You are on page 1of 55

TUGAS STUDI KASUS FARMASI INDUSTRI

TABLET DEXAMETHASONE

Dosen Pengampu :

Dr. apt. Iswandi, M.Farm.

Dr. apt. Ilham Kuncahyo, S.Si., M.Sc.

Kelas A2/ Kelompok 1

Nama Anggota :

Bambang Agus Yuliantoro 2120414589

Christa Marthaningsih P 2120414591

Crisnawati Aishiah Nur 2120414592

Elisabeth Siwi Handayani 2120414603

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021

A. PPIC (Planning Production and Inventory Control)


PPIC (Planning Production and Inventory Control) merupakan bagian dari departemen
MM yang menangani perencanaan produksi dan pengaturan sediaan. Tugas dan tanggung jawab
PPIC antara lain:
1. Merencanakan dan memonitor jalannya proses produksi
2. Merencanakan dan mengendalikan pembelian bahan baku, bahan kemas, dan stok obat jadi
3. Sebagai sumber data informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi berdasarkan
forecast marketing, stock distributor, stock finished goods, work in process (WIP) dan
production capacity.
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian/departemen PPIC antara lain:
1. Menerima Original Forecast dari bagian marketing
2. Melakukan ABC analisis berdasarkan kebijakan managemen (management policy) berupa
berapa banyak barang yang akan disimpan di Gudang (inventory policy) dan memerlukan data
forecast dari bagian produksi
3. Membuat perencanaan produksi tahunan (Anually Production Plan) obat jadi, memerlukan
data inventory policy, forecast, penjualan rata-rata, stok di gudang dan distributor WIP (Work
In Process), batch size production, production capacity, produksi dan QC lead time
4. Membuat perencanaan produksi bulanan dan harian memerlukan data penjualan aktual dari
distributor dan update production plan
5. Membuat perencanaan pembelian tahunan (Annually Purchasing Plan) untuk bahan baku dan
bahan kemas, memerlukan data inventory policy, production plan, stok di Gudang, MOQ
(Minimumn Order Quantity), pengadaan dan QC lead time, COGS RM dan PM
6. Membuat MRP (Material Requirement Plan) dan mengeluarkan POR (Purchasing Order
Requisition) yang memerlukan data inventory policy, production plan, stok di gudang, MOQ,
Purchasing dan QC lead time.
B. Formula Tablet Dexamethasone
Formula tablet dexamethasone 0,5 mg untuk kebutuhan 1 batch (6.000.000 tablet)
Bahan Fungsi Komposisi Kebutuhan Total Total
Formula bahan/tablet bahan/batch bahan/batch
(mg) (kg)
Dexamethasone Zat Aktif 0,5 mg 0,5 mg 3.000.000 3
Explotab Bahan 7% 10,5 mg 63.000.000 63
Penghancur
PVP Bahan 5% 7,5 mg 45.000.000 45
Pengikat (0.5-
5%)
Aquadest Pelarut 5% 7,5 mg 45.000.000 45 kg (45 L)
Laktosa Bahan pengisi 80 % 120 mg 720.000.000 720
tablet (65-
85% b/b)
Talk Bahan pelicin 2% 3 mg 18.000.000 18
Mg stearate Lubrikan 1% 1,5 mg 9.000.000 9
(0.25-5%)
Total Berat - 150 mg - - -
tablet

C. Karakteristik dan Alasan Penggunaan Bahan


1. Dexamethasone (Farmakope Indonesia Edisi VI)
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai praktis putih; tidak berbau; stabil di udara. Melebur
pada suhu lebih kurang 250º disertai peruraian.
Kelarutan Agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol;
sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter; praktis tidak larut dalam air.
BM 392,47
Alasan pemilihan bahan Pemilihan deksametasone sebagai zat aktif dikarenakan
deksametason merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang mempunyai efek
anti-inflamasi yang adekuat. Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid sintetik
yang memiliki potensi tinggi sebagai preparat anti-inflamasi. Selain efek anti-inflamasi yang
kuat, deksametason juga memiliki lama kerja yang panjang.

2. Explotab/ Sodium Starch Glucolate (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition)


Pemerian serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, dan mudah mengalir.
Kelarutan Larut sebagian dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air.
Fungsi penghancur 2-8 %.
Alasan pemilihan bahan Explotab dipilih karena merupakan superdisintegrants yang efektif
digunakan dalam pembuatan tablet baik secara granulasi maupun kempa langsung dan
memiliki sifat alir yang baik. Kemampuan Explotab sebagai penghancur sangat baik karena
memiliki kemampuan mengembang yang cukup besar sehingga dapat membantu proses
pecahnya tablet. Explotab dapat menghasilkan waktu hancur yang cepat. Explotab
mempunyai kapasitas pengembangan yang tinggi sehingga sangat efektif dalam
penghancuran tablet. Explotab mempunyai sifat hidrofil artinya mampu meningkatkan
porositas dan pembasahan tablet, sehingga memudahkan penetrasi air melalui pori-pori ke
bagian dalam tablet yang menyebabkan percepatan penghancuran

3. PVP (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition)


Pemerian Serbuk putih atau kekuningan, rasanya pahit dan berbau lemah atau tidak berbau
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform, kelarutan
tergantung BM rata-rata, praktis tidak larut dalam eter.
Titik lebur 150ºC
pH larutan 3-7
Alasan pemilihan bahan Granul dengan bahan pengikat PVP memiliki sifat alir yang baik,
sudut diam yang minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompaktibilitasnya
lebih baik. Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat menghasilkan tablet yang tidak keras,
waktu disintegrasinya cepat sehingga cepat terdisolusi dalam cairan tubuh, terabsorpsi,
setelah itu terdistribusi ke seluruh tubuh serta sirkulasi sistemik dan memberikan efek terapi.
PVP adalah salah satu jenis bahan tambahan yang mudah membentuk kompleks dengan
bahan obat yang sukar larut dalam air seperti deksametason, sehingga dapat meningkatkan
kelarutannya. PVP merupakan bahan tambahan yang digunakan sebagai pengikat karena
memiliki sifat yang inert.

4. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III)


Nama Resmi Aqua Destillata
Nama lain Air suling
Pemerian Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan Larut dengan semua jenis larutan
Alasan pemilihan bahan aquadest digunakan sebagai pembasa yang digunakan untuk
mengembangkan PVP sebagai pengikat pada tablet. Penggunaan air disini membuat tablet
yang dihasilkan menjadi lebih kuat dan tidak gampang rapuh.

5. Laktosa (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition)


Pemerian Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa
sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Alasan pemilihan bahan Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak karena
tidak bereaksi dengan hampir semua zat aktif, baik dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Dalam
proses granulasi basah, harus digunakan laktosa hidrat karena laktosa anhidrat dapat
menyerap lembab sehingga meningkatkan kelembaban tersebut. Formula yang menggunakan
laktosa menunjukkan laju pelepasan zat aktif, granulnya cepat kering dan tidak peka terhadap
variasi perubahan suhu yang akan mempengaruhi kekerasan tablet.
6. Talc (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition)
Pemerian sangat halus, putih hingga keabu-abuan, tanpa rasa, merupakan serbuk kristal yang
sangat mudah menempel pada kulit, dan sangat halus
Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut asam, basa, organik, dan air
Luas Permukaan Spesifik 2,41-2,42 m2/g
Alasan pemilihan bahan talk dapat meningkatkan aliran granul dari hopper ke dalam ailaran
die serta mampu untuk mencegah penempelan tablet pada punch atau die. Talk merupakan
glidan yang baik, karena dapat meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Penggunaan talk sebagai
bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu harganya murah dan mudah
didapat; tidak diabsorpsi secara sistemik sehingga tergolong tidak beracun; dapat berfungsi
sekaligus sebagai bahan pelincir, anti lekat dan bahan pelicin, sehingga efeknya sebagai
bahan pelicin dapat optimal; serta talk dapat mencegah timbulnya noda gelap pada tablet
karena talk dapat terdistribusi lebih homogen sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki
penampilan fisik yang baik.

7. Mg Stearat (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th edition)


Pemerian serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dan dalam eter, sedikit larut
dalam benzene panas dan etanol panas 95%
Alasan Pemilihan Bahan Magnesium Stearat dipilih karena merupakan lubrikan yang baik
sehingga dapat mengurangi fraksi antara permukaan dinding / tepi tablet dengan dinding die
selama kompresi dan ejeksi. Kelebihan magnesium stearat adalah tidak higroskopis, akan
tetapi sifat hidrofobik dari magnesium stearat akan menghalangi proses pecahnya tablet
sehingga obat akan sulit terdispersi dalam medium air. Kombinasi talk dan magnesium
stearat memberikan hasil yang baik pada saat pentabletan. Kedua bahan tersebut juga dapat
berperan sebagai antiadherent, yaitu bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking)
permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah.
D. IPC (In Process Control)
I. Prosedur Pembuatan Tablet
Deksametason

9-Fluoro-11/3 1 7,21- trihidroksi-1 6cs-metilpregna-


1, 4- diena-3,20-dion [50- 02-2]
C22H29F05 BM 392,47
Deksametason mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
C22H29F05, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemilihan metode pembuatan tablet
dexametason menggunakan metode granulasi basah. Metode granulasi basah dapat digunakan
untuk zat aktif yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk, tahan panas, dan
lembab. Dexametason merupakan suatu senyawa yang memiliki sifat alir yang buruk maka
digunakan metode granulasi basah.
Tujuan pembuatan tablet dexamethasone dengan menggunakan metode granulasi basah
supaya dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa dari zat aktif dexamethasone
sehingga didapatkan massa cetak yang lembap yang dapat digranulasi dan menghasilkan tablet
yang tidak rapuh.
Alur granulasi basah tablet deksametason
Penimbangan Bahan (dexametason, explotab,
laktosa, pvp, mg, stearat, talk)
IPC awal (jumlah
penimbangan)

Pencampuran awal (dexamethasone, laktosa, explotab) selama 15-


20 menit kecepatan 50-100 rpm

IPC (homogenitas bahan)


(CV)

Menambahkan pvp yang sudah dilarutkan dengan air 1:1Granulasi


basah

Pengayakan granul basah, dengan ukuran ayakan 14 mesh

Pengeringan granul, menggunakan FdB suhu 40-60 C

Pengayakan granul kering, ukuran ayakan 16 mesh


IPC Mutu Dan Sifat Fisik
Granul ((sifat alir, sudut
diam, kadar air, kadar
Pencampuran akhir, menambahkan talc & mg stearate, selama mampat, keseragaman
3-5 menit, kecepatan 50-100 rpm ukuran).

IPC Mutu Dan Sifat Fisik


Tablet dilakukan setiap 3 Pencetakan tablet
jam (organoleptis,
keseragaman bobot,
keseragaman kandungan,
kekerasan, kerapuhan,
disolusi, waktu hancur,
kadar zat aktif)
IPC jumlah tablet dan
strip, kelengkapan jumlah,
Pengemasan primer informasi obat,
kebocoran, penampilan
kemasan, pelabelan dan
penandaan
IPC jumlah tablet dan
strip, kelengkapan jumlah,
informasi obat, Pengemasan Sekunder
kebocoran,II. penampilan
Tahapan Proses Produksi Tablet.
kemasan, pelabelan dan
penandaan Tahap produksi tablet dexametason menggunakan metode granulasi basah yaitu :
a. Penimbangan bahan yang digunakan
b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
c. Menimbang seluruh bahan yang dibutuhkan
d. Mencampurkan Dexamethasone, Laktosa, dan explotab, dan di aduk ad homogen
e. Menambahkan PVP yang dilarutkan dengan pelarut (Air) untuk mengaktifkan
pengikat kering. Jika pengikat PVP sudah dibuat sebagai cairan kental, maka
langsung tambahkan dalam campuran.
f. Mengayak campuran lembab dengan ayakan No. 14
g. Mengeringkan granul pada suhu 40-600C
h. Kemudian di ayak lagi menggunakan ayakan No. 16
i. Dilakukan proses IPC granul (meliputi kadar air/lembab, kecepatan alir,
kompresibilitas, BJ mampat, distribusi ukuran partikel, dan sifat alir)
j. Menambahkan Mg Stearat dan Talk
k. Granul tersebut di kempa menjadi tablet
l. Dilakukan IPC dan Evaluasi tablet.
m. Pengemasan primer
n. Pengemasan sekunder
III. Alat produksi tablet dexametason
Pada produksi tablet dengan metode granulasi basah di suatu industri menggunakan
beberapa alat- alat skala industri seperti :
a. Penimbangan bahan menggunakan timbangan analitik.
Produsen: Ningbo Saintbond Electronic
Co., Ltd. China

Harga: Rp 2.099.947,44

Power supply: 3,7 kW

Kapasitas maksimal: 100 kg

b. Mencampurkan bahan menggunakan alat Super Mixer V - type effective mixer


Produsen : Jiangying Baoli Mchinery
Manufacturing Co., Ltd.
Negara : Jiangsu, China
Harga : Rp 229.589.760
Power : 4 kW

Rotation speed: 50-3000 r/min

Kapasitas : 40-10000 L

c. Membentuk granul menggunakan mesin granulator


Produsen : Jiangyin Junzhuo Mchinery
Mnufacturing Co., Ltd.
Negara : Jiangsu, China
Harga : Rp 22.985.967
Power : 0,55 kW
Berat : 500 kg
Kapasitas: 500 kg/jam

d. Alat untuk mengayak menggunakan ayakan


Produsen : Xinxiang Hongda
Vibration Equipment Co., Ltd.
Negara : Henan, China
Harga : Rp 11.900.000 – Rp
91.000.000
Power : 1,5 kW
Berat : 350 kg

e. Mengeringkan menggunakan mesin pengering (Fluid Bed Dryer)

Produsen : Sino Pharmaceutical


Equipment Development (Liaoyang)
Co., Ltd.
Negara : China
Harga :Rp 14.262.660 – Rp
1.426.266.000
Power : 15 kW
Berat : 4000 kg
Kapasitas : 400-500 kg/h

f. Mesin pencetak tablet


Produsen : Zhengzhou E.P Machinery Co.,
Ltd.
Negara : Henan, China
Harga : Rp 189.693.378
Power : 7,5 Kw
Berat : 2100 kg

Kapasitas : 25000 pcs/h

g. Pengemasan primer tablet


Pengemas primer (strip) Produsen : Zhejiang LianyuanMachinary
Co., Ltd.

Harga : Rp 228.623.310,00

Kapasitas : 800 pcs/menit

Power supply : 0,75 Kw

IV. In Process Control (IPC).


Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu
untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi
penyebab variasi karakteristik produk dalam proses (CPOB, 2018).
1. Evaluasi Pencampuran awal/IPC Pencampuran awal
a. Uji Homogenitas
Pencampuran bahan menggunakan alat mixer tipe V yang merupakan salah satu
jenis mixer yang biasa dipakai dalam proses pencampuran solid-solid karena memiliki
beberapa keuntungan antara lain bentuk sederhana, mudah dibersihkan dan memiliki
kapasitas yang besar. Faktor yang mempengaruhi kualitas pencampuran adalah
kecepatan putar mixer, waktu pencampuran dan ukuran partikel. Mixer tipe V cukup
efektif digunakan sebagai alat pencampur solid-solid dengan kecepatan mixer 30-60
rpm. Dengan lama pencampuran 3 menit telah cukup memberikan kualitas
pencampuran yang baik, dan semakin lama pencampuran semakin memberikan
peningkatan kualitas pencampuran yaitu dapat di tingkatkan menjadi 3-12 menit
(Rasad M et al 2008). Pencampuran 5-15 menit menunjukkan homogenitas 95% atau
lebih baik. Mesin ini cocok digunakan di industri farmasi skala besar.
SD
Perhitungan homogenitas dengan rumus CV = x 100 %
X rata−rata
b. Evaluasi Granul/ IPC Granul
a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan melihat bentuk, warna, dan mencium bau
dari sediaan yang dihasilkan. Dapat diamati langsung menggunakan indera,
pengamatan dilakukan secara fisik

b. Uji Waktu Alir


Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir
melalui corong. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengalirkan granul melalui
corong yang dilakukan 3 kali pengulangan. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh bentuk,
ukuran, densitas dan gaya gesek partikel serta kondisi percobaan. Kecepatan alir
granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram per detik untuk 100 gram granul.
Alat yang diguanakan : Flow granul tester.

c. Sudut diam
Sudut diam diukur setelah pengujian waktu alir dengan mengukur tinggi (h)
tumpukan granul dan jari-jari (r) dari alas tumpukan, kemudian dihitung sudut
diamnya. Sudut diam dipengaruhi juga oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran
partikel maka kohesivitas partikel semakin tinggi dan akan mengurangi kecepatan alir
sehingga sudut diam yang terbentuk lebih besar. Sudut diam suatu tablet besar maka
sifat alir jelek sedangkan semakin kecil nilai sudut diam maka semakin baik sifat
alirnya. Alat yang digunakan: flow granul tester.
d. Kompresibilitas
Uji kompresibilitas menimbang granul sebanyak 100 gram kemudian
masukkan granul kedalam gelas ukur, lalu berikan ketukan sebanyak 500 kali setelah

dilakukan pemampatan volume granul diukur kembali. Syarat kompresibilitas yang


baik yaitu kurang dari 20%. Alat yang digunakan: jolting volumeter

e. Distribusi ukuran partikel


Ditimbang granul dimasukkan kedalam pengayak bertingkat yang memiliki
panci penampung dan tutup yang sesuai pengayak di getarkan dengan gerakan
selama 15 menit. Tetapkan jumlah persentasi yang tertinggal dalam setiap dasar
ayakan melalui timbangan. Apabila serbuk dapat melewati mesh 60 dan 44 maka
menunjukkan sifat serbuk halus.
Alat yang digunakan : pengayak bertingkat

f. Kandungan lembab
Perhitungan kandungan lembab dilakukan dengan cara menghitung bobot
granul basah dan bobot pada setiap jam pengeringan sehingga diperoleh bobot yang
konstan. Syarat kandungan lembab yang baik ialah 1-5%.
Alat yang digunakan : Moisture analyzer

c. Evaluasi Granul Kering/ IPC Granul Kering


a. Kadar air
Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu granul di hitung sebagai %
berat air yang terkandung dari granul basah. Untuk penetapan kadar air dilakukan
dengan cara menghitung bobot granul awal dan bobot pada setiap jam pengeringan
sehingga diperoleh bobot yang konstan. Syarat kandungan air yang baik ialah 1-5%.
Alat yang digunakan : Moisture analyzer.

d. IPC Pencampuran Akhir


a. LOD/Kadar air
Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu granul di hitung sebagai %
berat air yang terkandung dari granul basah. Untuk penetapan kadar air dilakukan
dengan cara menghitung bobot granul awal dan bobot pada setiap jam pengeringan
sehingga diperoleh bobot yang konstan. Syarat kandungan air yang baik ialah 1-5%.
Alat yang digunakan : Moisture analyzer.
e. Evaluasi Tablet/ IPC Tablet
a. Keseragaman kadar
Larutan induk deksametason BPFI ditentukan panjang gelombangnya pada
spektrofotometri UV-Vis. Fase gerak yang digunakan yaitu air:asetonitril (70:30),
kemudian dibuat kurva kalibrasi dengan menimbang deksametason BPFI yang
dilarutkan dalam metanol:air (1:1) hingga diperoleh beberapa variasi konsentrasi
misalnya 30, 40, 50, 60 dan 70 ppm. Larutan selanjutnya disaring dengan membran
filter dan diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 20 µL deteksi dilakukan pada
panjang gelombang 254 nm. Luas area kromatogram yang diperoleh dibuat kurva
kalibrasi lalu dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasinya.
Tablet atau serbuk campuran bahan ditimbang sesuai dengan berat tablet
dimasukkan dalam labu ukur dan ditambahkan campuran metanol:air (1:1) sampai
garis tanda kemudian di sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit,
bagian bening sampel selanjutnya diambil. Sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC
larutan disonikasi selama 15 menit, disaring dengan membran filter 0,45 µm. Filtrat
kemudian diinjeksikan pada KCKT sebanyak 20 µL dengan kecepatan 1 ml/menit
kemudian dihitung kadarnya (Depkes RI, 2020).

Semakin besar nilai log P suatu senyawa akan cenderung berada pada fase non
polar, yang berarti senyawa tersebut semakin mudah untuk menembus membran
biologis sehingga dapat berikatan dengan reseptor, sedangkan bila log P semakin
kecil senyawa akan cenderung berada fase polar, yang berarti senyawa tersebut
hanya larut dalam cairan tubuh saja dan sulit untuk menembus membran biologis
sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor. Deksametason merupakan obat yang
tergolong pada BCS kelas III dengan kelarutan yang baik dan permeabilitas yang
buruk dengan nilai log P 1,83. Berdasarkan nilai log P dan penggolongan BCS,
diketahui bahwa deksametason berada fase polar, yang akan larut pada penggunaan
pelarut yang polar juga yaitu metanol:air (1:1) sehingga senyawa deksametason
tersebut dapat terbaca pada saat pengujian menggunakan HPLC.

b. Keseragaman bobot
Penetapan keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang secara seksama
20 tablet, menggunakan neraca analitik dengan ketepatan bobot satu per satu dan
dihitung bobot rata-rata tablet serta persen penyimpangan bobot tablet. Tablet tidak
boleh lebih dari 2 yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata pada kolom A dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata pada kolom B.
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

c. Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet merupakan satu-satunya variabel dimensi yang berhubungan
dengan proses. Ketebalan tablet dapat diukur dengan mengunakan jangka sorong.
Ambil 20 tablet kemudian ukur satu per satu tebal dan diameter tablet kemudian
analisa sesuai ketentuan. Kecuali dinyatakan lain ketebalan tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

d. Kekerasan
Penentapan kekerasan tablet dilakukan pada 10 tablet dan tiap tablet diletakkan
dengan posisi tegak lurus pada alat hardness tester. Selanjutnya alat akan menekan
tablet tersebut sampai tablet pecah. Besarnya gaya yang digunakan untuk memecah
tablet menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan Kg, dalam bidang industri
kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet yaitu 4 kg.

e. Kerapuhan
Penetapan kerapuhan dilakukan pada 20 tablet yang telah dibersihkan dari
debu, kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam friabilator diputar selama 4 menit
atau sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm. Tablet yang telah diuji
kerapuhan kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang. Syarat dari uji kerapuhan yait
kurang dari 0,5% - 1%. Adapun perhitungan yang dapat digunakan pada uji
keapuhan yaitu:
W1 = Berat tablet awal
W2 = Berat tablet setelah uji kerapuhan

f. Waktu hancur
Secara acak diambil enam tablet, masing-masing tablet dimasukkan kedalam
alat uji waktu hancur. Kemudian dimasukkan cakram pada tiap tabung. Air bersuhu
(37±2)°C sebanyak 650 mL digunakan sebagai media. Alat uji waktu hancur
dijalankan dan dihitung waktu hancur tablet mulai saat keranjang tercelup sampai
semua tablet hancur sempurna. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
adalah kurang dari menit 15 menit dan bersalut tidak lebih dari 60 menit. Apabila
terdapat 2 tablet tidak hancur sempurna maka pengujian diulang dengan 12 tablet
lainya, syarat yang ditentukan yaitu tidak kurang dari 16 tablet harus hancur
sempurna Alat yang digunakan pada uji waktu hancur yaitu disintegrator tester.
g. Disolusi
Persyaratan Farmakope untuk deksametason tablet yaitu tidak kurang dari 70%
yang tertera pada label larut dalam waktu 45 menit. Tablet diuji dengan alat
dissolution tester dengan padle berbentuk dayung. Media yang digunakan berupa 500
mL larutan HCl 0,1 N dengan kecepatan 100 rpm selama 60 menit dipertahankan
pada suhu 370C. Sampel sebanyak 5 mL diambil dengan pipet volum yang telah
diberi kertas saring pada menit ke 3, 6, 9, 12, 15, 20, 25, 30, 35, 45 dan 60 menit.
Tiap sampel yang diambil diganti dengan HCl 0,1 N bersuhu 370C dengan volume
yang sama sehingga volume medium tetap sama. Kadar dexametason diperiksa pada
spektrofotometri uv-vis ( λ= 240 nm). Profil disolusi kemudian dibandingkan satu
sama lain (Depkes RI, 2020).

f. Pengemasan
Menurut CPOB tahun 2018 Fasilitas pengemasan obat hendaklah didesain secara
khusus dan ditata sedemikian rupa untuk mencegah kecampurbauran atau kontaminasi
silang. Area produksi hendaklah mendapat pencahayaan yang memadai. Kegiatan
pengemasan menurut CPOB 2018 :
 Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai dengan
pemberian label. Bila tidak, hendaklah diterapkan prosedur yang tepat untuk
memastikan agar tidak terjadi kecampurbauran atau salah pemberian label.
 Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.
 Bila menyiapkan program untuk kegiatan pengemasan, hendaklah diberikan
perhatian khusus untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang, kecampurbauran
atau substitusi. Produk yang berbeda tidak boleh dikemas berdekatan kecuali ada
segregasi fisik atau sistem lain yang dapat memberikan jaminan yang sama.
 Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi
produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk
ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta bahan cetak lain yang akan
dipakai adalah benar, pengawasan selama-proses pengemasan rekonsiliasi terhadap
produk ruahan, bahan pengemas cetak dan bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil
akhir pengemasan. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum
dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah
dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets.
 Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan langkah untuk
memastikan bahwa area kerja, jalur pengemasan, mesin pencetakan dan peralatan
lain telah bersih serta bebas dari produk lain, bahan, atau dokumen yang digunakan
sebelumnya, jika tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.
Kesiapan jalur pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat.
 Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah
diperiksa dan diverifikasi kebenaran jumlah, identitas, dan kesesuaiannya terhadap
Prosedur Pengemasan Induk.
Penyelesaikan kegiatan pengemasan menurut CPOB 2018 :
 Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa
dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya sesuai
dengan Prosedur Pengemasan Induk.
 Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan saja yang
boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah
kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut.
 Setelah proses rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas dan produk
ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan
produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang
untuk dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi penandaan
yang jelas.
 Supervisor hendaklah mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan pengemas
dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang. Semua sisa bahan
pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai hendaklah dihitung dan
dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan hendaklah dicatat pada Catatan
Pengemasan Bets.
 Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat jumlah pemakaian neto semua
bahan pengemas dan produk ruahan.
 Tiap penyimpangan hasil yang tidak dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk
memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan mempertimbangkan
bets atau produk lain yang mungkin juga terpengaruh.
 Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di area karantina
produk jadi sambil menunggu pelulusan dari kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
a. Cek IPC pengemasan primer
1. Penampilan
1.1 Nama dan nomor bets produk yang dikemas dapat terlihat dengan jelas.
1.2 Informasi tercetak dalam bentuk huruf timbul yang terlihat jelas, tidak
memudar dan tidak mudah terhapus.
1.3 Memperhatikan tampilan kemasan secara umum
1.4 Memperhatikan kelengkapan kemasan
1.5 Memperhatikan produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah benar
2. Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan menggunakan metilen blue dengan cara sebagai
berikut:
2.1 Strip direndam dalam alat uji kebocoran strip yang berisi cairan metilen
blue selama 2 menit.
2.2 Lihat apakah strip bocor atau tidak dengan membuka strip satu per satu
2.3 Jika terdapat kebocoran maka petugas IPC akan memberitahu operator,
kemudian operator memperbaiki mesin striping (Agoes, 2009).
3. Penandaan
3.1 Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaknya diberi
nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya
3.2 Hendaknya proses pengisian dan penutupan segera disertai dengan
pemberian label.
3.3 Menggunakan label dalam gulungan
3.4 Pemberian penanda bets pada jalur pemasangan label
3.5 Masing-masing produk mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang
berbeda
3.6 Wadah yang digunakan untuk produk yang dikemas hendaknya diberi
tanda yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor bets dan status produk
tersebut.
3.7 Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi
label hendaknya dipisahkan dan diberi penandaan untuk menghindari
ketercampuran.
3.8 Produk yang berasal dari satu bets ditempatkan satu palet.
b. Cek IPC Pengemasan sekunder
1. Penampilan
1.1 Tampilan kemasan secara umum baik
1.2 Informasi pada kemasan tercetak dan dalam bentuk huruf timbul pada
bahan pengemasan hendaknya terlihat jelas, tidak memudar dan tidak
mudah terhapus. (CPOB 2018)
2. Kelengkapan
2.1 Melakukan pengecekan apakah kemasan sudah lengkap atau belum
2.2 Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan cetak
hendaklah diperhatikan sama seperti bahan awal.
2.3 Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan pengemas cetak.
Bahan tersebut hendaklah disimpan di bawah kondisi keamanan yang
memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label
potong dan bahan pengemas cetak lepas lain hendaklah disimpan dan
diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan kecampurbauran.
Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada personel yang berwenang
sesuai prosedur tertulis yang disetujui.
2.4 Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas hendaklah diberi nomor
yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya.
2.5 bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau
obsolet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat.
2.6 Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya satu jenis bahan
pengemas cetak atau bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan
diletakkan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada
sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut. (CPOB
2018)
3. Penandaan
3.1 Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang
memerlukan prakodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal kedaluwarsa
dan informasi lain sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi
dengan ketat pada tiap tahap proses, sejak diterima dari gudang sampai
menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan.
3.2 Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk
prakodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat
dan ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya.
3.3 Proses prakodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah
dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lain. Khusus
untuk proses prakodifikasi secara manual hendaklah diperhatikan untuk
melakukan pemeriksaan kembali dengan interval yang teratur.
3.4 Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi
prakodifikasi hendaklah diperiksa sebelum ditransfer ke area
pengemasan. (CPOB 2018).
BAHAN VENDOR HARGA ($) KETERANGAN VENDOR HARGA ($) KETERANGAN

Dexamethasone Hebei Yaluojia $115 Minimal Order 1 Wuxi Cooperation $100 Minimal order 1 kg
Biological Rp. kg International Rp1.400.000/kg
Technology Co., 1.610.000/kg Trading Co., Ltd.
Ltd (China)
(China)
Explotab Shanghai $85 Minimal order 1 Gujarat Overseas Rp. 275.000/ Minimal order 100
Terppon Rp. kg INC India 100 gram gram
Chemical Co., 1.190.000
Ltd. /kg
PVP Nanjing Yuansen $5 Minimal order 1 Hebei Guanlang $1 Minimal order 1 kg
Thai Biological Rp. kg Biotechnology Rp. 14.000/kg
Technology Co., 70.000/kg Co., Ltd
Ltd
Aquadest Citra Sari Kimia, Rp. Minimal order Multi Kimia Rp. 78.000/20 L Minimal order 20 L
Jakarta Pusat 80.000/20 L 20 L Jakarta Pusat (1 jerigen)
(1 jerigen)
Laktosa Xi'an Norson $2 Minimal Xi'an Jmlai Bio- $8 Minimal order 1 kg
Biotech Co., Ltd. Rp. order 1 kg Tech Co., Ltd Rp. 112.000 / kg
28.000/kg
Magnesium Top Billion New $1,61 Minimal order Shandong Baovi E $3 Minimal order 1 kg
stearat Materials (Guang Rp. 22.260/k 20 kg nergy 5Technolog Rp. 42.000/ kg
zhou) Co., Ltd. g y Co., Ltd

Talk Lingshou County $0,5 Minimal order 1 Shijiazhuang $0,8 Minimal order 1 kg
Guanghui Rp. 7.000 / kg Huabang Mineral Rp. 11.200 / kg
Minerals kg Products Co., Ltd.
Processing Co.,
Ltd.
1. Biaya bahan baku
1 batch 6.000.000 tablet
Bahan Kebutuhan Total Jumlah Harga Total harga Total Rupiah
bahan/tablet bahan/batch (kg) pemesanan ($/kg) ($)
Dexamethasone 0,5 mg 3 3 100 300 Rp. 4.200.000
Explotab 10,5 mg 63 63 85 5355 Rp. 74.970.000
PVP 7,5 mg 45 45 1 45 Rp. 630.000
Aquadest 7,5 mg 45 kg (45 L) 60 L Rp. Rp. 234.000 Rp. 234.000
78.000/20L
Laktosa 120 mg 720 720 2 1440 Rp. 20.160.000
Talk 3 mg 18 18 0,5 9 Rp. 126.000
Mg stearate 1,5 mg 9 9 3 27 Rp. 378.000
Total Rp. 100.698.000

2. Biaya Pengemasan
 Tablet akan dibuat dalam kemasan strip isi 10 tablet 6.000.000/10= 600.000
 10 Strip per paper box 60.000 box
 20 box per carton dus 3.000 kardus
 Brosur  60.000
 Tape
Bahan Harga (Satuan) Jumlah Total Harga

Polyethylene Strip Rp 77.000/rol 40 rol Rp 3.080.000


Aluminium Foil For
@ 3cm x 10cm x 0,5 cm
Drug Packaging
1 rol 100 m

Box Tablet + Print Logo Rp 385/pcs 60.000 box Rp. 23.100.000

@ 5cm x 10 cm x 4 cm

Karton dus + Print Logo Rp 850/pcs 3000 kardus Rp. 2.550.000


Brosur Rp 100/lembar 60.000 lembar Rp. 6.000.000

Tape + custom logo 10.000/rol (1000 cm) 1800 rol Rp. 1.800.000
printing
3 cm x 60.000box

Tape kardus 10.000/rol (1000 cm) 30 rol Rp. 300.000

10 cm x 3000 kardus

Total Rp. 36.830.000

Total Harga Produk (Biaya Bahan baku + pengemas)


= Rp. 100.698.000 + Rp. 36.830.000
= Rp. 137.528.000

3. Machine Hour
JENIS MESIN KW JUML HARGA/ JAM Keterangan
H AH KWH KERJA
MESIN (jam/hari)

Timbangan 3,7 1 1500 5 Mesin dipakai selama 5


jam

Granulator 0,55 1 1500 2 Mesin dipakai selama 2


jam

Super Mixer 4 1 1500 2 Mesin dipakai selama 2


jam

Mesin Ayakan 1,5 1 1500 3 Mesin dipakai selama 2


jam

Pencetak Tablet 7,5 2 1500 8 Mesin dipakai selama 15


hari selama 8 jam

Fluid Bed Dryer 15 1 1500 2 Mesin dipakai selama 2


jam

Mesin Pengemas 0,75 1 1500 3 Mesin dipakai selama 2


tablet jam

Machine cost = Beban listrik x machine hour


= 40,5 x 1500 x 169 jam
= Rp. 10.266.750

4. Man Hour

Man Hour Labor Cost Total Biaya

Man Hour x Gaji per


Pekerja x waktu
jam
14.400.000
= 80 x 12.000 x 15
10 x 8 jam = 80 jam
hari

10 Pekerja
Penimbangan 2 orang
Granulasi dan Pencampuran 2 orang
Pengayakan 1 orang
Pencetakan tablet 2 orang
Pengemasan primer 1 orang
Pengemasan sekunder 1 orang
Pengemasan tersier 1 orang

5. Biaya Lain-lain

Factory expenses Keterangan Biaya

AHU 10 kWh x 1500x 8 jam 120.000

Air 5 kWh x 1500x 8 jam 60.000

Steam 2,5kWh x 1500 x 8 jam 30.000

Total 210.000
Biaya administrative 100.000

Rp. 210.000 x 30 hari = 6.300.000 +100.000 = Rp. 6.400.000

6. Total biaya pembuatan 1 batch


Total Harga Produk (Biaya Bahan baku + pengemas) + Gaji +Machine Cost +
Biaya lain-lain
= Rp. 137.528.000 + Rp. 14.400.000 + Rp. 10.266.750 + Rp. 6.400.000
= Rp. 168.594.750

7. Harga jual
= Rp. 168.594.750 + margin 20% + ppn 10 %
= Rp. 168.594.750 + 33.718.950 + 16.859.475 (6.000.000 tablet)
= Rp. 219.173.175 (6.000.000 tablet )
= Rp. 37 / tab
= Rp. 370 / strip
= Rp. 3700 / box

8. Produk pembanding

Harga per tablet Rp. 340, Per Strip Rp. 3400

Harga per tablet Rp. 37 , per strip Rp. 370


BAB III
IPC (IN PROCESS CONTROL)
A. Pengertian IPC
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial untuk menjamin konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi
produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan kesehatan atau memelihara
kesehatan. CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar serta spesifikasi produk. CPOB mencakup
produksi dan pengawasan mutu (Badan POM, 2006).
Menurut Badan POM tentang CPOB (2006), aspek yang saling berkaitan untuk membangun
manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu
produk. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan tujuan pemakaiannya.
Oleh karena itu pengawasan selama proses (in-process control) produksi sangat perlu dilakukan
untuk menjaga kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat.
Kondisi selama proses produksi tersebut harus dikendalikan dengan hati-hati untuk
memastikan kualitas produk. Setiap proses berbeda dan membutuhkan perhatian secara rinci.
Sterilisasi, fermentasi, ekstraksi, netralisasi, penyaringan, pengeringan beku, dan pengadukan
adalah proses khas yang ditemukan dalam industri (HP, 1997).
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang penting
dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat,
prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode
yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses
produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.
Tujuan IPC untuk memastikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, mengetahui sedini
mungkin bila terjadi masalah sehingga lebih mudah diawasi dan lebih efisien dan efektif,
pengendalian mutu produk antara, ruahan dan produk jadi, pemeriksaan barang kembalian dari
distributor, pemeriksaan ulang pada retained sample,dan memonitor stabilitas.
B. IPC dalam pemeriksaan bahan baku
1. Pemerikaan bahan tambahan pembuatan tablet dengan spektrofotometri IR
Pemeriksaan masing-masing bahan baku pembuatan tablet dilakukan dengan
mencampurkan masing-masing bahan baku dengan KBr. Perbandingan yang digunakan sebesar
3 mg masing-masing bahan baku dengan 300 mg KBr. Kemudian meletakkan hasil campuran ke
dalam alat pompa hidrolik. Tekan dengan tekanan 3 ton sehingga terbentuk pellet. Melakukan
analisis pellet menggunakan alat spektroskopi FTIR. Hasil spektra bahan baku dibandingkan
dengan spektra murni/standar untuk mengkonfirmasi apakah bahan baku yang digunakan sesuai.
2. Penetapan Kadar Deksametason dengan KCKT
Fase gerak buat campuran air-asetonitril P (lebih kurang 7:3). Larutan baku Timbang
saksama sejumlah Deksametason BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 7,5
mg per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji setara dengan lebih kurang 30 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam lebih kurang 75 ml Fase gerak. Jika
perlu sonikasikan selama 2 menit atau hingga padatan terdispersi seluruhnya, kemudian kocok
secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Jika perlu saring
melalui kertas saring 0,7 μm. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor
ultraviolet 254 nm dan kolom 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7, dengan tekanan lebih
kurang 1000 Psi. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi
kolom tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,5
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Prosedur Suntikkan
secara terpisah masing-masing sejumlah volume sama (antara 15 µl dan 30 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg deksametason, C22H29FO5, dalam zat yang digunakan dengan rumus:

100C ( rurs )
C adalah kadar deksametason dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak deksametason dari Larutan uji dan Larutan baku.

C. IPC dalam proses produksi Tablet


1. Penimbangan Bahan
- Penimbangan dilakukan oleh 2 orang dari personalia produksi, dimana satu orang
menimbang bahan dan satu orang lainya mengawasi/mengecek kebenaran
penimbangan
- IPC melakukan pemeriksaaan kebersihan ruang penimbangan (lantai, dinding, dan
langit-langit) timbangan, peralatan penimbangan, wadah untuk menimbang, dan
wadah bahan baku yang akan ditimbang. Bagian IPC  akan memastikan bahwa ruang
penimbangan bebas dari material pengotor , terutama debu dan material lain.
- IPC melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa timbangan yang sudah
dipasang dengan benar dan sudah dikalibrasi juga
- IPC memeriksa kelengkapan pakaian operator penimbangan
- IPC melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik bahan yang akan di timbang
(kebersihan dan keutuhan) dan memastikan label pada bahan baku yang akan
ditimbang (nama bahan baku, nomor analisa, tanggal kedaluwarsa, status
“diluluskan” dari bagian QC)
- IPC melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik raw material (kebersihan dan
keutuhan) dan memastikan label yang terpasang pada bahan baku yang akan
ditimbang yang memuat nama bahan baku, nomor analisa, tanggal kedaluwarsa,
status “diluluskan” dari bagian QC, dan jadwal re-test bahan awal yang
bersangkutan
- Setelah ditimbang dilakuakn IPC penempelan label pada produk yang telah
ditimbang. Label berisikan nama, tanggal, jumlah, tanggal ED dan paraf personalia
yang menimbang.
- Setelah penimbangan selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebersihan wadah
dan tutup bahan awal yang telah ditimbang dan pengecekan berat penimbangan
masing-masing bahan awal.
2. Pencampuran
Pencanpuran bahan berdasarkan CPOB 2018 dimana titik kritis dalam pencampuran
adalah waktu, kecepatan dan suhu, dimana IPC pada proses pencampuran adalah:
 Waktu : Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran bahan (kecuali lubrikan dan glidan)
adalah 15 menit, waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran lubrikan dan glidan adalah
2-5 menit.
 Suhu : Suhu pada pencampuran dikontrol secara berkala agar tidak terjadi kerusakan pada
nitrogliserin, suhu yang dikehendaki adalah suhu kamar (20 – 25°C)
 Kecepatan pencampuran : Dilakukan pencampuran dengan mesin yang telah di kalibrasi
dengan kecepatan 3000 rpm
 Homogenitas : parameter homogenitas sangat penting dalam sebuah pencampuran atau
pengadukan. Hal ini dilakukan dengan cara dilakukan sampling pada 9 titik yaitu 3 titik
dibagian atas, 3titik di bagian tengah dan 3 titik di bagian paling bawah campuran.
Dimana masing masing titik tersebut pada posisi (pojok kanan, pojok kiri dan bagian
tengah) yang dilakukan 3 kali replikasi. Setelah pengambilan sampel kemudian dilakukan
penentuan kadar dengan alat HPLC dan hasil tidak lebih dari 3% penyimpangannya ( M.
Fitrul, 2018)
3. Pengempaan
IPC pada proses pengempaan terdapat titik kritis berupa dimensi yang sesuai ( dilakukan
pada uji granul) dan titik kritis selanjutnya adalah keseragaman sediaan, waktu hancur, kekerasan
tablet, dan kerapuhan.
a. Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif
dalam satuan sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dan dua
metode, yaitu Keragaman bobot dan Keseragaman kandungan. Keseragaman
sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang
atau sama dengan L1%. Jika nilai penenimaan lebih besar dan L1%, lakukan
pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penenimaan. Memenuhi
syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan
L1% dan tidak ada satu unitpun kurang dan [1 - (0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun
lebih dan [1 + (0,01)(L2)]M sepenti tertera pada Perhitungan nilai penerimaan dalam
Keseragaman kandungan atau Keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain Li adalah
15,0 dan L2 adalah 25,0.

 Keseragaman Bobot
Uji Keragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut:
 Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak;
 Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan sediaan padat steril) yang dikemas
dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung zat tambahan aktif atauinaktif
 Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah dosis
tunggal, dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif, yang disiapkan dari
larutan asal dan dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan pada etiket
dicantumkan metode pembuatan; dan
 Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut selaput, mengandung zat aktif
25 mg atau Iebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot, satuan sediaan
atau dalam kasus kapsul keras, kandungan kapsul, kecuali keseragaman dari zat
aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih kecil memenuhi persyaratan
keseragaman kandungan.
Cara kerja:
Ambil tidak kurang dari 30 sediaan. Timbang saksama 10 tablet satu per satu.
Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dan
jumlah yang tertera pada etiket dari hasil Penetapan kadar masing-masing tablet.
Hitung nilai penenimaan seperti pada uji Keseragaman kandungan, kecuali
kandungan masing-masing satuan diganti dengan perkiraan kandungan masing-
masing sebagai berikut:

b. Waktu Hancur
Uji waktu hancur dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dmnyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk
pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas
di antara periode pelepasan tersebut.
Masukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang, jika dinyatakan
masukkan 1 cakram pada tiap tabung. Jalankan alat, gunakan air bensuhu 37°±2°
sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain (cairan saliva) dalam
masing-masing monografi (tidak lebih dan 2 menit). Pada akhir batas waktu tidak
lebih dan 2 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempuma, ulangi pengujian
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
c. Kekerasan
Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal. Pemutaran
dihentikan sampai tablet pecah atau hancur. Skala yang terbaca pada saat tablet
pecah atau hancur menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg. Kekuatan
minimum dalam bidang farmasi yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg (Ansel, 2008).
Menurut FI III :  Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.
Kekerasan tablet ini berat hubungannya dengan ketebalan
tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet
Menurut FI IV :  Masing-masing 10 tablet dari tiap batch diukur kekerasannya
dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Menurut USP 32 : Kekerasan untuk tablet kompresi adalah 5 sampai 8 kg.
Floating tablet aspirin ini di gunakan kekerasan 6-8 kg dengan alat ERWEKA,
Germany.
d. Kerapuhan
Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan dengan aspirator, lalu ditimbang seksama
pada neraca analitik, kemudian dimasukkan dalam friability tester tester. Pengujian
dilakukan selama empat menit atau sebanyak 100 putaran. Tablet dikeluarkan dari
alat, lalu dibebasdebukan lagi, kemudian ditimbang. Kerapuhan tablet dinyatakan
dalam selisih berat tablet sebelum dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula
dikalikan 100%. Uji kerapuhan dengan menggunakan alat Monsanto hardness tester.
4. Proses Pengemasan
Menurut CPOB 2018 ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi, beberapa aturan
yang ada dalam CPOB 2018 terkait pengemasan adalah :
a. Setelah dilakukan pengemasan hendaklah disertai dengan penempelan label agar
menghindari dari ketercampuran, dan apabila tidak ditempel label sebaiknya
dipastikan dengan alur pengemasan yang baik.
b. Proses pengemasan dilakukan dengan pengendalian agar mutu dan kualitas produk
tetap terjaga
c. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan langkah untuk
memastikan bahwa area kerja, jalur pengemasan, mesin pencetakan dan peralatan
lain telah bersih serta bebas dari produk lain, bahan, atau dokumen yang digunakan
sebelumnya, jika tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.
Kesiapan jalur pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat.
d. Informasi tercetak dan dalam bentuk huruf timbul pada bahan pengemas hendaklah
terlihat jelas, tidak memudar dan tidak mudah terhapus.
e. Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses pengemasan hendaklah meliputi
paling sedikit hal-hal sebagai berikut:
- tampilan kemasan secara umum;
- apakah kemasan sudah lengkap;
- apakah produk dan bahan pengemas yang dipakai sudah benar;
- apakah prakodifikasi sudah benar
- apakah monitor pada jalur sudah berfungsi dengan benar
 IPC Pengemasan Primer
Dengan memperhatikan beberapa IPC antara lain adalah :
1. Uji kebocoran
Uji kebocoran blister dengan menggunakan sistem vakum dan methylen blue
2. Tes Penampilan
Mengecek penampilannya ada yang cacat/tidak secara visual. Pemeriksaan sifat fisik
tablet dilakukan dengan mengamati penampilan fisik tablet yang dihasilkan, dimana tidak
terjadi capping, cracking, picking yang menandakan adanya kerusakan tablet. Selain itu
dilihat bentuk, warna, dan wadah kemasan.
3. Tes penandaan
Semua wadah raw material harus diberikan penandaan yang jelas seperti nama, kode
material, nomor lot, kondisi suhu penyimpanan, berat material dan status materia.
 Pengemasan Sekunder
Dengan memperhatikan beberapa IPC antara lain adalah :
1. Penampilan
Melihat penampilan secara fisik dari kemasan sekunder dan tersier dari sediaan.
2. Kelengkapan
Dilihat tentang pengemasan produk yang sudah dikemas hendaklah diperiksa untuk
memastikan bahwa obat tersebut sesuai dengan persyaratan pada proses induk. Hanya
produk dengan batch yang sama yang dapat disusun dalam 1 plat. Apabila dalam 1 box
masih terdapat sisa ( tidak penuh maka dilakukan penandaan dan tidak boleh di capur
dengan produk dengan nomor batch lain.
3. Penandaan
Memeriksa dan mengechek kembali nomor batch, lot dan kesesuaian barang dengan isi
sesuai dengan yang tertera pada label kemasan, Ed dan nomor-nomor ijin lainnya.

5. Produk Jadi
Dengan memperhatikan beberapa IPC antara lain adalah :
1. Penampilan
Melihat penampilan secara fisik dari kemasan sekunder dan tersier dari sediaan.
2. Kelengkapan
Dilihat tentang pengemasan produk yang sudah dikemas hendaklah diperiksa untuk
memastikan bahwa obat tersebut sesuai dengan persyaratan pada proses induk. Hanya
produk dengan batch yang sama yang dapat disusun dalam 1 plat. Apabila dalam 1 box
masih terdapat sisa ( tidak penuh maka dilakukan penandaan dan tidak boleh di capur
dengan produk dengan nomor batch lain.
3. Penandaan
Memeriksa dan mengechek kembali nomor batch, lot dan kesesuaian barang dengan isi
sesuai dengan yang tertera pada label kemasan, Ed dan nomor-nomor ijin lainnya.

E. Validasi Proses
Validasi proses dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Validasi prospektif
Validasi Prospektif adalah validasi dengan pendekatan untuk produk baru. Pendekatan
validasi prospektif ini sebaiknya dilakukan sebelum distribusi komersial dari produk. Jumlah
bets yang digunakan untuk validasi prosepektif adalah 3 bets berurutan tanpa ada perubahan
pada komposisi, tahapan proses produksi, dan mesin yang digunakan.

2. Validasi Konkuren
Validasi yang dilakukan untuk produk yang telah berjalan proses produksinya dan telah
di pasarkan tetapi belum dilakukan validasi prospektif terlebih dahulu. Validasi Konkuren juga
dilakukan untuk proses produksi yang telah mengalami perubahan atau modifikasi, misalnya
terjadi perubahan komposisi, perubahan mesin yang digunakan pada proses produksi, perubahan
ukuran bets dsb. Validasi Konkuren juga dapat diterapkan jika data replikasi produksi yang
sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets yang diproduksi terbatas, misalnya dalam satu
tahun hanya terdapat 1 bets produksi.

3. Validasi Retrospektif
Validasi Retrospektif adalah validasi yang dilakukan untuk produk yang proses
produksinya sudah tidak berjalan tetapi produk tersebut masih beredar dipasaran, sehingga
pengambilan data pada proses produksi secara langsung tidak dapat dilakukan. Jumlah bets yang
digunakan untuk validasi retrospektif hendaknya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses.

No Langkah produksi Pengambilan sampel Parameter pengujian


1. Pencampuran awal Pengambilan sampel dilakukan dari Homogenitas campuran
3 titik dalam mesin super mixer Keseragaman kadar zat
sebelum granulasi basah, yaitu kiri
atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
2. Pengeringan Pengambilan sampel dilakkan dari Kadar air
3 titik dalam fluid bed dryer,yaitu Rendemen
kiri atas, tengah dan kanan bawah.
Pengambilan masing-masing
sampel sebanyak 10 gram dan
kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic kemudian tutup
rapat
3. Pencampuran akhir Pengambilan sampel dilakukan dari Keseragaman zat aktif
3 titik dalam drum mixer,yaitu kiri Ukuran partikel
atas, tengah dan kanan bawah. Densitas
Pengambilan masing-masing Kadar air
sampel sebanyak 20 gram dan Kandungan lembab
kemudian dimasukkan dalam Granul
kantong plastic kemudian tutup Kecepatan aliran granul
rapat Profil pemampatan
4. Pencetakan Pengambilan sampel dilakukan dari Pemerian tablet
3 titik dalam,yaitu kiri awal, tengah Dimensi tablet
dan akhir selama proses percetakan. Keeragaman bobot
Pengambilan masing-masing Kekerasan
sampel sebanyak 50 tablet dan Kerapuhan
kemudian dimasukkan dalam Waktu hanur
kantong plastic kemudian tutup Disolusi
rapat Kadar zat akfit
Dimensi tablet
Fiabilitas
keseragaman

F. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan adalah salah satu validasi yang ada di Industri Farmasi dan juga
dipersyaratkan oleh CPOB. Validasi ini untuk mencegah kemungkinan kontaminasi dan
kontaminasi silang dari bahan baku ataupun produk serta untuk membuktikan bahwa prosedur
yang ditetapkan untuk membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer
mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses pencucian
dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang dapat diterima.
Perlunya prosedur validasi pembersihan karena:

1. Peralatan yang digunakan untuk produksi, dipakai untuk berbagai macam produk,
sehingga sangat berisiko terjadi kontaminasi silang (cross contamination)
2. Dengan semakin canggihnya mesin dan teknologi pengolahan atau pengemasan, semakin
menambah luasnya area kontak antara bahan obat dengan permukaan mesin.
3. Semakin meningkatnya tuntutan c-GMP.

Pengamatan dan pengujian dilakukan terhadap:

 Pengamatan secara visual kebersihan permukaan alat yang kontak langsung dengan
produk
 Kualitas air bilasan akhir
 Residu yang diambil secara usap dan / atau bilas
 Cemaran mikroba pada permukaan alat yang kontak dengan produk.

1. Metode Apus (swab sampling method)

 Prinsip: Residu diperoleh dengan mengapus (swab) langsung pada permukaan


alat/ruangan yang kontak dengan produk. Hasil swab dianalisis untuk kandungan residu
setelah melalui proses ekstraksi atau untuk kandungan mikro-organisme setelah melalui
kultur mikroba dan inkubasi.
 Merupakan metode pengambilan sampel dengan cara menggunakan bahan apus (swab
material) yang dibasahi dengan pelarut yang langsung dapat menyerap residu dari
permukaan alat.
 Bahan yang digunakan untuk sampling harus kompatibel dengan solvent dan metode
analisanya.
 Tidak ada sisa-sisa serat yang mengganggu analisa.
 Ukuran material harus disesuaikan dengan area sampling

     Sedangkan bahan pelarut (solvent), harus :

 Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa.


 Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji.
 Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/ uji perolehan kembali
(recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya.

Kelebihan :

 Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari permukaan secara
fisik.
 Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga memungkinkan
evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu setiap
(permukaaan)

G. Validasi Metode
1. Selektifitas atau spesifitas
Selektifitas atau spesifitas merupakan kemampuan dari metode untuk mendeteksi dan
menganalisa analit dalam sebuah matriks tanpa gangguan dari komponen lain yang berada dalam
matriks tersebut (Ahuja dan Rasmussen, 2007). Spesifitas juga dapat diperoleh melalui preparasi
sampel, contohnya dengan derivatisasi, ekstraksi, presipitasi, adsorpsi, dan lain sebagainya
(Ermer dan Miller 2005).
Spesifitas dapat ditentukan melalui perhitungan resolusi dengan rumus :
Rs =

Dimana:
t2 = waktu retensi puncak kedua
t1 = waktu retensi puncakpertama
W0,5(1) = lebar puncak pertama pada setengah tinggi puncak
W0,5(2) = lebar puncak kedua pada setengah tinggi puncak (Snyder, dkk,2010).

Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan
puncak yang baik (base line resolution) (Snyder dkk., 2010).
2. Linearitas
Linearitas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara
respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian
akan ditemukan regresi linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x=konsentrasi;
y=respon, a=intersep y yang sebenarnya dan b=slope yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya
regresi ini adalah untuk menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan nilai yang diprediksi
melalui persamaan regresi linear (Harvey, 2000).
Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien korelasi r pada analisis
regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b=0 dan r=+1 atau -1 tergantung arah
garis (Harmita,2004).
3. Akurasi
Akurasi sebuah metode analisis mencermikan kedekatan nilai atau harga dari yang
diperoleh saat penelitian dengan yang sebenarnya (true value). Akurasi ditentukan dengan %
recovery. Biasanya dilakukan terhadap minimal tiga konsentrasi dan direplikasi tiga kali (Ahuja
dan Rasmussen, 2007).

Akurasi dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked- placebo
recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi,
sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia) ditambahkan ke dalam campuran
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode
panambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke
dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang
sebenarnya (hasil yang diharapkan). Tabel IV menunjukkan rentang kesalahan yang
diperolehkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks (Harmita,2004). Akurasi dapat
dinyatakan sebagai persen kembali analit yang ditambahkan sedangkan nilai akurasi dapat
dinyatakan dengan persen peroleh kembali 98-102% (persen recovery).

4. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil beberapa seri
pengujian yang diperoleh dari sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Ahuja
dan Rasmussen, 2007). Syarat presisi yang dapat diterima berdasarkan kadar analit tertera dalam
tabel di bawah ini (Huber, 2007):
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi).
Simpangan baku dalam presisi merupakan parameter yang penting dalam mendeskripsikan
lebarnya distribusi normal, misalnya derajat persebaran data (Ermer dan Miller, 2005).
Dikatakan seksama jika metode memberikan simpangan baku relatif yaitu ≤ 2% (Chan et al
2004).
5. Sensitivitas
Sensitivitas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan dua
konsentrasi yang berbeda dan ditentukan melalui slope dari kurva kalibrasi (Christian, 2004).
6. Rentang (Range)
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima (Harmita, 2004).

Lampiran

1. Sertifikat Dexamethasone
2. Sertifikat Laktosa
3. Sertifikat Mg stearate
4. sertifikat TALC
5. Sertifikat explotab
6. Sertifikat PVP

You might also like