You are on page 1of 14

DAMPAK DIMENSI KEADILAN PAJAK TERHADAP TINGKAT

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM KONTEKS TRI HITA


KARANA DI KPP PRATAMA BADUNG SELATAN

Evri Wardani 1)
Anik Yuesti 2)
I Made Sudiartana 3)
Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT
The aim of this study is to examine the impact of tax justice dimensions on tax
payer compliance behavior. Richardson (2006) revealed that tax fairness is a
multidimensional problem and the problem of national culture impact on tax
compliance behavior. The study was conducted using a survey of corporate
taxpayers registered in South Badung KPP. Logistic Regression analysis is used
for data analysis. The results showed that only one-dimensional general tax justice
is fairness / general fairness that significantly influence the behavior of tax
compliance. However, the variable reciprocal government / exchanges with
government, personal interest / self-interest, special provisions / special
provissions, and the structure of the tax rate / tax rate structure has no significant
effect on the level of compliance with corporate taxpayers registered in South
Badung KPP , Tri Hita Karana culture and the level of tax knowledge to explain
differences in the results with the results of previous studies.

Keyword : general fairness, exchanges with government, self interest, special


provissions, behavior of tax compliance.

PENDAHULUAN dengan mereformasi pelaksanaan


Pajak merupakan sumber sistem perpajakan yang lebih modern.
penerimaan utama negara yang
digunakan untuk membiayai Pajak bersifat dinamis dan
pengeluaran pemerintah dan mengikuti perkembangan kehidupan
pembangunan. Hal ini tertuang dalam ekonomi dan sosial sehingga
Anggaran Penerimaan dan Belanja menuntut adanya perbaikan baik
Negara (APBN) dimana penerimaan secara sistematik maupun
pajak merupakan penerimaan dalam operasional. Salah satu upaya
negeri yang terbesar. Semakin perbaikan sistem perpajakan di
besarnya pengeluaran pemerintah Indonesia adalah dengan disahkannya
dalam rangka pembiayaan negara UU No. 36 tahun 2008 yang
menuntut peningkatan penerimaan merupakan perubahan keempat dari
negara yang salah satunya berasal UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak
dari penerimaan pajak. Direktorat Penghasilan. Terdapat lima perubahan
Jenderal Pajak sebagai instansi penting dalam peraturan pajak
pemerintahan dibawah Departemen penghasilan yang tercantum dalam
Keuangan sebagai pengelola sistem Undang-Undang Nomor 36 Tahun
perpajakan di Indonesia berusaha 2008 yang diantaranya: (1) perubahan
meningkatkan penerimaan pajak penghasilan tidak kena pajak; (2)

99
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

insentif bagi sumbangan wajib ketidakpuasan terhadap


keagamaan; (3) insentif bagi diberlakukannya pajak seringkali
perusahaan terbuka di bursa efek; (4) diwujudkan dalam bentuk
insentif bagi usaha mikro, kecil, dan perlawanan, baik perlawanan aktif
menengah berupa potongan tarif maupun perlawanan pasif.
hingga 50%; serta (5) beberapa poin Menurut Jackson dan Miliron
penerimaan negara bukan pajak (dalam Richardson, 2006), salah satu
(PNBP) yang dapat menjadi objek varibel non ekonomi kunci dari
pajak. Pengesahan UU No. 36 tahun perilaku kepatuhan pajak adalah
2008 tentunya akan menimbulkan dimensi keadilan pajak. Penelitian-
reaksi yang beragam dari masyarakat penelitian sebelumnya mengenai
baik WP OP maupun WP Badan, pengaruh dimensi keadilan pajak
salah satu bentuk reaksi masyarakat terhadap perilaku kepatuhan
dapat dilihat dari perilaku kepatuhan menunjukkan ketidakkonsistenan
pajak, saat bersamaan akan timbul hasil penelitian, karena sifat
upaya penghindaran pajak (tax multidimensi dari keadilan pajak
evation) yang berdampak pada sebagai variabel kepatuhan pajak.
besarnya penerimaan negara dari Christensen dkk dalam Azmi dan
pajak. Fenomena umum menunjukkan Perumal (2008) menyatakan bahwa
bahwa masyarakat (termasuk pelaku keadilan sulit didefinisikan karena
bisnis) masih berupaya menghindari empat masalah utama yaitu : 1.
pajak, seharusnya kalau mengacu merupakan masalah dimensional, 2.
pada self assessment system WP dapat didefinisikan pada tingkat
dengan kesadaran sendiri seharusnya individu maupun pada masyarakat
membayar pajak dengan benar. luas, 3. keadilan terkait dengan
Permasalahannya apakah kompleksitas, dan 4. kurangnya
kewajiban membayar pajak sudah keadilan dapat menjadikan
disadari oleh setiap orang? pertimbangan atau menyebabkan
Jawabannya pasti belum, karena pada ketidakpatuhan.
dasarnya tidak ada orang yang mau Di Bali memiliki suatu konsep
atau rela membayar pajak. Ada empat kosmologi Tri Hita Karana yang
hal yang dapat mempengaruhi patuh menjadi falsafah maupun fondasi
tidaknya WP dalam memenuhi dasar penting dalam berpedoman
kewajiban perpajakannya, yaitu: 1. hidup bermasyarakat. THK adalah
Tarif, 2. Pelaksanaan penagihan yang tiga penyebab kesejahteraan. Dengan
rapi, konsisten dan konsekuen, 3. Ada menerapkan THK akan terwujud
tidaknya sanksi bagi yang melanggar, kehidupan harmonis yang meliputi
dan 4. Pelaksanaan sanksi secara pembangunan manusia seutuhnya
konsisten, konsekuen dan tanpa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta
pandang bulu. kepada kelestarian lingkungan serta
Terdapat beberapa doktrin mengapa rukun dan damai dengan sesamanya.
seseorang patuh melaksanakan THK telah diaplikasikan di seluruh
kewajiban perpajakannya yaitu : dunia, tentu saja tidak menggunakan
economic models, models istilah bakunya THK, tetapi yang
uncertainly, norms of compliance, the penting bahwa manusia sedunia telah
inertia method. Berbagai bentuk menyadari bahwa kebenaran konsep
perlawanan sebagai bentuk reaksi itu telah terbukti. Dengan Fondasi
ketidakcocokan ataupun THK diharapkan keadilan pajak dan

100
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

kepatuhan akan pajak tercipta dengan bermasyarakat, berbangsa dan


selaras dan seimbang, karena pajak bernegara memperoleh apa yang
itu sendiri diperoleh dari rakyat dan menjadi haknya, sehingga dapat
nantinya akan diperuntukkan untuk melaksanakan kewajibannya.
kepentingan rakyat pula. Menurut Kamus Besar Bahasa
Rumusan Masalah Indonesia, kata keadilan berasal dari
Berdasar latar belakang kata dasar adil. Adil mempunyai arti
penelitian di atas, maka dapat kejujuran, kelurusan, dan keikhlasan
dirumuskan masalah penelitian yang tidak berat sebelah. Dengan
“Apakah dimensi keadilan pajak demikian, keadilan mengandung
berpengaruh terhadap perilaku pengertian sebagai suatu hal yang
kepatuhan wajib pajak badan di KPP tidak berat sebelah atau tidak
Pratama Badung Selatan dalam memihak serta tidak sewenang-
konteks Tri Hita Karana?” wenang, dan berpihak kepada yang
benar.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian b. Teori Kepatuhan (Compliance
ini adalah untuk mengetahui pengaruh Theory)
dimensi keadilan pajak terhadap Menurut Kamus Besar Bahasa
perilaku kepatuhan wajib pajak badan Indonesia, kepatuhan berasal dari kata
di KPP Pratama Badung Selatan patuh, patuh berarti suka menurut
dalam konteks Tri Hita Karana. perintah, taat kepada perintah atau
aturan dan berdisiplin. Kepatuhan
TINJAUAN PUSTAKA berarti sifat patuh, ketaatan, tunduk,
a. Teori Keadilan patuh pada ajaran dan aturan. Teori
Keadilan telah menjadi pokok kepatuhan telah diteliti pada ilmu-
pembicaraan serius sejak awal ilmu sosial khususnya dibidang
munculnya filsafat Yunani. psikologis dan sosiologi yang lebih
Pembicaraan keadilan memiliki menekankan pada pentingnya proses
cakupan yang luas, mulai yang sosialisasi dalam mempengaruhi
bersifat etik, filosofis, hukum, sampai perilaku kepatuhan seorang individu.
pada keadilan sosial. Banyak orang Menurut Tyler, dalam Saleh
berpikir bahwa bertindak adil dan (2004) terdapat dua perspektif dalam
tidak adil tergantung pada kekuatan literatur sosiologi mengenai
yang dimiliki. Untuk menjadi adil kepatuhan kepada hukum, yang
terlihat mudah, tetapi tidak begitu disebut instrumental dan normatif.
halnya penerapannya dalam Perspektif instrumental
kehidupan manusia. Kata keadilan mengasumsikan individu secara utuh
dalam bahasa Inggris adalah justice. didorong oleh kepentingan pribadi
Kata justice memiliki makna secara dan tanggapan terhadap perubahan-
atributif dan sebagai tindakan. Secara perubahan yang berhubungan dengan
atributif justice berarti adil atau fair. perilaku. Perspektif normatif
Sebagai tindakan, justice berarti berhubungan dengan apa yang orang
tindakan menjalankan hukum atau anggap sebagai moral dan berlawanan
tindakan yang menentukan hak atau dengan kepentingan pribadi. Seorang
hukuman. Keadilan juga diartikan individu cenderung mematuhi hukum
sebagai suatu keadaan dimana setiap yang mereka anggap sesuai dan
orang baik dalam kehidupan konsisten dengan norma-norma

101
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

internal mereka. Komitmen normatif perilaku kepatuhan pajak di


melalui moralitas personal (normative masyarakat. Dimensi keadilan pajak
commitment through morality) berarti bahkan diidentifikasikan sebagai
mematuhi hukum karena hukum variabel non ekonomi kunci yang
tersebut dianggap sebagai suatu mempengaruhi tingkat kepatuhan
keharusan, sedangkan komitmen pajak. Namun, Richardson (2006)
normatif melalui legitimasi menemukan bahwa hasil dari
(normative commitment through penelitian-penelitian mengenai
legitimaty) berarti mematuhi pengaruh dimensi keadilan pajak
peraturan karena otoritas penyusun terhadap tingkat kepatuhan pajak ini
hukum tersebut memiliki hak untuk tidak konsisten. Salah satu alasan
mendikte perilaku. utama ketidakkonsistenan hasil ini
adalah sifat multidimensional dari
c. Keadilan Pajak keadilan pajak sebagai variabel
Adil menurut Kamus Besar kepatuhan pajak yang juga
Bahasa Indonesia adalah (1) sama dipengaruhi budaya nasional
berat, tidak berat sebelah, tidak Hofstede.
memihak; (2) berpihak kepada yang Christensen (1994) dalam
benar, berpegang pada kebenaran; dan Azmi dan Perumal (2008)
(3) sepatutnya, tidak sewenang- menyatakan bahwa persepsi keadilan
wenang. Sedangkan keadilan adalah sulit didefinisikan karena empat
sifat (perbuatan atau perlakuan) yang masalah utama: (1) merupakan
adil. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah dimensional; (2) dapat
keadilan pajak adalah sifat (perbuatan didefinisikan pada tingkat individu
atau perlakuan) yang tidak sewenang- maupun pada masyarakat luas; (3)
wenang atau tidak berat sebelah atas keadilan terkait dengan
sistem perpajakan yang berlaku. kompleksitas; dan (4) kurangnya
Persepsi masyarakat mengenai keadilan dapat menjadikan
keadilan sistem perpajakan yang pertimbangan atau menyebabkan
berlaku sangat mempengaruhi ketidakpatuhan.
pelaksanaan perpajakan yang baik di Richardson (2006) melakukan
negara tersebut. Persepsi masyarakat penelitian mengenai dimensi keadilan
ini akan mempengaruhi perilaku pajak sebagai variabel kepatuhan
kepatuhan pajak dan perilaku pajak di Hongkong. Richardson
penghindaran pajak (tax evasions). (2006) meneliti apakah dimensi-
Masyarakat akan cenderung tidak dimensi yang dikembangkan oleh
patuh dan menghindari kewajiban Gerbing (1988) akan mempengaruhi
pajak jika merasa sistem pajak yang tingkat kepatuhan di Hongkong yang
berlaku tidak adil. memiliki budaya yang berbeda
Penelitian yang dengan Amerika Serikat. Richardson
menghubungkan dimensi keadilan (2006) dalam penelitiannya juga
pajak dan tingkat kepatuhan pajak menambahkan satu dimensi baru
oleh Jackson dan Milliron (1986) yaitu, middle income earners tax
serta Richardson dan Sawyer (2001), share/burden. Penambahan dimensi
dalam Richardson (2006), keadilan ini disesuaikan dengan
menunjukkan pentingnya pajak budaya dan sistem perpajakan yang
melekat pada keadilan sebagai sebuah berlaku di Hongkong.
variabel yang dapat mempengaruhi

102
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

d. Tingkat Kepatuhan Pajak 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan


Pajak menurut Pasal 1 UU No. 28 sebagai Wajib Pajak Patuh yang dapat
Tahun 2007 tentang ketentuan umum diberikan pengembalian pendahuluan
dan tata cara perpajakan adalah kelebihan pembayaran pajak apabila
kontribusi wajib kepada negara yang memenuhi semua syarat sebagai
terutang oleh orang pribadi atau berikut:
badan yang bersifat memaksa a. Tepat waktu dalam
berdasarkan undang-undang, dengan menyampaikan Surat
tidak mendapat timbal balik secara Pemberitahuan Tahunan dalam 2
langsung dan digunakan untuk (dua) tahun terakhir.
keperluan negara bagi sebesar- b. Dalam tahun terakhir
besarnya kemakmuran rakyat. penyampaian SPT Masa yang
Berdasarkan definisinya, ciri-ciri terlambat tidak lebih dari 3 (tiga)
pajak antara lain: (1) pajak dipungut masa pajak untuk setiap jenis
berdasarkan undang-undang; (2) pajak dan tidak berturut-turut.
Tidak mendapatkan jasa timbal balik c. SPT Masa yang terlambat ini
(kontraprestasi perseorangan) yang disampaikan tidak lewat dari
dapat ditunjukkan secara langsung; batas waktu penyampaian SPT
(3) Pemungutan pajak diperuntukkan Masa pajak berikutnya.
bagi keperluan pembiayaan umum d. Tidak mempunyai tunggakan
pemerintah dalam rangka Pajak untuk semua jenis pajak:
menjalankan fungsi pemerintahan, (1) kecuali telah memperoleh izin
baik rutin maupun pembangunan; (4) untuk mengangsur atau menunda
Pemungutan pajak dapat dipaksakan; pembayaran pajak; (2) Tidak
dan (5) Berfungsi mengisi anggaran termasuk tunggakan pajak
(budgeter) dan sebagai alat untuk sehubungan dengan SPT yang
mengatur atau melaksanakan diterbitkan untuk 2 (dua) masa
kebijakan negara dalam bidang pajak terakhir.
ekonomi dan sosial (regulasi). e. Tidak pernah dijatuhi hukuman
Lembaga pengelola pajak Di karena melakukan tindak pidana
Badung Selatan adalah Direktorat di bidang perpajakan dalam
Jenderal Pajak yang bernaung di jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
bawah Departemen Keuangan. terakhir.
Undang-undang terbaru yang f. Dalam hal laporan keuangan
mengatur sistem perpajakan di diaudit oleh akuntan publik atau
Indonesia, antara lain Undang- Badan Pengawasan Keuangan
Undang Nomor 28 tahun 2007 dan Pembangunan harus dengan
tentang perubahan ketiga atas pendapat wajar tanpa
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 pengecualian atau dengan
tentang Ketentuan Umum dan Tata pendapat wajar dengan
Cara Perpajakan dan Undang-Undang pengecualian sepanjang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang pengecualian tersebut tidak
Perubahan Keempat atas Undang- mempengaruhi laba rugi fiskal.
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Laporan audit harus: (1) disusun
Pajak Penghasilan. dalam bentuk panjang (long form
Sesuai dengan Keputusan report); (2) menyajikan
Menteri Keuangan Nomor rekonsiliasi laba rugi komersial
235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni dan fiskal.

103
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

yang terdapat dalam Undang-Undang


e. Reformasi Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak bersifat dinamis dan perubahan Keempat Undang-Undang
mengikuti perkembangan kehidupan Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
ekonomi dan sosial. Berbagai Penghasilan.
perbaikan atas sistem perpajakan Peraturan Pemerintah (PP)
dilakukan dalam rangka penyesuaian Nomor 46 Tahun 2013 (yang mulai
atas perubahan kondisi perekonomian berlaku pada tanggal 1 Juli 2013),
dan sosial di masyarakat. Perbaikan merupakan kebijakan yang mengatur
sistem perpajakan berupa mengenai Pajak Penghasilan atas
penyempurnaan kebijakan dan sistem Penghasilan dari Usaha yang
administrasi perpajakan diharapkan Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
dapat mengoptilmalkan potensi yang Memiliki Peredaran Bruto
perpajakan yang tersedia dengan Tertentu. Pada tanggal 13 Juni 2013
menjungjung asas keadilan sosial. lalu, pemerintah menerbitkan
Perubahan mendasar dalam setiap Peraturan Pemerintah No. 46 tahun
aspek perpajakan dapat disebut 2013 (PP 46/2013). Peraturan ini
sebagai reformasi perpajakan. mulai berlaku efektif sejak 1 Juli
Menurut Pandiangan, dalam Sofyan 2013. Dengan diterbitkannya PP
(2006), reformasi perpajakan, yang 46/2013, orang pribadi maupun badan
meliputi: (1) formulasi kebijakan dengan omzet sampai dengan 4,8
dalam bentuk peraturan; dan (2) milyar dalam satu tahun pajak dikenai
pelaksanaan dari peraturan, umumnya pajak final sebesar 1% dari omzet
diarahkan untuk dapat mencapai bulanan.
beberapa sasaran. Pertama,
menghasilkan penerimaan dalam f. Teori Budaya Nasional
jumlah yang cukup, stabil, fleksibel, Hofstede (1980) mendefinisikan
dan berkelanjutan. Kedua, budaya sebagai pemrograman pola
mengurangi beban inefisiensi dan pikir yang secara kolektif
pembebanan berlebihan (excess membedakan anggota suatu kelompok
burden). Ketiga, meringankan beban atau kategori dengan anggota
kelompok kurang mampu dengan kelompok lainnya, yang mengacu
mendesain struktur pajak yang lebih pada pola pikir (thinking), perasaan
adil. Dan keempat, memperkuat (feeling), dan tindakan (action).
administrasi perpajakan dan Kelompok atau kategori yang
meminimalisasi biaya administrasi dimaksud dapat merujuk pada negara,
dan kepatuhan. daerah atau regional di dalam suatu
Salah satu bentuk reformasi negara (within-national) atau di
perpajakan di Indonesia adalah seluruh negara (across-nations), suku
dengan disahkannya Undang-Undang bangsa atau etnis, agama, pekerjaan,
Nomor 36 Tahun 2008 yang organisasi, atau jenis kelamin.
merupakan perubahan keempat dari Definisi budaya yang lebih sederhana
Undang-Undang Nomor 7 Tahun adalah aturan tidak tertulis dari
1983 tentang Pajak Penghasilan. permainan sosial. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun analisis faktor yang dilakukan hampir
2008 ini disahkan pada tanggal 23 di seluruh negara di dunia, termasuk
September 2008 dan mulai berlaku Indonesia, Hofstede (1980)
tanggal 1 Januari 2009. Pokok pikiran mengelompokkan budaya nasional

104
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

menjadi lima dimensi utama yaitu: (1) diimplementasikan. Kombinasi dari


Jarak Kekuasaan (Power Distance), kedua dimensi tersebut menciptakan
(2) Penghindaran Ketidakpastian masyarakat yang berorientasi pada
(Uncertainty Avoidance), (3) hukum, peraturan, dan pengawasan
Individualisme vs Kolektivisme untuk menghindari ketidakpastian,
(Individualism vs Collectivism), (4) sementara ketidaksetaraan kekuasaan
Maskulinitas vs Femininitas dan kekayaan tumbuh di masyarakat
(Masculinity vs Femininity), dan (5) yang ditunjukkan dengan
Orientasi Jangka Panjang vs Jangka kecenderungan mengikuti sistem
Pendek (Long/Short Term kasta.
Orientation)
g. Teori Tri Hita Karana
Di Bali memiliki suatu konsep
Gambar 2.1 kosmologi Tri Hita Karana
Peringkat Dimensi Budaya merupakan falsafah hidup tangguh
Indonesia yang dari dahulu sampai sekarang
masih menjadi fondasi ataupun dasar
penting dalam berpedoman hidup
bermasyarakat. Falsafah tersebut
memiliki konsep yang dapat
melestarikan keanekaragaman budaya
dan lingkungan di tengah hantaman
globalisasi dan homogenisasi. Pada
Sumber: www.geerthofstede.com dasarnya hakikat ajaran Tri Hita
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Karana menekankan tiga hubungan
Indonesia memiliki peringkat dimensi manusia dalam kehidupan di dunia
jarak kekuasaan (power distance/PDI) ini.
dan penghindaran ketidakpastian Ketiga hubungan itu meliputi
(uncertainty avoidance/UAI) yang hubungan dengan sesama manusia,
mendominasi, yaitu peringkat 78 dan hubungan dengan alam sekeliling, dan
48. Tingginya peringkat dimensi jarak hubungan dengan ke Tuhanan yang
kekuasaan ini mengidentifikasikan saling terkait satu sama lain. Setiap
tingginya ketidakseimbangan hubungan memiliki pedoman hidup
kekuasaan dan kekayaan dalam menghargai sesama aspek
masyarakat. Ketidakseimbangan ini sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya
diterima oleh masyarakat sebagai harus seimbang, selaras antara satu
bagian dari budaya Indonesia. dan lainnya. Apabila keseimbangan
Dimensi penghindaran ketidakpastian tercapai, manusia akan hidup dengan
(uncertainty avoidance/UAI) seimbang, tenteram, dan damai.
menunjukkan bahwa Indonesia Istilah Tri Hita Karana pertama kali
memiliki tingkat toleransi muncul pada tanggal 11 Nopember
penghindaran ketidakpastian yang 1966, pada waktu diselenggarakan
rendah, yaitu masyarakat tidak siap Konferensi Daerah l Badan
menerima perubahan dan tingkat Perjuangan Umat Hindu Bali.
resiko yang tinggi. Upaya Konferensi tersebut diadakan
penghindaran ketidakpastian ini berlandaskan kesadaran umat Hindu
ditunjukkan dengan adanya aturan- akan dharmanya, untuk berperan serta
aturan yang ketat, undang-undang, dalam pembangunan bangsa menuju
dan kebijakan yang diadopsi dan

105
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

masyarakat sejahtera, adil dan memanfaatkan alam tanpa


makmur berdasarkan Pancasila. memperhatikan kelestariannya.
Kemudian istilah Tri Hita Karana ini
berkembang, meluas, dan Dengan menerapkan falsafah
memasyarakat. Secara leksikal Tri tersebut diharapkan dapat
Hita Karana berarti tiga penyebab menggantikan pandangan hidup
kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = modern yang lebih mengedepankan
sejahtera, Karana = penyebab). Pada individualisme dan materialisme.
hakikatnya Tri Hita Karana Membudayakan Tri Hita Karana akan
mengandung pengertian tiga dapat memupus pandangan yang
penyebab kesejahteraan itu bersumber mendorong konsumerisme, pertikaian
pada keharmonisan. Tri Hita Karana dan gejolak. Dengan menerapkan Tri
populer dengan istilah sebagai Hita Karana secara mantap, kreatif
berikut: dan dinamis akan terwujudlah
kehidupan harmonis yang meliputi
a. Parhyangan merupakan pembangunan manusia seutuhnya
hubungan yang harmonis antara terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta
manusia dengan Tuhan, dalam kepada kelestarian lingkungan serta
hal ini manusia diharapkan rukun dan damai dengan sesamanya.
memiliki kedekatan bathin Tri Hita Karana telah diaplikasikan di
dengan Tuhan, setiap aktivitas seluruh dunia, dalam berbagai bentuk
didasari oleh semangat aktivitas baik oleh perorangan,
pengabdian pada Tuhan. kelompok, negara bahkan oleh
Manusia menyadari jati dirinya Perserikatan Bangsa – Bangsa. Tentu
sebagai atman atau mahluk saja tidak menggunakan istilah
spiritual yang harus selalu bakunya Tri Hita Karana. Tetapi yang
berhubungan dengan penting bahwa manusia sedunia telah
sumbernya yaitu Tuhan. menyadari bahwa kebenaran konsep
itu telah terbukti, misalnya manusia
b. Pawongan ini merupakan tak akan hidup tentram bila keyakinan
konsep hubungan yang akan adanya kemahakuasaan Tuhan
harmonis antara manusia goyah, manusia juga tidak akan
dengan manusia, sebagai merasa tenteram damai bila terjadi
sesama ciptaan Tuhan yang konflik antar umat manusia baik
memiliki hak dan kewajiban dalam bentuk peperangan maupun
yang sama, dalam hubungan ini aksi-aksi teror, dan manusia juga
diharapkan akan muncul suatu menyadari bahwa apabila ia merusak
ikatan persaudaraan antar alam maka ia akan menjadi korban
sesama manusia yang bersifat bencana alam. Berbagai organisasi
universal bebas dari unsur tingkat regional, nasional, dan
SARA. internasional telah dibentuk untuk
mewujudkan Tri Hita Karana baik
c. Palemahan ini merupakan secara keseluruhan maupun sektoral.
konsep hubungan manusia Kita mengenal adanya WHO, Red
dengan alam, dimana dalam Cross, Green Peace, Dewan
konsep ini manusia diharapkan Keamanan PBB, Pasukan perdamaian
memiliki tanggung jawab pada PBB, dll.
alam dalam mengelola alam
tersebut. Manusia tidak hanya

106
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

Data yang dikumpulkan


METODE PENELITIAN dalam penelitian ini akan diolah dan
a. Jenis dan Sumber Data kemudian dianalisis menggunakan
Jenis data yang digunakan dalam alat bantu perangkat lunak SPSS
penelitian ini adalah data kualitatif (Statistical Package for Social
yang diperoleh dari responden Sciences) dengan berbagai uji
penelitian yang kemudian statistik, yaitu uji instrument dan uji
dikuantitatifkan dengan menggunakan logistic regression.
skala likert 5 point. Sumber data
dalam penelitian ini adalah data HASIL DAN PEMBAHASAN
primer berupa kuesioner yang diisi 1. Uji Instumen Penelitian
oleh sampel yang dipilih secara acak Dari hasil uji validitas (Tabel
(random sampling). Pengisian 3) diperoleh nilai pearson correlation
kuesioner dilakukan oleh pimpinan diatas 0,3 sehinnga dapat disimpulkan
perusahaan yang mewakili wajib bahwa seluruh butir pertanyaan yang
pajak badan. diajukan dinyatakan valid, sedangkan
dari hasil uji reliabilitas (Tabel 4)
b. Metode Penentuan Populasi nilai Cronbach Alpha dari variable
Sampel penelitian lebih besar dari 0,70
Populasi dari penelitian ini sehingga dapat disimpulkan bahwa
adalah Wajib Pajak yang terdaftar instrument penelitian reliabel.
tahun 2014 di KPP Pratama Badung
Selatan. Wajib Pajak terdaftar 2. Uji Logistic Regression
ditandai dengan kepemilikan Nomor a. Uji Hosmer and Lemeshow
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib Test
Pajak di Badung Selatan terbagi Dari hasil uji Hosmer dan
menjadi dua jenis, yaitu Wajib Pajak Lemeshow (Tabel 4) memiliki nilai
Orang Pribadi (WP OP) dan Wajib signifikansi sebesar 0,061 atau lebih
Pajak Badan (WP Badan). Populasi besar dari 0,05. Dapat dikatakan
dalam penelitian ini adalah Wajib bahwa model penelitian yang
Pajak Badan yang terdaftar di KPP digunakan mampu memprediksi nilai
Pratama Badung Selatan yang observasinya atau dapat dikatakan
berjumlah 8.703 perusahaan. Sampel model fit sehingga layak digunakan
dalam penelitian ini adalah WP Badan untuk analisis selanjutnya.
yang dihitung berdasarkan rumus
slovin dari jumlah total WP Badan, b. Uji Overall Model Fit
sehingga sampel penelitian ini Dari hasil pengujian
diambil 99 perusahaan. WP Badan keseluruhan model (overall model fit)
dapat berupa Perseroan Terbatas (PT), (Tabel 4) menunjukkan bahwa nilai
Perusahaan Komanditer (CV), statistik -2 Log Likelihood pada awal
Yayasan, ataupun Organisasi lainnya. (Block Number = 0), yang hanya
c. Responden Penelitian memasukkan konstanta saja adalah
Responden dalam penelitian sebesar 24.408, sedangkan nilai -2
ini wajib pajak badan yang terdaftar Log Likelihood pada akhir (Block
di KPP Pratama Badung Selatan yang Number = 1) turun menjadi 13.126,
terdiri dari 99 orang. atau terjadi penurunan nilai sebesar
d. Metode Analisis Data 11.282 dan signifikansi sebesar 0,046,
yang juga ditunjukkan pada Omnibus

107
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

Tests of Model Coefficients. Jumlah sampel yang memberikan


Penurunan nilai likelihood jawaban patuh (kode 1) sebanyak 63
menunjukkan bahwa model regresi sampel, sedangkan prediksi
yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan 63 sehingga memiliki
baik atau model yang dihipotesiskan ketepatan klasifikasi sebesar 100%.
sudah fit atau sesuai dengan data. Dengan demikian, persentase
ketepatan prediksi secara keseluruhan
c. Uji Nagelkerke R Square adalah 98.5%.
Dari hasil uji pada Tabel 4
Nilai Nagelkerke R Square 3. Pembahasan Hasil Penelitian
menunjukkan nilai 0.508 yang berarti
bahwa sebesar 50,8% variabilitas a. Pengaruh Keadilan Umum
variabel perilaku kepatuhan pajak (General Fairness) terhadap
dapat dijelaskan oleh variabel Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak
keadilan umum (general fairness), Badan
variabel timbal balik pemerintah Taraf signifikansi untuk
(exchanges with government), variabel keadilan umum (general
variabel kepentingan pribadi (self fairness) adalah sebesar 0,028. Nilai
interest), variabel ketentuan- tersebut di bawah 0,05 sehingga
ketentuan khusus (special provisions), diinterpretasikan bahwa variabel
dan variabel struktur tarif pajak (tax keadilan umum (general fairness)
rate structure), sedangkan sisanya mempunyai pengaruh yang signifikan
sebesar 49,2% dijelaskan oleh terhadap tingkat kepatuhan wajib
variabel-variabel lain diluar model pajak badan. Dengan demikian
penelitian ini. hipotesis pertama (H1) yang
menyatakan keadilan umum (general
d. Uji Multikolinearitas fairness) berpengaruh positif
Tabel 4 uji multikolinearitas signifikan terhadap perilaku
menunjukkan bahwa tidak terdapat kepatuhan wajib pajak badan
hubungan antara variabel bebas diterima. Wajib Pajak Badan
dengan nilai lebih dari 0,8. Dengan menganggap bahwa sistem
demikian dapat disimpulkan bahwa perpajakan dan pendistribusian pajak
antara variabel bebas dalam penelitian secara umum telah adil, sehingga
ini tidak terdapat multikolinearitas. mempengaruhi perilaku kepatuhan
pajaknya. Dengan demikian
e. Uji Hipotesis pengujian ini sesuai dengan penelitian
Pada Tabel 4 tersebut yang dilakukan oleh Richardson
dijelaskan bahwa berdasarkan 66 (2006) serta Azmi dan Perumal
sampel yang diteliti, terdapat 3 (2008) yang menyatakan bahwa
sampel memberikan jawaban tidak dimensi keadilan umum (general
patuh dan 63 sampel yang fairness) berpengaruh signifikan pada
memberikan jawaban patuh. Jumlah perilaku kepatuhan pajak di
sampel yang memberikan jawaban Hongkong dan Malaysia. Namun
patuh (kode 0) adalah 3 sampel, hasil pengujian ini berbeda dengan
sedangkan hasil prediksi penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan terdapat 2 sampel Andarini Pris K (2010) yang
sehingga memiliki ketepatan menyatakan bahwa dimensi keadilan
klasifikasi sebesar 66.7% (2/3). umum (general fairness) tidak

108
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

berpengaruh signifikan pada perilaku signifikan pada perilaku kepatuhan


kepatuhan pajak di Indonesia. pajak di Hongkong. Namun hasil
pengujian ini sesuai dengan penelitian
2) Pengaruh Timbal Balik yang dilakukan oleh Azmi dan
Pemerintah (Exchanges with Perumal (2008), serta Andarini (2010)
Government) terhadap Perilaku yang menyatakan bahwa dimensi
Kepatuhan Wajib Pajak Badan timbal balik pemerintah tidak
Taraf signifikansi untuk berpengaruh signifikan pada perilaku
variabel timbal balik pemerintah kepatuhan pajak di Malaysia dan
(exchanges with government) adalah Indonesia.
sebesar 0,109. Nilai tersebut di atas
0,05 sehingga diinterpretasikan 3) Pengaruh Kepentingan Pribadi
bahwa variabel timbal balik (Self Interest) terhadap Tingkat
pemerintah (exchanges with Kepatuhan Wajib Pajak Badan
government) tidak mempunyai Taraf signifikansi untuk
pengaruh yang signifikan terhadap variabel kepentingan pribadi (self
tingkat kepatuhan wajib pajak badan. interest) adalah sebesar 0,635. Nilai
Dengan demikian hipotesis kedua tersebut di atas 0,05 sehingga
(H2) yang menyatakan timbal diinterpretasikan bahwa variabel
pemerintah (exchanges with kepentingan pribadi (self interest)
government) berpengaruh positif tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku signifikan terhadap tingkat kepatuhan
kepatuhan wajib pajak badan ditolak. wajib pajak badan. Dengan demikian
Timbal balik yang diberikan hipotesis ketiga (H3) yang
pemerintah sebagai kompensasi menyatakan kepentingan pribadi (self
pembayaran pajak merupakan timbal interest) berpengaruh positif
balik yang diberikan secara tidak signifikan terhadap perilaku
langsung sehingga Wajib Pajak kepatuhan wajib pajak badan ditolak.
Badan tidak dapat merasakan Kepentingan pribadi Wajib Pajak
manfaatnya secara menyeluruh. Nilai Badan tidak dapat menjadi tolak ukur
manfaat atas timbal balik pemerintah perilaku kepatuhan pajak. Hal ini
atas pembayaran pajak ini tidak dikarenakan meskipun pajak yang
menjadi alasan Wajib Pajak Badan mereka bayar lebih tinggi maupun
untuk patuh dalam membayar pajak. tidak, Wajib Pajak badan akan tetap
Dengan kata lain, perilaku kepatuhan membayarkan pajak penghasilannya.
pajak tidak dipengaruhi oleh perasaan Peraturan-peraturan pajak yang
adil Wajib Pajak Badan atas timbal mengikat lebih menjadi pertimbangan
balik yang diberikan pemerintah. dalam membayarkan pajak.
Wajib Pajak Badan akan tetap Kemungkinan sanksi yang mereka
membayar pajak penghasilannya terima akan menjadi perhatian lebih
meskipun mereka merasa adil atau dibandingkan hanya
pun tidak dengan timbal balik yang mempertimbangkan apakah
diberikan pemerintah. Dengan kepentingan mereka dapat terpenuhi
demikian pengujian ini tidak sesuai dengan membayar pajak penghasilan.
dengan penelitian yang dilakukan Hasil pengujian ini sesuai dengan
oleh Richardson (2006) yang penelitian yang dilakukan oleh
menyatakan bahwa dimensi timbal Richardson (2006), dan Andarini
balik pemerintah berpengaruh (2010) yang menyatakan bahwa

109
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

kepentingan pribadi tidak menyatakan bahwa ketentuan-


berpengaruh signifikan di Hongkong ketentuan khusus tidak berpengaruh
dan Indonesia. signifikan terhadap perilaku
kepatuhan pajak di Hongkong,
4) Pengaruh Ketentuan-Ketentuan Malaysia dan Indonesia.
Khusus (Special Provissions)
terhadap Tingkat Kepatuhan 5) Pengaruh Struktur Tarif Pajak
Wajib Pajak Badan (Tax Rate Structure) terhadap
Taraf signifikansi untuk Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
variabel ketentuan-ketentuan khusus Badan
(special provisions) adalah sebesar Taraf signifikansi untuk
0,978. Nilai tersebut di atas 0,05 variabel struktur tarif pajak (tax rate
sehingga diinterpretasikan bahwa structure) adalah sebesar 0,936. Nilai
variabel ketentuan-ketentuan khusus tersebut di atas 0,05 sehingga
(special provisions) tidak mempunyai diinterpretasikan bahwa variabel
pengaruh yang signifikan terhadap struktur tarif pajak (tax rate structure)
tingkat kepatuhan wajib pajak badan. tidak mempunyai pengaruh yang
Dengan demikian hipotesis keempat signifikan terhadap tingkat kepatuhan
(H4) yang menyatakan ketentuan- wajib pajak badan. Dengan demikian
ketentuan khusus (special provisions) hipotesis kelima (H5) yang
berpengaruh positif signifikan menyatakan struktur tarif pajak (tax
terhadap perilaku kepatuhan wajib rate structure) berpengaruh positif
pajak badan ditolak. Adanya signifikan terhadap perilaku
ketentuan-ketentuan khusus yang kepatuhan wajib pajak badan ditolak.
meringankan Wajib Pajak Badan Perubahan struktur tarif pajak yang
dalam membayarkan pajak tidak berlaku dari tarif proporsional
mempengaruhi perilaku kepatuhannya menjadi tarif flat tidak menjadi alasan
dalam membayar pajak. Ketentuan- Wajib Pajak badan untuk patuh atau
ketentuan khusus yang dapat tidak dalam membayar pajak. Baik
mengurangi pajak yang dibayarkan tarif pajak dikenakan secara
dirasakan adil oleh Wajib Pajak proporsional maupun flat, Wajib
Badan karena telah memberikan Pajak Badan akan tetap membayarkan
keringanan pada seluruh lapisan pajaknya. Wajib Pajak yang tidak
penghasilan, baik yang patuh tidak terlalu
berpenghasilan kecil (misalnya mempertimbangkan struktur tarif
UMKM) maupun perusahaan besar pajak dalam membayarkan pajak.
(misalnya perusahaan go public). Hasil pengujian ini berbeda dengan
Keputusan Wajib Pajak Badan untuk penelitian yang dilakukan oleh Azmi
membayarkan pajaknya secara tepat dan Perumal (2008) yang menyatakan
waktu bukan karena perasaan adil bahwa struktur tarif pajak
karena adanya keringanan-keringanan berpengaruh signifikan terhadap
tertentu tetapi lebih pada rasa perilaku kepatuhan pajak di Malaysia.
keterikatan mereka pada peraturan Namun pengujian ini sesuai dengan
yang berlaku. Hasil pengujian ini penelitian yang dilakukan oleh
sesuai dengan penelitian yang Richardson (2006), dan Andarini Pris
dilakukan oleh Richardson (2006), K (2010) yang menyatakan bahwa
Azmi dan Perumal (2008), serta struktur tarif pajak tidak berpengaruh
Andarini Pris K (2010) yang signifikan terhadap perilaku

110
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

kepatuhan pajak di Hongkong dan melaporkan pajaknya sehingga


Indonesia. dikenakan sanksi perpajakan dan
bukan dikarenakan keadilan atas
SIMPULAN sistem perpajakan yang berlaku. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini berbeda dengan
dan pembahasan dapat disimpulkan penelitian yang dilakukan Richardson
bahwa hanya satu dimensi keadilan (2006) yang mengungkapkan bahwa
pajak yaitu keadilan umum (general tiga dimensi keadilan pajak memiliki
fairness) yang berpengaruh secara pengaruh yang signifikan terhadap
signifikan terhadap perilaku perilaku kepatuhan pajak di
kepatuhan pajak di KPP Pratama Hongkong, yaitu dimensi keadilan
Badung Selatan. Namun dimensi umum (general fairness), dimensi
keadilan pajak yang lainnya seperti pembebanan pajak pada yang
timbal balik pemerintah (exchanges berpenghasilan menengah (middle
with government), kepentingan income earners tax share/burden),
pribadi (self interest), ketentuan- dan dimensi timbal balik pemerintah
ketentuan khusus (special provisions), (exchanges with government). Hasil
dan struktur tarif pajak (tax rate penelitian ini hampir sama dengan
structure) secara statistik tidak penelitian yang dilakukan oleh
berpengaruh signifikan terhadap Andarini Pris K (2010) yang
perilaku kepatuhan pajak di KPP mengungkapkan bahwa semua dimesi
Pratama Badung Selatan. Keadilan keadilan pajak tidak memiliki
pajak yang dirasakan oleh Wajib pengaruh yang signifikan terhadap
Pajak Badan tidak dapat menentukan perilaku kepatuhan pajak di
apakah mereka akan bersikap patuh Indonesia, akan tetapi hanya ada satu
atau tidak. Peraturan perpajakan yang dimensi keadilan pajak yang
sangat mengikat lebih mendorong berpengaruh signifikan terhadap
Wajib Pajak Badan untuk bersikap perilaku kepatuhan pajak di KPP
patuh dibandingkan rasa keadilan Pratama Badung Selatan yaitu
yang mereka rasakan. Besarnya dimensi keadilan umum (general
sanksi yang mungkin diberikan jika fairness).
Wajib Pajak Badan bersikap tidak
patuh juga menjadi pertimbangan DAFTAR PUSTAKA
Wajib Pajak Badan untuk (1) Armia, Chairuman. 2002.
membayarkan pajaknya tepat waktu. Pengaruh Budaya terhadap
Perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak Efektivitas Organisasi: Dimensi
lebih disebabkan pada faktor-faktor Budaya Hofstede. JAAI, Vol. 6
lainnya, seperti penghitungan pajak No 1. Juni 2002.
ternyata melebihi batas waktu yang (2) Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi
telah ditentukan, kesulitan dalam Analisis Multivariate dengan
menghitung, membayar, maupun Program SPSS. Semarang:
melaporkan pajak, serta kurangnya Badan Penerbit Universitas
pengetahuan mengenai cara Dipenogoro.
menghitung, membayar, maupun (3) Gujarati, Damodar. 2003.
melaporkan pajak. Wajib Pajak Badan Ekometrika Dasar. Erlangga :
yang dianggap tidak patuh Jakarta.
kemungkinan merupakan Wajib Pajak
yang terlambat dalam membayar dan

111
Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya (Evri Wardani, AnikYuesti ,
I Made Sudiartana 99-112 ) Vol 21, No 2 Desember 2015

(4) Sugiyono. 2012. Metode Jenderal Pajak Wajib Pajak


Penelitian Bisnis. Bandung: Besar. Skripsi. Tangerang.
Alfabeta. (13) Sulyanto. 2002. Analisis Data
(5) Hudayati, Ataina. 2002. dalam Aplikasi Pemasaran.
Perkembangan Penelitian Bogor: Penerbit Ghalia
Akuntansi Keperilakuan: Indonesia.
Berbagai Teori dan Pendekatan (14) Pris K, Andarini. 2010, Dampak
yang Melandasi. JAAI, Vol. 6, Dimensi Keadilan Pajak
No 2. terhadap Tingkat Kepatuhan
(6) Putrah, Bawantu. 2013. Tri Hita Wajib Pajak Badan. Skripsi.
Karana dalam Agama Hindu. Semarang: Universitas
Pendidikan Guru Muda Bali. Diponegoro.
(7) Azmi, Anna A. Che and Kamala (15) Rini, Indah. 2008. Analisis
A. Perumal. 2008. Tax Fairness Pengaruh Pemeriksaan Pajak
Dimensions in an Asian terhadap Tingkat Kepatuhan
Context: The Malaysian Wajib Pajak Memenuhi
Perspective, International Kewajiban Perpajakan pada
Review of Business Reseach Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Papers, Vol. 4 No. 5 October- Kebayoran Baru Dua. Skripsi.
November 2008 Pp. 11-19. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
(8) Dajan, Anto. 1995. Pengantar dan Ilmu Politik, Universitas
Metode Statistik Jilid I. Jakarta: Indonesia.
LP3ES. (16) Widjaja, Fanky. 2012. Pengaruh
(9) Hofstede, Geert. n.d. Dimensi Keadilan Pajak
Dimensions of National terhadap Kepatuhan Wajib
Cultures. http://geert- Pajak Badan di KPP Pratama
hofstede.com. Diakses tanggal Batu. Jurnal Akuntansi. Jawa
20 Februari 2015. Timur: Unit Teknologi
(10) Japarianto, Edwin. 2006. Informasi STIE
Budaya dan Behavior Intention Malangkucecwara.
Mahasiswa Dalam menilai
Service Quality Universitas
Kristen Petra.
(11) Richardson, Grant. 2006. The
Impact of Tax Fairness
Dimensions on Tax Compliance
Behavior in an Asian
Jurisdiction: The Case of
Hongkong, International Tax
Journal.
(12) Sofyan, Marcus Taufan. 2005.
Pengaruh Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan
Modern terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat

112

You might also like