You are on page 1of 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA ANAK USIA REMAJA


DENGAN MASALAH GASTRITIS

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan


Komunitas Program Studi Profesi Ners
Sekolah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Disusun Oleh :
ELVERDA KIRANA NADIA
R210415020

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas yang berjudul ’’Laporan Pendahuluan dan Asuhan

Keperawatan Keluarga Anak Remaja dengan Masalah Gastritis’’

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu, sehingga

laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya

mahasiswa yang sedang melakukan praktik keperawatan keluarga. Kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki laporan ini.

Indramayu, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga......................................................................................3
B. Tugas Perkembangan Keluarga................................................................4
C. Konsep Gastritis........................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian..............................................................................................14
B. Analisa Data............................................................................................26
C. Diagnosa.................................................................................................28
D. Skoring...................................................................................................28
E. Prioritas Masalah....................................................................................30
F. Intervensi.................................................................................................31
G. Implementasi..........................................................................................33
H. Evaluasi..................................................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan..............................................................................39
B. Implikasi Keperawatan...........................................................................40
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................41
B. Saran.......................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada saat anak
pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun.
Pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab. Serta kebutuhan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan  tahap yang paling sulit. Karena orang tua melepas
otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus
mempunyai otoritas sendiri  yang berkaitan dengan peran dan fungsinya.
Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak
menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya, sementara orang tua
perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan
perselisihan sehingga  hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan anak remaja yang
dilakukan oleh perawat  untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan
bersama keluarga menentukan permasalahan tersebut sehingga keluarga
mampu secara mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan
menyelesaikan masalah kesehatannya pada akhirnya mampu tampil sebagai
sebuah keluarga mandiri, sejahtera, produktif dan menjalankan seluruh fungsi
keluarga dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam melakukan asuhan keperawatan
keluarga pada anak usia remaja dengan gastritis
2. Tujuan Khusus
Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran konsep dasar dan asuhan
keperawatan keluarga meliputi :
a. Memahami konsep dasar keluarga
b. Memahami konsep dasar anak usia remaja
c. Memahami konsep dasar gastritis
d. Memahami konsep asuhan keperawatan keluarga anak usia remaja dengan
gastritis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan
negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh
terhadap belajar.
Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan
dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap anaknya masih
sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan pembentukan perilaku anak
sebagai hasil interaksi antara orang tua dengan anaknya. Sebagaimana
diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa kebanyakan sikap dan perilaku anak
akan ditentukan oleh salah satu faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara
orang tua dengan anak.
B. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family
functioning, dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi
keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar
seperti makan dan rumah, tugas krisis seperti cara keluarga dalam menangani
masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama tahap perkembangan
hidup keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi tujuh
objek yang dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan
tugas dasar, krisis, dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah
penyelesaian tugas, peran yang jelas, komunikasi, interkasi langsung dalam
keluarga, keterlibatan, pengawasan, serta nilai dan norma (Setiadi, 2008).
Model siklus hidup keluarga merupakan cetak biru peran dan tugas keluarga
yang senantiasa mengalami pergerakan melewati tiap tahap perkembangan
keluarga, hal ini berarti transisi keluarga dari tahap ke tahap terdapat tanda-
tanda yang dapat diprediksi secara normal. Keluarga dengan anak usia remaja
dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18 tahun dan berakhir
sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai seorang
dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003; Duvall,
2014).
Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga
dimana keduanya dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan besar
individu dan sistem keluarga. Fase ini keluarga dengan anak remaja
menghadapi kesulitan masalah finansial, masalah intra-family, work-family,
dan transisi serta pergerakan anggota keluarga yang masuk-keluar dalam unit
keluarga yang sudah dapat di prediksi. Ini merupakan tahap paling
menegangkan dari sikus hidup keluarga. (Mc Cubbin et al, 2014). Pernyataan
ini didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ketika anak memasuki
masa remaja, mayoritas (60%) keluarga merasa renggang dan terpisah. Hal ini
bukan hanya ekspektasi melainkan kenyataan karena remaja mulai
mengembangkan autonominya (Day et al, 2014).
Duvall (2014) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan keluarga
anak usia remaja yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan
betanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai
memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; 3)
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4)
Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat
tugas tersebut merupakan tugas penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dengan anak usia remaja. Sementara itu, tugas perkembangan keluarga dalam
Duvall Miller (2011) dibagi menjadi beberapa kategori yakni: tugas
perkembangan secara umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai
orang tua, suami-istri, pengelola rumah tangga dan individu dewasa.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum
meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan
anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga;
3)Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga; 4) Membangun
kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan; 5) Mempererat jarak
komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara, teman
dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8)
Merumuskan filsafat hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall &
Miller 2010). Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan
bahwa orangtua memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki
usia remaja dalam hal:
1. Pertumbuhan fisik anak
Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat,
pengetahuan praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan
minimal (istirahat, bermain, belajar) sesuai kebutuhan pribadi patokan umum
dan masa perkembangan anak serta memberikan aturan sesuai dengan kondisi
anak.
2. Perkembangan sosial anak
Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak
terkecuali bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu
orang tua perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak
boleh, dianjurkan atau menghindari.
3. Perkembangan mental
Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak,
berbicara sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai
kebutuhan anak.
4. Perkembangan spiritual
Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran
agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan
suasana keluarga yang harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai
dan norma hukum seperti pelanggaran, tata tertib, penyesuaian diri.
5. Mengembangkan minat dan bakat anak
Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua –
keluarga besar - sekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang
produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat bahwa amat
penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan yang tinggi
dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif.
C. Konsep Penyakit (Gastritis)
1. Definisi Gastritis
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis disebabkan oleh
infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu, beberapa bahan yang
sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung
(Wijaya & Putri, 2013).
Gatritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung, peradangan
ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel
mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran
pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbunlnya proses inflamasi pada
lambung (Sukarmin, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau
parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah
meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang
dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis
seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016). Menurut
(Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
1) Nyeri epigastrium
2) Mual
3) Muntah
4) Perut terasa penuh
5) Muntah darah
6) Bersendawa
3. Patofisiologi
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikanperlindungan ini ketika
mukosa barier rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung (gastritis).
Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk
oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke
dalam mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan
terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.Alkohol, aspirin refluks isi
duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir
sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan muntah,
sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2010).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan
pada mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan
yang sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi
mukosa lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai
keluhan.Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoscopy
Endoscopy adalah salah satu prosedur pemeriksaan medis untuk melihat
kondisi saluran pencernaan dengan menggunakan alat endoskop yang
merupakan suatu alat yang berbentuk selang elastis dengan lampu dan kamera
optik di ujungnya. Pada pasien dengan gastriti, pada pemeriksaan
endoscopyakan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.

2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan tubuh
manusia, dimana jaringan itu dilakukan pemeriksaan dan pemotongan
makroskopis, diproses sampai siap menjadi slideatau preparat yang kemudian
dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis. Pada
pasien gastritis, akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam
bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing), kerokan kulit, dan cairan
tubuh lainnya.
4. Analisa Gaster
Untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, biasanya sekresi HCl menurun.
5. Gastrocopy
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan), mengidentifikasi area
perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
6. Penatalaksanaan Medis
Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat-obatan.Obat- obatan
yang digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah asam lambung dan dapat
mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis, serta memajukan penyembuhan
lapisan perut. Pengobatan ini meliputi (Sukarmin, 2012) :
1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, serta karbonat
kalsium dan magnesium. Antasida dapat meredakan mulas ringan atau dyspepsia
dengan cara menetralisasi asam diperut
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine
3. Inhibitor Pompa Proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, dan
dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan
terhadap elektron yang menimbulkan potensial aksi saraf otonom vagus.
4. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak
mempengaruhi langsung ada peningkatan asam lambung tetapi makanan yang
merangsang seperti pedas atau kecut, dapat meningkatkan suasana asam pada
lambung sehingga dapat menaikkan resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak
merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung,
seperti makanan yang keras (nasi keras).
5. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab dapat
mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus, latihan mengendalikan
stress bisa juga diikuti dengan peningkatan spiritual sehingga penderita lebih pasrah
ketika menghadapi stress.
7. Pengkajian
1. Data Dasar (Identitas Klien)
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri
epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan
menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah.
Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan, setelah
mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya,
pola makan tidak teratur atau pembedahan lambung
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular
akibat kontak langsung maupun tidak langsung.
6. Pola kebiasaan sehari-hari meliputi :
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola aktivitas/latihan
7. Pemeriksaan fisik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Tn. C
2. Umur KK : 37 tahun
3. Alamat dan No.Tlp : Blok karangbong RT/RW: 02/04 (083624965xxx)
4. Pekerjaan KK : Buruh Tani
5. Pendidikan KK : SD
6. Tanggal Pengkajian : 02 Maret 2022
7. Komposisi Keluarga :
No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidi Pekerjaan
Kelamin Dengan kan
keluarga
1 Tn. C Laki-laki Kepala keluarga 37 tahun SD Buruh Tani
2 Ny. C Perempuan Istri 35 tahun SD IRT
3 An. L Perempuan Anak 17 tahun SMA Pelajar
4 An. M Laki-laki Anak 11 tahun SD Pelajar
Genogram : (Tiga Generasi)
Keterangan Gambar :
: Perempuan : Cerai/Pisah

: Laki-laki : Meninggal

: Menikah : Klien

: Garis Keturunan

: Satu Rumah

Keterangan Keluarga :
An. L merupakan seorang remaja berumur 17 tahun dan merupakan anak
pertama dari pasangan Tn. C dengan Ny. C. An. L tinggal bersama ayahnya Tn. C
dan ibunya Ny. C beserta adik laki-lakinya yang bernama An. M.

8. Status Imunisasi
No Nama Status Imunisasi
BCG Polio DPT Hepatitis Campak
1 An. L √ √ √ √ √
2 An.M √ √ √ √ √

9. Tipe Keluarga : Keluarga inti


10. Suku : Jawa
11. Agama : Islam
12. Status sosial ekonomi kel :
Tn. C mengatakan keadaan ekonomi keluarganya stabil cukup untuk memenuhi
kebutuhan anak dan istrinya.
13. Aktivitas rekreasi keluarga :
Tn. C mengatakan tidak pernah liburan jauh-jauh hanya di sekitar indramayu,
namun sesekali keluar kota untu mengunjungi saudaranya bersama anak dan
istrinya.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja, dikarenakan Tn. C
mempunyai anak pertama seorang anak perempuan yang berusia 17 tahun.
Tugas perkembangannya menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab
ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, komunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anaknya, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam
batasan tanggungjawab dan mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tn. C mengatakan selama ini sudah mulai membebaskan anaknya setelah ia
beranjak kelas VIII, kebebasan tersebut diberikan kepada anaknya dalam
batas yang masih wajar sehingga masih dapat dikontrol dengan baik.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
17 tahun yang lalu Ny. C mengalami hemoroid namun masih grade 1 karena
masih bisa di masukan kembali, lama kelamaan karna dibiarkan gradenya
meningkat hingga grade 3 (masih bisa di masukan namun keluar kembali).
Ny. C sudah melakukan pemeriksaan ke Puskesmas Losarang dan sudah
mendapatkan rujukan untuk dilakukan operasi insisi hemoroid, namun pasien
tidak melakukan operasi sesuai saran karena merasa takut. An.C mengatakan
dirinya menderita maag, hal tersebut dikarenakan saat di sekolah An. C telat
sarapan pagi sehingga lama kelamaan berimbas pada lambungnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tn. C mengatatakan tidak ada riwayat lainnya kecuali penyakit hemoroid
pada istrinya dan penyakit maag yang diderita anaknya..

III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah

Ruan
Kamar
g
A
Gudang

Kamar
ma
Ruan
Kamar
Ny
.C Dapur

Gambaran rumah Tn. C mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu,1


ruang keluarga, 1 gudang yang berada di dekat kamar mandi, 1 dapur dan 1
kamar mandi.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tn. C mengatakan tetangga yang berada di sekitar rumahnya ramah
semua, sehingga mudah untuk bersosialisasi.
3. Mobilitas geografis keluarga
Tn. C mengatakan tidak pernah pindah rumah, dulunya Tn C dan
keluarga tinggal bersama di rumah saudaranya, namun sekarang sudah
memiliki rumah sendiri.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. C mengatakan berkumpul dengan keluarga saat Idul
Fitri tiba, sehingga interaksi antar tetangga semakin dekat satu
sama lain.
5. System pendukung keluarga
Keluarga Tn. C untuk memenuhi keutuhan setiap harinya ia handalkan
dari hasil penghasilan Tn, C yang bekerja sebagai buruh serabutan.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola Komunikasi Keluarga
An. L mengatakan komunikasi dengan ayah dan ibunya baik, tidak ada yang
di tutupi bahkan cerita teman-temannya yang ada di sekolah juga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn. C saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila
ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk
berobat dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik
3. Struktur peran
Bermasyarakat dengan tetangga, selain itu Tn. C menafkahi keluarga sebagai
kepala keluarga, istrinya aktif menjadi kader posyandu flamboyan dan
anaknya melakukan aktivitas di usianya yaitu sekolah.
4. Nilai dan norma budaya
Tn. C mengatakan di keluarganya masih menganut nilai-nilai yang masih
berlaku di indramayu seperti tatakrama, keramahan dll.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
a. Gambaran diri anggota keluarga
Tn. C sebagai kepala keluarga yang berprofesi buruh tani sebagai pencari
nafkah untuk keluarganya, Ny. C sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi suami dan anaknya sekolah.

b. Perasaan memiliki dan dimiliki keluarga


Setelah Tn. C dan Ny. C dapat memiliki anak ia merasa senang,
dikarenakan keluarganya sudah lengkap, sudah memiliki seorang anak
perempuan dan seorang anak laki-laki.
c. Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang lain
Tn. C mengatakan selama ini istrinya selalu mendukung pekerjaannya, dan
Tn. C mendukung Ny. C untuk menjadi kader posyandu.
d. Kehangatan dalam keluarga’bagaimana mengembangkan sikap saling
menghargai
Keluarga Tn. C dan Ny. C sudah merasa sempurna setelah ia memiliki
anak di keluarganya.

2. Fungsi sosialisasi
a. Tingkat pendidikan
Tn. C mengatakan tingkat pendidikannya berakhir di SD begitupun dengan
istrinya, dan anaknya sekarang sedang duduk di bangku kelas 5 SD dan
kelas 2 SMA.
b. Hubungan antar keluarga
Tn. C mengatakan hubungan dengan keluarga lainnya masih baik, hal ini
dibuktikan dengan saat belum mempunyai rumah Tn. C dan istrinya di
bolehkan menumpang tinggal di rumah saudaranya.
c. Hubungan dengan orang lain
Masyarakat desa Muntur masih memegang budaya bermasyarakat dengan
tetangga, bahkan dengan tetangga Desa juga.
d. Kegiatan organisasi sosial
Tn. C mengatakan bahwa dirinya tidak mengikuti kegiatan organisasi di Desa
namun istrinya aktif menjadi kader posyandu flamboyan..
e. Keadaan ekonomi
Tn. C mengatak keadaan ekonomi keluarganya stabil cukup untuk
memenuhui kebutuhan anak dan istrinya.

3. Fungsi biologis
a. Keadaan kesehatan keluarga
An. C mengatak sampe sekarang maag nya masih suka timbul, apalagi saat
haid datang nyerinya semakin bertambah. Sementara itu menurut Ny. C
ambeyennya masih nyeri.
b. Kebersihan perorangan
Kondisi rumah dan penampilan dari Tn. C anak dan istrinya dalam keadaan
bersih.
c. Penyakit yang sering diderita
Tn. C mengatakan selama ini belum ada, hanya istrinya saja yang sampe
sekarang kadang masih mengeluh sakit di anusnya akibat hemoroid.
d. Penyakit keturunan, penyakit menular dan kronis
Tn. C mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti darah tinggi, diabetes dll.
e. Kecacatan
Di keluarga Tn. C tidak ada yang memiliki kecacatan anggota tubuh baik anak
dan istrinya. Hanya saja istrinya sampai sekarang menolak untuk
dilakukan operasi hemoroid.
f. Pola makan
Tn. C mengatakan di rumahnya tidak ada yang memiliki pantangan dalam
makan, hanya saja untuk anaknya untuk menghindarai makanan yang
membuat sakit perutnya kambuh. Namun, An. L tidak mengetahui secara
spesifik makanan yang tidak boleh dikonsumsinya, An. L hanya tau untuk
tidak konsumsi makanan pedas saja.

g. Pola istirahat
An. L mengatakan istrirahat dilakukan setelah pulang sekolah, selain itu saat
nyeri akibat maag An. L disuruh untuk beristirahat oleh orang tuanya.

4. Fungsi psikologis
a. Keadaan emosi
An. L mengatakan masih belum bisa menghindari makanan pedas, karena
terkadang masih memakannya saat jajan di sekolah.
b. Kebiasaan yang tidak sesuai dengan pola hidup sehat
An. L mengaku terkadang makan makanan pedas saat di sekolah, selain itu An.
L juga suka menkonsumsi kiranti untuk mengatasi nyeri saat haid.
c. Pengambilan keputusan
An. L mengatakan pengambilan keputusan setelah bermusyawarah biasanya
bapak yang mengambil keputusan terkait apapun.
d. Ketergangtungan obat/bahan-bahan lain
An. L mengatakan terbiasa konsumsi kiranti untuk mengatasi nyeri saat haid.
e. Mencari pelayanan kesehatan
Tn. C mengatakan saat anggota keluarganya ada yang sakit langsung dibawa
ke puskesmas losarang atau ke mantri setempat.

5. Fungsi spiritual
a. Ketaatan beribadah
Tn C mengatakan keluarganya taat beribadah namun saat dirinya sedang berada
di sawah maka sering ada shalat yang tertinggal.
b. Keyakinan kesehatan
Keluarga Tn. C meyakini bahwa kesehatan sangat penting untuk keluarganya,
dan yang memberi kesehatan hanya Allah.

6. Fungsi kultural
a. Adat yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga Tn. C yaitu saat musim panen tiba ia
ikut berpatisipasi dalam kegiatan mapag sri dan kegiatan lainnya yang ia
percayai.
b. Tabu-tabu

7. Fungsi reproduksi
An. L mengatakan mentruasinya lancar, namun sering mengalami dismenore saat
haid.

8. Fungsi ekonomi
Tn. C mengatak keadaan ekonomi keluarganya stabil cukup untuk memenuhui
kebutuhan anak dan istrinya.

9. Fungsi perawatan keluarga


a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn. C tidak terlalu memahami tekait kesehatan, hanya ia mengerti
saat di rasa ada yang aneh di alami oleh anak dan istrinya ia langsung
membawanya ke mantri setempat. An. C mengatakan saat haid datang
terasa nyeri dan untuk meringankannya ia mengkonsumsi kiranti, saat
maag timbul ia juga merasa nyeri di bagian perutnya.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Biasanya Tn. C langsung membawa ke puskesmas losarang atau ke matri
setempat
c. Memberi perawatan pada keluarga yang sakit
An. C mengatakan ia suka mengingatkan ibunya untu meminum
obatnya, dan ibunya selalu membelikan kiranti saat anaknya
nyeri haid.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Tn. C mengusahankan agar keluarganya tetap sehat
e. Mempertahankan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. C menggunakan pelayanan kesehatan

VI. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka pendek
Apabila keluarga Tn. C mengalami masalah, biasanya Ny. C
menunggu keputusan dari suaminya
2. Stressor jangka panjang
Biaya sekolah anaknya.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Apabila ada masalah keluarga mereka selalu mendiskusikanya dalam
keluarga, dan langsung menyelesaikan.
4. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn. C kini hanya menghandalkan panen tiba untuk
membayar biaya sekolah anaknya.
5. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga
mengatasi masalah secara mal adaptif.

VII. Harapan keluarga terhadap perawat


1. Persepsi keluarga terhadap masalah
An. L berharap saat menstruasi tidak merasa nyeri haid lagi
2. Harapan keluarga terhadap masalah
Keluarga Tn. C mengatakan berharap keluarganya sehat selalu

VIII. Pemeriksaan fisik


No Pemeriksaan Tn. C Ny. C An. L An. M
1 Tanda-Tanda TD: 130/80 TD: 120/80 TD: 120/80 TD: 120/80
Vital mmHg mmHg mmHg mmHg
N: 92x/mnt N: 89x/mnt N: 87x/mnt N:86x/mnt
RR: 19x/mnt RR: 20x/mnt RR: 21x/mnt RR: 19x/mnt
2 Kepala Rambut tebal, Rambut pendek Rambut panjang Rambut tebal,
tidak ada dan tebal, tidak dan tebal, tidak tidak ada
benjolan, tidak ada benjolan, ada benjolan, benjolan, tidak
ada nyeri. tidak ada nyeri tidak ada nyeri ada nyeri.
3 Mata Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan sekitar benjolan sekitar benjolan sekitar benjolan sekitar
mata, bersih, mata, bersih, mata, bersih, mata, bersih,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
4 Hidung dan Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
Mulut fungsi fungsi fungsi fungsi
penciuman baik, penciuman baik, penciuman baik, penciuman baik,
bibir terlihat bibir terlihat bibir terlihat bibir terlihat
coklat, lembab. lembab. lembab. lembab.
5 Telinga Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik. baik. baik. baik.
6 Leher Tampak Tampak Tampak Tampak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada pembesaran ada pembesaran ada pembesaran ada pembesaran
vena jugularis, vena jugularis, vena jugularis, vena jugularis,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
saat menelan, saat menelan, saat menelan, saat menelan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
reflek menelan reflek menelan reflek menelan reflek menelan
baik baik baik baik
7 Dada Tampak Tampak Tampak Tampak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada luka, ada luka, ada luka, ada luka,
pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan
dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan ataupun tekan ataupun tekan ataupun tekan ataupun
lepas, tidak ada lepas, tidak ada lepas, tidak ada lepas, tidak ada
krepitasi, taktil krepitasi, taktil krepitasi, taktil krepitasi, taktil
premitus teraba premitus teraba premitus teraba premitus teraba
sama, terdengar sama, terdengar sama, terdengar sama, terdengar
sonor. sonor. sonor. sonor.
8 Abdomen Tampak Tampak Tampak Tampak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
ataupun lepas, ataupun lepas, ataupun lepas, ataupun lepas,
terdengar pekak terdengar pekak terdengar pekak terdengar pekak
pada kuadran 1 pada kuadran 1 pada kuadran 1 pada kuadran 1
atas, dan atas, dan atas, dan atas, dan
terdengar terdengar terdengar terdengar
timpani pada timpani pada timpani pada timpani pada
kuadran 2,3,4. kuadran 2,3,4. kuadran 2,3,4. kuadran 2,3,4.
Bisisng usus 10 Bisisng usus 9 Bisisng usus 10, Bisisng usus 8
An. L
mengatakan
memiliki
penyakit maag
9 Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
fraktur, lesi, fraktur, lesi, fraktur, lesi, fraktur, lesi,
bentuk simetris, bentuk simetris, bentuk simetris, bentuk simetris,
Klien
mengatakan
terasa pegal
pada kaki
setelah bekerja
terlalu lama.
10 Kulit Warna sawo Warna sawo Warna sawo Warna sawo
matang, tidak matang, tidak matang, tidak matang, tidak
ada lesi. ada lesi. ada lesi. ada lesi.

IX. Analisa data


Nama KK : Tn. C
Umur : 37 tahun

Data Fokus Tipologi Masalah Etiologi


DS: Aktual Defisit Kurang terpapar
1. An. L mengatakn Pengetahuan informasi
masih belum bisa gastritis ↓
menghindari Deficit pengetahuan
makanan pedas,
karena terkadang
masih
memakannya saat
jajan di sekolah.
2. An. L tidak
mengetahui
secara spesifik
makanan yang
tidak boleh
dikonsumsinya,
An. L hanya tau
untuk tidak
konsumsi
makanan pedas
saja.
DO: -
DS: Resiko Nyeri akut Infeksi mukosa
1. An. L lambung, stress
mengatakan saat ↓
maag timbul ia Stimulasi sel parietal
juga merasa nyeri ↓
di bagian Peningkatan asam
perutnya, lambung
sehingga itu ↓
dirasa Iritasi mukosa lambung
mengganggunya. ↓
2. An. L mengatakn Peradangan mukosa
saat haid datang lambung
terasa nyeri dan ↓
untuk Nyeri
meringankannya
ia meminum
kiranti.
DO :-
DS : Tn.C ,mengatakan tidak Aktual Manajemen Komplektifitas program
paham tentang penyabab dan cara kesehatan pengobatan
mengatasi maag, Tn. C juga keluarga tidak ↓
mengatakan kesulitan menjalankan efektif Keluarga sulit untuk
perawatan maag di rumah menjalankan program
DO: - pengobatan

Keluarga tidak
melakukan program
pengobatan

Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
X. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas
1. Defisit pengetahuan gastritis b.d kurang terpapar informasi ditandai dengan
perilaku yang tidak sesuai anjuran dan mengatakan tidak mengetahui secara
spesifik makanan yang tidak boleh dikonsumsi untuk penderita maag.
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ditandai dengan nyeri di bagian perut
saat maag timbul dan nyeri haid.
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d komplektifitas program
pengobatan d.d terjadinya kekambuhan

XI. Skoring Masalah


1. Defisit pengetahuan gastritis
No Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalahh : 3 1 Dikatakan kurang sehat
x1
3
kurang sehat/aktual dikarenakan An. C tidak
mengetahui pencegahan maag
2 Kemungkinan 2 2 Dikatakan dapat diubah karena di
x2
2
masalah dapat usia tersebut dapat menyerap
diubah : mudah informasi dgn mudah
3 Potensi masalah 3 1 Maag dapat dicegah dengan
x1
3
untuk dicegah : beberapa cara seperti pengobatan
tinggi tradisional.
4 Menonjolnya 2 1 Dikatakan segera jika tidak
x1
2
masalah : segera ditangani dapat menyebabkan
kronis
Total Nilai 5

2. Nyeri akut
No kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2 0,6 Dikatakan ancaman apabila
x1
3
ancaman nyeri tidak ditangani dapat
mengganggu aktivitas
2 Kemungkinan 1 1 Nyeri dapat ditangani dengan
x2
2
masalah dapat kompres hangat.
terjadi : sebagian
3 Potensi masalah 2 0,6 Nyeri saat haid dan maag
x1
3
untuk dicegah : dapat diringankan dengan
cukup kompres.
4 Menonjolnya 2 1 Manajemen nyeri dapat
x1
2
masalah : segera dilakukan dengan cara mudah,
sehingga segera dilakukan
untuk meringankan rasa nyeri
pada bagian perut.
Total Nilai 3,2

3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


No kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2 0,6 Masalah kesehatan yang
x1
3
ancaman dialami terjadi kekambuhan
kesehatan berulang-ulang kali
2 Kemungkinan 1 1 Masalah ini hanya bisa diatasi
x2
2
masalah dapat sebagian karena pola
terjadi : hanya kehidupan keluarga yang
sebagian sudah terjaga
3 Potensi masalah 1 0,6 Dalam menyelesaikan masalah
x1
2
untuk dicegah : sedikit mengalami kesulitan
cukup jika tidak mengetahui caranya
dengan baik
4 Menonjolnya 2 0,5 Masalah ini ada namun
x1
2
masalah : ada keluarga merasa masalah ini
masalah tetapi tidak perlu untuk segera
tidak perlu ditangani
ditangani segera
Total Nilai 2,7

XII. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Defisit pengetahuan gastritis berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d komplektifitas program
pengobatan d.d terjadinya kekambuhan
XIII. Intervensi Keperawatan Keluarga
Maslah Kep Tujuan Rencana Rasional
Defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi
pengetahuan keperawatan selama 2x tindakan Identifikasi Untuk mengetahui
gastritis diharapkan klien dapat kesiapan dan kesiapan klien
mengetahui mengenai gastritis kemampuan menerima informasi
(maag). menerima informasi
Kriteria IR ER Terapeutik Untuk pengetahuan

1. 2 5 Sediakan materi klien


dan media
pendidikan Untuk penegtahuan
2.
2 5 kesehatan klien

Edukasi
Maslah Kep Tujuan Rencana Rasional
Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakakan Observasi


keperawatan selama 2x tindakan Identifikasi respon Untuk mengetahui
diharapkan klien dapat nyeri non verbal respon nyeri
melakukan penanganan nyeri Terapeutik
secara mandiri. Berikan Teknik non Untuk
Kriteria IR ER farmaklologis untuk menghilangkan
1. 2 5 mengurangi nyeri nyeri
K (kompres hangat)
2 5 Edukasi
Untuk menurunkan
2. Jelaskan strategi
rasa nyeri
K meredakan nyeri
Kolaborasi
Untuk meredakan
Kolaborasi
nyeri jika nyeri
pemberian
tidak hilang dengan
analgetik, jika perlu
non farmakologis
Manajemen Setelah dilakukan tindakan Observasi : Untuk mengetahui
kesehatan keperawatan, diharapkan Identifikasi kebutuhan dan
keluarga kesiapan klien meningkat kebutuhan dan harapan klien
tidak efektif dengan kriteria hasil sbb : harapan keluarga
Kriteria IR ER tentang kesehatan
1. 2 5
Untuk mengatasi
Maslah Kep Tujuan Rencana Rasional
2. Terapeutik : jika penyakit
Gunakan sarana kambuh
dan fasilitas yang
ada dalam keluarga Untuk penanganan
2 5 pertama jika ada
Edukasi :
Anjurkan yang sakit
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada

XIV. Implementasi
No Tanggal Implementasi kep Ttd Tanggal Evaluasi
1 1. Elverda S: klien
Mengdentifikasi k.n mengatakan
kesiapan dan sudah
kemampuan mengerti,
menerima penyebab
informasi. maag, dan cara
Respon: keluarga pengobatannya
siap menerima O: -
informasi. A :Masalah
2. teratasi
Menyediakan P : Hentikan
materi dan media intervensi
pendidikan
kesehatan.
Respon : perawat
menyediakan
leaflet
3.
Menjelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Respon : Keluarga
memahami

2 1. Elverda S: klien
Mengidentifikasi k.n mengatakan
respon nyeri non sekarang tidak
verbal merasakan
Respon: nyeri nyeri
ketika maag dan O: TD: 120/80
ketika haid. mmHg
2. N: 87x/mnt
Memberikan RR: 21x/mnt
Teknik non A: Masalah
farmaklologis nyeri akut
untuk mengurangi teratasi
nyeri (kompres P: Hentikan
hangat) intervensi
Respon : klien
memahami
3.
Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri
Respon : Klien
diajarkan Teknik
Tarik nafas dalam
atau kompres
hangat
4.
Mengkolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Respon : klien
memahami
3 1. Elverda S: keluarga
Mengidentifikasi k.n mulai
kebutuhan dan me,berikan
harapan keluarga motivasi
tentang kesehatan kepada klien
Respon : Harapan untuk
klien dapat melakukan
menangani jika ada gaya hidup
keluarga yang sakit yang lebih
2. baik
Menggunakan O : diberikan
sarana dan fasilitas penkes tentang
yang ada dalam maag dan
keluarga dismenor
Respon : seperti
P3K yang ada
didalam rumah
3.
Menganjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
Respon : klien
menggunakan
fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada

XV. Evaluasi
Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf
Defisit pengetahuan S : Klien Elverda kirana
mengatakan nadia
sekarang sudah
mengetahui tentang
penyakit maag dan
cara
pencegahannya
O : klien
memahami
A : Masalah deficit
pengetahuan
teratasi
P : Hentikan
intervensi
Nyeri akut S : klien Elverda kirana
mengatakan nadia
sekarang kalo nyeri
haid dikompres
hangat dan jika
maag kambuh
pergi ke pelayanan
kesehatan terdekat
dan menghindari
makanan yang
beresiko
menimbulkan
maag
O : klien
memahami
A : Nyeri akut
teratasi
P : Hentikan
intervensi
Manajemen kesehatan S : keluarga Elverda kirana
keluarga tidak efektif mengatakan nadia
menyuruh anaknya
untuk tidak telat
makan dan
menghindari
makanan yang
menimbulkan
maag
O : klien dan
keluarga
memahami
A : manajemen
kesehatan keluarga
tidak efektif
teratasi
P : Hentikan
intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan
Hasil pengkajian pada keluarga Tn. C ditemukan masalah defisit pengetahuan,
nyeri akut dan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Menurut SDKI Defisit
Pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu yang disebabkan oleh keterbatasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat
dalam belajar, kurang mampu mengingat dan ketidaktahuan menerima informasi,
dengan gejala dan tanda mayor berupa menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah, dan tanda minor berupa menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
serta menunjukkan perilaku berlebihan.
Hasil analisis perawat mengangkat diagnosa defisit pengetahuan karena
disebabkan oleh keterbatasan kognitif, dibuktikan dengan data bahwa kepala
keluarga hanya berpendidikan SD, sehingga sulit untuk menerima informasi
kesehatan yang dibutuhkan, selain itu pada saat pengkajian klien sering bertanya
tentang penyakit maag.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fisiologis dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan . Hasil
analisis perawat mengangkat diagnosa nyeri akut, karena pada hasil pengkajian An.L
mengeluh nyeri ketika haid dan saat maag kambuh dan belum tahu cara
penanganannya.
Hasil analisis perawat mengangkat diagnosa manajemen kesehatan keluarga tidak
efektif adalah karena pada saat pengkajian ditemukan Tn.C mengatakan tidak paham
tentang penyabab dan cara mengatasi maag, Tn. C juga mengatakan kesulitan
menjalankan perawatan maag di rumah. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
adalah pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk
memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga. Pada keluarga Tn.C
mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita.

B. Implikasi Keperawatan
Implikasi Keperawatan dari laporan ini yaitu dapat memberikan asuhan
keperawatan keluarga anak usia remaja dengan masalah gastritis dengan intervensi
yang benar, dalam hal ini perawat berperan membantu keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatannya dengan melakukan proses asuhan keperawatan secara
menyeluruh.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Asuhan keperawatan ini mengenai keluarga yang sudah berada pada tahap
perkembangan dengan anak usia remaja, oleh karena itu perlu dilakukan dengan
adanya tambahan pengetahuan untuk anggota keluarga dengan anak usia remaja agar
bermanfaat bagi keluarga tersebut dan mengurangi angka kurangnya pengetahuan
pada anggota keluarga terebut mengenai penyakit yang sedang dialami salah satu
anggota keluarga mereka dan memberi tahu pengobatan atau pencegahanya.

B. Saran
Penulis tahu bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat laporan yang
lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Edisi
ke-6. Jakarta: Media Grafika.

Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih Bahasa
Ester M. Jakarta: EGC.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

You might also like