-3)
peningkatan poin
BB  Risiko rendah 0 poin
STAMP  Penyakit Dapat tidak dapat Skor :
sebelumnya mengidentifikasi mendeteksi  Risiko tinggi (>4)
yang secara dini dan kelebihan atau poin]
berdampak tepat kondisi kekurangan  Risiko sedang (2-3)
terhadap gizi. malnutrisi dan asupan vitamin poin
 Perubahan risiko malnutrisi dan mineral  Risiko rendah (0-1)
asupan pada anak pada anak poin
makan anak.
 Penimbangan
BB dan
pengukuran
TB
Dewasa
Tools Indikator Kelebihan Kekurangan Parameter
MST  Kehilangan Efisien (30 Tidak dapat Skor :
BB detik) digunakan untuk  Risiko tinggi (>2)
 Perubahan Sederhana pasien yang sulit point
asupan Sensitivitas dan diajak
makan spesifisitas komunikasi
tinggi
Tidak
tergantung
antropometri
dan tes lab
MUST  BB terdahulu  Sensitivitas  Tidak efektif Skor :
dan sekarang baik untuk  Risiko rendah (0) poin
 Risiko sedang (1) poin
 Asupan  Spesifisitas defisiensi  Risiko tinggi (2) poin
makanan sedang mikronutrien
 TB  Cepat  Tidak
 Mudah spesifik
pada
komplikasi
Lansia
Tools Indikator Kelebihan Kekurangan Parameter
MNA  Resiko gizi Skor :
kurang fase  Buruk (0-7) poin
awal  Kurang (8-11) poin
 Antropometri  Normal (12-18) poin
 Kondisi
umum
NSI Sadar tanda Skor :
bahaya dan  Gizi normal (0–2) poin
status gizi buruk  Berisiko sedang
malnutrisi (3 –5) poin
 Berisiko tinggi
malnutrisi (≥ 6) poin
NRI  Albumin Skor :
serum  Tidak malnutrisi
 BB 6 bln (>100) poin
terakhir  Malnutrisi (100) poin
 Malnutrisi sedang (83
– 97) poin
 Malnutrisi rendah
(>83,5)

4. Mahasiswa mampu menentukan skrining gizi bila dikaitkan dengan status gizi?
Penting untuk mengimplementasikan intervensi gizi secara dini sehingga dapat
meningkatkan respon terapi atau pengobatan, status performa, dan kualitas hidup serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Untuk mengetahui kemampuan metode
skrining gizi yang subjektifitasnya tinggi, perlu dibandingkan dengan metode asesmen
gizi yang objektif sehingga diperoleh gambaran status gizi secara akurat (Iswara, 2018).
Tidak ada hubungan yang bermakna antara skrining gizi dengan kejadian malnutrisi
karena tujuan skrining hanya bertujuan mengidentifikasi individu dengan resiko
malnutrisi, sehingga menjadi pertimbangan penentuan skala prioritas pasien yaitu
pasien mana yang lebih dahulu diberikan asuhan gizi. jika ingin menentukan status gizi
maka perlu dilanjutkan dengan assessment gizi yaitu pengukuran antropometri, seperti
pada anak dan remaja di masa pertumbuhannya, parameter antropometri berperan
penting dalam evaluasi status gizi.

5. Mahasiswa mampu menentukan kaitan antara skrining gizi dan asuhan gizi?
Hasil skrining gizi akan menjadi acuan dalam menentukan intervensi gizi dan
pemberian diet untuk mencegah pasien mengalami malnutrisi. Terdapat kaitan antara
skrining gizi dengan asuhan gizi pasien, krn hasil skrining pasien masuk dalam kategori
malnutrisi kemungkinan terjadi karena adanya asuhan gizi yang kurang dan
dipengatuhi oleh adanya perubahan gangguan fisiologi sehingga berperngaruh terhadap
daya terima pasien (tiyas iswara, 2018)

Skrining gizi merupakan proses untuk mengidentifikasi pasien yang mempunyai


masalah gizi. Asuhan gizi merupakan susunan aktivitas yang terorganisir atau
terstruktur dan harus melakukan identifikasi kebutuhan gizi dan peyediaan asuhan
untuk mengerjakan kebutuhan tersebut. Skrining gizi merupakan tahapan awal dalam
memprediksi malnutrisi baik yang berisiko atau tidak berisiko. Hasil skrining
digunakan untuk menentukan asuhan gizi lanjutan yang harus diberikan kepada pasien.
Jadi dapat dikatakan bahwa skrining gizi berkaitan dengan asuhan gizi karna dengan
adanya skrining gizi, proses asuhan gizi akan lebih efektif dan efisien karena skrining
gizi mampu mengidentifikasi dengan baik kelompok-kelompok khusus yang
memerlukan intervensi gizi yang spesifik.

6. Mahasiswa mampu menentukan proses asuhan gizi yang baik agar capaiannya dapat
optimal?
Asuhan dan pelayanan gizi dapat dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan atau edukasi
gizi, konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi. Sebagai tahap awal dalam
proses asuhan gizi, dapat dilakukan skrining gizi dalam waktu 1x 24 jam, untuk menilai
apakah perlu untuk dilakukan assesment atau pengkajian gizi lanjutan.. Jika hal-hal ini
dilakukan secara runtut dan benar, maka proses asuhan gizi bisa mencapai tujuan secara
optimal.
7. Mahasiswa mampu menentukan standar yang digunakan sebagai acuan untuk memilih
pasien yang menjadi prioritas?
Dalam menentukan prioritas pasien rumah sakit wajib memperhatikan triase
(pemeriksaan awal atau skrining cepat kepada seluruh pasien yang datang), salah
satunya Melalui total skor dapat dikategorikan sesuai dengan kriteria risiko malnutrisi
dari masing - masing skrining gizi. Skor didapat berdasarkan pernyataan indikator
terkait status gizi, kegawatan penyakit, keluhan atau kondisi yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Untuk menindaklanjuti prioritas pasien tersebut, rumah sakit tetap harus
memperhatikan standar pelayanan pada setiap pasien.

You might also like